Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI A.

DENGAN IKTERIK NEONATORUM

Disusun untuk Memenuhi Stase Mata Kuliah Keperawatan Anak


Dosen Pembimbing Akademik : Dr. Ns. Meira Erawati, M.Si.,Med

Disusun Oleh:
Nama : Idrus Anas
Nim : 22020120220117

Kelompok II

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXVII


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................2
1. Tujuan Umum.........................................................................................................2
2. Tujuan Khusus........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..............................................................................................3
A. Mind Maps..............................................................................................................3
B. Pathway Ikterus Neonatorum.................................................................................4
BAB III PROSES ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................5
I. PENGKAJIAN.......................................................................................................5
A. Data Demografi...................................................................................................5
B. Riwayat Klien.....................................................................................................5
C. Riwayat Kesehatan Keluarga..............................................................................6
D. Riwayat Penyakit Sekarang................................................................................7
E. Pemeriksaan Head To Toe..................................................................................9
F. Pengkajian Psikososial......................................................................................11
G. Data Penunjang.................................................................................................12
II. ANALISA DATA................................................................................................12
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................................14
IV. INTERVENSI...................................................................................................15
V. RENCANA EVALUASI......................................................................................19
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................22
BAB V PENUTUP..........................................................................................................24
A. Kesimpulan...........................................................................................................24
B. Saran.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi baru lahir memiliki masalah kesehatan yang unik karena kematangan
struktural dan fungsi berbagai organ tubuh tergantung pada usia kehamilan dan
berat lahir (Singh, 2015). Ikterik neonatus atau juga bisa disebut hiperbilirubinemia
merupakan kondisi fisiologis yang dialami 60%- 70% bayi baru lahir di dunia, 50%
pada bayi cukup bulan dan 80% pada bayi prematur. Ikterik neonatus merupakan
kondisi klinis yang sering terjadi pada bayi baru lahir yang ditandai dengan warna
kuning pada kulit, mukosa, sklera sebagai akibat dari akumulasi bilirubin direk
maupun indirek di dalam serum darah mencapai lebih dari 5-7 mg/dl (American
Academi of Pediatrics, 2004). Ikterik neonatus merupakan penyebab hospitalisasi
terbesar pada bayi di awal minggu kehidupan (Burke et al., 2009) Sekitar 60% bayi
aterm mengalami ikterik neonatorum, dan meningkat pada bayi preterm yaitu 80%
(Rennie, Burman-Roy, & Murphy, 2010).
Hiperbilirubinemia neonatus secara klinis ditandai oleh adanya ikterus baik
oleh faktor fisiologis maupun patologis. Hiperbilirubinemia dikatakan fisiologis
apabila terjadi peningkatan kadar bilirubin pada minggu pertama kehidupan
neonatus, dan dikatakan hiperbilirubinemia patologis jika terjadi peningkatan
bilirubin sebelum 24 jam pertama kehidupan atau lebih dari tujuh hari pertama
kehidupan. Hiperbilirubinemia fisiologis jarang menyebabkan kematian pada
neonatus karena jarang mengarah kepada keadaan yang lebih buruk.
Hiperbilirubinemia patologis lebih sering mengarah kepada keadaan yang lebih
buruk berupa kernicterus (Jamil, Sukma, & Hamidah, 2017). Kernicterus adalah
komplikasi yang diakibatkan oleh kadar bilirubin yang tinggi yang menyebabkan
kerusakan otak, yang menyebabkan gejala-gejala neurologis seperti gangguan
pendengaran, cerebral palsy dan bahkan dapat menyebabkan kematian (NSC,
2015).
Penatalaksanaan hiperbilirubinemia dilakukan dengan tujuan untuk
mencegah agar kadar bilirubin indirek dalam darah tidak mencapai kadar yang
neurotoksik. Tata laksana terkini, meliputi pemberian air susu ibu (ASI), fototerapi,
2

dan tranfusi tukar (Gomella, 2009). Fototerapi merupakan strategi yang paling
lazim digunakan untuk tatalaksana hiperbilirubinemia neonatus. Fototerapi
merupakan penyinaran lampu fluorescent ke kulit bayi. Cahaya fototerapi
membantu ekstresi bilirubin dengan cara fotoisomerasi, yang mengubah bilirubin
menjadi bentuk yang larut dalam air, sehingga mudah dikeluarkan melalui urin
ataupun feses (Wong, 2008)
Peran perawat dalam penanganan bayi dengan ikterus adalah untuk
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan bayi agar fototerapi berjalan dengan
baik, tanpa efek samping/ dan dilakukan sesuai dengan standar operasional
prosedur yang ditetapkan. Memberikan tindakan keperawatan yang dapat
meningkatkan efektifitas fototerapi dalam memperpendek lama fototerapi dan
mempercepat penurunan bilirubin. Dengan demikian, dibutuhkan kompetensi yang
mumpuni dalam penerapan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan ikterik
neonatus.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penulisan laporan asuhan keperawatan ini adalah agar
mahasiswa mampu, dapat mengetahui dan memahami proses keperawatan pada
neonatus yang mengalami masalah keperawatan akibat ikterus neonatorum.
2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan Mind Map Ikterus pada Neonatorum


b. Menggambarkan Pathway Ikterus pada Neonatorum
c. Melakukan pengkajian, analisa data, menentukan diagnosis keperawatan
dan intervensi keperawatan serta merencanakan evaluasi keperawatan
secara komprehensif pada neonatus yang mengalami ikterus sesui dengan
kasus yang ada
d. Mengetahui Evidence Based Nursing Pratice pada kasus Ikterus
Neonatorum.
3

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Mind Maps

Etiologi (Meihartati, Hastuti, Sumiati, Abiyoga, & Tata laksana awal ikterus neonatorum
Pengertian
Sulistyorini, 2019) (WHO) (Rahyani et al., 2020)
Ikterus adalah pewarnaan kuning dikulit, konjungtiva dan
1. Produksi bilirubin berlebihan
1. Mulai terapi sinar bila ikterus
mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin diklasifikasikan sebagai ikterus berat
2. Gangguan dan pengangkutan bilirubin dalam
dalam darah (R, Maita, Saputri, & Yulvianan, 2014) 2. Tentukan apakah beyi memiliki faktor
hepatosit
resiko berikut: berat lahir ≤ 2,5kg, lahir
3. Gagalnya proses konjungasi dalam mikrosom hepar
sebelum usia kehamilan 37 minggu,
Penegakan diagnosis (Rahyani et al., 2020) 4. Gangguan dalam ekskresi
hemolisis atau sepsis
1. Visual 5. Peningkatan reabsorpsi dalam saluran cerna 3. Ambil contoh darah dan periksa kadar
2. Bilirubin serum bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan
3. Bilirubinometer transcukatn golongan darah bayi, dan lakukan tes darah
IKTERIK coombs
4. Bila kadar bilirubin serum dibawah nilai,
NEONATORUM dibutuhkan terapi sinar hentikan terapi sinar
Klasifikasi (Sutjahjo, 2016) 5. Bila kadar bilirubin serum berada pada atau
1. Ikterus fisiologi diatas nilai dibutuhkannya terap sinar,
Ikterus yang timbul pada hari dan hari ketiga serta tidak lakukan terapi sinar
mempunyai dasar patologi. Tanda: timbul pada hari 6. Bila faktor rhesus dan golongan darah ABO
Referensi
kedua dan ketiga, kadar bilirubin indirek tidak melebihi bukan merupakan penyebab hemolisis atau
Meihartati, T., Hastuti, E., Sumiati, Abiyoga, A., &
10mg% pada neonatus cukup bulan, kecepatan Sulistyorini, C. (2019). 1000 hari pertama bila ada riwayat defisiensi G6PD
peningkatan bilirubin tidak melebihi 5%/ hari, kadar kehidupan (Pertama; H. Rahmadhani & C. M. dikeluarga, lakukan uji saring G6PD bila
bilirubin direk tidak melebihi 1mg%, ikterus menghilang Santoso, eds.). Yogyakarta: Cv Budi Utama. memungkinkan
pada 10 hari pertama, dan tidak terbukti mempunyai R, O. D., Maita, L., Saputri, E. M., & Yulvianan, R. 7. Tentukan diagnosis banding
(2014). Bahan ajar asuhan kebidanan neonatus,
hubungan dengan keadaan patologik
bayi/balita dan anak prasekolah untuk para bidan
2. Ikterus patologi (U. P. Hastanto & G. P. Jati, eds.). Yogyakarta: Cv Tanda dan gejala (Surasmi 2003)
Ikterus yang mempunyai dasar patologik atau kadar Budi Utama. 1. Gejala akut
bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut Rahyani, N. K., Lindayani, I. K., Suwarniti, N. W., M, N. Lethargi, tidak mau menghisap, veses
hiperbilirubinemia. Tanda: ikterus terjadi dalam 24 jam M. D., Astiti, N. K. E., & Dewi, I. N. (2020). Buku berwarna pucat, urine berwarna gelap
pertama, kadar bilirubi melebihi 10mg% pada neonatus ajar asuhan kebidanan patologi bagi bidan 2. Gejala kronik
(Pertama; D. Arum, ed.). Yogyakarta: CV Andi Tangisan bayi melengking (high pitc ery),
cukup bulan atau melebihi 12,5% pada neonatus kurang
offset. kejang, perut membuncit dan pembesaran hati,
bulan, peningkatan bilirubin lebih dari 5mg%/ hari, Sutjahjo, A. (2016). Dasar-dasar ilmu penyakit dalam dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi
ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama, dan (Pertama). Surabaya: Airlangga University press. mental seperti mata tampak berputar-putar
mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
4

B. Pathway Ikterus Neonatorum

Devisiensi enzim G6PD Inkontabilitas rhesus dan Janin Penurunan klirens dari plasma
ABO

aterm Prematur
Hospitalisasi

Penurunan klirens bilirubin


Kelainan genetik Imaturitas hepar plasma
Bilirubin indirek

Gangguan konjungasi dan ekskresi bilirubin

Hiperbilirubinemia
ekskresi bilirubin

Jaringan ekstra vaskular (kulit,


sklera dan konjungtiva)
ekskresi bilirubin
Kurang pengetahuan Resiko gangguan
perawatan bayi Ikterus neonatorum perlekatan

Efek radiasi UV Fototerapi Pemisahan bayi dengan ibu

Paparan suhu fototerapi


Resiko g integritas Menyusui tidak
kulit efektif
Hipertermi
5

BAB III
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

Hari/tanggal Pengkajian : 13 September 2020, Jam 09.00 Wita


Identitas Pengkaji : Idrus Anas

A. Data Demografi

1. Klien/Pasien
a. Nama : By. A.S.
b. Tgl lahir/usia : 06 September 2020/ 7 hari
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Kewarganegaraan : Indonesia
e. Tanggal Masuk RS : 13 September 2020, Pukul 08.00 Wita
f. Diagnosa Medis : Hiperbilirubinemia
2. Orang tua/penanggungjawab
a. Nama : Ny. I.H.
b. Hubungan dgn Klien : Ibu Kandung
c. Alamat (Inisial Kota) : SM
d. No. Telpon : 0813 xxxx xxxx

B. Riwayat Klien

1. Riwayat Kehamilan
√ Riwayat ANC : Ibu I.H. mengatakan, selalu menjalani
√ pemeriksaan neonatal secara rutin di
Puskesmas dan minum obat prenatal secara
teratur. Tidak ada riwayat penyakit Hepatitis B.
Riwayat Penggunaan : Ibu I.H menyangkal mengkonsumsi obat-
obat-obatan obatan lainnya, alkohol, atau merokok.
X Lain-lain : Ibu I.H.menyangkal tidak ada riwayat penyakit
kronis atau metabolik, komplikasi jantung, atau
X masalah pernapasan.
6

2. Riwayat Persalinan
Usia Gestasi : 39 minggu
Berat badan lahir : 3.480gr
Jenis Persalinan : Persalinan Normal
Indikasi :-
Apgar Score : 10/10/10
Kejadian penting selama Persalinan : Tidak ada
3. Faktor Resiko Ibu:
X Ketuban Pecah Dini
X Preeklampsia
X Ibu dengan infeksi
X Lain-lain
4. Riwayat Alergi:
√ Tidak
X Ya, Sebutkan.................

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

1. Riwayat Penyakit Dalam keluarga


Ibu I.H. mengatakan bahwa dalam anggota keluarganya tidak ada yang
menderita atau mempunyai riwayat penyakit kronis atau metabolik, komplikasi
jantung, atau masalah pernapasan.
2. Genogram
7

Keterangan gambar:
: Laki-laki : Tinggal Serumah

: Perempuan : Klien (By. A.S. Usia 7 Hari)

: Meninggal : Garis keturunan

D. Riwayat Penyakit Sekarang

1. Penampilan Umum
a. Keadaan Umum (Kondisi klien secara umum):
Penampilan umum dengan aktivitas yang baik, Kesadaran composmentis,
kulit dan sklera tampak berwarna kuning.
b. Riwayat penyakit klien saat ini:
By. AS dibawa ke UGD pada tanggal 13 September 2020 karena kuning
pada kulit dan sklera. Hasil pemeriksaan tingkat Bilirubin 349 μmol / L.
BMT 250/202/219 mg / dL.
c. Riwayat penyakit klien sebelumnya:
Ibu kandung klien yaitu Ny. IH tidak memiliki riwayat hepatitis B dan
VDRL, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak merokok, tidak minum obat-
obatan, tidak mengkonsumsi jamu..
d. Pemeriksaan tanda-tanda vital:
Pernapasan : 53 cpm
Suhu : 36,2°C (Rectal)
Nadi : 153 bpm (Apikal)
Tekanan darah : 71/32mmHg
2. Oksigenasi
a. Saturasi Oksigen : 99%
b. Irama Napas : √ Reguler Irreguler
c. Kedalaman Napas : Dalam Dangkal √ Normal

d. Alat bantu napas :


√ Spontan tanpa oksigen
8

Spontan dengan oksigen


Singel Nasal prong
Buble CPAP
Ventilantor
Lainnya, ...............................................
e. Penggunaan otot bantu napas
X Retraksi X Napas Cuping Hidung
f. Sianosis : Ada X Tidak ada
3. Nutrisi :
a. Berat badan : 3.480 gram
b. Lingkar lengan atas :-
c. Panjang Badan : 51,5cm
d. Lingkar kepala : 34,5cm
e. Lingkar dada :-
f. Kebutuhan kalori :-
g. Jenis Nutrisi : √ Enteral Parenteral
h. Terpasang OGT : Ya √ Tidak
i. Residu OGT : Tidak Ada
4. Cairan
a. Kebutuhan cairan : Pemberian makanan campuran 60 ml per 3 jam
b. Jenis Minuman :
√ ASI X PASI √ Lainnya, Sebutkan: Makanan Campuran
c. Turgor Kulit : X Baik √ Sedang X Buruk
d. Bibir : √ Kering X Lembab
e. Ubun-ubun : X Cekung X Cembung √ Normal
f. Mata : X Cekung √ Normal
g. Kapilary Refill : < 2 detik
9

h. Balance Cairan :
- Intake : minum 60 ml x 8= 480 ml
- Output: IWL = BB(kg) x konstanta IWL
3,480kg x 50 = 174
Urine = 150 ml (perkiraan, 4-5 x BAK)
BAB = 25 ml (perkiraan 1 x BAB)
Total = 349 ml
- BC/ 24 jam : Input – Output
480 ml – 349 ml = 131 ml

5. Istrahat Tidur
a. Status tidur-terjaga :-
b. Kualitas tidur : √ Baik X Kurang baik, jelaskan:
6. Aktifitas
a. Gerakan : √ Aktif Kurang Aktif
b. Tangisan : √ Kuat Lemah
c. Sistem Muskuloskeletal :
1) Postur : √ Fleksi Ekstensi
2) Tonus Otot : √ Normal Tidak normal, Jelaskan........

E. Pemeriksaan Head To Toe

1. Intergumen
Suhu : √ Teraba hangat Teraba dingin
Warna Kulit : Pucat √ Kuning Normal
Integritas Kulit : √ Utuh Kemerahan Lecet Lokasi.....
2. Kepala dan Leher
a. Tengkorak : √ Simetris Tidak simetris
Kelainan : √ Tidak Ya, sebutkan ............................
Tulang tengkorak/sutura : √ Belum menutup
Menutup
Lainnya, Sebutkan .......................................
b. Warna dan distribusi rambut : √ Hitam Lainnya, Sebutkan ............
10

c. Kelopak Mata (Bentuk dan gerak)


Bentuk : √ Simetris Tidak simetris, Sebutkan .............................
Gerak : √ Simetris Tidak simetris, Sebutkan .............................
d. Warna Konjungtiva : √ Pink Pucat
e. Skera : √ Ikterik Normal
f. Pupil :
Refleks cahaya : √ Positif Negatif
g. Telinga :
Bentuk dan ukuran : √ Simetris Tidak
Kebersihan : √ Bersih Kotor

h. Hidung :
Bentuk, terdapat septum deviasi : Ya √ Tidak
i. Leher :
Bentuk : √ Normal Tidak Normal, sebutkan ...............................
3. Dada, Paru-Paru dan Jantung
a. Pengembangan dada : √ Simetris Tidak simetris, kondisi .........
b. Ictus cordis : √ Tidak teraba Teraba di........................
c. Taktil fremitus : √ Simetris Tidak simetris, sebutkan .....
d. Suara Paru : √ Vesikuler Bronchovesikuler
Bronchi Wheezing Ronchi
e. Suara Jantung : √ S1 dan S2 Murni Gallop Murmur
4. Abdomen
a. Bentuk : √ Simetris Tidak simetris, Jelaskan ........
b. Bising usus : 35 x/menit
c. Lambung : √ Timpani Hipertimpani Lainnya,
Sebutkan..
d. Hati : √ Pekak Lainnya, sebutkan .............................
e. Usus : √ Timpani Hipertimpani Lainnya, Sebutkan..
f. Hepar : √ Tidak teraba Teraba di......................................
g. Limpa : √ Tidak teraba Teraba di......................................
11

h. Buang Air Besar :


Konsistensi : Padat √ Lunak Cair
Warna : Khas Tinja Mekonium √ Lainnya : Pucat
5. Alat Kelamin
Kelainan : √ Tidak ada Ada, Sebutkan ...............................
Kebersihan : √ Bersih Kotor
Iritasi : Ya √ Tidak
6. Ekstremitas
a. Simetris √ Tidak simetris
b. Kelainan : Ada √ Normal
c. Akral : √ Hangat Dingin
d. Udema : Ya √ Tidak

7. Perkembangan (Refleks)
√ Moro √ Menghisap
√ Menelan √ Rooting

F. Pengkajian Psikososial
D. √ A.
1. Respon Hospitalisasi : Tenang Rewel
2. Pengetahuan orang tua tentang kondisi bayi :
Orang tua bayi A.S. mengatakan bahwa mereka tidak tahu tentang penyebab
penyakit kuning yang dialami oleh bayinya
3. Kunjungan orang tua terhadap bayi : √ Ibu √ Ayah
4. Interaksi orang tua dan bayi : √ Sentuhan √ Komunikasi√ Kontak
mata √ √
5. Suasana hati orang tua : Cemas Tenang Gelisah
12

G. Data Penunjang

1. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium TSB
Tanggal Waktu Level TSB
13 September 2020 (MRS) 09.00 (IGD) 349 µmol/L
13 September 2020 19.00 274 µmol/L
14 September 2020 09.00 223 µmol/L
14 September 2020 19.00 195 µmol/L
15 September 2020 09.00 136 µmol/L
15 September 2020 10.00 Fototerapi dihentikan

2. Pengobatan

a. Fototerapi
b. Inkubator
c. Monitor TTV
d. Monito Apnoe

II. ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi


1 DS : - Ikterik neonatus Kesulitan transisi
DO : ke kehidupan
- Kulit bayi tampak kuning ekstra uterin
- Ikterik pada kepala dan leher tanpa
jejas atau sepalohematoma anterior
fontanel normotensive.
- Sklera kuning
- kulit kering tanpa lesi
- Hasil laborat tanggal 13 september
tingkat bilirubin 349 µmol/ L dan
BMT : 250/202/219 mg/dl
2 DS : Menyusui tidak Tidak rawat
DO : efektif gabung
- Bayi dirawat dalam inkubator
(terpisah dari ibunya/ tidak rawat
13

No Data Masalah Etiologi


gabung)
- Bayi lahir dari seorang ibu 27 tahun
dengan riwayat G1P1
- Bayi disusui dengan pemberian
makanan campuran per 3 jam,
dengan asupan 60ml setiap kali.
3 DS : Defisit Kurang terpapar
Ibu klien mengatakan tidak tahu tentang pengetahuan informasi
penyakit yang diderita bayinya. tentang
DO: perawatan bayi
Perencanaan pulang direncanakan
pendidikan kesehatan tentang perawatan
umum bayi
4 DS : Resiko Suhu lingkungan
DO : gangguan yang ekstrem
- Kulit kering tanpa lesi integritas kulit ( intensitas radiasi
- Mata kuning tanpa kotoran foto terapi ganda)
- Bayi dilakukan fototerapi ganda
- Bayi dirawat di inkubator
5 DS : - Resiko Perpisahan antara
DO: gangguan ibu dan bayi
- Bayi A.S dirawat di inkubator, perlekatan akibat
- Mendapat perawatan fototerapi ganda, hospitalisasi
- Bayi terpisah dari orang tua
14

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN.

1. Ikterik neonatus berhubungan dengan kesulitan transisi ke kehidupan ekstra


uterin (D. 0024)
2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan tidak rawat gabung (D.0029)
3. Defisit Pengetahuan perawatan bayi berhubungan dengan Kurang terpapar
informasi (D.0111)
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan suhu lingkungan yang
ekstrem ( intensitas radiasi foto terapi ganda) (D. 0139)
5. Resiko gangguan perlekatan berhubungan dengan Perpisahan antara ibu dan
bayi akibat hospitalisasi (D. 0127)
15

IV. INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


No
(PPNI, 2017) (PPNI, 2019) (PPNI, 2018)
1 Ikterik neonatus berhubungan Setelah dilakukan tindakan Fototerapi neonatus ( I.03091)
dengan kesulitan transisi ke keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi:
kehidupan ekstra uterin (D. diharapkan : - Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi.
0024) Adaptasi neonatus membaik - Identifikasi kebutuhan cairan.
(L.10098). Dengan kriteria hasil : - Monitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam sekali.
- Kulit kuning menurun - Monitor efek samping fototerapi
- Sklera kuning menurun Tindakan:
Integritas kulit dan jaringan meningkat - Siapkan lampu fototerapi dan inkubator.
(L.14125)Dengan Kriteria hasil - Lepaskan pakaian bayi kecuali popok.
- Kerusakan lapisan kulit (kulit - Berikan penutup mata pada bayi
kering) menurun - Ukur jarak antara lampu dan permukaan kulit bayi.
- Gunakan linen berwarna putih agar memantulkan cahaya
sebanyak mungkin.
- Ganti segera alas dan popok bayi jika BAB/BAK
Edukasi:
- Anjurkan ibu menyusui sekitar 20-30 menit. Kolaborasi:
- Kolaborasi pemeriksaan darah vena bilirubin direk dan indirek.
16

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


No
(PPNI, 2017) (PPNI, 2019) (PPNI, 2018)
Perawatan bayi (I.10338)
Observasi:
- Monitor tanda vital bayi
Terapeutik:
- Lakukan pijat bayi
- Ganti popok bayi jika basah
- Kenakan pakaian bayi dari kain katun
Edukasi:
- Anjurkan ibu menyusui sesuai kebutuhan bayi
- Ajarkan ibu cara merawat bayi dirumah.
2 Menyusui tidak efektif Setelah diberikan tindakan Pemberiam kesempatan menghisap pada bayi (I.03124)
berhubungan dengan tidak keperawatan selama 3 x 24 jam Terapeutik
rawat gabung (D.0029) diharapkan status menyusui membaik - Berikan ibu kesempatan untuk rawat gabung
(L.03029). - Berikan waktu kepada bayi apabila kegiatan menyusu dimulai
Dengan kriteria hasil : - Berikan kesempatan ibu untuk memposisikan dan menggendong bayi
- Perlekatan bayi pada payudara dengan benar
ibu meningkat Edukasi
- Miksi bayi > 8x/ 24 jam - Anjurkan memberi kesempayan bayi sampai lebih dari 1 jam atau
meningkat sampai bayi menunjukan tanda-tanda siap menyusu
17

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


No
(PPNI, 2017) (PPNI, 2019) (PPNI, 2018)
- BB bayi meningkat
- Suplai ASI adekuat (5)
- Kepercayaan diri ibu meningkat
- Kecemasan maternal menurun
3 Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi perawatan bayi (I.12419)
perawatan bayi berhubungan keperawatan selama 2 x 60 menit Observasi:
dengan Kurang terpapar diharapkan tingkat pengetahuan orang - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
informasi (D.0111) tua tentang perawatan bayi meningkat - Sediakan materi dan media pendidika kesehatan
(L.12111) - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Dengan kriteria hasil: - Berikan kesempatan untuk bertanya
- Perilaku sesuai anjuran Terapeutik:
meningkat - Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
- Kemempuan menjelaskan tentang - Berikan kesempatan untuk bertanya.
perawatan bayi meningkat. Edukasi
- Perilaku sesuai dengan - Jelaskan manfaat perawatan bayi
pengetahuan meningkat - Anjurkan untuk menjemur bayi sebelum jam 9 pagi.
- Pertanyaan tentang masalah - Ajarkan pijat bayi.
yang dihadapi menurun - Anjurkan segera mengganti popok bila basah.
- Anjurkan penggunaan pakaian bayi dari bahan katun.
18

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


No
(PPNI, 2017) (PPNI, 2019) (PPNI, 2018)
- Anjurkan menyusui sesuai kebutuhan bayi.
4 Resiko gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas kulit (I.11353)
kulit berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
suhu lingkungan yang diharapkan integritas kulit dan jaringan - Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (suhu lingkungan
ekstrem ( intensitas radiasi meningkat (L.14125) ekstrim)
foto terapi ganda) (D. 0139) Dengan kriteria hasil : Terapeutik:
- Hidrasi kulit meningkat - Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
- Kerusakan lapisan kulit (kulit - Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
kering) menurun - Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergik pada
kulit sensitif
- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering.
Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab pada kulit bayi
5 Resiko gangguan perlekatan Setelah dilakukan tindakan Promosi perlekatan (I.10342)
berhubungan dengan keperawatan 3x 24 jam, diharapkan Observasi
Perpisahan antara ibu dan pelekatan antara orang tua dengan - Monitor kegiatan menyusui
bayi akibat hospitalisasi (D. bayi meningkat (L.13122) - Monitor perlekatan saat menyusui
0127) Dengan kriteria hasil : Terapeutik
- Verbalisasi perasaan positif - Lepaskan bantalan mata pelindung bayi setiap kali bersentuhan
19

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


No
(PPNI, 2017) (PPNI, 2019) (PPNI, 2018)
terhadap bayi meningkat. langsung dengan orang tua.
- Menggendong bayi untuk - Dorong orang tua untuk mengungkapkan perasaan, kecemasan, dan
menyusui meningkat ketakutan mereka.
- Melakukan kontak mata dengan Edukasi
bayi - Anjurkan ibu menyusui sesuai kebutuhan bayi
- Kekhawatiran akibat hospitalisasi - Anjurkan melakukan kontak langsung antara bayi dan orang tua
dan penghalang fisik menurun.

V. RENCANA EVALUASI

No Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi TTD


1 Ikterik neonatus S : Nada suara dan tangisan bayi A.S kuat dan baik
berhubungan dengan O : Warna kulit pada area kepala, leher normal; sklera putih; feses berwarna
keterlambatan pengeluaran normal; Bayi aktif; refleks bayi (moro, babinski, sucking, rooting) normal;
feses (Mekonium) Status nutrisi normal; Kadar TSB normal
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2 Menyusui tidak efektif S : Ibu klien mengatakan produksi ASI banyak, bayi lebih sering menyusu
berhubungan dengan tidak O : - Ibu bayi lebih sering menyusui (setiap 2 atau 3 jam sekali)
rawat gabung (D.0029) - Tampak posisi ibu dan bayi saat menyusui sudah tepat (perlekatan
20

No Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi TTD


sesuai)
- Bayi BAK lebih dari 8 x per 24 jam
A : masalah teratasi
P : beri dukungan kepada ibu untuk bisa terus memberikan ASI
eksklusif

3 Defisit Pengetahuan S : Orang tua mengatakan sudah memahami cara merawat bayi
perawatan bayi O : - Orang tua dapat menyebutkan cara perawatan bayi.
berhubungan dengan - Orang tua dapat mempraktekkan cara merawat bayi.
Kurang terpapar informasi - Orang tua mampu memandikan bayi.
(D.0111) - Orang tua mempraktekkan sendawa setelah makan.
- Orang tua mampu merawat tali pusat.
A : Masalah teratasi
P:-
4 Resiko gangguan integritas S : -
kulit berhubungan dengan O : - Kulit bayi tidak kering dan lembab
suhu lingkungan yang - Bayi dimandikan menggunakan air hangat dan sabun bayi, leher
ekstrem ( intensitas radiasi dikeringkan, diberikan pijatan lembut pada punggung bayi
foto terapi ganda) (D. 0139) - Integritas kulit baik, tidak terjadi iritasi kulit.
A : masalah teratasi
21

No Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi TTD


P : Edukasi cara menjaga kelembapan kulit bayi saat di rumah
5 Resiko gangguan perlekatan S : Orangtua mengatakan tidak merasa khawatir dengan bayinya
berhubungan dengan O:
Perpisahan antara ibu dan - Perlekatan ibu dan bayi meningkat; komunikasi positif verbal dan non-
bayi akibat hospitalisasi verbal orangtua – bayi baik,
- Orangtua menunjukkan peran menjadi orangtua yang baik: ada bounding
attachment; interaksi perawatan bayi meningkat, Status menyusui ibu
membaik.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan.
22

BAB IV
PEMBAHASAN

Hasil pengkajian yang telah dilakukan pada By. AS yang mengalami ikterik

(kuning pada kulit dan sclera), didapatkan beberapa data fokus. Data fokus yang
pertama adalah hasil laboratorium bilirubun total sebesar 349 µmol/ L (setara 20,41
mg/dl) dengan usia klien yaitu 7 hari. Klien lahir secara normal dengan usia gestasi 39
minggu. Berdasarkan data fokus tersebut dapat ditegakkan diagnosa keperawatan utama
yaitu hiperbilirubinemia/ ikterik nenonatal berhubungan dengan bayi mengalami
kesulitan transisi kehidupan ekstra uterin. Ikterik neonatorum karena peningkatan kadar
bilirubin merupakan masalah fisik yang umum terjadi pada bayi di minggu awal
kehidupan. 60% bayi aterm mengalami ikterik pada minggu pertama kehidupan,
sedangkan pada bayi preterm sebanyak 80% (Babaei, Alipour, Hemmati, Ghaderi, &
Rezaei, 2013).
Manifestasi klinis dari ikterik adalah warna kuning pada kulit dan wajah
ketika terjadi peningkatan kadar bilirubin sebanyak 5mg/dl (Tadi & Varghese, 2019).
Peningkatan hiperbilirubin yang berat dapat menyebabkan acute bilirubin
encephalopathy (ABE), kerikterus, dan dapat menyebabkan kematian padi bayi baru
lahir (Hashim, Said, Abdallah, & Abd Elghafar, 2015). Hiperbilirubinemia merupakan
suatu keadaan peningkatan kadar bilirubin dalam darah >5 mg/dl (Mathindas, Wilar, &
Wahani, 2013). Kondisi hiperbilirubinemia ditandai dengan ikterik/ warna kuning pada
kulit dan sklera. Secara fisiologis kadar bilirubin setelah lahir akan meningkat setelah
lahir, lalu menetap dan turun pada usia 7 hari. Hiperbilirubinemia patologis dialami
oleh sekitar 3%-5% neonatus yang berisiko tinggi terhadap terjadinya kernikterus, yaitu
kerusakan otak akibat toksisitas bilirubin yang sebenarnya dapat di cegah.
Penanganan pada bayi dengan hiperbilirubinemia adalah dengan fototerapi.
Fototerapi merupakan tindakan yang paling sering dilakukan untuk menurunkan kadar
bilirubin pada bayi (Hashim et al., 2015). Terdapat beberapa hal yang dapat
mempengaruhi efektifitas fototerapi diantaranya : panjang gelombang sinar yang
digunakan (standar 420-480 nm), energi lampu yang digunakan, jarak sinar dengan
bayi (standar 40cm). Fototerapi memiliki dampak jangka pendek antara lain:
gangguan keseimbangan suhu (hipertermi), kehilangan cairan (dehidrasi), gangguan
23

kalsium (hipokalsemi), diare, dan eritema pada kulit, selain itu dampak
hospitalisasi juga dapat menimbulkan resiko adanya gangguan bounding antara orang
tua dan bayi. Efek jangka panjang dari fototerapi terjadi pada bayi dengan
beberapa gangguan sebelumnya seperti bayi yang memiliki alergi (asma, rinitis
dan konjungtivitis), melanoma, patent ductus arteriosus (PDA), dan bayi dengan
kerusakan retina (Xiong, Qu, Cambier, & Mu, 2011).
Tindakan keperawatan dapat dilakukan untuk mengoptimalkan efektivitas

fototerapi sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya efek samping dan mengurangi
lamanya hospitalisasi. Salah satu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah
dengan menutupkan linen putih pada saat fototerapi (PPNI, 2018). Penggunaan kain/
tirai/ linen putih bermanfaat sebagai reflektor/ pemantul sinar fototerapi yang
dapat mengoptimalkan sinar yang mengenai permukaan tubuh bayi. Pemberian linen
putih dapat meningkatkan efektifitas fototerapi (Nair & Vetriselvi, 2017). Hasil
penelitian Tadi & Varghese (2019), menemukan bahwa terjadi perbedaan yang
signifikan pada penurunan kadar bilirubin dari tindakan fototerapi yang diberi penutup
linen putih dengan fototerapi konvensional tanpa penutup. Rata- rata terjadi penurunan
kadar bilirubin sebanyak 6,01 mg/dl pada fototerapi dengan reflektor linen putih,
sedangkan pada fototerpai konvensional tanpa reflektor terjadi penurunan rata-
rata sebanyak 3, 07 mg/dl.
24

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Ikterik neonatus merupakan kondisi klinis yang sering terjadi pada bayi baru
lahir yang ditandai dengan warna kuning pada kulit, mukosa, sklera sebagai akibat
dari akumulasi bilirubin direk maupun indirek di dalam serum darah mencapai
lebih dari 5-7 mg/dl. Ikterus pada bayi adalah keadaan klinis pada bayi yang
ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak
terkonjugasi yang berlebih. Nilai normal bilirubin pada bayi yakni; : bilirubin
indirek 0,3 - 1,1 mg/dL, bilirubin direk 0,1 - 0,4 mg/dL.
Masalah keperawatan yang detemukan pada Bayi As adalah; Ikterik
neonatus berhubungan dengan kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin,
menyusui tidak efektif berhubungan dengan tidak rawat gabung, defisit
Pengetahuan perawatan bayi berhubungan dengan kurang terpapar informasi, resiko
gangguan integritas kulit berhubungan dengan suhu lingkungan yang ekstrem
(intensitas radiasi foto terapi ganda), dan resiko gangguan perlekatan berhubungan
dengan Perpisahan antara ibu dan bayi akibat hospitalisasi.
Prioritas masalah pada berbagai dianosa yang ditemukan diatas adalah
difokuskan pada masalah Ikterik neonatus. Penatalksanaa keperawatan difokuskan
pada pemberian fototerapi. Fototerapi merupakan tatalaksana hiperbilirubin yang
paling umum digunakan selain blood exchange transfusion dan pemberian obat-
obatan.
B. Saran

1. Tindakan keperawatan berupa menutupkan linen/ tirai putih tidak


memerlukan biaya yang mahal dan bukan merupakan tindakan infasif sehingga
pelaksanaannya dapat dioptimalkan untuk meningkatkan efektifitas fototerapi
sesuai dengan evidence based practice.
2. Perawat dan akademisi keperawatan dapat melakukan kajian dan penelitian
lebih lanjut mengenai efektifitas penggunaan reflektor bagi neonatus dalam
berbagai kondisi.
3. Perawat dapat melakukan evaluasi dalam aplikasi penggunaan reflektor
linen/tirai dalam pemberian fototerapi.
25

DAFTAR PUSTAKA

American Academi of Pediatrics. (2004). Management of hyperbilirubinemia in the


newborn infant 35 or more weeks of gestation. Pediatrics, 114(1), 297–316.
Retrieved from http://www.citeulike.org/group/11862/article/5941222
Babaei, H., Alipour, A.-A., Hemmati, M., Ghaderi, M., & Rezaei, M. (2013). Effect of
white plastic cover around the phototherapy unit on hyperbilirubinemia in full term
neonates. Iran J Pediatr, 23(2), 143–148.
Burke, B. L., Robbins, J. M., Bird, T. Mac, Hobbs, C. A., Nesmith, C., & Tilford, J. M.
(2009). Trends in hospitalizations for neonatal jaundice and kernicterus in the
United States, 1988-2005. Pediatrics, 123(2), 524–532.
https://doi.org/10.1542/peds.2007-2915
Gomella, T. (2009). Hyperbilirubinemia indirect (unconjugated hyperbilirubinemia).
Dalam: Management, procedure, on-call, disease and drug. (Seventh ed). lange.
Hashim, M. E., Said, R. N., Abdallah, E. A. A., & Abd Elghafar, H. F. (2015).
Evaluation of phototherapy with reflectors: A randomized controlled trial.
International Journal of Pediatrics and Adolescent Medicine, 2(3–4), 117–122.
https://doi.org/10.1016/j.ijpam.2015.09.003
Jamil, siti nurhasiyah, Sukma, F., & Hamidah. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Fakultas Kedokteran
dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Mathindas, S., Wilar, R., & Wahani, A. (2013). Hiperbilirubinemia Pada Neonatus.
Jurnal Biomedik (Jbm), 5(1). https://doi.org/10.35790/jbm.5.1.2013.2599
Meihartati, T., Hastuti, E., Sumiati, Abiyoga, A., & Sulistyorini, C. (2019). 1000 hari
pertama kehidupan (Pertama; H. Rahmadhani & C. M. Santoso, eds.). Yogyakarta:
Cv Budi Utama.
Nair, D. R., & Vetriselvi. (2017). Effect of white curtain around the phototherapy unit
on hyperbilirubinemia in full term neonates. International Journal of Current
Research, 9(8), 55736–55739.
NSC. (2015). Screening to prevent kernicterus.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,Definisi dan Indikator
Diagnostik (Edisi 1). Jakarta.
26

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
R, O. D., Maita, L., Saputri, E. M., & Yulvianan, R. (2014). Bahan ajar asuhan
kebidanan neonatus, bayi/balita dan anak prasekolah untuk para bidan (U. P.
Hastanto & G. P. Jati, eds.). Yogyakarta: Cv Budi Utama.
Rahyani, N. K., Lindayani, I. K., Suwarniti, N. W., M, N. M. D., Astiti, N. K. E., &
Dewi, I. N. (2020). Buku ajar asuhan kebidanan patologi bagi bidan (Pertama; D.
Arum, ed.). Yogyakarta: CV Andi offset.
Rennie, J., Burman-Roy, S., & Murphy, M. S. (2010). Neonatal jaundice: Summary of
NICE guidance. BMJ (Online), 340(7757), 1190–1191.
https://doi.org/10.1136/bmj.c2409
Singh, M. smriti. (2015). care of newborn (edisi 8). new delhi: CBS Publishers &
distributors.
Sutjahjo, A. (2016). Dasar-dasar ilmu penyakit dalam (Pertama). Surabaya: Airlangga
University press.
Tadi, R., & Varghese, A. (2019). A study to assess the efficacy of phototherapy for
neonatal jaundice with and without the use of low ‐ cost white reflecting curtain at
selected hospitals of Indore. 8(9), 1141–1144.
Wong, D. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik (Vol. 1 ed.). Jakarta: EGC.
Xiong, T., Qu, Y., Cambier, S., & Mu, D. (2011). The side effects of phototherapy for
neonatal jaundice: What do we know? What should we do? European Journal of
Pediatrics, 170(10), 1247–1255. https://doi.org/10.1007/s00431-011-1454-1

Anda mungkin juga menyukai