Makalah
Dosen Pengampu:
Dian Risdiawati, M.Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Ike Nur Janah (12210183056)
2. Eni Kusuma Nafiah (12210183067)
3. Arifuna Masfirotu Afifah (12210183079)
4. Faruq Abdillah (12210183090)
5B
JURUSAN TADRIS BAHASA INDONESIA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI TULUNGAGUNG
Oktober 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat taufik
dan hidayah-Nya kepada kita melalui Baginda Rosulullah SAW. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
karena dengan hidayah dan rahmat-Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul
Penyutradaraan ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur untuk
meningkatkan literasi. Makalah ini dapat selesai karena kontribusi dari seluruh
anggota kelompok dan bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung yang mendukung
dan memberi izin atas studi yang penulis jalani di fakultas ini.
2. Dr. Erna Iftanti, S.S., M.Pd.,selaku Ketua Jurusan Tadris Bahasa Indonesia
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung yang selalu memberi
bimbingan dan dukungan selama penulis menjalani studi di jurusan Tadris
Bahasa Indonesia.
3. Dian Risdiawati, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Apresiasi Drama
yang telah memberi pengarahan dan koreksi sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
4. Teman-teman TBIN 5B yang mendukung atas pengarahan dan kerja sama
dalam penyusunan makalah ini.
5. Semua pihak yang telah mendukung atas terwujudnya makalah ini.
Semoga jasa mereka diterima Allah SWT, dan tercatat sebagai amal shalih.
Dalam pengerjaan makalah ini, kami sudah berusaha sebaik mungkin, dan
semaksimal mungkin. tetapi dengan segala keterbatasan waktu, kemampuan, dan
pengetahuan. Kami sadar bahwa makalah ini masih belum sempurna. Maka dari itu,
saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan oleh
penulis.
ii
Akhir kata dari kami sebagai penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya
kepada kita semua, Amin.
Kelompok 4
iii
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan ..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Penyutradaraan dan Sutradara Pada Mulanya ..........................3
1. Sejarah Penyutradaraan ...................................................................3
2. Sutradara Pada Mulanya .................................................................5
B. Bekal Awal Sutradara ...........................................................................6
C. Tipe-Tipe Penyutradaraan .....................................................................9
D. Tugas-Tugas Sutradara dan Mekanisme Penyutradaraan ...................11
1. Tugas-Tugas Sutradara..................................................................11
2. Mekanisme Penyutradaraan ..........................................................17
BAB III PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................................19
B. Saran ....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menghadirkan teater ke atas panggung pertunjukan atau pementasan
adalah sebuah kerja sistemik. Seorang seniman teater pasti mengikuti
rangkaian alur atau rangkaian proses kreatif yang panjang. Berangkat dari
pengetahuan sampai pada kerja atau tataran kemanfaatan. Gagasan estetika
yang ditawarkan di atas panggung oleh seniman teater bisa
dipertanggungjawabkan dan keberhasilan akan mutu dari pertunjukan dapat
terukur. 1
Fenomena kehadiran teater di atas pertunjukan Indonesia pasti sudah tidak
asing lagi. Di Indonesia sendiri dikenal dengan adanya teater tradisional, teater
modern, dan teater kontemporer. Beranjak dari hal tersebut, teater sendiri lahir
sebagai bentuk karya atau hasil aktifitas pertunjukan lakon yang berangkat dari
naskah ataupun tidak.
Naskah sebagai karya sastra menciptakan ruang apresiasi yang tidak
terbatas. Naskah bisa lahir hanya sebagai bentuk karya sastra yang dibaca
sebagai teks sastra atau lahir sebagai sebuah konsep pertunjukan. Jika teater
atau pertunjukan berangkat dari naskah maka seniman teater harus mampu
mengenal naskah drama dengan lebih detail, baik dilihat dari konsep, gaya dan
nilai estetis yang terkandung di dalamnya.2
Menghadirkan teater ataupun drama ke panggung pementasan pun
pastinya tidak lepas dari peran seorang sutradara di dalamnya. Sutradara
bersama timnya bekerja keras untuk menampilkan pementasan yang baik
bahkan spektakuler di hadapan penonton. Tetapi, sekalipun sutradara bekerja
sama dengan timnya, sosok yang paling bertanggung jawab dalam pementasan
1
Suroso, Drama: Teori dan Praktik Pementasan, (Yogyakarta: Elmatera Publisher, 2015), hal 109.
2
Ibid,
1
2
sebuah drama ataupun teater dari awal hingga akhir pementasan adalah
sutradara.
Pada bab pembahasan makalah ini akan mengulas lebih jauh
bagaimanakah peran sutradara di balik sebuah pementasan. Mulai dari awal
sejarah adanya penyutradaraan, sutradara pada mulanya, bekal awal sutradara,
tipe-tipe sutradara, serta apa sajakah tugas-tugas yang harus di lakukan oleh
seorang sutradara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimakah Sejarah Penyutradaan dan Sutradara pada Mulanya?
2. Apa sajakah bekal awal yang harus dimiliki sutradara?
3. Apa sajakah tipe-tipe penyutradaraan?
4. Bagaimakah tugas-tugas sutradara dan mekanisme penyutradaraan?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mendeskripsikan sejarah penyutradaraan dan sutradara pada
mulanya.
2. Untuk mendeskripsikan apa sajakah bekal awal yang harus dimiliki oleh
sutradara.
3. Untuk mendeskripsikan apa sajakah tipe-tipe sutradara.
4. Untuk mendeskripsikan tugas-tugas sutradara dan mekanisme
penyutradaraan.
BAB II
PEMBAHASAN
3
Tato Nuryanto, Apresiasi Drama, (Depok: Rajawali Press, 2017), hal 179.
3
4
4
Dina Gasong, Apresiasi Sastra Indonesia, (Yogyakarta; Deepublish, 2019), hal 198-199.
5
Tato Nuryanto, Apresiasi…, hal 179-180
6
Dina Gasong, Apresiasi Sastra…, hal 199.
5
Hal tersebut juga yang membuat kerja seorang sutradara dimulai sejak
merencanakan sebuah pementasan hingga teater dipentaskan.7
Begitu pun halnya dengan negara kita, Indonesia. Dalam penggarapan
sebuah drama tradisional, kurang lebih dua abad yang lalu, belum ada
sutradara. Berkaitan hal tersebut, dalam drama tradisional di Indonesia,
masing-masing aktor bermain secara improvisasi. Jadi, pada saat itu yang
ada hanyalah manajer dan produser.8
2. Sutradara Pada Mulanya
Sebagaimana dalam seni lukis, seni tari, seni musik, seni sastra, atau
cabang seni yang lain, tentu harus ada penciptanya atau kreatornya. Tak
ada lukisan tanpa ada pelukisanya sebagai pencipta. Tak ada tari tanpa ada
koreografer sebagai penciptanya. Tak ada musik tanpa ada musisinya
sebagai penciptanya. Begitu juga tak ada karya sastra tanpa sastrawan.
Pelukis, koreografer, musisi, dan sastrawan harus ada dahulu sebelum
tercipta karya seni. Maka tak ada karya teater tanpa ada seseorang yang
menciptakan, mengreasikan, dan mewujudkannya ke depan penonton.
Namun demikian, sutradara bukanlah sosok sendirian yang berdiri
sendiri. Sutradara harus memiliki tim kreator yang lain, yang disebut
dengan Tim Proses Kreatif Teater, seperti: aktor, penata cahaya, penata
panggung, penata busana dan rias, penata musik, penata artistik, dan
sebagainya. Keberadaan mereka juga sangat penting dalam keberhasilan
sebuah pertunjukan teater. Di bawah kepemimpinan sutradara, mereka
diintegrasikan ke dalam suatu kolektivitas kreatif. Sutradara adalah seorang
pemimpin dalam kerja teater. 9
Menurut Riantiarno yang dikutip oleh Suhariyadi10, menyebutkan jika
sebagai pemimpin, seorang sutradara bertanggung jawab menyatukan
7
Dina Gasong, Apresiasi Sastra…, hal 198-199.
8
Tato Nuryanto, Apresiasi…, hal 180
9
Suhariyadi, Dramaturgi, (Lamongan; Pustaka Ilalang Group, 2014 cet 1), hal 152-153.
10
Ibid, hal 152.
6
11
Ibid,
12
Ibid, hal 153.
13
Ibid, hal 154-156.
7
masih menjadi seorang aktor, bukanlah aktor yang baik. Tetapi karena
pengalamannya tersebut, memiliki pengetahuan bagaimana berteater yang
baik atau mungkin ia seorang alumni pendidikan teater lantas menjadi
seorang sutradara.
2. Seorang sutradara haruslah memiliki kemampuan bersastra. Naskah drama
yang akan diproses dalam pertunjukan teater merupakan genre sastra.
Seorang sutradara mesti menganalisis dan menginterpretasi naskah drama
yang akan digarapnya. Penafsiran dan analisis naskah drama merupakan
kerja awal sebelum proses penyutradaraan berlangsung lebih lanjut.
3. Seorang sutradara haruslah mempunyai konsep. Konsep dalam konteks ini
adalah pandangan, keyakinan, dan sikap tentang profesi itu. Konsep itulah
yang kemudian menuntun seorang sutradara untuk menentukan,
memikirkan dan memutuskan apa yang terbaik bagi proses kerja
penyutradaraannya. Konsep seorang sutradara adalah sebuah pilihan yang
diyakini dan dipandang sebagai sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi
semua pihak; khususnya bagi dirinya sendiri dalam setiap prosesnya.
4. Seorang sutradara haruslah memiliki kemampuan manajerial. Sebagai
seorang pemimpin, sutradara pada dasarnya adalah seorang manajer.
Dialah yang merencanakan, mengkoordinasi, mengevaluasi, mensolusi
semua problema, dan mengontrol proses penggarapan pertunjukan teater.
Tanpa manajemen yang baik, akan banyak hambatan dan persoalan yang
muncul.
5. Seorang sutradara haruslah memiliki pengetahuan sosiopsikologi.
Pertunjukan teater di atas panggung merupakan refleksi dari sosial dan
psikologis manusia. Akting, karakterisasi, dan sarana panggung
merupakan simbol-simbol bermakna kontekstual.
Pendapat lain yang disebutkan oleh Prasetyo, jika dalam sebuah produksi
sutradara harus benar-benar menjadi sentral, semua departemen memiliki
kewajiban mengkoordinir kehendak sutradara ketika menginterpretasikan
8
14
Andy Prasetyo, Bikin Film itu Gampang, (Jawa Tengah: Bengkel Sinema, 2011), hal. 25-26.
9
C. Tipe-Tipe Sutradara
Sebagai seorang pemimpin, sutradara harus mempunyai pedoman yang
pasti sehingga bisa mengatasi kesulitan yang timbul. Menurut Harymawan
yang dikutip oleh Karyadi dan Ramadhani15, menyebutkan ada beberapa tipe
sutradara dalam menjalankan penyutradaraanya, yaitu.
1. Sutradara Konseptor, yaitu sutradara yang menentukan pokok penafsiran,
menyarankan konsep penafsirannya kepada pemain dan pekerja artistik
yang lain. Pemain dan pekerja artistic dibiarkan mengembangkan konsep
itu secara kreatif. Tetapi tetap terikat kepada pokok penafsiran tersebut. Ia
akan mengarahkan atau mengontrol jalannya proses latihan agar tidak
melenceng dari konsep awal yang telah ditentukan.
2. Sutradara Dictator, yaitu sutradara yang mengharapkan pemain dicetak
seperti dirinya sendiri, tidak ada konsep penafsiran dua arah. Ia
mendambakan seni sebagai dirinya. Sutradara tipe ini biasanya sangat detil
dan selalu mencari kesempurnaan. Ia tidak akan mentolerir satu kesalahan
kecil sekalipun. Semua yang ada di atas panggung harus benar-benar
sesuai yang ia inginkan. Karya teater yang dihasilkan kemudian memang
adalah karyanya sehingga pendukung pementasan yang lain baik itu
pemain atau pekerja artistik hanyalah pembantu usahanya semata.
3. Sutradara Koordinator, yaitu sutradara yang menempatkan diri sebagai
pengarah atau yang mengkoordinasikan segenap pemain dengan konsep
pokok penafsirannya. Bahkan ia juga mengkoordinasikan semua unsur
yang terlibat. Peran utamanya lebih sebagai pengawas proses yang
memastikan proses kerja itu memang benar-benar berlangsung dan semua
bekerja sesuai tugasnya. Meskipun sutradara semacam ini membuka
kemungkinan untuk perubahan konsep namun ia tetap tegas dalam meraih
target yang akan dicapai.
15
Agung Cahya Karyadi dan Sulistyani Putri Ramadhani, Pengembangan Keterampilan Sendratasik
untuk Guru Sekolah Dasar, (Jakarta: Universitas Trilogi, 2020 cet 1), hal 96-99
10
16
Tato Nuryanto, Mari Bermain Drama Kebahagiaan Sejati, (Cirebon:Syariah Nurjati Press, 2014),
hal 51-52.
11
17
Egitama, Mari Mengenal Drama, (Surakarta:CV Teguh Karya, 2017), hal 16.
18
Suhariyadi, Dramaturgi…, hal 157.
12
19
Tato Nuryanto, Apresiasi…, hal 193
20
Ibid,
13
3) Karakter Tokoh.
Analisis karakter tokoh, harus dilakukan dengan
mendetail oleh sutradara, agar mendapatkan gambaran watak
sejelas-jelasnya.21
4) Latar Cerita.
Analisis latar harus di ungkap sejelas-jelasnya, karena hal
ini berkaitan dengan tata artistic pada saat pementasan.22
b. Interpretasi
Setelah menganalisis naskah drama di atas dan mendapatkan
gambaran lengkap mengenai isinya, maka sutradara melakukan
interpretasi. Dalam proses interpretasi ini hasil analisis dasar
mengalami penyesuaian artistik yang digagas oleh sutradara.
Proses ini bisa disebut sebagai proses asimilasi (perpaduan) antara
gagasan kreatif sutradara dan pengarang dalam karyanya. Seorang
sutradara tentu memiliki konsep astistik tertentu yang akan
diwujudkan dalam pementasan. Pengarang juga memiliki gagasan,
pesan, dan amanat dalam naskah dramanya.
Proses interpretasi ini biasanya menyangkut unsur latar, pesan,
dan karakterisasi, yang dijelaskan sebagai berikut.
1) Latar, yaitu Adaptasi terhadap tempat kejadian peristiwa
dalam naskah sesuai dengan situasi, kondisi, dan gagasan
sutradara.
2) Pesan. Sutradara memberi penekanan pesan naskah drama
dengan tata artistik yang digagasnya. Bisa melalui laku aksi
aktor di atas pentas, atau mungkin melalui unsur-unsur pentas
yang lain, sehingga diperlukan visualisasi secara detil terhadap
unsur-unsur yang dipilih untuk penonjolan pesan tersebut.
21
Ibid,
22
Ibid,
14
23
Ibid, hal 196-197.
15
24
Ibid,
25
Suhariyadi, Dramaturgi…, hal 163-164.
16
26
Tato Nuryanto, Apresiasi…, hal 214-218.
18
A. Simpulan
1. Pada sejarahnya, sutradara lahir dari proses peremajaan pemain yang
dilakukan oleh para aktor yang sudah memiliki banyak pengalaman. Serta
adanya sutradara pertama kali digunakan oleh rombongan teater yang
didirikan di Berlin.
2. Pementasan sebuah drama atau teater tidak lepas dari adanya penciptanya
di balik sebuah pementasan. Yaitu sosok sutradaralah yang merupakan
pencipta dari sebuah pementasan yang dilakukan bersama tim kreatifnya.
3. Sebelum menjadi seorang sutradara yang berperan di balik sebuah
pementasan, seseorang haruslah mempunyai bekal untuk melaksanakan
tugas-tugas seorang sutradara yang sangatlah tidak mudah, tetapi tanggung
jawabnya sangat berat.
4. Seorang sutradara pastinya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda,
hal tersebut juga berpengaruh pada proses bekerjanya, sehingga
menjadikan adanya tipe-tipe sutradara.
5. Sutradara sebagai pemimpin dalam pementasan drama bertanggung jawab
terhadap kesuksesan pementasan drama, ia harus membuat perencanaan
dan melaksanakannya, tugas sutradara juga sangat banyak dan cukup berat.
6. Dalam sebuah pementasan drama sangat diperlukan sebuah organisasi dan
mekanisme yang sangat baik dari kepiawaian seorang sutradara agar
pelaksanaan pementasan berjalan dengan lancar dan sukses. Mekanisme
penyutradaraan ini mulai dari produser, sutradara, hingga penata dekorasai
mempunyai tuga-tugas yang sangat berpengaruh dalam sebuah pementasan
drama.
19
20
B. Saran
1. Sebelum menampilkan suatu pementasan drama, seorang sutradara harus
menganalisis berbagai hal yang menyangkut sebuah pementasan, mulai
dari memilih tim kreatifnya hingga memilih pemeran yang akan menjadi
lakon dalam sebuah pementasan
2. Seorang sutradara haruslah mampu menjadi pemimpin dalam sebuah
pementasan drama. Pemimpin ini maksutnya mulai dari memimpin,
memilih, melatih, menjadi teman, dll. Dalam sebuah pementasan drama.
DAFTAR PUSTAKA