Semester : 3
Reguler : B (406)
Sastra Indonesia
Universitas Pamulang
Hasratnya tinggi
Kakinya dihimpitkannya pada kakiku. Aku membelai
buah dadanya. Kecika percunjukan hampir selesai aku
menciumnya, cecapi kacau. Ketika keluar, ia ikut ke
rumahku. (hal. 20)
Seorang Atheis
Namun, ia memotong kalimatku dan membentakku
sekali lagi sambil berdiri tegak dan bertanya kepadaku
apakah aku percaya kepada Tuhan. Aku menjawab
tidak. (hal. 71)
Jujur
Ia bertanya mengapa aku mengirim lbu ke panti wreda.
Aku menjawab karena aku tidak mempunyai cukup
Berharap lebih
Pada sore hari Marie datang menemui aku, dan
bertanya apakah aku mau menikah dengannya. Aku
berkata, bagiku hal itu sama saja, dan bahwa kami
dapat melakukannya jika dia menghendakinya. Lalu ia
ingin tahu apakah aku mencintainya. Aku menjawab
seperti yang pernah kulakukan dulu, bahwa hal itu tidak
berarti apa-apa, tetapi bahwa mungkin aku tidak
mencintainya. "Lalu buat apa menikah dengan aku?"
katanya. Kucerangkan padanya bahwa hal itu tidak
penting, dan bahwa jika ia menginginkan, kami bisa
menikah. (hal. 43-44)
(hal.52)
4. Raymond Tokoh Absurd Suka berbagi
Kami naik, dan aku hendak meninggalkannya, ketika ia
berkata, "saya mempunyai sosis dan anggur di kamar
saya. Maukah Anda makan bersama saya ... ?" Aku
berpikir bahwa undangan itu akan membebaskan aku
dari pekerjaan dapur, dan aku menerimanya. (hal. 28)
Bersikap kasar
la rnemukuli perempuan itu sepuas-puasnya.
Sebelurnnya ia tidak memukulinya. "Aku
menamparnya, tetapi dikatakan dengan lembut. la
menangis sedikit. Aku menutup tirai jendela, dan
semua berakhir seperti biasa. Tetapi sekarang
persoalannya parah. Dan kurasa aku belurn cukup
menghukurnnya." (hal. 31)
Sayang teman
Baru kerika ia menyatakan, "Sekarang kau benar-benar
seorang sahabat," aku menyadari hal itu. Ia mengulangi
kalimatnya dan aku mengatakan, "Ya'. (hal. 33)
Pendendam
Raymond lalu berpaling ke arah perempuan itu dan
berkata padanya, "Tunggu saja, Upik, kita akan
bertemu lagi." (hal. 38)
Jujur
Pada saat itu Raymond menjelaskan kepadanya, "Saya
tidak mabuk, Pak Polisi. Hanya saya di sini, di depan
Bapak, dan saya gemetaran karena terpaksa." (hal. 38)
Memiliki strategi
Raymond berkata, "Jika terjadi perkelahian, kau
Masson, kau ambil yang kedua. Aku urus musuhku.
Kau Meursault, jika datang yang lain, dia untukmu."
Aku mengatakan "ya," dan Masson memasukkan
tangannya ke dalam sakunya. (hal. 55)
Pandai berkelahi
Raymond langsung meninju musuhnya. Aku tidak
begitu mendengar apa yang dia ucapkan, tetapi yang
lain kelihatan mengangguk kepadanya. Lalu Raymond
memukul terlebih dulu dan ia langsung memanggil
Masson. Masson pergi ke orang yang ditunjukkan
kepadanya, dan meninju dua kali sekuat tenaga. Orang
Arab itu terjerembab ke dalam air, mukanya
menghadap ke dasar, dan ia tetap demikian selama
beberapa saat, gelembung-gelembung pecah di
permukaan air di sekitarnya. Pada saat itu Raymond
juga meninju, dan wajah lawannya berlumuran darah.
Raymond menoleh ke arahku dan berkaca, "Kau akan
lihat dengan siapa dia berkelahi." (hal. 56)
Bersikap baik
Majikanku bersikap baik. Ia bercanya apakah aku tidak
cerlalu lelah, dan ia juga ingin mengetahui usia ibu.
Aku berkata, "Kira-kira enam puluh tahun" supaya
tidak keliru dan aku tidak mengerti mengapa ia tampak
lega, dan menganggap bahwa itu soal yang sudah
selesai. (hal. 25)
6. Direktur Tokoh Pengertian
Protagonis Ia memandangku dengan matanya yang jernih. Lalu
menjabat tanganku begitu lama, sehingga aku tidak
begitu tahu cara menariknya. la mempelajari sebuah
berkas, dan berkata, "Bu Meursault masuk ke sini tiga
tahun yang lalu. Anda adalah satu-satunya penunjang."
Aku mengira bahwa ia akan menyalahkan diriku, dan
aku mulai memberi penjelasan. Namun, ia menukas,
"Anda tak perlu membela diri, Nak. Saya telah
membaca berkas tentang lbu Anda. Anda tidak mampu
mencukupi kebutuhannya. Ia membutuhkan seorang
penjaga. Pendapatan Anda kecil. Dan kalau dipikirkan
baikbaik, ia lebih berbahagia di sini. "Aku berkata, "Ya,
Bapak Direktur." la rnenarnbahkan, "Anda tahu, di sini
ia rnernpunyai ternan-ternan, orang-orang yang sebaya
dengannya. Dengan rnereka ia bisa berbagi rninat
Merasa kehilangan
"Kurang ajar! Bacin!" dan ia terus mencari-cari dengan
gelisah. Aku bertanya padanya di mana anjingnya. la
Merasa iba
Jika kebeculan si Anjing kencing di dalam kamar, ia
dipukuli lagi. Hal itu sudah berlangsung delapan tahun.
Celeste selalu mengatakan; "kasihan"; tetapi pada
dasarnya tidak seorang pun dapat mengetahui. (hal. 27)
Berfikir kritis
"Mengapa Anda menunggu antara tembakan yang
pertama dan yang kedua?" katanya kemudian. Sekali
lagi aku melihac kembali pantai yang merah, dan
kurasakan di keningku sengatan macahari. Namun, kali
ini aku tidak menjawab apa-apa. Selama kebisuan yang
kemudian berlangsung, hakim tampak gelisah. la
duduk, menggarukgaruk rambutnya, melecakkan kedua
sikunya di atas mejanya dan agak membungkuk ke
arahku dengan air muka aneh, "Mengapa, mengapa
Anda menembak tubuh yang terkapar di tanah?" Juga
pada waktu itu aku cidak dapac menjawab. Hakim
mengusapkan cangan ke dahinya dan mengulangi
percanyaannya dengan suara yang agak berubah,
"Mengapa? Harus Anda katakan kepada saya.
Mengapa?" Aku tetap membisu. (hal. 70)