Anda di halaman 1dari 11

Tindak Tutur Direktif dan Fungsinya dalam Novel 5 Kelopak Mawar

Berbisa Karya Ria Jumriati

Enia Listikal1, Aulia Ramadhani2


Program Studi Bahasa Indonesia dan Sastra
FBS UNiversitas Negeri Padang
Email: enialistikal@gmail.com, auliaramadhani18199@gmail.com

Abstrak
Tindak tutur adalah ujaran kalimat untuk menyatakan maksud pembicara untuk
disampaikan kepada pendengar. Tindak tutur direktif dalam novel 5 Kelopak Mawar
sangat menarik diteliti, karena novel tersebut banyak memuat percakapan dalam bahasa
jawa dan Indonesia. Selain tindak tutur direktif, alih kode dan campur kode bahasa juga
banyak ditemui dalam novel ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis
tindak tutur direktif dan fungsi tindak tutur direktif. Metode penelitian yang digunakan
untuk menganalisis novel ini adalah metode deskriptif kualitatif. Selain itu, penulis
menggunakan pendekatan kepustakaan serta teknik baca dan catat dalam menyusun
langkah kerja. Novel ini terdiri dari 138 halaman. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa, pertama terdapat enam jenis tindak tutur direktif yang ditemukan
berdasarkan teori Ibrahim, yaitu permintaan, pertanyaan, perintah, larangan,
menyetujui, dan nasihat. Kedua, terdapat tiga fungsi tindak tutur direktif, yaitu
kompetitif, bekerja sama, dan menyenangkan. Ketiga, Tindak Tutur Direktif yang
dominan ditemukan adalah pertanyaan (8 data), permintaan (2 data), perintah (2 data),
Pertanyaan (2), dan nasihat (2 data). Keempat, Fungsi tindak tutur direktif yang
dominan adalah fungsi kompetitif, bertentangan dan kerja sama yang masing-masing
hanya terdiri dari satu data saja.

Kata Kunci: Tindak tutur, fungsi tindak tutur, jenis-jenis tindak tutur, novel.

PENDAHULUAN
Bahasa merupakan kunci utama dalam komunikasi. Bahasa manusia didapat
setelah manusia lahir dari mendengar, berpikir, ekspresi, lalu komunikasi. Selain
menyimpan sejarah, bahasa juga untuk menjembatani antargenerasi. Bahasa dapat
diartikan sebagai alat komunikasi berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Bahasa juga dapat diartikan sebagai ekspresi, maksudnya selain untuk
berkomunikasi, bahasa juga dapat menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa kita dapat
menunjukkan karya, perasaan, pemahaman, serta pemahaman.
Tuturan yang baik dibangun dari komunikasi yang mempertimbangkan rasa
ketika berbicara, komunikasi yang mempertimbangkan adanya efek rasa adalah tuturan
direktif. Seperti menyuruh orang lain, membujuk, dan lain-lain perlu mengutamakan
adanya keharmonisan hubungan antara penutur dan mitra tutur. Tindak tutur direktif
juga memiliki fungsi yang bermacam-macam, di antaranya kompetitif, menyenangkan,

1
bekerja sama, dan bertentangan. Ketika berkomunikasi, penutur juga harus
menyesuaikan situasi dengan lawan tutur. Situasi dalam tuturan dapat berupa situasi
santai dan dapat juga situasi resmi. Peristiwa ini tentu menekankan kepada kita agar
dapat memahami bahasa secara adabtif, shingga proses komunikasi dapat dipahami
dengan menyesuaikan pada konteks situasi tutur (Defina, 2018). (Sagita dan Setiawan,
2019) menambahkan bahwa ilmu bahasa berhubungan dengan analisis tentang apa yang
dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya.
Beberapa kajian mengenai tindak tutur direktif dan fungsinya dalam novel akan
dipaparkan sebagai berikut. Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat
psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur
dalam menghadapi situasi tertentu (Chaer dan Agustina 2004:50). Tindak tutur lebih
dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Hymes (dalam Ibrahim,
1994:268) menyatakan bahwa tindak tutur merupakan level paling sederhana, tetapi
menyulitkan. Dikatakan paling sederhana karena tindak tutur merupakan perangkat
yang paling kecil, yakni berada dalam peristiwa tutur. Dikatakan menyulitkan karena
tindak tutur memunyai perbedaan yang sangat tipis dengan makna istilah, dengan kata
lain, harus dibebankan dengan bentuk kalimat dalam level gramatika, intonasi, perintah,
ataupun permohonan.
Searle dalam bukunya Speech Acts: An Essay in the philosophy of
language(dalam Wijana dan Rohmadi, 2009:20) mengemukakan bahwa secara
pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang
penutur, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur
yang menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat
yang bermakna dan dapat dipahami (Chaer dan Agustina, 2004:53). Tindak tutur ilokusi
adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang
eksplisit. Selain itu, Searle (dalam Rahardi, 2005:36) menggolongkan tindak tutur
ilokusi itu ke dalam lima macam bentuk tuturan, yaitu sebagai berikut (1) Tindak tutur
asertif; (2) Tindak tutur direktif; (3) Tindak tutur ekspresif; (4) Tindak tutur komisif; (5)
Tindak tutur deklaratif. Levinson (dalam Rusminto, 2010:23) menyatakan bahwa
tindakan perlokusi lebih mementingkan hasil sebab tindakan ini dikatakan berhasil jika
mitra tutur melakukan sesuatu yang diinginkan oleh penutur.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh (Widada, 1999:3) yang menyatakan
bahwa komunikasi direktif merupakan sebuah tuturan atau ujaran yang berisi agar orang
lain mau melakukan tindakan yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh penutur.
Menurut (Ibrahim, 1994:27-33) menyatakan bahwa ada enam bentuk tindak tutur
direktif, yaitu (1) permintaan; (2) pertanyaan; (3) perintah; (4) larangan; (5) menyetujui;
(6) nasihat. Fungsi ilokusi dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis sesuai dengan
hubungan fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa perilaku yang
sopan dan terhormat. Berikut fungsi tindak ilokusi (1) kompetitif; (2) bekerja sama; (3)
menyenangkan; (4) bertentangan.
Peneliti tertarik membahas dan mengkaji topik ini karena belum ada peneliti
yang meneliti Novel 5 Kelopak Mawar Berbisa. Novel 5 Kelopak Mawar Berbisa belum
pernah dieksplorasi karena Novel ini tidak populer, namun cerita dalam novel ini
menarik untuk diteliti.

2
Adapun penelitian relevan mengenai tindak tutur direktif yang pernah dilakukan
oleh beberapa peneliti sebelumnya, yaitu : (Yuliarti, 2015), melakukan penelitian
dengan judul "Tindak Tutur Direktif dalam Wacana Novel Trilogi Karya Agustinus
Wibowo", penelitian ini menganalisis tuturan yang bersifat direktif dengan wacana
novel Trilogi karya Agustinus Wibowo sebagai obek kajiannya dan peneliti
mendapatkan fungsi tuturan tindak direktif sebanyak 11 fungsi yang mendominasi novel
tersebut. Anindya (2020) dengan judul "Analysis Of Directive Speech Acts In Mata
Najwa Youtube Channel Because Of Corona: why Indonesia is not like Singapore",
dalam artikel ini peneliti mendeskripsikan fungsi tindak tutur direktif yang terdapat
dalam saluran youtube Mata Najwa dengan judul “Gara-Gara Corona: Mengapa
Indonesia Tak Seperti Singapura”. Data dalam penelitian ini adalah penggalan tuturan
para narasumber dalam program tersebut. Penelitian mengenai tindak rurur direktif
dilakukan oleh Arifiany (2016) yang berjudul "Pemaknaan Tindak Tutur Direktif dalam
Komik "Yowamushi Pedal Capter 87-93", penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan partisipan saat menuturkan tindak tutur direktif dalam komik Yowamushi
Pedal, dan untuk mengetahui tindak tutur direktif dengan makna apa saja yang terdapat
dalam komik Yowamushi Pedal.
Berdasarkan pemaparan di atas, tujuan penelitian adalah mengungkapkan tindak
tutur yang ada dalam novel 5 Kelopak Mawar Berbisa karya Ria Jumriati. Adapun
tujuan dari pengungkapan tersebut untuk mengetahui jenis dan fungsi tindak tutur
direktif dalam novel tersebut.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Novel
ini terdiri dari 138 halaman, terbit di kota Yogyakarta, dengan penerbit Sheila Press.
Teknik pengumpulan data dalam artikel ini yaitu menggunakan teknik baca dan catat
dengan pendekatan kepustakaan. Fokus dalam penelitian ini adalah tindak tutur direktif
dan fungsinya dalam novel 5 Kelopak Mawar Berbisa karya Ria Jumriati. Instrumen
dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (Human instrument), peneliti dibantu oleh
buku sumber, artikel, dan table analisis data. tahapan-tahapan teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu Pertama, membaca semua novel dengan teliti.
Kedua, menandai tuturan dengan tinta warna kuning. Ketiga, menganalisis tindak tutur
direktif dan fungsi tindak tutur. Keempat, mengelompokkan hasil analisis berdasarkan
penggunaan tindak tutur direktif dan fungsi tindak tutur seperti di tabel analisis. Kelima,
menginterpretasikan temuan dan menyimpulkan hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tindak tutur direktif yang terdapat pada novel
“5 Kelopak Mawar Berbisa” karya Ria jumriati adalah (1) Tindak Tutur Direktif

3
Permintaan, (2) Tindak Tutur Perintah, (3) Tindak Tutur Menyetujui, (4) Tindak Tutur
Pertanyaan, (5) Tindak Tutur Nasihat, dan (6) Tindak Tutur Larangan. Adapun fungsi
Tindak Tutur Direktif yang ditemukan yaitu: (1) fungsi kompetitif (2) Fungsi
menyenangkan (3) fungsi bekerja sama, dan (4) fungsi bertentangan.

Tabel Analisis Tindak Tutur Direktif dalam Novel 5 Kelopak Mawar


Berbisa Karya Ria jumriati

No Jenis Tindak Tutur Direktif Jumlah Nomor Halaman


1 Tindak Tutur Direktif Permintaan 2 7 dan 26
2 Tindak Tutur Perintah 2 9 dan 17
3 Tindak Tutur Menyetujui 1 4
4 Tindak Tutur Pertanyaan 2 5 dan 15
5 Tindak Tutur Nasehat 2 15 dan 24
6 Tindak Tutur Larangan 1 7

Analisis Hasil

Jenis Tindak Tutur Direktif dalam Novel 5 Kelopak Mawar Berbisa Karya Ria
Jumriati
1. Tindak Tutur Direktif Permintaan

“Bu, boleh aku memeluk Ibu?.”

Analisis:
Konteks tuturan ini di sebuah rumah di pedesaan. Marni adalah
kembang desa yang disunting oleh Trenggon, salah satu pemuda tampan
di desanya. Mereka dianugerahi seorang anak bernama Winarsih. Marni
dan suaminya mendapat perlakuan yang tidak layak oleh tentara Jepang,
suaminya dipaksa menjadi pekerja Romusha dan Marni dijadikan budak
pemuas nafsu para tentara.
Tuturan di atas diucapkan Winarsih ketika menenangkan Ibunya
yang sedang trauma dengan pengalaman yang dialaminya. Tuturan
Winarsih tersebut termasuk tuturan permintaan. Hal tersebut dapat dilihat
dari tuturan Winarsih yang ingin memeluk Ibunya dan memintanya
secara lembut kepada Ibunya.

“Wah!, bagus dong, Mbah. Bagaimana kalau saya menikahi anakmu.


Kasihan kan? Dia pasti kesepian ditinggal suami.”

Analisis:

4
Tuturan ini terletak pada Bab III yang mengisahkan pertemuan Pak
Warso-Si Juragan tengkulak sembako yang doyan kawin dan selingkuh,
dengan Mbok Sagiyem sebagai Ibu Marni. Pak Warso ingin
memeperistri Marni, dan meminta perizinan Mbok Sagiyem. Tuturan
tersebut termasuk kategori Tindak Tutur Direktif permintaan karena Pak
Warso meminta persetujuan menikahi Marni.

2. Tindak Tutur Perintah

“Jangan dekat-dekat…nanti ketularan masuk neraka!”

Analisis:
Konteks tuturan ini berada di luar rumah, ketika Winarsih ingin
bermain dengan anak-anak seusianya. Tapi anak-anak di kampung tidak
mau berteman dengan winarsih katrena cerita kelam Ibunya. Salah satu
dari mereka berkata “Jangan dekat-dekat…nanti ketularan masuk
neraka!” yang artinya secara tidak langsung memerintakan Winarsih
untuk menjauh dari mereka.

“Bilang sama Ibumu ya, Nduk! Kalau mulutnya itu tak pernah bisa
berhenti menggunjingkan Marni, aku tak akan pernah mau
membuatkan obat untuknya.”

Analisis:
Konteks tuturan ini adalah ketika Surti meminta obat ramuan
penyembuh penyakit ibunya. Ibu Surti bernama Bu Darjo, Bu Darjo sering
memfitnah Marni kepada orang-orang dikampung, sehingga membuat
Mbok Sagiyem geram dengan perlakuan Bu darjo terhadap anaknya, Mbok
Sagiyem mencampurkan racun kedalam jamu yang sering dipesan Bu
Darjo.
Tuturan di atas termasuk Tindak Tutur Direktif perintah, hal ini
bisa dilihat dari kalimat yang diucapkan Mbok Sagiyem kepada surti yang
memerintahkan Surti untuk menasehati Ibunya supaya tidak memfitnah
anak Mbok Sagiyem lagi.

3. Tindak Tutur Menyetujui

“Aku juga berdo’a seperti itu, semoga orang-orang itu lebih menderita
dari anak-anak kita.”

Analisis:
Konteks tuturan ini adalah ketika Mbok Sagiyem bercerita dengan
salah satu temannya yang bernasib sama dengan Mbok Sagiyem. Teman
Mbok Sagiyem bernama Mbok Lastri. Mbok Lastri menceritakan kejadian

5
serupa yang pernah dialami perempuan sebelum Marni. Mbok Lastri
berharap arwah gentayangan dari wanita yang menjadi korban tentara
Jepang bisa melampiaskan dendam mereka dengan mencekik tentara
Jepang hingga tewas. Tuturan di atas merupakan ucapan Mbok Sagiyem
yang menyetujui pendapat Mbok Lastri tadi dan ia juga berdo’a agar
tentara Jepang lebih menderita dari anak-anak mereka. Dari kalimat
tersebut dapat disimpulkan bahwa tuturan di atas termasuk Tindak Tutur
Direktif Menyetujui.

4. Tindak Tutur Pertanyaan

“Kamu pernah dengar ceritanya si Sunarti?” sambung Mbok Lastri.

Analisis:
Kontek tuturan ini merupakan sambungan dari kalimat tindak
tutur menyetujui. Kalimat di atas merupakan Tindak Tutur Pertanyaan,
hal tersebut dapat dilihat dari kalimat yang dituturkan Mbok Lastri
kepada Mbok Sagiyem yang menanyakan apakah Mbok Sagiyem pernah
mendengar cerita Sunarti.

“Kenapa belum tidur, Nduk?” suara Mbah Suryo membuyarkan


Marni.

Analisis:
Konteks tuturan ini disebuah rumah, Mbah Suryo menanyakan
keadaan anaknya yaitu Marni yang belum tidur padahal sudah larut
malam. ]Tindak Tutur tersebut adalah Tindak Tutur Direktif pertanyaan,
karena kalimat tersebut memuat pertanyaan dari Mbah Suryo.
5. Tindak Tutur Nasihat

“Tidurlah, Nduk…sudah malam.”

Analisis:
Tuturan di atas adalah sambungan dari tuturan “Kenapa belum
tidur, Nduk?” suara Mbah Suryo membuyarkan Marni. Tindak tutur ini
termasuk Tindak Tutur Direktif Nasihat, karena Mbah Suryo menasihati
Marni untuk tidur, karena hari sudah larut malam.

“Sabarlah Mbok, mudah-mudahan mereka bisa sadar dan mau


memaklumi keadaan Marni.”

Analisis:
Tuturan ini diucapkan oleh Mbah Suryo kepada Mbok Sagiyem.
Mbah Suryo mencoba menguatkan istrinya yang sangat dendam dan marah

6
dengan warga desa yang selalu mengejek keluarga mereka. Terlihat dalam
kalimat di atas Mbah Suryo menasihati Mbok Sagiyem untuk bersabar
dengan segala ucapan dari warga desa.

6. Tindak Tutur Larangan

“Ibumu sekarang sudah sulit membedakan mana rasa kasihan, benci,


dan marah. Semua bercampur aduk di batinnya. Sudah, jangan ganggu
dia lagi.”

Analisis:
Konteks tuturan ini adalah ketika Winarsih mencoba berkomunikasi
dengan Marni yang sedang dalam keadaan trauma berat. Mbok Sagiyem
melarang winarsih yang sedang mengganggu Ibunya.
Tuturan di atas termasuk Tindak Tutur Larangan, hal tersebut dapat
dilihat dari perkataan Mbok Sagiyem “Sudah, jangan ganggu dia lagi.”
yang ditujukan kepada Winarsih sebegai bentuk larangan untuk
mengganggu Ibunya.

Hasil

Tabel Analisis Fungsi Tindak Tutur Direktif dalam Novel 5 Kelopak


Mawar Berbisa Karya Ria Jumriati

No Fungsi Tindak Tutur Direktif Jumlah Nomor Halaman


1 Fungsi Kompetitif 1 21
2 Fungsi Menyenangkan - -
3 Fungsi Bekerja Sama 1 26
4 Fungsi Bertentangan 1 9

Analisis Hasil

Fungsi Tindak Tutur Direktif dalam Novel 5 Kelopak Mawar berbisa karya
Ria Jumriati
1. Fungsi Bertentangan
“Jangan dekat-dekat..nanti ketularan masuk neraka!”

Analisis:
Tuturan tersebut merupakan tindak tutur ilokusi yang memiliki
fungsi bertentangan, dengan verba mengancam. Tuturan tersebut memiliki
tujuan yang bertentangan dengan tujuan sosial yaitu mengancam dan
direncanakan untuk menimbulkan pelanggaran. Penutur mengancam
Winarsih yang ingin mendekat, siapa yang dekat dengan Winarsih maka dia

7
akan ketularan masuk neraka. Dalam tuturan tersebut sopan santun tidak ada
sama sekali, karena tuturan mengancam tidak mungkin disampaikan dengan
sopan. Disebut mengancam karena penutur memberi pertanda atau
peringatan mengenai kemungkinan buruk yang akan terjadi.

2. Fungsi Kompetitif

“Ibuku bukan pelacur!”

Analisis:
Tuturan di atas termasuk fungsi kompetitif dengan verba
mengkritik. Tuturan “Ibuku bukan pelacur!” dituturkan penutur untuk
mengkritik tuduhan mitra tutur kepada Ibunya. Disebut mengkritik karena
penutur berusaha keras untuk mendapatkan keadilan yang sama kepada
Ibunya, karena semua yang terjadi bukan sepenuhnya kemauan Ibunya.

3. Fungsi Bekerjasama

“Wah!, bagus dong, Mbah. Bagaimana kalau saya menikahi anakmu.


Kasihan kan? Dia pasti kesepian ditinggal suami.”

Analisis:
Tuturan ini termasuk fungsi tuturan bekerja sama dengan verba
memberitahukan. Penutur setuju dengan ucapan mitra tutur yang
menegaskan bahwa Marni sudah sembuh dari traumanya dan omongan
warga tentang Marni semuanya salah. Penutur berniat melakukan kerjasama
dengan mitra tutur untuk menikahi Marni agar Marni tidak kesepian lagi
karena ditinggal oleh suaminya. Tuturan yang diujarkan oleh penutur
mengandung nilai sopan santun yang bersifat negatif, karena aslinya
penutur sudah sering menikah dan selingkuh.

PEMBAHASAN
Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Peneliti mengambil
lima artikel yang relevan sebagai perbandingan, yang pertama, penelitian yang
dilakukan oleh Asih Mawarti dengan judul ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM
NOVEL KELUARGA TAK KASAT MATA KARYA BONAVENTURA GENTA
KAJIAN PRAGMATIK DAN RELEVANSINYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN
AJAR BAHASA INDONESIA DI SMP. Hasil penelitian ini adalah novel ini
menggunakan tuturan lokusi sebanyak 80 data dengan rincian: 1) memberitahukan 54
data, 2) bertanya 30 data 3) memerintah 9 data. Pada tuturan ilokusi ditemukan 91 data
dengan rincian: 1) bentuk tuturan representatif 61 data memberitahukan 44 data,
melaporkan 0 data, menjelaskan 16 data, mempertahankan 0 data, menolak 1 data. 2)
komisif. Tidak ditemukan data komisif dalam tuturan novel Keluarga Tak Kasat Mata
karya Bonaventra Genta. 3) bentuk tuturan direktif 19 data menyuruh 14 data, perintah

8
2 data, dan meminta 3 data. 4) bentuk tuturan ekspresif ditemukan 8 data meminta maaf
3 data, berterimakasih 0 data, menyampaikan ucapan selamat 0 data, memuji 1 data,
mengkritik 4 data. Bentuk tuturan deklaratif ditemukan 3 data setuju 2 data, tidak setuju
1 data, benar-benar salah 0 data. Pada tuturan perlokusi ditemukan 89 data.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Farah Nur Fakhriyah (2020), dengan judul
ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG
SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY. Hasil analisis novel ini adalah tindak
tutur dapat diteliti melalui ujaran yang diujarkan oleh tokoh dalam sebuah novel
maupun narasi dalam novel yang dibuat oleh pengarang novel. Pada penelitian ini
ditemukan berbagai tindak tutur, di antaranya lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lalu,
terdapat pula tindak tutur ilokusi representatif, direktif, deklaratif, ekspresif, dan
komisif yang terdapat dalam tindak tutur ilokusi.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Sidiq dan Ngusman dengan judul
Karakteristik Tindak Tutur Direktif Tokoh Protagonis dalam Novel Cantik Itu Luka
Karya Eka Kurniawan. Hasil penelitian ini adalah jenis tindak tutur direktif yang
digunakan dalam novel Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan terdapat beberapa jenis
tindak tutur direktif memohon yang dituturkan oleh beberapa tokoh seperti Ayu Dewi,
Dinda, dan Salim. Semua tokoh sangat bersahabat dan sangat menjunjung tinggi
kekeluargaan dalam dirinya sehingga tercermin jelas watak protagonis di dalam diri
tokoh tersebut.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Immanuel Butar (2017), dengan judul
ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL AMAZING GENIUS
KARYA KOMIKUS RIF’AN. Hasil penelitian ini adalah Tindak tutur direktif
requestives dalam novel Amazing Genius karya Komikus Rif‟an meliputi tindak tutur
meminta, memohon, mendoa, dan mengajak. Tindak tutur direktif questions dalam
novel Amazing Genius karya Komikus Rif‟an meliputi tindak tutur menanya dan
menginterogasi. Tindak tutur direktif requirements dalam novel Amazing Genius karya
Komikus Rif‟an meliputi tindak tutur memerintah dan mensyaratkan. Tindak tutur
direktif prohibitives dalam novel Amazing Genius karya Komikus Rif‟an meliputi
tindak tutur melarang dan membatasi. Tindak tutur direktif permissives dalam novel
Amazing Genius karya Komikus Rif‟an meliputi tindak tutur menyetujui dan
membiarkan. Tindak tutur direktif advisories dalam novel Amazing Genius karya
Komikus Rif‟an meliputi tindak tutur menasehatkan, mengusulkan dan menyarankan.
Tindak tutur direktif questions menanya adalah tindak tutur direktif yang paling
dominan dari keseluruhan bentuk dan fungsi tindak tutur lainnya. Tindak tutur ini
digunakan pengarang untuk menghidupkan tokoh utama, sedangkan tindak tutur lain
berfungsi memperkuat dan membuat menarik jalan cerita yang ada dalam novel
Amazing Genius karya Komikus Rif‟an.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Nurul Hasana (2020), dengan judul
ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL BARA KARYA
FEBRIALDI R. Hasil penelitian ini adalah bentuk dan fungsi tindak tutur direktif dalam
novel Bara karya Febrialdi R ada 6 bentuk tindak tutur direktif dengan 13 fungsi tindak
tutur direktif. Yaitu perintah dengan fungsi memerintah berjumlah 18 data, memohon
berjumlah 1 data. Permintaan dengan fungsi meminta berjumlah 17 data, mengajak

9
berjumlah 1 data, dan memohon berjumlah 9 data. Nasihat dengan fungsi Menasihati
berjumlah 14 data, menyarankan berjumlah 1 data. Larangan dengan fungsi melarang
berjumlah 6 data, memperingatkan berjumlah 6 data. Ajakan dengan fungsi mengajak
berjumlah 6 data, mengingatkan berjumlah 1 data, dan memohon berjumlah 2 data.
Kritikan dengan fungsi mengkritik berjumlah 6 data. Dari fungsi di atas yang paling
banyak pada bentuk tindak tutur direktif perintah yaitu dengan fungsi paling banyak
berjumlah 18 data percakapan.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian lainnya yaitu terletak pada novel
yang dianalisis. Peneliti tertarik untuk meneliti Novel 5 Kelopak Mawar Berbisa karena
novel ini tidak populer, namun cerita dalam novel ini cukup bagus untuk diteliti. Selain
itu penelitian ini fokus membahas tindak tutur direktif dan fungsinya, sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya tidak memfokuskan pada tindak
tutur direktif saja tetapi juga tindak tutur lainnya seperti tindak tutur lokusi, ilokusi, dan
perlokusi.

SIMPULAN
Berdasarkan analisis Novel 5 Kelopak Mawar Berbisa dapat disimpulkan bahwa Tindak
tutur direktif yang paling sering digunakan adalah tindak tutur direktif permintaan,
perintah, pertanyaan, dan nasihat. Fungsi tindak tutur direktif yang paling sering
digunakan dalam novel ini adalah fungsi tindak tutur bertentangan, kompetitif, dan
bekerjasama. Sedangkan fungsi yang tidak ditemukan dalam novel ini adalah fungsi
menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, A., & Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik.Jakarta: Rineka Cipta.

Defina. (2018). Tindak Tutur Ekspresif pada Anak-anak Saat Bermain Bola di
Lapangan.
Jurnal Kajian Bahasa, 7(1), 69–85. Institut Pertanian Bogor.

Ibrahim, A. S. (1994). Kajian tindak tutur. Surabaya: Usaha Nasional.

Indrayanti, Novita. (2019). “TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA


NASKAH
DRAMA DELEILAH TAK INGIN PULANG DARI PESTA KARYA
PUTHUT
E.A.”. Jurnal Sastra Indonesia, Vol 8, No 1.

Pusparita, Indah. (2020). “Tindak tutur direktif dan Fungsinya dalam Kumpulan Cerpen
Piliahan Kompas 2017 Kelas Bercerita”. Jurnal Pendidikan Bahasa
Indonesia”,vol 3, No. 1. Pp35-43.

Rahardi, K. (2005). Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Rusminto, N. E. (2010). Memahami bahasa anak-anak. Bandar Lampung: universitas


Lampung.

10
Setiawan, Teguh dan Veranita Ragil Sagita. 2019. “Tindak Tutur Ilokusi Ridwan
Kamil dalam Talk Show Insight di CNN Indonesia”. Jurnal Unimus, Lensa:
Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya, Vol. 9, No. 2. Diakses
Melalui
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa/article/view/5123. Pada 19 Mei
2022.

Widada. (1999). Latar Belakang Penutur Sebagai Faktor Penentu Bentuk Wacana
Direktif dalam Bahasa Jawa. Widyaparwa Majalah Ilmiah Bahasa dan
Sastra. ISSN 0215-9171: 51-63.

Wijana, I Putu dan Muhammad Rohmadi, 2009. Analisis Wacana Pragmatik Kajian
Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.

11

Anda mungkin juga menyukai