Anda di halaman 1dari 8

Analisi Unsur Instrinsik pada Film “Dilan 1990”

menggunakan Pendekatan Strukturalisme

Oleh :
Nauvalda Muttiah Septa Dewi
Kelas B

Dosen Pengampu :
Sapto Hudoyo, S.Sn., M.A

PROGRAM STUDI FILM DAN TELEVISI


FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA
SURAKARTA
2021
I. PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-Undang No. 8 tahun 1992 tentang perfilman, film adalah
karya cipta dan budaya yang merupakan media komunikasi massa yang diciptakan
berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, dan
atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan
ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan
atau tanpa suara, yang dapat ditampilkan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi
mekanik, elektronik dan lainnya. “Film merupakan sebuah karya seni yang
direkam dengan menggunakan media, yang dapat memunculkan citra gerak,
gambar, beserta bunyi sehingga memiliki pemaknaan naratif yang dapat
dimengerti oleh penontonnya” (Susanti, 2017: 319). Film merupakan sebuah
karya seni yang terdiri dari dua unsur yaitu visual dan audio yang digabung
menjadi satu rangkaian yang dapat menciptakan kesan keindahan yang dapat
dinikmati oleh penontonnya. Film juga dijadikan sebagai salah satu media
komunikasi massa yang sangat efektif. Film sering kali menampilkan tentang
kehidupan masyarakat.
Di dalam film mengandung unsur-unsur instrinsik yang dapat mendukung
penyampaian pesan terhadap penonton. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini
saya ingin mengulas unsur-unsur instrinsik yang terdapat dalam film “Dilan
1990”.

II. PEMBAHASAN
Film “Dilan 1990” merupakan film Indomesia yang bergenre drama romance
yang diangkat dari novel Dilan : Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq.
Dilan 1990 disutradarai oleh Fajar Bustomi dan Pidi Baiq, dan dibintangi oleh
Iqbal Ramadhan sebagai Dilan dan juga Vanesha Priscilla sebagai Milea.
Film ini mengisahkan tentang dua remaja perempuan dan laki-laki yaitu Dilan
dan Milea. Milea merupakan siswa pindahan dari Jakarta ke Bandung. Sedangkan
Dilan merupakan penglima tempur geng motor di Bandung. Pertemuan dan
perkenalan mereka cukup unik. Cara Dilan untuk mendekati Milea cukup berbeda
dengan cara lelaki lain yang ingin mendekati perempuan. Sejak pertama kali
Milea pindah sekolah di Bandung, Dilan dengan percaya dirinya menyapa Milea
dan meramal bahwa mereka akan bertemu di kantin saat jam istirahat. Singkat
cerita, ntah darimana, Dilan mengetahui segalanya tentang Milea. Dilan mulai
mendekati dan mencintai Milea dengan caranya sendiri. Pada saat itu, Milea
masih mempunyai pacar di Jakarta bernama Benni. Tetapi pada akhirnya Dilan
berhasil membuat Milea jatuh cinta juga kepadanya. Hari-hari dilalui berdua,
mulai dari berboncengan, bergandengan tangan, serta teleponan. Hingga sampai
akhirnya Dilan dan Milea resmi pacaran.
Film “Dilan 1990” memiliki unsur-unsur instrinsik di dalamnya, antaralain
yaitu :
a. Tema
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tema merupakan pokok
pikiran atau ide dasar yang dipakai sebagai dasar dalam mengarang. “Tema
juga bisa diartikan sebagai masalah yang menjadi pokok utama pembicaraan
atau yang menjadi inti topik dalam suatu pembahasan” (Darsita, 2015: 20).
Tema di dalam film merupakan suatu inti permasalahan / pembahasan yang
diangkat di dalamnya. Dalam film “Dilan 1990”, inti permasalahannya /
pembahasannya yaitu menceritakan tentang kisah awal mula Milea bertemu
dengan Dilan, dan proses Dilan untuk mendekati Milea yang akhirnya
membuat Milea membalas cintanya.

b. Alur
1. Tahap awal cerita
Film ini diawali dengan Milea yang menceritakan tentang dia, Dilan
dan juga keluarga Milea, alasan Milea pindah ke Bandung serta kisah
Milea ketika berada di Bandung.
Pada saat itu tahun 1990 pada saat di Bandung, Milea sedang berjalan kaki
menuju sekolah di Bandung, Milea disapa oleh Dilan sang panglima
tempur.

Gambar 1. Milea sedang disapa Dilan


(sumber: film Dilan 1990)
2. Tahap pemunculan masalah
Milea dan Dilan sudah menjadi lebih dekat. Milea juga sudah mulai
merasa nyaman berada dekat dengan Dilan, tetapi di sisi lain Milea masih
mempunyai pacar di Jakarta bernama Benni. Dan juga selain Dilan,
banyak laki-laki lain di sekolah yang menyukai Milea salah satunya adalah
teman sekalas Milea yaitu Nandan.

Gambar 2. Dilan memberitahu Milea nama-nama yang menyukai Milea


(sumber: film Dilan 1990)

Anhar yang merupakan teman Dilan, menyindir Milea. Karena


menurut Anhar, Milea membuat Dilan jarang berkumpul dengan anggota
geng motor. Milea emosi, Anhar pun emosi, lalu Anhar menampar Milea

Gambar 3. Anhar menampar Milea


(sumber: film Dilan 1990)
3. Tahap klimaks
Pada satu hari di TVRI Jakarta, Benni mendatangi Milea yang terlihat
sedang berdua dengan Nandan. Benni memukul Nandan dan memaki-maki
Milea. Pada saat itu juga Milea memutuskan hubungan dengan Benni.
Gambar 4. Nandan sedang menghajar Nandan
(sumber: film Dilan 1990)

Dilan mengetahui bahwa Milea ditampar oleh Anhar. Dilan mencari


Anhar dan menghajarnya. Hubungannya dengan Anhar menjadi buruk.

Gambar 5. Dilan sedang menghajar Anhar


(sumber: filam Dilan 1990)
4. Tahap penyelesaian
Milea membawa Dilan ke warung Bi Eem yang terletak di dekat
sekolah. Milea mengobati luka Dilan. Hingga akhirnya Dilan dan Milea
resmi berpacaran. Hubungan Milea dengan Benni juga sudah berakhir.

c. Latar
Latar atau setting merupakan keterangan waktu, tempat beserta suasana.
Latar tempat yang ditunjukkan pada film ini antara lain :
1. Sekolah SMA d Bandung
2. Kantin di dalam sekolah
3. Warung Bi Eem belakang sekolah
4. Rumah kediaman keluarga Milea di Bandung
5. Rumah kediaman keluarga Dilan di Bandung
6. Jalanan umum
7. Pasar
8. Warung bakso
9. Institut Teknologi Bandung
10. Tempat telfon umum
11. Tempat fotocopy dekat sekolah
12. TVRI Jakarta

d. Tokoh dan Penokohan


Di bawah ini merupakan penjelasan tentang beberapa tokoh dan penokohan
yang terdapat dalam, film “Dilan 1990”. Yang akan dibahas yaitu tokoh Dilan,
Milea, Benni, Ibu Milea, dan Bunda Dilan.
1. Dilan
Merupakan pemeran utama dalam film ini. Dilan adalah seorang laki-laki
berbadan tinggi, tidak gemuk, rambut lurus dengan potongan model bowl
cut. Ketika sedang di area sekolah, Dilan selalu mengeluarkan baju
seragamnya, terlihat tidak rapi. Ketika sedang berada di luar area sekolah,
Dilan selalu memakai jaket jeans denim dengan kerah berwarna coklat.
Dilan merupakan siswa SMA kelas 2 fisika 1. Dilan adalah anak dari
seorang tentara. Dilan juga merupakan anggota geng motor terkenal di
Bandung, jabatannya adalah seorang panglima tempur.
Dilan memiliki watak yang humoris, romantis, penyanyang, ramah, brani,
tidak ingkar janji, nakal.
2. Milea
Milea memiliki ciri-ciri tinggi dan juga tidak gemuk. Milea cantik,
berambut panjang hitam lurus yang dibiarkan terurai dan sesekal diikat
ekor kuda. Ketika berada di area sekolah Milea memakai seragam dengan
rapi. Ketika saat di luar, Milea selalu memakai jaket varsity baseball
berwarna merah maroon dengan lengan tangan yang berwarna putih.
Milea merupakan siswa pindahan dari Jakarta. Milea juga merupakan anak
seorang tentara. Milea memiliki pacar di Jakarta bernawa Benni.
Milea memiliki sifat yang pintar, baik, sedikit pendiam, terbuka kepada
ibunya, ceria, mudah akrab, keras kepala, susah ditebak, pemberani dan
percaya diri.
3. Benni
Benni memiliki ciri-ciri tinggi, badan tidak gemuk, berambut hitam lurus
yang ditata dengan rapi, sering kali memakai baju kemeja dengan bawahan
celana jeans.
Benni merupakan pacar Milea di Jakarta, mereka menjalin hubungan jarak
jauh yaitu Jakarta – Bandung.
Benni memiliki sifat cemburuan, pemarah, mudah emosi, suka nuduh
Milea selingkuh, dan juga suka mengata-ngatain Milea dengan perkataan
yang tidak pantas diucapkan kepada pacar.
4. Ibu Milea
Ibu Milea berambut hitam lurus dengan panjang yang hanya sebahu.
Badan tidak terlalu tingi.
Ibu Milea merupakan istri dara seorang tentara, pada masa mudanya
merupakan seorang vokalis band.
Ibu Milea pandai bermain gitar, pandai bernyanyi, baik, penyanyang,
ramah dan juga seorang ibu yang siap mendengarkan cerita dari anaknya.
5. Bunda Dilan
Bunda memiliki tubuh yang cukup tinggi, berambut hitam lurus pendek
seperti potongan laki-laki.
Merupakan istri seorang tentara.
Bunda memiliki sifat yang bijaksana, pengertian, penyanyang, ramah,
humoris dan juga seorang ibu yang siap untuk mendengarkan cerita dari
anaknya.

e. Bahasa
Secara bahasa, film ini menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baku,
sehingga mudah dimengerti oleh penonton.

f. Pesan Moral
Pesanyang terdapat pada film “Dilan 1990” ini adalah :
1. Baik, peduli, tidak kasar, menyanyangi, melindungi dan juga perempuan
adalah suatu kewajiban yang harus dijalankan seorang laki-laki
2. Dilan mengajarkan bahwa kita boleh tidak menyukai seseorang, tetapi kita
tidak boleh sampai membenci seseorang. Seperti kata Dilan di film Dilan
1990 “tidak mencintai bukan berarti membenci kan”
3. Anggota geng motor tidak selalu merupakan anak yang nakal dan tidak
bermoral
4. Hargailah orang lain jika ingin dihargai
5. Guru adalah seorang yang digugu dan ditiru, oleh karena itu berikanlah
contoh yang baik kepada murid-muridnya

III. PENUTUP
Untuk mengetahu unsur-unsur instrinsik di dalam film “Dilan 1990” ini perlu kita
untuk menonton filmnya dari awal hingga akhir sehingga dapat memahami dan
menganalisisnya. Setelah dianalisis, kita dapat mengetahui unsur-unsur instrinsik
di dalamnya. Film Dilan memiliki tema mengangkat tentang kisah percintaan
antara Dilan dan milea. Film ini juga memiliki beberapa latar tempat yang terletak
di Bandung dan juga Jakarta. Alurnya menggunakan alur maju – mundur.

IV. DAFTAR PUSTAKA


[1] Film Dilan 1990
[2] Undang-Undang No. 8 tahun 1992, tentang perfilman
[3] Nasucha, Arif Fajar. (2021). Apa itu tema? Berikut Pengertian, Contoh
Singkat,
Dan Fungsinya. Diakses pada 16 Desember 2021, dari
https://www.tribunnews.com/pendidikan/2021/03/09/apa-itu-tema-berikut-
pengertian-contoh-singkat-dan-fungsinya/
[4] Susanti, Susi. (2017). “Struktrur Sastra Pada Film Rudi Habibie”. Dalam
jurnal
Diksatrasia. Volume 1, No, 2.
[5] Suparno, Darsita. (2015). “Film Indonesia “Do’a Untuk Ayah” Tinjauan
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik”. Dalam jurnal Al-Turas. Vol. XXI, No, 1.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Anda mungkin juga menyukai