Anda di halaman 1dari 14

JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

JESA Februari 2017 Vol. 1 No. 1

MEMBANGUN KARAKTER SISWA SEBAGAI KONTRIBUSI TERHADAP


KARAKTER BANGSA MELALUI PENDEKATAN PSIKOLOGIS

Building Character Of Students As A Contribution To The Character Of The


Nation
Through Psychological Approach

Arifin
STKIP Sebelas April Sumedang
arifin@stkip11april.ac.id

ABSTRAK

Pada saat ini kita sering melihat anak didik kita yang tidak punya sopan santun, suka tawuran,
hobi begadang dan kebut-kebutan di jalan. Itu jenis kenakalan remaja yang umum, jenis
kenakalan remaja yang lain senang berbohong, bolos sekolah, mencuri, berjudi bahkan aborsi.
Masalah semakin banyak mulai dari masalah kurang kerja sama, lebih suka mementingkan diri
sendiri, golongan atau partai, sampai kepada bangsa yang sarat dengan korupsi, kolusi dan
nepotisme. Selama ini bimbingan karakter sudah ada di sekolah seperti bimbingan konseling,
tetapi itu bervariasi. Di sekolah guru BP tidak bisa meraih semua karena dalam kenyataanya
guru BP hanya membimbing siswa yang terkena masalah dan siswa yang lain seolah terbebas
dari masalah, Keberadaan guru BP sendiri kadang dirangkap oleh guru mata pelajaran.
Akhirnya, konsep pendidikan karakter di sekolah tidak pernah bisa optimal. Menurut Mochtar
Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai
secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan
di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta
didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui
pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-
nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Kata kunci : Karakter, Psikologis

Abstract: At this time we often see our students who do not have manners, like a brawl, a
hobby to stay up and racing on the road. That's the kind of juvenile delinquency are common,
other types of juvenile delinquency happy lying, skipping school, stealing, gambling and
even abortion. More and more problems from the problem of lack of cooperation, more selfish,
political party or group, to the nation rife with corruption, collusion and nepotism. During this
time the character of existing guidance in the school such as guidance counseling, but it varies.
At school counselor can not achieve all because in fact the only guidance counselor guiding
students were affected by the problem and the other students seemed to be free of problems,
presence of teachers BP itself sometimes is held by the subject teachers. Finally, the concept of
character education in schools can never be optimal. According to Mochtar Buchori (2007),
character education is supposed to bring students to the introduction of the value of cognitive,
affective value appreciation, and eventually to the practice of real value. Character education
aims to improve the quality of education in schools and the results towards achieving the
formation of character and noble character of learners as a whole, integrated and balanced,
appropriate competency standards. Through character education students are expected to be
able to independently increase and use knowledge, study and internalize and personalize the
character values and noble character that manifested in everyday behavior.
Keywords: Character,, Psychologist
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1
1
p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April
1. PENDAHULUAN
Pelajar yang sedang menempuh didefinisikan sebagai suatu cara untuk
pendidikan di SLTP maupun SLTA, bila melawan dengan sangat kuat, berkelahi,
ditinjau dari segi usianya, sedang melukai, menyerang, membunuh,atau
mengalami periode yang sangat potensial menghukum orang lain. Atau secara
bermasalah. Periode ini sering singkatnya agresi adalah tindakan yang
digambarkan sebagai storm and drang dimaksudkan untuk melukai orang lain
period (topan dan badai). Dalam kurun ini atau merusak milik orang lain.
timbul gejala emosi dan tekanan jiwa, Tawuran pelajar secara kuantitas
sehingga perilaku mereka mudah sebenarnya boleh dikatakan kecil. Pusat
menyimpang. Dari situasi konflik dan Pengendalian Gangguan Sosial DKI
problem ini remaja tergolong dalam sosok Jakarta Raya mencatat, pelajar yang
pribadi yang tengah mencari identitas dan terlibat tawuran hanya sekitar 1.369 orang
membutuhkan tempat penyaluran atau sekitar 0,08 persen dari keseluruhan
kreativitas. Jika tempat penyaluran siswa yang jumlahnya mencapai
tersebut tidak ada atau kurang memadai, 1.685.084 orang. Namun dari segi isu,
mereka akan mencari berbagai cara korban, dan dampaknya, tawuran tidak
sebagai penyaluran. Salah satu eksesnya, bisa dianggap enteng. Jumlah korban
yaitu “tawuran”. tewas akibat tawuran pelajar, sejak 1999
“Tawuran” mungkin kata tersebut hingga kini yang tercatat mencapai 26
sering kita dengar dan baca di media orang. Ini belum termasuk yang luka berat
massa. Bagi warga di kota-kota besar, dan ringan. Secara sosial, tawuran juga
aksi-aksi kekerasan baik individual telah meresahkan masyarakat dan secara
maupun massal mungkin sudah material banyak fasilitas umum yang
merupakan berita harian. Saat ini beberapa rusak, seperti dalam kasus pembakaran
televisi bahkan membuat program- atau pelemparan bus umum.
program khusus yang menyiarkan berita- Berkaitan dengan agresi Craig A.
berita tentang aksi kekerasan. Aksi-aksi Anderson dan Brad J. Bushman dalam
kekerasan dapat terjadi di mana saja, penelitiannya Effect Of Violent Video
seperti di jalan-jalan, di sekolah, bahkan Games On Aggressive Behavior,
di kompleks-kompleks perumahan. Aksi Aggressive Cognitiom, Aggressive Affect,
tersebut dapat berupa kekerasan verbal Physiological Arousal, And Prososial
(mencaci maki) maupun kekerasan fisik Behavior menemukan bahwa video-game
(memukul, meninju, dll). Pada kalangan kekerasan mengajukan suatu ancaman
remaja aksi yang biasa dikenal sebagai kesehatan-masyarakat terhadap anak-anak
tawuran pelajar/masal merupakan hal dan remaja, dimana video game kekerasan
yang sudah terlalu sering kita saksikan, berhubungan secara positif dengan tingkat
bahkan cenderung dianggap biasa. Pelaku- agresi yang dipertinggi pada dewasa muda
pelaku tindakan aksi ini bahkan sudah dan anak-anak. Selain itu, video game
mulai dilakukan oleh siswa-siswa di kekerasan berhubungan secara positif
tingkat SLTP/SMP. Hal ini sangatlah dengan mekanisme-mekanisme utama
memprihatinkan bagi kita semua. yang mendasari efek-efek jangka panjang
Hal yang terjadi pada saat tawuran terhadap perkembangan kepribadian yang
sebenarnya adalah perilaku agresi dari agresif – kognisi agresif.
seorang individu atau kelompok. Agresi M. Brent Donnellan, Kali H.
itu sendiri menurut Murray (dalam Hall & Trzesniewski, Richard W. Robins, Terrie
Lindzey, Psikologi kepribadian, 1993) E. Moffit dan Avshalom Caspi dalam
penelitiannya Low Self Esteem is dalam kejahatan kelompok, supaya jangan
related to Aggression, Anti Social disingkirkan dari kelompoknya. Disinilah
Behavior, and Delinquency menunjukkan letak bahayanya bagi perkembangan
bahwa self- esteem bisa meramalkan remaja yakni apabila nilai yang
masalah-masalah pengeksternalisasian dikembangkan dalam kelompok sebaya
dimasa depan; anak- anak berusia 11 adalah nilai yang negatif.
tahun dengan self-esteem yang rendah Tidak dapat dipungkiri bahwa pada
cenderung meningkat agresinya pada saat ini anak-anak dan remaja banyak
umur 13. Andreas diekmann, Monika belajar menyaksikan adegan kekerasan
jungbaeur- gans, Heinz Krassing, melalui Televisi dan juga "games" atau
Sigrid Lorenz dalam penelitiannya Social pun mainan yang bertema kekerasan.
Status and Aggression menunjukan bahwa Acara-acara yang menampilan adegan
social status yang lebih tinggi tidak hanya kekerasan hampir setiap saat dapat
menghambat respon agressif namun juga ditemui dalam tontonan yang disajikan di
dapat memperhebat kecenderungan televisi mulai dari film kartun, sinetron,
sampai film laga. Selain itu ada pula
agresif seseorang, namun penelitian ini
acara-acara TV yang menyajikan acara
tidak dapat digeneralisasikan karena khusus perkelahian yang sangat populer
perbedaan budaya dapat juga memainkan dikalangan remaja seperti Smack Down,
peran dalam agresi. UFC (Ultimate Fighting Championship)
atau sejenisnya. Walaupun pembawa
2. PEMBAHASAN acara berulang kali mengingatkan
2.1 Masa Remaja penonton untuk tidak mencontoh apa yang
Masa Remaja merupakan masa mereka saksikan namun diyakini bahwa
manusia mencari jati diri. Pencarian tontonan tersebut akan berpengaruh
tersebut direfleksikan melalui aktivitas terhadap perkembangan jiwa
berkelompok dan menonjolkan penontonnya.
keegoannya. Yang dinamakan kelompok Model pahlawan di film-film
tidak hanya lima atau sepuluh orang saja. seringkali mendapat imbalan setelah
Satu sekolah pun bisa dinamakan mereka melakukan tindak kekerasan. Hal
kelompok. Kalau kelompok sudah ini sudah barang tentu membuat penonton
terbentuk, akan timbul adanya semacam akan semakin mendapat penguatan bahwa
ikatan batin antara sesama kelompoknya hal tersebut merupakan hal yang
untuk menjaga harga diri kelomponya. menyenangka dan dapat dijadikan suatu
Maka tidak heran, apabila kelompoknya sistem nilai bagi dirinya. Dengan
diremehkan, emosianal-lah yang akan menyaksikan adegan kekerasan tersebut
mudah berbicara. terjadi proses belajar peran model
Pada fase ini, remaja termasuk kekerasan dan hal ini menjadi sangat
kelompok yang rentan melakukan efektif untuk terciptanya perilaku agresi.
berbagai perilaku negatif secara kolektif Dalam penelitiannya Craig A.
(group deviation). Mereka patuh pada Anderson dan Brad J. Bushman dalam
norma kelompoknya yang sangat kuat dan penelitiannya Effect Of Violent Video
biasanya bertentangan dengan norma Games On Aggressive Behavior,
masyarakat yang berlaku. Penyimpangan Aggressive Cognitiom, Aggressive Affect,
yang dilakukan kelompok, umumnya Physiological Arousal, And Prososial
sebagai akibat pengaruh pergaulan atau Behavior menemukan bahwa video-game
teman. Kesatuan dan persatuan kelompok kekerasan mengajukan suatu ancaman
dapat memaksa seseorang untuk ikut
kesehatan-masyarakat terhadap anak-anak Pada masa ini individu mulai
dan remaja, khususnya para individu usia meninggalkan peran sebagai anak-anak
mahasiswa dimana video game kekerasan dan berusaha mengembangkan diri
berhubungan secara positif dengan tingkat sebagai individu yang unik dan tidak
agresi yang dipertinggi pada dewasa muda tergantung pada orang tua. Fokus pada
dan anak-anak. Selain itu, video game tahap ini adalah penerimaan bentuk dan
kekerasan berhubungan secara positif kondisi fisik serta adanya konformitas
dengan mekansime-mekanisme utama yang kuat dengan teman sebaya.
yang mendasari efek-efek jangka panjang Menurut John Hill (1983), terdapat
terhadap perkembangan kepribadian yang tiga komponen dasar dalam mengkaji
agresif – kognisi agresif. periode remaja awal, yaitu :
Teori kualitas lingkungan dilihat dari 1. Perubahan fundamental remaja
kualitas lingkungan sekolah. Setidaknya a. Perubahan biologis menyangkut
ada 3 faktor yang mempengaruhi tingkat tampilan fisik (ciri-ciri secara primer
kerawanan sekolah.Pertama adalah faktor dan sekunder)
fisik sekolah Seperti berdekatan dengan Perubahan ini mengakibatkan remaja
pusat-pusat hiburan/keramaian, kurangnya harus menyesuaikan diri terhadap
sistem pengamanan lingkungan, serta lingkungan di sekitarnya. Perubahan
tidak tersedianya sarana yang membuat fisik ini juga berpengaruh terhadap
anak-anak betah di sekolah. Kedua adalah self image remaja dan juga
faktor psikoedukatif, yaitu ketertiban dan menyebabkan perasaan tentang
kelancaran proses belajar-mengajar di diripun berubah. Hubungan dengan
sekolah. Ketiga adalah faktor efektivitas keluarga ditampilkan remaja dengan
interaksi edukatif di sekolah. menunjukan kebutuhan akan privacy
Kedua dari manajemen rumah tangga yang cukup tinggi.
yang tidak efektif Pola asuh yang tidak b. Transisi Kognitif
tepat (pola asuh keras menguasai maupun Perubahan dalam kemampuan
pola membebaskan) serta hubungan yang berpikir, remaja telah memiliki
tidak harmonis antar anggota keluarga kemampuan yang lebih baik dari anak
dapat menyebabkan anak tidak betah di dalam berpikir mengenai situasi secara
rumah dan mencari pelampiasan kegiatan hipotesis, memikirkan sesuatu yang
di luar bersama teman-temannya. Hal ini belum terjadi tetapi akan terjadi. Ia
tidak jarang menyeret mereka kepada pun telah mampu berpikir tentang
pergaulan remaja yang tak sehat, seperti konsep-konsep yang abstrak seperti
perkelahian. pertemanan, demokrasi, moral
Kondisi lingkungan tempat tinggal (Keating, 1990).
yang tidak berkualitas, tidak nyaman dan c. Transisi Sosial
tidak layak, akan mempengaruhi remaja Perubahan dalam status sosial
dalam menyikapi dan membangun membuat remaja mendapatkan peran-
hubungan dengan dunia sekitarnya. Bagi peran baru dan terikat pada kegiatan-
remaja yang hidup di tempat kumuh dan kegiatan baru. Semua masyarakat
kotor kemungkinan besar mereka tidak membedakan antara individu sebagai
akan nyaman tinggal di rumah sehingga anak dan sebagai individu yang saiap
akan melarikan diri dari kenyataan. Pada memasuki masa dewasa.
kondisi inilah remaja mudah tergiur untuk 2. Konteks dari Remaja
berbuat menyimpang karena lepas dari Perubahan fundamental remaja
norma dan pengawasan di rumah bersifat universal namun akibatnya
pada individu sangat bervariasi  Mengembangkan pengertian-
(Brinfenbrenner, 1979). Hal ini terjadi pengertian yang diperlukan guna
karena dampak psikologis dari keperluan kehidupan sehari- hari
perubahan yang terjadi pada diri  Mengembangkan kata hati
remaja dibentuk dari lingkungan. moralitas dan skala nilai-nilai
Dengan kata lain, perkembangan  Belajarmembebaskan
psikologis selama masa remaja ketergantungan diri
merupakan hasil dari perubahan-  Mengembangkan sikap sehat
perubahan yang mendasar dan terhadap kelompok dan lembga-
bersifat universal dengan konteks lembaga
dimana pengalaman terjadi. 2. Masa Remaja
3. Perkembangan Psikososial  Menerima keadaan jasmaniah dan
Terdapat 5 kasus dari psikososial menggunakannya secara efektif
yaitu : identity, autonomy, intimacy,  Menerima peranan sosial jenis
sexuality, dan achievment. kelamin sebagai pria/wanita
identity : mengemukakan dan  Menginginkan dan mencapai
mengerti siapa diri sebagai individu perilaku social yang bertanggung
autonomy : menetapkan rasa yang jawab social
nyaman dalam ketidaktergantungan  Mencapai kemandirian emosional
intimacy : membentuk relasi yang dari orang tua dan orang dewasa
tertutup dan dekat dengan orang lain lainnya
sexuality : mengekspresikan perasaan-  Belajar bergaul dengan kelompok
perasaan dan merasa senang jika ada anak-anak wanita dan anak-anak
kontak fisik dengan orang lain laki-laki
achievment : mendapatkan keberhasilan
 Perkembangan skala nilai
dan memiliki kemampuan sebagai anggota
 Secara sadar mengembangkan
masyarakat.
gambaran dunia yang lebih dekat
Adapun ciri-cirinya adalah anak
 Persiapan mandiri secara ekonomi
usia SMP memasuki persaingan. Karena
itu anak mengalami konflik antarpersonal,  Pemilihan dan latihan jabatan
konflik antarkelompok, dan konflik sosial.  Mempersiapkan perkawinan dan
keluarga.
Dan secara spesifik ciri-ciri tersebut
Berdasarkan karakteristik tersebut,
adalah sebagai berikut : seyogiyanya orang tua sebijak mungkin
1. Masa Anak Sekolah mengarahkan mereka dengan prinsi-
 Belajar ketangkasan fisik untuk prinsip sebagai berikut :
bermain - Meningkatkan proses kedekatan
 Pembentukan sikap yang sehat dengan anak melalui dialog dan
terhadap diri sendiri sebagai berbagai cara.
organism yang sedang tumbuh - Jadilah pendengar yang baik dan
 Belajar bergaul yang bersahabat bukan menjadi hakim.
dengan anak-anak sebaya - Jangan pernah menyela pembicaraan
 Belajar peranan jenis kelamin dan cerianya.
 Mengembangkan dasar-dasar - Jangan beri komentar atau nasihat
kecakapan membaca, menulis, dan sebelum tiba waktunya.
berhitung
2.2 Peran Guru secara psikologis bagi disimpulkan guru tidak berhasil
Siswa melakukan tugasnya sebagai
Sogiyanya guru dalam mendorong transformator nilai dan perubahan. Sikap
perkembangan remaja (siswa) mampu guru yang menghargai bahwa anak didik
memberikan dorongan secara psikologis, merupakan pribadi yang juga bisa gelisah
dan memiliki kapasitas dan kapabilitas memikirkan jati dirinya akan membuat
dalam membantu tugas perkembangan para murid nyaman dengan proses
siswa memasuki masa remaja awal, secara pembelajaran yang sedang berlangsung.
rinci kemampuan guru tersebut adalah Selain itu, penghargaan tersebut membuat
sebagai berikut: guru disenangi para murid, yang saat ini
sangat berimplikasi positif bagi
2.2.1 Pemahaman Masa Sekolah perkembangan anak didik, dan juga
sebagai Pencarian Jati Diri terhadap transformasi itu sendiri.
Masa di sekolah adalah ketika seorang
anak didik sedang belajar memaknai 2.2.2 Pemahaman Masalah Pribadi dan
dirinya dan juga lingkungan dimana ia Sosial Siswa
berada. Proses adaptasi baik terhadap Pada dasarnya, seorang murid atau
dirinya sendiri maupun lingkungan social, anak didik adalah sebagaimana manusia
memungkinkan seorang anak untuk kebanyakan. Hal yang membedakan
kemudian menjadikan sebagai dasar untuk mungkin hanya cakupan pengalaman yang
bersikap. Lebih dari itu, adaptasi dijadikan dimiliki saja, oleh karena itu, seorang guru
wahana untuk menunjukkan eksistensinya dituntut sadar akan hal ini. Siswa
dalam kehidupan sebagai mahluk Tuhan senantiasa akan mencari signifikansi atas
untuk meraih sukses dan mendapatkan eksistensinya . Ia akan terus berusaha
popularitas yang mempersona. Dalam menemukan titik singgung yang signifikan
interval waktu ketika seorang anak anatara dia dengan kehidupan. Siswa juga
tersebut, tanpa kenal lelah, takut dan berharap agar apa yang dilakukan akan
gelisah. Seorang yang paham siapa dapat memberikan ketenangan dan
sebenarnya dirinya akan menjalani hidup kepuasan batin.
dengan begitu nikmat dan menyenangkan. Seorang guru yang baik dan bijak akan
Ia akan selalu bangga bahwa semua yang menjadikan rasa ingin tahu anak didiknya
dilakukan memiliki visi, misi, dan sebagai motivasi untuk memberikan yang
orientasi. Seorang guru dituntut dan terbaik bagi perkembangan anak. Motivasi
diharapkan memahami, yaitu bahwa anak- dikembangkan menjadi sebuah gerakan
anak didiknya adalah pribadi-pribadi nyata untuk menjadikan anak didik
dahsyat, yang pada saat yang sama sedang generasi unggul di masa depan. Guru yang
berjuang menemukan jati dirinya. telah sadar aksi seperti ini tidak akan
Pemahaman guru terhadap muridnya yang begitu menjadikan masalah finansial
sedang mencari jati dirinya akan membuat sebagai kendala, meskipun finalsial tetap
simpati dan empati tentang kondisi penting. Kondisi pendidikan saat ini
psikologis dan keadaan sosial yang menuntut guru agar menjadikan salah satu
mengelilingi anak didiknya. faktor penentu meningkatnya mutu
Konsep pengajaran seharusnya dapat pendidikan. Keberhasilan
memberikan implikasi positif bagi penyelenggaraan pendidikan sangat
perkembangan anak didik. Apabila ditentukan oleh sejauh mana kesiapan
pengajaran tidak dapat memacu rasa ingin guru dalam mempersiapkan peserta
tahu dan rasa ingin berkarya, maka dapat didiknya melalui kegiatan belajar
mengajar. Guru dituntut memiliki kualitas
ketika menyajikan bahan pengajaran 2.2.3.2 Kompetensi yakni penetapan
kepada anak didik, dan mampu melakukan tujuan dan keahlian perencanaan
transformasi seperangkat ilmu instrusional.
pengetahuan (cognitive domain), dan Guru yang baik dan memiliki
aspek ketrampilan (psycomotoric domain), professionalitas tidak sekedar mengajar di
akan tetapi juga mempunyai tanggung kelas, entah itu menggunakan perspektif
jawab untuk mengejawantahkan hal-hal tradisional atau konstruktif. Guru harus
yang berhubungan dengan dengan sikap menentukan tujuan pengajaran dan
(affective domain) menyusun rencana untuk mencapai tujuan,
menyusun criteria tertentu agar sukse,
2.2.3 Pemahaman Aktualisasi Diri menyusun rencana instruksional,
Siswa mengorganisasikan pelajaran agar murid
Guru yang baik harus dapat menguasai meraih hasil maksimal dari kegiatan
beragam perspektif dan strategi, dan harus belajarnya. Dalam menyusun rencana,
dapat mengaplikasikannya secara guru memikirkan tentang cara agar
fleksibel. Hal ini membutuhkan dua hal pelajaran bisa menantang sekaligus
utama, yakni: pengetahuan dan keahlian menarik.
professional , komitmen dan motivasi.
2.2.3.3 Keahlian motivasional.
2.2.3.1 Pengetahuan dan keahlian Guru yang baik dan motivatif punya
professional. strategi yang baik untuk memotivasi
Guru yang efektif menguasai materi murid agar mau belajar. Para ahli
pelajaran dan keahlian atau ketrampilan psikologi pendidikan semakin percaya
mengajar yang baik. Guru yang efektif bahwa motivasi paling baik untuk
memiliki strategi pengajaran yang baik mendorong dengan memberi kesempatan
dan didukung metode penetapan tujuan, murid untuk belajar di dunia nyata, agar
rencana pengajaran, dan manajemen kelas. setiap murid berkesempatan menemui
Mengetahui bagaimana memotivasi, sesuatu yang baru dan sulit. Guru yang
berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif tahu bahwa murid akan termotivasi
efektif dengan murid-murid dari beragam saat mereka bisa memilih sesuatu yang
latar belakang cultural, dan memahami sesuai dengan minatnya dan memberikan
cara menggunakan teknologi yang tepat kesempatan murid untuk berpikir kreatif
guna di dalam kelas. dan mendalam untuk kepentingan mereka
Guru yang efektif harus sendiri.
berpengetahuan, fleksibel, dan memahami
materi. Pengetahuan subjek materi bukan 2.2.4 Pemahaman Psikologi
hanya mencakup fakta, istilah, dan konsep Perkembangan Siswa
umum, akan tetapi membutuhkan Perkembangan adalah pola perubahan
pengetahuan tentang dasar-dasar biologis, kognitif, dan sosio-emosional
pengorganisasian materi, mengaitkan yang dimulai sejak lahir dan terus
berbagai gagasan, cara berpikir dan berlanjut sepanjang hidup. Kebanyakan
berargumentasi, pola perubahan dalam perkembangan adalah pertumbuhan,
suatu mata pelajaran, kepercayaan tentang meskipun pada akhirnya mengalami
mata pelajaran, dan kemampuan untuk penurunan (kematian). Manusia dengan
mengkaitkan satu gagasan dari satu berbagai macam sifat dan karakternya
disiplin ilmu kedisiplin ilmu yang lainnya. sudah dapat dipastikan memiliki
kepribadian yang berbeda pula. Oleh dapat menyegarkan kembali sel-sel otak
karena itu, sudah merupakan kelayakan dalam pikiran dalam menerima infomasi.
jika kemudian seorang guru memiliki Dalam ranah pendidikan dan
pemahaman yang mendalam tentang pembelajaran, sebaiknya seorang guru
psikologi perkembangan siswa. Atau dapat membuat anak didiknya semakin
secara umum seorang guru hendaknya bersemangat untuk belajar dan mengubah
memiliki pemahamanan tentang psikologi diri menjadi lebih baik. Maka, seorang
perkembangan manusia. Memahami guru dituntut untuk dapat membuat para
perkembangan anak didik akan membuat siswa kembali ke masa ketika siswa dapat
guru bijak dalam menyikaspi setiap meraih suatu kesuksesan untuk kemudian
gelagat anak didiknya, yang positif dilakukan kembali, dan mendapatkan
maupun negative. Teresa Amabile (1993) kesuksesan sebagai yang pernah didapat,
mengatakan bahwa menyuruh murid bahkan bisa lebih besar dan lebih tinggi.
untuk melakukan sesuatu secara persis
akan membuat mereka bahwa orisinilitas 2.3 Memiliki Wacana yang Luas
adalah sebuah kesalahan dan eksplorasi Profesi guru terdiri dari empat bentuk
adalah kesia-sian. Artinya yang perlu keinginan dan aktivitas: (a) pendidikan,
diperhatikan adalah perhatian guru (b) proses belajar mengajar atau
terhadap perkembangan dan bimbingan penyuluhan, (c) pengembangan
kecenderungan anak. Sebab, semua anak profesi, dan (d) penunjang proses belajar
memiliki tingkat perkembangan yang mengajar atau bimbingan dan penyuluhan.
berbeda, begitupun dengan kecenderungan Bahwa dalam proses belajar-mengajar
atau potensi dan bakatnya. Penyikapan diharapkan terjadi interaksi positif antara
yang benar terhadap perbedaan ini akan guru dengan murid, juga dengan
membuat anak-anak didik nyaman dalam lingkungan sekitar, termasuk dengan
belajar karena merasa dihargai dan orang tua murid. Sejalan dengan itu, maka
dihormati hak-hak dan kemampuannya. keberlanjutan dari gagasan diatas adalah
Seorang guru yang memiliki supaya seorang guru mengajak,
kompetensi dalam memahami psikologi memotivasi dan membimbing para siswa
danperkembangan siswanya, maka hal itu untuk belajar melalui interaksi dengan
dapat menjadikan sebagai guru yang lingkungannya, lingkungan orang-orang
mudah dalam memberikan penjelasan dan sekitar, dan berbagai hal yang terdapat
pemahaman. Sebagai contoh, guru dalam kehidupan ini.
memberikan jeda kepada siswanya dalam Tugas utama seorang guru adalah
memberikan pelajaran akan memberikan menciptakan lingkungan tersebut, sebuah
manfaat yang sangat besar, karena jeda lingkungan yang sugestif dan motivatif
sangat penting Beberapa alasan yang dapat mendorong siswa melakukan
pemberian jeda : (a) dalam setiap belajar interaksi yang produktif dan memberikan
yang paling diingat dengan baik adalah pengalaman belajar yang dibutuhkan.
informasi yang dipelajari pada saat Mendorong dan manggalakkan
pertama dan terakhir. Oleh karena itu keterlibatan siswa dalam proses belajar-
apabila dalam pelajaran diberikan banyak mengajar merupakan salah satu
jeda, maka siswa akan lebih banyak yang kompetensi yang penting dimiliki seorang
dapt diingat dan diserap informasi yang pengajar atau guru. Pengajar diharapkan
diberikan, (b) ketika pikiran menjadi letih dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang
karena menyimak dan mendengarkan dapat membuat siswa aktif, baik secara
informasi, maka pemberian jeda akan fisik maupun mental.
umpan balik atas ungkapan atau
2.4 Menggunakan Prosedur dalam penjelasan yang diberikan oleh guru,
Proses Pembelajaran dengan memberikan kebebasan untuk
Seorang guru yang memiliki mengemukakan pendapat yang berkenaan
kemampuan untuk membaca dan dengan materi pelajaran, (b) memberikan
memaknai dinamika kehidupan akan kesempatan kepada siswa untuk
berusaha melibatkan para siswa dalam mengadakan inisiasi, dimana masing-
proses belajarnya. Anak didik juga masing siswa berbicara mengungkapkan
dianggap sebagai manusia dengan ide dan siswa lainnya memberikan
kemampuan sangat potensial. Aktivitas tanggapan, kemudian guru meluruskan
memiliki banyak unsur yang
berdasarkan teori dan pengalamannya.
dipersyaratkan untuk dapat ditampilkan
oleh pengajar, yaitu: Dengan demikian guru memberikan
1. Menarik perhatian siswa terhadap kebebasan untuk mengembangkan
materi pelajaran baru yang akan pendapat, opini, mengemukakan topic
disampaikan. baru, dan kegiatan lain yang tidak
2. Memberikan motivasi kepada siswa membatasi pemikiran siswa. Sikap ini
agar tertarik mengikuti bahan yang menjadi poin tersendiri dalam rangka
disampaikan. mewujudkan keberhasilan pendidikan.
3. Memberi acuan atau struktur materi
pelajaran baru yang akan disampaikan 2.6 Memelihara Keterlibatan Siswa
dengan menunjukka tujuan dalam Proses Belajar.
instruksional yang akan dicapai, Aspek yang ditampilkan guru atau
pokok persoalan yang akan dibahas, pengajar, adalah: (a) menjediakan
rencana kerja, serta pembagian waktu. lembaran kerja bagi setiap siswa, (b)
4. Mengaitkan antara tipok yang sudah mengajukan banyak pertanyaan dan
dikuasai siswa dengan topik pelajaran berusaha mempeoleh jawaban dari semua
baru. siswa, (c) jawaban-jawaban yang tepat
5. Membantu siswa mengingat kembali dihargai, demikian pula jawaban yang
pengalaman atau pengetahuan yang tidak tepat, diarahkan atau dilupakan
sudah diperolehnya. secara baik, (d) mengadakan simulasi dan
6. Menggunakan minat siswa sebagai permainan peranan, (e) memantau
perantara dalam melibatkan kegiatan kemajuan siswa ketika memberikan
baru. umpan balik dengan tujuan agar bisa
7. Mengubah minat baru dalam memperbaiki tiap kesalahan, entah dalam
melibatkan kegiatan melalui teknik pendapat sebelumnya atau dalam
mengajukan pertanyaan yang penyampain, dan (f) kritis dalam
menggali pemikiran siswa. memecahkan masalah, dilemma, atau
8. Membantu siswa mengerti apa yang situasi yang mengandung konflik.
akan mereka capai dengan melibatkan
diri dalam kegiatan belajar. 2.7 Menguatkan Upaya Siswa
Memelihara Proses Belajar
2.5 Memberikan Kesempatan Siswa Unsur-unsur aktivitas yang dapat
untuk Berpartisipasi ditampilkan oleh guru dalam aspek ini,
Pengajar atau guru dalam proses adalah: (a) menetapkan kegiatan yang
pengajaran: (a) memberikan kesempatan memungkinkan siswa dapat
kepada siswa untuk memberikan respon, melakukannya, (b) membuat variasi
stimuli dengan mengubah kegiatan,
mengubah posisi duduk dan sebagainya, dari diri/sanubari/qolbu kita sendiri.
(c) merespon secara positif siswa yang Norma yang sudah menjadi bagian dari
berpartisipasi, (d) membangkitkan diri hati nurani (suara hati) adalah norma-
kembali perhatian siswa, dan pengajar nilai-moral yang sudah bersatu raga dan
bereaksi terhadap siswa yang tidak siap menjadi keyakinan diri atau prinsip /dalil
menerima pelajaran, (e) memberi diri dan kehidupan kita. Sedangkan yang
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dimaksud nilai adalah kualifikasi harga
menanggapi, dan mengkritik materi atau isi pesan yang dibawakan/
pelajaran yang disampaikan, dan (f) tersurat/tersirat dalam norma tersebut,
pengajar memperhatikan reaksi siswa, dan yang dimaksud moral adalah tuntutan
baik verbal maupun non verbal. Seorang sikap-perilaku yang diminta oleh norma
guru yang baik, adalah yang dapat dan nilai tadi.
memaknai setiap dinamika, tentu tidak Sedangkan yang dimaksud sistem
akan memberikan pelajaran jika jam yang dalam kehidupan adalah sebagaimana
tersedia sudah habis. Begitu juga tidak dikatakan oleh Talcot Parson, bahwa
akan memberikan topic yang menyimpang “setiap organisme kehidupan (manusia,
dari silabus, apalagi topic tersebut binatang, dan tumbuhan dll) memiliki
membuat para siswa tersudutkan dan 5(lima) sistem, yaitu sistem nilai (value
tertekan. Selain itu guru melakukan system), sistem budaya (cultural system),
penelitian juga berusaha sekuat daya system sosial (social system), system
upaya untuk objektif dan professional. personal (personal system)dan system
Senjatanya adalah penilaian atau evaluasi organic(organic system. Tentunya diri
merupakan suatu tindakan dalam manusiapun mengandung lima system
menentukan kompentensi siswa. tersebut, yang mengacu kepada 6 norma
acuan yang ada/dianut/diyakini/orang-
2.8 Penanaman Nilai-Nilai Karakter masyarakat serta kehidupannya.
dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) Potret diri dan kehidupan manusia
Dalam mengembangkan potensi dengan perangkat Nilai, Moral dan Norma
kodrati melalui pendidikan, khususnya yang sangat kompleks menuntut untuk
penanaman nilai-nilai karakter pada siswa eksisnya Pendidikan Nilai Moral,
seyogiyanya tidak lepas dari tempat-waktu sehingga manusia tetap memiliki konsep
dan kondisi berinteraksi/berinteradiasi dasar nilai sebagai insan bermoral
antara aspek kognitif, afektif dan (morally mature person atau a healthy
psikomotor, yang dikendalikan oleh 6 person) dan kehidupannya terkendali.
(enam) norma acuan pokok yang Menurut Kosasih Djahiri (2004)
mengendalikan diri dan kehidupan mengatakan bahwa “Pendidikan Nilai-
manusia, yaitu; norma/syaraiah agama, Moral disamping membina, menegakkan
budaya agama, budaya adat/tradisi, dan mengembangkan perangkat tatanan
hukum positif/negara, norma keilmuan, NMNr dalam upaya pencerahan diri dan
dan norma metafisis. Dalam setiap kehidupan manusia secara kaffah dan
norma melahirkan acuan nilai dan berakhlak mulia serta kehidupan
moral, adapun yang dimaksud norma masyarakat Madaniah (civil society)”,
dalam konteks ini adalah perangkat sedangkan yang menjadi misi Pendidikan
ketentuan/hukum/arahan, yang bersifat Nila-Moral adalah sebagai berikut :
eksternal seperti dari Tuhan/Agama, a. memelihara/melestarikan dan
Negara/hukum, masyarakat/adat dan bisa membina NMNr menjadi system
yang terbaik, dan secara internal berasal kehidupan yang saling terkait;
b. mengklarifikasi dan merevitalisasi (Sarah Cook & Steve Macaulay: 1996 :2)
sub. a sebagai “moral conduct” diri sebagai berikut :
dan kehidupan Empowerment, adalah membebaskan
manusia/masyarakat/bangsa seseorang dari kendali yang kaku……., da
dimana yang bersangkutan berada; memberikan orang tersebut kebebasan
c. memanusiakan (humanizing), untuk bertanggungjawab terhadap ide-
membudayakan (civilizing) dan idenya, dan keputusan-keputusannya,
memberdayakan (empowering) tindakan-tindakannya.
manusia dan kehidupannya secara Kalau kita kembangkan lebih lanjut
utuh (kaffah) dan beradab
ungkapan pemberdayaan (empowerment)
(norm/value based);
di atas, terarah pada upaya memberikan
d. membina dan menegakkan “law
kebebasan kepada seseorang, memiliki
and order” serta tatanan kehidupan
tanggungjawab pengembangan pribadi,
yang manusiawi-demokratis-dan
yang meliputi kemampuan berpikir,
taat azas;
mengembangkan gagasan, melakukan
e. khusus di negara kita, disamping
tindakan, samapai pada membuat
hal-hal di atas juga membawakan
keputusan. Namun demikian kebebasan
misi pembinaan dan
tersebut tidak lepas dari tanggungjawab.
pengembangan
Apabila kita kembali kepada asas
manusia/masyarakat, bangsa
pendidikan dalam pemberdayaan tersebut,
Indonesia, namun tetap
tidak terlepas dari penerapan asas
berkepribadian.
tanggungjawab, dan asas kemerdekaan.
Dalam menembus kekakuan yang menjadi
2.9 Esensi Pendidikan dalam
penghambat mengembangkan potensi diri
membentuk Karakter Siswa sebagai
peserta-didik, kebebasan merupakan pintu
Kontribusi terhadap Pembangunan
keluarnya. Namun demikian bila
Karakter Bangsa
kebebasan itu dilakukan tanpa kendali,
Pendidikan memiliki peran yang
besar peluang terjadinya kebablasan
sangat strategis dalam mengembangkan
“seolah-olah” seperti kuda lepas dari
sumber daya manusia, disatu sisi
kandangnya. Oleh karena itu, penerapan
pendidikan dapat diartikan sebagai proses
asas tanggungjawab, menjadi kendalinya.
kegiatan mengubah perilaku individu
Proses pemberdayaan peserta-didik
kearah kedewasaan dan kematangan,
untuk menjadi SDM yang berkemampuan
tentunya hal ini mengandung makna
dan bertanggungjawab , tidak dapat
bahwa kedewasaan pada makna ini tidak
dilepaskan dari penerapan asas kasih
terbatas hanya pada usia kalender,
sayang. SDM yang memiliki keberdayaan,
melainkan lebih berbobot mental –
adalah manusia berinteraksi sosial dengan
spiritual, sikap, nalar, baik intelektual
sesamanya dalam suasana kasih saying.
maupun emosional, sosial dan spiritual.
Bahkan dalam suasanan yang demikian,
Dengan demikian, pada tingkat dan bobot
individu terhadap individu lainnya, dapat
kedewasaan ini terungkap pula
saling memberdayakan. Hanya harus
kematangannya dalam berucap, berpikir,
diingat, bahwa suasana kasih sayang,
berperilaku, dan membuat keputusan.
bukan suasana kemanjaan yang justru
1. Makna Pemberdayaan
dapat mengembangkan ketergantungan
Makna pemberdayaan memiliki kaitan
yang kaku jauh dari kemandirian.
yang erat dengan pendidikan,
Melalui proses pemberdayaan, peserta
sebagaimana dinyatakan oleh Jan Carizon
didik digirIng dan dibimbing SDM yag
memilki visi, sadar bahwa hidup dan keberadaan orang lain. Gagasan,
kehidupan itu berpijak diatas realita, pemikiran, bantuan, pendpaat orang
dimanapun kita hidup dankehidupan itu disekitar kita, sekecil apapun ada
berpijak diatas realita, dimanapun kita maknanya. Melalui asas kasih ssyang,
hidup selalu berhadapan dengan orang orang diluar diri kita masing-masing,
lain, serta dalam menghadapi kehidupan mampu memcahkan kekakuan, kesunyian,
yang penuh dengan tantangan-ancaman- kekhawatiran, dan keresahan.
hambatan-gangguan, harus menanmpilkan Keberdayaan prang disekitar kita , dapat
diri sebagai diri yang berani. Empat meningkatkan keberdayaan hidup dalam
dimensi, yaitu visi, realita, orang (manusia suasana saling ketergantungan.
lain), dan keberanian, oleh sarah Cook & Sekolah merupakan salah satu tempat
Steve Macaulay (1996 : 40-44) mempersiapkan generasi muda/mendatang
merupakan dimensi yang harus dimiliki menjadi manusia dewasa berbudaya
oleh kepemimpinan yang ber- (depdikbud, 1981), dimana melalui
emporwerment. sekolah diharapkan :
Bahwa dalam proses pemberdayaan 1. Dibina hari esok kehidupan
diri, terutama diri peserta-didik, harus (tomorrow’s life) anak, disiapkan
berpijak diatas realta, kehidupan yang untuk hidup dalam dunia nyata (real
sedang kita jalani itu penuh dengan life) yang didiami/dilakoninya hari ini
persaingan, tantangan, hambatan, dan yang diperkirakan masa
gangguan, ancaman, bahkan sangat mendatang. Dari ungkapan ini jelas
berisiko, itulah realita yang sesungguhya antara dunia sekolah dengan
kita hadapi. Melalui proses kenyataan merupakan dua hal yang
pemberdayaan, peserta didik harus benar- berbeda tetapi tidak terpisahkan. The
benar “dibuka matanya”, untuk mampu real life melalui lingkungan
menghadapi realita kehidupan hari ini, belajar/sekitarnya harus diserap dalam
terutama di hario-hari mendatang, dunia kehidupan pendidikan sekolah.
merupakan arena yang harus dipengarangi Sehingga fungsi sekolah sebagai
(the future war). Oleh karena itu sikap dan laboratorium atau statsiun transit
sifat perwira, ksantria, jujur dan berani, benar-benar terlaksana.
harus terus dipupuk serta dikembangkan 2. Tertib sekolah, TIK setiap pelajaran,
pada diri peserta didik. Mengingat perilaku warga sekolah dan lain-lain
kehidupan di hari-hari mendatang itu hendaknya memuat dan
sudah pasti penuh dengan berbagai mencerminkan nilai-nilai utama yang
masalah melalui proses pemberdayaan ini, didinginkan mempribadi dan menjadi
visinya harus dipertajam. SDM yang akan budaya anak di kehidupan dan hari
datang itu, harus memilki wawasan (visi) esoknya. Nilai-nilai Pancasila dan
yang laus kedepan, untuk mengantisifasi kepribadian Indonesia hendaknya
realita yang dihadapi seburuk apapun. terbaca dalam kehidupan peraturan,
Dalam menjalani kehidupan yang TIK dan budaya sekolah.
penuh risiko dan persaingan, yang tidak 3. Membina masyarakat dan dunia
akan reda di hari-hari mendatang, kita sekitarnya, yang sering diabel dengan
harus melakukan kerjasama dengan sekolah sebagai agen pengubah (agent
berbagai pihak. Adanya orang lain di of changes). Hal ini merupakan arus
sekitar kita memilki makan sosial yang balik dari pernyataan ( bagian a)
harus diberdayakan. Sebagai makhluk dimana dari kehidupan masuk sekolah,
sosial, tidak dapat meremehkan dalam arti hal ihwal yang baik dan
atau inovatif dari kehidupan sekolah berani mengubah strategi, dari
hendaknya mampu memberikan imbas pendekatan kuantitatif “sepintas lalu dan
pembaharuan dan penyempurnaan dangkal”, pada pendekatan kualitatif yang
kehidupan masyarakat/budya “menukik dan mendalam”. Penerapan dan
sekitarnya. Tentunya melalui aneka pengembangan metodologi yang
kegiatan sekolah/siswa-guru baik bobotnya kualitatif, harus menjadi pilhan
yang intra kurikuler maupun ekstra untuk memenuhi tuntutan reformasi tadi.
kurikuler. Isu-isu makin langka guru di satu pihak,
dan makin banyak pengajar dipihak lai,
2. Pendidikan Sebagai Proses bahkan ada yang lebih kasar lagi ada
Pemberdayaan kecenderungan merebaknya “pekerja
Ketidakberdayaan individu dan juga pendidkan komersial”, harus menjadi
kelompok, terletak pada kepedulian serta antisipasi reformasi
keterbelengguannya dalam aspek-aspek pendidikan. Satu pertanyaan yang paling
sosial-budaya (kebodohan), sosial esensial akan menjadi apakah dunia
ekonomi (kemiskinan), sosial-psiokologi pendidikan di Indonesia ? persoalan
(harga diri) dan sosial-politik tersebut, harus dijawab oleh reformasi
(perbudakan). Individu dan masyarakat pendidikan sebagai proses kegiatan
yang terbelenggu oelh kondisi hidup yang pemberdayaan, pembebasan, dan
demikian, ada dalam kekakuan hidup perekayasaan manusia serta masyarakat
yang memperburuk kehidupannya. Oleh manusia yang berkualitas dalam arti yang
karena itu, untuk memberdayakan merek, seluas-luasnya, kualitas akhlak harus
Paulo Freire (1984) mengembangkan menjadi dasar segala-galanya.
konsep “pendidikan pembebasan”.
Selanjutnya, Paulo Fraire (1984: 53- 3. DAFTAR PUSTAKA
58) mengemukakan bahwa pendidikan A, Craig. Effect Of Violent Video Games
pembebasan ini dilakukan dalam suasana On Aggressive Behavior, Aggressive
dialogis dan kasih sayang. Pernyataannya Cognitiom, Aggressive Affect,
itu antara lain sebagai berikut: Physiological Arousal, And Prososial
…, dialog merupakan suatu kebutuhan Behavior. American Psychologycal
eksistensial bagi manusia……, oleh Society 2001, (353-359).
karena itu ia sarana pertemuan yang
mempersatukan refleksi dengan aksi para Baron, R.A., dan Byrne D.B. (1994).
pelaku dialog yang ditujukan kepda dunia Social Psychology. Under Standing
yang hendak diubah dan dijadikan lebih Human Interaction. Boston: Allyn &
manusiawi. Dialog ini tak dapat terjadi Bacon.
tanpa cinta kasih mendalam terhadap
dunia danmasnuia. Cinta kasih sekaligus Brent, M. Low Self Esteem is related to
meryupakan dasar bagi dialog dan dialog Aggression, Anti Social Behavior, and
itu sendiri. Dengan demikian, secara Delinquency. Research Article.
niscaya harus dilakukan oleh subejk- American Psychological Society 2005,
subjek yang bertanggungjawab dan tidak (328-335).
mungkin berkembang dalam konteks
domminasi. Bringham, J.C., Social Psychology. New
Reformasi pendidikan sebagai York: Harper colligns. Publishers Inc.
tuntutan perkembangan kualitattif dan
pertumbuhan kuantitatif kehidupan, harus
Diekmann, Andreas. Social Status and Sarwono, S.W. (2002). “Psikologi Sosial
Aggression. The Journal of Social (Individu dan Teori- teori Psikologi
Psichology 1996, 136(6), (761-768). Sosial)”. Jakarta : Balai Pustaka.

Prabowo, H. (1998). “Seri Diktat Kuliah : Watson, D.L. (1994). Social Psychology.
Pengantar Psikologi Lingkungan”. Science and Aplication. Illinois: Scott
Depok : Fakultas Psikologi, and Foresmanand Co.
Universitas Gunadarma.

Anda mungkin juga menyukai