Anda di halaman 1dari 10

Faktor yang Mempengaruhi Remaja Melakukan Bullying

Elvi Rahmi1, Faizatun Nufus2,Fathur Rohman3,Fitria Azura4,Hasniati5,


Ikhsan Abdul Kholik6, Jusman Nurrohim7, Widya Ermila Sari8
Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim1,2,3,4,5,6,7,8
12210123591@students.uin-suska.ac.id1, 12210123629@students.uin-
suska.ac.id 2,12210113823@students.uin-suska.ac.id3,
12210123140@students.uin-suska.ac.id4, 12210123308@students.uin-
suska.ac.id5, 12210113699@students.uin-suska.ac.id6,
12210113753@students.uin-suska.ac.id7, mailto:12210123402@students.uin-
suska.ac.id8

DOI: Diisi oleh editor

First received: Final proof received:

ABSTRAK
Bullying merupakan salah satu tindakan yang melanggar UUD No. 23 tahun
2002 terkait dengan perlindungan anak dan tindakan yang harus dihindari oleh
remaja, anak-anak ataupun orang dewasa. Bullying adalah tindakan yang dapat
merugikan korban maupun pelakunya. Oleh sebab itu dilakukannya penelitian
bertujuan untuk mengetahui apa saja faktor pendukung maupun pemicu
terjadinya bullying dan mengetahui tingkat bullying yang ada di Indonesia. Data
penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis dan membandingkan hasil
penelitian tentang faktor-faktor bullying yang telah ada sebelumnya, kemudian
mengambil kesimpulan dari setiap hasil penelitian.
Kata kunci: Faktor Bullying

ABSTRACT
Bullying is an act that violates the UUD No. 23 of 2002 concerning child protection and
actions that must be avoided by adolescents, children and adults. Bullying is an act that
can harm both the victim and the perpetrator. Therefore, this research aims to find out
what are the supporting and triggering factors for bullying and to find out the level of
bullying in Indonesia. The research data was conducted by analyzing and comparing the
results of research on the factors of bullying that had existed before, then drawing
conclusions from each research result.
Keywords: Bullying Factor

1
1. PENDAHULUAN
Maraknya bullying beberapa tahun belakangan ini menjadi salah satu ancaman serius
dalam kehidupan anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Permasalahan yang menjadi
pusat perhatian di dunia salah satunya adalah bullying, bullying menjadi suatu
permasalahan yang sering dihadapi guru, remaja dan orang tua. Fenomena yang
melingkupi prilaku bullying atau yang sering dikenal dengan istilah mobbing telah
terjadi sejak akhir tahun 1960 an atau sekitar awal tahun 1970 an di Sweden, Eropa
Utara (Provis, 2012 dalam jurnal penelitian Nabila Pasha Amelia, dkk, 2022).
Bullying menjadi bagian dari prilaku agresif misalnya menyakiti ataupun
menimbulkan rasa ketidaknyamanan orang lain, dilakukan secara berulang kali dari
waktu kewaktu, adanya kekuasaan dan ketidakseimbangan kekuatan.
Masa remaja adalah fase perkembangan yang mencapai emosional jadi
cenderung mempunyai sifat-sifat egois. Hal tersebut memunculkan sejumlah
masalah perilaku yang dialami oleh remaja diantaranya yaitu bullying. Bullying
adalah tindakan agresif yang dilakukan dengan maksud menyakiti ataupun
mengganggu orang yang lebih lemah.
Prilaku bullying yang terjadi pada remaja di sebabkan oleh faktor salah satunya
berasal dari lingkungan sekolah. Untuk itu, diperlukan upaya untuk mengatasi
pencegahan melalui pelayanan bimbingan keagamaan. Menyelenggarakan ibadah
yang berwawasan agama merupakan bentuk perbaiakan dan kerusakan moral yang
terjadi pada remaja.
Pada tahun 2015 KPAI menyampaikan jika hampir seluruh pelajar yang ada di
Indonesia mengalami tindakan bullying di sekolah. Meskipun berdasarkan data yang
dirilis tahun 2015 memperlihatkan tingkat kekerasan pada anak semakin menurun,
akan tetapi jumlah perilaku bullying yang terjadi di sekolah justru mengalami
peningkatan. Sebuah data yang dilaporkan pada tahun 2022 menyebutkan jika
terdapat 226 kekerasan fisik, psikis termasuk tindakan perundungan. Angka tersebut
merupakan angka yang besar sehingga membutuhkan perhatian yang cukup serius
dari pihak-pihak terkait.
Remaja yang sering melihat atau memperhatikan temannya melakukan bullying
akan memicunya untuk melakukan hal tersebut kepada teman yang dianggap lemah.
Kebanyakan remaja menjadikan prilaku bullying sebagai sarana untuk
memperlihatkan atau membuktikan kekuasaannya. Oleh karena itu, dilakukannya
penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor remaja melakukan bullying.
Dari hasil penelitian tersebut diharapkan adanya penjelasan mengenai faktor-faktor

2
bullying dan dampaknya pada remaja yang menjadi pelaku bullying.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan Juwita Tria Permata (2022)
yang mana melakukan penelitian dengan metode kualitatif dan menggunakan studi
literatur, informasi yang di dapat berdasarkan kajian atau penelitian yang telah ada
sebelumnya. Tentang “prilaku bullying terhadap teman sebaya pada remaja”. Ada
sejumlah faktor yang mempengaruhi perilaku bullying yaitu faktor kelompok teman
sebaya dan iklim sekolah, hal ini diyakini sebagai penyebab munculnya prilaku
bullying di sekolah, sehingga faktor perilaku bullying pada remaja dapat di
pengaruhi oleh adanya kelompok teman sebaya.
Sigit Nugroho (2020) pada jurnalnya “indentifikasi faktor penyebab prilaku
bullying dipesantren” menggunakan penelitian dengan cara menganalisis 9 jurnal
terkait cyberbullying pada remaja. Dari beberapa faktor yang memicu salah satunya
yaitu faktor media masa, penyebab menigkatnya kekerasan pemuda terletak pada
kekerasan yang di tayangkan media. Seseorang memiliki perasaan yang ingin diakui
untuk memenuhi psikososialnya yang mengakibatkan pemuda melakukan prilaku
bullying.
2. KAJIAN TEORI
Di dalam KBBI faktor dijelaskan sebagai “sesuatu (keadaan, peristiwa) yang
turut menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya sebuah hal”.
Pernyataan dari American Psychatric Association (APA) menjelaskan jika
“bullying merupakan tindakan agresif yang ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
a). Perilaku negatif yang tujuannya adalah merusak ataupun membahayakan. b).
Perilaku yang diulang-ulang dalam jangka waktu tertentu. c). Terjadi
ketidakseimbangan kekuatan ataupun kekuasaan dari sejumlah pihak yang terlibat.
Perbuatan tersebut mengacu pada yang biasa membuat korbannya merasa trauma,
cemas, dan sikap-sikap yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan”.
Pendapat dari Piaget (dalam Hurlock, 1991) “secara psikologis remaja
merupakan golongan usia di mana seseorang menjadi terintegrasi ke dalam
masyarakat dewasa, sebuah usia di mana individu merasa jika dirinya berada di
bawah tingkat orang yang lebih tua akan tetapi justru merasa sama ataupun tidak
sepadan”.
Bullying menurut Nabila Pasha Amelia, dkk, (dalam jurnalnya, 2020) “bullying
merupakan sebuah tindakan yang dilaksanakan untuk menyakiti atau melukai
seseorang baik secara verbal, sosial, maupun fisik”.

Menurut Habibatuzzakiyah, dkk, (dalam penelitiannya, 2019), bullying


merupakan sebuah perilaku agresif yang dilaksanakan individu ataupun kelompok
3
yang lebih kuat terhadap individu dan kelompok yang lebih lemah.
Menurut olwes, “bullying merupakan perilaku yang tidak menyenangkan sehingga
menyebabkan seseorang terluka secara fisik, psikis, dan umumnya dilaksanakan
berulang-ulang”. Menurut Mangadar Simbolon (2012) dalam jurnalnya, “bullying
merupakan sebuah aksi negatif yang secara intens dengan tujuan untuk
mengintimidasi serta menyakiti seseorang”.
Menurut Ela Zain Zakiyah, dkk, (2017) dalam jurnalnya, “bullying merupakan
bentuk-bentuk perilaku kekerasan di mana terjadi pemaksaan secara psikologis
maupun fisik terhadap seseorang ataupun kelompok yang lebih lemah oleh individu
ataupun sekumpulan individu”. Menurut Nita Prawitasari, dkk, (2017) dalam
penelitian artikelnya, “bullying adalah bentuk kekerasan baik secara fisik, verbal,
ataupun psikologis. Menurut Juwita Tria Permata (dalam jurnalnya, 2022), bullying
adalah perilaku yang bersifat agresif dengan serius”.
3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pustaka atau library research,
yakni penelitian yang berfokus pada pengumpulan data dan berbagai karya dalam
bentuk lain terhadap permasalah yang dikaji.
Metode pengumpulan dalam hal ini, penulis merujuk kepada literatur yang
bersifat kepustakaan. Sumber data sekunder yang digunakan ialah jurnal dan artikel.
Sesudah berhasil mengumpulkan semua data yang dibutuhkan, kemudian penulis
megadakan pengolahan data dengan menggunakan teknis analisis deskriptif. Dalam
hal ini, penulis mencoba untuk menganalisis setiap data yang didapatkan, baik yang
di dapat dari jurnal dan artikel maupun refrensi lainnya. Setelah itu barulah data yang
sudah dianalisis tersebut, diberikan gambaran dan interpretasi atas data yang
didapatkan.

4. PEMBAHASAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang di duga masih mempunyai
angka kejadian bullying cukup tinggi, misalnya pelaku intimidasi yang terjadi di
kalangan remaja, walaupun secara pasti datanya masih belum diketahui. Sebanyak
40% remaja sudah diintimidasi di sekolah dan 32% melaporkan jika mereka sudah
mengalami kekerasan secara fisik. Pada tahun 2013, Kemensos mengadakan sebuah
survei yang hasilnya adalah 1 dari 2 remaja laki-laki (47,45%) dan 1 dari 3 remaja
perempuan (35,05%) sudah mengalami intimidasi. Data selanjutnya dikeluarkan
melalui survei kesehatan siswa berbasis sekolah global yang dilaksanakan pada
tahun 2015 yang memperlihatkan jika 24.1% remaja laki-laki dan 17.4% remaja
perempuan sudah mengalami intimidasi.

4
Dari beberapa hasil penelitian mengemukakan bahwa ditemukan sejumlah
faktor yang memicu tindakan bullying pada remaja seperti: a). Faktor lingkungan
masyarakat, kondisi lingkungan juga dapat menjadi penyebab terjadinya perilaku
bullying. salah satu faktor terjadinya bullying pada lingkungan masyarakat atau
sosial yaitu faktor ekonomi, karena orang yang memiliki ekonomi rendah cenderung
melakukan segala cara agar mendapatkan uang salah satunya dengan cara memalak
teman disekitarnya. b). Faktor keluarga, perilaku bullying sering juga terjadi karena
faktor keluarga. Orang tua yang sering menghukum anaknya dengan cara berlebihan
akan membuat anak tersebut melakukan hal yang sama terhadap temannya,
kemudian adanya perdebatan antara orang tua dan tindakan kekerasan mengajarkan
anak untuk melakukannya dan membuat anak memiliki pemikiran bahwasanya
orang yang lebih kuat dapat melakukan apa saja terhadap orang yang lebih lemah.
c). Faktor lingkungan sekolah, menurut Setiawati (Usman , 2013 dalam Sri Lestari,
dkk, 2018) keseringan sekolah yang mengabaikan adanya perilaku bullying di
lingkungan sekolah membuat siswa yang menjadi pelaku bullying merasa mendapat
dukungan atas perilaku tersebut. Disamping itu, bullying bisa terjadi di sekolah
jikalau pengawasan. dan bimbingan. etika dari para guru rendah kemudian
bimbingan. yang tidak. layak dan peraturan. yang tidak konsisten. Dalam. penelitian
yang dilaksanakan Adair, 79% kasus bullying. di sekolah. tidak dilaporkan. ke guru.
atau orang. tua. d). Faktor media masa, Arifah mengutip dari survei. yang.dilakukan
oleh Kompas yang.menunjukkan 56,9% anak-anak meniru adegan film yang biasa
mereka tiru gerakan dan perkataannya, hal ini dapat menimbulkan.perilaku
kekerasan. pada anak.dan.dapat.memicu.perbuatan.bullying terhadap
teman.disekolahnya. e). Faktor. budaya, faktor.Kriminal. budaya.menjadi. salah satu
penyebab. timbulnya perilaku bullying. Suasana politik yang kacau, perekonomian
yang tidak stabil, prasangka dan pembedaan serta. permasalahan dalam. masyarakat
dan pandangannya. terhadap budaya. Hal tersebut bisa mendorong anak-anak dan
remaja menjadi. depresi, stress,. dan kasar.

Bentuk bullying yang banyak dilaksanakan pelaku yaitu secara verbal seperti
hasil penelitian Sri Lestari, dkk dalam jurnal, Bentuk dan Faktor Penyebab Perilaku
Bullying, (2018). Sesuai dengan hasil penelitian dari observasi dan wawancara di
SMAN 1 Padang Cermin dengan tujuan untuk mengetahui faktor dominan prilaku
bullying di sekolah.

Inisial Bentuk Bullying

partisipan Fisik Verbal Cyberbullying Relasi

5
SFY ✓ ✓ ✓ -

RBS ✓ ✓ - -

AAS ✓ ✓ - ✓

AR ✓ ✓ - -

Berdasarkan table diatas dapat disimpulkan bahwa hasil observasi dengan


keempat partisipan inti jika bullying yang dilaksanakan siswa SMAN 1 Padang
Cermin yakni bullying fisik, bullying verbal, cyberbullying dan bullying relasi
namun bullying yang dominan terjadi dan memiliki angka kasus yang tinggi yaitu
verbal dan fisik.

Selanjutnya penelitian yang di lakukan oleh Sri Hendrawati, dalam jurnal


Perilaku Bullying dan Dampaknya yang Dialami Remaja, (2022, Halaman 5)

Question item F %

Jenis Bullying

Bully fisik 15 30%

Bully verbal 43 86%

Bully tidak langsung 19 38%

Table diatas menunjukkan hasil bahwa sebagian siswa mengalami satu jenis
bullying saja namun ada dua sampai tiga jenis bullying terjadi sekaligus.

Dapat kita simpulkan dari hasil penelitian bahwa pelaku bullying sering
melakukan penindasan kepada teman sebayanya yaitu dengan cara verbal.

dan dapat ditinjau dari hasil penelitian Hertika Nanda Putri, dkk dalam jurnal,
Faktor-faktor yang berkaitan dengan Perilaku Bullying pada Remaja, (2015. Hal.
1153). Penelitian ini dilakukan di SMAN 7 Pekanbaru. Bahwasanya

Hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan prilaku bullying

6
Dukungan Prilaku Bullying
Sosial
Tinggi Rendah Total p-
Teman
Sebaya n % n % n % value

Positif 6 17,1 29 82,9 35 100 0,000

Negatif 36 75,0 12 25,0 48 100

Total 42 50,6 41 49,4 83 100

Tabel di atas memperlihatkan jika dari 83 responden di SMA Negeri 7


Pekanbaru, kebanyakan remaja dengan dukungan sosial negatif mempunyai perilaku
bullying yang paling tinggi yakni sekitar 75% (36 siswa) daripada remaja dengan
dukungan sosial teman sebaya positif yakni 17.1% (6 siswa). Hasil pengujian
tersebut mendapatkan nilai p value 0.000 < 0.05 yang berarti menolak Ho. Jadi, bisa
ditarik kesimpulan jika terdapat korelasi yang signifikan antara dukungan sosial
teman sebaya dengan perilaku bullying pada remaja.

Dari hasil penelitian Yunita Bulu, dkk dalam jurnal, Faktor Chi Square Faktor
Teman Sebaya dengan Perilaku Bullying. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kristen
Setia Budi Kota Malang.

Perilaku Bullying
Variabel Baik Cukup Kurang Total Sig
Faktor Baik 0 1(3,3) 0 1(3,3)
Teman Cukup 0 17(56,7) 10(33,3%) 27(90,0%) 0,003
Sebaya Kurang 0 2(6,7%) 0 2(6,7%) OR=5000
Total 0 20(66,7%) 10(33,3%) 30(100%)
Faktor Baik 0 6(20,0%) 1(3,3%) 7(23,3%)
Media Cukup 0 8(26,7%) 9(30,0%) 17(56,7%) 0,006
Sosial Kurang 0 6(20,0%) 0 6(20,0%) OR=3,857

7
Total 0 20(66,7%) 10(33,3%) 30(100%)

Faktor Baik 0 2(6,7%) 0 2(6,7%) 0,006

Lingkungan Cukup 0 14(46,7%) 8(26,7%) 22(56,7%) OR=4,500

Sosial Kurang 0 4(13,3%) 2(6,7%) 6(20,0%)

Total 0 20(66,7%) 10(33,3%) 30(100%)

Berdasarkan. Tabel. di atas menunjukkan. bahwa hampir semua. faktor teman.


sebaya yang. melakukan. bullying yaitu. sebanyak 27. orang (90%), ada responden.
yang mempunyai kategori perilaku. bullying cukup. sebanyak. 17 .orang (56,7%).
Hasil. Analisis. faktor Chi Square memperlihatkan jika. nilai signifikan. 0,003 (p
value < 0,05) .yang artinya data. dinyatakan. signifikan dan. H1 diterima, berarti.
faktor teman sebaya. memberikan pengaruh yang. signifikan terhadap. perilaku.
bullying pada. remaja.

Sehingga, kelompok teman sebaya menjadi salah satu kunci dalam


pembentukan karakter remaja tersebut, salah satunya yaitu perkembangan identitas
diri dan mengembangkan kemampuan komunikasi dalam bergaul dengan kelompok
teman sebaya.

Dari penelitian Mujtahidah (2018) dalam jurnal, Perilaku Pelaku Bullying.


Penelitian. ini dilakukan. pada kasus siswa MAN. 1 Baru. Bahwasanya, Faktor
penyebab. terjadinya .perilaku pada kasus. ini dipengaruhi oleh. kondisi-kondisi
yang. dialami .keluarga, lingkungan, dan kondisi .psikologis. Supaya mendapatkan
informasi .yang terkait dengan faktor penyebab. terjadinya .perilaku bullying,
peneliti. mengadakan. wawancara. dengan .subjek penelitian. Berikut kutipan hasil
wawancara. peneliti .dengan kasus .dan responden. lainnya.

“ZA sacara jujur menjelaskan jika. faktor. penyebab melakukan. perilaku


bullying .karena merasa di .ejek dan. tidak terima. dan diapun .melampiaskan
kemarahannya .dengan, memukul”.

Pernyataan di atas, menunjukkan .jika ZA termasuk .anak yang sulit


mengendalikan. emosi. Situasi seperti. itu membuat. ZA cenderung. menjadi anak
.yang tempramental. dan umumnya. aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan. di sekolah
8
mengakibatkan dia marah dalam setiap kesempatan, sehingga ZA terbiasa
melakukan. tindakan yang .membuat rugi. orang lain.

Hasil temuan yang didapatkan dari hasil. observasi jika faktor yang membuat
munculnya tindakan bullying karena. kondisi psikologis. ZA sewaktu. marah terlihat.
mudah. emosi, jadi pelaku. kurang mempunyai Keterampilan. dalam menahan .emosi
dan terlihat sangat. lemah. hasil observasi .yang sudah dilaksanakan peneliti .sebagai.
berikut:

“ZA tidak terima kalau dikatakan, meminta uang. atau memeras. (memalak)
temannya. Secara. spontan ia memperlihatkan. Kemarahannya. dengan .menunjuk-
nunjuk .temannya kalau ada yang berani mengatakan seperti itu, bahkan
kemarahannya. memuncak manakala ia meninju. dinding tembok kelas. dengan mata
yang berkaca-kaca dengan mengeluarkan kata-kata yang menantang dan mengatakan
.ia tidak terima .kalau dia. melakukan ,seperti itu”.

Sehingga, faktor ,penyebab perilaku .bullying meliputi ,kondisi psikologis


.pelaku .yang sulit mengendalikan. diri dan .mudah emosi. Faktor lainnya yaitu
.adanya peluang .bagi pelaku karena. korban tidak .pernah melapor atau bercerita
.kepada guru .tentang permasalahan yang .dihadapi.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwasannya lingkungan


sekolah dan teman sebaya memiliki dampak besar pada remaja untuk melakukan bullying
kepada teman sebaya atau lingkungan sekitarnya, faktor bullying terjadi dikarenakan
melihat perilaku teman sebaya yang membully temannya, sehingga perilaku tersebut di
tiru untuk membully teman sebaya yang dianggap lemah, kemudian menyebar luas dan
menjadi perilaku yang sudah lumrah atau hal biasa dilingkungan sekolah.

Dari beberapa faktor terjadinya bullying yang telah dijelaskan, maka faktor yang
paling mempengaruhi remaja melakukan bullying adalah faktor lingkungan sekolah,
dimana remaja mudah terpengaruh oleh teman sebayanya dan menganggap dirinya selalu
terancam dan biasanya bertindak menyerang sebelum di serang. Pelaku bullying jelas
tidak memiliki perasaan dan tanggung jawab terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Namun, yang sering ditemukan yaitu adanya ketidakseimbangan antara pelaku dan
korban. Bisa berupa ukuran badan, fisik, kepandaian, dan status sosial. Sehingga remaja
dengan mudah melakukan perilaku bullying. Kebanyakan bullying terjadi di kalangan
anak sekolah, baik antar teman, kakak kelas, dan adik kelas tidak terlepas dari perilaku
bullying.

Hal itu juga didukung dengan pihak sekolah yang seringkali tidak menyadari
9
adanya perilaku penindasan dan kekerasan yang di alami beberapa siswa di sekolah.
Sehingga siswa yang menjadi pelaku bullying terus melakukan aksinya, karena tidak
adanya sanksi atau tindak lanjut dari pihak sekolah seperti memberi hukuman atau
penegasan yang bisa mencegah dan mengurangi tindakan tersebut.

6. DAFTAR PUSTAKA
Permata, juwita tria dan Fenty Zahara Nasution. (2022). Perilaku Bullying Terhadap
Teman Sebaya Pada Remaja. Indonesia: Jurnal Pendidikan.
Zakariya, Ela Zian Sahadi Kumaedi, Meilanni Budiarti Santoso. (2017). Faktor Yang
Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying. hal 129.
Zakaria, Zalyaleolita Yuliandani Helmi dan Ria Maria Theresa. (2020). Faktor
faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Nonsuicidal Self-injury (NSSI) Pada Remaja.
Mardison, Sapfri dan Yuli Permata Sari. Motif Rasa Aman Peserta Didik Melakukan
Perilaku Bullying Di SMPN 1 Pinan.
Sari, Tika Dianita. (2014/2015). Aksi Bullying Dikalangan SMA Wilayah Surakarta.
Amelia, Nabila Pasha, dkk. (2022). Perilaku Bullying Dan Dampaknya Yang
Dialami Remaja.
Lestari, Sri, dkk. (2018). Bentuk Dan Faktor Perilaku Bullying, hal.6.
Putri, Fertika Nada, dkk. (2015). Faktor faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Bullying Pada Remaja, hal. 1153.
Jalal, Novita Maulidya, dkk. (2021). Faktor faktor Cyberbullying Pada Remaja.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. (2022). Dampak Psikologis Korban
Perundungan.Jatengprov.go.Id:https://rs-amino.jatengprov.go.id/dampak-psikologis-
korbanperundungan/#:~:text=Berdasarkan%20data%20KPAI%20pada%20tahun,dari%
20berbagai%20pihak%20yang%20terkait.

10

Anda mungkin juga menyukai