Disusun Oleh:
Nama : Idrus Anas
Nim : 22020120220117
Kelompok II
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................2
1. Tujuan Umum.........................................................................................................2
2. Tujuan Khusus........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..............................................................................................3
A. Mind Maps..............................................................................................................3
B. Pathway Ikterus Neonatorum.................................................................................4
BAB III PROSES ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................5
I. PENGKAJIAN.......................................................................................................5
A. Data Demografi...................................................................................................5
B. Riwayat Klien.....................................................................................................5
C. Riwayat Kesehatan Keluarga..............................................................................6
D. Riwayat Penyakit Sekarang................................................................................7
E. Pemeriksaan Head To Toe..................................................................................9
F. Pengkajian Psikososial......................................................................................11
G. Data Penunjang.................................................................................................12
II. ANALISA DATA................................................................................................12
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................................14
IV. INTERVENSI...................................................................................................15
V. RENCANA EVALUASI......................................................................................19
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................22
BAB V PENUTUP..........................................................................................................24
A. Kesimpulan...........................................................................................................24
B. Saran.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir memiliki masalah kesehatan yang unik karena kematangan
struktural dan fungsi berbagai organ tubuh tergantung pada usia kehamilan dan
berat lahir (Singh, 2015). Ikterik neonatus atau juga bisa disebut hiperbilirubinemia
merupakan kondisi fisiologis yang dialami 60%- 70% bayi baru lahir di dunia, 50%
pada bayi cukup bulan dan 80% pada bayi prematur. Ikterik neonatus merupakan
kondisi klinis yang sering terjadi pada bayi baru lahir yang ditandai dengan warna
kuning pada kulit, mukosa, sklera sebagai akibat dari akumulasi bilirubin direk
maupun indirek di dalam serum darah mencapai lebih dari 5-7 mg/dl (American
Academi of Pediatrics, 2004). Ikterik neonatus merupakan penyebab hospitalisasi
terbesar pada bayi di awal minggu kehidupan (Burke et al., 2009) Sekitar 60% bayi
aterm mengalami ikterik neonatorum, dan meningkat pada bayi preterm yaitu 80%
(Rennie, Burman-Roy, & Murphy, 2010).
Hiperbilirubinemia neonatus secara klinis ditandai oleh adanya ikterus baik
oleh faktor fisiologis maupun patologis. Hiperbilirubinemia dikatakan fisiologis
apabila terjadi peningkatan kadar bilirubin pada minggu pertama kehidupan
neonatus, dan dikatakan hiperbilirubinemia patologis jika terjadi peningkatan
bilirubin sebelum 24 jam pertama kehidupan atau lebih dari tujuh hari pertama
kehidupan. Hiperbilirubinemia fisiologis jarang menyebabkan kematian pada
neonatus karena jarang mengarah kepada keadaan yang lebih buruk.
Hiperbilirubinemia patologis lebih sering mengarah kepada keadaan yang lebih
buruk berupa kernicterus (Jamil, Sukma, & Hamidah, 2017). Kernicterus adalah
komplikasi yang diakibatkan oleh kadar bilirubin yang tinggi yang menyebabkan
kerusakan otak, yang menyebabkan gejala-gejala neurologis seperti gangguan
pendengaran, cerebral palsy dan bahkan dapat menyebabkan kematian (NSC,
2015).
Penatalaksanaan hiperbilirubinemia dilakukan dengan tujuan untuk
mencegah agar kadar bilirubin indirek dalam darah tidak mencapai kadar yang
neurotoksik. Tata laksana terkini, meliputi pemberian air susu ibu (ASI), fototerapi,
2
dan tranfusi tukar (Gomella, 2009). Fototerapi merupakan strategi yang paling
lazim digunakan untuk tatalaksana hiperbilirubinemia neonatus. Fototerapi
merupakan penyinaran lampu fluorescent ke kulit bayi. Cahaya fototerapi
membantu ekstresi bilirubin dengan cara fotoisomerasi, yang mengubah bilirubin
menjadi bentuk yang larut dalam air, sehingga mudah dikeluarkan melalui urin
ataupun feses (Wong, 2008)
Peran perawat dalam penanganan bayi dengan ikterus adalah untuk
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan bayi agar fototerapi berjalan dengan
baik, tanpa efek samping/ dan dilakukan sesuai dengan standar operasional
prosedur yang ditetapkan. Memberikan tindakan keperawatan yang dapat
meningkatkan efektifitas fototerapi dalam memperpendek lama fototerapi dan
mempercepat penurunan bilirubin. Dengan demikian, dibutuhkan kompetensi yang
mumpuni dalam penerapan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan ikterik
neonatus.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan laporan asuhan keperawatan ini adalah agar
mahasiswa mampu, dapat mengetahui dan memahami proses keperawatan pada
neonatus yang mengalami masalah keperawatan akibat ikterus neonatorum.
2. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Mind Maps
Etiologi (Meihartati, Hastuti, Sumiati, Abiyoga, & Tata laksana awal ikterus neonatorum
Pengertian
Sulistyorini, 2019) (WHO) (Rahyani et al., 2020)
Ikterus adalah pewarnaan kuning dikulit, konjungtiva dan
1. Produksi bilirubin berlebihan
1. Mulai terapi sinar bila ikterus
mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin diklasifikasikan sebagai ikterus berat
2. Gangguan dan pengangkutan bilirubin dalam
dalam darah (R, Maita, Saputri, & Yulvianan, 2014) 2. Tentukan apakah beyi memiliki faktor
hepatosit
resiko berikut: berat lahir ≤ 2,5kg, lahir
3. Gagalnya proses konjungasi dalam mikrosom hepar
sebelum usia kehamilan 37 minggu,
Penegakan diagnosis (Rahyani et al., 2020) 4. Gangguan dalam ekskresi
hemolisis atau sepsis
1. Visual 5. Peningkatan reabsorpsi dalam saluran cerna 3. Ambil contoh darah dan periksa kadar
2. Bilirubin serum bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan
3. Bilirubinometer transcukatn golongan darah bayi, dan lakukan tes darah
IKTERIK coombs
4. Bila kadar bilirubin serum dibawah nilai,
NEONATORUM dibutuhkan terapi sinar hentikan terapi sinar
Klasifikasi (Sutjahjo, 2016) 5. Bila kadar bilirubin serum berada pada atau
1. Ikterus fisiologi diatas nilai dibutuhkannya terap sinar,
Ikterus yang timbul pada hari dan hari ketiga serta tidak lakukan terapi sinar
mempunyai dasar patologi. Tanda: timbul pada hari 6. Bila faktor rhesus dan golongan darah ABO
Referensi
kedua dan ketiga, kadar bilirubin indirek tidak melebihi bukan merupakan penyebab hemolisis atau
Meihartati, T., Hastuti, E., Sumiati, Abiyoga, A., &
10mg% pada neonatus cukup bulan, kecepatan Sulistyorini, C. (2019). 1000 hari pertama bila ada riwayat defisiensi G6PD
peningkatan bilirubin tidak melebihi 5%/ hari, kadar kehidupan (Pertama; H. Rahmadhani & C. M. dikeluarga, lakukan uji saring G6PD bila
bilirubin direk tidak melebihi 1mg%, ikterus menghilang Santoso, eds.). Yogyakarta: Cv Budi Utama. memungkinkan
pada 10 hari pertama, dan tidak terbukti mempunyai R, O. D., Maita, L., Saputri, E. M., & Yulvianan, R. 7. Tentukan diagnosis banding
(2014). Bahan ajar asuhan kebidanan neonatus,
hubungan dengan keadaan patologik
bayi/balita dan anak prasekolah untuk para bidan
2. Ikterus patologi (U. P. Hastanto & G. P. Jati, eds.). Yogyakarta: Cv Tanda dan gejala (Surasmi 2003)
Ikterus yang mempunyai dasar patologik atau kadar Budi Utama. 1. Gejala akut
bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut Rahyani, N. K., Lindayani, I. K., Suwarniti, N. W., M, N. Lethargi, tidak mau menghisap, veses
hiperbilirubinemia. Tanda: ikterus terjadi dalam 24 jam M. D., Astiti, N. K. E., & Dewi, I. N. (2020). Buku berwarna pucat, urine berwarna gelap
pertama, kadar bilirubi melebihi 10mg% pada neonatus ajar asuhan kebidanan patologi bagi bidan 2. Gejala kronik
(Pertama; D. Arum, ed.). Yogyakarta: CV Andi Tangisan bayi melengking (high pitc ery),
cukup bulan atau melebihi 12,5% pada neonatus kurang
offset. kejang, perut membuncit dan pembesaran hati,
bulan, peningkatan bilirubin lebih dari 5mg%/ hari, Sutjahjo, A. (2016). Dasar-dasar ilmu penyakit dalam dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi
ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama, dan (Pertama). Surabaya: Airlangga University press. mental seperti mata tampak berputar-putar
mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
4
Devisiensi enzim G6PD Inkontabilitas rhesus dan Janin Penurunan klirens dari plasma
ABO
aterm Prematur
Hospitalisasi
Hiperbilirubinemia
ekskresi bilirubin
BAB III
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. Data Demografi
1. Klien/Pasien
a. Nama : By. A.S.
b. Tgl lahir/usia : 06 September 2020/ 7 hari
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Kewarganegaraan : Indonesia
e. Tanggal Masuk RS : 13 September 2020, Pukul 08.00 Wita
f. Diagnosa Medis : Hiperbilirubinemia
2. Orang tua/penanggungjawab
a. Nama : Ny. I.H.
b. Hubungan dgn Klien : Ibu Kandung
c. Alamat (Inisial Kota) : SM
d. No. Telpon : 0813 xxxx xxxx
B. Riwayat Klien
1. Riwayat Kehamilan
√ Riwayat ANC : Ibu I.H. mengatakan, selalu menjalani
√ pemeriksaan neonatal secara rutin di
Puskesmas dan minum obat prenatal secara
teratur. Tidak ada riwayat penyakit Hepatitis B.
Riwayat Penggunaan : Ibu I.H menyangkal mengkonsumsi obat-
obat-obatan obatan lainnya, alkohol, atau merokok.
X Lain-lain : Ibu I.H.menyangkal tidak ada riwayat penyakit
kronis atau metabolik, komplikasi jantung, atau
X masalah pernapasan.
6
2. Riwayat Persalinan
Usia Gestasi : 39 minggu
Berat badan lahir : 3.480gr
Jenis Persalinan : Persalinan Normal
Indikasi :-
Apgar Score : 10/10/10
Kejadian penting selama Persalinan : Tidak ada
3. Faktor Resiko Ibu:
X Ketuban Pecah Dini
X Preeklampsia
X Ibu dengan infeksi
X Lain-lain
4. Riwayat Alergi:
√ Tidak
X Ya, Sebutkan.................
Keterangan gambar:
: Laki-laki : Tinggal Serumah
1. Penampilan Umum
a. Keadaan Umum (Kondisi klien secara umum):
Penampilan umum dengan aktivitas yang baik, Kesadaran composmentis,
kulit dan sklera tampak berwarna kuning.
b. Riwayat penyakit klien saat ini:
By. AS dibawa ke UGD pada tanggal 13 September 2020 karena kuning
pada kulit dan sklera. Hasil pemeriksaan tingkat Bilirubin 349 μmol / L.
BMT 250/202/219 mg / dL.
c. Riwayat penyakit klien sebelumnya:
Ibu kandung klien yaitu Ny. IH tidak memiliki riwayat hepatitis B dan
VDRL, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak merokok, tidak minum obat-
obatan, tidak mengkonsumsi jamu..
d. Pemeriksaan tanda-tanda vital:
Pernapasan : 53 cpm
Suhu : 36,2°C (Rectal)
Nadi : 153 bpm (Apikal)
Tekanan darah : 71/32mmHg
2. Oksigenasi
a. Saturasi Oksigen : 99%
b. Irama Napas : √ Reguler Irreguler
c. Kedalaman Napas : Dalam Dangkal √ Normal
h. Balance Cairan :
- Intake : minum 60 ml x 8= 480 ml
- Output: IWL = BB(kg) x konstanta IWL
3,480kg x 50 = 174
Urine = 150 ml (perkiraan, 4-5 x BAK)
BAB = 25 ml (perkiraan 1 x BAB)
Total = 349 ml
- BC/ 24 jam : Input – Output
480 ml – 349 ml = 131 ml
5. Istrahat Tidur
a. Status tidur-terjaga :-
b. Kualitas tidur : √ Baik X Kurang baik, jelaskan:
6. Aktifitas
a. Gerakan : √ Aktif Kurang Aktif
b. Tangisan : √ Kuat Lemah
c. Sistem Muskuloskeletal :
1) Postur : √ Fleksi Ekstensi
2) Tonus Otot : √ Normal Tidak normal, Jelaskan........
1. Intergumen
Suhu : √ Teraba hangat Teraba dingin
Warna Kulit : Pucat √ Kuning Normal
Integritas Kulit : √ Utuh Kemerahan Lecet Lokasi.....
2. Kepala dan Leher
a. Tengkorak : √ Simetris Tidak simetris
Kelainan : √ Tidak Ya, sebutkan ............................
Tulang tengkorak/sutura : √ Belum menutup
Menutup
Lainnya, Sebutkan .......................................
b. Warna dan distribusi rambut : √ Hitam Lainnya, Sebutkan ............
10
h. Hidung :
Bentuk, terdapat septum deviasi : Ya √ Tidak
i. Leher :
Bentuk : √ Normal Tidak Normal, sebutkan ...............................
3. Dada, Paru-Paru dan Jantung
a. Pengembangan dada : √ Simetris Tidak simetris, kondisi .........
b. Ictus cordis : √ Tidak teraba Teraba di........................
c. Taktil fremitus : √ Simetris Tidak simetris, sebutkan .....
d. Suara Paru : √ Vesikuler Bronchovesikuler
Bronchi Wheezing Ronchi
e. Suara Jantung : √ S1 dan S2 Murni Gallop Murmur
4. Abdomen
a. Bentuk : √ Simetris Tidak simetris, Jelaskan ........
b. Bising usus : 35 x/menit
c. Lambung : √ Timpani Hipertimpani Lainnya,
Sebutkan..
d. Hati : √ Pekak Lainnya, sebutkan .............................
e. Usus : √ Timpani Hipertimpani Lainnya, Sebutkan..
f. Hepar : √ Tidak teraba Teraba di......................................
g. Limpa : √ Tidak teraba Teraba di......................................
11
7. Perkembangan (Refleks)
√ Moro √ Menghisap
√ Menelan √ Rooting
F. Pengkajian Psikososial
D. √ A.
1. Respon Hospitalisasi : Tenang Rewel
2. Pengetahuan orang tua tentang kondisi bayi :
Orang tua bayi A.S. mengatakan bahwa mereka tidak tahu tentang penyebab
penyakit kuning yang dialami oleh bayinya
3. Kunjungan orang tua terhadap bayi : √ Ibu √ Ayah
4. Interaksi orang tua dan bayi : √ Sentuhan √ Komunikasi√ Kontak
mata √ √
5. Suasana hati orang tua : Cemas Tenang Gelisah
12
G. Data Penunjang
1. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium TSB
Tanggal Waktu Level TSB
13 September 2020 (MRS) 09.00 (IGD) 349 µmol/L
13 September 2020 19.00 274 µmol/L
14 September 2020 09.00 223 µmol/L
14 September 2020 19.00 195 µmol/L
15 September 2020 09.00 136 µmol/L
15 September 2020 10.00 Fototerapi dihentikan
2. Pengobatan
a. Fototerapi
b. Inkubator
c. Monitor TTV
d. Monito Apnoe
IV. INTERVENSI
V. RENCANA EVALUASI
3 Defisit Pengetahuan S : Orang tua mengatakan sudah memahami cara merawat bayi
perawatan bayi O : - Orang tua dapat menyebutkan cara perawatan bayi.
berhubungan dengan - Orang tua dapat mempraktekkan cara merawat bayi.
Kurang terpapar informasi - Orang tua mampu memandikan bayi.
(D.0111) - Orang tua mempraktekkan sendawa setelah makan.
- Orang tua mampu merawat tali pusat.
A : Masalah teratasi
P:-
4 Resiko gangguan integritas S : -
kulit berhubungan dengan O : - Kulit bayi tidak kering dan lembab
suhu lingkungan yang - Bayi dimandikan menggunakan air hangat dan sabun bayi, leher
ekstrem ( intensitas radiasi dikeringkan, diberikan pijatan lembut pada punggung bayi
foto terapi ganda) (D. 0139) - Integritas kulit baik, tidak terjadi iritasi kulit.
A : masalah teratasi
21
BAB IV
PEMBAHASAN
Hasil pengkajian yang telah dilakukan pada By. AS yang mengalami ikterik
(kuning pada kulit dan sclera), didapatkan beberapa data fokus. Data fokus yang
pertama adalah hasil laboratorium bilirubun total sebesar 349 µmol/ L (setara 20,41
mg/dl) dengan usia klien yaitu 7 hari. Klien lahir secara normal dengan usia gestasi 39
minggu. Berdasarkan data fokus tersebut dapat ditegakkan diagnosa keperawatan utama
yaitu hiperbilirubinemia/ ikterik nenonatal berhubungan dengan bayi mengalami
kesulitan transisi kehidupan ekstra uterin. Ikterik neonatorum karena peningkatan kadar
bilirubin merupakan masalah fisik yang umum terjadi pada bayi di minggu awal
kehidupan. 60% bayi aterm mengalami ikterik pada minggu pertama kehidupan,
sedangkan pada bayi preterm sebanyak 80% (Babaei, Alipour, Hemmati, Ghaderi, &
Rezaei, 2013).
Manifestasi klinis dari ikterik adalah warna kuning pada kulit dan wajah
ketika terjadi peningkatan kadar bilirubin sebanyak 5mg/dl (Tadi & Varghese, 2019).
Peningkatan hiperbilirubin yang berat dapat menyebabkan acute bilirubin
encephalopathy (ABE), kerikterus, dan dapat menyebabkan kematian padi bayi baru
lahir (Hashim, Said, Abdallah, & Abd Elghafar, 2015). Hiperbilirubinemia merupakan
suatu keadaan peningkatan kadar bilirubin dalam darah >5 mg/dl (Mathindas, Wilar, &
Wahani, 2013). Kondisi hiperbilirubinemia ditandai dengan ikterik/ warna kuning pada
kulit dan sklera. Secara fisiologis kadar bilirubin setelah lahir akan meningkat setelah
lahir, lalu menetap dan turun pada usia 7 hari. Hiperbilirubinemia patologis dialami
oleh sekitar 3%-5% neonatus yang berisiko tinggi terhadap terjadinya kernikterus, yaitu
kerusakan otak akibat toksisitas bilirubin yang sebenarnya dapat di cegah.
Penanganan pada bayi dengan hiperbilirubinemia adalah dengan fototerapi.
Fototerapi merupakan tindakan yang paling sering dilakukan untuk menurunkan kadar
bilirubin pada bayi (Hashim et al., 2015). Terdapat beberapa hal yang dapat
mempengaruhi efektifitas fototerapi diantaranya : panjang gelombang sinar yang
digunakan (standar 420-480 nm), energi lampu yang digunakan, jarak sinar dengan
bayi (standar 40cm). Fototerapi memiliki dampak jangka pendek antara lain:
gangguan keseimbangan suhu (hipertermi), kehilangan cairan (dehidrasi), gangguan
23
kalsium (hipokalsemi), diare, dan eritema pada kulit, selain itu dampak
hospitalisasi juga dapat menimbulkan resiko adanya gangguan bounding antara orang
tua dan bayi. Efek jangka panjang dari fototerapi terjadi pada bayi dengan
beberapa gangguan sebelumnya seperti bayi yang memiliki alergi (asma, rinitis
dan konjungtivitis), melanoma, patent ductus arteriosus (PDA), dan bayi dengan
kerusakan retina (Xiong, Qu, Cambier, & Mu, 2011).
Tindakan keperawatan dapat dilakukan untuk mengoptimalkan efektivitas
fototerapi sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya efek samping dan mengurangi
lamanya hospitalisasi. Salah satu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah
dengan menutupkan linen putih pada saat fototerapi (PPNI, 2018). Penggunaan kain/
tirai/ linen putih bermanfaat sebagai reflektor/ pemantul sinar fototerapi yang
dapat mengoptimalkan sinar yang mengenai permukaan tubuh bayi. Pemberian linen
putih dapat meningkatkan efektifitas fototerapi (Nair & Vetriselvi, 2017). Hasil
penelitian Tadi & Varghese (2019), menemukan bahwa terjadi perbedaan yang
signifikan pada penurunan kadar bilirubin dari tindakan fototerapi yang diberi penutup
linen putih dengan fototerapi konvensional tanpa penutup. Rata- rata terjadi penurunan
kadar bilirubin sebanyak 6,01 mg/dl pada fototerapi dengan reflektor linen putih,
sedangkan pada fototerpai konvensional tanpa reflektor terjadi penurunan rata-
rata sebanyak 3, 07 mg/dl.
24
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ikterik neonatus merupakan kondisi klinis yang sering terjadi pada bayi baru
lahir yang ditandai dengan warna kuning pada kulit, mukosa, sklera sebagai akibat
dari akumulasi bilirubin direk maupun indirek di dalam serum darah mencapai
lebih dari 5-7 mg/dl. Ikterus pada bayi adalah keadaan klinis pada bayi yang
ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak
terkonjugasi yang berlebih. Nilai normal bilirubin pada bayi yakni; : bilirubin
indirek 0,3 - 1,1 mg/dL, bilirubin direk 0,1 - 0,4 mg/dL.
Masalah keperawatan yang detemukan pada Bayi As adalah; Ikterik
neonatus berhubungan dengan kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin,
menyusui tidak efektif berhubungan dengan tidak rawat gabung, defisit
Pengetahuan perawatan bayi berhubungan dengan kurang terpapar informasi, resiko
gangguan integritas kulit berhubungan dengan suhu lingkungan yang ekstrem
(intensitas radiasi foto terapi ganda), dan resiko gangguan perlekatan berhubungan
dengan Perpisahan antara ibu dan bayi akibat hospitalisasi.
Prioritas masalah pada berbagai dianosa yang ditemukan diatas adalah
difokuskan pada masalah Ikterik neonatus. Penatalksanaa keperawatan difokuskan
pada pemberian fototerapi. Fototerapi merupakan tatalaksana hiperbilirubin yang
paling umum digunakan selain blood exchange transfusion dan pemberian obat-
obatan.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA