Dosen Pengampu:
Jauhari Kumara Dewi, M.Pd
Disusun Oleh:Kelompok 5
Nella Anggraini (19591151)
Rike Lapenia (19591187)
Riski Anggraini (19591193)
Ritma Rinipta Abidah (19591194)
Santri Septia (19591199)
Selvi Dayana (19591207)
Septaria (19591210)
PGMI 4-G
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.....
Alhamdulillah puja dan puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. yang
telah membawa kita kejalan-Nya. Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan syafa’at
beliau di hari kelak. Amin.....
Penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik berkat jasa-jasa, bantuan, dan
motivasi melalui berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu.
Terakhir, penulis juga sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari para pembaca yang budiman sangat penulis harapkan demi perbaikan karya
ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita
semua, terutama bagi diri penulis sendiri. Amin ya robbal ‘alamin....
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................................. 1
Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
Manfaat Penulisan ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian drama.......................................................................................................... 2
Fungsi-fungsi seni drama............................................................................................... 3
Jenis-jenis seni drama................................................................................................... 6
Unsur-Unsur Seni drama.............................................................................................. 6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar belakang
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata – mata sebuah imitasi.
Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu
media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh
sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi
kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia
untuk mengungkapkan eksistensi dirinya.
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam
kategori Sastra adalah: Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama,
lukisan/kaligrafi.
Drama / teater adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang. Bahkan di zaman
ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang teater. Contohnya sinetron, film
layar lebar, dan pertunjukan – pertunjukan lain yang menggambarkan kehidupan makhluk
hidup.
Selain itu, seni drama juga telah menjadi lahan bisnis yang luar biasa. Dalam hal ini,
penyelanggara ataupun pemeran akan mendapat keuntungan financial serta menjadi terkenal,
tetapi sebelum sampai ke situ seorang penyelenggara atau pemeran harus menjadi insan yang
profesionalitas agar dapat berkembang terus.
Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis membuat makalah ini guna membantu para pembaca
yang ingin menekuni dunia drama.
2.Rumusan masalah
1.Apa pengertian dari seni drama?
2.Apa saja fungsi-fungsi dari seni drama?
3.Apa saja jenis-jenis seni drama?
4.Apa unsur-unsur dari seni drama?
3.Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian dari seni drama.
2.Untuk mengetahui fungsi-fungsi dari seni drama.
3.Untuk mengetahui jenis-jenis seni drama.
4.untuk mengetahui jenis-jenis drama.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak. Jadi
drama bisa berarti perbuatan atau tindakan. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak.
Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama.Drama bisa diwujudkan dengan
berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan
dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera.Tontonan drama memang menonjolkan
percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (akting) di panggung. Percakapan dan gerak-
gerik itu memeragakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat
langsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus membayangkan. Hal ini akan tampak
nyata bila kita bandingkan dengan cerita pendek atau novel. Pembaca cerita pendek atau novel
harus aktif membayangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi, gerak-gerik tokoh, dan
percakapannya. Namun, dalam drama hal itu tidak perlu dilakukan oleh penonton karena
semuanya sudah diperagakan/ditampilkan secara lengkap di atas panggung.
Drama sering disebut sandiwara atau teater. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa sandi
yang berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran. Sandiwara berarti ajaran yang disampaikan
secara rahasia atau tidak terang-terangan. Mengapa? Karena lakon drama sebenarnya
mengandung pesan/ajaran (terutama ajaran moral) bagi penontonnya. Penonton menemukan
ajaran itu secara tersirat dalam lakon drama. Misalnya, orang yang mcnebar kejahatan akan
menuai kehancuran.Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan
action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang
sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian
drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya. Novel, cerpen dan balada masing-masing
menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan
merupakan karya sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog; mungkin ada
semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan pedoman oleh
sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext atau teks utama; petunjuk
pementasannya disebut nebentext atau tek sampingan.
Contoh;
Sariasih ( bergegas masuk, membawa berita bagus ); Pikisa ! ( ia mengucapkan Pikisa, dengan
tekanan pada i ) Pikisa ! ( ia menunjuk labolatorium, berharap menemukan Pikisa disitu )
Mengapa, di mana….! (Pikisa menoleh kedalam ruangan).
Fase-fase dalam kurung diatas adalah petunjuk permainan untuk sutradara dan pemain. Ini
memandu para
aktor dan sutradara maupun tetang penataan perlengkapan panggung. George Bernard Shaw
( 1856 – 1950 ), pelopor realisme dalam sejarah drama Inggris, memberi petunjuk secara
panjang lebar pada nebentext-nya yang ditemukan dalam kebanyakan naskahnya karena ia
tidak ingin interprestasi lakon-lakonnya menyeleweng dari apa yang sebenarnya ia kehendaki.
Tidak adanya narasi dalam drama bisa digantikan oleh akting para pemain yang, dengan
menghubunkan diri mereka sendiri dengan perlengkapan, perlampuan dan iringan musik,
menciptakan suasan dan menghidupkan panggung itu menjadi dunia yang amat nyata.
Disamping itu, penjelasan tentang tokoh disampaikan melalui dialog antara tokoh yang
membicarakan tokoh lain. Pada puisi, daya ekpresi dan irama mentepati posisi yang dominan.
Oleh karena itu, puisi tidak bercerita. Jika balada bertumpu pada narasi, sebab sebenarnya
balada adalah kisah, atau cerita yang dinyanyikan. Contohnya, mahabarata dan ramayana
dalam bentuk tembang. Puisi yang dibaca dengan baik menjadi dramatik, seperti yang
dilakukan Rendra, aktor baik. Maka “Tidak tidak diragukan lagi drama kadang dianggap diambil
dari kata dramen yang berarti sesuatu untuk dimainkan.”Mungkin drama memperoleh hampir
semua efektivitasnya dari kemampuannya untuk mengatur dan menjelaskan pengalaman
manusia. Oleh karenanya, drama, seperti halnya karya sastra pada umumnya, dapat dianggap
sebagai interprestasi penulis lakon tentang hidup. Unsur dasar drama-perasaan,hasrat, konflik
dan rekonsilasi merupakan unsur utama pengalaman manusia.Dalam kehidupan nyata, semua
pengalaman emosional tersebut merupakan kumpulan berbagai kesan yang saling ada
hubungannya. Bagaimanapun juga, dalam drama, penulis lakon mampu mengorganisir semua
pengalaman ini ke dalam satu pola yang bisa dipahami. Penonton melihat materi kehidupan
nyata yang disajikan dalam bentuk yang padat makna dengan menghapus hal-hal yang tidak
penting dan memberi tekanan kepada hal-hal yang penting.
Penulis lakon menulis drama untuk dipentaskan, ia menulis drama itu dengan membayangkan
action dan ucapan para aktor diatas panggung. Jadi ucapan dan action yang terwujud dalam
dialog itu adalah bagian paling penting, yang tanpa itu drama bukan benar-benar sebuah lakon.
Karena itu, sebuah drama mewujudkan action, emosi, pemikiran, karakterisasi, yang perlu digali
dari dialog-dialog itu. Adalah satu keharusan bagi seorang sutradra untuk menganalisis drama
sebelum memanggugkan drama itu.
Dari penjelasan di alas agaknya dapat ditarik kesimpulan bahwa drama dalam masyarakat kita
mempunyai dua arti, yaitu drama dalam arti luas dan drama dalam arti sempit. Dalam arti luas,
drama adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukkan di depan
orang banyak. Dalam arti sempit, drama adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang
diproyeksikan ke atas panggung, disajikan dalam hentuk dialog dan gerak berdasarkan naskah,
didukung tata panggung, tata lampu, tata musik, tata rias, dan tata husana. Dengan kata lain,
drama dalam arti luas mencakup teater tradisional dan teater modern, sedangkan drama dalam
arti sempit mengacu pada drama modern saja.
B.Fungsi-fungsi seni drama
1.Hiburan
Drama dapat dijadikan sebagai sarana hiburan bagi khalayak ramai. Drama yang bersifat
komedi dapat membuat para penontonnya tertawa dan terhibur. Menonton drama dapat
dijadikan hiburan atau pelipur lara untuk mengisi waktu luang kita.
2. Menambah Pengetahuan dan Wawasan
Selain menjadi sarana hiburan, drama juga dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan. Karena
dramanya umumnya menceritakan tentang kehidupan atau kisah manusia, tentu didalamnya
terdapat berbagai nilai moral, pengetahuan, wawasan, dan sebagainya. Kita tentu sering
melihat drama yang berisi nilai-nilai kehidupan dimana nilai-nilai tersebut dapat kita terapkan di
kehidupan sehari-hari. Bukan hanya nilai-nilai kehidupan saja, drama juga sering
menyampaikan informasi berupa pengetahuan kepada penontonnya seperti drama mengenai
sejarah, alam, dan yang lainnya.
3. Menyampaikan Nilai Estetika
Agar drama yang dipertontonkan berjalan dengan maksimal, maka pertunjukan perlu
memenuhi nilai estetikanya. Keindahan didalam seni drama harus dipertunjukkan dengan baik
mulai dari gerakan, dialog, ekspresi, penataan, kostum, dan yang lainnya. Jika pementasan
drama hanya terlihat datar, tentu akan sulit menarik minat penonton dan pesan didalam drama
pun tidak tersampaikan dengan baik.
4. Mengajarkan Nilai Sosial
Karena umumnya bercerita tentang kehidupan manusia, drama banyak menyampaikan nilai-
nilai sosial seperti bagaimana cara hidup bermasyarakat yang baik, cara menghormati orang
lain, membangun hubungan yang baik di dalam masyarakat, dan yang lainnya.
3.Berdasarkan bentuknya
-Sandiwara
Sandiwara berasal dari dua kata bahasa jawa, yaitu sandi yang berarti rahasia dan warah yang
berarti ajaran. Sandiwara berarti suatu pengajaran yang diberikan secara rahasia dalam bentuk
tontonan.
-Teater rakyat
Teater rakyat adalah segala jenis tontonan yang dipertunjukan di depan orang banyak dan
bersifat kerakyatan. Seperti ketoprak dari jawa, lundruk dari jawa timur, arja dari bali, lenong
dari Jakarta, dan sebagainya.
-Opera
Opera adalah drama yang berisikan nyanyian dan music pada saat pementasanya. Nyanyian
digunakan sebagai dialog. Opera sering disebut drama musical.
-Sendratari
Sendratari adalah seni drama tari atau drama tanpa dialog dari pemainanya. Suasana dan
adegan dinyatakan dengan gerak yang berunsur tari. Sendratari sebagian besar diangkat dari
cerita-cerita klasik, seperti Ramayana dan mahabarata.
-Pantomim
Pantomim adalah pertunjukan drama tanpa kata-kata yang hanya dimainkan dengan gerak dan
ekspresi wajah biasanya diiringi music.
3)Setting
Setting diciptakan penulis/pengarang untuk memperjelas satuan peristiwa dalam cerita agar
menjadi logis atau konkretisasi sebuah tempat agar penonton, pembaca mempunyai
pembayangan yang tepat terhadap berlangsungnya suatu peristiwa. Selain itu, setting juga
diciptakan untuk menggerakan emosi atau kejiwaan pembaca atau penonton. Secara emottif
penonton atau pembaca diharapkan mempunyai daya khayal yang lebih dalam sesuai dengan
kedalaman-kedalaman pengalaman berfikirnya. Misalnya pelaku yang berada diantara deretan
pedagang-pedagang kaki lima, bukan di sebuah plasa atau supermarket, pembaca atau
penonton akan menagkap kesan kesedihan, bahkan kemiskinan. Setting atau tempat kejadian
cerita sering disebut juga latar cerita. Setting meliputi tiga dimensi:
a.Setting tempat
Setting tempat adalah tempat terjadinya cerita dalam drama. Setting tempat tidak dapat berdiri
sendiri. Setting tempat berhubungan dengan setting ruang dan waktu.
b.Setting waktu
Setting waktu adalah waktu atau zaman atau periode sejarah terjadinya cerita dalam drama.
Setting waktu juga terjadi di waktu pagi, siang, sore, atau malam.
c.Setting ruang
Setting ruang juga dapat berarti ruang dalam rumah atau latar rumah, hiasan, warna, dan
peralatan dalam ruang akan memberi corak tersendiri dalam drama yang dipentaskan. Misalnya
di ruang tamu keluarga modern yang kaya akan berbeda dengan ruang tamu keluarga
tradisional yang miskin.
4)Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan sebuah drama. Tema
dalam drama dikembangkan melalui alur, tokoh-tokoh dan perwatakan yang memungkinkan
adanya konflik, dan ditulis dalam bentuk dialog. Tema yang bisa diangkat dalam drama adalah
masalah percintaan, kritik social, kemiskinan, kesenjangan social, penindasan, ketuhanan,
keluarga yang retak, patriotism, dan renungan hidup.
BAB III
KESIMPULAN
Simpulan
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-
tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai
pengertian action. Drama dalam masyarakat kita mempunyai dua arti, yaitu drama dalam arti
luas dan drama dalam arti sempit. Dalam arti luas, drama adalah semua bentuk tontonan yang
mengandung cerita yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit, drama
adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas panggung, disajikan
dalam hentuk dialog dan gerak berdasarkan naskah, didukung tata panggung, tata lampu, tata
musik, tata rias, dan tata husana. Dengan kata lain, drama dalam arti luas mencakup teater
tradisional dan teater modern, sedangkan drama dalam arti sempit mengacu pada drama
modern saja.
Adapun unsur-unsur yang terkandung di dalamnya yaitu unsur intrinsik (unsur dalam) dan
unsur ektrinsik (unsur luar). Unsur-unsur intrinsik yaitu tokoh, penokohan, setting, tema, alur
atau plot, dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik dalam drama adalah unsur yang tampak,
seperti adanya dialog atau percakapan. Namun, unsur-unsur ini bisa bertambah ketika naskah
sudah dipentaskan. Seperti panggung, properti, tokoh, sutradara, dan penonton.
Daftar pustaka
Maryati, Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs kelas VIII, Semarang: CV.
Aneka Ilmu
Noor, Redyanto, dkk, 2004, Pengantar Pengkajian Sastra, Semarang: fasindo
Yuli eti, Nunung, dkk, 2005, Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Klaten:
Intan Pariwara