Absurditas
www.spiritmahasiswa.trunojoyo.ac.id
@Lpmsm / @WartaUtm
Salam Redaksi
E-mail:
spiritmahasiswa.lpm@gmail.com
Daftar Isi
Salam Redaksi...............................................................................................................1
Daftar Isi.........................................................................................................................2
Puisi
Gelombang................................................................................................................3
Istana Pasir..................................................................................................................4
Suara Pembunuh.......................................................................................................5
Semesta Menderu ....................................................................................................6
Cerpen
Cerita Tentang Kebahagiaan dan Kesedihan......................................................7
Saya Ingin Tetap Menunggu Godot.......................................................................9
Wistler dan Lelaki Tua Bertelinga Satu ..................................................................12
Esai
Diskursus Absurdisme dan Eksistensialisme
dalam Novel Lelaki Tua dan Laut..........................................................................15
Gelombang
Tiba-tiba air itu datang menyapu orang-orang dari Dengan sebuah botol dan jaring ikan. Lengan baju
arah utara. Candapun hilang, seketika terhanyut kulipat, sarung kusandangkan. Aku berjalan pelan-
bah yang entah dari mana datangnya. Kepanikan pelan semakin menengah laut. Air semakin lama
meliputi wajah yang semula ceria. Ibu memanggil semakin mencapai dada. Sebelum matahari keluar
anaknya. Suami memanggil istrinya. Bah itu aku harus sudah menyelesaikan kemarahan. Aku
kencang sekali datangnya, tidak seperti banjir lemparkan jaring sejauh-jauhnya, ujungnya ku
kemarin. Aku tidak menyadari kalau bah yang lebih ikatkan pada tubuhku. Ku pegang erat botol itu.
besar itu akan datang lagi. Bah bagi kami sudah
menjadi teman yang akrab seperti kolam-kolam Air beriak kecil kerena gerakanku. Laut masih tidur.
yang terpasang di setiap rumah orang kaya. Anakku Angin dingin menyerobot dalam pori-pori. Aku
yang masih kecil suka bermain-main dengan air jikasemakin geram seperti ditekan dalam keadaan
air datang. Membuat perahu kertas lalu untuk segera menyelesaikannnya. Botol itu ku
mengapungkannya di atas air. Ibunya belum pulang, tenggelamkan dalam air, suara gelombang
kemana ia. Tak seorangpun tahu. Dia pergi bersama terdengar. Segera aku angkat untuk mencoba
dengan bah saat itu. mencari sumber suara. Gelombang itu ada di
beberapa langkah didepannya. Dengan cepat ku
Aku segera berlari memanggil anakku di depan tangkap dengan botol. Gelombang lain semakin
rumah yang duduk bersama dengan teman- menjauh. Aku teringat anakku, ia melambaikan
temannya. Langkah kaki dihentikan di depan pintu. tangan pada ku. Mulutnya disekap oleh gelombang.
Air bah menerjang dengan kuat merapuhkan Tangisannya melengking menjelang fajar. Tangannya
tenaga. Tubuh terhuyung-huyung kesamping kanan. terus melambai hingga lemah tak bergerak. Dia diam
Kuraih tangan anakku yang terlepas. Air sudah lunglai tanpa suara sementara gelombang masih
mengurung kami. Aku berusaha bertahan dari meringkus tubuhnya yang kecil. Lalu lenyap.
kematian untuk melidungi anakku.
Tubuhku gemetar, ku katupkan gigi dengan rapat. Ku
Besok pagi aku pergi ke laut untuk menangkap
pegang erat botol, selanjutnya untuk menangkap
gelombang. Akan aku penjarakan ia. Air berasal dari
laut, gelombang yang menggulung-gulung rumah- gelombang lagi. Istri dan anakku telah di ambil.
rumah dan lumbung yang menghidupi kami. Ketika Mereka telah…. Aku lalu terbangun dari mimpi.
laut beriak gelombang besar akan datang dengan
pisau untuk membunuh, meremukkan tembok-
tembok lalu ditelannya ke perut laut. Akan aku
bunuh gelombang!!
Istana Pasir
Kau megah,
Tapi rapuh
Kau memberi rindu,
Tapi kau palsu.
Suara Pembunuh
Tanah gersang
Air kusam
Menceritakan makna
Di setiap alur masa lampau
Itulah
Suara tanpa tubuh
Pencuri nyawa
Penyamar suara
Sungguh kejam tanpa ada tanda-tanda.
Muhammad Junaidi
Mahasiswa Psikologi
Aktif di UKM Seni Nanggala
Semesta Menderu
Begitulah kasih
Masihkah kau bahagia dalam dunia fanamu
Kembalilah pada penciptamu
Bukan untuk merajuk lelah penuh resah
Hanya dengan cinta kasih dan rindumu padaNya
Semua orang punya luka, entah nampak entah kasat “Bukankah kebahagiaan sangat mudah didapat, lalu
mata. Di rumah, luka selalu mendapat perhatian bisa untuk apa orang-orang mencarinya sampai mati,”
jadi hanya sekedar pertanyaan atau perawatan. gumam saya. Tapi saya keluar rumah juga untuk
Hingga seakan-akan tidak ada yang mempunyai luka mencarinya dan membagikan kepada penghuni
di rumah. Orang selalu bersimpati dengan luka orang rumah. Yang terpenting kebahagiaan ini untuk
lain sekiranya orang itu berada di rumah. Lucunya, mengobati kesedihan saya, supaya
luka selalu bisa disembunyikan di rumah, bahkan itu saya bisa segera kembali ke
sering terjadi hingga menjadi sebuah norma; rumah rumah. “Luka karena
tempat berbahagia. perempuan mungkin
juga harus diobati
Di suatu malam, bulan tampak lebih besar daripada dengan perempuan,”
biasanya, cahayanya meremang kuning seperti di seakan kata ini muncul
warung-warung kopi pangku. Beberapa kali awan begitu saja dalam
mencoba menutupi cahayanya yang mengalahkan pikiran saya. Mungkin
lampu-lampu jalanan, tapi seketika pula angin ini yang namanya
menyingkirkannya. Comberan air bekas hujan di wahyu, saya girang
lubang-lubang jalan yang jelek seakan ikut memikirkannya.
menikmati bulan yang tidak biasa. Pantulannya
mengingatkan saya dengan mata bulat kecil yang Belum lama pikiran itu
mendambakan gemerlapan cahaya. Pantulan mata membahagiakan saya,
yang dimiliki oleh seorang perempuan yang saya dalam perjalanan saya
kagumi. bertemu seorang
perempuan lain yang
Peraturan rumah yang mengharuskan saya pergi pernah cukup
keluar, kesedihan saya tidak boleh mempengaruhi meninggalkan kesan dalam
penghuni lain. Kegelapan malam tambah kebahagiaan saya. Sayangnya
mengingatkan saya dengan momen-momen saat dia bahkan membuang muka
kami menghabiskan malam di jalanan. Warna hitam terhadap saya. Saya takut
di antara bintik gemerlap bintang serta lampu yang sapaan tidak akan mendapat
silau tidak juga menghilangkan memori saya yang tanggapan maka saya diam dan berlalu begitu saja.
seharusnya sudah usang. Saya terbayang senyumnya ***
yang tak tampak serta kebahagiaan malam dulu yang Dia dikenal dengan perempuan yang ceria,
menurut dia perbuatan setan. Cahaya seperti senyumnya sangat memikat bagi saya. Kami
enggan memperhatikan kami yang berdosa selain mengenal beberapa hari sebelum akhirnya kami
cahaya api korek dan bara rokok. Tapi kami tetap benar-benar dekat. Keceriaannya yang mengingatkan
berbahagia. saya untuk tidak sering keluar rumah untuk mencari
kebahagiaan. Saya cukup mendapatkannya dari
7 KECUBUNG_Biar Aku Mabuk Aksara
Cerpen
gambar wajahnya yang lucu dan tulisan-tulisannya bawa pulang, sebab saya masih juga terbebani
yang menghibur. perasaan bersalah kepada dia. Hari-hari
setelahnya saya lihat dia tidak lagi ceria terhadap
Sekali waktu, dalam pertunjukan teater dia pernah saya, tapi iya terhadap orang lain. Saya merasa
bercerita tentang kehidupannya. Saya tidak kebahagiaan saya direnggut oleh orang-orang
tertarik dengan ceritanya tentang impiannya yang itu. Apakah hanya sebatas ini kesan yang saya
kosong dan pertunjukan berikan kepadanya terbalas, saya kecewa
yang tidak sempat saya kebahagiaan bisa hilang begitu cepat dan saya
tonton. Saya hanya tertarik menyesal telah mencarinya selama ini.
dengan wajahnya saat ***
berbicara, pipinya yang Jalanan yang rusak tidak memindahkan memori
cembung beberapa kali saya dari kenangan-kenangan yang sempat saya
naik dan mendesak lupakan karena kebahagiaan dan kesedihan yang
matanya lain. Comberan air yang tergenang dalam lobang
menjadikannya jalan muncrat dari roda motor seperti air mancur
terlihat sipit. Di di taman kota. Saya tidak peduli orang-orang
tengah pertunjukan mengumpat karena terkena cipratan itu, saya
yang membosankan kesal terhadap semua orang yang menuntut
kami saling diam, kebahagiaan. Saya pikir semua orang pasti
mungkin dia terlalu seperti itu, juga orang-orang di rumah, maka
cepat bercerita hingga saya ciprat saja semuanya. Biar mereka sadar
ceritanya habis. Beberapa kebahagiaan mereka selama berada di jalan
kali dia memberi isyarat hilang sekejap karena marah terkena comberan
pada saya untuk air jalan. Biar mereka sadar, sembari saya terus
menceritakan sesuatu. Tapi berlalu menjauhi rumah.
saya tetap diam dan pura-pura
tidak memahami isyaratnya.
Saya khawatir jika
menceritakan sesuatu saat
diluar rumah yang keluar
hanyalah ungkapan kesedihan.
Dia terlihat kecewa malam itu, tapi saya rasa ini Penulis : Adam Abdullah
adalah hal yang benar. Mahasiswa Sastra Inggris
Aktf di LPM Spirit Mahasiswa
Beberapa hari setelah malam itu dia tidak lagi
mengirimkan tulisannya, hiburan saya hilang, saya
tidak bisa terus menyembunyikan kesedihan di
rumah, maka saya keluar dari rumah. Di luar, saya
tak juga mendapatkan kebahagiaan untuk saya
KECUBUNG_Biar Aku Mabuk Aksara 8
Cerpen
Godot, sekali lagi saya masih menunggu Godot di Saya menutup mulutnya dan mengancam akan
tempat yang sama. Di bawah pohon beringin raksasa menyumpal dengan tanah jika ia masih tetap
tanpa daun satu lembarpun. Saya disini sendiri, ah mengatai saya pengkhianat. Saya tak mau dicap
tidak sendiri. Lebih tepatnya bersama dengan Gogo, sebagai pengkhianat, saya punya kesetiaan dan
sahabat baik saya yang mukanya kucel seperti Godot suka hamba setia seperti saya. Godot pasti
Gollum dalam serial The Lord of The Ring. Saya telah akan datang, disaat itulah saya akan menjadi orang
disini dua minggu, tapi Godot belum juga datang. pertama yang menyambutnya.
Gogo masih juga disibukkan dengan sepatu bootnya
yang kekecilan. Saya bingung, pusing, seperti orang Lalu ada burung-burung yang datang. Gerombolan
linglung yang lupa namanya sendiri. burung hitam yang suaranya memilukan seperti derit
kursi reyot di tengah malam. Saya melihatnya dan
”Gogo, ayo tinggalkan tempat ini.” berteriak histeris, berharap Gogo memperhatikan
saya lalu ikut berteriak. Tapi tidak, Gogo hanya diam di
”Tak ada yang bisa kita lakukan,” jawabnya masih tempat tadi sambil memakan tulang ayam goreng
tetap memegangi sepatunya. yang ia temukan kemarin.
”Gogo, kita terikat. Saya lelah dengan omong kosong ”Kenapa masih memakannya?”
ini.”
”Saya bosan Didi, bosan dengan wortel dan kangkung
Gogo memandang saya, kali ini ia tak lagi disibukkan yang kau bawa itu. Saya omnivora.”
dengan sepatunya. Tatapan matanya menyelidik,
antara marah dan curiga. Kemudian saya Saya sudah tak tahan dengan perlakuan Gogo yang
mendekatinya. Tersenyum lembut sambil seenaknya itu. Lantas saya berbalik kemudian pergi
memegang topinya, saya takut Gogo marah lalu meninggalkan Gogo yang masih tak mau bergerak
meninggalkan saya. Saya tak mau peristiwa dua hari sedikitpun. Salah satu burung hinggap di ranting
lalu terulang lagi, ketika saya menunggu Godot pohon beringin rapuh. Saya memandangnya, burung
sendirian disini. Kelaparan dan kepanasan. Sungguh itu memiliki mata kecil yang merah dan
sendiri itu menakutkan, saya benci kesendirian. menyeramkan. Pandangannya mengisyaratkan
kebencian dan luka. Kebencian yang terbalut dalam
”Apa maksudmu kita terikat?” kesendirian. Bagaimana saya tahu? Karena saya
sering mengalaminya. Saya sering melihat diri saya
”Iya, kita terikat dengan Godot. Kita tak bisa kemana- dalam cermin, dan mata saya menyuratkan
mana.” kesunyian. Seperti yang saya lihat sekarang pada
kedua mata burung itu. Saya takut sesuatu yang buruk
”Bukankah kau lebih dulu disini? Kau mengkhianati akan terjadi. Saya belum mau meninggalkan tempat
Godot Didi. Gogo benci pengkhianat.” ini sampai nanti bertemu dengan Godot untuk
menjemput saya dan Gogo.
9 KECUBUNG_Biar Aku Mabuk Aksara
Cerpen
”Pergi kau burung. Ikutlah teman-temanmu yang ”Saya tidak akan pergi Gogo. Hentikan
bermigrasi.” bualanmu. Saya tetap disini.”
Tapi burung itu masih tetap di tempatnya tadi. Saya ”Saya tidak percaya. Burung tadi buktinya, dia
mengumpatnya, membilangnya seperti tai tupai benar-benar dari Godot.”
yang kemarin disentuh Gogo, namun dia tetap
melotot ke arah saya. Saya melemparinya batu ”Benarkah? Tapi saya ingin bertemu Godot.
hitam kecil, dan ia tetap saja masih melotot ke arah Sungguh.”
saya. Saya geram, akhirnya saya mengajak Gogo
untuk memanjat pohon mengambil burung itu. Kemudian saya duduk di sebelah Gogo,
memandang hambar pada ranting-ranting tua
”Gogo, ayo memanjat pohon. Burung itu bisa kita beringin raksasa di atas kami. Bagaimana
makan, kan kau omivora?” mungkin pohon beringin yang selalu lebat kini
telah kehilangan seluruh daunnya. Dari kecil,
”Kau saja Didi. Kau kurus dan saya gemuk. Rantingya saya tak pernah melihat pohon semalang ini.
bisa patah.” Sendiri di tengah bukit gersang. Pohon yang
besar, tua, dan rapuh. Saya benci dengan
”Sialan kau, burungnya telah terbang. Saya rasa dia beringin ini, saya seperti melihat diri saya setiap
burung dari Godot.” kali saya mengamatinya. Untung sekarang saya
punya Gogo, sahabat terbaik yang tak sengaja
”Godot tak menyukai burung, Godot hanya saya temui di tempat ini. Malam itu saya
menyukai rusa terbang.” terbangun karena ingin buang air kecil. Tiba-tiba
di sebelah saya sudah ada lelaki gemuk yang
”Godot itu bukan santa, bodoh.” tengah duduk sambil memandang saya dengan
tersenyum.
Gogo memandang ke arah saya. Ia tak tersenyum
atau berbicara seperti tadi. Ia hanya diam seperti ”Siapa kau?”
perempuan remaja yang tengah marah dengan
kekasihnya. Lagi-lagi saya yang menghampirinya ”Estragon, panggil saja saya Gogo. Saya suka
duluan, menyentuh kedua pundaknya lalu tempat ini, Godot akan kesini.”
mengajaknya berdiri untuk berpelukan. Sayangnya
Gogo menolak. Dia bilang, ia lelah dengan pelukan. ”Oh ya? Saya juga menunggu Godot.”
Ia capek dengan kasih sayang. Semua itu hanya akan
membuatnya sedih dan kecewa jika suatu saat ia ”Perkenalkan dirimu dulu, saya tak suka orang
harus kehilangan kasih sayang. asing.”
”Saya tak mau dekat dengan kau. Berpelukan dan ”Saya Vladimir, panggil saja Didi. Saya juga suka
mendapat kasih sayangmu, sedangkan kau akan tempat ini, Godot akan segera datang.”
pergi.”
KECUBUNG_Biar Aku Mabuk Aksara 10
Cerpen
Dan setelah malam itu kami menjadi sahabat yang Kami kembali duduk di bawah pohon beringin tadi.
akrab. Seperti air dan kata cair, mustahil akan Menyaksikan ranting-ranting rapuhnya yang mulai
terpisah. Sebelum itu saya menunggu Godot patah satu persatu. Tiba-tiba Gogo berdiri, ia
sendirian di tempat ini. Berharap ia akan segera mencium pipi kanan kiriku lalu berlari mendekati akar
datang sehingga saya tidak lagi ditakut-takuti oleh gantung pohon beringin raksasa. Saya tak
hantu perawan penunggu bukit ini. Saya takut mengejarnya karena saya tak tahu maksud dari Gogo
dengan sepi, takut dengan kegelapan, takut dengan berlari kesana.
hantu perawan yang jail itu. Ia selalu mengejar saya
kemana-mana. Rambutnya panjang sepinggul, ”Godot tak akan datang, tapi saya yang akan
hitam lurus dan kaku. Gigi-giginya berantakan menghampirinya,” teriaknya seraya mengikatkan akar
seperti Valak dalam fim The Conjuring 2. Saya takut, gantung itu ke lehernya.
saya benci sendirian. Tapi sekarang saya sudah
tenang, hantu itu tak akan mengganggu saya lagi ”Hentikan Gogo. Jangan lakukan, Jangan membuatku
karena saya sudah punya Gogo. Hantu perawan itu sendiri lagi dan ditemani hantu perawan.”
pasti mengira kalau saya seorang gay yang ditemani
pacarnya. Saya terbahak-bahak, kasihan dengan Tapi terlambat, Gogo telah menghilang seperti abu
hantu yang ingin untuk saya kencani itu. Baiklah, tak yang tertiup angin. Akhirnya saya sendiri lagi, bersiap-
usah bertanya tentang bagaimana saya tahu kalau siap didatangi hantu perawan sialan itu. Biarlah. Saya
hantu itu masih perawan. Semua lelaki pasti bisa ingin tetap menunggu Godot.
membedakan mana perempuan yang masih
perawan dan tidak, hanya dilihat dari bentuk NB: Merupakan karya saduran dari Drama mendunia
tumitnya. Meskipun hantu itu melayang, tapi saya berjudul Waiting For Godot oleh Samuel Beckett.
mampu melihat tumitnya.
"Jika anda mendengar suara di dalam diri anda Hal yang paling aneh yaitu ketika ia membuka
yang mengatakan 'anda tidak bisa melukis,' maka jendela, langit terlihat berbeda. Awan yang
tentu saja cat dan suara yang akan dibungkam". berputar-putar menbentuk beberapa linier
berwarna biru tua bercampur garis putih dengan
Sebuah kata ajaib yang membuat Whistler dasar putaran warna kuning berbentuk bulan
menyukai seni lukisan. Dia sejak kecil bermimpi didalamnya. Sebuah hal yang mengejutkan dan
untuk menjadi seorang pelukis terkenal seperti aneh baginya karena baru kali ini ia melihat
Vincent Van Gogh. Maka dari itu di kamar Whistler langit seperti itu.
terpajang banyak lukisan karyanya mulai lukisan
keluarga hingga abstrak yang hanya bisa dia artikan Suara pintu berderit, pertanda ada seseorang
sendiri. membuka pintu. Lelaki tua dengan rambut
tersisir rapi ke belakang dan wajah yang berewok
Suatu ketika Whistler diajak oleh kedua orang membuat Whistler terkejut.
tuanya ke pameran lukisan di Belanda. Sebuah
pengalaman baru baginya, ia melihat lukisan kelas ”Siapa kamu?” ucap Whistler dengan rasa takut
dunia mulai dari Monalisa karya Leonardo Da Vinci yang coba ia sembunyikan dengan ucapan yang
sampai Pablo Picasso semuanya dipamerkan di lantang dan menantang.
sana. Salah satu lukisan yang ia kagumi pada
pameran yang diadakan di Amsterdam ialah Lukisan ”Seharusnya aku yang menanyakan hal itu
Vincent Van Gogh yang berjudul A Wheathvield with kepadamu, mengapa kamu berada dalam
Cypresses. Baginya lukisan itu sangat menarik rumahku?” jawab lelaki dengan nada sinis
karena bisa menumbuhkan imajinasinya. Whistler bercampur dengan marah.
diam cukup lama didepan lukisan itu, pikirannya
terbayang-bayang jika ia dapat masuk ke dalam Whistler diam, ia berfikir dengan keras
lukisan. bagaimana caranya bisa sampai di sini. Ia seperti
bermimpi dan tiba-tiba terbagun sudah berada
Tiba-tiba ada sebuah bayangan hitam pekat keluar di tempat ini.
dari lukisan dan menyeret dia masuk kedalamnya.
Tanpa Whistler sadari, ia sudah berada di sebuah Lelaki tua itu berjalan dengan hati-hati ke arah
rumah gaya abad 18 yang berada di sebuah desa Whistler. Ia mengelilingi Whistler dengan
dengan gunung menjulang tinggi di sebelah utara. pandangan curiga. Mulai dari model pakaianya
Rumah itu berantakan. Ada lukisan yang tergantung, yang tidak pernah dia lihat sebelumnya, rambut
menumpuk di pojokan, bahkan ada yang masih yang tidak mencirikan orang Belanda, sepatu
dalam proses pengerjaan. Dari semua lukisan yang Pump Shoes yang tidak ada satu gadis pun di
ia lihat, semua serasa tidak asing baginya. Namun ia desa yang pernah memilikinya, sampai wajah
lupa kapan dan dimana pernah melihat lukisan itu. Whistler yang mencerminkan orang Indonesia.
”Darimana asalmu? Sepertinya kamu bukan orang ”Tidak tuan, karya tuan bagus. Mereka saja yang tidak
sini! Melihat dari pakaian dan wajahmu sangat jauh tahu arti seni.” Kata Whistler yang terpana dengan
berbeda dengan orang yang ada di sini” tanya
lukisan yang ada didepanya.
lelaki itu dengan menyelidik.
Penulis : Supriyono
”Whistler” ayah Whistler memegang pundanya dari
Mahasiswa Pendidikan Bahasa
belakang sehingga membuat imajinasi Whistler dan Sastra Indonesia
pudar. Aktf di LPM Spirit Mahasiswa
“Tapi manusia tidak diciptakan untuk ditaklukkan” sebagai penikmat karya sastra dan pencinta upaya-
“Manusia bisa dihancurkan tapi tak bisa upaya filosofis. Tulisan ini tidak didahului oleh
ditaklukkan,” Santiago pembacaan karya-karya pemikiran Albert Camus,
orang yang pemikirannya dilabeli sebagai pencetus
Mari kita mulai dengan pernyataan Herman Ahmad Absurdisme, dan lebih memilih mendasarkan
Ma'ruf kepada Budiman Sudjatmiko (Iko), dalam pemikiran Absurdisme pada bacaan sekunder serta
novel sejarah Anak-Anak Revolusi. Herman memuji bahan dari laman-laman dalam jaringan (daring).
pemikiran Iko sekaligus memberikannya nasehat. Sementara pengalaman membaca karya sastra
penulis jauh dari cukup. Penulis mencoba
“Bagus. Memang untuk melakukan perubahan bereksplorasi tentang diskursus Absurditas Albert
revolusioner, pengetahuanmu sekarang masih belum Camus dan pendapat adanya hubungan pemikiran
cukup. Revolusioner tidak boleh hanya mengerti dengan Eksistensialisme yang dikontekstualisasikan
politik, kamu setidaknya harus paham empat hal pada novel Lelaki Tua dan Laut (The Old Man and The
lainnya : sains, filsafat, teater dan musik, khususnya Sea) karya Ernest Hemingway.
musik klasik.”
Absurdism (n) merupakan paham bahwa keberadaan
Ketertarikan pada empat hal yang disampaikan oleh manusia dalam dunia yang tanpa tujuan. Albert
Herman jamak dalam dunia kampus. Memaknai Camus hendak menjawab pertanyaan tentang
ajakan untuk menulis esai tentang Absurditas Sastra apakah arti dari keberadaan manusia di dunia.
di Buletin Kecubung yang dikelola oleh Lembaga Pers Pertanyaan yang dijawab oleh Camus bahwa hidup ini
Mahasiswa Spirit Mahasiswa menjadi satu hal yang tanpa makna dan arti yang pasti, dan pertanyaan
serius dalam kontek nasehat Herman di atas. tentang apa arti dan makna hidup ini adalah
pertanyaan yang absurd. Vincent Martin dalam karya
Sayangnya membaca dan menulis merupakan dua Filsafat Eksistensialisme: Kierkegaard, Sartre, Camus
kegiatan yang berdiri sendiri. Menulis seringkali mengungkapkan perasaan absurditas muncul karena
mensyaratkan untuk terlebih dahulu membaca, manusia mencari pemahaman yang lengkap
sementara membaca tidak selamanya berujung mengenai suatu dunia yang tak dapat dipahami.
menjadi sebuah tulisan. Faktor keadaan juga Barangkali absurditas adalah kekalahan rasio untuk
terkadang menambahkan kegiatan mencari literatur menjadi satu-satunya dasar penjelasan bagi dunia
disamping dua kegiatan yang disebutkan pertama dan kehidupan manusia.
dalam hobi membaca dan menulis. Meski diminta
menulis esai tentang Absurditas Sastra, tulisan ini “Dunia itu absurd,” kata Camus. Absurditas yakni
tidak ditujukan sebagai pemikiran yang utuh tentang pertentangan irasionalitas (bahwa dunia sendiri
Absurdisme maupun Absurditas dalam (Sejarah) adalah sesuatu yang tidak dapat dipikirkan) dengan
Sastra. Keterbatasan penulis sampai pada kerinduan liar untuk menjernihkan sesuatu yang
pandangan-pandangan dan pengalaman pribadi bergema di dalam hati manusia. Absurditas
mengikuti kehidupan manusia hingga mati tidak menjadikannya berkecil hati dan
mengakhiri hidupnya. Jika hidup sudah tidak lagi mengutuki hidupnya. Bahkan pertanyaan
bermakna, apakah hidup masih layak dijalani? Yang tentang keadaannya tidak menjadi suatu hal
bisa dilakukan menurut Camus adalah mendekati yang mendesak untuk dijawab. Justru
secara jujur persoalan bunuh diri, baik secara fisik digambarkan sangat berbeda dari keadaannya
atau filsafat. Bunuh diri bukanlah jawaban dari adalah sinar di matanya yang riang. Kehidupan
absurditas. Jawaban dari absurd adalah tidak selamanya muram dan tidak perlu jawaban
pemberontakan. Pemberontakan itu memberi nilai yang sistematis untuk mempertahankan hidup.
pada kehidupan, mengembalikan kebesaran pada Demikian juga orang lain tidak selamanya
eksistensi manusia. Camus menolak disebut sebagai dipersepsikan adalah ancaman-sebagaimana
seorang eksistensialis. Justru Absurdisme-nya dalam pengertian eksistensialis Sartre. Selain
ditujukan kepada para pemikir Eksistensialis. kondisinya yang tidak menguntungkan, novel ini
Namun dalam wawacara dengan Gabriel bercerita tentang persahabatannya dengan
d'Aubarède di Les Nouvelles Littéraires, ia seorang anak yang bernama Manolin. Anak yang
belakangan tidak yakin apakah pernyataan pernah diajarinya mencari ikan sejak usia 5(lima)
'semuanya tidak memiliki makna' dapat tahun. Manolin sering membantunya
dipertahankan. menyiapkan keperluan memancing dan
membawakan minuman dan makanan ke gubug
Kisah Pertarungan Santiago Santiago. Saat tidak ada seorangpun yang
Novel The Old Man and The Sea menceritakan percaya kemampuan Santiago mencari ikan,
kehidupan Santiago, yang digambarkan sebagai Manolin adalah satu-satunya orang yang masih
seorang lelaki tua yang miskin yang hidup di Havana, mempercayainya. Bahkan ayah Manolin tidak
Kuba. Tinggal di sebuah gubug kecil, tidur di atas memiliki kepercayaan pada Santiago dengan
dipan yang dialasi koran bekas, tidak memiliki kamar meminta Manolin untuk bekerja pada perahu
mandi dan tanpa penampungan air bersih. Santiago nelayan lain yang dianggap lebih beruntung.
tidak memiliki alas kaki dan baju yang melekat di Persahabatan keduanya sangat akrab dan
badannya penuh dengan tembelan yang sudah digambarkan sangat kuat dalam novel The Old
usang pula. Sudah delapan puluh empat hari Man and The Sea. Kisah Manolin yang
Santiago tidak mendapatkan ikan untuk dijual. menyayangi dan mempercayai Santiago menjadi
Seringkali nelayan lain, yang lebih beruntung, salah satu antitesa keadaan Santiago yang tidak
mengolok Santiago namun tidak membuat lelaki tua beruntung.
itu marah. Nelayan yang lebih tua lainnya kadang
merasa sedih dan mengajaknya bicara tentang Antitesis lain dari keadaan Santiago dan konflik
banyak hal selain bagaimana peruntungannya dalam novel ini justru terjadi sejak hari ke-85--
mencari ikan. Santiago merasa angka 85 atau 87 adalah angka
keberuntungan. Saat Santiago selama 2 (dua)
Dihadapan nilai-nilai kemapanan, keadaan Santiago hari 3 (tiga) malam mencoba untuk menangkap
sangat jauh berbeda. Kemapanan bagi Santiago ikan Marlin sepanjang 5 (lima) meter yang
memakan umpannya dan mencoba
membawanya ke pantai dengan perahunya yang perahunya menjadi masalah. Saat menyadari hal
justru lebih kecil dibandingkan dengan ukuran ikan. tersebut, dalam kesendiriannya, Santiago berkata
Upaya untuk mempertahankan ikan Marlin agar “Jaga kepalaku agar tetap jernih,” ... “Aku lelaki tua
tidak lepas dari kail dan bagaimana caranya agar ikan yang lelah. Tapi aku telah membunuh ikan yang
tersebut utuh sampai di pantai adalah sebuah merupakan saudaraku dan sekarang aku harus
'pertarungan' bagi Santiago. Pertarungan yang melakukan kerja berat.” Dan “Bekerjalah, Pak Tua,”....
hanya bisa dihadapinya sendiri juga dalam “Masih banyak kerja berat yang harus dilakukan
kesendiriannya pertarungan ini sangat bermakna. walau pertarungan telah usai.”
Pertarungan yang menjadikan nyawa sebagai
taruhan. Nyawa Santiago dan nyawa si Marlin. Ancaman atas Santiago juga datang saat hendak
Menghadapi ancaman kematian mengantarkan pulang ke daratan. Darah Ikan Marlin yang kena
pada perasaan bahwa hidup itu sangat berharga tombak mengundang hiu untuk mengejar dan
untuk dipertahankan. Ancaman kematian yang memakan hasil tangkapan setelah 87 (delapan puluh
dapat hadir secara insidental pada berbagai tujuh) hari dia tidak mendapatkan ikan. Sehari
peristiwa dan kejadian. Selama 2 (dua) hari 3 (tiga) semalam berjuang dengan alat seadanya untuk
malam mencoba untuk mengangkat ikan Marlin mempertahankan keutuhan ikan Marlin dari
besar yang tersangkut di mata kailnya, adalah serangan hiu yang datang sendiri maupun
pengalaman eksistensial. Dalam kesendiriannya, berkelompok. Hiu pertama mati ditombak tepat di
Santiago mengalami dialog dengan diri sendiri. kepalanya, setelah mengoyak sekitar 20 (dua puluh)
Dialog tersebut justru saat dia menghadapi sebuah kg daging Ikan Marlin hasil tangkapan, tenggelam
pertarungan hidup dan mati dengan ikan Marlin. Di bersama satu-satunya tombak yang dimiliki oleh
tengah keadaan yang tidak menentu antara ikan Santiago. Ikan Marlin sudah tidak lagi utuh yang
Marlin dan keadannya, “Ikan” katanya dengan membuat Santiago tidak lagi suka melihat. Saat ikan
lembut, “Aku akan bersamamu sampai aku mati.” itu diserang seakan-akan dirinya sendiri yang telah
diserang. Kekecewaan menghinggapi Santiago, tapi
Saat ikan sudah nampak dipermukaan, Santiago juga setelah melihat bagian depan Ikan Marlin sedikit
dalam keadaan yang teramat payah dan dialog harapannya timbul kembali. Pikiran tentang dosa
tentang mati juga terulang. “Ikan,” kata lelaki tua itu, karena membunuh Ikan Marlin dan membunuh ikan
“Bagaimanapun kau akan mati. Haruskah kau hiu juga hadir. Membunuh Ikan Marlin itu karena dia
membunuhku juga? .... Kau membunuhku kan, lelaki terlahir menjadi nelayan, sebagaimana ikan terlahir
tua itu berpikir. Tapi kau berhak untuk itu. Aku belum untuk menjadi ikan. Nelayan mencintai ikan sejak
pernah melihat ikan yang lebih besar, atau lebih sebelum dia bunuh hingga setelah dia bunuh. “Kau
cantik, kau, kawan. Datang dan bunuhlah aku. Aku berpikir terlalu banyak , Pak Tua,” katanya lantang.
tidak peduli siapa bunuh siapa..,” Namun saat ikan Nelayan tidak membunuh karena harga diri, tapi
sudah berhasil ditombak tepat di daerah yang membunuh hiu? “Aku membunuhnya untuk membela
diperkirakan letak jantungnya, perjuangan Santigao diri,” lelaki tua itu berbicara dengan keras. “Dan aku
belum juga usai. Bukan hanya karena dia menyadari membunuhnya dengan baik.”
dia sedang sendiri dan tidak mungkin mendapat
bantuan. Ukuran Ikan Marlin yang melebihi Benar dan salah bukan menjadi perhatian
17 KECUBUNG_Biar Aku Mabuk Aksara
Esai
Absurdisme. Tidak ada nilai yang absolut, tidak ada “Bukan apa-apa,” katanya dengan keras. “Aku
ukuran nilai. Manusia bebas dalam sudah pergi terlalu jauh.”
pemberontakannya. Sementara Santiago, dia
melakukan pembelaan atas pertanyaan-pertanyaan ....
yang muncul. Santiago melakukan pembenaran. Banyak nelayan berkerumun di sekeliling perahu
S a n t i a g a o m e l a k u k a n ra s i o n a l i t a s a t a s si tua itu untuk melihat apa yang terikat di
tindakannnya. Sebagaimana dalam Eksistensialis samping perahu itu. Salah satu dari mereka
seseorang menentukan sendiri hendak menjadi apa berada di dalam air , mengukur kerangka ikan
dia dan hidupnya berdasarkan kesadarannya. Meski dengan tali pengukur.
begitu, Santiago memberontak atas nilai-nilai yang
menghakimi tindakannya. Dia ingin berhenti Diskursus dan Vitalitas
berpikir terlalu banyak. .....Sekarang tidak ada E ks i ste n s i a l i s m e m e m u l a i nya d e n ga n
waktu untuk memikirkan yang tidak kau miliki. menanyakan apa makna keberadaan manusia.
Pikirkan apa yang bisa kaulakukan dengan apa yang Klaim-klaim metafisis dan sarat akan nilainya
ada. “Kau memberiku banyak nasihat,” ujarnya kadangkala menjadi 'batu' keras yang membuat
lantang. “Aku sudah muak!” runyam percakapan di meja makan. Nilai-nilai
kebebasan eksistensial jika tanpa diskursus bisa
Gerombolan demi gerombolan hiu datang untuk menjadi Absurditas. Dalam konteks tanpa
memakan Ikan Marlin tangkapan Santiago. Segala diskursus demikian penulis memahami bahwa
senjata telah hilang, malam tidak memberikan pernyataan Camus menjadi relevan, bahwa
cahaya untuk membantu melawan. Hingga kepala pertanyaan apa makna dari hidup menjadi
Ikan Marlin juga ikut dimakan, Santiago merasa absurd. Absurditas sendiri terlalu menekankan
dirinya sudah kalah. Hiu-hiu kembali menyerang penggeneralisiran bahwa kematian adalah akhir
bangkai ikan larut malam seperti seseorang dari segala. Peristiwa-peristiwa ancaman
menyikat tandas remah-remah makanan dari meja. dihadapan kematian mengantarkan individu
Lelaki tua itu tak memedulikannya dan tidak juga untuk menghargai makna dari kehidupan.
memperhatikan apapun selain mengemudi. Perahu
ini masih baik, batinnya. Dia melaju dan tidak rusak, Mungkin kita bisa belajar pada persahabatan
kecuali pada tangkai kemudinya. Tapi itu bisa Santiago dan Manolin. Untuk saling menjadi
diganti dengan mudah.... teman dalam diskursus dan berbagi semangat
dalam beraktivitas. Sebab kasih sayang dalam
Bagaimanapun, angin adalah sahabat kita, persahatan dan berbagi semangat yang tumbuh
pikirnya. Kadang-kadang, tambahnya. Dan laut luas tulus melampaui rasio itu sendiri.
penuh dengan sahabat dan musuh. Juga tempat
tidur, pikirnya. Tempat tidur adalah sahabatku. Penulis : Firman Arif Pribadi
Tempat tidur itulah, pikirnya. Tidur akan Penikmat Sastra dan
menyenangkan. Terasa enteng saat kau dikalahkan. Dosen Fakultas Hukum
Universitas Trunojoyo Madura
Sebelumnya aku tak tahu betapa enteng rasanya.
Dan apa yang mengelahkanmu, pikrinya.
KECUBUNG_Biar Aku Mabuk Aksara 18
www.spiritmahasiswa.trunojoyo.ac.id
Biar Aku Mabuk Aksara
@Lpmsm / @WartaUtm