Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dunia pendidikan, kini sedang dihadapkan dengan berbagai

persolan, salah satu diantaranya yang sampai saat ini masih menjadi perhatian

publik adalah perilaku bullying. Bullying merupakan segala bentuk penindasan

atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh seseorang atau sekelompok

orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain dan dapat berlangsung

secara terus menerus.1 Secara umum, 9-73 % siswa di berbagai dunia melaporkan

akan adanya perilaku bullying.2 Hal ini dapat berdampak pada prestasi dan

kehadiran siswa di sekolah, sehingga setiap harinya terdapat 160.000 murid di

dunia yang bolos sekolah karena bullying.1

Berdasarkan riset Plan Internasional (Global Girls Innovation

Programme) dan ICRW (Center for Research on Women) 2015, yang dilakukan

pada lima negara di Asia. Penindasan di sekolah sangat tinggi terjadi di indonesia,

dengan angka kejadian 75 %, kemudian disusul Vietnam 71 %, Nepal 68 %,

Cambodja 63 %, dan Pakistan 28 %.3 Menurut KPAI (Komisi Perlindungan Anak

Indonesia), dalam kurun waktu 2011-2018 terjadi 3.184 kasus bullying dan

kekerasan di dunia pendidikan.4 Data pengaduan yang diterima Bidang

Pendidikan KPAI tahun 2019, terdapat 85 laporan kasus bulying dan kekerasan di

tingkat sekolah yang tersebar di 13 Propinsi dengan kasus tertinggi salah satunya

adalah Jawa Tengah.5


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada berbagai tingkat

pendidikan di kota Semarang, 70 % bullying paling banyak terjadi pada tingkat

SMU.6 Pada tahun 2018, terdapat pengakuan siswa yang mengungkap terjadinya

kekerasan yang berujung maut, peristiwa ini terjadi pada saat pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler yang digelar oleh OSIS (Organisasi Intra Sekolah)

SMUN diluar lingkungan Sekolah.7 OSIS memegang peranan penting dalam

pelaksanaa ospek di sekolah, minimnya pengawasan pelaksana pendidikan dapat

berimbas pada tindakan penyimpangan sistem senioritas semene-mena yang dapat

berlangsung secara terus menerus.8

Tingginya tendensi bullying pada pelajar di Indonesia, dipicu oleh

prinsip orang tua terutama ayah yang menganggap bahwa bullying sebagai bagian

dari norma kehidupan sekolah, sistem senioritas serata adanya balas dendam

korban untuk mencari retribusi atau keadilan sepihak. Bullying di sekolah dapat

terjadi selama perjalanan, dalam ruangan kelas, toilet dan halaman sekolah.3

Ellen (2016), mengemukakan bahwa, bullying dapat berdampak

pada perkembangan neurobiologis seorang anak, dan trauma berulang dapat

menyebabkan masalah mengenai pengaturan diri, agresi terhadap diri sendiri atau

orang lain, devisit perhatian, gejala somatik, kesulitan dalam konsep diri dan

masalah dengan hubungan interpersonal.9 Gejala bullying dapat bersifat jangka

pendek hingga jangka panjang, korban (victims) lebih cenderung mengalami

somatik seperti kesulitan tidur, mengompol, sakit kepala, kelelahan dan masalah

terkait sekolah, selain itu mereka juga akan mengalami harga diri rendah,

kecemasan, depresi dan resiko untuk bunuh diri.10,11 Sebaliknya pelaku bullying
(bullies) sering menderita tekanan dalam penyesuaian dengan lingkungan sekolah

berupa minimnya kompetensi dan pembolosan, terlebih lagi akan muncul perilaku

merusak diri sendiri (konsumsi alkohol, merokok, narkoba, dan konsumsi obat-

obat terlarang), anti sosial seperti berkelahi, pengrusakan, membawa senjata,

mencuri serta berbagai perilaku negatif yang bersangkutan dengan masalah

hukum.10

Pelaku bullying akan cenderung mengalami rasa percaya diri yang

tinggi (Over confidence) sehingga terkesan sombong, mengalami adiksi terhadap

bullying dengan merasa kehilangan jati diri apabila tidak melakukannya,

akibatnya intimidasi terhadap orang lain akan selalu diulanginya untuk

mempertahankan gengsinya. Hal lain yang akan di peroleh pelaku adalah

tercoreng stigma sosialnya, yang menyebabkan pelaku dipandang buruk di mata

masyarakat umum atas perbuatannya, cenderung akan dijauhi oleh orang-orang

sekitar karena merasa jenuh dengan sikap pelaku. Disisi lain, pelaku bullying bisa

berdampak positif berupa eksistensi yang muncul, wibawa yang meningkat dan

dihormati atau disegani oleh orang lain.12

Perilaku bullying pada remaja dapat disebabkan oleh beberapa

faktor, salah satu diantaranya adalah faktor keluarga.13 konflik orang tua dengan

anak dapat memberikan dampak psikologis dan sosial yang lebih buruk.14

Lingkungan keluarga yang dapat perpegaruh secara langsung terhadap prilaku

remaja adalah pola asuh orang tua (parenting style).15 Pola asuh orang tua dapat

diartikan sebagai suatu keseluruhan interaksi orang tua dan anak, dimana orang

tua memberikan dorongan bagi anak dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan
dan nilai-nilai yang dianggap paling tepat bagi orang tua agar anak bisa mandiri,

tumbuh serta berkembang secara sehat dan optimal, memiliki rasa percaya diri,

sifat rasa ingin tahu, bersahabat dan berorientasi untuk sukses.16

Setiap keluarga memiliki pola asuh yang berbeda dalam mendidik

seorang anak dan lingkungan yang pertama kali anak temui adalah keluarga,

sehingga keluarga dapat memberikan kontribusi yang besar dalam membentuk

kepribadian seorang anak.16 Remaja perlu mendapatkan perhatian khusus dari

orang tua agar dapat beradaptasi dengan baik, sebab pola asuh yang salah dapat

memicu timbulnya perilaku bullying.15,17

Secara umum, pola asuh dalam keluarga dilakukan oleh kedua

orang tua yang terdiri dari ayah dan ibu. Dalam mendidik anak keduanya

memiliki peran yang berbeda, dimana dalam budaya jawa dikenal dengan asah

dan asuh. Peran seorang ayah membimbing dengan asah dalam bentuk kegiatan

bersifat informal dan rekreatif sedangkan ibu membimbing dengan asuh dalam

peran berkaitan dengan tugas rumah tangga.18 Perbedaan peran ini secara tidak

langsung akan memberikan dampak yang berbeda tehadap perkembangan perilaku

remaja.

Dalam perkembangan penelitian terkait bullying, beberapa peneliti

menghubungkan antara pola asuh dengan bullying. Namun hanya berorientasi

pada pola asuh secara umum yang melibatkan kedua orang tua dengan tanpa

spesifikasi pada salah satunya. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa, terdapat

hubungan antara pola asuh dengan perilaku bulyying.17,19 perbedaan pola asuh

kedua orang tua, mendorong beberapa peneliti mengklasifikasikan penelitian pada


salah satu aspek (ayah atau ibu). Salah satu penelitanan secara spesifik pada ibu

dilakukan oleh Annisa (2012), penelitian ini mengungkapkan bahwa terdapat

hubungan antara pola asuh ibu dengan perilaku bullyng.20 sejauh ini, belum ada

penelitan secara spesifik pada pola asuh ayah dengan prilaku bullying pada

remaja, sehingga perlunya untuk mempelajari dan meneliti hubungan anatara pola

asuh ayah dengan perilaku bullying pada remaja.

Penelitian ini akan dilakukan pada anak remaja, sebab tahap awal

perkembangan perilaku bullying terjadi pada remaja dan dapat dijadikan sebagai

barometer perilaku bullying dimasa dewasa.21 Menurut Kustanti (2015), perilaku

bullying pada tingkat pendidikan paling tinggi terjadi pada tingkat SMU.6 Sesuai

hasil studi pengamata awal yang dilakukan pada 122 siswa di salah satu SMAN

Kota Semarang, 45 % siswa pernah mengalami bulliyng.

1.2. Rumusan Masalah

Pola asuh orang tua dapat mempengaruhi status kesehatan mental

remaja yang dapat berdampak terhadap adaptasinya pada lingkungan sosial,

pendidikan dan pergaulannya. Tingginya kepedulian orang tua dapat memberikan

dampak negatif pada perilaku remaja.17,19,22 Hal ini dapat disimpulkan bahwa pola

asuh orang tua erat kaitannya dengan perilaku bullying pada remaja. Secara

umum, orang tua terdiri dari ayah dan ibu, dalam memberikan pengasuhan pada

anak, keduanya tentu memiliki pola dan persepsi yang berbeda.23 Menurut Annisa

(2012), terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh ibu dengan perilaku

bullying pada remaja yang artinya perilaku bullying seseorang dapat dipengaruhi

oleh pola asuh seorang ibu.20


Sejauh ini penelitian terkait hubungan pola asuh dengan bulliyng

hanya mengarah pada pola asuh orang tua secara umum dan ibu secara spesifik.

Oleh karena keduanya memiliki peran dan pola asuh yang berbeda, sebagai bagian

dari orang tua, tentu ayah juga memiliki peranan penting dalam pengasuhan anak.

Dengan demikian peneliti tertarik untuk mempelajari dan mencari tahu adakah

hubungan pola asuh ayah dengan perilaku bullying pada remaja.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Dapat mengetahui hubungan pola asuh ayah dengan perilaku bullying remaja di

SMU Negeri kota Semarang.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Dapat mengetahui pola asuh ayah pada remaja di SMU Negeri Semarang

1.3.2.2. Mengetahui perilaku bullying remaja di SMU Negeri kota Semarang

1.3.2.3. Mengetahui keeratan hubungan antara pola asuh ayah dengan dengan

perilaku bullying remaja di SMU Negeri kota Semarang.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis

1.4.1. Manfaat Secara Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memperkaya, menambah

wawasan dan referensi mengenai hubungan antara pola asuh ayah dengan perilaku

bullying. Selain itu diharapkan dapat memperkuat teori yang ada terkait

hubungan keluarga terhadap timbulnya perilaku bullying.

1.4.2. Manfaat Secara Praktis


1.4.2.1. Bagi sekolah SMAN kota Semarang

Dapat memberikan informasi kepada pihak sekolah dan para guru tentang perilaku

bullying pada siswa berkaitan dengan hal-hal yang mempengaruhi perilaku

bulying sehinggga dapat melakukan intervensi secara tepat dalam upaya

mencegah dalam memeberikan treatmen pada anak yang memeiliki perilaku

bullying.

1.4.2.2. Bagi oranng tua

Orang tua, terutama ayah turut berperan penting dalam perkembangan pengasuhan

anak, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai pola asuh dan perilaku bullying, serta dapat memahami dan menerapkan

pola asuh yang benar, sesuai dengan karakter anak masing-masing dalam

mengasuh dan mendidik anak-anaknya agar dapat mencegah terjadinya prilaku

bullying.

1.4.2.3. Bagi siswa

Dapat memberikan informasi kepada para siswa mengenai perilaku bullying dan

dampaknya sehingga siswa dapat mengendalikan diri dan jauh dari perilaku

bullying

1.4.2.4. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai data dasar untuk melakukan

penelitian selanjutnya. Penelitian yang berkesinambungan dan berkelanjutan

sangatlah diperlukan dibidang keperawatan, dengan tujuan agar dapat

memberikan intervansi yang tepat untuk mengatasi permasalahan sesuai fenomena

yang terjadi, terutama mengenai pola asuh ayah dan perilaku bullying.
Daftar Pustaka

1. Wardana K. Buku panduan melawan bullying. jakarta: sudah dong. stop-

bullying campaign; 2015. 38–42 p.

2. Hymel S, Nickerson A, Swearer S. Bullying At school and Online. Daniels

D, Paradise J, editors. An Education.com Special Reserved; 2012. 39 p.

3. Bhatla N, Achyut P, Khan N, Walia S. Are school safe and gender equal

spaces: finding from a baseline study of school related gender-based

violence in five countries in Asia. Plan Int Int Cent Res women. 2015;259.

4. Mardina R. Kekerasan terhadap anak dan remaja. Kurniasih N, editor.

Jakarta: Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI; 2018.

5. Lazuardi G. Pelanggaran Hak Anak di Bidang Pendidikan Didominasi

Bullying dan Kekerasan Fisik - Halaman all - Tribunnews. 2019 May;

Available from:

https://www.tribunnews.com/nasional/2019/05/03/pelanggaran-hak-anak-

di-bidang-pendidikan-didominasi-bullying-dan-kekerasan-fisik?page=all

6. Kustanti ER. Gambaran bullying pada pelajar di kota Semarang.

2015;14(1):29–39.

7. Latifah N. mengejutkan pengakuan orang tua siswa SMUN 1 semarang

yang anaknya tewas tenggelam dikolam renang. 2018 Mar; Available from:

https://jateng.tribunnews.com/2018/03/02/mengejutkan-pengakuan-

orangtua-siswa-sman-1-semarang-yang-tewas-tenggelam-di-kolam-

renang?page=all

8. Haidorrotur Rochma, Nuryono W. Pengembangan Buku Panduan


Keterampilan Pencegahan Bullyinh Untuk Siswa Sekolah Menengah Atas.

J BK Unesa. 2017;7:32–9.

9. Delara EW. Bullying Scars: The Impact on Adult Life and Relationships

[Internet]. 1 edition. London: Oxford University Press; 2016. Available

from:

https://books.google.co.id/books?id=IybnCwAAQBAJ&printsec=frontcove

r&dq=The+Impact+on+Adult+Life+and+Relationships&hl=id&sa=X&ved

=0ahUKEwjVm-

GJj_7kAhXlILcAHRXSDY0Q6AEIKTAA#v=onepage&q=The Impact on

Adult Life and Relationships&f=false

10. Trusty J, Brown D. Advocacy Competencies for Professional School

Counselors [Internet]. 8 no 3. Carolina: Sage Publications, Inc. Page Count:

7; 2005. pp. 259-265. Available from:

https://www.jstor.org/stable/42732467%0A

11. Rey L, Mérida-López S, Sánchez-álvarez N, Extremera N. When and how

do emotional intelligence and flourishing protect against suicide risk in

adolescent bullying victims? Int J Environ Res Public Health. 2019;16(12).

12. Wardani LK, Fajriansyah F. Perilaku Bullying Mahasiswa Kesehatan. J

Nurs Pract. 2017;1(1):17–23.

13. Shochib M. Pola asuh Oranng Tua Dalam Membantu Anak

Mengembangkan Disiplin Diri. Kedua. Jakarta: PT Rineke Cipta; 2014. 4

p.

14. Cheung RYM, Leung MC, Chan KKS, Lam CB. Effects of mother-
offspring and father-offspring dynamics on emerging adults’ adjustment:

The mediating role of emotion regulation. Cerniglia L, editor. PLoS One

[Internet]. 2019 Feb 13 [cited 2019 Oct 2];14(2):e0212331. Available from:

http://dx.plos.org/10.1371/journal.pone.0212331

15. Shams H, Garmaroudi G, Nedjat S. Factors related to bullying: A

qualitative study of early adolescent students. Soc Psychol Educ.

2017;15(2):125–45.

16. Ayun Q. Pola asuh orang tua dan metode pengasuhan dalam membentuk

kepribadian anak. J Stain. 2017;5:102–22.

17. Petros M. The relation ship between parenting style and tendency to

bullying behavior among general secondary and preperatory school

adolescents in shone town. Addis Ababa University; 2018.

18. Fatmasari AE. Dinamika kedekatan hubungan orangtua-anak: perbedaan

kedekatan ayah-ibu dengan anak laki-laki dan anak perempuan tahap

remaja akhir pada keluarga Jawa. Universitas Gajah Mada; 2013.

19. Korua S, Kanine E, Bidjuni H. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan

Perilaku Bullying Pada Remaja Smk Negeri 1 Manado. J Keperawatan.

2015;3(2).

20. Annisa. Hubungan Antara Pola Asuh Ibu Dengan Perilaku Bullying

Remaja. Universitas Indonesia; 2012.

21. Olweus D. School Bullying: Development and Some Important Challenges.

Annu Rev Clin Psychol. 2013;9(1):751–80.

22. Nguyen HTL, Nakamura K, Seino K, Al-Sobaihi S. Impact of parent-


adolescent bonding on school bullying and mental health in Vietnamese

cultural setting: Evidence from the global school-based health survey.

BMC Psychol. 2019;7(1):1–10.

23. Moskvicheva N, Bordovskaia N, Dudchenko Z, Borisova E. Relationship

between Adolescents’ and Parents’ Life Values and Attitudes toward

Future Profession. Procedia - Soc Behav Sci. 2016;217:160–8.


Proposal Penelitian

Hubungan Pola Asuh Ayah Dengan Perilaku Bullying Siswa

Di SMU Negeri Kota Semarang

Di Susun Oleh :

Idrus Anas

Nim : 22020118183011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

TAHUN 2019

Anda mungkin juga menyukai