Email : Desantifitri30@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Bullying termasuk kategori kekerasan remaja yang artinya persoalan
kesehatan masyarakat dunia yang mencangkup aneka macam tindakan mulai dari bullying
dan perkelahian fisik, sampai serangan seksual serta fisik, dan yang lebih parah sampai
membunuh korban.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku bullying pada remaja di SMP Negeri 1 Anjongan.
Metode: Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan
pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini sebanyak 161 siswa SMP Negeri 1
Anjongan. Sampel yang digunakan sebanyak 115 responden dengan rumus slovin. Teknik
sampling yang digunakan adalah simpel random sampling. Instrumen penelitian ini
menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square.
Hasil: Karakteristik responden mayoritas di duduki oleh perempuan sebanyak 62 siswi
(53,9%). Rata-rata umur responden berusia 12 tahun sebanyak 87 siswa/I (75,7%). Mereka
menjawab bergabung dalam kelompok (geng) sebanyak 99 siswa/I (86,1%). Dan mereka
semua tinggal bersama keluarga kandung (biologis) sebanyak 115 siswa/I (100%).
Sebanyak 69 siswa (60%) memiliki hubungan keluarga kurang baik, sebanyak 101 siswa
(87,8%) dapat dipengaruhi oleh teman sebaya, sebanyak 91 siswa (79,1%) dapat
dipengaruhi oleh media untuk melakukan tindakan perilaku bullying. Untuk hasil yang
diperoleh sebanyak 64 siswa (53,9%) sebagai pelaku bullying.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku bullying adalah hubungan keluarga yang kurang baik dapat mempengaruhi
perilaku bullying, teman sebaya juga dapat mempengaruhi perilaku bullying, serta media
juga dapat mempengaruhi perilaku bullying. Diharapkan pihak sekolah menyadari adanya
tindakan bullying pada siswanya untuk mengurangi atau menghindari terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan.
Kata Kunci: Faktor, Perilaku Bullying, Remaja
PENDAHULUAN Untuk bullying baik di pendidikan juga
sosial media, angkanya mencapai 2.473
Bullying ialah salah satu konflik laporan serta terus meningkat. OECD
yang menjadi perhatian dunia. Konflik (Organisation of Economic Co-operation
bullying ialah persoalan yang paling and Development) pada riset Programme
seringkali dijumpai oleh remaja, orang for International Students Assessment
tua, guru serta sekolah-sekolah. Bullying (PISA) tahun 2018 menyampaikan,
termasuk sikap agresif yang tidak sebesar 41,1% siswa di Indonesia
diinginkan oleh anak lain atau mengaku pernah mengalami bullying.
sekelompok anak yang bukan saudara Selain itu, ditahun yang sama, Indonesia
kandung atau pada hubungan romantis juga berada di posisi ke 5 dari 78 negara
bersama korban. Bullying melibatkan dengan siswa yang mengalami bullying
kerusakan fisik, psikologis atau sosial paling banyak (Kompas, 2021). Bullying
yang berulang, dan seringkali terjadi di yang disebutkan KPAI menjadi bentuk
sekolah dan daerah lain di mana anak- kekerasan di sekolah, tawuran pelajar,
anak berkumpul, serta online (WHO, diskriminasi pendidikan ataupun aduan
2018). pungutan liar. KPAI menemukan bahwa
Perilaku bullying bisa terjadi pada anak yang mengalami bullying pada
berbagai tempat, mulai dari lingkungan lingkungan sekolah sebanyak 87.6%. dari
pendidikan atau sekolah, kantor, tempat angka 87.6% itu, 29.9% bullying
tinggal, lingkungan tetangga, kawasan dilakukan sang gurunya, 42.1% dilakukan
bermain, serta lainnya. Perilaku sang teman sekelas mereka, serta 28.0%
mengejek, menghina, mengancam, dilakukan sang teman lain kelas (KPAI,
memukul, mencuri dan agresi langsung 2020).
yang dilakukan oleh seseorang atau lebih Pada kota besar lainnya di
terhadap korban pada sikap bullying. Indonesia, perkara bullying juga tak
Belum lama ini, timbul informasi perihal jarang terjadi di Kota Pontianak,
2 remaja asal Indonesia dikabarkan meskipun tidak seluruh perkara
menjadi korban perundungan dan dilaporkan. Hasil dari studi pendahuluan
serangan pada stasiun kereta di yang dilakukan pada Komisi Pengawasan
Philadelphia, Pennsylvania, Amerika dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD)
serikat. Berawal dari datangnya empat Kota Pontianak ada 65 kasus perilaku
remaja AS yang menghampiri 2 remaja bullying dan bentuk kekerasan lainnya
asal Indonesia yang sedang menuggu yang terjadi pada tahun 2018. Dibulan
kereta SEPTA di stasiun City Hall. April Tahun 2019, terjadi masalah
Keempat remaja AS memulai dengan bullying dikalangan remaja yang menjadi
menampar pipi salah satu remaja dari sorotan nasional bahkan mancanegara. Di
Indonesia tersebut serta lalu remaja AS bulan September 2019, tersebar video
yang lain memukul kepala kedua remaja perkelahian remaja di Waterfront
asal Indonesia tersebut (Cable News Pontianak. Pada video tersebut
Network Indonesia, 2021). menampilkan satu orang diduga
Data Komisi perlindungan Anak dikeroyok beberapa remaja lainnya.
Indonesia (KPAI), masalah bullying Sebelumnya di tahun yang sama pula
disekolah menduduki peringkat teratas terjadi pengeroyokkan pada remaja SMP
pengaduan rakyat sektor pendidikan. bernama Audrey yang dianiaya oleh
KPAI mencatat, terdapat 37.381 remaja SMA (Tribun Pontianak, 2019,
pengaduan terhadap kekerasan pada anak. pg. 4).
Adapun hasil studi pendahuluan serta perbedaan karakteristik masing-
yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya masing individu pula mampu sebagai
di 2 SMP (Sekolah Menengah Pertama) pemicu timbulnya sikap bullying tadi.
di Kota Pontianak dengan menggunakan Peneliti mengambil judul ini di karenakan
kuisioner yang berisi pertanyaan- belum ada penelitian di Kalimantan Barat
pertanyaan serta didapatkan hasil skrining khususnya di Kabupaten Mempawah
perilaku bullying pada SMP swasta, 30% tentang bullying. Oleh karena itu, penulis
masuk pada kategori rendah. Sedangkan ingin melakukan penelitian pada Sekolah
di SMP Negeri, hasil yang didapatkan Menengah Pertama Negeri 1 Anjongan
yaitu 52% masuk pada perilaku bullying dikarenakan ada perbedaan-perbedaan
kategori tinggi serta 48% masuk dalam tersebut.
kategori perilaku bullying rendah. Hasil
wawancara yang dilakukan dengan Pada penelitian sebelumnya
pengajar Bimbingan Konseling yang ada menemukan faktor keluarga, faktor teman
pada SMP Muhammadiyah 1 Pontianak, sebaya, dan faktor media bisa
didapatkan bahwa guru menyatakan mempengaruhi perilaku bullying.
pernah terjadi kasus bullying di Sekolah Berdasarkan fenomena tersebut, maka
Menengah Pertama Muhammadiyah 1 penulis tertarik untuk mengangkat judul
Pontianak di tahun 2015 dengan sekitar dalam penelitian ini adalah faktor-faktor
20 kasus bullying dan sebanyak 10 kasus yang mempengaruhi perilaku bullying
bullying pada tahun 2016 (Kurniawan, pada remaja di Sekolah Menengah
2018). Pertama Negeri 1 Anjongan.