Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“TEKNIK TIMING DAN TAKARAN DALAM PEMERANAN”

Diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester perkuliahan Apresiasi


Drama Indonesia
Yang dibina oleh Andria Catri Tamsin, M.Pd.

ENIA LISTIKAL
19016019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat,
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah Apresiasi Drama Indonesia. Selain itu, pembuatan makalah ini
juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Makalah ini berisikan tentang "Teknik timing dan takaran dalam
pemeranan". Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman, maka saya yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Padang , 9 Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I ........................................................................................................................1
PENDAHULUAN .....................................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
C. Tujuan ...........................................................................................................2
BAB II ......................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................3
A. Pengertian Pemeranan ...................................................................................3
B. Unsur Pemeranan ..........................................................................................3
a) Lakon .........................................................................................................3
b) Unsur Penokohan .......................................................................................4
c) Unsur Tubuh ..............................................................................................4
d) Unsur Suara ...............................................................................................4
e) Unsur Penghayatan ....................................................................................4
f) Unsur Ruang ..............................................................................................5
g) Unsur Kostum ............................................................................................5
h) Unsur Property ...........................................................................................5
i) Unsur Musikal............................................................................................5
C. Teknik Timing dalam Pemeranan..................................................................5
D. Takaran Pemeranan ................................................................................... 10
BAB III .................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................. 12
A. Kesimpulan ................................................................................................. 12
B. Saran .......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengawali pembelajaran seni teater, pemeranan merupakan salah
satu unsur penting dalam seni teater. Alangkah baiknya, kamu mengetahui
dan memahami keberadaan diri sendiri dan orang lain dalam lingkungan;
rumah tinggalmu, masyarakat sekitar dan sekolahmu. Setiap waktu kamu
belajar dan beribadat, setiap hari kamu sekolah kecuali hari libur, setiap
minggu aku berkumpul dengan keluarga, setiap bulan kamu minta uang
untuk liburan. Kamu kini, mencapai usia remaja memiliki peran dan
kedudukan yang sama dengan teman kamu yaitu, sebagai; anak dari orang
tuamu,warga masyarakat dari lingkungan sekitarmu dan siswa dari
sekolahmu. Rentang usiamu adalah pengalaman dari hidupmu.
Pengalamanmu sangatlah berbeda dengan temanmu. Tetapi semua orang,
mendamba kehidupan damai dan penuh cinta kasih antar sesamanya. Namun
kenyataan yang ada,dan kamu rasakan tidaklah demikian. Setiap saat,
gejolak membayangi kedamaian. Cinta kasih terkubur karena salah paham,
ambisi, angkuh,kesombongan, dst. Ambisi pribadi dan keserakahan manusia
menentang kenyataan menjadi watak seseorang, hingga timbul pertentangan
(konik) antar sesama atau dengan lingkungan karena tanpa kepasrahan dan
kesabaran peran dalam memaknai hidup.
Peran dengan perwatakan orang-orang disekitarmu termasuk kamu,
dengan memperhatikan; status sosial, sik, psikis, kecerdasan dan mental
spiritual yang nampak cenderung bersifat relatif, khas, unik, dan beragam.
Keragaman Dan keunikan orang-orang bersifat hitam putih, canda serius,
tinggi pendek,cantik jelek, jahat baik tersebut adalah watak atau karakteristik
manusia sebagai identitas tokoh dari cerita dalam kehidupan nyata. Watak
atau karakteristik orang atau tokoh yang khas, unik dan mempesona biasanya
sangat berkesan dalam ingatanmu. Begitu pula dengan orang lain ketika
melihat kamu dalam berperan di masyarakat atau membawakan peran atau
pemeranan dalam suatu penokohan cerita teater.
Dengan kesadaran dan berperan aktif dalam kehidupan di masyarakat
dengan menghormati kelebihan dan kelemahan potensi seseorang termasuk
kemampuan kamu dan teman kamu adalah inti dalam memaknai peran hidup
dalam keragaman dan kekhasan (keunikan). Manusia sebagai sumber
rangsang kreativitas dan modal dasar mendalami seni peran
(pemeranan)dalam pembelajaran seni teater yang akan kamu alami.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemeranan?
2. Apa saja unsur-unsur pemeranan?
3. Apa yang dimaksud dengan teknik timing?
4. Bagaimana bentuk teknik timing?
5. Apa saja takaran dalam pemeranan?

C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan konsep pemeranan
2. Memberikan wawasan dan pengetahuan kepada pembaca mengenai
pemeranan
3. Menjelaskan takaran dalam pemeranan
4. Mendeskripsikan teknik timing dalam pemeranan
5. Memaparkan unsur-unsur dalam pemeranan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemeranan
Pemeranan Dalam Sebuah Seni Teater merupakan unsur penting
dalam seni teater. Pengertian seni mengandung arti keindahan (estetik)
atau kehalusan budi pekerti, oleh karena itu seni selalu menawarkan
keindahan bentuk dan kehalusan pesan atau nilai moral. Pengertian teater
(Theatron, Inggris) secara umum dapat diartikan sebagai “ Gedung
Pertunjukan” dan Teater pun dapat dikatakan semua jenis pertunjukan,
baik menggunakan media pertunjukan langsung (seni tari, seni musik, seni
drama) maupun tidak langsung atau seni rekam: sinematografi, TV Play
dan film. Teater dalam pengertian khusus dapat diartikan sebagai drama.
Kata drama sendiri diambil dari bahasa Yunani “ draomai” atau “to act to”
dalam bahasa Inggris yang berarti berbuat, melakukan atau bertindak atau
berbuat menjadi atau berbuat seolah-olah menjadi di luar dirinya. Dari kata
“to act” lahirlah istilah actor yakni pemeran pria dan actress, pemeran
wanita. Oleh karenanya berbicara masalah pemeran yang memiliki
padanan; pemain, pelaku, dan tokoh. tidak dapat dipisahkan dengan
pemeranan sebagai ilmu dan seni dalam seni teater.
Istilah pemeranan disebut juga dengan seni peran,atau seni akting.
Seorang pemeran dalam melakukan pemeranannya dikenal dengan sebutan
aktor, aktris, pemain, tokoh, dst. Aktor, aktris,pemain, tokoh merupakan
inti dalam seni peran dan seni teater pada umumnya. Oleh karenanya,
tanpa seorang pemeran seni pertunjukan tidak akan hadir dihadapan kita.

B. Unsur Pemeranan

a) Lakon
Kedudukan lakon, cerita, atau naskah ini merupakan unsur
terpenting dalam seni pertunjukan yaitu sebagai nyawa dalam menjalin
hubungan cerita atau struktur cerita. Lakon inilah yang akan
dibawakan pemeran dalam menerapkan seorang tokoh atau peran
dalam lakon tersebut.
Lakon merupakan hasil karya pameran, seniman, atau juga
sastrawan yang diwujudkan ke dalam pentas seni pertunjukan, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Lakon inilah yang menjadi

3
sumber ide, gagasan, dan juga pesan moral untuk berkreativitas dengan
karya seni pertunjukan.

b) Unsur Penokohan
Penokohan merupakan unsur penting dari pemeranan yang
bersumber dari lakon yang ditulis oleh pengarang. Penokohan dalam
seni pertunjukkan dibagi menjadi beberapa kedudukan, seperti
protagonis, antagonis, deutragonis, foil, confident, tritagonis,
raisonneur, dan utility.
Karakter yang dimiliki tokoh atau pemeran di dalam lakon
dihadirkan pengarang berupa ciri, tanda, identitas yang secara khusus
sifatnya pencitraan sebagai simbol. Simbol-simbol tersebut bisa berupa
fisik, status sosial, psikis, religi, dan intelektual.

c) Unsur Tubuh
Tubuh yang memiliki perangkat anggota badan dan ekspresi
wajah merupakan unsur penting yang dilakukan pelatihan. Tujuan
pelatihan ini adalah untuk membentuk aktor agar memiliki stamina
yang kuat, kelenturan, dan kepekaan tubuh. Tujuan tersebut bisa
tercapai, seorang pemeran harus rajin melakukan latihan olah tubuh
agar tubuh pemeran bisa tampil maksimal saat pertunjukan.

d) Unsur Suara
Suara dikeluarkan oleh indra mulut dan hidung melalui rongga
dan pita suara yang bertujuan untuk menyampaikan pesan pemeranan
melalui pengucapan kata-kata. Unsur suara ini sebagai sarana dalam
pemeranan seni pertunjukan yang memiliki manfaat dalam menunjang
seni pertunjukan. Hal ini bisa dimaksimalkan dengan melakukan
pelatihan terhadap unsur-unsur anggota tubuh yang ada kaitannya
dengan pengucapan dan juga pernapasan.

e) Unsur Penghayatan
Penghayatan atau penjiwaan merupakan pengisi suasana
perasaan ke dalam pemeranan saat membawa peran tokoh sesuai
dengan lakon yang dipertunjukkan.
Unsur penghayatan ini bisa muncul tergantung dari upaya
pengalaman pemeranan dalam mengasah kepekaan hatinya yang
membuat munculnya kesadaran rasa simpati dan empati kepada orang
lain.
Latihan yang bisa dilakukan untuk memperoleh penghayatan ini
bisa dengan pengaturan emosi melalui teknik olah rasa.

4
f) Unsur Ruang
Ruang dalam pemeranan adalah unsur yang menunjukkan
mengenai tempat pemeran dalam memainkan peranan. Hal ini bisa
berbentuk pengolahan posisi tubuh dengan jarak rentangan tangan
dengan anggota badan lainnya. Ruang sendiri secara umum
merupakan tempat atau wilayah untuk bermain peran dalam
melakukan gerak diam atau berpindah.

g) Unsur Kostum
Kostum dalam seni pertunjukan merupakan perlengkapan yang
dikenakan, menempel, dan mendandani pemeran untuk memperindah
tubuhnya yang sesuai dengan tokoh yang diperankan. Kostum sendiri
meliputi unsur busana, rias, dan aksesoris yang bertujuan untuk
memperkuat watak tokoh.

h) Unsur Property
Unsur property merupakan peralatan yang digunakan oleh
pemeran, baik yang melekat di tubuh maupun yang tidak melekat di
tubuh. Tujuan adanya unsur property ini adalah untuk menguatkan
karakter seorang pemeran di atas panggung.

i) Unsur Musikal
Unsur musikal merupakan suatu unsur pengisi, penguat, dan
pembangun suasana pemeranan di atas panggung. Unsur musikal ini
meliputi irama suasana hati, irama vokal, suara pengucapan pemain,
dan irama musik. Semua suara tersebut diperdengarkan kepada
penonton demi mendukung suasana pemeranan yang sedang
dipertunjukkan.

C. Teknik Timing dalam Pemeranan


Timing dalam pemeranan tidak terkait dengan kecepatan seperti
halnya dalam olahraga, melainkan ketepatan. Teknik timing adalah teknik
ketepatan waktu antara aksi tubuh dan aksi ucapan atau ketepatan antara
gerak tubuh dengan dialog yang diucapkan (Santosa, 2008: 340). Dalam
konteks hubungan antara gerak dan ucapan ada tiga macam timing.
Pertama, gerakan dilakukan sebelum ucapan. Kedua, gerakan dilakukan
sambil mengatakan ucapan. Ketiga, gerakan dilakukan setelah ucapan
(Rendra, 2013: 43).

5
Rendra menjelaskan bahwa timing semacam itu mempunyai akibat
yang khusus. Ia bisa dipakai untuk memberikan tekanan atau
menghilangkan tekanan. Ada dua akibat yang bisa ditimbulkan dari fungsi
ini. Pertama, apabila gerakan itu erat sekali berhubungan dengan kata yang
diucapkan, tetapi dengan jarak antara seketika, maka efeknya akan lebih
memberikan tekanan kepada kata yang diucapkan. Kedua, apabila gerakan
dilakukan sementara kata diucapkan, maka pemain yang melakukan hal itu
akan lebih banyak mendapatkan tekanan pada emosi, dan juga ia akan
lebih menonjol di antara pemain lain di atas panggung, tetapi kata-kata
yang diucapkan kurang mendapat tekanan atau dalam banyak hal menjadi
tidak penting lagi artinya. Selain itu, timing bisa pula dipakai untuk
menjelaskan alasan suatu perbuatan, apabila satu gerakan dilakukan
sebelum atau sesudah kata-kata diucapkan (Rendra, 1985: 35).
Apa yang disampaikan Rendra di atas lebih mengarah kepada
tindakan fisik terkait aksi yang dilakukan. Timing digunakan untuk
menegaskan (menekankan) ucapan, emosi atau motif yang mendasari
sebuah perbuatan. Sebuah gerakan yang dilakukan langsung setelah satu
kata terucap dapat diartikan sebagai penegasan kata tersebut sebagaimana
dalam cuplikan adegan di bawah ini.

PADA SEBUAH PERTEMUAN


Arja : Daryat, apa yang akan kau katakan sekarang?
Daryat : Ehh.. begini pak. Sewaktu saya mengerjakan penggalian saya...
ehh…saya...
Arja : Anda mengapa, hmm? Katakan saja!
Daryat : Saya.. ehhh... bagaimana ya.. emm, maksudnya.. waktu itu saya...
Arja : Daryat! Aku tidak suka kau berbelit-belit semacam itu. Sekarang
katakan saja dengan singkat, apakah kau berhasil menemukan harta
itu?
Arja : Anda gagal kan? Iya Kan?! Daryat : Eh.. iya pak.
Arja : Daryat! Pergi anda sekarang dan jangan datang kembali ke sini!
(MENGGERAKKAN TANGAN MENGUSIR)

Gerakan tangan seketika yang dilakukan oleh Arja setelah ia


selesai berucap merupakan penegasan dari kalimat “Pergi anda sekarang
dan jangan datang kembali ke sini!”. Arja mengusir Daryat karena tidak
berhasil melakukan sebuah pekerjaan. Gerak ini sangat mendukung makna
ucapan atau tekanan kata dalam kalimat dan harus dilakukan dalam jarak
antara yang seketika. Jika Arja menggerakkan tangannya setelah beberapa
saat, maka penekanan atau penegasan yang dilakukan kurang kuat.

6
Penegasan kata yang dilakukan Arja akan berubah menjadi penegasan
emosi jika yang dilakukannya sebagai berikut.

Arja : Daryat! (MENENDANG KURSI) Pergi anda sekarang dan jangan


datang kembali ke sini! (KEMBALI MENENDANG KURSI)

Gerakan menendang kursi tidak ada kaitan atau berbeda artinya


dengan kata “pergi”, namun menggambarkan kemarahan pada diri Arja
karena Daryat gagal dalam pekerjaannya. Jika gerakan tangan dalam
contoh adegan pertama lebih menekankan pada tindak pengusiran yang
dilakukan Arja terhadap Daryat, maka gerakan menendang kursi pada
contoh adegan berikutnya lebih menekankan kemarahan pada diri Arja.
Namun, meskipun marah kata-kata yang diucapkan harus jelas terdengar.
Rendra menyampaikan, dalam hal gerakan yang dilakukan pada
saat berbicara lebih menunjukkan sisi emosional, bukan menekankan kata,
bisa terjadi pada saat-saat tertentu saja. Karena, kejelasan kata
bagaimanapun juga harus tetap dijaga agar jelas maksudnya meskipun
tidak mendapatkan penekanan. Oleh karena itu, dalam teknik ini ketepatan
antara gerakan dan emosi harus terjadi. Sebab, banyak sekali pemeran
yang ketika beraksi selalu menggerakkan anggota tubuh namun tanpa
makna atau penekanan khusus. Akibatnya, kata yang diucapkan tanpa
tekanan dibarengi gerakan penggambaran emosi yang kabur sehingga
menjadikan aksi tiada arti. Perhatikan cuplikan adegan di bawah.

Seseorang : (SAMBIL MENGIBAS-IBASKAN TANGANNYA) Ahh..


sudah sudah! (SAMBIL MENGIBASKAN TANGANNYA) Semua tidak
ada yang becus!. Anda! (SAMBIL MENUNJUK), juga anda! (SAMBIL
MENUNJUK), dan kalian semua (SAMBIL MEMBUKA TANGAN)
tidak becus! (SAMBIL MENGGERAKKAN TANGAN KE KANAN
DAN KE KIRI) Akulah yang memimpin sekarang (SAMBIL MENEPUK
DADA), ya... aku!! (SAMBIL MENEPUK DADA).

Adegan di atas menunjukkan bahwa, gerakan yang dilakukan tokoh


lebih menggambarkan emosi daripada kata yang diucapkan. Hal ini bisa
terjadi karena kata atau kalimat yang dilontarkan tidak panjang dan
berulang-ulang sehingga gerakan yang dilakukan ketika ia berbicara lebih
mudah ditangkap oleh mata penonton. Kondisi seperti inilah yang
dimaksudkan oleh Rendra. Teknik timing lebih menekankan emosi melalui
gerakan yang dilakukan ketika berbicara.
Akan tetapi dalam kondisi atau peristiwa yang lain banyak gerak
yang dilakukan oleh tokoh peran tidak harus melemahkan makna kata.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai orang-orang yang

7
berbicara sambil mengerjakan sesuatu. Pada saat itu baik gerak atau
ucapan sama-sama mendapatkan tekanan. Artinya, apa yang diucapkan
harus jelas terdengar dan dipahami oleh lawan bicara sementara pekerjaan
yang dilakukan tetap berjalan. Baru pada hal tertentu, penekanan bisa
dilakukan baik melalui kata-kata, gerakan, atau kata dan gerak secara
bersama-sama. Untuk penekanan semacam ini, teknik timing harus
dibarengi dengan jeda. Perhatikan cuplikan adegan di bawah.

SARMI DAN MURNI SEDANG BERCAKAP-CAKAP SAMBIL


MENYULAM
Sarmi : (SAMBIL TERUS MENYULAM) Mur, hari Sabtu kemarin anda
pergi kemana?
Murni : (SAMBIL TERUS MENYULAM) Biasa Mi, aku pergi ke rumah
Darsih. Soalnya kan dia minta diajari menyulam. Ya hitung-hitung
daripada nganggur.
Sarmi : (SAMBIL TERUS MENYULAM) Lho? Bukankah ia sekarang
sudah bekerja di kantor?
Murni : (SAMBIL TERUS MENYULAM) Memang. Tapi katanya untuk
mengisi waktu luang sekalian mengembangkan diri. Siapa tahu
suatu saat nanti bisa menghasilkan tambahan ekonomi katanya.
Sarmi : (SAMBIL TERUS MENYULAM) Darsih itu orangnya memang
tekun.Waktu sekolah dia juga rajin. Hari-harinya dihabiskan untuk
belajar. Karena itu pula sampai sekarang ia belum punya pasangan.
Murni : (SAMBIL MENYULAM) Tapi sekarang lain Mi.
(MENGHENTIKAN SULAMANNYA) Anda tahu tidak, Darsih
sudah punya pacar sekarang.
Sarmi : (MENGHENTIKAN SULAMANNYA) Benar begitukah?
(MENDEKAT KE MURNI) Trus siapa pacarnya?

Cuplikan adegan di atas menggambarkan bahwa ketika berbicara,


Sarmi dan Murni sambil terus menyulam. Pada kondisi ini tidak ada yang
ditekankan secara khusus baik gerak maupun dialog. Semua harus
dilakukan dengan jelas. Gerak menyulam yang dilakukan sebagai
identifikasi bahwa Sarmi dan Murni adalah penyulam. Sementara
percakapan yang dilakukan keduanya merupakan pengenalan atau
pemaparan tokoh Darsih kepada penonton. Kedua hal ini, baik identifikasi
diri Sarmi dan Murni serta informasi diri mengenai siapa itu Darsih
sangatlah penting. Oleh karena itu, gerak menyulam dan dialog harus
sama-sama jelas.
Penekanan kata baru terjadi ketika Murni memberitahukan bahwa
Darsih sudah punya pacar. Untuk memberikan tekanan betapa penting
informasi itu, Murni menghentikan sulamannya. Demikian pula dengan

8
Sarmi, ia pun menghentikan sulamannya untuk menegaskan bahwa
informasi itu memang penting. Ketika kemudian Sarmi mendekatkan diri
ke Murni dan menanyakan siapa pacar Darsih, ini memberikan tanda
bahwa apapun jawaban dari Murni sangatlah penting karena akan
mengubah status Darsih. Lebih penting lagi adalah siapa pacar Darsih.
Timing yang dilakukan Murni dan Sarmi dalam hal ini didasari
oleh alasan tertentu. Murni punya alasan ingin memberitahu Sarmi yang
memang ingin mengetahuinya. Jadi selain untuk menekankan kata yang
diucapkan, timing dalam adegan ini berfungsi untuk menjelaskan alasan
dari sebuah perbuatan. Paling penting adalah timing ketika Murni
menghentikan kegiatan menyulam dan menyampaikan informasi dan
ketika Sarmi menghentikan kegiatan menyulam untuk mendapatkan
informasi. Kedua hal ini harus dilakukan pada saat yang, tepat sehingga
informasi lanjutan yang akan diberikan Murni kepada Sarmi
membangkitkan rasa ingin tahu.
Ketika timing yang dilakukan tepat, maka apa yang dikatakan
Murni berikutnya dapat mengubah kondisi yang telah dibangun
sebelumnya. Jika Murni mengatakan dengan berbisik dan kemudian Sarmi
berteriak kaget, maka bisa dipastikan ada situasi tak terduga sebelumnya
yang telah terjadi. Artinya, pacar Darsih adalah orang yang sama sekali
tidak diperhitungkan akan menjadi pacar Darsih. Jika Murni mengatakan
dengan nada datar, ekspresi yang biasa saja dan ekspresi Sarmi juga biasa
saja, maka apa yang dikatakan oleh Murni hanya menjadi informasi
tambahan semata. Artinya tidak ada yang istimewa mengenai siapa pacar
Darsih. Jika Murni pada akhirnya mengatakan dengan pelan bahwa ia
sebenarnya juga tidak tahu, maka kondisi akan cair dan berubah menjadi
komik. Intinya, timing menentukan kelanjutan dari peristiwa yang dilakoni
pemeran. Semakin tidak tepat timing semakin tidak menarik kelanjutan
cerita yang dilakonkan. Aksi pemeranan sangat terkait dengan konteks.
Jadi, untuk melatihkan timing dalam fungsi penekanan kata dan emosi
serta sebagai landasan dasar satu aksi, bukan hanya gerak dan kata semata
yang perlu diperhatikan tetapi juga konteks. Dalam naskah lakon konteks
peristiwa dan kondisi tokoh telah diberikan oleh penulis baik melalui
keterangan maupun tersurat dalam dialog. Oleh karena itu, mempelajari
naskah lakon tidak hanya dengan membaca dialog tokoh peran yang akan
dimainkan. Semua hal terkait tokoh peran harus dipelajari.

9
D. Takaran Pemeranan
Pemeranan seseorang harus memiliki tolak ukur atau takaran dalam
perannya di sebuah teater. Hal ini perlu diperhatikan, sebab dalam
pemeranan tidak bisa asal-asalan saja, ada ukuran atau takaran tertentu
yang perlu diperhatikan, agar peran yang dibawakan oleh para tokoh dapat
maksimal. Berikut tolak ukur atau takaran yang harus perhatikan dalam
pemeranan:
1) Cerita atau naskah yang dibawakannya harus mengandung konflik atau
pertentangan antar tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya. Dapat
pula pertentang tokoh cerita dengan lingkungan, dengan dirinya sendiri
(keyakinannya) dst.
2) Adanya kerjasama dan kerja bersama yang baik antar pemain dan
sutradara dalam membangun irama permainan seni peran,dengan
beberapa unsur artistik pentas yang hadir melingkupi tokoh dalam
suatu adegan,babak atau disebut dengan kepekaan ruang dalam
membangun atmosfir pertunjukan.
3) Menghindari terjadinya kesalahan pemilihan tokoh atau miss casting
dalam pemeranan, sehingga terjadi over acting (akting yang
berlebihan) atau under acting (akting di bawah standar, kurang
ekspresif dari tuntutan peran yang dibawakan). Pemeran, aktor, aktris
yang baik adalah manusia kreatif yang selalu berinisiatif untuk
mendandani dan menyempurnakan tubuhnya, mentalnya, sosialnya
tanpa harus menunggu perintah orang lain dan atau sutradara
4) Adanya keberanian untuk mencoba dan gagal (trial and error). Pada
dasarnya suatu keberhasilan, kamu harus meyakini dari kegagalan.
Itulah pentingnya suatu kegigihan dan kemauan yang keras perlu
ditanamkan olehmu.
5) Memiliki wawasan dan suka bergaul. Karena itu disyaratkan untuk
gemar membaca, menonton pertunjukan dan harus peka terhadap
kejadian sekitar dan isu-isu yang aktual untuk melatih ingatan dan
emosi pemeran sekaligus sebagai bahan apa yang akan dibicarakan
secara tematik.
6) Harus percaya diri, memiliki kesadaran potensi atas kelebihan dan
kekurangan diri sendiri.Tidak sedikit orang di sekitar kita
memiliki;kecantikan, ketampanan, jelek, pendek, jangkung atau postur
tubuh tidak ideal, tidak menarik dan menjadi pusat perhatian orang
lain. Tetapi dengan ketampanan, kecantikan diatas rata-rata atau di
bawah rata-rata dan ditunjang dengan kemampuan lebih dari dirinya
menjadi luar biasa dalam bidang pemeranan. Contohnya; Resa
Rahardian,Dude Herlino, Olga Syahputra, Sule, Bopak, Adul, Daus
Mini, Ucok Baba, Soimah,Omaswati, Rina Nose, Christine Hakim,
Deddy Mizwar, dst.

10
Dengan demikian, seorang pemeran bersifat langsung di atas
panggung maupun tidak langsung melalui media televisi atau lm dituntut
untuk membawakan perannya dengan ekspresif, totalitas tubuh sesuai
dengan watak tokoh yang diembannya. Pemeran yang baik harus mampu
menjadi mediator pesan moral (cerita) dan estetis(keindahan pemeranan)
melalui ekspresi totalitas tubuhnya, dengan segenap cipta, rasa, dan
karsanya.
Para pakar teater atau teaterawan berpendapat bahwa seorang
aktor, aktris, pemeran adalah seperti halnya tanah lempung atau tanah liat.
Seorang aktor harus siap dan mampu dibentuk dan dibuat jadi apa saja.
Artinya, bahwa aktor atau seorang pemeran itu sebagai bahan baku yang
mampu menjadi media utama dalam seni peran atau pemeranan dari cerita
yang diekspresikan secara estetis melalui simbol atau lambang audio
(suara, kata-kata), visual (tubuh atau ragawi) dan gerak (gerak-gerik dan
perlakuan di atas pentas).
Pemeranan atau seni peran dalam seni teater melalui penyajiannya
dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni pemeranan di atas panggung
pertunjukan bersifat langsung, sesaat dengan gaya dan unsur
pemeranannya dapat dilakukan dengan teknik stilasi (penyederhanaan) dan
distorsi (penglebihan). Pemeranan sinematografi atau lm bersifat wajar,
tidak langsung, diulang melalui media rekam dan proses editing.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah pemeranan disebut juga dengan seni peran,atau seni akting.
Seorang pemeran dalam melakukan pemeranannya dikenal dengan sebutan
aktor, aktris, pemain, tokoh, dan lain-lain.
Di dalam pemeranan terdapat beberapa unsur, yaitu lakon,
penokohan, tubuh, suara, penghayatan, ruang, kostum, property, dan
musikal.
Teknik timing adalah teknik ketepatan waktu antara aksi tubuh dan
aksi ucapan atau ketepatan antara gerak tubuh dengan dialog yang
diucapkan.

B. Saran
Penulis mengharapkan aktor atau aktris bisa menggunakan teknik
timing dengan baik dan juga dan selalu memperhatikan takaran dalam
pemeranan. Selain itu, penulis juga berharap makalah ini dapat menambah
wawasan pembaca mengenai pemeranan dalam drama maupun teater.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arayana, S.B. (2005). Teknik Pemeranan. Diklat Bahan Pembelajaran Program


Teater SMK Negeri 10 Bandung.

Bangun, Sem C. (2001). Kritik Seni Rupa. Bandung: ITB.

KM. Saini. (1989). Seni Pertunjukan dan Peran Dramaturg. Bandung: Program
endidikan Seni Teater FPBS UPI.

Murgiyanto, Sal. (1985). Manajemen Pertunjukan. Jakarta: Depdikbud Dirjen


Dikdasmenjur.

Sumardjo J. (2010). Filsafat Seni. Jakarta: PT. Gramedia.

Supriyatna, A. (2006). Kajian Pembelajaran Seni Tari dan Drama (Edisi I).
Bandung: UPI Press.

13

Anda mungkin juga menyukai