Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH NOVEL

“BUMI BY TERE LIYE”

Guru Mata Pelajaran:

Adi Supandi

KELOMPOK 1:

1. DELIYANTI APRILIA
2. ANUGRAH RIZKY H.
3. MUTIARA LAINATUSIFFA
4. FIRMAN NUGRAHA
5. RIZAL RAMDHANI
6. SITI HAWA
7. RIZKY ABAR
8. M.ADIL

XII IPS 5
SMA NEGERI 2 KOTA SERANG
Jalan Raya Pandeglang KM.5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada kita
semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah novel "Bumi".
Makalah novel ini disusun sebagai salah satu bentuk tugas kami dimata pelajaran Bahasa
Indonesia kelas 12 di SMA Negeri 2 Kota Serang. Kami menyadari dalam penyusunan makalah
novel ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada
kesempatan ini, saya selaku penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa anggota
kelompok saya yang sudah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Kami semua telah berusaha sebaik mungkin dalam membuat makalah novel ini, namun
meski begitu kami mengetahui bahwa tidak ada seorang pun manusia yang luput dari kesalahan.
Maka dari itu, kami sangat menghargai apabila terdapat kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca, karena dapat menyempurnakan segala kekurangan dalam makalah novel sejarah
ini.

Serang, November 2023

Penulis
DELIYANTI APRILIA
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................................2
IDENTITAS BUKU...................................................................................................................3
1. BIOGRAFI PENULIS....................................................................................................4
2. SINOPSIS CERITA........................................................................................................5
3. STRUKTUR TEKS.........................................................................................................6
4. STRUKTUR KEBAHASAAN.......................................................................................2
4.1 Gaya Bahasa ( Majas )..........................................................................................2
4.2 Kata Hubung atau Konjungsi................................................................................2
4.3 Kata Sifat atau Bahasa Deskriptif.........................................................................2
4.4 Kata Kerja Tindakan ( Benefaktif ).......................................................................2
4.5 Kalimat Tidak Langsung.......................................................................................2
5. UNSUR INSTRINSIK.....................................................................................................3
5.1 Tema......................................................................................................................3
5.2 Alur.......................................................................................................................3
5.3 Latar......................................................................................................................3
5.4 Tokoh dan Penokohan...........................................................................................3
5.5 Sudut Pandang ......................................................................................................3
5.6 Amanat..................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................4
IDENTITAS BUKU
Judul : Bumi
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia dan Sabakgrip
Tahun terbit : 2014
Cetakan ke-56, April 2023
Jumlah halaman : 440 Halaman
1. Biografi Penulis

Darwis (lahir 21 Mei 1979) yang lebih dikenal dengan nama pena Tere Liye adalah penulis dan
akuntan berkebangsaan Indonesia. Memulai debut kepenulisan pada tahun 2005 melalui novel Hafalan
Sholat Delisa, ia telah menerbitkan lebih dari 50 buku dalam sepanjang karier menulisnya.

2. Sinopsis Cerita

Namaku Raib, usiaku 15 tahun, kelas sepuluh.

Aku anak perempuan seperti kalian, adik-adik kalian, tetangga kalian. Aku punya dua kucing,
namanya si Putih dan si Hitam. Mama dan papaku menyenangkan. Guru-guru di sekolahku seru, teman-
temanku baik dan kompak.

Aku sama seperti remaja kebanyakan, kecuali satu hal. Sesuatu vang kusimpan sendiri sejak
kecil. Sesuatu yang menakjubkan.

Namaku Raib. Dan aku bisa menghilang. Buku pertama dari serial "BUMI"
3. Struktur Teks

Kutipan Novel Struktur Keterangan

Tetes air hujan deras menerpa wajahku. Aku meletakkan Abstrak Dalam abstrak yang
disebutkan pada awalan
telapak tanganku, berusaha melindungi mata. Saat itu aku belum
novel digambarkan
tahu, masih terlalu kecil. Tepat saat relapak tanganku
suasana dan kondisi
melindungi wajah, seluruh tubuhku hilang begitu saja. Tubuhku
yang Raib rasakan.
menjadi lebih bening dibanding kristal air, menjadi lebih
transparan dibanding tetes air. Aku asyik mendongak menatap
langit, belum menyadari bahwa jutaan tetes air hujan itu hanya
melewati rubuhku, tidak pecah saat mengenai wajah. Ini main
hujan yang menyenangkan, melamun menatap langit langsung di
bawah tetes air-dan yang lebih penting lagi, setiap kali aku
duduk bersimpuh di rumput halaman, mendongak melindungi
wajah dengan telapak tangan, entah bagaimana caranya……

(halaman 20)

Di kelas sepuluh sekolah baru ini, aku lebih suka menyendiri Orientasi Dalam bagian ini
dan memperhatikan, menonton teman-teman bermain basket. penulis menjelaskan
Aku duduk diam di keramaian di kantin, di depan kelas, dan di latar waktu dan suasana
lapangan yang raib rasakan

(halaman 5)

Peringatan kedua! Sesuai otoritas sistem pusat pengendali kereta Komplikasi Pada bagian komplikasi
bawah tanah, kapsul dengan register D-210579 harap segera diceritakan tentang raib
menepi ke stasiun terdekat." dan teman-temanya
yang ingin kabur dari
klan bulan.
"Apakah kita akan berhenti?" tanyaku.

Ilo menggeleng. "Jangan panik, Ra. Semua terkendali." Ya


ampun! Aku mendengus tegang, Apanya yang terkendali!.

(halaman 301)

Kita bertemu lagi. Nak Sok Single senyum. "Tapi sebelumnya, Evaluasi Menceritaakan raib dan
biar aku urus anak buahku yang tidak becus." teman-temanya
tertangkap oleh pasukan
tamus.
Tamus menghadap ke depan, berseru galak kepada lima
Panglima Pasukan Bayangan, "Aku menyuruh kalian
menyambut mereka dengan baik, bukan membunuh mereka!"

Tangan Tamus terangkat tinggi. Stad yang terbanting di lantai


terangkat mengambang di udara

(halaman 413)

Saat itulah, ketika sepertinya tidak ada lagi bantuan yang datang, Resolusi Dalam resolusi novel ini
dari tengah ruangan terdengar teriakan marah. Tapi itu bukan penulis menggambarkan
teriakan manusia. Itu raungan hewan buas. Seperti beruang besar nasib akhir dari para
yang sedang amat marah. tokoh.

Kami menoleh ke sumber suara.

(halaman 431)

Masih banyak hal yang harus kami lakukan di dunia ini, tapi Koda Pada bagian akhir novel,
kami bisa pulang. Miss Selena bisa membuka portal menuju kota penulis memberikan
kami. Juga ada banyak yang bisa kami tanyakan kepadanya, pernyataan tentang
Miss Selena yang sengaja mengumpulkan kami bertiga di semua peristiwa yang
sekolah, dia menyimpan banyak penjelasan yang kami butuhkan. terjadi dengan kalimat
penutup: "Masih banyak
yang harus dilakukan di
Dan setelah kami pulang ke kota kami, akan lebih banyak lagi dunia ini, tapi kami bisa
hal yang harus diselesaikan. pulang"

(halaman 437)

4. Struktur Kebahasaan
4.1. Gaya Bahasa (Majas)

1. Majas Personifikasi

Majas personifikasi merupakan majas yang menggambarkan benda mati atau yang tidak
bernyawa seolah-olah memiliki sifat manusia sehingga seolah-olah benda tersebut memiliki
nyawa. Menurut Setiawan (2019: 28)

Dalam novel Bumi terdapat majas personifikasi sebagai berikut:

1) " stad yang terbanting di lantai” (halaman 413).

Pada kutipan kalimat ini terdapat gaya bahasa personifikasi pada kata "stad yang
terbanting di lantai” karena stad merupakan benda mati yang tidak bisa melakukan aktivitas
terbanting yang seharusnya terjatuh.

2) "air hujan itu hanya melewati tubuhku" (halaman 20).

Kutipan kalimat tersebut termasuk kedalam majas personifikasi, karena memberi kesan
seolah menghidupkan benda mati. Air hujan merupakan benda mati yang tidak mungkin bisa
melewati tubuh.

2. Majas Sarkasme

Majas sarkasme merupakan majas yang digunakan untuk menyindir seseorang dengan
konotasi yang kasar. Menurut Wardinah (2016: 372) majas sarkasme mengandung unsur
kekerasan.

Dalam novel "Bumi" terdapat majas sarkasme, sebagai berikut:

1) "bagaimana kalau ada Binatang buas?" (halaman 323).


Kutipan kalimat tersebut terdapat majas sarkasme seperti pada kata "Binatang buas"
yang diucapkan seli untuk menyindir ali.
3. Majas Simile

Majas simile merupakan majas perbandingan secara langsung untuk menyatakan suatu
hal lain, dengan menggunakan kata penghubung, yaitu : bagaikan, laksana, bak, mirip, seperti,
menjadi. Dalam novel "Laut Bercerita" ini terdapat majas simile dalam kalimat berikut :

1) " menjadi lebih transparan disbanding tetes air " (halaman 20).

Didalam ketiga kutipan kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa simile karena terdapat
perbandingan secara langsung yang menggunakan kata penghubung “menjadi".

4. Majas Hiperbola

Majas hiperbola yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk menjelaskan suatu hal dengan
cara yang berlebihan atau membesar-besarkan.

Dalam novel Bumi terdapat majas hiperbola dalam kalimat berikut:

1) " bolpoin ini terlalu berat" (halaman 118)

2) " aku mengamati benda itu lamat lamat" (halaman 119)

Kedua kutipan kalimat tersebut menggunakan majas hiperbola yaitu memberi kesan yang
berlebihan pada suatu benda.

5. Majas Metafora

Majas metafora merupakan majas yang memakai analogi atau perumpamaan terhadap
dua hal yang berbeda.

Dalam novel Laut Bercerita terdapat majas metafora dalam kalimat berikut:

1) “av kembali mengetuk pelan peta" (halaman 250).


Kutipan kalimat "mengetuk pelan peta" memiliki arti yang bukan sebenarnya,
"mengetuk pelan peta" memiliki arti bahwa av sedang berfikir
2) " tubuhku sontak memaung." (halaman 251).

Kata "tubuhku sontak mematung" memiliki arti yang bukan sebenarnya. "mematung"
dalam kutipan kalimat raib adalah bahwasannya dia terkejut.

4.2. Kata hubung atau konjungsi


4.2.1. Konjungsi urutan waktu (Konjungsi temporal) seperti: setelah itu, lalu, kemudian,
sejak saat itu.
Pembuktian : "dan setelah kami pulang ke kota kami" (halaman 437)
4.2.2. Konjungsi intra kalimat, konjungsi yang menghubungkan satuan kata, antarfrasa,
atau antarklausa.
Pembuktian : namaku raib dan aku bisa menhilang (Halaman 6)
4.2.3. Konjungsi kausalitas akibat, konjungsi yang menunjukkan akibat sehingga akan
menimbulkan sebab.
Pembuktian : petir mendadak menyambar terang sekali membuatku terperanjat,
mendongkak ke atas. (Halaman 25)
4.2.4. Konjungsi Koordinatif, konjungsi yang menghubungkan dua atau lebih unsur yang
setara.
Pembuktian : Aku berseru tertahan atau menahannya dgn kencang (Halaman 225)

4.3. Kata sifat atau bahasa deskriptif

Kata sifat atau bahasa deskriptif untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana.

Pembuktian "aku lebih suka menyendiri dan memperhatikan" (halaman 5)

4.4. Kata kerja Tindakan (Benefaktif)


Menggunakan banyak kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan : menggenggam,
memegang, mengangguk, mendongkak
Pembuktian: "saat aku berhasil menyeimbangkaan tubuh, mendongkak Kembali
menatap ke depan" (halaman 27)

4.5. Kalimat tidak langsung


Menggunakan kalimat tidak langsung dalam menceritakan tuturan tokoh, misalnya :
menceritakan bahwa, mengungkapkan, menurut, mengatakan bahwa, menuturkan.
Pembuktian : "Miss keriting mengatakan apapun yang terlihat, boleh jadi tidak seperti yang
kita lihat." (Halaman 99)

5. Unsur Instrinsik
5.1. Tema
Petualangan fantasy menuju dunia pararel.

5.2. Alur
Menggunakan alur maju (alur maju).
Pada bagian awal hingga akhir novel menggunakan alur maju, berisi petualangan Raib,
Ali, dan seli menuju dunia pararel.

5.3. Latar
5.3.1. Latar Tempat
 Rumah raib
"DUH, Ra, berhentilah mengagetkan Mama!" Mama berseru, wajahnya
pucat.
Papa yang tergesa-gesa menuruni anak tangga, bergabung di meja makan,
tertawa melihat Mama yang sedang mengelus dada dan mengembuskan
napas.
Mama menatapku kesal.
"Sejak kapan kamu sudah duduk di depan meja makan?"
"Dari tadi, Ma." Aku ringan mengangkat bahu, meraih kotak susu. (halaman
66)
 sekolah
Aku tidak berkomentar, menguncupkan payung. Kami sudah tiba di
bangunan sekolah, melangkah ke lorong, menuju anak tangga. Kelas sepuluh
terletak di lantai dua bangunan sekolah. Bel berdering persis saat kami
hendak naik tangga, membuyar- kan dengung suara keramaian anak-anak
bercampur suara ge- rimis. Sialnya, saat bergegas menaiki anak tangga, Seli
bertabrak- an dengan teman lain yang juga bergegas. (halaman 30).

 Kamar Raib
Kita berada di kamar Ra." Ali yang menjelaskan.
Ali benar. Aku mengenali ruangan ini, kamarku.
Lubang di atas lantai mengecil lantas lenyap tanpa bekas. saat Kalau saja
situasinya lebih baik. (halaman 186)
 Negeri klan bulan
Petualangan Raib, Seli, dan Ali ternyata tidak berhenti di negeri klan Bulan
saja, petualangan mereka berlanjut ke klan berikutnya yaitu klan Matahari.
(halaman 419)
5.3.2. Latar Waktu
 Pagi hari
Papa yang tergesa-gesa menuruni anak tangga, bergabung di meja
makan, tertawa melihat Mama yang sedang mengelus dada dan
mengembuskan napas.
Mama menatapku kesal.
"Sejak kapan kamu sudah duduk di depan meja makan?"
"Dari tadi, Ma." Aku ringan mengangkat bahu, meraih kotak susu.
 Malam hari
yang menyukai purnama otomatis adalah anggota Klan Bulan, maka itu
berarti manusia serigala di film-film tidak masuk akal. (halaman 326)
 Siang hari
Selamat siang, Master Ilo," mereka menyapa lebih ramah "Siang. Ada
yang bisa saya bantu?" Ilo melihat mereka. (halaman 292)

5.3.3. Latar Suasana


 Bahagia
Kamu sudah mengerjakan PR dari Miss Keriting?" Seli me- noleh,
wajahnya seperti sedang membayangkan sebuah bencana jika aku menjawab
tidak.
Aku tertawa. "Sudah dong"
 Khawatir
Peringatan kedua! Sesuai otoritas sistem pusat pengendali kereta bawah
tanah, kapsul dengan register D-210579 harap segera menepi ke stasiun
terdekat."
"Apakah kita akan berhenti?" tanyaku.
Ilo menggeleng. "Jangan panik, Ra. Semua terkendali." Ya ampun! Aku
mendengus tegang, Apanya yang terkendali! (halaman 301)
 Mencekam
Kita bertemu lagi. Nak Sok Single senyum. "Tapi sebelumnya, biar aku
urus anak buahku yang tidak becus."
Tamus menghadap ke depan, berseru galak kepada lima Panglima
Pasukan Bayangan, "Aku menyuruh kalian menyambut mereka dengan baik,
bukan membunuh mereka!"
Tangan Tamus terangkat tinggi. Stad yang terbanting di lantai terangkat
mengambang di udara. (halaman 413)
5.4. Tokoh dan Penokohan
5.4.1. Raib
Peringatan kedua! Sesuai otoritas sistem pusat pengendali kereta bawah tanah, kapsul
dengan register D-210579 harap segera menepi ke stasiun terdekat."
"Apakah kita akan berhenti?" tanyaku.
Ilo menggeleng. "Jangan panik, Ra. Semua terkendali." Ya ampun! Aku mendengus
tegang, Apanya yang terkendali! (halaman 301)
Disini tokoh raib digambarkan mudah cemas atau khawatir
5.4.2. Seli
Kamu sudah mengerjakan PR dari Miss Keriting?" Seli menoleh, wajahnya seperti
sedang membayangkan sebuah bencana jika aku menjawab tidak.
Aku tertawa. "Sudah dong"
"Oh, syukurlah." Seli ikut menghela napas lega. "Aku baru tadi subuh
menyelesaikannya.
Tokoh seli disini digambarkan sangat teliti dan ulet

5.4.3. Ali
Kita berada di kamar Ra." Ali yang menjelaskan.
Ali benar. Aku mengenali ruangan ini, kamarku. (halaman 186)
Tokoh ali disini digambarkan sebagai sosok yang tenang setelah tiba tiba dirinya dan
raib berpindah tempat

5.4.4. Miss keriting (Miss Selena)


Miss Selena yang sengaja mengumpulkan kami bertiga di sekolah, dia menyimpan
banyak penjelasan yang kami butuhkan.
Dan setelah kami pulang ke kota kami, akan lebih banyak lagi hal yang harus
diselesaikan. (halaman 437)
Disini watak miss selena digambarkan sangat cepat dan tanggap setelah semua
kekacauan terjadi dan langsung memindahkan mereka.
5.4.5. Mama dan Papa Raib
DUH, Ra, berhentilah mengagetkan Mama!" Mama berseru, wajahnya pucat.
Papa yang tergesa-gesa menuruni anak tangga, bergabung di meja makan, tertawa
melihat Mama yang sedang mengelus dada dan mengembuskan napas.
Mama menatapku kesal.
"Sejak kapan kamu sudah duduk di depan meja makan?"
"Dari tadi, Ma." Aku ringan mengangkat bahu, meraih kotak susu. (halaman 66)
Watak mama dianggap terlalu terkejut dan mudah kesal
Sedangkan watak papa raib dianggap terlalu gegabah.

5.5. Sudut Pandang


Menggunakan sudut pandang orang pertama
 Raib
Namaku Raib. Aku murid baru di sekolah. Usiaku lima belas tahun. Aku anak tunggal,
perempuan. Untuk remaja se- umuranku, tidak ada yang spesial tentangku. Aku berambut
hitam, panjang, dan lurus. Aku suka membaca dan mempunyai dua ekor kucing di rumah.
Aku bukan anak yang pintar, apalagi populer. Aku hanya kenal teman-teman sekelas, itu
pun seputar anak perempuan. Nilaiku rata-rata, tidak ada yang terlalu cemerlang, kecuali
pelajaran Bahasa aku amat menyukainya. (halaman 5)

5.6. Amanat
Amanat yang dapat dipetik dari novel Bumi :
1. Jangan putus asa dan menyerah begitu saja dalam memperjuangkan hal yang pantas
untuk diperjuangkan.
2. Kepercayaan adalah hal yang penting. Jangan mudah percaya pada orang lain, sekalipun
itu teman sendiri, karena orang terdekatmu dapat menjadi musuhmu.
3. Menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan adalah hal yang menyakitkan
dan sulit dilakukan, namun kita harus menerima dan menghadapi semua itu dengan
lapang dada, karena dibalik semua itu terdapat hikmah dan pelajaran yang dapat kita
ambil.

6. Unsur Ekstrinsik
6.1. Latar Belakang Penulis
Seorang penulis biasanya memiliki keahlian khusus dalam menghasilkan suatu karya sastra,
termasuk penulis prosa seperti novel. Misalnya saja, seperti J. K. Rowling yang dikenal
dengan ciri khas dalam menulis novel fiksi dengan imajinasi luar biasanya. Tidak hanya itu,
masih ada pula nama novelis Agatha Christie yang tidak bisa dilepaskan dari karakter
Hercule Poirot atau seorang tokoh detektif yang hadir dalam 33 novel serta 50 cerita pendek
yang ditulisnya.

Hanya saja, keahlian khusus tersebut tidak berlaku bagi Tere Liye. Tere Leye bisa dikatakan
hampir bisa menulis berbagai jenis genre karya sastra prosa. Misalnya saja, kemampuannya
dalam menciptakan novel telah terbukti pada karyanya yang berjudul Hafalan Shalat Delisa.
Dalam karya yang menjadi salah satu buku best seller tersebut, Tere Liye mampu
menciptakan cerita yang dapat dipastikan membuat para pembacanya menangis dan terharu.
6.2. Situasi Sosial

Novel Bumi Tere Liye menceritakan petualangan tiga remaja berusia 15 tahun bernama Raib, Ali, dan
Seli. Mereka digambarkan sebagai remaja dengan kekuatan khusus.
Yang dimana di dalamnya berupa nilai pendidikan karakter dalam novel Bumi karya Tere Liye, di
antaranya yaitu kejujuran, disiplin, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, bersahabat/komunikatif, gemar
membaca, peduli sosial, dan rasa tanggung jawab, yang tergambar dalam kutipan-kutipan yang terdapat
dalam novel Bumi

6.3. Nilai pada Novel


6.3.1. Nilai Moral Novel Bumi Nilai moral hubungan manusia dengan manusia lain
mempunyai yaitu setia kawan, kasih sayang, menolong, kerjasama, kerukunan,
perhatian, minta maaf. Bentuk nilai moral yangterdapat pada novel Bumi adalah
memuji keindahan alam dan kelestarian alam. Bentuk nilai moral yang meliputi
berserah dan bersyukur.
6.3.2. Nilai Sosial Novel Laut Bercerita

"hubungan manusia dengan diri sendiri, nilai moral


hubungan manusia dengan manusia lain, nilai moral hubungan manusia
dengan Tuhan dan nilai moral hubungan manusia dengan alam sekitar.
Wujud nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri di dalam novel
Bumi yaitu Kejujuran, Keingintahuan, Emosional, Ketaatan/Patuh,
Ketegasan, Pengorbanan, Berharap, Menderita, Berani.

Anda mungkin juga menyukai