Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF

DALAM FILM NAGA NAGA NAGA KARYA DEDDY MIZWAR


DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN DI SMA

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan orang lain untuk
bekerjasama dan membagi rasa atau permasalahan. Hal itu disampaikan melalui
ujaran. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa dan manusia adalah
dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya berkembang secara bersama-
sama (Suhardi, 2013, hlm. 21-22).
Menurut Tarigan (2009: 31) pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek
makna yang tidak tercakup dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain,
membahas segala aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara tuntas
oleh referensi langsung pada kondisi-kondisi kebenaran kalimat yang diucapkan.
Sebagaimana pengertian tersebut, pragmatik berusaha mengkaji sebuah tuturan
berdasarkan konteks. Selain itu, dalam pragmatik juga mengkaji tindak tutur.
Tindak tutur penting untuk dipahami karena dapat menunjang komunikasi agar
berjalan dengan baik. Komunikasi dapat berjalan dengan baik apabila pesan yang
disampaikan penutur terpahami oleh petutur.
Menurut Austin (dalam Tarigan 2009: 34) tindak tutur teriri atas: 1) tindak
lokusi, 2) tindak ilokusi, dan 3) tindak perlokusi. Tindak lokusi yaitu tindak penutur
yang mengatakan sesuatu dengan makna yang sesuai kaidah sintaksisnya. Tindak
ilokusi yaitu tindak tutur yang tidak sekedar menyampaikan makna tuturan tapi juga
memiliki tujuan untuk mendapatkan efek berupa tindakan untuk melakukan
sesuatu. Tindak perlokusi yaitu tindak tutur yang tuturannya dimaksudkan untuk
mempengaruhi mitra tutur.
Penelitian ini berfokus pada tindak ilokusi, sebab tindak tutur ini berperan
penting dalam komunikasi. Tindak ilokusi tidak hanya mengkaji tuturan untuk
menyampaikan pesan, tetapi memiliki daya untuk melakukan tindakan dari yang
dituturkan. Searle (dalam Kurniawan dan Raharjo: 28) mengelompokan tindak tutur

1
ilokusi atas 5 jenis, yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Dalam
penelitian ini, fokus diberikan pada tindak tutur direktif dan ekspresif. Tindak tutur
direktif dimaksudkan untuk menimbulkan beberapa efek melalui tindakan
penyimak, misalnya: memesan, memerintahkan, memohon, meminta,
menyarankan, menganjurkan, menasihatkan. Tindak tutur ekspresif dimaksudkan
penuturnya agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan
dalam tuturan, misalnya: mengucapkan terimakasih, mengucapkan selamat,
memaafkan, mengampuni, menyalahkan, memuji, menyatakan belasungkawa, dan
sebagainya.
Tuturan tidak hanya diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi
pada berbagai kegiatan juga sering kali diterapkan, salah satunya pada film. Film
adalah salah satu audiovisual yang termasuk ke dalam media komunikasi. Melalui
film yang disajikan penonton dapat menangkap maksud dan pesan yang hendak
disampaikan sutradara melalui tindakan atau tuturan pemeran dalam film tersebut.
Dalam sebuah film terdapat dialog yang dapat menciptakan tindak tutur yang
dituturkan oleh para pemainnya.
Film yang menjadi sumber data penelitian ini, yakni film yang berjudul
“Naga Naga Naga”. Film ini merupakan sekuel dari film “Naga Bonar jadi 2” yang
dirilis pada tahun 2022. Film ini disutradarai dan diperankan langsung oleh Deddy
Mizwar. Kisah dari film ini masih berpusat pada keluarga Nagabonar. Namun film
keluarga dengan sentuhan komedi ini lebih kompleks karena membahas 3 generasi.
Film ini dijadikan objek pada penelitian karena mempunyai makna yang mendalam
tentang keluarga dan mengandung banyak nilai kehidupan, sehingga film ini bagus
untuk dijadikan bahan ajar dan diimplikasikan kepada siswa. Pada dialog film ini
ditemukan banyak tuturan yang mengandung tindak tutur direktif dan ekspresif.
Tindak tutur merupakan suatu kajian yang erat hubungannya dengan
pragmatik dan merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Penelian ini bukan yang
pertama dilakukan, terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang menjadi acuan
penelitian ini. Penelitian terdahulu yang pertama berjudul “Tindak Ilokusi pada
Dialog Tokoh Film Keluarga Cemara dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMA” yang diteliti oleh Novita Maharani pada tahun 2022.

2
Penelitian terdahulu yang kedua berjudul “Tindak Tutur Ekspresif dalam Film
Teman Tapi Menikah 1 karya Rako Prijanto dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA” yang diteliti oleh Tasya Meideline
Effendi pada tahun 2023. Dan penelitian terdahulu yang ketiga berjudul “Analisis
Tindak Tutur Ilokusi pada Dialog Film Miracle in Cell No. 7 dan Implikaisnya
Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI SMA” yang diteliti oleh
Azarine Rizky Endristya, Khusnul Khotimah, dan Wayhu Asriani pada tahun 2023.
Berdasarkan uraian tersebut, perbedaan ketiga penelitian terdahulu dengan
penelitian ini adalah sumber data diambil dari film yang berbeda, penelitian ini juga
lebih memfokuskan pada tindak tutur direktif dan ekspresif, yang diharapkan
mampu memberikan manfaat dan pemahaman bagi pembaca mengenai tindak tutur
pada sebuah tuturan. Hasil dari penelitian ini juga diimplikasikan pada peserta didik
dalam pembelajaran drama. Sebagaimana pada silabus kurikulum 2013 terdapat
kompetensi dasar (KD) mengenai pembelajaran drama di kelas XI SMA semester
genap. Kompetensi dasar tersebut yaitu KD 3.19 menganalisis isi dan kebahasaan
drama yang dibaca atau ditonton dan KD 4.19 mendemonstrasikan sebuah naskah
drama dengan memperhatikan isi dan kebahasaan. Peserta didik diharapkan dapat
memahami isi dan kebahasaan drama melalui tuturan tokoh yang terdapat dalam
dialog film.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis
mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Sebagaimana hasil pengamatan yang telah dilakukan, tindak tutur berperan
penting dalam komunikasi, salah satunya tindak tutur jenis direktif dan
ekspresif. Sebagai manusia harus mampu memahami tindak tutur yang hendak
disampaikan oleh penutur. Terkadang apa yang disampaikan penutur tidak
mendapatkan efek sesuai dengan yang diharapkannya, dikarenakan petutur
yang tidak memahami maksud dari tindak tutur tersebut.
2. Tindak tutur tidak hanya diekspresikan dalam kegiatan sehari-hari, tetapi pada
sebuah film banyak mengandung tidak tutur yang hendak disampaikan oleh
sutradara melalui dialog yang diperankan para pemainnya. Ketika menonton

3
film masih banyak yang tidak memahami maksud tindak tutur yang ada pada
sebuah dialog film.
3. Selain kedua permasalahan tersebut, masih banyak orang kesulitan dalam
menerapakan tindak tutur yang sesuai dengan maksud yang hendak
disampaikan kepada orang lain.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, muncul berbagai
permasalahan dalam penelitian ini. Agar permasalahan yang dikaji dalam penelitian
ini lebih mendalam dan terperinci diperlukan adanya batasan masalah. Penelitian
ini difokuskan pada permasalahan bentuk tindak tutur direktif dan ekspresif pada
dialog film Naga Naga Naga karya Deddy Mizwar.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah penelitian
ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah bentuk tindak tutur direktif pada film “Naga Naga Naga”
karya Deddy Mizwar?
2. Bagaimanakah bentuk tindak tutur ekspresif pada film “Naga Naga Naga”
karya Deddy Mizwar?
3. Bagaimanakah implikasi hasil penelitian tindak tutur direktif dan ekspresif
film “Naga Naga Naga” karya Deddy Mizwar terhadap pembelajaran di
SMA?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. bentuk tindak tutur direktif pada film “Naga Naga Naga” karya Deddy
Mizwar.
2. bentuk tindak tutur ekspresif pada film “Naga Naga Naga” karya Deddy
Mizwar.
3. implikasi hasil penelitian tindak tutur direktif dan ekspresif film “Naga Naga
Naga” karya Deddy Mizwar terhadap pembelajaran di SMA.

4
1.6 Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini secara teoretis dan secara praktis diharapkan
dapat dipergunakan sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi penelitian


selanjutnya yang berhubungan dengan pragmatik, khususnya pada kajian tindak
tutur direktif dan ekspresif.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa


pihak di bawah ini.

a. Bagi siswa

Penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan dalam melakukan tindak tutur,


khususnya dalam memahami dialog film yang dapat diterapkan pada pembelajaran
drama di sekolah.

b. Bagi guru

Bagi guru bahasa Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi
bahan ajar di sekolah menengah atas dalam pembelajaran drama pada KD 3. 19 dan
KD 4. 19 yang ada di kelas XI SMA semester genap.

c. Bagi pembaca

Penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan dan memberikan pemahaman


mengenai tindak tutur direktif dan ekspresif dilihat dari fungsi dan implikasinya
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA.

d. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat dijadikan bahan pembanding dan referensi bagi peneliti
selanjutnya yang akan melakukan penelitian mengenai tindak tutur direktif dan
ekspresif agar menjadi lebih baik lagi.

5
1.7 Kerangka Berpikir

Film “Naga Naga Naga” Karya Deddy Mizwar

Tonton Film “Naga Naga Naga” secara Berulang

Analisis Tindak Tutur Direktif Analisis Tindak Tutur Ekspresif

Hasil Analisis

Membuat Bahan Ajar

Angket/Kuesioner

Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif


dalam Film Naga Naga Naga Karya Deddy Mizwar
dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran di SMA

2. LANDASAN TEORI
2.1 Pragmatik
Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara kata (kata-kata)
dengan penggunaan kata-kata tersebut. Misalnya, kursi saya putih secara semantic
bermakna “kursi milik saya berwarna putih”, digunakan (atau diujarkan) ketika

6
seorang penutur berujar kepada seorang tetangganya tentang warna kursi. Ujaran
itu mungkin dimaksudkan untuk memberitahukan kepada tetangganya bahwa
warna kursinya berbeda dengan kursi milik tetangganya itu (Marni, dkk, 2021: 8).
Pragmatik adalah telaah mengenai, “hubungan tanda-tanda dengan para
penafsir” (Morris, dalam Tarigan, 2009: 30). Teori pragmatik menjelaskan alasan
atau pemikiran para pembicara dan penyimak dalam menyusun korelasi dalam
suatu konteks sebuah tanda kalimat dengan suatu proposisi (rencana atau masalah).
Putu Wijayana menyatakan pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang
mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana suatu kebahasaan
itu digunakan dalam komunikasi (dalam Kurniawan dan Raharjo, 2018: 13).
Berdasarkan beberapa pengertian para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari makna pada sebuah tuturan
yang disampaikan penutur terhadap mitra tutur. Pada pragmatik sebuah ujaran
dikaji berdasarkan maksud yang hendak disampaikan penutur kepada petutur,
bukan mengkaji makna sesuai semantiknya.
2.2 Tindak Tutur
Menurut Chaer (dalam Kurniawan dan Raharjo, 2018: 22) tindak tutur
merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya
ditentukan oleh kemampuan berbahasa si penutur dalam menghadapi situasi
tertentu.
Leech (dalam Marni, dkk, 2021: 60) menyatakan bahwa sebenarnya dalam
tindak tutur mempertimbangkan lima aspek situasi tutur yang mencakup: penutur
dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tindak tutur sebagai sebuah
tindakan/aktivitas dan tuturan sebagai produk tindak verbal.
Menurut Searle (dalam Rusminto, 2009: 74-75) tindak tutur adalah suatu
teori yang mengkaji makna bahasa didasarkan pada hubungan antara tindakan dan
tuturan penuturnya. Tindakan-tindakan yang dilakukan atau ditunjukkan melalui
tuturan biasanya disebut dengan tindak tutur, dan dalam bahasa Inggris secara
umum diberi label yang lebih khusus seperti permintaan maaf, keluhan, pujian,
undangan, dan janji.

7
Berdasarkan beberapa pengertian para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa tindak tutur merupakan suatu ujaran yang mengandung tindakan dengan
memperhatikan situasi tutur.
Austin (dalam Marni, dkk, 2021: 61) membedakan tiga macam Tindakan,
yaitu:
a. Tindak tutur lokusi, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat
sesuai dengan makna di dalam kamus dan menurut kaidah sintaksisnya.
Contoh:
Ani: “Ibu sedang memasak di dapur”
Kalimat tersebut memiliki informasi bahwa ibu dari si Ani sedang memasak di
dapur.
b. Tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud; berkaitan
dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan dimana tindak tutur itu
dilakukan, dan lain sebagainya. Tindak tutur ilokusi berkaitan dengan beberapa
fungsi dalam pikiran pembicara.
Contoh:
Ayah: “Ujian sudah dekat”
Jika sang ayang berbicara kepada anaknya, maka yang timbul dipikiran anak
mungkin saja bisa berupa teguran dari sang ayah agar dia lebih rajin belajar
karena ujian sudah dekat.
c. Tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan
untuk mempengaruhi mitra tutur. Tindak tutur perlokusi meiliki akibat tuturan
(hal yang dilakukan pendengar akibat ilokusi). Tindak tutur perlokusi terjadi bila
lawan tutur melakukan sesuatu perlokusi terjadi bila lawan tutur melakukan
sesuatu setelah adanya lokusi dan ilokusi. Dari contoh 2 maka perlokusinya
adalah anak belajar dengan rajin karena ujian sudah dekat.
2.3 Jenis Tindak Ilokusi
Jenis tindak tutur dalam setiap bahasa dipengaruhi oleh banyak aspek,
antara lain norma, kaidah, kepercayaan, tradisi, dan juga nilai-nilai sosial dalam
budaya (Effendi, 2023: 11).

8
Leech (dalam Tarigan, 2009: 42-44) menggolongkan tindak tutur ilokusi
menjadi lima jenis, yaitu:
a. Asertif
Asertif melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang diekspresikan,
misalnya: menyatakan, memberitahukan, menyarankan, membanggakan,
mengeluh, menuntut, melaporkan. Ilokusi-ilokusi yang seperti ini cenderung
bersifat netral dari segi kesopansantunan, dengan demikian dapat dimasukkan ke
dalam kategori kolaboratif. Namun, ada beberapa kekecualian, misalnya
membanggakan, menyombongkan yang pada umumnya dianggap tidak sopan
secara semantik, asertif bersifat proposional.
b. Direktif
Direktif dimaksudkan untuk menimbulkan beberapa efek melalui tindakan
sang penyimak, misalnya: memesan, memerintahkan, memohon, meminta,
menyarankan, menganjurkan, menasihatkan. Semua ini seringkali termasuk ke
dalam kategori kompetitif, dan terdiri atas suatu kategori ilokusi-ilokusi dimana
kesopansantunan yang negatif menjadi penting. Sebaliknya, beberapa direktif
(seperti undangan) pada hakikatnya dianggap sopan. Perlu dicatat bahwa untuk
menghilangkan kebingungan dalam pemakaian istilah direktif dalam hubungan
dengan direct and indirect illocutions, Leech menganjurkan pemakaian istilah
impositif bagi ilokusi-ilokusi kompetitif dalam kelas ini.
c. Komisif
Komisif melibatkan pembicara pada beberapa tindakan yang akan datang,
misalnya: menjanjikan bersumpah. Menawarkan, memanjatkan (do’a). Semua ini
cenderung lebih bersifat konvivial dari pada kompetitif, dilaksanakan justru lebih
memenuhi minat seseorang dari pada sang pembicara.
d. Ekspresif
Ekspresif mempunyai fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan atau
memberitahukan sikap psikologi sang pembicara menuju suatu pernyataan keadaan
yang diperkirakan oleh ilokusi. Misalnya: Mengucapkan terimakasih,
mengucapkan selamat, memaafkan, mengampuni, menyalahkan, memuji,
menyatakan belasungkawa, dan sebagainya. Seperti juga halnya komisif, maka

9
semua ini juga cenderung menjadi konvivial, dan oleh sebab itu pada hakikatnya
dianggap sopan. Akan tetapi sebaliknya juga dapat dibenarkan, misalnya ekspresi-
ekspresi seperti ‘menyalahkan’ dan ‘menuduh’.
e. Deklaratif
Deklaratif adalah ilokusi yang bila informasinya berhasil akan
menyebabkan korespondensi yang baik antara isi proposional dengan realitas.
Contoh: menyerahkan diri, memecat, membebaskan, membastis, memberi nama,
menamai, mengucilkan, mengangkat, menunjuk, menentukan, menjatuhkan
hukuman, memvonis, dan sebagainya. Semua yang tersebut disini merupakan
kategori tindak ujar yang khas; semua itu dilakukan oleh seseorang yang
mempunyai wewenang khusus dan dalam Lembaga tertentu. Contoh klasik adalah
hakim yang menjatuhkan hukuman, pendeta yang membaptis anak-anak, orang
terkemuka yang menamai kapal, dan sebagainya. Apabila ditinjau dari segi
kelembagaan dan bukan hanya dari segi tindak ujar, maka tindakan-tindakan
tersebut dapat dikatakan hampir tidak melibatkan kesopansantunan. Sebagai
contoh, walaupun tindakan menjatuhkan hukuman kepada seorang terdakwa tidak
selalu menyenangkan, namun sang hakim mempunyai wewenang penuh untuk
melakukannya. Oleh karena itu, hamper tidak dapat dikatakan bahwa menjatuhkan
hukuman kepada seseorang itu ‘tidak sopan’.
2.4 Film
Film dalam kamus besar Bahasa Indonesia, memiliki arti sebagai selaput
tipis yang terbuat dari seluloid yang berfungsi sebagai tempat gambar negatif (yang
akan dibuat potret) maupun gambar positif (yang akan dimainkan dibioskop).
Selain itu film juga diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup (KBBI, dalam
Alfathoni dan Manesah, 2020: 2).
Menurut Sobur (dalam Oktavianus, 2013: 3) berpendapat bahwa film
merupakan wujud komunikasi yang berupa elektronik yang dapat menayangkan
kata-kata, citra, bunyi, dan kombinasinya.
Adapun menurut Effendi (dalam Oktavianus, 2013: 3) film adalah media
massa komunikasi yang sangat ampuh, bukan hanya untuk hiburan belaka, tetapi
juga dapat untuk penerangan dan pendidikan.

10
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa film adalah
sebuah media audiovisual yang bertujuan untuk hiburan dan menyampaikan suatu
pesan yang terdapat pada isi film tersebut. Pada sebuah film terdapat nilai-nilai dan
pesan yang hendak disampaikan kepada penonton.
2.5 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA
Seorang pendidik atau guru yang melakukan penyampaian ilmu
pengetahuan yang dimilikinya dengan pengorganisasian dan penciptaan lingkungan
belajar dan dengan menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik, maka dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar lebih
giat lagi merupakan pengertian dari pembelajaran (Aryani dan Wahyuni, 2021: 7).
Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan modal dasar bagi perkembangan
belajar siswa. Pada keterampilan berkomunikasi, peserta didik dituntut untuk bisa
menyampaikan pemikiran, gagasan, pengetahuan, ataupun informasi baru yang
dimiliki baik secara tertulis maupun ekspresi. Keterampilan yang perlu dikuasai
siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, antara lain menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis.
Guru sebagai pendidik menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab
dalam meningkatkan mutu. Pendidik diharapkan memiliki keahlian, keterampilan,
dan kemampuan yang dapat diandalkan dalam melaksanakan tugasnya sebagai
tenaga pendidik yang dapat melahirkan generasi-generasi penerus pembangunan
dimasa akan datang (Suprihatin, dkk, 2020: 65). Berdasarkan kepentingan tersebut
maka diperlukan guru yang mampu untuk untuk merancang bahan ajar dan
pembelajaran yang dapat memotivasi dan memudahkan siswa dalam belajar.
Menurut Mukmini (dalam Hermawan dan Shandi, 2019: 17) bahan ajar
adalah alat pembelajaran yang ditulis dengan tata urutan intruksional karena
digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Selain itu, bahan ajar juga suatu
alat pembelajaran yang disusun sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Bahan ajar
juga berupa alat pembelajaran yang berisi keterampilan dan sikap yang perlu
dipelajari oleh siswa untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Selanjutnya, perencanaan pembelajaran disusun dalambentuk silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus merupakan acuan dalam

11
Menyusun kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran
(Effendi, 2023: 19). Menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, silabus
memuat identitas mata Pelajaran, kompetensi inti, kompetensi dasar, materi,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Kemudian silabus dituangkan ke
dalam RPP.
RPP merupakan rencana kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan
untuk satu kali pertemuan atau lebih. Adapun komponen-komponen RPP meliputi
identitas sekolah, identitas mata Pelajaran, kelas/semester, materi pokok, alokasi
waktu, tujuan pembelajaran, KD dan IPK, metode, media, Langkah-langkah
pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
Setelah mengetahui pembelajaran, bahan ajar, silabus, dan rencana
pelaksanaan pembelajaran, selanjutnya guru bisa langsung memberikan materi
kepada peserta didik. Berkaitan dengan hal tersebut, hasil penelitian ini akan
diimplikasikan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di kelas XI SMA dengan
pada KD 3. 19 menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton,
dan KD 4. 19 mendemonstrasikan sebuah naskah drama dengan memperhatikan isi
dan kebahasaan.
Menurut Morris (dalam Hudhana dan Mulasih, 2019: 56) bahwa drama
berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata daran bermakna “melakukan”.
Drama adalah bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarkan
kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui acting dan dialog.
Akting dan dialog dalam drama tidak jauh beda dengan acting (perilaku) dan dialog
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (Kusmayadi, 2007: 106).
3. PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
eksperimen kunci, Teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalasi (Sugiyono, 2013: 9).

12
Sukmadinata (dalam Ulya, 2019: 29) penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang menganalisis serta mendeskripsikan sebuah kejadian., aktivitas
social, sikap, persepsi, dan kepercayaan. Adapun deskriptif mempunyai tujuan
yakni menjelaskan suatu peristiwa secara apa adanya.
Berdasarkan penejelasan tersebut, penelitian Analisis Tindak Tutur Direktif
dan Ekspresif dalam Film Naga Naga Naga Karya Deddy Mizwar dan Implikasinya
terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA, merupakan penelitian yang
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis desain deskriptif.
3.2 Populasi dan Sampel
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh
Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga
elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis. Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi
karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi
tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi
ditransferkan ke tempat lain pada situasi social yang memiliki kesamaan dengan
situasi sosial pada kasus yang dipelajari (Sugiyono, 2013: 215-216).
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono. 2013: 102).
Menurut Arikunto (dalam Karimah, 2016: 67) intstrumen penelitian
merupakan alat yang dipakai peneliti untuk mengumpulkan sebuah data untuk
mempermudah penelitiannya serta hasil yang diperoleh dapat diolah dengan
mudah.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa instrumen
penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data agar data yang
diperoleh tersusun dan memudahkan dalam penelitian. Adapun instrumen yang
dipakai dalam penelitian ini yaitu:

13
a. Kartu Data
Kartu data untuk mencatat bentuk dan fungsi tuturan tindak direktif dan
ekspresif para pemain film “Naga Naga Naga”. Adapun kartu data pada penelitian
ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

No Kode Data Konteks Bentuk tindak tutur


Data

Keterangan:
1) No diisi dengan urutan data.
2) Kode data diisi dengan kode-kode yang ditentukan oleh peneliti. Kode tersebut
mampu ditulis dengan TD/N3/00:01:52 dan TE/N3/00:01:52. Berikut ini arti
dari kode tersebut.
a) TD merupakan kode data yang memiliki arti Tindak tutur Direktif dan TE
yang memiliki arti Tindak tutur Ekspresif.
b) N3 merupakan judul film yang dianalisis yakni “Naga Naga Naga”
c) 00:01:52 merupakan contoh waktu terjadinya tuturan tersebut
3) Data memuat tuturan yang mengandung tindak tutur direktif dan ekspresif
pada para pemain film “Naga Naga Naga”
4) Konteks dapat diisi hal-hal yang melatarbelakangi tuturan tersebut terjadi itu
terjadi.
5) Bentuk mencakup tuturan para pemain film yang termasuk ke dalam bentuk
tuturan tindak tutur direktif atau ekspresif.
b. Kuesioner/Angket
1) Kuesioner Siswa
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah judul film yang anda tonton itu menarik?
2. Apakah isi film yang ditonton tersampaikan?
3. Apakah pesan dan nilai-nilai dalam film dapat
menjadi motivasi untuk menggemari pembelajaran ?

14
4. Apakah tindak tutur direktif dan ekspresif dalam
film ini dapat dijadikan contoh untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari maupun ketika bermain
peran?
5, Apakah tindak tutur yang ada pada dialog film dapat
dipahami dan cocok dijadikan bahan ajar apresiasi
sastra di sekolah SMA?
6. Apakah film yang and abaca terdapat banyak tindak
tutur direktif dan ekspresif?
7. Apakah film yang anda simak membantu anda
sebagai siswa dalam melakukan pembelajaran,
khusunya pada drama?

2) Kuesioner Guru
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Menurut Bapak/Ibu apakah film yang Bapak/Ibu
tonton sesuai dengan kebutuhan siswa?
2. Menurut Bapak/Ibu apakah film ini layak ditonton
siswa dan dijadikan pembelajaran pada drama?
3. Menurut Bapak/Ibu apakah tindak tutur direktif dan
ekspresif dalam film ini dapat menjadi contoh bagi
siswa?
4. Menurut Bapak/Ibu sesuaikah film ini dijadikan
bahan ajar apresiasi sastra di SMA?
5. Menurut Bapak/Ibu apakah tindak tuutr dalam film
ini mudah di pahami jika dijadikan bahan ajar
apresiasi sastra di sekolah SMA?
6. Menurut Bapak/Ibu apakah tindak tutur pada film ini
akan membantu siswa dalam proses belajar
mengajar?

15
7. Menurut Bapak/Ibu, sesuaikah tindak tutur yang
terdapat pada film ini apabila diaplikasikan dalam
kehidupan nyata siswa?

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini guna
memenuhi data yang akan dibutuhkan dalam menganalisis dan sebagai bagian dari
proses penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode simak. Metode simak merupakan metode yang dilakukan dengan cara
menyimak dialog antartokoh pemeran dalam film. Dalam metode tersebut, teknik
yang digunakan adalah teknik simak bebas libat cakap. Teknik simak bebas libat
cakap (SBLC) merupakan teknik menyimak penggunaan bahasa tanpa perlu terlibat
dalam proses pembicaran tersebut. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam
pengumpulan data pada penelitian ini, sebagai berikut.
1. Menonton film Naga Naga Naga karya Deddy Mizwar dengan saksama dan
mencermati dengan teliti dalam memahami tuturan antartokoh dalam film
tersebut.
2. Mencatat tuturan yang mengandung tindak tutur direktif dan ekspresif
termasuk konteks yang melatarinya.
3. Mengklasifikasikan tindak tutur direktif dan ekspresif.
4. Menyajikan dan mendeskripsikan hasil analisis tindak tutur direktif dan
ekpresif yang terdapat dalam film Naga Naga Naga karya Deddy Mizwar
sesuai dengan masalah yang diajukan.
5. Menyimpulkan hasil penelitian yang telah diteliti terhadap tindak tutur direktif
dan ekspresif dalam film Naga Naga Naga karya Deddy Mizwar.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah tahap sesudah proses teknik pengumpulan data telah
dilakukan. Teknik analisis data dipakai untuk menyelesaikan permasalahan yang
ada pada penelitian. Sebuah data mentah yang telah diperoleh tidak bermanfaat jika
tidak dianalisis (Nugrahani, 2014: 169). Analisis dapat dilaksanakan setelah data
yang relevan dengan permasalahan sudah terkumpul. Tahap ini merupakan upaya
untuk menangani secara langsung masalah yang ada pada data (Zaim, 2014: 97).
Penelitian ini ada dua permasalahan yang akan dianalisis pertama, mengenai
bentuk tutur direktif dan yang kedua tindak tutur ekspresif.

16
Untuk menganalisis mengenai permasalahan dari penelitian ini yakni
bentuk tindak tutur direktif dan ekspresif, analisis ini menggunakan metode padan
dengan teknik dasar teknik pilah unsur penentu dengan daya pilah pragmatik.
Pragmatik yang digunakan dalam penelitian ini yakni memakai teori dari Searle
dan Leech. Metode padan yakni alat yang penentunya di luar kebahasaan, terlepas
tidak menjadi bagian bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 2015: 15). Penelitian
ini memakai ilmu Pragmatik sebagai acuannya, yang selalu berhubungan dengan
konteks, begitupun dengan analisis ini. Konteks merupakan alat penentu di luar
kebahasaan. Selanjutnya yakni teknik pilah unsur penentu, alat yang digunakan
dalam teknik ini yakni kemahiran seorang peneliti dalam memilih sebuah data
dengan penentu tersebut.
Kemampuan ini bersifat mental, mengandalkan intuisi dan memakai
pengetahuan teori. Adapun daya pilah yang digunakan yakni daya pilah Pragmatik,
alat penentunya yakni mitra tutur. Teknik lanjutan dari analisis ini yakni teknik
hubung banding menyamakan. Teknik ini menmbandingkan antara tuturan dengan
konteks.
Adapun tahap-tahap dalam menganalisis data agar ditemukan jawaban
mengenai masalah yang telah dirumuskan. langkah-langkah tersebut sebagai
berikut.
1) Identifikasi data, langkah ini mencatat tuturan direktif dan ekspresif yang
diperoleh dari film “Naga Naga Naga” dan memberikan kode/tanda pada
ujaran yang mengandung tuturan ilokusi. Tanda pada penelitin ini dilakukan
dengan pengodean.
2) Klasifikasi data, pada tahap ini data yang sudah didapat lalu dikelompokkan
berdasarkan tindak tutur direktif dam tindak tutur ekspresif. Peneliti
mengklasifikasikan data sesuai dengan rumusan masalah.
3) Interpretasi data, Peneleiti menafsirkan data sesuai dengan teori yang
digunaakan yakni tindak tutur direktif dan ekspresif.
4) Mendeskripsikan data, tuturan yang sudah diklasifikasi dan diinterpretasikan
selanjutnya yakni dijelaskan dalam bentuk deskripsi.

17
4. JADWAL PENELITIAN
Bulan
Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Menyusun Proposal
Sidang Proposal
Revisi Proposal
Mengumpulkan Data
Membuat Bahan Ajar
Menyusun BAB 4 dan 5

5. BIAYA PENELITIAN
No Kegiatan Harga Banyak- Jumlah
nya
1. Penyusunan proposal
a. ATK 20.000 50.00
b. Penggandaan dan jilid 30.000 2 60.000
2. Seminar proposal 500.000 500.000
3. Persiapan penelitian 50.000 50.000
4. Pelaksanaan penelitian
a. Perizinan 50.000 3 150.000
b. Transportasi 30.000 30.000
c. Penggandaan 100.000 100.000
angket
d. Souvenir 35.000 3 105.000
responden
5. Bimbingan 500.000 500.000
6. Sidang hasil 500.000 500.000
penelitian
7. Revisi hasil 100.000 100.000
penelitian
8. Penggandaan dan 100.000 2 200.000
jilid

18
9. Biaya tak terduga 100.000 100.000
Total 2.445.000

19

Anda mungkin juga menyukai