Disusun oleh :
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW, dengan mengucapkan
“Allahummasolli’alamuhammadwa’alaalimuhammad”.
Makalah dengan judul “Naskah Drama” ini kami buat untuk memenuhi tugas kelompok
yang diberikan oleh Dosen Pembimbing, dengan mata kuliah Kajian Drama. Kami
mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan
ilmunya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Akhir kata, “ tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang tak punya salah “,
kami mohon maaf kalau terdapat kesalahan kata dan kekurangan dalam makalah ini.
Kami ucapkan terimakasih.
Tim Penulis
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................................8
SINOPSIS................................................................................................................................8
BAB III....................................................................................................................................9
BAB IV..................................................................................................................................12
4.1. Tema...........................................................................................................................12
4.2. Subtema......................................................................................................................13
4.3. Fokus...........................................................................................................................14
BAB V....................................................................................................................................15
PESAN MORAL..................................................................................................................15
BAB VI..................................................................................................................................16
BAB VII.................................................................................................................................17
BAB VIII...............................................................................................................................18
BAB IX..................................................................................................................................37
3
ANALISIS PENDEKATAN MIMESIS.............................................................................37
BAB X....................................................................................................................................39
BAB XI..................................................................................................................................40
BAB XII.................................................................................................................................41
PENDEKATAN PEMERANAN.........................................................................................41
A. Pengertian Akting.....................................................................................................41
BAB XIII...............................................................................................................................42
PENDEKATAN ARTISTIK...............................................................................................42
A. Tata Panggung...........................................................................................................42
B. Tata Lampu...............................................................................................................42
C. Tata Musik.................................................................................................................42
D. Tata Busana...............................................................................................................43
E. Tata Rias....................................................................................................................43
4
BAB I
MAHRIT
Tegaklah! Kau tidak membutuhkan tongkat. Di samping itu kau memang tidak
punya tongkat. Jangan terbungkuk. Apa pun yang terjadi, jangan terjatuh, jangan
terjatuh, naik terus, naik!
MAHRIT
MAHRIT
5
Sekarang palingkanlah mukamu ke arahku. Tataplah aku. Tembuskan aku
dengan pendanganmu itu! tataplah ke dalam kaca yang berupa diriku ini. Kaca
yang tidak memantulkan apa-apa ini! Berdirilah tegak-tegak! Berikanlah
kepadaku kedua kakimu! Yang kanan lalu yang kiri!
MAHRIT
Berikan padaku jari tanganmu! Dua jari tanganmu…. Tiga…. Empat…. Lima
seluruh jarimu berjumlah sepuluh itu. sekarang biarkan lengan kananmu jadi
milikmu. Lalu lengan kirimu. Dadamu. Kedua pundakmu. Dan perutmu
MAHRIT
Nah, itulah dia! Sekarang kau telah kehilangan sama sekali daya untuk
berbicara. Tak ada gunanya lagi jantungmu berdenyut, tak ada gunanya lagi
paru-parumu bertahan bernapas. Terlalu banyak suara-suara rebut dan suara-
suara dendam, tapi maknanya tidak ada. Betul tidak? Sekarang engkau telah
berada di tempatmu yang sebenarnya
6
orang-orang yang selalu mendukung. Ada beberapa bagian naskah yang
lumayan seru dengan menebak kehidupan sang raja selanjutnya dan watak yang
dimiliki oleh kedua istrinya tersebut.
MARI
Rajaku yang tercinta, tidak ada yang lampau, tidak ada masa yang akan datang.
Ingatlah itu! ingatlah; hanya ada hari ini. Hari ini yang akan terus berlangsung
sampai ke ujungnya di akhir hari. Segalanya adalah kini. Jadilah yang kini.
MARI
Raja masih memegang kekuasan! Raja kita masih sanggup mengendalikan
pucuk pemerintahan keRajaan!
RAJA
Apa lagi? Kau menggangguku! Aku akan mati? Ya, benar. Aku akan mati itu
memang benar. Dalam waktu 40 tahun, 50 atau 300 tahun yang akan datang?
Atau malah mungkin jauh sesudah itu semua! Kalau aku sudah ingin mati, kalau
sampai waktuku, kalau aku memutuskannya. Sementara ini marilah kita
selesaikan masalah yang menyangkut pemerintahan kita.
(IA MENDAKI TANGGA MENUJU SINGGASANANYA)
Aduh, kakiku! punggungku! Aku masuk angin. Istana ini suhunya buruk. Penuh
dengan angin jahat. Bagaimana halnya dengan kaca jendela yang rusak itu? dan
genteng-genteng yang bocor itu, belum juga ada yang mau menggantinya? Ya,
tak ada lagi orang yang mau bekerja. Aku harus menangani segalanya ini secara
langsung, tapi bagaimana, aku sibuk dengan masalah-masalah berbeda! Orang
lain tak bisa lagi diharapkan! (KEPADA MARI YANG BERUSAHA
MENOLONGNYA) jangan, aku bisa! (DENGAN TONGKAT
KEBESARANNYA, DITOLONGNYA DIRINYA BERDIRI TEGAK) ada juga
gunanya tongkat kebesaran ini.
(RAJA PUN BERHASIL DUDUK, TAPI DENGAN SUSAH PAYAH DAN
KESAKITAN. CUMA KEBERHASILAN INI ADALAH BANTUAN MARI)
Tidak, tidak. Aku bisa melakukannya sendiri. nah! Akhirnya! Singgasana ini
rasanya terlalu keras. Mestinyya singgasana ini diberi karet busa. Nah,
bagaimana keadaan negeriku pagi ini?
7
BAB II
SINOPSIS
Ada seorang raja, ia memiliki 2 orang istri bernama Mahrit dan Mari. Suatu hari
tabib kerajaan memberi tahu kepada Mahrit dan Mari bahwa sebentar lagi Raja
akan mati karena penyakit komplikasi yang dideritanya. Mahrit dan Mari pun
sangat bingung karena mereka harus mengadakan upacara kematian untuk Raja.
Tetapi keadaan kerajaan sedang tidak baik, penduduk kerajaan yang awalnya
berjumlah 120 jt orang sekarang tinggal 45 jiwa. Hal itu karena buruknya sistem
ekonomi kerajaan dan banyaknya bencana yang menimpa kerajaan.
Sebelum Raja mati Mahrit meminta Raja untuk turun dari tahta. Tetapi karena
raja sangat serakah ia tidak mau turun begitu saja dari tahta, Mari pun sangat
mendukung keputusan Raja. 13 jam sebelum kematian tubuh Raja menjadi
lemas tangan dan kaki nya pun sulit digerakan.
Mari yang sangat mencintai Raja tidak tega melihatnya dan Mari terus berusaha
membantu Raja agar bertahan ditahtanya. Berbeda dengan Mari, Mahrit sangat
ingin Raja turun dari tahta karena Raja sudah tidak mampu lagi memimpin
kerajaan.
Waktu kematian pun tiba, dengan berat hati Mari mengikhlaskan Raja untuk
pergi ke alam baka. Secara perlahan Mari, Tabib, Pengawal dan Juliet hilang
dari pandangan Raja. Raja sangat ketakutan ia sangat takut dengan kematian.
Mahrit pun membimbing raja menuju alam baka, Mahrit memberitahu bahwa
raja harus jalan terus dan jangan menghadap kebelakang agar sampai dengan
selamat menuju alam baka.
8
BAB III
Eugene Ionesco lahir pada tahun 1912 dari ibu Prancis dan ayah Rumania. Dia
menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di Prancis, di mana dia mengaku memiliki
pengalaman transformasional yang luar biasa. Seperti yang dijelaskan Deborah B.
Gaensbauer dalam Eugene Ionesco Revisited , anak laki-laki itu berada di sebuah kota
kecil di Prancis, berjalan di bawah sinar matahari di bawah langit biru, ketika dia tiba-
tiba mengalami kilau. Dia merasakan sensasi mengambang dari tanah dan kedamaian
yang luar biasa dalam dirinya. Ketika dia kembali ke tanah, dia menganggap dunia
penuh dengan kotoran dan kerusakan, korupsi, dan tindakan yang tidak
berarti. Penjajaran yang aneh antara euforia perdamaian dengan kenyataan yang tidak
berarti akan mempengaruhi kehidupan dan pekerjaannya.
Setelah Ionesco pindah ke Rumania saat remaja, orang tuanya bercerai. Ia belajar sastra
Prancis di Universitas Bukares. Ionesco menikah dengan Rodicia Burileanu, dan
mereka memiliki seorang putri, yang kepadanya dia menulis sejumlah cerita anak yang
tidak biasa. Keluarganya pindah kembali ke Prancis dan tinggal di Marseilles selama
Perang Dunia II. Setelah perang, mereka pindah ke Paris.
Ionesco mendapat pujian kritis sebagai penulis naskah, tetapi dia tidak menulis drama
pertamanya, The Bald Soprano , sampai 1950. Setelah memutuskan untuk belajar
bahasa Inggris pada usia empat puluh, Ionesco menemukan inspirasi dalam, dari semua
hal, bahasa utamanya. Kalimat sederhana yang dibangun oleh kata-kata sederhana
menurutnya sangat mendalam, misterius, tragis, dan lucu. Dia menulis The Bald
Soprano untuk menyindir konstruksi keluarga kelas menengah yang terperangkap dalam
dunia yang ditentukan oleh formalitas yang tidak berarti dan rutinitas yang
membosankan. Yang mengejutkan, produksi kecil itu menerima pujian kritis dan
melambungkan pria paruh baya itu ke dalam karier menulis yang bersemangat.
Karya Ionesco yang paling terkenal termasuk The Lesson (1951), The Chairs (1952),
dan Rhinoceros (1959). Dramanya, atau "anti-drama", demikian dia menyebutnya,
mematahkan tradisi teatrikal plot dan urutan. Mereka sangat modern dalam hal apa yang
mereka lakukan. Drama tersebut mengeksplorasi kematian dan teka-teki eksistensial
dengan humor yang fantastis dan seringkali fantastis. Garis antara fiksi dan kenyataan
9
secara konsisten kabur karena Ionesco menggambarkan dunia tidak berarti yang diatur
oleh kebetulan.
Pada tahun 1962, Martin Esslin mengidentifikasi Ionesco sebagai penulis terkemuka di
"Theatre of the Absurd." Penulis lain dari partai ini termasuk Samuel Beckett, Jean
Genet, dan Arthur Adamov. Mereka berbagi keprihatinan yang sama tentang makna
hidup - lebih dari itu, ketidakberartiannya - dan misteri kehidupan. Untuk
mengungkapkan dan mengeksplorasi masalah-masalah hidup yang tampaknya tidak
berarti, para penulis ini tidak hanya menantang model-model teater tradisional tetapi
juga merevolusi seni menulis itu sendiri.
Dalam esai teoretisnya yang paling penting, "Pengalaman Teater," Ionesco menantang
premis teater tradisional dalam istilah yang sederhana. Dia mengaku benci pergi ke
teater sejak kecil karena tidak memberikan pengalaman interaktif - atau, setidaknya,
tidak seinteraktif yang dia sukai. Dia menggambarkan pandangannya tentang
"kebenaran yang dibayangkan" yang bisa jauh lebih menarik daripada teater
realistik. Dalam mengkritik realisme dan teater Brechtian, dia memisahkan diri dari
banyak orang sezaman, termasuk Kenneth Tynan, yang dengannya dia berbagi debat
panas yang sedang berlangsung.
Ionesco diangkat menjadi anggota Akademi Prancis (L'Académie française) pada tahun
1970. Dia kemudian menerbitkan lebih banyak tulisan teoritis dan lebih banyak
drama. Dia juga memenangkan sejumlah hadiah, termasuk Tours Festival Prize untuk
film, Prix Italia, Society of Authors Theatre Prize, Grand Prix National untuk teater,
Monaco Grand Prix, Austrian State Prize untuk European Literature, Jerusalem Prize,
dan honorary doctorates dari New Universitas York dan universitas Leuven, Warwick,
dan Tel Aviv.
10
Panduan Studi tentang Karya oleh Eugene Ionesco
Dramawan Eugene Ionesco pernah memberikan definisi mode ujian sastra favoritnya
yang secara positif memenuhi dengan bobot eksistensial: "Absurd adalah sesuatu yang
tanpa tujuan."
Penampilan perdana dari drama satu babak yang absurd dari Eugene Ionesco The
Chairs berlangsung pada tanggal 22 April 1952 di Paris, Prancis. Karena hanya
sepertiga dari absurd penulis drama idiosinkratik yang mengambil kesia-siaan dari
keberadaan untuk dipasang.
11
BAB IV
4.1. Tema
Naskah Raja Mati karya Eugène Ionesco. Tema : Pemberontakan akan takdir
kehancuran dan kematian.
Dari naskah drama tersebut memiliki penyadaran akan absurditas untuk menyerahkan
diri secara lengkap. Drama absurd adalah drama yang tidak mengetengahkan wilayah
spiritual, tidak ada perbedaan benar atau salah tidak ada persoalan intelektual atau garis-
garis petunjuk moral. Artinya, lakon-lakon absurd dapat menjadi penggambaran apa
saja, bisa jadi pandangan penulis lakon terhadap dunia. Lakon-lakon absurd bersifat
multitafsir. Drama absurd mewujudkan suasana yang menggambarkan eksistensi
manusia, kehidupan, kematian, keadaan dunia yang tercabut dari realitas atau tanpa
tujuan.
RAJA
Dan siap yang akan memberikan perintah-perintah tanpa ada pengesahan
dariku? Aku dalam keadaan sehat wal afiat. Kau memerolok aku! Bohong!
(KEPADA MAHRIT) kau selalu menginginkan kematianku (KEPADA MARI)
ia selalu menghendaki kematianku (KEPADA MAHRIT) aku akan mati kalau
aku sudah menginginkannya. Aku sang Raja. Aku satu-satunya maujud yang
memberikan keputusan!
TABIB
Engkau telah kehilangan daya kemampuanmu untuk memberikan keputusan apa
yang berlaku atas dirimu, Tuanku Raja.
MAHRIT
Sekarang bahkan tidak mampu lagi melarang dirimu untuk tidak jatuh sakit.
RAJA
Aku tidak sakit! (KEPADA MARI) barusan kan kau juga bilang aku ini tidak
sakit? Aku masih tetap segar bugar seperti sedia kala.
12
MAHRIT
Kerajaan!? Hah, betapa kacau balaunya keadaan kerajaan ini. Kau sudah tidak
bisa lagi mengendalikan pemerintahan. Sungguh, kau sudah tidak mampu, tapi
kau tidak mau mengakuinya. Sekarang engkau telah kehilangan kekuasaan,
kekuasaan atas dirimu sendiri maupun atas segala elemen lainnya. Kau tidak
bisa menyetop tumbuhnya lumut! Dan atas diri kami, kau juga telah kehilangan
kekuasaanmu.
4.2. Subtema
Tokoh Ratu Mahrit adalah gambaran dari pikiran yang rasional dalam
melihat kehidupan di dunia. Ia adalah seorang ratu yang tegas dalam
menyampaikan segala pendapatnya. Ia berusaha menyadarkan raja agar menerima
takdir kematiannya. Usaha-usaha yang dilakukan Ratu Mahrit dalam menyadarkan
Raja menyebabkan terjadinya perdebatan dengan dialog-dialog dan adegan-
adegan absurd yang tidak masuk akal.
Mahrit : “Dengan mudahnya kalian terima mereka sebagai kelompok penganut paham
anti perang! Tapi kau tahu nama kelompok macam itu menurut musuh-musuh kita?
Namanya pengecut! Namanya, Desertir! Dan kelompok macam itu mereka jatuhi
hukuman tembak! Akibat semua kau lihat sendiri; kota-kota diratakan musuh,
pemandian kita dibakar, sementara tempat-tempat hiburan kita diporakporandakannya!
Para pemuda dan pemudi kita pada akhirnya mengungsi ke luar negeri. Ketika dia
pertama kali menduduki tahtanya, jumlah penduduk di negeri kita ini tidak kurang dari
120 juta. “
Dialog berikutnya :
Mahrit : “Banyak orang yang mengkhayalkan hal-hal yang agung dan besar, tapi kau
diliputi kabut khayal kekerdilan jiwa! Tak ada seorang ratu pun di dunia ini macam
engkau. Kau membuat aku seakan wajahku dicoreng arang! Ho! Dia siap merengek
kembali!
13
4.3. Fokus
Fokus dari keseluruhan naskah drama Raja Mati karya Eugene Ionesco adalah
contoh kehidupan manusia yang tidak mampu menunjukkan eksistensinya. Entitasnya
tenggelam dalam perasaan sendiri tanpa ada tindakan yang direalisasikan dengan nyata,
sehingga segalanya menjadi angan-angan panjang yang tak bermakna.
Kita hidup dari satu hari ke satu hari lainnya. Tanpa kita sadari, kita melakukan
aktivitas yang hampir sama setiap harinya. Kehidupan yang kita jalani ini tidak lepas
dari kematian. Semua makhluk yang bernyawa akan menemui takdir.
14
BAB V
PESAN MORAL
Raja Mati memberikan pesan kepada kita bahwa hidup di dunia ini bersifat fana.
Kematian bukan hal yang asing terdengar di telinga semua orang. Kematian merupakan
akhir dari kehidupan setiap makhluk di dunia. Hal tersebut menakutkan bagi sebagian
orang. Rasa takut tidak akan bertemu lagi dengan keluarga dan kerabat atau rasa
kehilangan bagi yang ditinggalkan. Kematian bisa datang kapan saja, karena usia,
kecelakaan, bencana alam dan sebagainya. Siap atau tidak siap pasti akan menghadapi
kematian.
15
BAB VI
Dari kisah raja mati karya Eugene kita dapat pesan moral bahwa pemimpin yang baik
dan bijaksana bisa membuat negara menjadi makmur. Tetapi sebaliknya pemimpin yang
buruk akan membuat negara itu hancur. Seperti raja dia memimpin kerajaan dengan
buruk sehingga kerajaan yang dipimpinnya hancur secara perlahan. Kita harus pintar
memilih pemimpin agar negara kita aman dan makmur. Pemimpin negara kita yang saat
ini kurang baik dan bijaksana banyak hal-hal buruk yang terjadi pada negara kita,
seperti virus yang belum hilang karena pemerintah tidak bisa mengatasinya, kerusuhan
demo karena pemerintah mengambil keputusan secara sepihak, krisis ekonomi karena
banyak perusahaan bangkrut karena pandemi, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu
bijak lah dalam memilih pemimpin jangan karena diberi uang kita memilih pemimpin
itu. Tetapi pilihlah pemimpin yang memiliki pengetahuan, bijaksana, adil, dan etika
yang baik.
16
BAB VII
Tafsir Lakon :
“RAJA MATI” (LE ROI SE MEURT) adalah sebuah lakon karya Eugene Ionesco,
adalah penulis teater asal Perancis. Perancis dan Rumania adalah tempat masa mudanya,
setelah lulus dari Universitas ia tinggal di Bucharest, mengajar bahasa Perancis, menulis
puisi dan kritik sastra. Dia menghabiskan tahun-tahun berkecambuknya Perang Dunia
ke II di Paris sambil melakukan berbagai pekerjaan.
Ionesco merupakan salah satu dari sekian banyak produser drama yang populer dan
telah banyak menciptakan teater absurd. Ide tentang bahasa yang selalu muncul dapat
dibedakan melalui bentuknya yang teatrikal dan sangat imajinatif. Permainan yang
komunal melahirkan kritik-kritik tajam, seiring dengan alunan musik yang
mengiringinya menggambarkan tokoh utama pada kondisi manusia dengan segala
kejadian yang membawa pada kematian terhadap kematian. Dalam lakon “Raja Mati”
ini menceritakan tentang sebuah contoh kehidupan manusia yang tidak mampu
menunjukkan eksistensinya. Entitasnya tenggelam dalam perasaannya sendiri tanpa ada
tindakan yang direalisasikan dengan nyata, sehingga segalanya menjadi angan – angan
panjang yang tak bermakna. Eksistensinya sungguh berada dalam kekosongan, dan
jiwanya terseret dalam kegalauan yang kemudian mengarah pada gejala kelainan jiwa,
dampak yang terjadi adalah rasa takut yang berlebihan, takut akan kematian, takut akan
menjalani hidup, takut di tinggal oleh segala yang menjadi miliknya, takut tidak
dikenang siapapun dan masih banyak ketakutan yang lainnya.
17
BAB VIII
1. Tema adalah ide pokok cerita atau gagasan utama. Menjadikan tema dari
naskah ini disebut pemberontakan akan takdir kehancuran dan kematian.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
RAJA
Dan siap yang akan memberikan perintah-perintah tanpa ada pengesahan
dariku? Aku dalam keadaan sehat wal afiat. Kau memerolok aku! Bohong!
(KEPADA MAHRIT) kau selalu menginginkan kematianku (KEPADA MARI)
ia selalu menghendaki kematianku (KEPADA MAHRIT) aku akan mati kalau
aku sudah menginginkannya. Aku sang Raja. Aku satu-satunya maujud yang
memberikan keputusan!
TABIB
Engkau telah kehilangan daya kemampuanmu untuk memberikan keputusan apa
yang berlaku atas dirimu, Tuanku Raja.
MAHRIT
Sekarang bahkan tidak mampu lagi melarang dirimu untuk tidak jatuh sakit.
RAJA
Aku tidak sakit! (KEPADA MARI) barusan kan kau juga bilang aku ini tidak
sakit? Aku masih tetap segar bugar seperti sedia kala.
MAHRIT
Kerajaan!? Hah, betapa kacau balaunya keadaan kerajaan ini. Kau sudah tidak
bisa lagi mengendalikan pemerintahan. Sungguh, kau sudah tidak mampu, tapi
kau tidak mau mengakuinya. Sekarang engkau telah kehilangan kekuasaan,
kekuasaan atas dirimu sendiri maupun atas segala elemen lainnya. Kau tidak
bisa menyetop tumbuhnya lumut! Dan atas diri kami, kau juga telah kehilangan
kekuasaanmu.
18
2. Amanat adalah pesan yang terkandung dalam drama dapat kita ambil sebagai
berikut tetaplah untuk bangkit dan memberikan semangat hidup kepada
orang yang tengah sekarat bahwa takdirnya tersebut tidak salah (bersifat
menakutkan).
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
RAJA
Aku orangnya yang selalu memikirkan orang lain. Kalian semua jadilah diriku,
masuklah berdiam di balik diriku. Aku sedang sekarat, kau dengar, aku berusaha
menjelaskan padamu, aku sedang sekarat, tapi aku tidak bisa
mengekspresikannya secara total, kecuali, kalau saja aku mampu berbicara
seperti buku-buku sastra.
RAJA
Ternyata mereka asing bagiku. Tadinya kukira keluargaku. Aku sekarang betul-
betul sangat ketakutan! Rasanya seperti sedang tenggelam, jatuh terpelanting ke
dalam kekosongan. Aku tidak pernah eksis! Aku sedang sekarat.
Tidak! Tidak! Aku tahu tak ada nada yang bisa melipur hatiku. Segalanya akan
jadi baik. Itu tergantung kepada diriku sendiri seorang. Keusastraan hanya
memberikan kehangatan seperti yang diberikan tahi ayam, cuma sebentar,
setelah itu lenyap. Aduh… aduh…. Aduh….!
Bimbinglah aku melintasi gerbang yang pernah kau lintasi! Kembalilah dari
seberang sana itu, dan tolonglah aku! Bantulah aku, engkau yang pernah
merasakan kengerian dan tidak mau menyebrang!
19
Dan engkau yang kuat dan berani, yang menerima kematian dengan rela, dengan
kehendak pedulian, dengan tenang, ajarkanlah kepadaku keikhlasan dan
kesabaran yang kau miliki itu! ajarkanlah kepadaku kepasrahan dan tawakal!
MAHRIT
MAHRIT
Tak ada lagi yang tersisa sekarang. Adalah selamat sentosa mereka yang tidak
membutuhkan kenangan. Sejumput garam akan melebur ke dalam air, tapi
bukan berarti hilang; air malah jadi asin. Ah, itulah! Diamlah sekarang. Nah,
sekarang kau sudah tidak bungkuk lagi. punggungmu tidak sakit lagi. Tak ada
lagi rasa kelu pada dirimu. Berapa beratnya bahan-bahan yang kau pikul selama
ini. Betul tidak? Sekarang kau sudah jauh lebih baikan dibanding yang sudah-
sudah. Enteng. Ayolah, datang padaku, berikan kedua tanganmu.
20
atau membetoni yang mungkin terbang! Tapi tidak dikerjakannya! Sekarang
kerajaan ini nyaris seperti tempe busuk yang banyak lubangnya itu!
4. Alur atau Plot adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Contoh
dalam naskah tersebut sang lakon menceritakan berbagai macam konflik
yang terjadi di istana ataupun paduka raja. Hingga mengandung plot mundur
yang menceritakan masa muda seorang paduka raja ketika memimpin istana
dengan baik.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
TABIB
Tuanku, engkau telah mengadakan peperangan sebanyak 108 kali. Memimpin
bala tentaramu ke dalam 2000 medan pertempuran. Pertama di atas kuda putih
yang berhiaskan bulu burung yang merah menyala dan putih bersih. Engkau
tidak kenal rasa takut. Lalu kau modernisir angkatan perangmu dan engkau pun
berdiri tegak di atas tank, atau bahkan pada sayap kapal terbang yang memimpin
formasi penyerangan.
21
SINGGASANANYA ITU. HENDAKNYA TAMPAK SELAMA WAKTU
YANG PENDEK SEBELUM MELENYAP MENJADI SEMACAM ASAP.”
22
RAJA
Betul. Aku merasa baik-baik saja!
MAHRIT
Engkau akan mati dalam waktu satu jam setengah mendatang.
Kau akan mati di akhir pertunjukan ini.
23
iii. Juliet & Tabib (Tritagonis) adalah pelaku yang membantu
dalam suatu cerita, baik tokoh protagonis maupun antagonis.
Contoh dalam teks naskah ini, ialah mereka hanya
mendengarkan perintah dari para ratu ataupun paduka raja demi
keselamatan istana.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
MAHRIT (PADA JULIET)
Kau kembangkan lebar-lebar pakaian panjang kami.
JULIET
Baik yang mulia (JULIET MENGERJAKANNYA).
JULIET
Jadi ruang tamu ini tidak perlu saya bersihkan dulu?
MAHRIT
Sudah terlambat. Tidak apa. Tinggalkan kami.
JULIET KE KIRI, KELUAR.
24
lagi orang yang mau bekerja. Aku harus menangani segalanya
ini secara langsung, tapi bagaimana, aku sibuk dengan masalah-
masalah berbeda! Orang lain tak bisa lagi diharapkan!
(KEPADA MARI YANG BERUSAHA MENOLONGNYA)
jangan, aku bisa! (DENGAN TONGKAT KEBESARANNYA,
DITOLONG DIRINYA BERDIRI TEGAK) ada juga gunanya
tongkat kebesaran ini.
(RAJA PUN BERHASIL DUDUK, TAPI DENGAN SUSAH
PAYAH DAN KESAKITAN. CUMA KEBERHASILAN INI
ADALAH BANTUAN MARI)
Tidak, tidak. Aku bisa melakukannya sendiri. nah! Akhirnya!
Singgasana ini rasanya terlalu keras. Mestinya singgasana ini
diberi karet busa. Nah, bagaimana keadaan negeriku pagi ini?
RAJA
Aku Cuma kesandung tadi, itulah soalnya. Ketersandungan bisa
saja terjadi atas diri siapaun. Mahkotaku!
(MAHKOTANYA TERJATUH TADI. MARI MEMASANG
KEMBALI MAHKOTANYA)
Ini tanda buruk lainnya lagi.
RAJA
Dan siapa yang akan memberikan perintah-perintah tanpa ada
pengesahan dariku? Aku dalam keadaan sehat wal afiat. Kau
memerolok aku! Bohong! (KEPADA MAHRIT) kau selalu
menginginkan kematianku (KEPADA MARI) ia selalu
menghendaki kematianku (KEPADA MAHRIT) aku akan mati
kalau aku sudah menginginkannya. Aku sang Raja. Aku satu-
satunya maujud yang memberikan keputusan!
25
7. Gaya Bahasa adalah pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek
bahasa.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
i. Majas Personifikasi adalah mengungkapkan benda yang tidak
bernyawa seolah-olah memiliki sifat.
Contoh pada teks naskah, yaitu “matahari telah tuli” terhadap
perintah-perintah tuanku raja. (Seakan matahari yang
merupakan benda yang tidak bernyawa seolah memiliki sifat
seperti manusia yang tidak dapat mendengar).
8. Konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi di dalam cerita. Berawal dari
tabib yang baru saja pulang dari rumah sakit untuk mengetahui penyakit
sang raja. Bermuncul-lah tanda-tanda yang berubah dari istana dan seisinya.
Perubahan suhu yang dirasakan oleh paduka raja serta perintah-perintah
yang tidak dilaksanakan ataupun didengarkan oleh para tabib. Sampai pada
akhirnya sang raja benar-benar sakit dan diambang kematian untuk tetap
hidup serta bertahan demi kemajuan istana.
Contoh pada teks naskah :
PENGAWAL
Aku tidak mengerti, mestinya ruangan ini sudah hangat. Sumber panas, ayo,
bekerjalah! Dia sudah tidak suka bekerja lagi! Sumber panas, ayo, bekerjalah!
Ini bukan kesalahanku. Beliau toh tidak pernah mengeluarkan keputusan
26
memecat aku dari kedudukanku sebagai Kepala bagian Pusat Pengatur Panas.
Memang tidak ada yang resmi lagi sekarang ini. Kita tidak peduli lagi apa
kemauan mereka sebenarnya!
PENGAWAL
Saya sudah menghubungi pusat pengatur panas, tapi gagal karena sistemnya
macet. Langit selalu mendung dan awan-awan kelihatannya enggan menghilang.
Matahari terbit terlambat. Padahal saya telah mendengar paduka yang mulia
Tuanku Raja kita telah memerintahkan matahari terbit tepat pada waktunya.
MAHRIT
Kok begitu!? matahari telah tuli terhadap perintah-perintah Tuanku Raja!
PENGAWAL
Saya mendengar bunyi-bunyi gemeretak sepanjang malam. Ada retak lebar
dinding tembok istana.
MARI
Tabib, apakah ada keterangan baru? Ia sudah agak membaik , kukira? Betul
begitu? ada tanda-tanda yang menunjukan hal itu, tabib?
TABIB
Tuanku Raja menunjukan gejala-gejala normal seperti penderita sakit lainnya,
dan hal ini tidak ada yang bisa merobahnya lagi. Sudah sewajarnya, begitulah
keadaannya.
9. Dialog adalah karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara
dua tokoh atau lebih. Contoh yang terdapat dalam teks, antara lain sebagai
berikut :
i. Monolog adalah peran yang percakapannya untuk diri sendiri.
Contoh dalam teks tersebut, ialah :
RAJA
Sakit juga kalau tangan ini kugerakkan. Apakah ini artinya
segalanya sudah mulai? Tidak. Buat apa aku ini dilahirkan
kalau tidak bisa hidup selama-lamanya? Sialan orangtua yang
melahirkanku. Lelucon macam apa ini? Dagelan konyol! Aku
datang ke dunia 5 menit lalu, kemudian kawin 3 menit yang
lalu.
27
Alasan : Karena peran dari sang raja itu hanya memiliki
percakapan untuk dirinya sendiri dengan pertanyaan dan
jawaban dari dirinya sendiri pula.
10. Latar atau Setting adalah keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana
dalam sebuah karya sastra.
i. Latar Waktu adalah penggambaran waktu di dalam suatu cerita.
Latar waktu dalam naskah ini, diantaranya ialah :
1. Siang hari : raja meminta cahaya siang hari untuk
datang dan
selamatkan dirinya.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
Matahari, matahari pernahkah kau merindukan
daku? Matahari kecil yang baik, lindungilah
diriku. Kalau kau minta korban kecil dariku,
ambilah dunia dan jadikanlah sampai kering
kerontang. Biarlah semua manusia mati, asal aku
28
tetap hidup selama-lamanya, tak peduli apakah
aku Cuma sendiri hidup di gurun yang tak bertepi.
Aku bersedia hidup sendiri sunyi dan sepi. Aku
akan simpan hidup-hidup di dalam diriku semua
kenangan-kenangan tentang orang lain, aku akan
merindukan mereka dengan rasa rindu dendam
yang dalam. Aku bisa hidup dalam kekosongan, di
tanah yang tak berharga, yang luas dan Cuma
udara melulu dimana-mana. Rasanya lebih enak
merindukan orang lain daripada dirindukan orang
lain.
Apalagi, pada akhirnya tak ada lagi orang yang
akan merindukan aku. Wahai cahaya hari-hari
siang, datanglah dan selamatkanlah diriku.
2. Asap senja, awan petang hari, kabut dini hari, dan
embun pagi: meminta pertolongan untuk paduka raja
agar melepaskan dan menyerah secara lengkap.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
RAJA
Engkau yang bunuh diri, ajarkanlah aku bagaimana bisa
menjadi mual kepada kehidupan ini!? Ajarkan kepadaku
kebosanan! Obat macam apa yang mestinya kuminum?
TABIB
Aku bisa memberikanmu pil penenang, atau pil tidur.
MAHRIT
Dia sudah tidak bisa lagi menelan pil
JULIET
Engkau yang mengisi kenangan….
PENGAWAL
Engkau gambaran hari yang telah lewat…
JULIET
…. Yang tidak ada lagi, tinggal kenangan atas kenangan-
kenangan kita
PENGAWAL
29
Catatan atas catatan-catatan….
MAHRIT
Dia mestinya sudah belajar bagaimana melepaskan
sesuatu dan menyerah secara lengkap.
PENGAWAL
…. Kami memanggil engkau.
MARI
Engkau kabut dinihari dan embun pagi….
JULIET
Engkau asap senja hari dan awan petang hari….
3. Musim dingin dan musim panas : Juliet terbangun di
hari yang masih gelap dan pernah terbangun di waktu
fajar yang baru saja dimulai.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
JULIET
Waktu aku bangun di musin dingin, hari masih gelap.
Apakah engkau tidak suka dingin?
RAJA
Begitu juga aku. Tapi dinginnya yang tidak sama. Apakah
kau tidak suka dingin?
JULIET
Waktu aku bangun di musim panas, fajar baru saja akan
mulai. Secercah cahaya yang pucat!
4. Dini hari : paduka raja memberi nasihat pada juliet
ketika menaiki anak tangga dengan baju yang telah
lapuk (rusak).
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
RAJA
Untuk turun ke bawah pada waktu dini hari kau melewati
jenjang-jenajng tangga, dari satu anak tangga ke anak
tangga yang lainnya di sebelah bawah dan begitulah
seterusnya. Kalau kau mengenakan pakaianmu, pertama-
tama kau kenakan stoking lalu sepatumu.
30
ii. Latar Tempat adalah penggambaran tempat kejadian di dalam
suatu cerita. Latar tempat dalam naskah ini, diantaranya ialah :
31
kembali dan kau kunci untuk kedua kalinya. Omong-
omong dimana kau tinggal?
JULIET
Di loteng
4. Dapur : tempat memasak bagi Juliet yang sangat
membosankan.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
JULIET
Aku lupa mencuci piring-piring yang dipergunakan
malam sebelumnya. Kotor dengan lemak. Setelah itu aku
masih harus memasak makanan di dapur.
RAJA
Mengasyikan sekali!
JULIET
Salah. Itu membosankan. Memualkan! Bikin muntah!
32
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
Engkau di dalam kehidupan, engkau yang berusaha ingin
keluar, bagaikan engkau ini berada di dalam sebuah
labirin tak berujung. Menyelamlah terus ke dalam teka-
teki yang tak habis-habisnya itu, maka kamu sendiri
akhirnya selalu akhirnya akan ada tanpa akhir. Tataplah
semua itu, biarkanlah dirimu jadi takjub dan bingung
untuk selama-lamanya. Patahkanlah jeruji-jeruji penjara,
runtuhkanlah dinding-dindingnya! Lupakanlah berpikir
tentang definisi dan engkau pun akan bisa bernapas lega
kembali.
3. Sekarat : raja berusaha menjelaskan penyakitnya yang
sudah sekarat itu.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
RAJA
Aku orangnya yang selalu memikirkan orang lain. Kalian
semua jadilah diriku, masuklah berdiam di balik diriku.
Aku sedang sekarat, kau dengar, aku berusaha
menjelaskan padamu, aku sedang sekarat, tapi aku tidak
bisa mengekspresikannya secara total, kecuali, kalau saja
aku mampu berbicara seperti buku-buku sastra.
RAJA
Apakah rakyat sudah diberi pengumuman? Sudah kau
peringatkan mereka? Aku mau seluruh rakyat mengetahui
Raja mereka sedang sekarat!
DENGAN TERGESA-GESA DIA MEMBUKA
JENDELA. DENGAN SELURUH SISA TENAGANYA,
SEMENTARA PINCANGNYA MAKIN MEMBURUK.
RAJA
Rakyatku! Rakyat tercinta! Aku sedang sekarat!
Dengarkan aku! Rajamu sedang sekarat!
MAHRIT (PADA TABIB)
Mereka tidak boleh mendengarnya! Stop teriakan-
teriakannya itu!
33
4. Kuat dan Berani : raja meminta untuk mengajarkan
arti kerelaan, keikhlasan, kesabaran, kepasrahan, dan
tawakal dalam menerima kematian.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
Tolonglah wahai engkau yang ribuan telah mati
mendahuluiku! Katakanlah kepadaku bagaimana kau bisa
menerima kematian dan lalu mati. Ajarilah aku! Biarlah
contoh teladanmu menjadi pelipurku, biarkan aku
bersandar padamu. Bagaikan orang pincang mengenakan
tongkat dikepit di bawah ketiaknya, seperti juga tangan-
tangan para sahabat. Dan engkau yang kuat dan berani,
yang menerima kematian dengan rela, dengan kehendak
pedulian, dengan tenang, ajarkanlah kepadaku keikhlasan
dan kesabaran yang kau miliki itu! ajarkanlah kepadaku
kepasrahan dan tawakal!
5. Bunuh Diri : paduka raja bertanya bagaimana engkau
bisa menjadi mual kepada kehidupan ini dan meminta
ajarkan arti kebosanan serta obat yang mestinya
diminum.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
RAJA
Engkau yang bunuh diri, ajarkanlah aku bagaimana bisa
menjadi mual kepada kehidupan ini!? Ajarkan kepadaku
kebosanan! Obat macam apa yang mestinya kuminum?
6. Senang : paduka raja bertanya untuk kematian dengan
kesenangan. Wajah siapa yang dilihat dengan jelas
pada saat krisis, senyuman siapa yang memberikan
rasa senang dan menyebabkan kau menjadi
tersenyum. Berkas cahaya apa yang terakhir melintas
di matamu.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
RAJA
Engkau yang mati dnegan senang, wajah siapa yang kau
lihat dengan jelas pada saat krisi itu, senyuman siapa yang
34
memberikan kau rasa senang dan menyebabkan kau jadi
tersenyum? Berkas cahaya apa yang terakhir yang
melintasi matamu!?
7. Lelah : raja mulai kehabisan nafas.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
RAJA
Tabib, tabib. Aku sudah di tahap terakhir sekaratku?
Tidak! Kau membuat kekeliruan! Belum! Belum! (RAJA
MENGELUH, SEMACAM NAPAS YANG RELAKS)
Segalanya bahkan belum lagi dimulai. Aku ada. Masih
ada. Di sini. Aku masih bisa melihat. Ada dinding dan
peralatan di ruang ini. Ada udara untuk pernapasaan. Aku
bisa mengetahui siapa-siapa yang menatapku. Aku bisa
mendengar suara mereka. Aku masih hidup. Aku bisa
berpikir. aku bisa melihat. Aku bisa mendengar. Aku bisa
melihat dan mendengar. Bunyikan terompet untukku.
MARI
kau kehabisan napas. Kau sangat lelah. Istirahatlah, nanti
kau akan bisa berdiri tegak kembali.
8. Nyeri : raja memberitahu rasa sakit pada saat gigi
juliet dicabut.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
JULIET
Sekali aku menderita sakit di mulutku, dicabutnya gigiku
sebuah.
RAJA
Kau rasakan sakit yang nyeri yang amat sangat. Tapi
kemudian makin hilang sedikit demi sedikit, sampai
akhirnya betul-betul lenyap tak terasakan lagi. Wahai,
berapa entangnya perasaanmu setelah segalanya itu
lenyap. Maka kau pun menerima sebuah kebahagiaan
yang besar!
35
9. Luar Biasa : paduka raja tidak henti-hentinya
menggambarkan isi pasar dengan warna yang
dipadukan dalam sebuah sayur.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
JULIET
Wah, pedagang itu betul-betul besar! Gendut sekali! Jelek
sekali! Sampai-sampai burung bisa ketakutan dan tidak
mau mendekat!
RAJA
Luar bisaa! Kau keluarkan dompetmu, kau bayar.
Akhirnya kau mendapatkan uang kembalian. Pasar!
Tempat yang penuh dengan komposisi warna-warna!
Hijau sayur mayur merahnya tomat, kuning emas jeruk
bali, buah terong yang lemabyung! Dan banyak lagi
warna-warna lainnya, warna-warna yang ada pada
bianglala! Luarbisaa! Seperti sebuah dongeng saja!
36
BAB IX
Dikisahkan bahwa dalam naskah drama “Raja Mati” karya Eugene Ionesco. Tokoh ratu
Mahrit sangat percaya bahwa suaminya yaitu paduka raja akan mati. Para tabib pun
mendukung pernyataan yang dikatakan oleh ratu Mahrit. Mereka sangat merasakan
perubahan yang terjadi pada istana. Dan bersikeras terhadap perintah dari sang raja
tidak ada yang mendengarkan ataupun dilaksanakan oleh para tabib.
Istri kedua dari paduka raja malah sebaliknya dia tidak menerima dengan kenyataan
yang diucapkan oleh ratu mahrit dan tabib. Karena sang raja dapat hidup dan berdiri
tegap untuk menyampaikan pidato. Selain memberikan semangat dan bantuan kepada
sang raja. Akhirnya sang raja dapat menaiki singgasana walaupun dengan tongkat dan
bantuan ratu Mari. Para Juliet pun mengikuti semua perintah dari paduka raja beserta
istri-istrinya.
Naskah “Raja Mati” karya Eugene Ionesco menceritakan pola pikir yang berbeda-beda
demi kejayaan istana untuk ke depannya. Tidak semua yang terlihat dan mengalami
perubahan itu akan berpengaruh pada usia seseorang. Jika mengalami sakit tidak usah
berpikiran buruk akan kematian. Namun, harus menjaga kesehatan tubuh, minum obat,
dan memiliki semangat hidup yang berikutnya.
MAHRIT
RAJA
RAJA JATUH DIKURSI RODA YANG TEPAT PADA SAAT ITU DIDORONGKAN
OLEH JULIET. RAJA DITUTUPI DENGAN SELIMUT, DIBERINYA BOTOL
BERISIKAN AIR HANGAT
37
PENGAWAL
Saya mendengar bunyi-bunyi gemeretak sepanjang malam. Ada retak lebar dinding
tembok istana.
MARI
Tabib, apakah ada keterangan baru? Ia sudah agak membaik , kukira? Betul begitu? ada
tanda-tanda yang menunjukan hal itu, tabib?
TABIB
Tuanku Raja menunjukan gejala-gejala normal seperti penderita sakit lainnya, dan hal
ini tidak ada yang bisa merobahnya lagi. Sudah sewajarnya, begitulah keadaannya.
MAHRIT
Ayolah ikut! Masih tetap mencoba menolak. Dari mana dia mendapat semua semangat
ini? Jangan mencoba berbaring, jangan mencoba duduk. Tak ada alasan untuk
tersandung. Aku akan selalu menolongmu. Jangan takut.
38
BAB X
Dalam karyanya Eugene Ionesco kerap kali mengangkat tema-tema makna kesenduan
metafisis atas absurditas kondisi manusia. Pada naskah drama “Raja Mati” karya
Eugene Ionesco ini, bahwa pengarang ingin para pembaca untuk memahami bagaimana
seorang pengarang yang menampilkan situasi manusia (pengalaman manusia yang
bersifat subjektif), kediriannya, dan visinya mengenai dunia. Itu dapat dibuktikan dari
tokoh Raja yang dibuat oleh pengarang, dimana tokoh Raja yang mempunyai
keabsurdan dalam tingkah dan perilakunya.
39
BAB XI
Pendekatan pragmatis adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana
untuk menyampaikan tujuan tertentu pada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut dapat
berupa tujuan politik,pendidikan, moral, agama, atau tujuan yang lain.
" Rupanya kesehatan penduduk kita sangat parah. Usahakanlah menolong mereka.
Tabib, paling tidak cobalah perbaiki kondisi mereka. Paling sedikit nantinya mereka
bisa memelajari empat atau lima huruf yang ada dalam alphabet. Pada zaman dahulu
hukuman mati selalu dijatuhkan pada mereka yang cacat macam begini"
Dimana seorang raja yang begitu perhatian kepada rakyat sehingga ia mau untuk menata
kondisi rakyat agar menjadi lebih baik dari sebelumnya dan berusaha untuk
mengembalikan keadaan seperti semula untuk menajadi lebih baik.
Mungkin aku akan kembali lagi. Simpanlah jasad tubuhku di dalam sebuah istana negeri
berseri. Di atas sebuah singgasana yang agung, dan berikanlah sesajen berupa makanan-
makanan kontemporer yang enak-enak. Jangan lupa pemain suling dan gamelan
memainkan musiknya yang syahdu untukku. Di samping itu sekelompok perawan-
perawan suci bersujud tepat dekat kakiku yang telah dingin.
Dimana pada zaman kerajaan masih menggunakan sebuah sesajen untuk ucapan
terimakasih kepada leluhur. Dalam penggunaan sesajen termasuk salah satu kebudayaan
yang masih melekat pada manusia dan sampai sekarang menjadi kebiasaan untuk
melakukan ritual.
40
BAB XII
PENDEKATAN PEMERANAN
A. Pengertian Akting
Akting adalah segala kegiatan, gerak, atau perbuatan yang dilakukan oleh para
pelaku. Akting meliputi mimik, pantomim, dialog, dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan adegan aktor atau pemain drama.
41
BAB XIII
PENDEKATAN ARTISTIK
A. TataPanggung
Balairung istana, agak usang tampaknya. Gaya arsitekturnya mengesankan gaya
gothic. Di bagian tengah pentas menempel pada dinding belakang. Terdapat
undakan yang menuju ke tempat singgasana Raja. Di masing-masing sisinya, tapi
di downstage, terdapat beberapa kursi singgasana lainnya yang ukurannya lebih
kecil. Inilah tempat kedua permaisuri Raja.
Upstage, sebelah kiri, terdapat sebuah pintu kecil menuju ke kamar Raja. Di
sebelah kanan, masih di upstage, terdapat sebuah pintu lainnya lagi, juga berukuran
kecil. Di downstage dan masih di sebelah kanan, terdapat pintu berukuran besar. Di
antara kedua pintu di kanan ini terdapat sebuah jendela yang bergaya gothic.
Di sebelah kiri terdapat sebuah jendela lagi. Sedang di downstage, masih di bagian
kiri, terdapat sebuah pintu kecil.
B. Tata Lampu
Pada tahap adegan awal terdapat suasana yang tanang dengan menunjukkan lampu
berwarna kuning.
Pada tahap adegan konflik terdapat suasana yang menegangkan dengan
menunjukkan lampu berwarna merah
Pada tahap adegan akhir terdapat suasana yang menegangkan atau klimaks dengan
menunjukkan lampu berwarna biru gelap, dan berakhir menggunakan lampu kuning
kembali.
C. Tata Musik
Tata musik dalam drama Raja Mati saat bagian pembukaan menggunakan musik
yang dimainkan dengan lucu. Dan saat pertengahan dan akhir menggunakan alunan
musik yang mencengkam dengan menggunakan alat musik drum yang membuat
penonton menikmati suasana dalam drama.
42
D. Tata Busana
Ratu Mahrit : mengenakan mahkota, sedang jubah yang dikenakannya berwarna
lembayung, cuma tampak agak kusam dan sedikit usang.
E. Tata Rias
Semua tokoh menggunakan riasan natural kecuali Raja menggunakan riasan
seperti orang sakit.
43