Anda di halaman 1dari 3

TUGAS BAHASA INDONESIA

MENILAI KARYA SENI MELALUI


RESENSI

Pengajar:
Hj. Nurhidayani, S.Pd.

Nama:
Ellysa Natalia Siagian

Kelas:
XI MIA 3

SMA NEGERI 1 ALALAK


JL. BRIGJEND. H. HASAN BASRI KM 11 RT 02
KEC. ALALAK KAB. BATOLA

Judul Film : Dancing in the Rain


Sutradara : Rudi Aryanto
Produser : Sukhdev Singh
Wicky V. Olindo
Penulis : Sukhdev Singh
Tisa TS
Pemeran : Dimas Anggara
Bunga Zainal
Deva Mahenra
Christine Hakim
Perusahaan : Screenplay Films
Produksi : Legacy Pictures
Tanggal Rilis : 18 Oktober 2018
Negara : Indonesia
Bahasa : Bahasa Indonesia

Film ini mengisahkan tentang seorang penyandang autisme yang bernama Banyu
Anggoro. Sejak bayi Banyu ini dirawat oleh Eyang Uti, karena kedua orang tuanya yang
tidak bertanggung jawab. Pada awalnya Eyang Uti tidak menyadari bahwa Banyu memiliki
keterbelakangan mental atau autis dan hanya menganggap kalau Banyu ini anak yang
pendiam. Sampai suatu ketika Banyu mulai bersekolah di Taman Kanak-kanak. Banyu tidak
mau bersosialisasi dengan teman-temannya dan tidak mau menanggapi panggilan dari
gurunya. Ia hanya asyik dengan dunianya sendiri. Karena merasa ada yang berbeda dari
Banyu, akhirnya guru itu menyarankan Eyang Uti untuk memeriksakan psikologis Banyu.
Mulai dari sini lah, cerita Banyu dimulai. Ketika ia bertemu dengan tetangganya yang
bernama Radin, yang tanpa pamrih ingin berteman dengannya, juga Kinara. Hubungan
persahabatan mereka berlanjut sampai dewasa.

Film ini mengajarkan kita tentang bagaimana seharusnya kita menghadapi seseorang
yang mengidap autis. Dengan mengangkat tema persahabatan yang sangat apik. Kita tidak
hanya disuguhkan oleh kisah persahabatan antara Banyu, Radin, dan Kinar, namun dalam
film ini juga diberi sedikit bumbu romantisme antara Radin dan Kinar. Namun sekali lagi,
film ini sangat menonjolkan kisah persahabatan Bayu, si anak autis. Ceritanya memang
mainstream dan mudah ditebak. Pada awal cerita disuguhkan bagaimana awal mereka bertiga
bisa bersahabat dan tiba-tiba alurnya berjalan sangat cepat, hingga mereka kuliah. Bagaimana
sabarnya Eyang Uti merawat Banyu seorang diri. Juga Ibu Radin yang tidak suka dengan
persahabatan Banyu, Radin, dan Kinara. Konflik baru memuncak ketika film sudah satu jam
berjalan.

Bisa dibilang ini adalah film keluarga, sangat cocok bagi semua kalangan. Terutama
bagi yang berminat di bidang psikologis. Walaupun film ini tidak banyak menampilkan sisi
psikologis seorang autis, namun ada beberapa adegan yang menunjukan tentang ciri-ciri
seorang anak yang mengidap autisme, penyebab, bagaimana cara menanggapinya. Juga
ditunjukan beberapa adegan ketika Banyu tantrum karena beberapa hal yang tidak sejalan
dengan pikirannya, hal ini juga dijelaskan dalam film, meski tidak spesifik. Dalam film ini
kita akan berfikir, mengapa Radin dan Kinara mau berteman dengan Banyu, si anak autis?
Kita akan dibuat kagum dengan dedikasi seorang Eyang Uti kepada cucunya. Dan siapa
sangka, seorang anak autis bisa berkuliah dan berprestasi dalam berbagai bidang, dalam film
ini bakat Banyu adalah melukis. Mungkin dikebanyakan kasus seorang penyandang autisme
rata-rata sangat suka mencorat-coret dan menggambar. Hal ini akan kita temukan juga pada
Banyu. Apakah kamu tertarik dengan ilmu psikologi terutama tentang autisme?

Ada baiknya jika film ini juga menyorot bagaimana perkembangan persahabatan
Banyu dan kedua temannya. Dan ada adegan di mana keadaan Kinara sama sekali tidak
terlihat, dan itu terkesan kurang apalagi saat itulah konfik film memuncak dalam
persahabatan mereka. Mungkin ini wajar, mengingat ini adalah film yang hanya berdurasi 1
jam 41 menit. Saran bagi penonton, diharapkan untuk menyediakan tisu, karena film ini
cukup menguras air mata.

Anda mungkin juga menyukai