Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PENYEBAB KESULITAN ANAK TUNARUNGU

DALAM MENYUSUN KALIMAT SEDERHANA

Rizqi Fajar Pradipta1, Lisa Lesmana2

Jurusan Pendidikan Luar Biasa


Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No. 5 Malang
Email :rizqi.fajar.fip@um.ac.id
Abstrak :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat
sederhana.serta untuk mengetahui apa saja penyebab kesulitan yang dialami oleh siswa tunarungu dalam
menyusun kalimat sederhana peserta didik tunarungu kelas IX SMPLB ABD Negeri Kedungkandang Kota
Malang. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif dan dengan design studi kasus. Peneliti
mengunakan jenis pengumpulan data dengan cara observasi wawancara dan dokumentasi. Hasil menunjukan
bahwa siswa tunarungu memiliki permasalahan dalam menyusun kalimat dalam tiga kesulitan yaitu: (1)
kesulitan menjawab pertanyaan dari suatu teks bacaan (2) kesulitan memahami pola kalimat dengan unsur
SPOK (3) kesulitan dalammenulis kata berimbuhan. Permasalahan menyusun kalimat tersebut berdasarkan
hasil pembahasan, disebabkan pada rendahnya pemahaman tunarungu tentang makna bahasa, tidak pahamnya
konsep SPOK, tidak teliti atau teledor saat menuliskan kalimat serta kurangnya guru dalam penggunaan media
pembelajaran.

Kata kunci:Penyebab kesulitan merangkai kalimat, anak tunarungu.

PENDAHULUAN terlihat pada psikis biasanyamengalami


intelegensi, perkembangan bahasa,
Manusia merupakan makhluk kemampuan berpikir dan lambat belajar,
sosial yang sangat membutuhkan serta perasaan tidak mampu dan
komunikasi kepada orang lain, dengan sebagainya Mangunsong (2014). Anak
menggunakan Indera pendengaran tunarungu menurut Efendi (2009) anak
manusia dapat berkomunikasi dengan baik tunarungu merupakan anak yang memiliki
menggunakan bahasa mereka sehari-hari hambatan fisik yakni gangguan dalam
dan saling memahami satu sama lain apa mendengar. Hambatan yang dialami oleh
yang ingin disampaikan kepada sesama anak tunarungu tersebut disebabkan karena
manusia. Karena indera pendengaran kerusakan pada sistem pendengaran baik
sangat berperan penting bagi manusia sebagian atau seluruh. Anak tunarungu
untuk menangkap suatu informasi dari mengalami satu kerusakan atau lebih pada
sekitarnya, jika individu mengalami organ bagian luar telinga, bagian tengah
hambatan pada indera pendengarannya telinga, maupun bagian dalam telinga yang
maka akanindividu tersebut akan bisa saja disebabkan karena Prenatal
mengalami hambatan memperoleh (sebelum kelahiran) seperti ibu terlalu
informasi. Hal ini terjadi pada siswa yang banyak mengkonsumsi obat-obatan pada
mengalami hambatan indera pendengaran masa kehamilan. Natal (saat proses
yaitu siswa tunarungu. Pada umumnya kelahiran berlangsung) seperti penggunaan
anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang vacuum yang dapat mengakibatkan
mengalami gangguan secara jasmani kerusakan pada alat pendengaran, Post
maupun psikologinya. Sebagai contoh natal (setelah kehamilan) tidak
yakni anak tunarungu yang mengalami berfungsinya media penghantar
kerusakan pada telinga bagian dalam akan suara.Terhambatnya indera pendengaran
1
anak tunarunguberpengaruh kepada dapat mendengar dibagi menjadi dua yaitu
individu dalam memperoleh informasi. pemerolehan fonologi dan morfologi yang
di awali pada tahap celotehan atau
Secara umum individu tunarungu babbling, tahap kata tanpa makna, serta
memiliki perbedaan dengan individu yang tahap kata bermakna dan tahap memahami
dapat mendengar.Perbedaannya yaitu pada suatu kata. Sementara individu
kondisi fisik, emosi dan karakteristiknya. tunarunguyang mengalami hambatan pada
Individu tunarungu dalam tahap pencapaian bahasa karena individu dengan
perkembangan memiliki hambatan yang hambatan pendengaran mengalami
mempengaruhi sosialisasinya terhadap hambatan dalam proses penangkapan suara
orang lain, proses komunikasi, membaca yang menyebabkan adanya permasalahan
dan bahasanya. Menurut Mangunsong dalam mendapatkan bahasa, hal itu
(2014) anak dengan gangguan dikarenakan individu tunarungu tidak
pendengaran seringkali menimbulkan menjalani proses menirukan bahasa
masalah-masalah utama tersendiri yaitu sebagai suatu lambang bunyi untuk
masalah komunikasi. Ketidakmampuannya menyampaikan pendapat dari apa yang
untuk berkomunikasi berdampak luas, baik difikirkan oleh individu tersebut.
dari segi keterampilan berbahasa, Bahasa merupakan sejumlah unsur
membaca, menulis maupun penyesuaian yang terkumpul secara tak beraturan dan
sosial juga prestasi sekolahnya. Karena unsur bahasa tersebut diatur seperti pola-
efek dari gangguan pendengaran individu pola yang berulang dan membentuk suatu
tersebut terdapat permasalahan utama yang makna lambang bunyi, tata bentuk kata,
dimiliki oleh individu tunarungu pada maupun tata kalimat, Cahaya (2009).
gangguan pendengarannya yaitu proses Bahasa adalah alat komunikasi yang tidak
perolehan bahasasehingga pembentukan dapat lepas dari kalimat, karena kalimat
bahasa sebagai cara mereka dalam merupakan konstruksi besar yang terdiri
berkomunikasi menjadi terhambat untuk atas satu kata, dua kata, atau lebih dalam
mengekspresikan, menyatakan, berbahasa yang didalamnya terdapat suatu
menyampaikan fikiran, gagasan, perasaan, pesan lengkap dengan unsur pembentuk
kebutuhan dan kehendaknya kepada orang yaitu Subyek (S), Predikat (P), Obyek (O),
lain dalam menggunakan bunyi bahasa dan Keterangan (K) atau sering disebut
atau suara. Bahasa menurut Piaget dan dengan singkatan SPOK yang berfungsi
Inhelder (2010) artinya pada anak normal, untukmenyampaikan pesan dari pikiran
bahasa muncul kira-kira bersamaan dan gagasan seseorang.
dengan bentuk penalaran semiotik lainnya. Bahasa mempunyai aturan atau
Di lain pihak, pada orang tuli-bisu, bahasa kaidah-kaidah tertentu, baik mengenai tata
tutur tidak muncul dengan baik sehingga bunyi, tata bentuk maupun tata kalimat.
sesudah imitasi tertunda, permainan Kaidah-kaidah bahasa itu penting dikuasai
simbolik, dan citra mental. Hal ini agar terdapat kesepakatan antara sesama
dikarenakan keterbatasan fungsi pemakai bahasa, dengan demikian dapat
pendengaran anak tunarungu yang dihindari kesalahan dalam penggunaannya.
berdampak pada ketidaksempurnaan Kaidah-kaidah dalam bahasa dinamakan
penerimaan bunyi bahasa. Bunyi bahasa tata bahasa dan salah satu sub bahasan tata
yang diterima secara tidak sempurna bahasa Indonesia adalah bidang sintaksis
berdampak pada proses memahami atau tata kalimat. "Sintaksis adalah bagian
lambang bunyi dalam penerimaan dari tata bahasa yang mempelajari dasar-
informasi dari sekelilingnya. dasar dan proses pembentukan kalimat
Menurut Andini (2018) dalam suatu bahasa, Bahasa memiliki
pemerolehan bahasa pada individu yang aturan yang berfungsi sebagai acuan
2
penting untuk dipahami. Aturan dalam lanjutan terkait analisis penyebab kesulitan
bahasa dinamakan tata bahasa yaitu tata anak tunarungu dalam menyusun kalimat
kata dengan kata yang membentuk suatu sederhana.
kalimatyang merupakan satuan terbesar
untuk pemberian sintaksis dan kata yang METODE
terkecil. Menurut (Putrayasa, 2010)
Penelitian ini menggunakan jenis
sintaksis adalah studi tentang hubungan
penelitian kualitatif dan design studi
antara kata yang satu dengan kata yang
kasusdengan melibatkan tiga peserta didik
lain, atau kata yang membentuk struktur
kelas IX SMPLB-B SLB ABD Negeri
kalimat. Permasalahan utama dalam
Kedungkandang Kota Malang sebagai
sintaksis bagi tunarungu terletak pada
subjek penelitian. Ketiga peserta didik
kemampuan menyusun kalimat.
tersebut memiliki tingkat kehilangan
Kalimat merupakan rangkaian kata
pendengaran dalam katagori total. Ketiga
yang disusun dan menjadi sebuah kalimat
subjek penelitian ini memiliki potensi
yang utuh serta memiliki pesan yang
kecerdasan rata-rata, artinya dalam
akurat. Saat berkomunikasi penguasaan
katagori normal. Data yang dianalisis
struktur kalimat sangat penting, karena
adalah data hasil pekerjaan siswa dalam
dengan struktur kalimat yang benar maka
mengerjakan tugas berbagai pelajaran,
pesan tersebut dapat disampaikan dengan
selama kurun waktu 45 hari yaitu pada
baik. Menurut Putrayasa (2010).
tanggal 29 Juli – 8 September 2019.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik
Peneliti memilih jenis penelitian ini
kesimpulan bahwasannya kalimat
Peneliti memilih jenis penelitian ini karena
merupakan satuan gramatikal yang
jenis penelitian kualitatif dengan design
dibatasi oleh adanya jeda, panjang, dan
studi kasus merupakan penelitian
disertai nada akhir naik atau turun.
naturalistik peristiwa atau gejala sosial
Contoh: “Ayahnya meninggal satu tahun
masa kini dalam kehidupan nyata, yang
yang lalu”. Perolehankecakapan dalam
artinya peneliti dapat mengakses peristiwa
menyusun kalimat sederhana merupakan
tersebut menggunakan metode
hal yang sangat sulit bagi anak
pengamatan,dokumentasi,wawancara
tunarungu.Permasalahan awal yang
dengan guru, orang tua, maupun kepada
diamati adalah rendahnya keinginan
subjek tunarungu. Karena saat pembaca
peserta didik pada kegiatan belajar
sedang membaca hasil penelitian ini
mengajar. Jika diperhatikan, anak
seolah-olah pembaca akan mengalami
tunarungu memiliki kecenderungan
sendiri gejala yang dipaparkan oleh
menjawab soal essai dengan mencari
peneliti.
kalimat yang sama pada teks bacaan
danasal menjawab pada soal pilihan ganda.
HASIL
Fokus penelitian ini adalah untuk
menggali penyebab kesulitan menyusun Berdasarkan analisis terhadap data
kalimat sederhana pada peserta didik penelitian tentang kemampuan anak
tunarungu di SMPLB ABD Negeri tunarungu dalam menyusun kalimat
Kedungkandang Kota Malang. Penelitian sederhana, melalui pengamatan,
ini membahas seputar permasalahan dokumentasi dan wawancara mendalam
menyusun kalimat sederhana pada anak dengan pihak guru kelas IX SMPLB ABD.
tunarungu. Hasil penelitian ini diharapkan Anak tunarungu yaitu anak tunarungu
dapat memberi informasi tentang dengan kategori total yang belum bisa
penyebab kesulitan menyusun kalimat membaca, belum mengeluarkan suaranya,
sederhana pada peserta didik tunarungu, menulis kalimat sederhana dengan tidak
sehingga dapat dikembangkan penelitian terstruktur dan sulit memahami makna
3
kalimat yang berulang kali di berikan oleh mengajar tidak sesuai dengan
guru. Misalnya saat guru memberikan karakteristik anak tunarungu. Guru
tugas bahasa Indonesia yakni membuat kurang aktif mendekati siswa saat
sebuah paragraf Anak sering menuliskan mengajar. Kurangnya KomunikasiGuru
kalimat dengan kalimat yang terbolak- dengan siswa tunarungu saat belajar.
balik atau tidak terstruktur sehingga Guru hanya sekedar menuliskan hari
membuat orang yang membacanya dan tanggal serta halaman yang akan
mengalami kesulitan untuk memahami dipelajari dipapan tulis tanpa mendekati
tulisan anak tunarungu tersebut. Tidak siswa tersebut. Selain itu saat guru
hanya terjadi saat pembelajaran saja, mengajar hanya menggunakan buku
peneliti sering menerima pesan lewat cetak guru dan siswa saja tanpa
sosial media seperti Whatsapp dari menggunakanmediapembelajaran
beberapa siswa.Contoh pesan dari subjek lainnya. Dari situ terlihat bahwa anak
“Ica punya jualan nih? Tempat tunarungu kurang tertarik dengan
dimana?Kok murah? Nggak, kok gak pelajaran yang diberikan oleh guru.
punya uang ya, juga keren bagus bisa Sehingga anak tunarungu hanya sekedar
depan ya?”. Disini Peneliti pun kesulitan belajar dengan apa adanya tanpa
dalam memahami pesan tersebut, akan memahami apa yang dijelaskan oleh
tetapi sedikit faham maksud dari subjek. guru tersebut. Tidak hanya itu saja,
Dapat dilihat bahwa penulisan pesan namun guru juga tidak menggunakan
subjek tidak beraturan dan dapat metode antar muka dengan siswa (face
disimpulkan bahwa anak tunarungu to face), dan diskusi. Metode yang
kesulitan dalam menuliskan kalimat digunakan guru hanyalah metode
sederhana. ceramah dengan waktu yang sangat
Beberapa faktor permasalahan sebentar.
menulis kalimat sederhana yang muncul 2. Orangtua:
pada peserta didik tunarungu kelas IX Dukungan dari orang tua yang diterima
SMPLB di SLB ABD Negeri anak tunarungu dan dialami sejak anak
Kedungkandang Kota Malang adalah: (1) masih kecil, tentu akan berpengaruh
kesulitan menjawab pertanyaan dari suatu pada proses pembentukan kemampuan
teks bacaan (2) kesulitan memahami pola anak dalam belajar merangkai kalimat
kalimat dengan unsur pembentuk yaitu sederhana.Dari penjelasan tersebut
Subyek (S), Predikat (P), Obyek (O), dan dapat dilihat bahwa orangtua juga
Keterangan (K) atau sering disebut dengan memiliki peran penting terhadap
singkatan SPOK (3) kesulitan dalam peningkatan kemampuan anak
menuliskan kata berimbuhan. tunarungu dalam menyusun kalimat
sederhana. Tugas orang tua yaitu
Tiga faktor yang menyebabkan subjek mengenalkan huruf abjad, mengajarkan
tunarungu kesulitan dalam menyusun menghafal kosa kata, dan mengajarkan
kalimat sederhana yaitu: menulis kalimat sederhana. Karena hal
1. Guru: itu juga sangat berpengaruh terhadap
Pada saat Kegiatan Belajar Mengajar peningkatan kemampuan anak dalam
berlangsung peneliti melihat belajar menulis kalimat sederhana.
bahwasanya guru tidak 3. Siswa:
menggunakanunsur-unsur kegiatan Peneliti mengamati perilaku siswa
belajar mengajar dan tidak tunarungusaat proses belajar
menggunakan prosedur proses belajar berlangsung dan ditemukan bahwa
mengajar seperti pembukaan, inti, dan siswa tunarungutersebut tidak mampu
penutup dengan lengkap. Guru menyimak penjelasan dari guru
4
dengan baik. Siswa juga tidak memiliki tata bahasa. Satuan fonologi meliputi
Kemauan tinggi dalam belajar menulis fonem, dan suku, sedangkan satuan
kalimat sederhana. Lalu kurangnya gramatikal meliputi wacana, kalimat,
motivasi belajar dari orang tua, juga klausa, frase, dan morfem, Putrayasa
rendahnya kemampuan anak tunarungu (2010).
dalam memahami konsep SPOK Fonologi merupakan tingkatan
Dikarenakan mayoritas anak tunarungu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa.
hanya memiliki sedikit kosakata, sulit Sedangkan tata bahasa terdiri atas satuan-
memahami struktur kalimat dengan satuan yang dapat dibedakan menjadi dua
benar, sulit memahami tata bahasa yang satuan, yaitu satuan morfologi dan satuan
baik karena hilangnya fungsi sintaksis. Morfologi merupakan tingkatan
pendengaran mereka yang bisa yang mempelajari satuan gramatikal
mempengaruhi kepenulisan kalimat dari didalam kata. Sedangkan sintaksis
ungkapan fikiran mereka. mempelajari satuan unsur di atas tingkatan
kata, meliputi frase, klausa dan kalimat
PEMBAHASAN menurut Sukini (2010).
Dari ketiga permasalahan kesulitan Penguasaan bahasa peserta didik
menyusun kalimat sederhana anak tunarungu harus dibantu dengan Stimulasi
tunarungu yang muncul pada siswa Bahasa yang dilakukan orangtua
tunarungu di SMPLB ABD Negeri individual setiap anak ini dengan sering
Kedungkandang Kota Malang tersebut membacakan dan mendiskusikan cerita
merujuk pada permasalahan dalam tata dari buku dengan menggunakan bahasa
bahasa. Permasalahan tersebut adalah: (1) lisan, ejaan jari (finger spelling), dan
kesulitan memahami pola kalimat (2) isyarat manual. Dengan demikian dapat
kesulitan melengkapi suatu kalimat dan (3) disimpulkan bahwa permasalahan
kesulitan dalam menuliskan kata berbahasa dan membaca pemahaman pada
berimbuhan. Struktur kalimat yang benar siswa tunarungu total, yaitu kesulitan
menurut Widjono (2007) setidaknya menjawab pertanyaan dari suatu teks
mencakup tiga hal, yaitu: (1) struktur yang bacaan, kesulitan memahami pola kalimat
benar, (2) ketepatan urutan kata dan (3) dengan unsur SPOK, kesulitan dalam
ketepatan hubungan antar kalimat. menulis kata berimbuhan merupakan
Permasalahan pada rendahnya dampak dari kurangnya pemahaman anak
kemampuan menyusun kalimat sederhana terhadap makna bahasa. Permasalahan
anak tunarungu adalah karena anak makna bahasa pada tunarungu berawal
tunarungu memiliki masalah dalam pada proses pemerolehan bahasa sejak
penguasaan bahasa, rendahnya masa awal anak tunarungu berkembang
pemahaman bahasa anak tunarungu, tidak mengenal bahasa. Artinya lingkungan
dapat dipisahkan dari permasalahan kebahasaan yang kaya stimulasi pada
pencapaian dan penguasaan bahasa pada masa-masa perkembangan anak menjadi
tunarungu, karena untuk dapat memahami penentu keberhasilan anak dalam
bahasa tertulis seseorang harus memiliki membaca pemahaman.
pemahaman terhadap bahasa tersebut, Dengan demikian dapat
Junaidi (2016). Bentuk bahasa terdiri atas disimpulkan bahwa permasalahan
dua lapisan, yakni lapisan bentuk dan menyusun kalimat pada peserta didik
lapisan makna yang dinyatakan oleh tunarungu adalah kesulitan memahami
lapisan bentuk tersebut.bentuk bahasa juga yaitu kesulitan menjawab pertanyaan dari
terdiri atas satuan-satuan yang dapat suatu teks bacaan, kesulitan memahami
dibedakan menjadi dua satuan, yakni pola kalimat dengan unsur SPOK,
satuan fonologi dan satuan gramatikal atau kesulitan dalam menulis kata berimbuhan
5
maupun lisan yang merujuk pada dampak untuk belajar. Pembelajaran juga akan
dari kurangnya pemahaman anak terhadap lebih menyenangkan jika guru sering
tata bahasa serta kurangnya media yang berperan aktif dalam memberikan dan
digunakan guru sehinga dalam menerangkan pelajaran. Karena anak
pembelajaran peserta didik tunarungu tunarungu benar-benar kesulitan dalam
mengalami kesulitan dalam menerima memahami apa yang ada didalam teks
pembelajaran. bacaan serta kesulitan dalam menyusun
Komunikasi anak tunarungu kalimat sederhana.Didalam buku
mengutamakan indra penglihatan agar Mangunsong (2014). Dijelaskan bahwa
saling beradaptasi memberi dan menerima pelayanan pendidikan yang diberikanpun
informasi. Pada kemampuan kepada anak tunarungu harus lebih khusus
berkomunikasi dan merangkai kalimat dan bervariasi, tidak hanya sekedar
anak tunarungu, hanya menggunakan kata materinya tetapi juga metode, alat,
dasar saja tanpa menambah kata evaluasi serta strategi yang harus sesuai
imbuhan.Menurut teori yang ada di buku dengan anak tunarungu, pengajarannya
Efendi (1993). Kebenaran dalam suatu juga harus dengan variasi kondisi masing-
komunikasi sangat diharapkan saat proses masing anak, dengan demikian maka
komunikasi itu berlangsung agar tujuan pemilihan strategi intruksional perlu
yang diharapkan dapat tercapai dan dimiliki oleh setiap guru terkhusus guru
berlangsung secara efektif. Pada Saat sekolah luar biasa. Pengembangan
pembelajaran berlangsung guru selalu menyusun kalimat sederhana merupakan
memberikan tugas untuk subjek kerjakan. permasalahan sulit paling utama yang
Namun guru tidak memberikan penjelasan dialami oleh guru pada anak tunarungu di
akan tugas tersebut. Menurut Mangunsong sekolah. Karena kemampuan yang dimiliki
(2014) Anak dalam keadaan tuli berat atau anak tunarungu dalam membuat kalimat
total, untuk mengajarkan membaca bagi dengan kalimat terstruktur sangatlah
anak tersebut, maka kita tidak akan rendah.
menggunakan pendekatan bunyi. Maka Kemampuan merangkai kalimat
guru harus menggunakan bahasa isyarat siswa kelas IX SMPLB ABD
atau setting lainnya juga agar anak Kedungkandang dapat dikatakan rendah,
tunarungu paham teks tersebut karena dan seringkali mengalami kesalahan dalam
tingkat keparahan suatu kekurangan sama membuat kalimat. Sedangkan menyusun
pentingnya dengan jenis kebutuhan khusus kalimat sederhana sangat berfungsi untuk
untuk dipertimbangkan dalam perencanaan berkomunikasi baik verbal ( lisan) maupun
strategi-strategi pengajaran serta manual (isyarat). Selama peneliti
penempatan anak-anak berkebutuhan melakukan wawancara oleh guru kelasnya
khusus. Akan tetapi disini Guru tidak siswa tunarungu tersebut merupakan siswa
memberikan strategi pengajaran yang pas tunarungu dengan kategori total. Mereka
untuk anak tunarungu tersebut, guru hanya tidak ada yang menggunakan alat bantu
meminta subjek membaca teks bacaan dengar karena itulah mereka sulit untuk
sendiri-sendiri lalu mengerjakan tugas berbicara serta mengalami hambatan
dibawahnya setelah subjek selesai dalam menerima informasi bahasa dari
membaca. sekeliling mereka.
Tidak hanya itu saja, pada dasarnya Kelemahan wicara anak tuli
guru juga jarang berada didalam kelas biasanya disebabkan karena gangguan
karena guru sibuk berperan double dalam pendengaran dan gangguan pada organ
sekolah karena sekolah kekurangan tenaga bicara. Organ wicara seperti otot lidah,
kerja. Proses pembelajaran didalam kelas ketegangan pada mulut secara berlebihan,
sangatlah memerlukan peran seorang guru
6
kekakuan lidah itulah yang sangat waktu yang sangat singkat. Menurut
mengganggu dalam berbahasa anak tuli. Hernawati, (2007) Kemampuan berbahasa
Menurut Christine (2016) Untuk anak tunarungu dapat dikembangkan
mendapatkan pemerolehan bahasa pertama berdasarkan pemerolehan bahasa pada
anak tunarungu dapat dilakukan dengan anak mendengar melalui percakapan
komunikasi total. Komunikasi total antara anak dengan ibunya atau orang
merupakan sistem komunikasi paling terdekatnya.Anak mendengar memperoleh
efektif karena selain menggunakan bentuk bahasa berawal dari adanya pengalaman
komunikasi secara lisan atau disebut oral, atau situasi bersama antara bayi dan
dengan kegiatan membaca, menulis, ibunya atau orang terdekatnya. Melalui
membaca ujaran, juga dilengkapi dengan pengalaman tersebut, anak belajar
bentuk isyarat. Dan menurut Tarigan menghubungkan pengalaman dengan
(2008), menyatakan bahwa keterampilan lambang bahasa yang diperoleh malalui
berbahasa paling akhir harus di kuasai oleh pendengarannya. Sedangkan anak
pembelajar bahasa setelah menyimak, tunarungu dapat memperoleh bahasa
berbicara, dan membaca yaitu melalui belajar menghubungkan
menulis.Menulis merupakan kegiatan pengalaman dalam situasi bersama antara
keterampilan berbahasa yang digunakan anak dan orang tua atau guru dengan
secara tidak langsung (nonverbal). lambang visual berupa gerakan organ
Kegiatan tersebut sangat penting karena artikulasi yang membentuk kata-kata. Bagi
dengan menulis akan membantu anak yang kurang dengar, dengan bantuan
menyampaikan gagasan yang ada pada alat bantu dengar, pendengarannya dapat
pikirannya dan akan dibaca dan dipahami mendukung proses pemerolehan bahasa
oleh orang lain. Pada bagian tersebut. Kedua, dari faktor orang tua,
perkembangan bahasanya dimulai dengan menurut Cristine (2016) Seorang anak
meniru suara atau bunyi tanpa arti dan mendapatkansuatu bahasa pertama kali
diikuti dengan ucapan satu suku kata, dua yaitu dari orang tuanya terutama ibu,
suku kata, menyusun kalimat sederhana, yangselanjutnya bahasa itu disebut bahasa
dan seterusnya. Dengan menggunakan ibu. Dukungan orang tua yang diterima
bahasa inilah, ia berhubungan sosial sesuai setiap anak sebagaimana yang dialami dan
dengan tingkat perilaku sosialnya. diterima anak sejak kecil, dukungan yang
Perkembangan bahasa terkait dengan diterima oleh anak tunarungu tentu akan
perkembangan kognitif, yang berarti faktor berpengaruh pada proses pembentukan
intelegensi sangat berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam berbahasa yakni
perkembangan berbahasa. dalam hal belajar menyusun kalimat
Ada tiga faktor yang sederhana dengan kalimat yang terstruktur.
mempengaruhi anak tunarungu dalam Menurut Junaidi (2016)
menyusun kalimat sederhana: Pertama, Penguasaan bahasa peserta didik
dari faktor guru yang saat kegiatan belajar tunarungu harus dibantu dengan Stimulasi
mengajar tidak menggunakan unsur dan Bahasa yang dilakukan orang tua
prosedur proses belajar mengajar dengan individual setiap anak ini dengan sering
lengkap, selain itu guru tidak mengajak membacakan dan mendiskusikan cerita
komunikasi dan berinteraksi langsung dari buku dengan menggunakan bahasa
dengan siswa, serta guru hanya lisan, ejaan jari (finger spelling), dan
menggunakan buku siswa dan tidak isyarat manual. Selain itu tugas orang tua
menggunakan media. Guru juga tidak adalah mengenalkan huruf abjad,
menggunakan metode pembelajaran mengajarkan menghafal kosa kata agar
seperti diskusi, musyawarah, guru selalu anak tunarungu memiliki banyak akan
menggunakan metode ceramah dengan kosa kata dan mengajarkan menulis
7
kalimat sederhana agar kalimat yang dalam belajar merangkai kata menjadi
ditulis oleh anak tunarungu dapat tersusun sebuah kalimat sederhana.
dengan baik dan benar. Karena hal itu
juga sangat berpengaruh terhadap SARAN
peningkatan kemampuan anak dalam
Saran yang diajukan berdasarkan
belajar menulis kalimat sederhana.
pembahasan hasil analisis penelitian
Ketiga, dari faktor siswa itu sendiri.
bahwasannya Guru yang kurang aktif
Menurut Christine (2016) Pembelajaran
berperan dalam kelas menyebabkan
bahasa mengacu pada proses bahasa kedua
subjek tunarungu tidak pernah belajar
setelah seoranganak memperoleh bahasa
menyusun kalimat sederhana dengan
pertamanya Istilah pembelajaran bahasa
terstruktur dan membuat subjek hanya
digunakan karena diyakini bahwa bahasa
mengandalkan kemampuannya yang
kedua bisa dikuasai hanya dengan proses
sangat minim kosa kata dan menjadikan
belajar, dengan cara sengaja dan sadar.
anak tunarungu memiliki kemampuan
Maka dari itu keinginan siswa dalam
rendah dalam menyusun kalimat
belajar secara sadar juga sangat
sederhana. Maka dari itu peneliti akan
berpengaruh dalam peningkatan
lebih memfokuskan penelitian ini dengan
penyusunan kalimat sederhana. Jika siswa
menggunakan metode kualitatif dan
tidak memiliki banyak kosa kata maka itu
pendekatan studi kasus yang lebih
akan berpengaruh pada peningkatan
mendalam pada penelitian “Analisis
kemampuan menyusun kalimat sederhana
Penyebab Kesulitan Anak Tunarungu
selain itu kurangnya motivasi belajar dari
Dalam Menyusun Kalimat Sederhana”
orang tua juga sangat berpengaruh pada
anak tunarungu, rendahnya kemampuan Daftar Pustaka
anak tunarungu dalam memahami konsep
SPOK juga mempengaruhi. Jika anak [1] Andini, H. 2018. Pemerolehan
memahami konsep SPOK namun tidak Bahasa Indonesia Pada Anak Usia
teliti atau ceroboh dalam menulis maka 0-2 Tahun. Kajian Psikolinguistik
apa yang dituliskan oleh anak juga tidak Lingual, 15 (1),
akan terstruktur dengan baik dan benar.
[2] Bagus, I. 2017. Sintaksis
KESIMPULAN Memahami Kalimat Tunggal .
Bandung : Refika Aditama.
Siswa tunarungu kelas IX di SMPLB ABD
Negeri Kedungkandang Kota Malang [3] Cahaya, A. 2009. Bahasa dan
memiliki permasalahan dalam membaca Berbahasa Perspektif
pemahaman dalam tiga permasalahan, Psikolinguistik. At-Ta'dib 4 (2)
yaitu (1) kesulitan menjawab pertanyaan
dari suatu teks bacaan (2) kesulitan [4] Christine, J. 2006. Pemerolehan
memahami pola kalimat dengan unsur Bahasa Anak Tunarungu. Jpp Paud
SPOK (3) kesulitan dalammenulis kata Untirta2
berimbuhan. Permasalahan menyusun [5] Efendi, M. 2006. Pengantar
kalimat tersebut, berdasarkan hasil Psikopedagogik Anak Berkelainan .
pembahasan, disebabkan pada rendahnya Jakarta : Bumi Aksara.
pemahaman tunarungu tentang tata bahasa
dan hambatan dalam penguasaan bentuk [6] Hernawati, T. 2007.Pengembangan
bahasa dan kurangnya guru dalam Kemampuan Berbahasa dan
mengunakan media. Padahal anak Berbicara Anak
tunarungu sangat membutuhkan media Tunarungu.JASSI_anakku 1 (7)
yang dapat memicu semangat mereka
8
[9] Putrayasa, B. 2010. Analisis
[7] Junaidi, A. 2016. Permasalahan Kalimat (Fungsi, Kategori, Peran).
Membaca Pada Siswa Tunarungu Bandung :Refika Aditama.
(Penelitian Kualitatif di SLB
Pembina Nasional Malang). Jurnal [10] Tarigan, B. 2009. Pengajaran
Studi Sosial 25 (1) Kompetensi Bahasa. Bandung :
Angkasa.
[8] Mangunsong, F. 2014.Psikologi
dan Pendidikan Anak [11] Sukini. 2010. Sintaksis Sebuah
Berkebutuhan Khusus (Jilid Panduan
Kesatu).Depok : LPSP3 UI.
Praktis. Surakarta : Yuma Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai