PENDAHULUAN
3
perbuatan yang dapat menarik perhatian orang lain termasuk berkelompok-kelompok
sebagai bentuk aktualisasi diri (Willis, 2008, hlm. 51).
Pengaruh kelompok teman sebaya atau peer group yang kuat pada remaja dapat
ditunjukkan dari hasil penelitian Pratiwi S (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku menyimpang pada remaja khususnya siswa di sekolah, bahwa faktor yang paling
kuat dalam masalah
perilaku menyimpang siswa adalah peer group dari siswa tersebut yang juga melakukan
perilaku menyimpang.
Peer group sendiri berperan besar dalam perkembangan kepribadian remaja. Dalam
hal ini keterikatan antara remaja dengan kelompok teman sebayanya (peer group) sangatlah
erat. Mengkaji persahabatan di kalangan teman sebaya, banyak hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor utama untuk menentukan daya tarik hubungan interpersonal
diantara para remaja pada umumnya adalah adanya kesamaan dalam minat, nilai-nilai
pendapat, dan sifat-sifat kepribadian. (Yusuf, 2004, hlm. 60) menjelaskan dalam bukunya
mengenai hasil penelitian oleh Hans Sabald bahwa “teman sebaya lebih memberikan
pengaruh dalam memilih cara berpakaian, hobi, perkumpulan (club) dan kegiatan-kegiatan
sosial lainnya”.
Sementara itu beberapa penelitian mengindikasikan bahwa dalam pergaulan dengan
teman sebaya tidak hanya berdampak positif saja melainkan berdampak negatif. Menurut
Yusuf (2004, hlm. 61) bahwa “hasil penelitian Healy dan Browner menemukan bahwa 67%
dari 3000 siswa nakal di Chicago ternyata mendapat pengaruh dari teman sebayanya”.
Dampak negatif peer group bagi remaja bermacam-macam diantaranya perilaku
menyimpang seperti merokok, penggunaan kata-kata kasar, perkelahian pelajar, dan
perilaku bullying kepada sesama pelajar di sekolah.Bullying termasuk pada tindakan
juvenile deliquency. Juvenile deliquency dapat diartikan sebagai tindakan seorang siswa
yang berada pada fase-fase usia remaja yang melakukan pelanggaran terhadap norma-
norma hukum, sosial, susilaan agama (Sudarsono, 2008, hlm. 14).
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, kasus bullying yang dilakukan siswa di
sekolah sedikit banyaknya mendapat pengaruh dari kelompok teman sebaya (peer group)
nya. Artinya peran peer group memang cukup besar dalam menentukan perilaku siswa di
4
sekolah karena siswa tersebut memiliki keterikatan kuat dengan peer groupnya yang
merupakan kelompok untuk menunjukkan eksistensi dan aktualisasi dirinya sebagai remaja
yang sedang mencari jati diri. Lemahnya emosi pada remaja juga menyebabkan remaja
kurang dapat mengontrol sebaiknya perilaku mana yangbaik dan tidak baik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tertulis, saya memberikan informasi berikut tentang masalah
yang akan digunakan sebagai bahan penelitian :
1. Adanya tindakan bullying yang terjadi pada siswa dan siswi.
2. terganngunya psikis siswa.
3. Terjadinya kekerasan kepada sesame siswa
4. faktor siswa melakukan bullying
5.adanya body shaming
C. Batasan Masalah
Agar penelitian tidak terlalu luas, maka perlu adanya pembatasan masalah yang
bertujuan untuk memudahkan dalam penelitian dan pembahasan nya lebih mendalam. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini hanya dibatasi pada dampak perilaku bullying yang
memfokuskan pada
Dampak tindakan bullyingterhadap psikis siswa.
Contoh-contoh bullying berdasarkan jenis bullying
Faktor-faktor bullying
D. Rumusan Masalah
1. Apa saja dampak Bullying dalam psikis siswa tersebut?
2. Apa saja dampak Bullying yang terjadi di sekolah untuk kehidupan siswa tersebut?
3. kenapa bullying sering terjadi di kalangan siswa?
4. Bagaimana cara menanggulangi Bullying di kalangan siswa?
5
E. Tujuan Penelitian
1. Mendiskripsikan dampak bullying dalam psikis siswa.
2. Mendeskripsikan dampak bullying yang terjadi di ekolah untuk kehidupan siswa.
3. Mendeskripsikan peran orangtua terhadap siswa SMA yang terkena bullying di sekolah.
4. Mendeskripsikan cara menanggulangi bullying kalangan siswa.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan tentang bullying di ligkungan sekolah
2. Manfaat Praktis
a. Sekolah
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pengetahuan dan informasi terkait
dengan dampak bullying terhadap psikologi siswa SMA bagi siswa dan penulis
b. Siswa siswi SMA
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan siswa mengenai dampak dari
bullying.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Bullying
Kata bullying berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti banteng
yang senang menyeruduk kesana kemari. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) istilah bullying merupakan padanan kata dari bullying. Perundungan
berasal dari kata rundung yang memiliki arti menganggu; mengusik terus menerus;
menyusahkan (www.kbbi.web.id). Perundungan berarti proses, cara, perbuatan merundung
yang dapat diartikan sebagai seseorang yang menggunakan kekuatan untuk menyakiti atau
mengintimidasi orang-orang yang lebih lemah dari pelaku bullying.
Istilah bullying merupakan suatu istilah yang masing terdengar asing bagi
kebanyakan masyarakat di Indonesia, walaupun pada kenyataannya perilaku tersebut telah
terjadi dalam kurun waktu yang lama dan terjadi di berbagai segi kehidupan termasuk juga
dunia pendidikan. Padahal tindakan bullying merupakan suatu fenomena yang tersebar di
seluruh dunia (Sari Pediatri, 2013:49). Olweus (dalam Rizal, 2013:29) menyatakan bahwa
di negara-negara Skandinavia bullying dikenal dengan istilah mobbing (Norwegia dan
Denmark), atau mobning (Swedia
dan Finlandia). Dalam bahasa Inggris mob berarti sekelompok orang yang bersifat anonim
yang terlibat atau bahkan melakukan suatu pelecehan dan penekanan terhadap orang
lain.Bullying merupakan suatu pola perilaku yang bersifat negatif yang dilakukan secara
berulang-ulang dan bertujuan negatif pula. Perilaku. tersebut mengarah langsung dari siswa
yang satu ke siswa yang lain karena adanya ketidakseimbangan kekuatan (Olweus,
1993:56).
Menurut Coloroso (2007:78) bullying / penindasan adalah tindakan intimidasi yang
dilakukan pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lemah,dilakukan dengan sengaja dan
bertujuan untuk melukai korbannya baik secara fisik maupun secara emosional. Adapun
bentuk-bentuk bullying menurut Koloroso diantaranya yaitu:
7
a. Bullying fisik
Penindasan atau tindakan untuk menyakiti orang lain yang disertai dengan adanya
kontak fisik. Penindasan ini merupakan jenis tindakan yang paling tampak dan paling dapat
diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan yang lain. Bentuk dari Bullying secara
fisik diantaranya menendang, mencubit, menampar, meludahi, memukul, merusak barang,
memalak, menggigit, memiting, dan memilim telinga
b. Bullying verbal
Penindasan atau tindakan untuk menyakiti orang lain secara lisan atau dengan
menggunakan bahasa verbal.
Penindasan atau tindakan untuk menyakiti orang lain secara lisan atau dengan
menggunakan bahasa verbal. Bentuk dari bullying secara verbal diantaranya memanggil
dengan nama panggilan yang buruk, mengolok-olok, menyebarkan isu buruk, mengancam,
berkata kasar, dan mengkritik kejam.
Berdasarkan pendapat para ahli dan tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian bullying adalah tindakan agresif yang memiliki kemampuan dan kekuatan yang
tidak seimbang terhadap kekuatan dan kemampuan yang lebih lemah dan yang di lakukan
secara terus menerus dengan tujuan menyakiti dari subjek yang menjadi sasaran bullying.
2. Pengertian pisikis
a. Bullying psikis
Penindasan psikis merupakan pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui
pengucilan atau pengabaian dan mempermalukan. Senada dengan hal tersebut menurut
Rigby Ken (2003:98), perilaku bullying dapat terjadi secara individual ataupun
berkelompok yang dilakukan seorang siswa ataupun kelompok secara konsisten dimana
tindakan tersebut mengandung unsur melukai bagi siswa yang jauh lebih lemah dibanding
pelaku. Tindakan tersebut dapat melukai secara fisik atau psikis siswa atau kelompok lain
karena pada umumnya bullying dapat dilakukan secara fisik atau verbal yang berupa kata-
kata kasar bahkan dapat berupa hal lain di luar keduanya.
Penindasan psikis merupakan pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui
8
pengucilan atau pengabaian dan mempermalukan. Jenis penindasan ini paling sulit
dideteksi dari luar.bentuk dari bullying secara psikis diantaranya pengucilan, pengabaian,
mempermalukan. Menurut Wiyani mengatakan bahwa terdapat empat bentuk bullying,
yaitu:(1) Lisan, seperti memberi julukan pada siswa atau kelompok, menggoda,
mencemooh, mengejek, menghina, mengancam, (2) Fisik, seperti memukul, menendang,
mendorong, menjegal, menampar, mencubit (3) Sosial, seperti mengucilkan dari
pertemanan, mengabaikan, tidak mengajak berteman, memberi isyarat yang tidak sopan (4)
Psikologis, seperti menyebarkan desas-desus, “dirty looks‟ (pandangan yang menunjukkan
rasa tidak senang, kebencian atau kemarahan seperti memelototi, melirik dengan sinis),
menyembunyikan atau merusak barang, pesan jahat lewat SMS dan email, penggunaan
ponsel kamera untuk hal yang tidak patut.
Bentuk-bentuk bullying lain yang dilakukan oleh seorang atau kelompok meliputi:
(1) Fisikal (memukul, menendang, mendorong, merusak benda-benda milik orang lain), (2)
Verbal (mengolok-olok nama panggilan, melecehkan dari segi penampilan, mengancam,
menakut-nakuti), (3) Sosial (menyebarkan gosip/rumor tentang orang lain, mempermalukan
orang lain di depan umum, mengucilkan dari pergaulan, menjebak seseorang agar dia
dianggap melakukan suatu tindakan yang sebenarnya tidak dilakukannya), (4) Cyber atau
elektronik (melakukan penghinaan melalui jejaring sosial (facebook, Friendster, twitter)
ataupun SMS, menyebarluaskan foto tanpa seizin pemiliknya, membongkar rahasia orang
lain melalui internet ataupun SMS (Andri Priyatna, 2010:21).
B. Hipotesis Penelitian
1. Tingkat bullying siswa di sekolah . Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari survey
awal di lapangan, terdapat bullying siswa di sekolah . Oleh karena itu dapat menyimpulkan
bahwasanya tingkat bullying sering terjadi di lingkungan sekolah.
2. Tingkat kepercayaan diri siswa di sekolah . Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari
survey awal di lapangan, bullying Terhadap Perkembangan Psikis Siswa Oleh karena itu
peneliti dapat menyimpulkan bahwasanya prngaruh bullying Terhadap Perkembangan
Psikis Siswa
3. Bullying berpengaruh terhadap Perkembangan Psikis Siswa Berdasarkan data yang
peneliti peroleh dari survey awal di lapangan melalui wawancara. Bullying memang
berpengaruh terhadap Perkembangan Psikis Siswa Oleh karena itu peneliti dapat
menyimpulkan bahwasanya bullying berpengaruh terhadap Perkembangan Psikis Siswa
Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwasanya hipotesis
penelitian ini adalah terdapat bullying tinggi pada siswa di sekolah , sehingga peneliti
dapat menyimpulkan’ bullying Terhadap Perkembangan Psikis Siswa
11
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Identifikasi Variabel
Variabel merujuk pada karakteristik atau atribut seorang individu atau suatu
Organisasi yang dapat diukur atau di observasi Creswell (2013:120). Variabel bebas
merupakan variabel yang mungkin menyebabkan atau mempengaruhi, atau berefek pada
autcome. Sedangkan variabel terikat merupakan hasil dari pengaruh variabel bebas
(Creswell, 2013:121). Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang di gunakan, yaitu:
1. Variabel terikat atau dependen variabel (Y) adalah variabel penelitian yang di ukur untuk
mengetahui besarnya efek atau pengaruh dari variabel lain. Besarnya efek tersebut di amati
dari ada tidaknya, timbul hilangnya, besar kecilnya, atau berubahnya variasi yang tampak
sebagai akibat perubahan pada variabel lain maksudnya (Azwar, 2007:74).
2. Variabel bebas atau independent variabel (Y) yaitu suatu variabel yang variasinya
mempengaruhi variabel lain. Dapat pula dikatakan bahwa variabel bebas adalah variabel
12
yang mempengaruhi terhadap variabel lain yang ingin di ketahui. Variabel ini sengaja di
pilih dan sengaja di manipulasi oleh peneliti agar efeknya terhadap variabel lain tersebut
dapat diamati dan diukur (Azwar, 2007:75)
Identifikasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Bebas (X) : Bullying
b. Variabel Terikat (Y) : Psikis
14
DAFTAR PUSTAKA
Andri, Priyatna. (2010). Let’s End Bullying: Memahami, Mencegah & Mengatasi Bullying.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Alsa, Asmadi. (2004). Pendekatan Kunatitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam
Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset.
Akbar, G. (2013). Mental imagery mengenai lingkungan sosial yang baru pada korban
bullying. eJournal Psikologi, Vol. 1 No. 1. Hal. 23-37
Coloroso, Barbara. (2007). Stop Bullying: Memutus Rantai Kekerasan siswa dari
Prasekolah hingga SMU. Diterjemahkan oleh: Santi Indra Astuti. Jakarta: PT. Serambi
Ilmu Semesta.
Faye Ong. (2003). Bullying at School. The California Department of Education: CDE Press
Sari, Pediatri. (2013). Gambaran Bullying dan Hubungannya dengan Masalah Emosi dan
Perilaku pada siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Kesehatan siswa dan Psikiatri. Vol. 15 No.
3. Oktober 2013. 175.
Orpinas, P. & Horne, A. M. (2006). Bullying Prevention, creating a positive school climate
and developing social competence. Washington, DC: American Psychological Association.
15
Olweus, D. (1993). Bullying at School: what we know and what we can do. Oxford:
Blackwell
Uniqpost http://uniqpost.com/50241/negara-negara-dengan-kasus-bullying-tertinggi-
indonesia-di-urutan-ke-2/) diakses pada tanggal 11 Januari 2023.
16