Anda di halaman 1dari 29

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM FILM TO ALL THE BOYS I’VE

LOVED BEFORE KARYA SUSAN JHONSON : KAJIAN PRAGMATIK

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat ujian sarjana


Pada Program Studi Bahasa Inggris S-1 Fakultas Bahasa,
Universitas Widyatama

Oleh:
Kiki Amelia Ramadhani
0716101012

PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS


FAKULTAS BAHASA
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat

rahmat, dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang

berjudul “Tindak Tutur Ilokusi dalam Film To All The Boys I’ve Loved Before

Karya Susan Jhonson : Kajian Pragmatik”. Penulisan proposal skripsi ini disusun

untuk memenuhi syarat Ujian Tengah Semester dalam mata kuliah Seminar On

Linguistic.

Dala penelitian ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak

kekurangan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki

oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk

penyempurnaan dalam proposal skripsi ini.

Bandung, Oktober 2019

Kiki Amelia Ramadhani


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang saling ketergantungan satu sama

lain serta saling terkait dengan orang lain di lingkungannya. Satu-satunya alat

untuk dapat berhubungan dengan orang lain di lingkungannya adalah komunikasi,

baik secara verbal maupun non verbal. Melalui komunikasi kita berbicara dengan

diri kita sendiri, mengenal serta mengevaluasi diri sendiri; melalui komunikasi

kita berkenalan serta berinteraksi dengan orang lain dan melalui komunikasi kita

berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan orang lain.

Dalam berkomunikasi, terdapat dua orang yang terkait, yaitu pembicara

dan pendengar. Pembicara dan pendengar diharapkan untuk saling memahami

ketika terjadi sebuah komunikasi demi mencapai tujuan bersama, sehingga tidak

akan terjadi kesalahpahaman diantara keduanya. Untuk itu, pembicara harus selalu

berusaha agar tuturannya mematuhi prinsip kerja sama, kesantunan, etika, maupun

estetika. Manusia saling bertukar pikiran, gagasan, ide, dan informasi. Maka

dalam setiap komunikasi, manusia melakukan sebuah peristiwa yang disebut

tutur.

Tindak tutur merupakan gejala individual yang bersifat psikologis dan

keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam

menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti
tindakan dalam tuturannya. Ada beberapa tokoh terkemuka terkait teori tindak

tutur, misalnya J.L. Austin, J.R. Searle, G.N. Leech dan H.P. Grice.

Austin (1962) menyebutkan bahwa pada dasarnya pada saat seseorang

mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Pernyataan tersebut kemudian

mendasari lahirnya teori tindak tutur. Yule (1966) mendefinisikan tindak tutur

sebagai tindakan yang dilakukan melalui ujaran. Sedangkan Cohen (dalam

Hornberger dan McKay (1996) mendefinisikan tindak tutur sebagai sebuah

kesatuan fungsional dalam komunikasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa tindak tutur

merupakan suatu ujaran yang mengandung tindakan sebagai satu kesatuan

fungsional dalam komunikasi yang mempertimbangkan aspek situasi tutur.

Tindak tutur terbagi dalam tiga jenis yaitu lokusi, ilokusi dam perlokusi.

Menurut Austin (dalam Grundy, 2005:51) tindak ilokusi memiliki makna tuturan

yang tetap, tidak ambigu dan memiliki acuan yang pasti. Sedangkan tindak ilokusi

merupakan tindakan yang dilakukan melalui tuturan. Tindak perlokusi ialah akibat

yang dapat disebabkan oleh sebuah tuturan.

Pada dasarnya dalam kehidupan kita sehari-hari, kita selalu

menggunakan tindak tutur sebagai alat komunikasi dengan orang lain misalnya

berdialog, bertanya, bercanda, memberikan perintah, meminta maaf, dan

sebagainya. Misalnya, “Gimme a coffee! Make it black”. Kalimat tersebut

memiliki arti bahwa pembicara ingin seseorang untuk melakukan sesuatu.

Pembicara ingin pendengar membuatkan kopi hitam. Contoh tersebut merupakan

contoh sebuah tindakan ilokusi (memberikan perintah). Contoh lain juga

ditemukan dalam salah satu dialog Film To All The Boys I’ve Loved Before yang

mengatakan “Feel free to take a bus”. Dalam dialog ini, pembaca atau pendengar
dapat mengambil kesimpulan bahwa Lara Jean memberikan perintah kepada Kitty

untuk berangkat menggunakan bis. Namun, makna yang sebenarnya dari dialog

itu adalah Lara Jean memberi Kitty tantangan untuk pergi ke sekolah

menggunakan bis. Contoh kasus tersebut berkaitan dengan salah satu aspek

pragmatik yang merupakan cabang dari Linguistics Study yaitu tindak tutur

ilokusi.

Yule mengemukakan bahwa tindak tutur ilokusi dapat dibagi menjadi

lima jenis tindak tutur berdasarkan fungsinya yaitu, representative, direktif,

komisif, ekspresif dan deklaratif.

Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis jenis-jenis tindak tutur

ilokusi serta strategi apa yang digunakan dalam mengungkapkan tindak tutur

ilokusi yang terdapat dalam film To All The Boys I’ve Loved Before. Film ini

adalah sebuah film percintaan remaja yang disutradarai oleh Susan Jhonson

berdasarkan novel Jenny Han tahun 2014 dengan nama yang sama. Film ini dirilis

oleh Netflix pada 17 Agustus 2018. Dilihat dari percakapan yang terdapat pada

film ini, terdapat beberapa macam tindak tutur dengan situasi tuturan yang

berbeda. Oleh karena itu, masalah atau topic yang dipilih untuk penelitian ini ialah

menganalisis tindak tutur ilokusi apa saja yang terdapat dalam film To All The

Boys I’ve Loved Before.


1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan judul penelitian yaitu ‘Tindak Tutur Ilokusi pada Film To

All The Boys I’ve Loved Before Karya Susan Johnson : Kajian Pragmatik’,

identifikasi masalah skripsi ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa jenis tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam dialog film To All The

Boys I’ve Loved Before?

2. Apa strategi yang digunakan dalam mengungkapkan tutur ilokusi yang

terdapat pada dialog film To All The Boys I’ve Loved Before?

1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian ini penulis membatasi masalah yang diteliti agar

mencegah meluasnya permasalahan. Penelitian ini merupakan kajian pragmatik

dengan inti bahasan tindak tutur ilokusi. Objek yang diteliti berupa tindak tutur

yaitu jenis tindak tutur ilokusi serta strategi apa yang digunakan dalam

mengungkapkan tutur ilokusi tindak tutur ilokusi tersebut.

Penulis menggunakan beberapa teori inti mengenai pragmatik khususnya

tentang tindak tutur yang megacu pada teori Austin (1962), Searle (1979), Leech

(1983), Yule (1996).


1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas maka tujuan penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengidentifikasi jenis tindak tutur ilokusi apa saja yang terdapat dalam

film To All The Boys I’ve Loved Before Karya Susan Johnson.

2. Untuk menjelaskan makna apa yang terdapat dalam tindak tutur ilokusi dalam

film To All The Boys I’ve Loved Before Karya Susan Johnson.

1.5 Objek dan Metode Penelitian

Objek penelitian dalam skripsi ini mengenai ujaran-ujaran yang

mengandung tindak tutur ilokusi dakam sebuah film To All The Boys I’ve Loved

Before Karya Susan Johnson. Di dalam film tersebut terdapat bermacam-macam

teori tindak tutur kajian pragmatik khususnya tindak tutur ilokusi pada percakapan

antar karakter. Metode yang digunakan untuk menganalisis data ialah metode

deskriptif analisis dengan cara membuat gambaran sesuai fakta,

menggambarkannya secara sistematis, menganalisanya sesuai dengan komponen

tutur dan membuat kesimpulan atas gambaran yang diteliti.

Menurut Sukmadinata (2006:72) metode deskriptif analisis adalah suatu

bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena

yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Berbeda

Sukmadinata, menurut Erna Widodo dan Mukhtar (2000) kebanyakan tidak

dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih pada

menggambarkan apa adanya suatu gejala, variabel atau keadaan.


Tujuan menggunakan metode ini sesuai dengan kerja peneliti dalam

metode penelitian deskriptif analisis ini yaitu untuk menjelaskan tindak tutur

ilokusi dan makna tindak tutur ilokusi yang terdapat pada film To All The Boys

I’ve Loved Before Karya Susan Johnson. Langkah-langkah yang ditempuh dalam

proses penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Menonton dan memperhatikan ujaran-ujaran yang terdapat pada film To All

The Boys I’ve Loved Before Karya Susan Johnson.

2. Mengunduh naskah film To All The Boys I’ve Loved Before Karya Susan

Johnson.

3. Membaca, mempelajari, mengumpulkan data tindak tutur ilokusi.

4. Klasifikasi data berdasarkan jenis tindak tutur ilokusi.

5. Menganalisis data sesuai dengan identifikasi masalah, yaitu jenis tindak tutur

ilokusi dan strategi yang digunakan dalam mengungkapkan tutur ilokusi

dalam film tersebut.

6. Membuat simpulan dan saran.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini ditulis sebagai berikut, yaitu:

Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Pustaka, Bab III Analisis Data, dan Bab IV

Simpulan dan Saran.


Bab I yang berupa Pendahuluan mencakup latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, objek dan

metode penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II berupa Kajian Pustaka yang

mengacu pada teori. Teori-teori yang digunakan dalam penulisan ini antara lain

teori Austin (1962), Searle (1979), Leech (1983), Yule (1996).

Bab III berisi Analisis Data tindak tutur ilokusi dan strategi apa yang

digunakan dalam menyampaikan tutur ilokusi dalam film tersebut. Berdasarkan

hasil analisis data yang diperoleh, ditarik simpulan dan saran yang ditulis pada

Bab IV.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pragmatik

Istilah pragmatik pertama kali muncul dari seorang filosof pada tahun

1938 yang bernama Charles Morris. Dalam kamus Bahasa Indonesia edisi ketiga

tahun 2005 disebutkan bahwa pragmatik adalah yang berkenaan dengan syarat-

syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi.

Pragmatik ialah berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi

tidaknya bahasa dalam komunikasi (KBBI, 1993: 177).

Sedangkan menurut International Pragmatics Association (IPRA) yang

dimaksud dengan pragmatik ialah penyelidikan bahasa yang menyangkut seluk

beluk penggunaan bahasa dan fungsinya (dalam Soemarmo, 1987: 3). Para pakar

pragmatik mendefinisikan istilah pragmatik ini secara berbeda-beda.

Yule (1996: 3) menyebutkan 4 definsi pragmatik, yaitu (1) bidang yang

mengkaji makna pembicara, (2) bidang yang mengkaji makna menurut

konteksnya; (3) bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan,

mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara,

dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang

membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu. Menurut Levinson

(1983: 9), ilmu pragmatik didefinisikan sebagai berikut: (1) Pragmatik ialah

kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan

pengertian bahasa. Di sini, pengertian/pemahaman bahasa menghunjuk kepada

fakta bahwauntuk mengerti sesuatu ungkapan/ujaran bahasa diperlukan juga


pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yakni

hubungannya dengan konteks pemakaiannya. (2) Pragmatik ialah kajian tentang

kemampuan pemakai bahasa mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks-

konteks yang seusai bagi kalimat-kalimat itu (Nababan, 1987:2).

Menurut Leech (1993: 1), pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa

yang semakin dikenal pada masa sekarang ini, walaupun pada kira-kira dua dasa

warsa yang silam, ilmu ini jarang atau hampir tidak pernah disebut oleh para ahli

bahasa. Hal ini dilandasi oleh semakin sadarnya para linguis, bahwa upaya untuk

menguak hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa

didasari pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu digunakan

dalam komunikasi. Leech (1993: 8) juga mengartikan pragmatik sebagai studi

tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech

situasions).

Pragmatik juga diartikan sebagai syarat-syarat yang mengakibatkan serasi-

tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; aspek-aspek pemakaian bahasa

atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran

(Kridalaksana 1993:177).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat ditegaskan bahwa

pragmatik adalah bagian dari ilmu linguistic yang mempelajari tentang makna

yang terkandung dalam ujaran atau tindak tutur dalam tata bahasa.
2.2 Tindak Tutur

Tindak tutur yang pertama-tama dikemukakan oleh Austin (1956) yang

merupakan teori yang dihasilkan dari studinya dan kemudian dibukukan oleh J.O.

Urmson (1965) dengan judul How to Do Thing with Words? Kemudian teori ini

dikembangkan oleh Searle (1965) dengan menerbitkan sebuah buku Speech Acts:

An Essay in the Philosophy of Language. Ia berpendapat bahwa komunikasi

bukan sekadar lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut

produk atau hasil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak

tutur (the performance of speech acts).

Searle (1969: 16) berpendapat bahwa:

The unit of linguistic communication is not, as has generally been

supposed, the symbol, word or sentence, or even the token of the symbol,

word or sentence, but rather the production or issuance of the symbol or

word or sentence in the performance of the speech act”.

Pendapat Searle dapat diartikan bahwa komunikasi tidak hanya sekedar

lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila komunikasi disebut

produk atau hasil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak

tutur (the performance of the speech act). Dengan kata lain tindak tutur adalah

produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan

kesatuan terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan,

pertanyaan, perintah atau yang lainnya.


Leech (1994:4) juga menyatakan bahwa sebenarnya dalam tindak tutur

mempertimbangkan lima aspek situasi tutur yang mencakup: penutur dan mitra

tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tindak tutur sebagai sebuah tindakan atau

aktivitas dan tuturan sebagai produk tindak verbal.

2.2.1 Macam – macam Tindak Tutur

Di dalam pragmatic, tuturan merupakan suatu bentuk tindakan dalam

konteks situasi tutur sehingga aktivitasnya disebut tindak tutur. Istilah tindak tutur

atau speech acts sendiri mulai diperkenalkan oleh filosof Inggris J.L. Austin.

Austin membuat tiga macam tindak tutur yaitu, lokusi, ilokusi dan perlokusi

(Leech 1986:199). Berikut penjelasan dari ketiga istilah tersebut:

2.2.1.1 Tindak Tutur Lokusi

Yule (1966: 48) dalam bukunya Doing Pragmatics mengatakan “There is

first a locutionary act, which is the basic act of utterance, or producing a

meaningful linguistic expression” dengan kata lain tindak tutur lokusi hanya

merupakan bagian dasar dari ujaran atau hanya merupakan ekspresi yang

memiliki arti dalam linguistik.

Austin (1962) menjelaskan “uttering a sentence with determinate ‘sense’

(i.e non-ambiguous meaning) and reference – locution” yang berarti bahwa

ujaran dalam satu kalimat yang memiliki arti tertentu (tidak termasuk arti yang

ambigu) dan referensi tersendiri disebut dengan lokusi.

Tidak tutur lokusi adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk

menyatakan sesuatu; tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan makna kalimat
sesuai dengan makna kata itu di dalam kamus dan makna kalimat itu menurut

kaidah sintaksisnya (Gunarwan dalam Rustono, 1999: 37).

Contoh tindak tutur ilokusi adalah ketika seseorang berkata: “I am tired”.

Penutur tuturan ini tidak merujuk kepada maksud tertentu kepada lawan tutur.

Tuturan ini bermakna bahwa si penutur sedang dalam keadaan lelah, tanpa

bermaksud meminta untuk diperhatikan dengan cara misalnya dipijit oleh si lawan

tutur. Penutur hanya mengungkapkan keadaannya yang tengah dialami saat itu.

2.2.1.2 Tindak Tutur Ilokusi

Menurut pendapat Austin (1986) (dalam Rustono, 1999: 37) ilokusi

adalah tindak melakukan sesuatu yang mengandung maksud dan fungsi atau

daya tuturan. Pertanyaan yang diajukan berkenaan dengan tindak ilokusi adalah

“untuk apa ujaran itu dilakukan” dan sudah bukan lagi dalam tataran “apa makna

tuturan itu?”. Rohmadi (2004: 31) mengungkapkan bahwa tindak ilokusi adalah

tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu

dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Contoh tindak tutur ilokusi:

“It’s hot here”

Tuturan ini mengandung maksud bahwa si penutur meminta agar pintu

atau jendela segera dibuka, atau meminta kepada lawan tutur untuk menghidupkan

kipas angin. Jadi jelas bahwa tuturan itu mengandung maksud tertentu yang

ditujukan kepada lawan tutur.


2.2.1.3 Tindak Tutur Perlokusi

Tuturan yang diucapkan penutur sering memiliki efek atau daya

pengaruh (perlocutionary force). Efek yang dihasilkan dengan mengujarkan

sesuatu itulah yang oleh Austin (1962: 101) dinamakan perlokusi. Efek atau daya

tuturan itu dapat ditimbulkan oleh penutur secara segaja, dapat pula secara tidak

sengaja. Tindak tutur yang pengujaran dimaksudkan untuk memengaruhi lawan

tutur inilah merupakan tindak perlokusi.

Ada beberapa verba yang dapat menandai tindak perlokusi. Beberapa

verba itu antara lain membujuk (persuading), menipu (cheating), mendorong

(pushing), menakut-nakuti (scarying), menyenangkan (delighting),

mempermalukan (embarrassing), menarik perhatian (attracting), dan lain

sebagainya (Leech, 1983). Contoh tuturan yang merupakan tindak perlokusi:

1. “there’s a ghost!

2. “go get them”

3. “he’s okay, mom”

Tiga kalimat tersebut masing-masing memiliki daya pengaruh

yaitumenakut-nakuti, mendorong, dan melegakan (Rustono, 1999).


2.3 Klasifikasi Tindak Tutur Ilokusi

Menurut Yule, tindakan ilokusi disampaikan secara komunikatif atau

ucapan. Sebagai contoh:

“There is a dog!”

Tuturan ini mengandung maksud bahwa si penutur meminta agar lawan

tutur untuk berhati-hati dan waspada terhadap seekor anjing galak yang ada di

dekat mereka. Jadi jelas bahwa tuturan itu mengandung maksud tertentu yang

ditujukan kepada lawan tutur.

Tindakan ilokusi merupakan sebuah ucapan yang dimaksudkan untuk si

lawan tutur untuk melakukan sesuatu. Tindakan ilokusi mengacu pada jenis fungsi

yang harus dipenuhi oleh si tutur lawan. Beberapa contoh tindakan ilokusi

diantaranya adalah menuduh, menyalahkan, meminta maaf, memberi selamat,

bercanda, menjanjikan sesuatu, bersumpah, dan berterimakasih.

Menurut Bloomer, tindak tutur ilokusi adalah sebuah ucapan yang

menghasilkan sebuah tindakan ketika ucapan tersebut diucapkan. Tindakan ilokusi

dalam implementasinya memiliki tujuan komunikatif tertentu. Ketika seseorang

berkata, “I’ve just made some coffee” hal tersebut memiliki makna sebuah

tawaran atau sekedar ungkapan saja.

Banyak teori tindak tutur ilokusi yang telah dideskripsikan contohnya

seorang ahli bahasa, Austin dan Searle. Austin (1983:281) membagi tindak tutur

ilokusi menjadi lima jenis diantaranya adalah; verdiktif, eksersifitf, komisif,

behavitif, dan ekspositif. Sedangkan Searle mengklasifikasikan tindak tutur


ilokusi mejadi lima jenis yaitu; representatif, direktif, komisif, ekspresif dan

deklaratif.

2.3.1 Representatif

Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya

akan kebenaran atas apa yang diutarakan. Tindak tutur jenis ini juga disebut

aserftif. Adapun yang termasuk dalam jenis tindak tutur ini adalah tuturan untuk

menyatakan, memberitahukan, membanggakan, mengeluh, menuntut, dan

melaporkan (Tarigan, 2009: 42-43).

Sebagai contoh, “I inform you that our government makes a wrong policy

for rising up the cost of oil" (melaporkan). Kalimat tersebut merupakan contoh

sebuah laporan karena si penutur berusaha melaporkan tentang kesalahan yang

terjadi di pemerintahan mereka.

Contoh lain adalah “Adik selalu unggul di kelasnya”. Tuturan tersebut

termasuk tindak tutur representatif sebab berisi informasi yang penuturnya terikat

oleh kebenaran isi tuturan tersebut. Penutur bertanggung ajwab bahwa tuturan

yang diucapkan itu memang fakta dan dapat dibuktikan di lapangan bahwa si adik

rajin belajar dan selalu mendapatkan peringkat pertama di kelasnya.

2.3.2 Direktif

Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penutur agar

mitra tutur melakukan tindakan yang diinginkan oleh penutur. Adapun yang

termasuk dalam jenis tindak tutur ini menurut Ibrahim (1993: 28-29) adalah

requestives (meminta, mengemis, memohon, menekan, mengundang, mendoa,

mengajak, mendorong), questions (bertanya, berinkuiri, menginterogasi),


requirements (memerintah, menghendaki, mengkomando, menuntut, mendikte,

mengarahkan, menginstruksikan, mengatur, mensyaratkan), prohibitive

(melarang, membatasi), permissives (menyetujui, membolehkan, memberi

wewenang, menganugrahi, mengabulkan, membiarkan, mengijinkan, melepaskan,

memaafkan, memperkenankan), dan advisories (menasehatkan, memperingatkan,

mengkonseling, mengusulkan, menyarankan, mendorong). Contohnya, “Gimme a

cup of coffee! Make it black!” (memerintah).

Contoh lain dari direktif adalah: “Please help me to finish my homework.

Contoh tersebut termasuk ke dalam tindak tutur jenis direktif sebab tuturan itu

dituturkan dimaksudkan penuturnya agar melakukan tindakan yang sesuai yang

disebutkan dalam tuturannya yakni membantu menyelesaikan tugas.

2.3.3 Komisif

Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk

melaksanakan apa yang disebutkan dalam tuturannya. Adapun yang termasuk

dalam jenis tindak tutur ini adalah tuturan untuk menjanjikan, bersumpah,

menawarkan, dan memanjatkan (doa) (Tarigan, 2009: 43).

Contoh tindak tutur komisif adalah: “I’ll be back tomorrow. Contoh

tersebut termasuk ke dalam tindak tutur jenis komisif sebab tuturan itu dituturkan

dimaksudkan penuturnya esok akan kembali kepada lawan tutur. Tindakan ini

masuk ke dalam tindakan janji atau menjanjikan sesuatu.


Contoh lain dari tindak tutur komisif adalah:: “I am capable to hold this

company. Contoh tersebut termasuk ke dalam tindak tutur jenis komisif sebab

tuturan mengikat penuturnya untuk melaksanakan amanah dengan cara

bertanggung jawab atas perusahaan tersebut.

2.3.4 Ekspresif

Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang mempunyai fungsi untuk

mengekspresikan, mengungkapkan atau memberitahukan sikap psikologis penutur

terhadap suatu keadaan yang tersirat dalam ilokusi. Adapun yang termasuk dalam

jenis tindak tutur ini adalah tuturan untuk mengucapkan terima kasih,

mengucapkan selamat, meminta maaf, memaafkan, mengampuni, menyalahkan,

memuji, menyatakan bela sungkawa, dan sebagainya (Leech, Tarigan, 2009: 43).

Sebagai contoh, “Mmmmh the meal was delicious”. Kalimat tersebut

merupakan contoh tindak tutur ekspresif sebab si penutur mengungkapkan sesuatu

yaitu rasa dari daging tersebut.

Contoh lain dari tindak tutur ekspresif adalah: “Sudah kerja keras mencari

uang, tetap saja hasilnya tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga”. Tuturan

tersebut merupakan tindak tutur ekspresif mengeluh yang dapat diartikan sebagai

evaluasi tentang hal yang dituturkannya yaitu usaha mencari uang yang hasilnya

selalu tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

2.3.5 Deklaratif

Tindak tutur deklaratif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya

untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Adapun yang

termasuk dalam jenis tindak tutur ini adalah tuturan untuk menyerahkan diri,

memecat, membebaskan, membaptis, memberi nama, menamai, mengucilkan,


mengangkat, menunjuk, menentukan, menjatuhkan hukuman, menvonis, dan

sebagainya (Tarigan, 2009: 44).

Tindak tutur deklaratif dapat dilihat dari contoh berikut ini:

a. “Ibu tidak jadi membelikan adik mainan” (membatalkan).

b. “Saya memutuskan untuk menerima lamaranmu” (memutuskan).

2.4 Strategi Tindak Tutur

Strategi tindak tutur disampaikan dalam dua cara, yaitu secara langsung

(direct) atau tidak langsung (indirect).

2.4.1 Tindak Tutur Langsung

Dalam tindak tutur langsung, tuturan difungsikan konvensional sesuai

dengan arti kalimatnya secara literal. Kalimat tanya fungsinya untuk bertanya,

kalimat perintah untuk menyuruh dan sebagainya. Searle dalam Cutting

(2002:19) berkata bahwa tindak tutur langsung ialah “A speaker using direct

speech act wants to communicate the literal meaning that the words

conventionally express; there is a direct relationship between the form and the

function.” Seperti yang Austin ungkapkan bahwa ada tiga syarat yang harus

dipenuhi agar tuturan dapat terlaksana. Namun, ada hal penting yang harus

ditekankan, ada pula tindak tutur tidak langsung serta literal dan tidak literal

(Parker, 1986)
Menurut Yule (1996: 54-55) sebagai teori yang selaras, yaitu “Whenever

there is a direct relationship between a stucture and a function, we have a direct

speech act.” Yang artinya, apabila ada hubungan langsung antara struktur

dengan fungsi, maka terdapat suatu tindak tutur langsung.

Yule (1996: 96) memberikan contoh dan penjelasannya sebagai berikut: “It

is cold out outside. I hereby you about the weather”. Seperti yang digambarkan

dalam tuturan diatas yang berbentuk deklaratif. Tuturan ini berfungsi sebagai

suatu tindak tutur langsung.

2.4.2 Tindak Tutur Tidak Langsung

Berbeda dengan tindak tutur langsung, dalam tindak tutur tidak langsung

erat kaitannya dengan prinsip sopan santun dalam percakapan. Kalimat perintah

dapat diungkapkan melalui kalimat tanya atau kalimat berita agar orang yang

diperintah tidak merasa dirinya diperintah. Tindak tutur tidak langsung

merupakan tindak tutur yang tidak sesuai dengan fungsi kalimatnya. Berdasarkan

definisi Kroeger (2005: 197) “Indirect speech acts are those in which there is a

mismatch between the sentence type and the intended force.”

Adapun contoh menurut parker dalam Nadar (2009: 18) sebagai berikut:

“Bring me my coat?”. contoh tersebut merupakan tindak tutur tidak langsung

(meminta). Verschuren dalam Griffiths (1999:149) berpendapat: “When a

sentence type is used in the performative of speech acts different from their

default kind, we have what are called indirect speech acts”.

Penulis menyimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung adalah tindak

tutur yang tidak sesuai dengan maksud yang disampaikan oleh penutur kepada
lawan tutur. Biasanya, tindak tutur tidak langsung lebih sopan digunakan ketika

berkomunikasi daripada tindak tutur langsung. Hal tersebut karena penutur

melakukan strategi-strategi dan pemilihan kata sebelum berbicara dengan lawan

tuturnya.

2.5 Konteks

Definisi konteks menurut Leech (1983: 13) "Any background of

knowledge assumed to be shared by speaker and hearer and which contributes to

hearer's interpretation on what speaker mean by a given utterance", maksudnya

konteks merupakan latar belakang pengetahuan yang dibagi bersama-sama oleh

penutur dan lawan tutur yang menolong lawan tutur untuk mengartikan maksud

tuturan penutur. Cruse (2006: 35) mengemukakan bahwa konteks merupakan

elemen yang harus ada dalam interpretasi ujaran dan perasaan.

Cutting (2003: 3) membagi konteks kedalam 2 bagian:

a. Situational Context.

b. Background Knowledge Context.

Pentingnya aspek konteks karena latar belakang pemahamam yang dimiliki

oleh penutur maupun lawan tutur sehingga lawan tutur dapat membuat

interprestasi mengenai apa-apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu membuat

tuturan tertentu. Dengan demikian konteks adalah hal-hal yang gayut dengan

lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan atau latar belakang pengetahuan yang

sama-sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur dan membantu lawan tutur

menafsirkan makna tuturan.


BAB III

SAMPEL DATA

Bab ini penulis menguraikan analisis data yang diambil dari percakapan

dalam film To All The Boys I’ve Loved Before Karya Susan Jhonson. Dalam

penyajian data, penulis menggunakan konteks dalam menjelaskan situasi

lingkungan saat penutur melakukan interaksi dengan lawan tutur guna

memperjelas suatu tuturan untuk mencapai maksud dan tujuan dari tuturan

tersebut.

3.1 Tindak Tutur Ilokusi Representatif

Data 1

Konteks : Percakapan terjadi setelah Lara Jean memberikan sebuah

ciuman kepada Peter Kavinsky di lapangan sepak bola. Saat itu Peter tengah

berlari di lapangan kemudian Lara dengan sengaja mencium Peter di muka umum.

Kemudian Lara pun lari kencang menuju ke arah toilet sekolah dan Peter

menghampirinya.

Peter Kavinsky : “Look, I just wanna be super clear.”

Lara Jean : “Peter Kavinsky, I'm not trying to date you.”

Peter Kavinsky : “Your mouth is saying something, but your mouth said

something different.”
Tuturan “Look, I just wanna be super clear” pada Data 1 dapat

diidentifikasikan sebagai tuturan ilokusi representatif kategori menuntut. Dalam

dialog tersebut terlihat jelas bahwa Peter mencoba untuk menanyakan apa maksud

dari ciuman yang diberikan oleh Lara di lapangan sepak bola. Peter menuntut agar

Lara menjelaskan apa yang terjadi apakah Lara memiliki rasa kepada Peter atau

adakah maksud lain. Secara langsung Peter menuntut pertanggungjawaban atas

ciuman tersebut.

Strategi yang digunakan dalam penyampaian tuturan Data 1 “Look, I

just wanna be super clear” adalah strategi langsung. Dilihat dari penyampaian

tersebut, penutur menyampaikan tuturannya secara langsung kepada lawan tutur

dengan modus kalimat dan makna yang sesungguhnya tanpa ada maksud lain.

3.2 Tindak Tutur Ilokusi Direktif

Data 2

Konteks : Percakapan terjadi di pagi hari di depan rumah Dr. Covey (Ayah

Lara Jean). Percakapan terjadi ketika Lara dan Kitty (Adik Lara Jean) hendak

memulai hari pertama sekolah setelah libur panjang. Lara memulai hari baru di

salah satu SMA di New York dan Kitty mulai masuk SMP. Sebelum berangkat

ke sekolah, Dr. Covey meminta mereka untuk berfoto bersama.

Dr. Covey : “It's only gonna take a second. Just smile. Cheese!”

(camera shutter snapping)

Lara Jean : “Ready to go?”

Kitty : “Let’s go!”


Tuturan “It's only gonna take a second. Just smile. Cheese!” pada

Data 2 dapat diidentifikasikan sebagai tuturan ilokusi direktif kategori memerintah

karena penutur meminta si penutur untuk melakukan sebuah tindakan yaitu

berfoto dan tersenyum ke kamera.

Strategi yang digunakan dalam penyampaian tuturan Data 2 “It's only

gonna take a second. Just smile. Cheese!” adalah strategi langsung. Dilihat dari

penyampaian tersebut, penutur menyampaikan tuturannya secara langsung kepada

lawan tutur dengan modus kalimat dan makna yang sesungguhnya tanpa ada

maksud lain.

3.3 Tindak Tutur Ilokusi Komisif

Data 3

Konteks : Percakapan terjadi siang hari di Bandara. Ketika itu, Margot

(Kakak Lara Jean) berpamitan karena ia akan pergi kuliah ke Luar Negeri.

Terlihat Kitty dan Dr. Covey meninggalkan Lara dan Margot agar mereka bisa

berbincang-bincang sebelum Margot pergi. Kemudian Lara dan Margot pun saling

memeluk dan mengucapkan salam perpisahan.

Margot : “If you need me, I'm a Skype call away.”

Lara Jean : “Until you start going to pubs and eating haggis with your

Scottish friends, and forget about us.”

Margot : “I can promise you I will never, ever... eat haggis.”


Tuturan “I can promise you I will never, ever... eat haggis” pada Data 3

dapat di identifikasikan sebagai tuturan ilokusi komisif kategori bersumpah sebab

penutur berjanji kepada lawan tutur bahwa ia tidak akan memakan haggis atau

melupakan keluarga dirumah.

Strategi yang digunakan dalam penyampaian tuturan Data 3 adalah strategi

langsung. Dilihat dari penyampaian tersebut, penutur menyampaikan tuturannya

secara langsung kepada lawan tutur dengan modus kalimat dan makna yang

sesungguhnya tanpa ada maksud lain.

3.1.4 Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif

Data 4

Konteks : Percakapan ini terjadi di ruang makan Peter. Peter membawa Lara

kerumahnya kemudian Lara berkenalan dengan Ibu Peter. Untuk memulai

pembicaraan, Ibu Peter menanyakan tentang Ibu Lara Jean yang sudah meninggal.

Secara tidak sengaja, hal tersebut menyakiti hati Lara dan membuatnya teringat

akan masa lalunya. Kemudian Ibu Peter meminta maaf.

Ibu Peter : “Aw. Well, how about you mom? Your mom must love having

girls. And me? I'm stuck with these two heathens.”

Peter Kavinsky : “Mom, I told you. Lara Jean's mother passed away when she

was little..”

Ibu Peter : “I am so sorry, Lara Jean, I am so sorry to hear that....”


Tuturan “I am so sorry, Lara Jean, I am so sorry to hear that....” pada

Data 4 dapat di identifikasikan sebagai tuturan ilokusi ekspresif kategori meminta

maaf dan berduka cita. Dalam percakapan ini, terlihat jelas bahwa Ibu Peter

meminta maaf atas kesalahannya yang telah mengungkit tentang ibunya.

Kemudian Ibu Peter mengucapkan bela sungkawa kepada Lara.

Strategi yang digunakan dalam penyampaian tuturan Data 4 adalah strategi

langsung. Dilihat dari penyampaian tersebut, penutur menyampaikan tuturannya

secara langsung kepada lawan tutur dengan modus kalimat dan makna yang

sesungguhnya tanpa ada maksud lain.

3.1.5 Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif

Data 5

Konteks : Percakapan ini terjadi di sore hari ketika Lara dan Peter telah

pulang dari summer camp. Lara marah besar sebab Peter melakukan kesalahan

besar. Malam sebelum summer camp usai, Peter mengunjungi kamar Gen’s

(mantan kekasihnya) kemudian terjadilah kesalahfahaman antara Lara dan Peter.

Lara pun marah besar dan ia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan

Peter.

Peter Kavinsky : “Hi. Ready to go?”

Lara Jean : “Did you go to Gen's room last night? And you gave her my

favorite scrunchie? Am I just a joke to you, Peter?”

Peter Kavinsky : “No, you're not. You just don't understand the situation.”

Lara Jean : “No, I understand completely. This is over, in every possible

way.”
Tuturan “No, I understand completely. This is over, in every possible

way” yang terdapat pada Data 5 dapat di identifikasikan sebagai tuturan ilokusi

deklaratif kategori memutuskan hubungan. Dalam cerita ini terlihat jelas bahwa

ada unsur deklaratif (memutuskan hubungan) karena terjadinya sebuah

kesalahpahaman. Data 5 ini sesuai dengan definisi deklaratif yaitu tindak tutur

yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan

sebagainya) yang baru.

Strategi yang digunakan dalam penyampaian tuturan Data 3 adalah

strategi langsung. Dilihat dari penyampaian tersebut, penutur menyampaikan

tuturannya secara langsung kepada lawan tutur dengan modus kalimat dan makna

yang sesungguhnya tanpa ada maksud lain.


DAFTAR PUSTAKA

Aitchison, Jean. 2003. Linguistics: Teach Yourself: London: Hodder&Stoughton.

Austin, J. L. 1962. How to Do Things with Words. New York: Oxford

University Press.

Leech, Geofrey: 1983. Principles of Pragmatics. London dan New York:

Longman

Searle, John. R. 1979. Expression and Meaning. Studies in the Theory of

Speech Acts. Melbourne: Cambridge University Press.

Mey, J. L. 2001. Pragmatics An Introduction (2nd Editions). Oxford: Blackwell.

Tarigan, H.G. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa

Yule, George. 1996a. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press

Anda mungkin juga menyukai