Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku bullying dari waktu ke waktu terus menghantui anak-anak
Indonesia. Kasus bullying yang sering dijumpai adalah kasus senioritas atau
adanya intimidasi siswa yang lebih senior terhadap adik kelasnya baik secara fisik
maupun non-fisik. Menurut Ken Rigby dalam buku Ponny Retno Astuti bullying
merupakan hasrat untuk menyakiti, yang diaktualisasikan dalam aksi sehingga
menyebabkan seorang individu atau kelompok menderita. Aksi ini dilakukan
secara langsung oleh seseorang ataupun kelompok yang lebih kuat, biasanya
kejadiannya berulangkali dan pelaku tersebut melakukan bullying dengan perasaan
senang.
Jumlah kejadian bullying dari tahun ke tahun menunjukkan angka yang
memprihatinkan. Dari data National Mental Health and Education Center tahun
2004 di Amerika diperoleh data bahwa bullying merupakan bentuk kekerasan yang
umumnya terjadi dalam lingkungan sosial di mana 15% dan 30% siswa adalah
pelaku bullying dan korban bullying. Hal ini mungkin saja terjadi karena perilaku
bullying sering kali dianggap sepele. Kasus bullying di Indonesia seringkali terjadi
di institusi pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan data dari Komisi Nasional
Perlindungan Anak, tahun 2011 menjadi tahun dengan tingkat kasus bullying
tertinggi di lingkungan sekolah yaitu sebanyak 339 kasus kekerasan dan 82
diantaranya meninggal dunia (Komnas PA, 2011).
Fenomena bullying di lingkungan sekolah di Indonesia saat ini sangat
memprihatinkan. Diantara kasus tersebut lima kasus bullying yang sempat ramai
menjadi pemberitaan di media adalah yang terjadi di SMA di Jakarta, yaitu kasus
bullying di SMA 90 Jakarta korban di paksa lari dan ditampar oleh senior,
kemudian kasus Ade Fauzan siswa kelas I yang menjadi korban 2 Dara Agnis
Septiyuni, 2014 Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap
Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kekerasan dari siswa kelas III SMA 82
Jakarta. Ade saat itu sampai dirawat di RS Pusat Pertamina (RSPP).
Perilaku bullying memiliki dampak negatif di segala aspek kehidupan
(fisik, psikologis maupun sosial) individu, khususnya remaja (Sejiwa, 2008).
Sehingga hal tersebut akan terus mempengaruhi perkembangan mereka
selanjutnya. Pelaku bullying akan mengintimidasi / mengejek kawannya sehingga
membuat jengkel korban atau yang lebih parah lagi, korban bullying akan
mengalami depresi dan hingga timbul rasa untuk bunuh diri.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, banyaknya kasus bullying yang
terjadi di sekolah maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
menganalisis Dampak bullying terhadap kondisi psikososial anak
dilingkungan SD Negeri Suko Maju Surabaya.
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemumakan diatas, maka tujuan dari
penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui jumlah kasus bullying di SD Negeri Suko Maju Surabaya.


2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari perilaku bullying terhadap
kondisi psikososial anak di SD Negeri Suko Maju Surabaya.
3. Untuk menggambarkan bentuk-bentuk dari bullying yang
dilakukan di SD Negeri Suko Maju Surabaya.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat positif terhadap SD Negeri Suko Maju
Surabaya dan memberikan kontribusi terhadap psikososial anak korban bullying.

BAB II

KONSEP TEORI

A. Definisi
Bullying menurut Ken Rigby bullying merupakan sebuah hasrat untuk menyakiti.
Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seorang individu atau kelompok yang lebih kuat,
15
tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang.
Sedangkan menurut psikolog Andrew Mellor, bullying adalah pengalaman yang terjadi
ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain dan ia takut apabila perilaku
buruk tersebut akan terjadi lagi sedangkan korban merasa tidak berdaya untuk
mencegahnya. Bullying tidak lepas dari adanya kesenjangan power atau kekuatan antara
korban dan pelaku serta diikuti pola repetisi (pengulangan perilaku).
B. Etiologi
1. Faktor eksternal
a. Karakteristik kepribadian
b. Kekerasan pada masa lalu
c. Sikap orang tua yang memanjakan anak sehingga tidak membenrtuk
kepribadian yang matang
2. Faktor internal
a. Lingkungan sosial
b. Budaya
C. Komponen
Perilaku bullying melibatkan tiga komponen yang salling mempengaruhi yaitu :
1. Pelaku
Pelaku bullying umumnya memiliki ukuran fisik yang besar atau memiliki
kekuasaan diantara teman0temannya sehingga korban tidak berani untuk
melawan atau menghindar. Kebanyak pelaku bullying adalah korban bullying
atau kekerasan di rumah.
2. Korban
Korban umumnya secara fisik maupun sosial berada pada posisi lemah. Hal ini
menyebabkan korban tidak dapat melakukan perlawanan atau menghindari
perlakuan yang diterima. Ketidakmampuan korban untuk melawan atau
menghindar menjadi penguat bagi pelaku untuk terus melakukan aksinya.

3. Penonton
Penonton kurang memiliki asertivitas dan keberanian sehingga tidak mau
menghentikan perilaku bullying atau melapor pada orang yang lebih dewasa.
Penonton takut turut menjadi korban jika menghentikan atau melapor.
Penonton juga dibayangi oleh perasaan takut jika tindakan bullying itu akan
menimpa dirinya di waktu lain.
D. Jenis-Jenis
Bullying terbagi kedalam dua jenis yaitu, pertama, bullying secara fisik
terkait dengan suatu tindakan yang dilakukan pelaku terhadap korbannya dengan
cara memukul, menggigit, menendang dan mengintimidasi korban di ruangan
dengan mengitari, mencakar, mengancam. Kedua, bullying secara non-fisik terbagi
menjadi dalam dua bentuk yaitu verbal dan non-verbal. Bullying verbal dilakukan
dengan cara mengancam, berkata yang tidak sopan kepada korban, menyebar
luaskan kejelekan korban, pemalakan yang dilakukan oleh pelaku bullying
terhadap korbannya. Bullying non-verbal dilakukan dengan cara menakuti korban,
melakukan gerakan kasar seperti memukul, menendang, melakukan hentakan
mengancam kepada korban, memberikan muka mengancam, mengasingkan korban
dalam pertemanan (Ponny Retno Astuti).
Berikut akan dijelaskan dalam tabel 1.2

Tabel 1.2
Bentuk Bullying Jenis Delik
Verbal Verbal
a. Pengancaman
b. Pemalakan
c. Berkata jorok kepada
korban
d. Menyebarluaskan kejelekan
korban
Non-verbal Non-verbal
a. Melakukan hentakan
mengancam kepada korban
b. Memberikan muka
mengancam
c. Mengasingkan korban dari
pertemanan
d. melakukan gerakan kasar
seperti memukul,
menendang,
e. Merusak barang-barang
korban
f. Mengintimidasi korban
diruangan tertentu

Sumber: Dalam buku Ponny Retno Astuti. Meredam bullying 3

cara efektif mengatasi kekerasan pada anak.

E. Dampak Bullying
Perilaku bullying memiliki dampak negatif di segala aspek kehidupan
(fisik, psikologis maupun sosial) individu, khususnya remaja (Sejiwa, 2008).
Sehingga hal tersebut akan terus mempengaruhi perkembangan mereka
selanjutnya. Para ahli menyatakan bahwa school bullying merupakan bentuk
agresivitas antar siswa yang memiliki dampak paling negatif bagi korbannya
(Wiyani,2012, hlm 16). Dampak yang dialami oleh korban bullying adalah
mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologis
yang rendah dimana korban akan merasa tidak nyaman, takut, rendah diri, serta
tidak berharga. Penyesuaian sosial yang buruk dimana korban merasa takut ke
sekolah bahkan tidak mau sekolah, menarik diri dari pergaulan, bahkan
berkeinginan untuk bunuh diri.
BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam sebuah penelitian, pengguna metode sangat penting untuk menemukan

validasi data yang diperoleh. Begitu pula dengan penelitian ini, diharapkan metode yang

digunakan sesuai dengan objek permasalahan yang diteliti. Adalah sebagai berikut :

a. Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul Dampak bullying terhadap kondisi psikososial anak di

lingkungan SD Negeri Suko Maju Surabaya . Peneliti menggunakan metode

penelitian deskriptif kualitatif yaitu bertujuan untuk menggambarkan suatu gejala,

fakta atau realita yang ada di lapangan

b. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Suko Maju Surabaya.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan tanggal 24 September 2017.

c. Subjek dan objek penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini berjumlah 1 orang dari siswa kelas VI yang pernah

mengalami bullying.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah mengenai dampak bullying terhadap kondisi

psikososial anak di SD Negeri Suko Maju Surabaya.

d. Teknik Pengumpulan data

Mengacu dari kerangka teori penulisan diatas, teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah :
1. Observasi

Data observasi adalah data yang didapatkan dari pengamatan peneliti terhadap

perilaku, tindakan serta keseluruhan interaksi antara manusia.

2. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara dengan membuat daftar pertanyaan terlebih

dahulu untuk ditanyakan kepada

e. Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis yaitu model interaktif Miles dan

Huberman, yang disebut interactive model (Pawito, 2008 : 104). Model ini terdiri

dari tiga komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data, pengujian data dan

penarikan serta pengujian kesimpulan.


91
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 24 September 2017. Lokasi


penelitian adalah di Sekolah Dasar Negeri Suko Maju. Terletak di Dusun
Suko, Desa Maju, Kecamatan Suko Maju, Kota Surabaya. Sekolah Dasar
Negeri Suko Maju memiliki luas tanah 2.950 M dengan status kepemilikan
tanah masih menumpang. Tenaga pengajar yang ada berjumlah 8 guru,
terdiri dari 6 guru kelas, seorang guru olah raga dan seorang guru
Pendidikan Agama Islam. Pada tahun ajaran 2017-2018, jumlah seluruh
siswa adalah 86 siswa.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian awal adalah siswa kelas VI. Setelah dilakukan studi
pendahuluan pada wali kelas, maka subjek penelitian adalah :

a. Siswa kelas VI

Siswa kelas VI yang menjadi subjek penelitian adalah siswa berinisial AP


yang menjadi korban school bullying. AP lahir di Surabaya, 5 Juli 2005.
AP pernah tinggal kelas di kelas V. Berdasarkan rapor kelas V semester
1, nilai kepribadian AP terdiri dari 3 nilai C dan 3 nilai B. AP tercatat
pernah membolos sebanyak 3 kali.

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada subjek penelitian


diperoleh gambaran mengenai perilaku bullying terjadi di SD Negeri Suko
Maju. Data akan disajikan dalam bentuk tabel, yang memiliki fokus
penelitian berupa, dampak perilaku school bullying dilihat dari bentuk-
bentuknya.
92
Metode pengumpulan data
No kesim
Wawancara
O
b
s
e
r
v
a
s
i

1. KoKorban AP Berdasarkan hasil observasi di


AP tidak tahu mengapa JS suka kelasVI, didapatkan: - Pelaku scho
menggangunya. AP siswi yang pendiam serta tidak dianggap raj
AP tidak pernah membalas dan suka membalas perbuatan orang -K - Korban pen
lebih sering diam atau lain. AP dianggap lemah. secara fisik d
melaporkan pada orang tua dan AP mencoba menyembunyikan teman sekelas
guru. pekerjaannya dari JS agar JS tidak -R - Reaksi s
AP juga pernah merasa takut mencontek atau lebih sering diam. apapun atau m
pada JS yang sering memaksanya AP terlihat takut dan tidak suka tua.
memberikan jawaban. pada JS yang sering -K - Korban s
AP juga pernah menangis karena mengganggunya. serta sedih.
JS menginjak kakinya, menurut AP terlihat tidak percaya diri ketika K] - Korban
AP perilaku JS menginjak diminta oleh guru maju kedepan, keterangan h
kakinya hanya 1-2 kali. dan sering melihat ke arah JS yang teman yang su
AP mengatatakan JS sering sekali ditakutinya. K - Perilaku
mengoloknya dengan ejekan- AP lebih suka duduk sendirian di verbal dengan
ejekan (nama oranng tua, dan dalam kelas atau berbicara pada mengejek korb
menyebutnya dengan nama adik kelasnya dari pada dengan Sedangkan
hewan) teman- teman sekelasnya. dua kali dialam
AP merasa geram dan takut pada AP terlihat kesepian karena tidak
JS yang sering mengganggunya. pernah terlihat bersama teman-
AP pernah tidak masuk sekolah temannya.
tanpa keterangan karena takut
dengan JS jika JS menganggunya
Menurut AP, teman-temannya
lebih memilih bermain dan
mengobrol tanpanya.
AP duduk sendiri dan tidak berani
mendekati teman-teman yang
berkerumun di meja sebelahnya.
AP merasa takut akan dimarahi
bila ikut bergabung.
AP merasa sedih.
Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan:

1) korban school bullying

a) korban school bullying adalah siswa yang memiliki fisik

lemah, siswa yang kurang dapat bersosialisasi dan

siswa yang pandai namun lemah secara fisik.

b) sebagian besar reaksi korban ketika menghadapi school

bullying adalah diam. Reaksi lain adalah menangis,

ketakutan, menyerah dan memberikan apa yang

diminta pelaku.

c) Sebagian besar korban merasa takut, geram dan sedih.


2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan mengenai identifikasi
perilaku school bullying yang terjadi di Sekolah Dasar Negeri Suko Maju Surabaya
dibahas lebih lanjut sebagai berikut:
a. Perilaku school bullying dilihat dari bentuk-bentuknya
Dari hasil penelitian didapatkan data bentuk school bullying yang paling sering
muncul adalah pengucilan, memerintah, memaksa, mengancam, mengolok-olok,
menginjak kaki. Perilaku pengucilan ditunjukkan siswa kelas VI. Berikut
dokumentasinya.

Gb. 2. Korban AP duduk sendirian

90
Korban pengucilan (AP) duduk sendirian ketika mengikuti pelajaran

pendidikan jasmani dan kesehatan. Sebelum pelajaran dimulai siswa sudah

berganti pakaian dan berkumpul di lapangan. Siswa duduk dalam barisan dan

menunggu guru pendidikan jasmani dan kesehatan datang. Di dalam foto

tersebut nampak AP duduk sendirian sedangkan beberapa teman AP duduk

bersama. AP memakai baju yang berbeda dari teman-teman sekelasnya karena

ia pernah tinggal kelas.

Berdasarkan hasil penelitian, pengucilan pada AP siswa kelas

II dilakukan oleh seluruh siswa putra di kelas II

93
siswa ditunjukkan dengan: (a) tidak mengajak korban bermain, (b)

tidak menghiraukan perkataan korban, (c) tidak mau pulang atau

berjalan bersama dengan korban, (d) tidak mengajak korban

berbicara meskipun duduk bersebelahan, (e) tidak

memperbolehkan korban berbaris berdekatan dengan mereka, (f)

tidak memperbolehkan korban berfoto disamping mereka dan (g)

tidak mengajak korban berdiskusi. Barbara Coloroso

menggolongkan perbuatan-perbuatan tersebut ke dalam penindasan

relasional. Menurut Barbara Coloroso (2006: 50), penindasan

relasional adalah pelemahan harga diri si korban penindasan secara

sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian atau

penghindaran. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan

bahwa perilaku yang ditunjukkan siswa kelas II dan kelas VI di SD

N Grindang merupakan sebuah bentuk school bullying yang

bersifat relasional (penindasan relasional). Perilaku ini tidak dapat

diidentifikasi secara langsung karena tidak meninggalkan bekas

yang dapat dilihat secara kasat mata.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bentuk school

bullying yaitu meledek, menyoraki, mengancam dan memaksa.

Perilaku school bullying yang berbentuk meledek ditunjukkan

pelaku dengan menyebarkan berita tentang korban. Ketika

mengoreksi jawaban milik korban, pelaku mengatakan pada teman-

temannya bahwa seluruh jawaban korban salah. Seluruh


siswa berkerumun untuk melihat jawaban korban kemudian

menertawakan dan mengatai korban. Sedangkan perilaku

menyoraki ditunjukkan pelaku dengan mengucapkan kata

huuuuu ketika korban tidak dapat melakukan lompat gawang.

Perilaku memaksa dan mengancam ditunjukkan dengan meminta

korban memberikan apa yang diminta pelaku dengan disertai

ancaman (dengan mengatakan kata awas) pada korban, agar ia

mau memberikan apa yang diminta oleh pelaku.

Ponny Retno. A mengolongkan perilaku tersebut termasuk ke

dalam perilaku non-fisik verbal. Ponny Retno. A (2008: 22)

menjelaskan, bentuk bullying non-fisik verbal contohnya panggilan

telephon yang meledek, pemalakan, pemerasan, mengancam atau

intimidasi, menghasut, berkata jorok pada korban, berkata

menekan, menyebarluaskan kejelekan korban. Berasarkan

pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku-perilaku

tersebut termasuk dalam perilaku school bullying yang berbentuk

non-fisik verbal. Barbara Coloroso (2006: 49) menjelaskan, dari

tiga bentuk penindasan (verbal, fisik dan relasional) penindasan

verbal adalah yang paling mudah dilakukan dan kerap menjadi

pintu masuk ke kedua bentuk penindasan lainnya serta menjadi

lagkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih kejam dan

merendahkan martabat. Berdasarkan pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa, perilaku school bullying yang berbentuk fisik


adalah perbuatan yang paling mudah dan paling sering dilakukan

maka bila tidak ditangani dengan baik, perilaku semacam ini akan

memicu munculnya bentuk-bentuk school bullying lain.

Bentuk school bullying selanjutnya adalah: (a) memerintah,

ditunjukkan pelaku dengan berteriak pada korban untuk menyapu

lantai yang masih kotor, (b) memarahi, pelaku memarahi korban

ketika korban menangis akibat perlakuan pelaku, (c) menunjuk-

nunjuk wajah korban dengan menggunakan jari seperti sedang

memarahi korban di sela-sela kegiatan olah raga, (d) membentak,

ditunjukkan pelaku ketika pelajaran olah raga dengan tujuan agar

korban berlari lebih cepat. Novan Ardy. W (2012: 26-27)

menjelaskan, kontak verbal langsung yaitu kekerasan yang bersifat

pembicaraan yang dilakukan secara langsung kepada seseorang.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku

school bullying yang terjadi diatas tergolong ke dalam bentuk

school bullying kontak verbal langsung. Perilaku yang

diperlihatkan pelaku ditunjukkan langsung pada korbannya atau

tanpa perantara.

Berdasarkan hasil penelitian di SD N Grindang ditemukan

bentuk school bullying yang bersifat fisik atau penindasan fisik

yaitu mendorong dan memukul. Perilaku school bullying berupa

mendorong dilakukan ketika upacara bendera, ditunjukkan dengan

mendorong korban agar pelaku dapat menempati tempat korban


dan ketika berolah raga, ditunjukkan dengan medorong korban

agar berlari lebih cepat. Sedangkan perilaku memukul ditunjukkan

pelaku dengan cara, memukul kepala korban dengan menggunakan

tangan dan memukul bagian belakang tubuh korban dengan

menggunakan gagang sapu. Novan Ardy. W (2012: 27)

mengelompokkan perilaku bullying yang termasuk kontak fisik

langsung adalah memukul, mendorong, menggigit, menjambak,

menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit,

mencakar, memeras dan merusak barang-barang milik orang lain.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

perilaku bullying yang telah dibahas termasuk ke dalam kontak

fisik langsung. Perilaku semacam ini paling mudah diidentifikasi

diantara bentuk-bentuk lain.


BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang

menjadi korban Bullying akan mengalami berbagai dampak.

Bullying yang sering terjadi yaitu bullying secara verbal atau

ucapan. Karena diumur mereka yang masih labil lebih sering bertengkar

dengan mengejek temannya dengan menyebutkan nama orangtua,

mengejek dengan nama binatang. Bullying secara fisik juga pernah dialami

oleh mereka, namun mereka lebih sering mengalami bullying secara verbal

sedangkan bullying fisik tidak terlalu sering terjadi dibandingkan dengan

bullying fisik. Bullying fisik berupa menjambak, mencubit dan

menempeleng kepala si korban. Sedangkan bullying secara verbal dengan

menyebutkan nama-nama binatang dan mengejek nama orangtua.

92
Bentuk-bentuk bullying fisik yang dialami yaitu memukul korban,

menjambak dan mencubit korban serta mempermalukan di depan kelas

atau dihalaman sekolah sehingga menyebabkan korban mengalami rasa

trauma. Dampak psikologis yang dialami oleh korban adalah adanya

keinginan untuk tidak bertemu dengan pelaku yang mem-bully dirinya,

tidak ingin mengikuti kegiatan belajar bersama di kelas. Sedangkan

dampak sosial dari bullying akan menimbulkan rasa kurang percaya diri

serta anak tersebut tidak ingin bersosialisasi bersama teman-temannya

yang lain.

Selain itu, korban malas untuk berangkat sekolah karena untuk

menghindari bertemu dengan pelaku. Dampak sosial yang ditimbulkan

yaitu, kepercayaan diri berkurang dan penyesuaian sosial menjadi buruk.

Dari beberapa hasil penelitian ini, ada anak yang sampai menjadi benar-

benar menutup dirinya dari lingkungan sosialnya sehingga menyebabkan

anak tersebut menjadi anti sosial terhadap lingkungan bermainnya.

Anak yang ingin berpindah sekolah dipengaruhi oleh rasa

ketidaknyamanan anak tersebut dalam bersosialisasi dengan teman-

temannya yang lain. Di sekolah si anak tersebut merasa kesepian dan tidak

memiliki teman bahkan menjadi menutup diri dari teman-temannya. Anak

tersebut merasa bahwa tidak ada teman yang ingin bermain dengannya dan

menjadikan ia untuk berfikir bahwa teman-teman di sekolahnya memilih-

milih teman. Anak yang pernah mengalami bullying cenderung menutupi

semua permasalahannya dan tidak terbuka mengenai permasalahan yang


mereka alami dan tidak bercerita kepada orangtua maupun orang

terdekatnya.

Kondisi Psikologis anak korban bullying akan mengalami trauma,

rasa trauma tersebut mengakibatkan si anak tidak ingin bertemu dengan

temannya yang telah mem-bully dirinya. Rasa trauma terhadap kejadian

juga di alami oleh korban bullying, jika depresi berkepanjangan akan

membuat mental anak menjadi down dan rasa percaya diri mereka akan

hilang. Jika di lihat dari dampak sosial yang dialami oleh korban bullying

sudah terlihat jelas bahwa si anak tersebut menjadi tidak percaya diri dan

menutup diri dari lingkungan sosialnya dan menghindari untuk bertemu

dengan pelaku yang mem-bully nya.

B. Saran

Setelah melihat hasil penelitian dampak psikologis remaja korban

bullying, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Korban bullying, hendaknya mencari kesibukan sendiri saat di sekolah

agar tidak merasa kesepian, tetap percaya diri dalam segala hal, lebih

terbuka mengenai permasalahan yang dihadapi serta bersikap lebih

aktif di sekolah sehingga tidak dianggap remeh dan dimanfaatkan oleh

teman yang lain.

2. Orang tua, hendaknya dapat lebih memerhatikan kebutuhan anaknya,

menjadi tempat berbagi untuk anak sehingga anak dapat

menceritakan
permasalahan yang dihadapi serta menciptakan suasana rumah yang

menyenangkan dan memberikan rasa kenyamanan bagi anak.

3. Tindakan bullying yang perilakunya sudah mengarah pada tindak

pidana harus segara di laporkan kepada pihak yang berwajib jika tidak

bisa di musyawarahkan secara kekeluargaan dengan baik.

4. Instansi terkait seperti lembaga penyelenggara pendidikan formal

maupun informal harus berperan aktif dalam menanggulangi tindakan

bullying yang berada di lingkungan-nya.

5. Guru-guru yang ada di sekolah seharusnya lebih aktif untuk mendekati

anak-anak dan mendampinginya dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai