Anda di halaman 1dari 3

Nama : Intan Anugrahati H.

Nim / Kelas : 1571041007 / 2c

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

TINGKAT KETIDAKSADARAN ANAK DALAM DUNIA


PENDIDIKAN

Perilaku kekerasan yang makin marak dilakukan oleh remaja telah


menunujukkan tingkat yang sangat memprihatinkan. Indikasinya, perilaku ini
sudah merambah semua kesemua sendi kehidupan bermasyarakat, tak terkecuali
dunia pendidikan. Bahkan, yang lebih menyedihkan, pendidikan dasar yang
dimaksudkan sebagai fondasi pembentukan karakter juga telah tercemar oleh
praktek-praktek kekerasan. Sekolah sebagai persemaian perilaku berbudi pekerti
telah dinodai oleh berbagai perilaku kekerasan hingga menimbulkan korban jiwa.

Kematian Muhammad Arief Husein, siswa SMP Negeri 11 Bintan akibat sakit
di perut setelah menerima pukulan dan tendangan dari kakak kelasnya. Dan
Renggo Kadafi, siswa kelas 5 SD, yang didiuga dianiaya kakak kelasnya menjadi
bukti bahwa perilaku kekerasan telah bermetamorfosis menjadi budaya.

Sejarah pendidikan tanah air mencatat banyak peristiwa kekerasan yang terjadi
di lingkungan sekolah, bahkan di kampus-kampus yang bekerjasama dengan
kedinasan yang dimaksudkan untuk menyiapkan aparatur negara yang handal.
Masih terpateri di memori kita berapa banyak tunas muda di IPDN, dulu STPDN,
tewas akibat kekerasan di luar batas saat pendidikan dasar. Sudah puluhan, bahkan
ratusan, siswa dan mahasiswa yang tewas karena tawuran dan perkelahian
antarmereka yang dipicu oleh persoalan-persoalan sepele dan yang hampir setiap
hari dapat kita saksikan di jalanan atau di kampus-kampus di berbagai kota.
Pertanyaan yang selalu mengusik kita adalah mengapa perilaku kekerasan selalu
kembali terulang dalam dunia pendidikan kita?
Perilaku kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah disebabkan oleh banyak
faktor. Salah satu faktor yang sangat mendominasi adalah kekerasan di sekolah
cenderung di turunkan. Secara psikologis, seorang individu yang dididik dan
dibesarkan dalam lingkungan yang mendukung cara-cara kekerasan secara tidak
sadar akan menerapkan perilaku yang sama manakala ia mendapat kekuasaan, hal
inilah yang disebut ketidaksadaran kolektif.

Menurut Jung, ketidaksadaran kolektif (collective unconscious) sudah


mengakar dari masa lalu leluhur seluruh spesies. Pengalaman nenek moyang
terdahulu dengan konsep universal seperti Tuhan, Ibu, Bumi, dan lainnya yang
telah ditransmisikan dalam beberapa generasi sehinngga orang berada dalam suatu
kondisi dan waktu dipengaruhi oleh pengalaman primordial primitive nenek
moyangnya. Dengan demikian, isi dari ketidaksadaran kolektif adalah kurang
lebih sama pada seluruh budaya di dunia ini.

Siklus kekerasan akhirnya menjadi tradisi dan berulang setiap tahun. Siswa
baru yang mengalami masa orientasi dengan kekerasan akan menerapkan hal yang
sama manakala mereka menjadi senior. Dalam otak mereka tertanam bahwa
menjadi senior berarti berhak untuk berperilaku keras terhadap junior dan sah
memperlakukan junior semau mereka karena tindakan kekerasan yang sama
pernah mereka alami sebelumnya. Tradisi ini tentu saja sangat berbahaya bagi
dunia pendidikan kita dan menjadi sangat sulit untuk dihilangkan ketika sudah
mengakar dan membudaya selama bertahun-tahun lamanya.

Perilaku kekerasan yang masih sering terjadi di sekolah seharusnya menjadi


cermin kegagalan kita dalam menyiapkan generasi penerus bangsa. Setiap orang
harus menyadari bahwa kekerasan hanya akan membawa dendam dan
kehancuran. Melihat perilaku para siswa dan mahasiswa yang gemar berkelahi
dan menyakiti sesama mereka mengharuskan kita untuk melakukan upaya luar
biasa agar perilaku ini segera dihentikan. Bila perilaku kekerasan masih menyala
hijau di lingkungan sekolah, ini pertanda kiamat bagi bangsa.
REFERENSI

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi). Malang: UMM Press.


Baeree, C. George. Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama
Psikolog Dunia. Terj. Inyiak Ridwan Muzir. Jakarta: PRISMASOPHI, 2010.

Feist, Jess., dan Gregory J. Feist. 2011. Teori Kepribadian Theorist of Personality.
Diterjemahkan oleh Handriatno. Jakarta: Salemba Humanika.

Kompas. 4 Agustus, 2015. Masa Orientasi Siswa, Jadi Masa Menakutkan atau
Menyenangkan?.http://print.kompas.com/baca/2015/08/04/Masa-OrientasiSiswa
%2c-Jadi-Masa-Menakutkan-atau-Me; diakses 19 Juni 2016.

Liputan 6. 4 April, 2007. Cliff Muntu Meninggal Akibat Kekerasan. http://news.li


putan6.com/read/139710/cliff-muntu-meninggal-akibat-kekerasan; diakses 19
Juni 2016.

Naisaban, Ladislaus. Psikologi Jung: Tipe Kepribadian Manusia dan Rahasia


Sukses Dalam Hidup (tipe kebijaksanaan Jung). PT Gramedia, Jakarta,
2003Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara.

Supraktiknya, A. 1993. Psikologi Kepribadian 1 Teori-Teori Psikoanalitik


(Klinis). Terjemahan dari Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey,,Teoris of
Personality. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1983

Anda mungkin juga menyukai