Anda di halaman 1dari 4

LATAR BELAKANG

Setiap hari manusia pasti melakukan interaksi antar sesama, karena manusia adalah makhluk
sosial yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa selalu digunakan di kehidupan
sehari-hari, baik di lingkungan kerja, lingkungan keluarga, maupun lingkungan teman, bahasa
merupakan alat komunikasi yang tidak dimiliki makhluk manapun, itulah yang menjadikan pembeda
yang paling mendasar, Menurut Tarigan (2009:3) bahwa suatu kenyataan manusia mempergunakan
bahasa sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup ini. Sehingga dapat disimpulkan bahasa
merupakan suatu lambang bunyi yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi maupun
berinteraksi sesama manusia, bahasa adalah suatu ciri pembeda antara manusia dengan makhluk hidup
lainnya.

Berdasarkan pernyataan tarigan diatas keberadaan bahasa sebagai alat komunikasi memang
sangat mendasar dan sangat penting karena bahasa yang didapat mempunyai sebab yang kuat dalam
mempengarui fikiran, tindakan mitra tutur dapat beruba sesuai sesuai apa yang diinginkan penutur
dengan menggunakan bahasa, selain itu sikap psikologi yang dirasakan manusia dikehiupannya
sebagai makhluk sosial dapat diungkapkan juga bahasa komunikasi yang baik dengan menggunakan
bahasa.

Komunikasi yang baik diperoleh jika maksud yang ingin disampaikan bisa dipahami dan
diterima dengan baik oleh mitra tutur sehingga menghasilkan tanggapan yang tepat, keberlangsungan
komunikasi tersebut akan memengaruhi terjalinnya suatu hubungan komunikasi yang sangat kuat
dengan mitra tutur, kaitan ini harsus dipertahankan untuk mendapatkan mitra tutur yang searah, baik
dilihat dari segi perilakunya maupun tuturannya, dalam hal ini faktor kecocokan sangat berpengaruh
untuk menjalin kerja sama dalam konteks tuturan, lain dari itu ada banyak sebab yang bisa
mempengaruhi tindak tutur seseorang, seperti umur, ekonomi,agama dan budaya.

Perbedaan yang muncul dari berbagai hal, dapat memengaruhi proses komunikasi dalam
lingkungan, proses komunikasi yang sedang berjalan dalam berbagai keadaan pastinya akan
memunculkan berbagai maksud tuturan, hal ini termasuk ke kajian ilmi bahasa, bahasa mempunyai
banyak cabang salah satunya pragmatik. Menurut Tarigan (2009:33) bahwa pragmatik merupakan
telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik, atau dengan perkataan
lain, membahas segala aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secaara tuntas oleh referensi
lansung pada kondisi-kondisi kebenaran kalimat yang di ucapkan. Secara kasar dapat dirumuskan :
pragmatik = makna – kondisi-kondisi kebenaran. Sedangkan menurut Nadar (2009:2) bahwa
pragmatik merupakan cabang linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam situasi tertentu.
Pada kajian ilmu pragmatik, bentuk tuturan yang bertujuan agar mitra tutur melakukan
tindkan disebut tindak tutur direktif sedangkan tindak tutur yang berfungsi untuk mengungkapkan stsu
mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat disebut tindak tutur ekspresif,
hal ini berhubungan dengan pernyataan Rahardi (2010: 36) menyatakan bahwa tindak tutur direktif
merupakan tindak tutur yang di gunakan sipenutur untuk menyuruh orang lain melakukan tindakan,
sedangkan tindak tutur ekspresif merupakan ungkapan sikap pisikologi yang menyangkut dengan
emosi penutur terhadap suatu keadaan atau yang menyangkut dengan mitra tuturnya.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, fenomena yang didapati dalam berbahasa sehari-hari,
sangat banyak menggunakan tuturan direktif dan ekspresif dalam berkomunikasi. Selain untuk
berinteraksi dan berkomunikasi, tindak tutur direktif dan ekspresif juga digunakan pada karya cipta
manusia seperti bahasa pada karya cipta sinematografi (film),novel maupun karya cipta lainnya yang
menggunakan bahasa. Pada era moderen sekarang karya film merupakan karya seni yang banyak
diminatioleh masyarakat. Bagaimana sebuah karya cipta film dijadikan sebagai contoh yang akan
ditiru oleh masyarakat, baik itu dari tingkah laku toko serta bahasa yang dihasilkan oleh para tokoh
dalam karya film tersebut. Sehingga pesan-pesan yang dibuat oleh penulis naskah film akan sangat
efektif disampaikan. Baik dari segi bahasa maupun dari segi gambar yang ditampilkan dari karya film
tersebut.

Preman Bange episod 1-10 yang penulis teliti adalah sebuah karya film tahun 2020 yang
menggunakan bahasa daerah Kota Pagar Alam, film ini disutradarai oleh Syahrial, film ini
mengisahkan sekumpulan Preman di pasar gemericik dimana didalamnya ada banyak preman yang
biasa menjaga pasar dari para pencopet dan lainnya. Semua preman itu di pimpin oleh Sapar si bos
preman tapi sapar hanyalah tangan kanan saja karena bos sesungguhnya ada di jakarta yaitu si Umar.
Tapi Ada musuh yang terus mengintai dialah Riko Banteng yang baru keluar dari penjara, saat itulah
banyak konflik yang terjadi.

Berdasarkan fenomena yang penulis paparkan tersebut, penulis merasa tertarik untuk meneliti
dan mengangkat masalah tindak tutur direktif dan ekspresif yang digunakan pada tuturan dialog film
Preman Bange episod 1-10. Alasan penulis melakukan penelitian karena pada film ini sutradara hanya
mengatur laku dan gerak kepada aktor dan aktris yang berperan dalam film tersebut tidak mengatur
dari segi kebahasaan tuturan pada dialog, selain itu film tersebut merupakan karya film yang berasal
dari Kota Pagar Alam dimana film tersebut belum pernah diteliti sebelumnya. Penelitian ini
merupakan penelitian lanjutan. Adapun peneliti Sebelumnya pertama, penelitian ulandari, dkk jurnal
mahasiwa Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Padang pada
tahun 2015 dengan judul “Tindak Tutur Ekspresif Mario Teguh dalam Acara Golden Ways”. Tujuan
dalam penelitian ini adalah menjelaskan tipe, strategi, situasi dalam tindak tutur ekspresif yang
digunakan Mario Teguh dalam Acara Golden Ways. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan, teknik rekam, dan teknik
simak. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat lima tutur ekspresif yang cenderung digunakan oleh
mario teguh diantaranya; tindak tutur ekspresif memuji, mengucapkan selamat, memberimaaf,
mengucapkan terima kasih, dan mengkeritik. Stategi bertutur yang digunakan oleh Mario Teguh
Dalam Acara Golden Ways, terdiri atas empat strategi yaitu strategi bertutur secara apa adanya tampa
basa-basi, strategi bertutur dengan menggunakan basa-basi kesantunan positif, strategi bertutur
dengan basa- basi kesantunan negatf, dan strategi bertutur secara samar-samar. Konteks situasi tutur
cenderung menggunakan konteks sosial.Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari memiliki
persamaan dengan

Penelitian yang penulis teliti sama-sama mengkaji tindak ekspresif. Perbedaan penelitian yang
penulis lakukan dengan peneliti sebelumnya terletak pada objek penelitiannya, Wulandari meneliti
pada tuturan yang digunakan oleh Mario Teguh Dalam Acara Golden Ways sedangkan peneliti
meneliti tentang dialog film Preman Bange episode 1-10

Kedua, Dina Nabela mahasiswa FKIP UIR pada tahun 2011 dengan judul “Tindak Tutur
Direktif dan Ekspresif Dalam Tindak Tututr Tidak Langsung Pada Tuturan Dialog Film “ 5cm
Sutradara Rizal Moutovani”. Masalah yang dibahas adalah bagaimanakah bentuk tindak tutur direktif
dalam tindak tutur tidak langsung pada tuturan dialog film “5cm Sutradara Rizal Moutovani”,
bagaimanakah bentuk tindak tutur ekspresif dalam tindak tututr tidak langsung pada tuturan dialog
film “5cm Sutradara Rizal Moutovani”. Teori yang digunakan adalah teori rahardi dan teori wijana.
Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian dokumentasi atau kepustakaan, metode deskriptif
dan metode kulitatif. Hasil penelitiannya adalah dari 17 tuturan yang teridentifikasi tindak tutur
direktif tidak langsung dan tindak tutur ekspresif tidak langsung ditemukan 15.

Penelitian yang dilakukan oleh Dina Nabela memiliki persamaan dengan Penelitian yang
penulis teliti sama-sama mengkaji tindak tutur direktif dan ekspresif. Perbedaan penelitian yang
penulis lakukan dengan peneliti sebelumnya terletak pada objek penelitiannya, Dina Nabela meneliti
pada tuturan dialog film “ 5cm Sutradara Rizal Moutovani”, sedangkan peneliti meneliti film Preman
Bange episode 1-10

Ketiga, Juliatri mahasiswa FBS UNPAD pada tahun 2012 dengan judul “Tindak Tutur Ilokusi
Komunitas Waria Di Pasar Ujung Gading Pasaman Barat” masalah yang diangkat dalam penelitian
tersebut adalah bentuk tindak tutur ilokusi komunitas waria di pasar Ujung Gading Pasaman Barat,
fungsi tindak tutur ilokusi komunitas waria di pasar Ujung Gading Pasaman Batas dan konteks
tuturan. Teori yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah teori Levinson, teori Yule, Dewa Putu
Wijana dan Agustina. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif dan hasil penelitiannya
adalah tindak tutur yang paling sering digunakan oleh komunitas waria di pasar Ujung Gading adalah
tindak tutur ilokusi.Penelitian yang dilakukan oleh Juliatri memiliki persamaan dengan
Penelitian yang penulis teliti sama-sama mengkaji tindak tutur direktif dan ekspresif. Perbedaan
penelitian yang penulis lakukan dengan peneliti sebelumnya terletak pada objek penelitiannya, Juliatri
meneliti pada ilokusi komunitas waria di pasar Ujung Gading Pasaman Barat, sedangkan peneliti
meneliti film Preman Bange episode 1-10.

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara praktis (sebagai pedoman)
mupun secara teoritis (sebagai acuan). Manfaat praktisnya hasil penelitian ini dapat dijadikan debagai
pedoman atau bahan perbandingan bagi guru, dosen, mahasiswa, pembaca, dan peneliti yang akan
datang. Secara teoritisnya diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pragmatik, terutama
pada kajian tindak tutur direktif dan ekspresif.

Anda mungkin juga menyukai