PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku bullying dari waktu ke waktu terus menghantui anak-anak
Indonesia. Kasus bullying yang sering dijumpai adalah kasus senioritas atau
adanya intimidasi siswa yang lebih senior terhadap adik kelasnya baik secara fisik
maupun non-fisik. Menurut Ken Rigby dalam buku Ponny Retno Astuti bullying
merupakan hasrat untuk menyakiti, yang diaktualisasikan dalam aksi sehingga
menyebabkan seorang individu atau kelompok menderita. Aksi ini dilakukan
secara langsung oleh seseorang ataupun kelompok yang lebih kuat, biasanya
kejadiannya berulangkali dan pelaku tersebut melakukan bullying dengan perasaan
senang.
Jumlah kejadian bullying dari tahun ke tahun menunjukkan angka yang
memprihatinkan. Dari data National Mental Health and Education Center tahun
2004 di Amerika diperoleh data bahwa bullying merupakan bentuk kekerasan yang
umumnya terjadi dalam lingkungan sosial di mana 15% dan 30% siswa adalah
pelaku bullying dan korban bullying. Hal ini mungkin saja terjadi karena perilaku
bullying sering kali dianggap sepele. Kasus bullying di Indonesia seringkali terjadi
di institusi pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan data dari Komisi Nasional
Perlindungan Anak, tahun 2011 menjadi tahun dengan tingkat kasus bullying
tertinggi di lingkungan sekolah yaitu sebanyak 339 kasus kekerasan dan 82
diantaranya meninggal dunia (Komnas PA, 2011).
Fenomena bullying di lingkungan sekolah di Indonesia saat ini sangat
memprihatinkan. Diantara kasus tersebut lima kasus bullying yang sempat ramai
menjadi pemberitaan di media adalah yang terjadi di SMA di Jakarta, yaitu kasus
bullying di SMA 90 Jakarta korban di paksa lari dan ditampar oleh senior,
kemudian kasus Ade Fauzan siswa kelas I yang menjadi korban 2 Dara Agnis
Septiyuni, 2014 Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap
Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kekerasan dari siswa kelas III SMA 82
Jakarta. Ade saat itu sampai dirawat di RS Pusat Pertamina (RSPP).
Perilaku bullying memiliki dampak negatif di segala aspek kehidupan
(fisik, psikologis maupun sosial) individu, khususnya remaja (Sejiwa, 2008).
Sehingga hal tersebut akan terus mempengaruhi perkembangan mereka
selanjutnya. Pelaku bullying akan mengintimidasi / mengejek kawannya sehingga
membuat jengkel korban atau yang lebih parah lagi, korban bullying akan
mengalami depresi dan hingga timbul rasa untuk bunuh diri.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, banyaknya kasus bullying yang
terjadi di sekolah maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
menganalisis Dampak bullying terhadap kondisi psikososial anak
dilingkungan SD Negeri Suko Maju Surabaya.
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemumakan diatas, maka tujuan dari
penelitian sebagai berikut :
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi
Bullying menurut Ken Rigby bullying merupakan sebuah hasrat untuk menyakiti.
Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seorang individu atau kelompok yang lebih kuat,
15
tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang.
Sedangkan menurut psikolog Andrew Mellor, bullying adalah pengalaman yang terjadi
ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain dan ia takut apabila perilaku
buruk tersebut akan terjadi lagi sedangkan korban merasa tidak berdaya untuk
mencegahnya. Bullying tidak lepas dari adanya kesenjangan power atau kekuatan antara
korban dan pelaku serta diikuti pola repetisi (pengulangan perilaku).
B. Etiologi
1. Faktor eksternal
a. Karakteristik kepribadian
b. Kekerasan pada masa lalu
c. Sikap orang tua yang memanjakan anak sehingga tidak membenrtuk
kepribadian yang matang
2. Faktor internal
a. Lingkungan sosial
b. Budaya
C. Komponen
Perilaku bullying melibatkan tiga komponen yang salling mempengaruhi yaitu :
1. Pelaku
Pelaku bullying umumnya memiliki ukuran fisik yang besar atau memiliki
kekuasaan diantara teman0temannya sehingga korban tidak berani untuk
melawan atau menghindar. Kebanyak pelaku bullying adalah korban bullying
atau kekerasan di rumah.
2. Korban
Korban umumnya secara fisik maupun sosial berada pada posisi lemah. Hal ini
menyebabkan korban tidak dapat melakukan perlawanan atau menghindari
perlakuan yang diterima. Ketidakmampuan korban untuk melawan atau
menghindar menjadi penguat bagi pelaku untuk terus melakukan aksinya.
3. Penonton
Penonton kurang memiliki asertivitas dan keberanian sehingga tidak mau
menghentikan perilaku bullying atau melapor pada orang yang lebih dewasa.
Penonton takut turut menjadi korban jika menghentikan atau melapor.
Penonton juga dibayangi oleh perasaan takut jika tindakan bullying itu akan
menimpa dirinya di waktu lain.
D. Jenis-Jenis
Bullying terbagi kedalam dua jenis yaitu, pertama, bullying secara fisik
terkait dengan suatu tindakan yang dilakukan pelaku terhadap korbannya dengan
cara memukul, menggigit, menendang dan mengintimidasi korban di ruangan
dengan mengitari, mencakar, mengancam. Kedua, bullying secara non-fisik terbagi
menjadi dalam dua bentuk yaitu verbal dan non-verbal. Bullying verbal dilakukan
dengan cara mengancam, berkata yang tidak sopan kepada korban, menyebar
luaskan kejelekan korban, pemalakan yang dilakukan oleh pelaku bullying
terhadap korbannya. Bullying non-verbal dilakukan dengan cara menakuti korban,
melakukan gerakan kasar seperti memukul, menendang, melakukan hentakan
mengancam kepada korban, memberikan muka mengancam, mengasingkan korban
dalam pertemanan (Ponny Retno Astuti).
Berikut akan dijelaskan dalam tabel 1.2
Tabel 1.2
Bentuk Bullying Jenis Delik
Verbal Verbal
a. Pengancaman
b. Pemalakan
c. Berkata jorok kepada
korban
d. Menyebarluaskan kejelekan
korban
Non-verbal Non-verbal
a. Melakukan hentakan
mengancam kepada korban
b. Memberikan muka
mengancam
c. Mengasingkan korban dari
pertemanan
d. melakukan gerakan kasar
seperti memukul,
menendang,
e. Merusak barang-barang
korban
f. Mengintimidasi korban
diruangan tertentu
E. Dampak Bullying
Perilaku bullying memiliki dampak negatif di segala aspek kehidupan
(fisik, psikologis maupun sosial) individu, khususnya remaja (Sejiwa, 2008).
Sehingga hal tersebut akan terus mempengaruhi perkembangan mereka
selanjutnya. Para ahli menyatakan bahwa school bullying merupakan bentuk
agresivitas antar siswa yang memiliki dampak paling negatif bagi korbannya
(Wiyani,2012, hlm 16). Dampak yang dialami oleh korban bullying adalah
mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologis
yang rendah dimana korban akan merasa tidak nyaman, takut, rendah diri, serta
tidak berharga. Penyesuaian sosial yang buruk dimana korban merasa takut ke
sekolah bahkan tidak mau sekolah, menarik diri dari pergaulan, bahkan
berkeinginan untuk bunuh diri.
BAB III
METODE PENELITIAN
validasi data yang diperoleh. Begitu pula dengan penelitian ini, diharapkan metode yang
digunakan sesuai dengan objek permasalahan yang diteliti. Adalah sebagai berikut :
a. Jenis Penelitian
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini berjumlah 1 orang dari siswa kelas VI yang pernah
mengalami bullying.
2. Objek Penelitian
Mengacu dari kerangka teori penulisan diatas, teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah :
1. Observasi
Data observasi adalah data yang didapatkan dari pengamatan peneliti terhadap
2. Wawancara
Penelitian ini menggunakan teknik analisis yaitu model interaktif Miles dan
Huberman, yang disebut interactive model (Pawito, 2008 : 104). Model ini terdiri
dari tiga komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data, pengujian data dan
PEMBAHASAN
Subjek penelitian awal adalah siswa kelas VI. Setelah dilakukan studi
pendahuluan pada wali kelas, maka subjek penelitian adalah :
a. Siswa kelas VI
diminta pelaku.
90
Korban pengucilan (AP) duduk sendirian ketika mengikuti pelajaran
berganti pakaian dan berkumpul di lapangan. Siswa duduk dalam barisan dan
93
siswa ditunjukkan dengan: (a) tidak mengajak korban bermain, (b)
maka bila tidak ditangani dengan baik, perilaku semacam ini akan
tanpa perantara.
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
ucapan. Karena diumur mereka yang masih labil lebih sering bertengkar
mengejek dengan nama binatang. Bullying secara fisik juga pernah dialami
oleh mereka, namun mereka lebih sering mengalami bullying secara verbal
92
Bentuk-bentuk bullying fisik yang dialami yaitu memukul korban,
dampak sosial dari bullying akan menimbulkan rasa kurang percaya diri
yang lain.
Dari beberapa hasil penelitian ini, ada anak yang sampai menjadi benar-
temannya yang lain. Di sekolah si anak tersebut merasa kesepian dan tidak
tersebut merasa bahwa tidak ada teman yang ingin bermain dengannya dan
terdekatnya.
membuat mental anak menjadi down dan rasa percaya diri mereka akan
hilang. Jika di lihat dari dampak sosial yang dialami oleh korban bullying
sudah terlihat jelas bahwa si anak tersebut menjadi tidak percaya diri dan
B. Saran
agar tidak merasa kesepian, tetap percaya diri dalam segala hal, lebih
menceritakan
permasalahan yang dihadapi serta menciptakan suasana rumah yang
pidana harus segara di laporkan kepada pihak yang berwajib jika tidak