Anda di halaman 1dari 12

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Bullying Pada Remaja Di

SMP Negeri 1 Anjongan Kabupaten Mempawah

Desanti Fitri Mustikabella1, Lidia Hastuti2, Hidayah3


1
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak
2
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak
3
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak

Email : Desantifitri30@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Bullying termasuk kategori kekerasan remaja yang artinya persoalan
kesehatan masyarakat dunia yang mencangkup aneka macam tindakan mulai dari bullying
dan perkelahian fisik, sampai serangan seksual serta fisik, dan yang lebih parah sampai
membunuh korban.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku bullying pada remaja di SMP Negeri 1 Anjongan.
Metode: Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan
pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini sebanyak 161 siswa SMP Negeri 1
Anjongan. Sampel yang digunakan sebanyak 115 responden dengan rumus slovin. Teknik
sampling yang digunakan adalah simpel random sampling. Instrumen penelitian ini
menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square.
Hasil: Karakteristik responden mayoritas di duduki oleh perempuan sebanyak 62 siswi
(53,9%). Rata-rata umur responden berusia 12 tahun sebanyak 87 siswa/I (75,7%). Mereka
menjawab bergabung dalam kelompok (geng) sebanyak 99 siswa/I (86,1%). Dan mereka
semua tinggal bersama keluarga kandung (biologis) sebanyak 115 siswa/I (100%).
Sebanyak 69 siswa (60%) memiliki hubungan keluarga kurang baik, sebanyak 101 siswa
(87,8%) dapat dipengaruhi oleh teman sebaya, sebanyak 91 siswa (79,1%) dapat
dipengaruhi oleh media untuk melakukan tindakan perilaku bullying. Untuk hasil yang
diperoleh sebanyak 64 siswa (53,9%) sebagai pelaku bullying.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku bullying adalah hubungan keluarga yang kurang baik dapat mempengaruhi
perilaku bullying, teman sebaya juga dapat mempengaruhi perilaku bullying, serta media
juga dapat mempengaruhi perilaku bullying. Diharapkan pihak sekolah menyadari adanya
tindakan bullying pada siswanya untuk mengurangi atau menghindari terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan.
Kata Kunci: Faktor, Perilaku Bullying, Remaja
PENDAHULUAN Untuk bullying baik di pendidikan juga
sosial media, angkanya mencapai 2.473
Bullying ialah salah satu konflik laporan serta terus meningkat. OECD
yang menjadi perhatian dunia. Konflik (Organisation of Economic Co-operation
bullying ialah persoalan yang paling and Development) pada riset Programme
seringkali dijumpai oleh remaja, orang for International Students Assessment
tua, guru serta sekolah-sekolah. Bullying (PISA) tahun 2018 menyampaikan,
termasuk sikap agresif yang tidak sebesar 41,1% siswa di Indonesia
diinginkan oleh anak lain atau mengaku pernah mengalami bullying.
sekelompok anak yang bukan saudara Selain itu, ditahun yang sama, Indonesia
kandung atau pada hubungan romantis juga berada di posisi ke 5 dari 78 negara
bersama korban. Bullying melibatkan dengan siswa yang mengalami bullying
kerusakan fisik, psikologis atau sosial paling banyak (Kompas, 2021). Bullying
yang berulang, dan seringkali terjadi di yang disebutkan KPAI menjadi bentuk
sekolah dan daerah lain di mana anak- kekerasan di sekolah, tawuran pelajar,
anak berkumpul, serta online (WHO, diskriminasi pendidikan ataupun aduan
2018). pungutan liar. KPAI menemukan bahwa
Perilaku bullying bisa terjadi pada anak yang mengalami bullying pada
berbagai tempat, mulai dari lingkungan lingkungan sekolah sebanyak 87.6%. dari
pendidikan atau sekolah, kantor, tempat angka 87.6% itu, 29.9% bullying
tinggal, lingkungan tetangga, kawasan dilakukan sang gurunya, 42.1% dilakukan
bermain, serta lainnya. Perilaku sang teman sekelas mereka, serta 28.0%
mengejek, menghina, mengancam, dilakukan sang teman lain kelas (KPAI,
memukul, mencuri dan agresi langsung 2020).
yang dilakukan oleh seseorang atau lebih Pada kota besar lainnya di
terhadap korban pada sikap bullying. Indonesia, perkara bullying juga tak
Belum lama ini, timbul informasi perihal jarang terjadi di Kota Pontianak,
2 remaja asal Indonesia dikabarkan meskipun tidak seluruh perkara
menjadi korban perundungan dan dilaporkan. Hasil dari studi pendahuluan
serangan pada stasiun kereta di yang dilakukan pada Komisi Pengawasan
Philadelphia, Pennsylvania, Amerika dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD)
serikat. Berawal dari datangnya empat Kota Pontianak ada 65 kasus perilaku
remaja AS yang menghampiri 2 remaja bullying dan bentuk kekerasan lainnya
asal Indonesia yang sedang menuggu yang terjadi pada tahun 2018. Dibulan
kereta SEPTA di stasiun City Hall. April Tahun 2019, terjadi masalah
Keempat remaja AS memulai dengan bullying dikalangan remaja yang menjadi
menampar pipi salah satu remaja dari sorotan nasional bahkan mancanegara. Di
Indonesia tersebut serta lalu remaja AS bulan September 2019, tersebar video
yang lain memukul kepala kedua remaja perkelahian remaja di Waterfront
asal Indonesia tersebut (Cable News Pontianak. Pada video tersebut
Network Indonesia, 2021). menampilkan satu orang diduga
Data Komisi perlindungan Anak dikeroyok beberapa remaja lainnya.
Indonesia (KPAI), masalah bullying Sebelumnya di tahun yang sama pula
disekolah menduduki peringkat teratas terjadi pengeroyokkan pada remaja SMP
pengaduan rakyat sektor pendidikan. bernama Audrey yang dianiaya oleh
KPAI mencatat, terdapat 37.381 remaja SMA (Tribun Pontianak, 2019,
pengaduan terhadap kekerasan pada anak. pg. 4).
Adapun hasil studi pendahuluan serta perbedaan karakteristik masing-
yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya masing individu pula mampu sebagai
di 2 SMP (Sekolah Menengah Pertama) pemicu timbulnya sikap bullying tadi.
di Kota Pontianak dengan menggunakan Peneliti mengambil judul ini di karenakan
kuisioner yang berisi pertanyaan- belum ada penelitian di Kalimantan Barat
pertanyaan serta didapatkan hasil skrining khususnya di Kabupaten Mempawah
perilaku bullying pada SMP swasta, 30% tentang bullying. Oleh karena itu, penulis
masuk pada kategori rendah. Sedangkan ingin melakukan penelitian pada Sekolah
di SMP Negeri, hasil yang didapatkan Menengah Pertama Negeri 1 Anjongan
yaitu 52% masuk pada perilaku bullying dikarenakan ada perbedaan-perbedaan
kategori tinggi serta 48% masuk dalam tersebut.
kategori perilaku bullying rendah. Hasil
wawancara yang dilakukan dengan Pada penelitian sebelumnya
pengajar Bimbingan Konseling yang ada menemukan faktor keluarga, faktor teman
pada SMP Muhammadiyah 1 Pontianak, sebaya, dan faktor media bisa
didapatkan bahwa guru menyatakan mempengaruhi perilaku bullying.
pernah terjadi kasus bullying di Sekolah Berdasarkan fenomena tersebut, maka
Menengah Pertama Muhammadiyah 1 penulis tertarik untuk mengangkat judul
Pontianak di tahun 2015 dengan sekitar dalam penelitian ini adalah faktor-faktor
20 kasus bullying dan sebanyak 10 kasus yang mempengaruhi perilaku bullying
bullying pada tahun 2016 (Kurniawan, pada remaja di Sekolah Menengah
2018). Pertama Negeri 1 Anjongan.

Observasi yang dilakukan oleh


peneliti, ditemukan kasus yang terjadi di METODE PENELITIAN
Kabupaten Mempawah pada peserta didik
Pondok Pesantren yang dianiaya serta Jenis penelitian ini adalah
disiram air got. Dari kasus yang saya deskriptif korelatif dengan pendekatan
baca, penganiayaan tersebut terjadi ketika cross sectional. Populasi penelitian ini
korban pulang ke rumah selama satu sebanyak 161 siswa SMP Negeri 1
minggu tanpa seizin pihak pondok Anjongan. Sampel yang digunakan
pesantren. Sesudah satu minggu, korban sebanyak 115 responden dengan rumus
kembali ke pesantren serta dihukum sang slovin. Teknik sampling yang digunakan
seniornya yang berjumlah 6 orang. adalah simpel random sampling.
Korban dihukum dengan cara dipukul Instrumen penelitian ini menggunakan
memakai gitar, kursi dan disiram kuesioner. Metode uji statistik yang
menggunakan air got. Masalah tersebut digunakan adalah uji chi square dengan
termasuk pada kategori bullying (Viva, menggunakan nilai Median.
2020).
Kasus diatas adalah contoh HASIL
perilaku bullying. Pemicu seseorang anak
melakukan tindakan bullying bisa 1. Analisis Univariat
disebabkan oleh pola asuh orang tua yang a. Karakteristik responden
sering mereka amati saat berada di dalam Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi
rumah, efek dari teman sebaya dari Karakteristik Responden
bagaimana cara mereka bergaul, serta Variabel N = 115
media yang tak jarang dicermati serta f %
ditonton oleh mereka. Perbedaan budaya Jenis kelamin
Perempuan 62 53,9 Sumber : Data Primer 2022
Laki-laki 53 46,1
Total 115 100 Berdasarkan tabel 4.2 di atas
Umur menunjukkan distribusi frekuensi nilai
11 tahun 7 6,1 tertinggi yang di dapat adalah hubungan
12 tahun 87 75,7 keluarga kurang baik sebanyak 69 siswa
13 tahun 21 18,3
(60%).
Total 115 100
Bergabung dalam kelompok c. Teman sebaya
Ya 99 86,1
Tidak 16 13,9 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Teman
Total 115 100 Sebaya
Tinggal bersama
Keluarga kandung 115 100 Variabel f %
Sumber : Data Primer 2022 Memiliki teman sebaya
Ya 95 82,6
Dalam penelitian ini, responden Tidak 20 17,4
berjumlah 115 siswa yang bersekolah di Total 115 100
SMP Negeri 1 Anjongan. Seluruh Asal teman sebaya
Sekolah yang sama 55 47,8
responden yang berjumlah 115 siswa
Sekolah lain 20 17,4
sudah memenuhi kriteria inklusi dan Tidak sekolah 11 9,6
eklusi yang sudah ditentukan oleh Semua ada 29 25,2
peneliti sehingga dapat dijadika sebagai Total 115 100
responden. Dalam penelitian ini diperoleh Pengaruh teman sebaya
data demografi responden yaitu Ya 101 87,8
karakteristik responden yang meliputi Tidak 14 12,2
Total 115 100
jenis kelamin, umur, memiliki geng dan
tinggal bersama. Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 4.1 di atas Berdasarkan tabel 4.3 di atas


menunjukkan bahwa distribusi frekuensi menunjukkan distribusi frekuensi teman
karakteristik responden tertinggi sebaya, nilai tertinggi yang diperoleh
berdasarkan jenis kelamin adalah yaitu sebanyak 95 responden (82,6%)
perempuan sebanyak 62 siswa (53,9%). menjawab Ya memiliki teman sebaya.
Hasil tertinggi berdasarkan umur yaitu Berdasarkan nilai tertinggi yang
usia 12 tahun sebanyak 87 siswa (75,7%). diperoleh dari pertanyaan asal teman
Hasil tertinggi yang didapat berdasarkan sebaya sebanyak 55 responden (47,8)
siswa yang menjawab bergabung dalam menjawab asal teman sebaya berasal dari
kelompok sebanyak 99 siswa (86,1%). sekolah yang sama. Berdasarkan
Dan berdasarkan siswa yang menjawab pengaruh teman sebaya nilai tertinggi
tinggal bersama keluarga kandung yang diperoleh sebanyak 101 siswa
sebanyak 115 siswa (100%). (87,8%) menjawab Ya pengaruh oleh
teman sebaya.
b. Hubungan keluarga
d. Media
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi
Hubungan Keluarga Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Media
Media f %
Hubungan f %
Keluarga Dipengaruhi 91 79,1
Baik 46 40,0 Tidak dipengaruhi 24 20,9
Kurang baik 69 60,0 Total 115 100
Total 115 100 Sumber : Data Primer 2022
Berdasarkan tabel 4.4 di atas keluarga kurang baik yang dapat
menunjukkan distribusi frekuensi menimbulkan sikap perilaku bullying.
berdasarkan media dengan nilai tertinggi
diperoleh hasil sebanyak 91 siswa b. Hasil crosstabulasi berdasarkan
(79,1%) dipengaruhi oleh media. teman sebaya terhadap pelaku
bullying
e. Perilaku bullying
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Teman
Perilaku Bullying Sebaya Terhadap Perilaku Bullying
Variabel f % Teman Perilaku Total Nil
Perilaku bullying sebaya bullying ai
Ya 64 55,7 Ya Tidak P
Tidak 51 44,3 f % f % f %
Total 115 100 Dipenga 6 56 4 44 10 101 0,0
Sumber : Data Primer 2022 ruhi 0 ,2 1 ,8 1 ,0 30
teman
Berdasarkan tabel 4.5 di atas sebaya
menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Tidak 4 7, 1 6, 14 14,
dipenga 8 0 2 0
yang di dapat sebanyak 64 siswa (55,7%) ruhi
termasuk dalam kategori Ya perilaku teman
bullying. sebaya
Total 6 64 5 51 1 11
2. Analisis Bivariat 4 ,0 1 ,0 1 5,0
a. Hasil crosstabulasi berdasarkan 5
hubungan keluarga terhadap pelaku Sumber : Data Primer 2022
bullying
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, di
Table 4.6. Distribusi Frekuensi dapatkan hasil uji analisis Chi Square
Responden Berdasarkan Hubungan yang menunjukkan bahwa ada hubungan
Keluarga Terhadap Perilaku Bullying antara faktor Teman Sebaya terhadap
Hub. Perilaku bullying Total Nil
Perilaku Bullying dengan hasil nilai
Keluar Ya Tidak ai P P=0,030 (P<0,05). Nilai tertinggi yang
ga f % f % f % didapat dari hasil crosstabulasi sebanyak
Baik 1 25, 2 20, 46 46 0,01 101 siswa (101%) dapat dipengaruhi oleh
9 6 7 4 1 teman sebaya untuk melakukan tindakan
Kurang 4 38, 2 30, 69 69 perilaku bullying.
baik 5 4 4 6
Total 6 64, 5 51, 11 11 c. Hasil crosstabulasi berdasarkan
4 0 1 0 5 5 media terhadap pelaku bullying
Sumber : Data Primer 2022
Table 4.8. Distribusi Frekuensi
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, di Responden Berdasarkan Media
dapatkan hasil uji analisis Chi Square Terhadap Perilaku Bullying
yang menunjukkan bahwa ada hubungan
antara faktor Hubungan Keluarga Media Perilaku Total Nil
bullying ai
terhadap Perilaku Bullying dengan nilai
Ya Tidak P
P=0,011 (P<0,05). Nilai tertinggi yang f % f % f %
didapat dari hasil crosstabulasi sebanyak Dipenga 5 50 3 40 91 91, 0,0
69 siswa (69%) memiliki hubungan ruhi 5 ,6 6 ,4 0 44
media
Tidak 9 13 1 10 24 24,
dipenga ,4 5 ,6 0 yang diperoleh sebanyak 99 siswa.
ruhi Untuk pertanyaan terakhir dari
media
kuesioner mengenai karakteristik
Total 6 64 5 51 1 11
4 ,0 1 ,0 1 5,0 responden, mereka semua (115
5 siswa) menjawab tinggal dengan
Sumber : Data Primer 2022 keluarga biologis atau keluarga
kandung.
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, di B. Perilaku bullying
dapatkan hasil uji analis Chi Square yang Perilaku bullying merupakan
menunjukkan bahwa ada hubungan antara masalah yang sering terjadi pada
faktor Media terhadap Perilaku Bullying remaja dan terus selalu menjadi pusat
dengan hasil nilai P=0,044 (P<0,05). perhatian dari berbagai kalangan
Nilai tertinggi yang didapat dari hasil hingga sekarang. Dari penelitian ini
crosstabulasi sebanyak 91 siswa (91%) didapatkan hasil dari 115 responden
dapat dipengaruhi oleh media untuk yang di teliti terdapat 64 responden
melakukan tindakan perilaku bullying. (56,7%) termasuk dalam perilaku
bullying. Untuk mendapatkan hasil
pada perilaku bullying ini, siswa
PEMBAHASAN harus menjawab dan mengisi 32
pertanyaan yang sudah dicantumkan
A. Karakteristik responden
pada kuesioner yang telah dibagikan.
Karakteristik responden dari yang
Dimana peneliti sudah menyiapkan
saya amati pada saat masuk ke ruang
pertanyaan-pertanyaan berupa 16
kelas para siswa adalah mereka
pertanyaan mengenai pelaku
sangat antusias dalam menyambut
bullying dan 16 pertanyaan mengenai
peneliti. Mereka duduk dengan rapi
korban bullying yang sudah disusun
di bangku mereka masing-masing.
secara acak. Untuk hasil perilaku
Pada saat melakukan penelitian,
bullying diambil dari hasil 16
mereka sangat membantu dan
pertanyaan mengenai pelaku
bekerja sama pada saat diarahkan.
bullying.
Bahkan tidak banyak dari mereka
Hasil penelitian ini sejalan dengan
turut membantu pada saat jalannya
Nurida (2018) yang menyatakan
penelitian dilakukan.
bahwa bullying merupakan sebuah
Berdasarkan hasil yang diperoleh
situasi dimana terjadi tindakan
dari kuesioner yang dibagikan
penyalahgunaan kekuatan atau
menunjukkan bahwa mayoritas
kekuasaan yang dilakukan oleh
terbanyak di isi oleh perempuan dan
seorang atau kelompok yang
untuk laki-laki bisa dikatakan cukup
melakukan tindakan negatif karena
banyak dengan perbandingan 62:53
merasa memiliki kekuasaan dan
siswa. Untuk kategori umur,
kekuatan dengan menyakiti orang
sebanyak 87 siswa rata-rata mengisi
lain secara fisik, verbal, dan
paling banyak umur 12 tahun. Pada
psikologis yang dilakukan tidak
pengisian kuesioner di nomor 4 pada
hanya sekali bahkan dapat
sub judul karakteristik responden,
berkelanjutan sehingga dapat
ada siswa yang bertanya “apa itu
merugikan orang lain dan
bergabung dalam kelompok atau
mengakibatkan seseorang dalam
geng?” dan kebanyakan mereka
keadaan tidak nyaman atau terluka
menjawab tidak bergabung dalam
dan menderita, termasuk tindakan
kelompok atau geng dengan hasil
yang direncanakan maupun secara dilakukan oleh peneliti, jumlah
spontan, bersifat nyata atau hampir populasi penelitian sebanyak 161
tidak terlihat dihadapan seseorang siswa yang terdiri dari 5 kelas yaitu
atau dibelakang seseorang, mudah kelas VII. Diwaktu yang sama,
untuk diidentifikasi atau terselubung peneliti melakukan penelitian dengan
dan dilakukan secara sadar dan jumlah sampel yang diambil
sengaja. menggunkan rumus slovin sebanyak
Hasil penelitian ini juga sejalan 115 siswa dengan menggunakan
dengan Sari dan Azwar (2018) yang teknik simple random sampling.
menyatakan bahwa pelaku bullying Dari 115 siswa itu, didapat hasil
itu menjadi agresif berdasarkan siswa yang termasuk kategori
pengalaman yang buruk yang ia berperilaku bullying yaitu pelaku
dapatkan. Pengalaman itu ia jadikan bullying dan korban bullying.
sebagai dasar untuk menjadi Dengan 64 responden (56,7%)
pembuli. Artinya lebih baik membuli menjadi pelaku bullying dan 62
seseorang dari pada dibuli seseorang. responden (53,9%) menjadi korban
Tindakan itu dilakukan agar bullying. Adapun faktor yang
mendapat rasa aman dari gangguan- mempengaruhi mereka berperilaku
gangguan dari luar. Adapun beberapa bullying yaitu faktor keluarga, faktor
bentuk motif rasa aman yang teman sebaya dan faktor media.
dilakukan dengan cara bullying Dari ke tiga faktor tersebut
adalah pemalakan atau pemerasan. didapatkan hasil sebanyak 69 siswa
Ketika pemalakan atau pemerasan (60%) dari 115 siswa memiliki
tidak berhasil, terjadilah aksi hubungan keluarga kurang baik yang
penyerangan untuk melemahkan dapat menimbulkan mereka dapat
korban, supaya korban takut kepada berperilaku bullying. Sedangkan
pelaku. Perilaku itu merupakan untuk teman sebaya, sebanyak 101
tindakan keagresifan pelaku untuk siswa (87,8%) dari 115 siswa dapat
meraih motif rasa aman dengan dipengaruhi oleh teman sebayanya
menyerang korban yang ingin dalam berperilaku bullying. Dan
diperas. Korban yang menjadi untuk media sebanyak 91 siswa
korban bullying akan sangat (91%) dari 115 siswa dapat
berpotensi untuk menjadi pelaku dipengaruhi oleh media dalam
bullying berdasarkan pengalaman berperilaku bullying.
buruk yang ia dapatkan. Pelaku D. Hubungan keluarga dengan perilaku
bullying itu menjadi agresif untuk bullying
melindungi diri dari gangguan dari Berdasarkan hasil penelitian yang
luar. Keagresifan itu terkonsep dalam dilakukan, didapatkan hasil sebanyak
pikiran pelaku akan menolongnya 69 siswa (60%) yang hubungan
dari korban bullying. keluarganya kurang baik dapat
C. Prevalensi bullying melakukan perilaku bullying
Prevalensi merupakan proporsi sedangkan sebanyak 46 siswa (40%)
dari populasi yang memiliki yang hubungan keluarganya baik
karakteristik tertentu dalam jangka tidak melakukan perilaku bullying.
waktu tertentu. Prevalensi adalah Sehingga dapat disimpulakan bahwa
jumlah keseluruhan kasus penyakit hubungan keluarga yang kurang baik
yang terjadi pada waktu tertentu. dapat memicu anak melakukan
Berdasarkan hasil penelitian yang tindakan perilaku bullying.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teman sebaya untuk melakukan
penelitian Syofiyanti (2016) yang perilaku bullying sedangkan
menyatakan bahwa pola asuh orang sebanyak 14 siswa (12,2%) tidak
tua yang diterapkan di rumah bila dipengaruhi teman sebaya yang tidak
tidak efektif akan berdampak buruk menimbulkan perilaku bullying.
bagi anak dan lingkungannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Kurangnya kehangatan dan tingkat teman sebaya dapat mempengaruhi
kepedulian orang tua yang rendah timbulnya tindakan perilaku bullying.
terhadap anak, pola asuh orang tua Hasil penelitian ini sejalan dengan
yang terlalu permisif, pola asuh penelitian Febriyani, Y. A. dan
orang tua yang terlalu keras, Indrawati, E. S. (2017) yang
kurangnya pengawasan dari orang menyatakan bahwa konformitas
tua, sikap orang tua yang selalu teman sebaya dapat mempengaruhi
diperlihatkan pada anak ada unsur terjadinya perilaku bullying pada
bullying termasuk contoh dari siswa. Konformitas pada aspek
timbulnya hubungan keluarga kurang acceptance yang paling kuat berperan
baik. Dengan kata lain, jika pola asuh untuk meningkatkan perilaku
yang diberikan orang tua kepada bullying siswa adalah tentang
anak itu baik maka akan membentuk menyesuaikan diri dengan kelompok
karakteristik dan kepribadian anak dalam kegiatan yang disenangi
yang lebih baik pula. kelompok di lingkungan pergaulan.
Hasil penelitian ini juga sejalan Konformitas pada aspek acceptance
dengan penelitian Nur, R.O. dan merupakan perilaku yang dilakukan
Budiman A. (2021) yang tidak hanya dengan merubah perilaku
menyatakan bahwa dukungan luar tetapi juga merubah pola pikir.
keluarga sangat dibutuhkan oleh Jadi, jika konformitas semakin
remaja. Anak yang mendapatkan rendah maka perilaku bullying juga
dukungan keluarga memiliki tingkat semakin rendah, sebaliknya jika
kecenderungan bullying lebih rendah konformitas teman sebaya makin
dibandingkan dengan anak yang tinggi maka perilaku bullying akan
tidak mendapatkan dukungan orang semakin tinggi.
tua. Anak yang mendapatkan Hasil penelitian ini juga sejalan
dukungan keluarga merupakan anak dengan penelitian Fataruba R. (2016)
yang dibina dan tumbuh kembang yang menyatakan bahwa peer
dengan kasih saying sebagaimana pressure (tekanan teman sebaya)
dalam keluarga yang kurang adalah salah satu penyebab
harmonis dan jarang terjadi terjadinya perilaku bullying pada
pertengkaran antara kedua orang tua remaja di sekolah. Tekanan teman
serta kepada anak-anaknya, akan sebaya adalah tekanan dari orang lain
menjadikan aak terbiasa dengan untuk menyesuaikan diri dengan
tindakan-tindakan yang dilakukan perilaku, sikap dan kebiasaan pribadi
oleh orang tuanya kepada teman- dari kelompok tertentu. Kadang-
temannya. kadang, anak dalam kelompok akan
E. Teman sebaya dengan perilaku menekan anak-anak dari kelompok
bullying lain untuk berpartisipasi dalam
Berdasarkan hasil penelitian yang perilaku bullying. Jika ada tekanan
dilakukan, didapatkan hasil sebanyak dari teman sebaya untuk melakukan
101 siswa (87,8%) dapat dipengaruhi bullying maka akan memberikan
pengaruh besar pada setiap individu internet untuk menyakiti orang lain
untuk melakukannya. dengan cara sengaja dan diulang-
F. Media dengan perilaku bullying ulang. Cyberbullying adalah bentuk
Berdasarkan hasil penelitian yang intimidasi yang pelaku lakukan untuk
dilakukan, didapatkan hasil sebanyak melecehkan korbannya melalui
91 siswa (91%) dapat dipengaruhi perangkat teknologi. Pelaku ingin
oleh media dalam timbulnya perilaku melihat seseorang terluka, ada
bullying sedangkan sebanyak 24 banyak cara yang mereka lakukan
siswa (24%) tidak dipengaruhi media untuk menyerang korban dengan
dalam timbulnya perilaku bullying. pesan kejam dan gambar yang
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mengganggu dan disebarkan untuk
media dapat mempengaruhi mempermalukan korban bagi orang
timbulnya melakukan tindakan lain yang melihatnya.
perilaku bullying.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Kircaburun et al., (2018) KESIMPULAN
yang dikutip oleh Fazry, L. dan
Apsari, N. C. (2021) yang Berdasarkan hasil penelitian
menyatakan bahwa cyberbullying, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
media sosial, dan remaja adalah perilaku bullying pada remaja di SMP
suatu kesatuan sistem krusial yang Negeri 1 Anjongan dapat disimpulkan
saling terkait satu sama lain dan bahwa :
mempengaruhi. Penggunaan media 1. Karakteristik responden
social bermasalah dan perilaku
cyberbullying saling terkait secara Karakteristik responden mayoritas
langsung. Pasalnya, usia remaja di duduki oleh perempuan sebanyak
adalah usia dimana seseorang 62 siswa (53,9%). Dari keseluruhan
mengalami ambivalensi terkait siswa diperoleh rata-rata ditempati
pencarian jati dirinya, dan keinginan umur 12 tahun sebanyak 87 siswa
untuk mengeksplor dunia luar. Media (75,7%). Sebanyak 99 siswa (86,1%)
sosial merupakan bagian dari bagian tersebut, mereka telah bergabung
jejaring sosial berbasis internet, dan dalam kelompok (geng). Dan seluruh
contoh bentuk dari sistem terbuka. sampel (115 siswa) menjawab
Bentuk komunikasi memainkan tinggal bersama keluarga kandung
peranan penting bagi remaja, (biologis).
terutama dalam kehidupan sosialnya.
2. Prevalensi bullying
Namun media sosial ini juga tak
terlepas dari resiko besar yang Prevalensi bullying yang
ditimbulkannya misalnya diperoleh dari penelitian ini adalah
cyberbullying. jumlah keseluruhan kasus perilaku
Hasil penelitian ini juga sejalan bullying di SMP Negeri 1 Anjongan
dengan penelitian Pandie, M. M. dan yang terjadi pada waktu tertentu.
Weismann, I. T. J. (2016) yang Dari 115 siswa, didapat hasil siswa
menyatakan bahwa media social yang termasuk kategori berperilaku
sangat mempengaruhi timbulnya bullying yaitu sebanyak 64
perilaku bullying yang biasa disebut responden (56,7%) menjadi pelaku
dengan cyberbullying. Pengertian bullying.
cyberbullying adalah teknologi
Ada tiga faktor yang peneliti Media khususnya media social
tetapkan yang dapat mempengaruhi dapat memicu timbulnya perilaku
timbulnya perilaku bullying. Untuk bullying pada anak. Dari 115
hubungan keluarga, didapatkan hasil responden dengan hasil penelitian
sebanyak 69 siswa (60%) memiliki yang sudah di uji chi square,
hubungan keluarga kurang baik yang sebanyak 91 siswa (79,1%)
dapat menimbulkan mereka dapat dipengaruhi oleh media dalam
berperilaku bullying. Sedangkan timbulnya perilaku bullying
untuk teman sebaya, sebanyak 101 sedangkan sebanyak 24 siswa
siswa (87,8%) dapat dipengaruhi (20,9%) tidak dipengaruhi media
oleh teman sebayanya dalam dalam timbulnya perilaku bullying.
berperilaku bullying. Dan untuk
media sebanyak 91 siswa (79,1%)
dapat dipengaruhi oleh media dalam SARAN
berperilaku bullying.
Adapun saran yang dapat peneliti
3. Hubungan faktor keluarga dengan sampaikan adalah sebagai berikut :
perilaku bullying
1. Bagi responden
Hubungan keluarga yang kurang Diharapkan siswa/I memperhatikan
baik dapat menimbulkan anak sikap awal yang dapat menunjukkan
melakukan tindakan perilaku bahwa itu adalah tindakan dari
bullying. Dari 115 responden dengan perilaku bullying.
hasil penelitian yang sudah di uji chi 2. Bagi sekolah
square, sebanyak 69 siswa (60%) Diharapkan pihak sekolah menyadari
yang hubungan keluarganya kurang adanya tindakan bullying pada
baik dapat melakukan perilaku siswanya untuk mengurangi atau
bullying sedangkan sebanyak 46 menghindari terjadinya hal-hal yang
siswa (40%) yang hubungan tidak di inginkan.
keluarganya baik tidak melakukan 3. Bagi keperawatan
perilaku bullying. Acuan untuk memberikan edukasi,
4. Hubungan faktor teman sebaya berupa pendidikan kesehatan di
dengan perilaku bullying setiap sekolah agar siswa/I
memahami pentingnya mengetahui
Teman sebaya dapat tindakan perilaku bullying.
mempengaruhi seorang anak 4. Bagi peneliti selanjutnya
melakukan tindakan perilaku Mengembangkan penelitian ini
bullying. Dari 115 responden dengan dengan menggunakan variable lain
hasil penelitian yang sudah di uji chi maupun metode lainnya.
square, sebanyak 101 siswa (87,8%)
dipengaruhi teman sebaya untuk
melakukan perilaku bullying
sedangkan sebanyak 14 siswa
(12,2%) tidak dipengaruhi teman DAFTAR PUSTAKA
sebaya yang tidak melakukan CNN Indonesia. (2021). Polisi AS Sebut
perilaku bullying. Kasus 2 WNI di Philadelphia
5. Hubungan faktor media dengan sebagai Bullying, selengkapnya di
perilaku bullying sini:
https://www.cnnindonesia.com/inte
rnasional/20210327041235-134- Nurida, N. (2018). Analisis perilaku
622734/polisi-as-sebut-kasus-2- pelaku Bullying dan upaya
wni-di-philadelphia-sebagai- penanganannya (studi kasus pada
bullying. siswa Man 1 Barru). Indonesian
Journal of Educational Science
Fataruba, R. (2016, February). Peran (IJES), 1(1), 25-31.
Tekanan Teman Sebaya terhadap
Perilaku Bullying pada Remaja di Pandie, M. M., & Weismann, I. T. J.
Sekolah. In Seminar ASEAN (2016). Pengaruh Cyberbullying di
Kedua Psychology dan Humanity, Media Sosial terhadap perilaku
Psychology Forum UMM,(19-20 reaktif sebagai pelaku maupun
Februari 2016), hal (Vol. 356). sebagai korban cyberbullying pada
siswa kristen SMP Nasional
Fazry, L., & Apsari, N. C. (2021). Makassar. Jurnal Jaffray, 14(1), 43-
Pengaruh Media Sosial Terhadap 62.
Perilaku Cyberbullying Di
Kalangan Remaja. Jurnal Penelitian Sari, Y. P., & Azwar, W. (2018).
dan Pengabdian Kepada Fenomena bullying siswa: Studi
Masyarakat (JPPM), 2(1), 28-36. tentang motif perilaku bullying
siswa di SMP Negeri 01 Painan,
Febriyani, Y. A., & Indrawati, E. S. Sumatera Barat. Ijtimaiyya: Jurnal
(2017). Konformitas teman sebaya Pengembangan Masyarakat Islam,
dan perilaku bullying pada siswa 10(2), 333-367.
kelas XI IPS. Jurnal Empati, 5(1),
138-143. Syofiyanti, D. (2016). Pola Asuh Orang
Tua Terhadap Perilaku Bullying
Kurniawan, D. C., Astuti, I., & Remaja. Pelita Bangsa Pelestari
Wicaksono, L. (2018). Perilaku Pancasila, 11(1).
Bullying Terhadap Peserta Didik
Kelas Viii Smp. Program Studi Tribun Pontianak. (2019). Artikel ini
Bimbingan Konseling Fkip Untan telah tayang di
Pontianak. TribunPontianak.co.id dengan judul
BREAKING NEWS - Bullying
KPAI. (2020). Sejumlah Kasus Bullying Mirip Kasus Audrey Gemparkan
Sudah Warnai Catatan Masalah Kota Pontianak! Video Viral di
Anak di Awal 2020, Begini Kata Media Sosial,
Komisioner KPAI. Dikutip dari https://pontianak.tribunnews.com/2
https://www.kpai.go.id/publikasi/se 019/09/23/breaking-news-bullying-
jumlah-kasus-bullying-sudah- mirip-kasus-audrey-gemparkan-
warnai-catatan-masalah-anak-di- kota-pontianak-video-viral-di-
awal-2020-begini-kata-komisioner- media-sosial?page=4.
kpai.
Viva. (2020). Judul Artikel: Geger Siswa
Nur, R. O., & Budiman, A. (2021). Pondok Pesantren di Mempawah
Hubungan Dukungan Keluarga Dianiaya dan Disiram Air Got,
dengan Perilaku Bullying pada https://www.viva.co.id/berita/krimi
Remaja di SMP Negeri 5 nal/1292638-geger-siswa-pondok-
Samarinda. Borneo Student pesantren-di-mempawah-dianiaya-
Research (BSR), 2(2), 968-974. dan-disiram-air-got?
page=1&utm_medium=page-1.

Anda mungkin juga menyukai