Anda di halaman 1dari 8

JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, xx(xx), 2022, xxx–xxx

pISSN 2797-0736 eISSN 2797-4480


DOI: 10.17977/um064v2i12022pxxx-xxx

ANALISIS KESENYAPAN BERBICARA VIDIO “BERSAHABAT


DENGAN ANAK PUBER OLEH DR. AISYAH DAHLAN” MELALUI
KAJIAN PSIKOLINGUISTIK

Condro Ayu Mukti Kuncoro


Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia
Surel: condro.ayu.2002116@students.um.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan mengelaborasi hasil analisis senyapan dan sebab
terjadinya dalam vidio "Cara Bersahabat dengan Anak Zaman Now oleh dr. Aisyah Dahlan". Metode
yang digunakan adalah deskriptif dalam bentuk kualitatif. Sumber data adalah tuturan yang
dilontarkan oleh dr. Aisyah Dahlan dan Bunda Marsya dalam sebuah webinar bersama orang-orang
yang terlibat. Data penelitian adalah kesenyapan yang terjadi pada sesi tanya jawab webinar
tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik eksposur dan analisis konteks.
Alat pengumpulan datanya adalah video catatan. Metode analisis data yang digunakan adalah
teknik SBLC – metode mendengarkan. Berdasarkan hasilnya, terjadi 29 kali kesenyapan dalam
debat. Jenis kesenyapan adalah tipe kesenyapan isi, kesenyapan diam, pengulangan progresif, salah
mulai, perpanjangan, serta pembetulan. Beberapa penyebab kesenyapan adalah memerlukan lebih
banyak waktu, pengulangan, awal yang salah, ragu-ragu, gugup, dan penyempurnaan. Penelitian ini
dapat memberikan kontribusi untuk pembelajaran khususnya dalam berbicara aspek.

Kata kunci: kesenyapan, analisis, data

Abstract
This study aims to explain and elaborate on the results of the analysis of silence and its causes in the
video "How to be Friendly with Children of Today by Dr. Aisyah Dahlan". The method used is
descriptive in the form of qualitative. The source of the data is the speech uttered by dr. Aisyah Dahlan
and Mother Marsya in a webinar with the people involved. Research data is the silence that occurs in
the question and answer session of the webinar. Data collection techniques used are exposure
techniques and context analysis. The data collection tool is video notes. The data analysis method used
is the SBLC technique – the listening method. Based on the results, there were 29 times of silence in the
debate. The types of silence are content silence, silent silence, progressive repetition, misstart,
extension, and correction. Some of the causes of silence are needing more time, repetition, wrong
starts, hesitation, nervousness, and refinement. This research can contribute to learning especially in
speaking aspects.

Keywords: silence, analysis, data

1. Pedahuluan
Berbicara adalah keterampilan yang sederhana untuk dilakukan. Namun, berbicara
sebenarnya tidak sesederhana yang terlihat. Pada umumnya orang tidak menyadari bahwa
berbicara melibatkan proses yang kompleks. Pangesti (2019) mengemukakan bahwa dalam
komunikasi verbal manusia memproduksi hingga 150 kata per menitnya. Sedangkan, proses
produksi ujaran merupakan peristiwa kompleks yang terdiri dari konseptualisasi, formulasi,
serta artikulasi. Sehingga, penutur sering mengalami hambatan saat berbicara. Sejalan dengan
pendapat Pangesti (2019) bahwa penutur sering mengalami hambatan saat bertutur yang
terealisasi dalam bentuk interupsi berupa: diam; pengucapan bunyi, kata, atau pun kalimat
yang bukan menjadi bagian dari pesan; mengulang-ulang kata; serta semacamnya yang
menonjolkan kesan bahwa tuturan yang diproduksi tidaklah tuturan yang lancar dan ideal.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, xx(xx), 2022, xxx–xxx

Salah satu kasus yang berkaitan dengan hal tersebut terdapat pada temuan penelitian Mulyani
(2013) yang berisi pernyataan bahwa berdasarkan analisis dari kegiatan menceritakan ulang,
dari segi kelancaran terdapat beberapa siswa yang terlihat gugup dan kurang lancar. Hal itu
terlihat dengan adanya jeda berupa pengucapan “eee...”.

Peristiwa tersebut bukan merupakan kelainan, melainkan hambatan dalam berbicara


yang bisa saja dialami oleh siapapun dan dalam situasi formal maupun nonformal. Salah satu
bentuk hambatan yang sering terjadi saat berbicara adalah senyapan dan kilir lidah. Senyapan
merupakan ketidaklancaran seseorang dalam berbicara, sedangkan kilir lidah merupakan
kekeliruan dalam berbicara (Mayasari, 2015). dan kata yang terkilir tidak akan jauh dari kata
yang sebenarnya ingin diujarkan.

Linguistik mengkaji struktur bahasa sedangkan psikologi mengkaji perilaku berbahasa


atau proses berbahasa (Chaer, 2009). Terjadinya kilir lidah dan senyapan tentu melibatkan
psikologis dan linguistik. Oleh karena itu, peneliti menganggap tepat apabila hal ini dikaji
melalui bidang ilmu psikolinguistik. Seperti yang telah dikemukakan (Mayasari, 2015)
sebelumnya bahwa, kilir lidah dan senyapan bisa terjadi pada situasi formal maupun
nonformal. Biasanya senyapan terjadi karena adanya proses retrieve kata atau pencarian kata
yang hendak diujarkan. Selain itu, senyapan biasanya terjadi karena beberapa hal seperti,
penutur belum siap untuk berbicara tetapi sudah terlanjur memulai pembicaraan, ketika
seseorang tidak ingat terhadap kata yang hendak diujarkan dan ketika seseorang merasa
berhati-hati dalam berbicara.

Terjadinya senyapan ditandai dengan adanya gumam yang dihasilkan oleh penutur saat
proses retrieve kata. Senyapan tentu berkaitan dengan kilir lidah. Ketika terjadi kilir lidah yang
disebabkan oleh peristiwa terkilirnya lidah maka, penutur akan menyadarinya dan cenderung
melakukan senyap untuk mencari kata yang dimaksud. Kemudian penutur akan membetulkan
dan melanjutkan kembali pembicaraannya. Hal ini tentu menghambat proses berbicara
penutur. Terjadinya kilir lidah menunjukan bahwa kata tidak tersimpan dengan baik sehingga
ketika hendak diujarkan pembicara harus meramunya (Andari, 2013).

Sebenarnya banyak faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kilir lidah salah
satunya adalah faktor psikologis seperti perasaan takut, malu dan gelisah. Penyebab terjadinya
kilir lidah tentu dapat kita amati melalui bahasa tubuh sebagai bahasa pendukung ketika
menyampaikan pesan. Melalui hal tersebut kita dapat mengetahui kondisi yang dialami oleh
penutur.

Banyak yang tidak menyadari bahwasanya bahasa nonverbal juga menyampaikan pesan
yang umumnya tidak disadari oleh penutur. Bahkan Borg (2015) mengemukakan bahwa
bahasa tubuh dapat dijadikan sebagai indikator paling terpercaya untuk menyampaikan
perasaan, pendirian dan emosi. Hal inilah yang menjadi alasan peneliti untuk menjadikan vidio
“Cara Bersahabat dengan Anak Puber Zaman Now oleh dr. Aisyah Dahlan” yang terdapat pada
Youtube sebagai objek kajian. Aktivitas pemberian materi dalam vidio tersebut dapat dijadikan
sebagai salah satu cara untuk mengetahui keterampilan dalam berbicara.

Penelitian terdahulu mengenai kilir lidah telah dilakukan oleh Fitriana (2018) dengan
judul Slips of the Tongue in Speech Production of Indonesia State Officials: A Psycholinguistic
Study. Penelitian tersebut dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dan ujaran pidato
Menteri Sri Mulyani, Bambang Soesatyo dan Maruar Sirait sebagai objek penelitian. Hasil dari

2
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, xx(xx), 2022, xxx–xxx

penelitian tersebut diketahui bahwa kesalahan berbicara didominasi oleh kesalahan semantik
sebagai bagian dari kesalahan seleksi, dan kemudian diikuti oleh kesalahan perseverasi.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah pada objek yang diteliti. Penelitian
yang dilakukan oleh Fitriana (2018) menjadikan ujaran pidato Menteri Sri Mulyani, Bambang
Soesatyo dan Maruar Sirait sebagai objek penelitian sedangkan penelitian ini menjadikan
ujaran siswa dalam aktivitas bercerita sebagai objek kajian. Penelitian terdahulu lainnya
dilakukan oleh Asyura (2017) dengan judul “Analisis Kilir Lidah dan Gejala Humor Dalam
Tayangan Komedi Tunggal Serta Pengembangannya Sebagai Bahan Ajar Teks Anekdot” yang
menyatakan bahwa dari 63 tuturan yang bersumber dari 50 tayangan SUCA memperlihatkan
bahwa: (1) jenis kilir lidah yang dominan terjadi adalah jenis kekeliruan asembling pada tipe
perseverasi; (2) gejala kilir lidah dominan terjadi di segmen kata; (3) kilir lidah dominan
terjadi karena faktor grogi serta tergesa-gesa saat bertutur; (4) strategi tutur yang dominan
digunakan oleh para komika menggunakan strategi membuat tuturan ironi; dan (5) struktur
anekdot yang dominan digunakan oleh komika adalah struktur bit tunggal yang didominasi
oleh wacana humor sosial. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada objek yang diteliti
serta perbedaan implikasi terhadap bahan ajar. Pada penelitian terdahulu, implikasinya
terhadap bahan ajar teks anekdot sedangkan penelitian ini diimplikasikan pada bahan ajar
keterampilan berbicara.

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti hambatan berbicara pada vidio “Cara
Bersahabat dengan Anak Puber Zaman Now oleh dr. Aisyah Dahlan” yang terdapat pada
youtube yang kemudian dari hasil penelitian akan dipergunakan untuk memenuhi tugas akhir
semester mata kuliah psikolinguistik.

2. Metode
Bentuk penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Sugiyono (2019)
berpendapat bahwa metode penelitian kualitatif ialah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat pospositivisme dengan peneliti sebagai instrumen kunci. Data yang diperoleh
cenderung data kualitatif, analisis data bersifat induktif dan hasilnya dapat berupa temuan
potensi dan masalah. Nugrahani (2014) mengemukakan bahwa metode kualitatif deskriptif
menekankan catatan dengan deskripsi kalimat yang rinci, lengkap, mendalam yang
menggambarkan situasi yang sebenarnya untuk kebutuhan penyajian data. Hal tersebut
sejalan dengan Moleong (2019) yang mengemukakan bahwa metode deskriptif digunakan
karena data berasal dari catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan atau memo. Dengan
demikian, peneliti akan memanfaatkan data tersebut untuk dianalisis satu persatu dan
disajikan untuk kemudian melakukan penarikan kesimpulan. Penelitian ini menggunakan
pisau analisis psikolinguistik dalam menganalisis serta mendeskripsikan secara kualitatif
setiap jenis hambatan untuk selanjutnya memanfaatkan hasilnya sebagai bahan ajar berbicara.
Sumber data dalam penelitian adalah Youtube. Instrumen penelitian ini adalah peneliti
sendiri. Peneliti secara langsung mengakses beberapa episode vidio “Cara Bersahabat dengan
Anak Puber Zaman Now oleh dr. Aisyah Dahlan” yang terdapat pada youtube. Peneliti juga
menggunakan kertas dan alat tulis untuk mencatat berbegai senyapan berbicara yang ditonton
dari hasil unduhan situs youtube. Metode dan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap. Menurut Mahsun
(2005) metode simak merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan
cara menyimak penggunaan bahasa. Data dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) mentranskripsikan data hasil unduhan ke dalam bahasa tulis, (2) mengidentifikasikan data,
(3) mengklasifikasikan data tersebut ke dalam jenis-jenis plesetan dan fungsi plesetan,(4)

3
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, xx(xx), 2022, xxx–xxx

menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian, (5) melakukan pembahasan, (6)
menyimpulkan hasil temuan penelitian, dan (7) melaporkan hasil temuan penelitian.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Jenis Senyapan pada Vidio “Cara Bersahabat dengan Anak Puber Zaman Now Oleh Dr.
Aisyah Dahlan”
Ada beberapa jenis senyapan pada vidio “Cara Bersahabat Dengan Anak Puber Zaman
Now Oleh Dr. Aisyah Dahlan”, yaitu senyapan diam, senyapan isi, salah mulai (false
starts), pengulangan progresif, dan pemanjangan. Berikut ini disajikan beberapa
contoh tabel jenis senyapan yang terdapat pada vidio tersebut.

3.1.1 Senyapan Diam


Tabel 1. Senyapan Diam pada vidio “Cara Bersahabat Dengan Anak Puber
Zaman Now Oleh Dr. Aisyah Dahlan”

Senyapan Diam dalam Ujaran Waktu Pelaku


(Intensitas
Bicara)
(1) Kita nadanya baru see (10 detik) … 1 tone, dia 01.26 Bunda
nya udah 10 tone duluan gitu. Marsya

(2) Sebagai orang tua, satu hal yang harus kita 02:55 dr. Aisyah
tanamkan dalam otak kita itu ….. (3 detik) bahwa ciri
khas anak-anak generasi Z dan Alpha adalah Hp nya
tidak bisa pisah.

Pada data (1) terdapat tuturan yang di ucapkan oleh Bunda Marsya
yang diujarkan ketika hendak bertanya kepada Dokter Aisyah. Dia senyap
karena berusaha untuk memilih istilah yang tepat dalam menggambarkan
nada. Dapat dilihat pada video tersebut, ketika tengah memilah istilah yang
tepat Bunda Marsya berhenti selama kurang lebih 10 detik, baru kemudian
melanjutkan ujaran tersebut. Jadi, senyapan yang dihasilkan oleh Bunda
Marsya ialah senyapan yang berupa kekosongan.

Pada data (2) terdapat tuturan yang di ucapkan oleh dr. Aisyah ketika
menjawab pertanyaan dari Bunda Marsya. Pada saat itu, dr. Aisyah mengalami
senyap selama kurang lebih 3 detik karena kalimat yang hendak disampaikan
tiba-tiba hilang. Tampak dalam video dr. Aisyah berusaha mengingat akan
tetapi tidak bisa. Sehingga ia menghasilkan senyapan diam yang berupa
kosongan.

3.1.2 Senyapan Terisi


Tabel 2. Senyapan Terisi pada vidio “Cara Bersahabat Dengan Anak Puber
Zaman Now Oleh Dr. Aisyah Dahlan”

Senyapan Terisi dalam Ujaran Waktu Pelaku


(Intensitas
Bicara)
(3) Jadi, dia bener-bener ini eee..eee baru akil 00.24 Bunda
baliq. Jadi, eee saya kasih Hp baru 1 thn yang Marsya

4
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, xx(xx), 2022, xxx–xxx

lalu, karena saya pikir dia udah haruslah


karena pandemi dan lain-lain, kemudian ga
bisa main juga.
(4) Nah ini merupakan kondisi yang se eee.. ee 05:05 dr. Aisyah
betul-betul kondisi yang sulit diubahkan? Nah,
makanya kita perlu belajar bahwa masalah =
sikon + emosi negative kan ya? Sikon, sikon
nya ini adalah ini anak kita ini perempuan, usia
13, generasi Z, kondisi PJJ.

Pada data (3) terdapat tuturan yang di ucapkan oleh Bunda Marsya
yang diujarkan ketika hendak bertanya kepada Dokter Aisyah. Dia senyap
karena merasa gugup ketika bertanya. Dapat dilihat pada video tersebut,
ketika tengah pada masa awal bertanya sudah terjadi senyapan berupa
“eee..ee”, baru kemudian melanjutkan ujaran tersebut. Jadi, senyapan yang
dihasilkan oleh Bunda Marsya ialah senyapan yang berupa terisi.

Pada data (4) terdapat tuturan yang di ucapkan oleh dr. Aisyah ketika
menjawab pertanyaan dari Bunda Marsya. Pada saat itu, dr. Aisyah mengalami
senyap karena adanya keragu-raguan pada kalimat yang hendak disampaikan.
Sehingga ia menghasilkan senyapan “se..eee..ee” yang berupa senyapan terisi.

3.1.3 Pengulangan Progresif


Tabel 3. Senyapan Pengulangan Progresif pada vidio “Cara Bersahabat Dengan
Anak Puber Zaman Now Oleh Dr. Aisyah Dahlan”

Senyapan Pengulangan Progresif dalam Ujaran Waktu Pelaku


(Intensitas
Bicara)
(5) Seluruh dunia, seluruh dunia, seluruh dunia, 03.07 dr. Aisyah
oke? Nah jadi, ini harus paham dulu, supaya
apa? Supaya melegakan hati kita semua.

Pada data (5) terdapat tuturan yang di ucapkan oleh dr. Aisyah ketika
menjawab pertanyaan dari Bunda Marsya. Pada saat itu, dr. Aisyah mengalami
senyap pengulangan progresif karena ingin menegaskan kepada Bunda
Marsya bahwa wajar adanya sedikit oemberontakan pada anak-anak generasi
Z, dan hal tersebut terjadi di seluruh dunia bukan hanya pada anak Bunda
Marsya saja.

3.1.4 Salah Mulai (False Starts)


Tabel 5. Senyapan Salah Mulai pada pada vidio “Cara Bersahabat Dengan Anak
Puber Zaman Now Oleh Dr. Aisyah Dahlan”

Senyapan Terisi dalam Ujaran Waktu Pelaku (Intensitas


Bicara)
(6) Kemudian eee…eee, ini saya pimi… 00.17 Bunda Marsya
pemikiran saya mau mendampingi jadi agak
susah, karena kadang-kadang dia itu marah
duluan gitu.

5
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, xx(xx), 2022, xxx–xxx

(7) Yang nama pem…pendampingan tidak 05:05 dr. Aisyah


sam…tidak sterusnya didampingi. Bukan gitu.
Pendampingan itu adalah cara mendampingi
seseorang dengan cara yang efektif dan waktu
yang efisien, itu mendampingi.

Pada data (6) tersebut menunjukkan senyapan salah mulai. Senyapan


salah mulai ‘pimi’ terjadi saat Bunda Marsya mulai mengawali ujaran untuk
bertanya. Bunda Marsya mulai tersadar atas kesalahannya bahwa bukan itu
yang ingin disampaikan. Bunda Marsya pun langsung memperbaiki ujaran
dengan mengatakan ‘pemukiran’. Dilanjutkan dengan ujaran pertanyaan
berupa “saya mau mendampingi jadi agak susah, karena kadang-kadang dia itu
marah duluan gitu”.

Pada data (7) tersebut menunjukkan senyapan salah mulai. Senyapan


salah mulai ‘pem’ dan ‘sam’ terjadi saat dr. Aisyah menjawab pertanyaan. Dr.
Aisyah mulai tersadar atas kesalahannya bahwa bukan itu yang ingin
disampaikan. Dr. Aisyah pun langsung memperbaiki ujaran dengan
mengatakan ‘pendampingan dan ‘seterusnya’. Dilanjutkan dengan ujaran
pertanyaan berupa “Pendampingan itu adalah cara mendampingi seseorang
dengan cara yang efektif dan waktu yang efisien, itu mendampingi”.

3.2 Faktor Penyebab Senyapan Berbicara dalam Vidio “Cara Bersahabat Dengan Anak
Puber Zaman Now Oleh Dr. Aisyah Dahlan”
3.2.1 Memerlukan Waktu atau Jeda karena Lupa
Data (8)

dr. Aisyah: “Bunda Marsya udah bisa identifikasi watak anak belum? Kalo
Ananda ini cenderung gimana wataknya?”

Bunda Marsya: “Kalo dia ini koleris…(4 detik) tapi ada sanguinisnya juga.”

Berdasarkan percakapan singkat antara dr. Aisyah dan Bunda Marsya


tersebut menunjukkan senyapan diam (….) yang diujarkan Bunda Marsya. Dr.
Aisyah menanyakan bagaimana analisis dari watak Ananda. Hal ini dijawab
oleh Bunda Marsya dengan mengatakan bahwa watak Ananda ialah koleris
campur sanguinis. Senyapan diam terletak setelah kata ‘koleris’, sehingga
terjadi pemberhentian sementara di sela penjelasan Bunda Marsya tersebut.
Senyapan tersebut disebabkan Bunda Marsya lupa, sehingga memerlukan
waktu atau jeda untuk melanjutkan ujaran. Senyapan diam terdeteksi saat
proses berpikir meningkat ketika pembicara ingin menyampaikan sesuatu
yang dipikirkan dengan tergesa-gesa.

3.2.2 Pengulangan
Data (9)

dr. Aisyah: “Jadi, jadi gini bunda eee… berarti Ananda gen Z ya? Nah apa lagi itu
ehmm generasi Z, yang ehmm di waktu kecil teknologinya itu sudah sangat
berkembang ya? Itu satu.

6
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, xx(xx), 2022, xxx–xxx

Berdasarkan penggalan singkat dr. Aisyah tersebut menunjukkan


senyapan berupa pengulangan progresif yang diujarkan dr. Aisyah.
Pengulangan yang terjadi disebabkan dr. Aisyah memaparkan bahwa Ananda
yang merupakan anak dari Bunda Marsya merupakan remaja dari generasi Z
yang sewaktu kecil teknologinya sudah maju. Pengulangan konjungsi ‘jadi’
terjadi di awal kalimat. Senyapan ini disebabkan adanya pengulangan pada
konjungi tersebut. Peningkatan repetisi pada konjungsi terjadi saat proses
kognitif yang dihasilkan perencanaan ujaran fonologis gagal diartikulasikan.
Artikulasi dari perencanaan fonologis yang sedang terjadi saat itu diulang,
sehingga konjungsi diartikulasikan lebih dari satu kali.

3.2.3 Permulaan yang Salah (Terlajur Berujar)


(Data 10)

dr. Aisyah: “Buktikan bahwa saya ini ibu yang asyik buat kamu. Salah satu
car..ciri ibu yang asyik adalah tidak terlalu kepo.”

Berdasarkan penggalan singkat dr. Aisyah tersebut menunjukkan


senyapan salah mulai. Senyapan salah mulai ‘car’ terjadi saat dr. Aisyah
menjelaskan bagaimana menjadi ibu yang asyik untuk anak. Dr. Aisyah mulai
tersadar atas kesalahannya bahwa bukan itu yang ingin disampaikan. dr.
Aisyah AB pun langsung memperbaiki ujaran dengan mengatakan ‘ciri’.
Dilanjutkan dengan penjelasan bahwa salah satu ciri ibu yang asyik adalah
tidak terlalu kepo. Senyapan salah mulai seperti ini disebabkan pembicara
telanjur memulai ujaran yang sebenarnya dia belum siap untuk sebuah kata
yang utuh. Ujaran yang dihasilkan pembicara terdengar tidak utuh, sehingga
dia senyap untuk mencari kata-kata yang tepat melanjutkan ujaran itu.

3.2.4 Keraguan
(Data 11)

Bunda Marsya: “Jasi, untuk bahasa kasihnya bener ya di… kasih hadiah dan eee
ini ya kata-kata pujian ya?

dr. Aisyah: “Nah iya, kalo kaloris biasanya kata-kata pendukung.”

Berdasarkan percakapan singkat antara Bunda Marsya dan dr. Aisyah


tersebut menunjukkan senyapan pemanjangan pada prefiks ‘di-’ yang
diujarkan Bunda Marsya. Disaat bertanya mengenai bahasa kasih terjadi
senyapan pemanjangan prefiks ‘di-‘ pada kata ‘dikasih’ terjasi di sela
penjelasan Bunda Marsya tersebut. Senyapan ini disebabkan pembicara
merasa ragu ketika menyampaikan pertanyaannya. Bunda Marsya ragu dan
proses berpikir meningkat untuk melanjutkan ujaran selanjutnya.

3.2.5 Pembetulan
(Data 12)

dr. Aisyah: “Bu Aisyah sendiri juga sudah punya pengalaman. Punya anak
genenerasi Z itu ada tiga eh… empat malah. Kalo mas Lanang eee dia di, di, di Y.
Y, milenial. Milenial itu yang, yang apa, yang, ehammm….lahirnya tahun 80 an

7
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, xx(xx), 2022, xxx–xxx

yah sampai ee 96. Nah Z itu 97 sampek 2010. Ananda lahir tahun berapa?
Duaribu?”

Berdasarkan penggalan singkat ujaran dari dr. Aisyah tersebut


menunjukkan senyapan isi berupa bunyi eh…. Terlihat dr. Aisyah
menjelasakan bahwa beliau sendiri mempunyai pengalaman mengurus 3 anak
dari generasi Z. Senyapan isi berupa bunyi ‘eh…’ terjadi di sela penjelasan dr.
Aisyah tersebut. Dr. Aisyah mulai tersadar atas kesalahannya bahwa bukan
hanya tiga namun ada empat orang anak beliau dari generasi Z, sehingga
terjadilah senyapan isi tersebut. Dr. Aisyah pun langsung memperbaiki ujaran
dengan mengatakan ‘empat malah’. Senyapan isi berupa bunyi eh… seperti ini
disebabkan pembicara melakukan pembetulan terhadap pernyataan yang
disampaikan

4. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 29 kali senyapan dalam vidio “Cara Bersahabat
dengan Anak Puber Zaman Now oleh Dr. Aisyah Dahlan”. Jenis senyapan yang terdapat dalam
penelitian ini berupa senyapan isi, senyapan diam, pengulangan progresif, salah mulai,
pemanjangan, serta perbaikan. Beberapa penyebab senyapan, yaitu memerlukan waktu,
pengulangan, permulaan yang salah, ragu, gugup, dan pembetulan. Penelitian ini dapat
memberikan kontribusi terhadap pembelajaran khususnya dalam aspek keterampilan
berbicara.

5. Saran
Kajian senyapan dan penyebabnya pada vidio “Cara Bersahabat dengan Anak Puber
Zaman Now oleh Dr. Aisyah Dahlan”. Peneliti mengharapkan penelitian selanjutnya dapat
meneruskan kajian peneliti tentang psikolinguistik, yaitu berkaitan dengan proses mental
saat produksi ujaran dapat semakin diminati.

Daftar Rujukan
Aqib, Zainal. (2011). Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Membangun Anak Bangsa. Bandung:
Yrama Widya.

Chaer, Abdul.2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.

Farida, Nugrahani. (2014). Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa. Surakarta:
Cakra Books.

Garman, Michael. 1990. Psycholinguistics. Cambridge University Press.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Diakses melalui https://kbbi.web.id/keteladanan, 11 april 2020.

Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Rajawali Pers.

Moleong, L. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Musfiroh, Takdiroatun. 2017. Psikolinguistik Edukasional. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Nasucha, Yakub. 2008. Teori Berbicara Untuk Terampil Berbicara. Buku Pegangan Kuliah.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, da R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai