Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH GANGGUAN BAHASA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesulitan Belajar

Disusun Oleh :
Putri Rizky Rohmadhoni

1511412010

Eka oktaviani

1511412015

Kurnia Agung Sudarno

1511412120

Kukuh sujana

1511412121

Anissa Septiani

1511412044

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

A. HAKIKAT BAHASA DAN WICARA


Bahasa merupakan salah satu kemampuan terpenting manusia yang memungkinkan ia unggul
atas makhluk-makhluk lain di muka bumi. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang
terintegrasi, mencakup bahasa ujaran, membaca dan menulis (Lemer, 1988:311). Bahasa ujaran
yaitu suatu ekspresi bahasa dalam bentuk wicara. Wicara merupakan suatu bentuk penyampaian
bahasa dengan menggunakan organ wicara. Ada orang yang memiliki kemampuan baerbahasa
yang baik tetapi ada gangguan pada organ wicaranya sehingga memiliki kesulitan dalam wicara.
Ada orang yang organ wicaranya baik tetapi memiliki kesulitan dalam berbahasa, dan ada pula
orang yang di samping emiliki kesulitan dalam bahasa juga memiliki kesulitan dalam wicara.
Bahasa membedakan manusia dari binatang. Ini elaborasi fakta kode komunikasi, pikiran,
ide, perasaan dan keinginan. Hal ini mempertinggi sosialisasi dan pemikiran serta dapat kita
kirimkan dari generasi ke generasi. kita dapat menggunakan bahasa untuk berbicara mengenai
hal yang tidak terlihat pada masa lampau maupun masa depan. Pada pokoknya, bahasa
mengijinkan kita untuk mengontrol lingkungan kita.
Menurut Owens (1984: 379) bahasa merupakan kode atau sistem konvensional yang
disepakati secara sosial untuk menyajikan berbagai pengertian melalui penggunaan simbolsimbol
sembarang (arbitrary symbols) dan tersusun berdasarkan aturan yang telah ditentukan. Bahasa
memiliki cakupan yang luas (bahasa isyarat, kode morse, bahasa ujaran, bahasa tulis) sedangkan
wicara hanya merupakan makna verbal dari penyampaian bahasa. Oleh karena itu, perlu
dibedakan antara bahasa dan problema wicara.
Menurut ALSHA (American Speech-Language-Hearing Association) ada 3 komponen
wicara, yaitu: (1) artikulasi, (2) suara, (3) kelancaran. Berdasarkan tiga macam komponen
tersebut maka kesulitan wicara juga mencakup kesulitan dalam artikulasi, penyuaraan dan
kelancaran (Lovitt, 1989: 147). Komponen artikulasi berkenaan degan kejelasan pengujaran kata:
komponen suara berkenaan dengan nada, kenyaringan, dan kualitas wicara dan komponen
kelancaran berkenaan dengan kecepatan wicara.
Sejak penggambaran dari bagian kesulitan belajar, bahasa dan kesulitan belajar memiliki
kedekatan. Berbicara dan menulis bahasa terdiri atas fondasi teori awal dari kesulitan belajar.
Apahasic adalah istilah yang digunakan untuk anak dalam masalah berbahasa. Pernah digunakan

sebagai kesulitan belajar pada definisi awalnya. Pengaruh bahasa masih jelas terlihat hari ini
dalam sebuah ujian definisi nasional saat ini.
Dimana negara beranggapan bahawa kesulitan belajar spesifik memiliki artian gangguan
dalam satu atau lebih dalam proses psikologi dasar meliputi pemahaman penggunaaa bahasa,
berbicara atau menulis yang terwujud dalam ketidakcakapan kemampuan mendengar, berfikir,
berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau kalkulasi dalam matematika. Selain itu dalam
berbagai literatur, bahasa telah digunakan dalam kombinasi kesulitanbelajar di dalam
termonologi yang baru untuk kesulitan belajar bahasa
B. PERKEMBANGAN BAHASA NORMAL
Perkembangan bahasa terjadi secara berkesinambungan dari sejak berusia satu tahun
hingga mampu mengintegrasikan ketiga komponen tersebut. Adapun tiga komponen bahasa,
yaitu:
1. Isi
Perkembangan isi atau makna bahasa, berkaitan dengan berbagai objek atau peristiwa
yang ada di sekitar anak dan cara anak beriteraksi dengan berbagai objek atau
peristiwa tersebut.
2. Perkembangan isi dan bentuk bahasa
a. Perbendaharaan kata
Anak mempelajari kata-kata secara berangsur-angsur dengan mencobakan
katakata tersebut kedalam berbagai situasi.
b. Struktur semantik-sintaksi
Isi semantik kalimat permulaan adalah informasi tentang hubungan antar berbagai
objek, terutama mencakup kegiatan, tempat dan orang. Berdasarkan kombinasi
sederhana, struktur sintaksis kalimat akan berkembang secara bertahap.
c. Variasi dan kompleksitas bahasa
Variasi dan kompleksitas merupakan dua ciri penting dari bahasa anak-anak.
Banyak anak berkesulitan belajar yang lambat dalam mengembangkan kata-kata
baruayau yang berbeda. Kompleksitas terjadi ketika kalimat-kalimat anak menjadi
lebih panjang.

3. Perkembangan penggunaan bahasa


Ada tiga hal yang perlu dibahasa tentang penggunaan baahsa, yaitu:
a. Fungsi
Fungsi merupakan aspek yang bermakna dalam bahasa, yaitu berbagai hal
yang dilakukan oleh orang dengan bahasa. Aspek lain adalah keharusan
melaksanakan berbagai aturan yang diperlukan pembicara untuk memilih
bentuk dan susunan yang tepat untuk mencapai tujuan komunikasi.
b. Hubungan antar pemahaman dengan bicara
Sambil menyimak dan memahami perkataan orang lain, anak-anak mulai
memahami makna dan maksud dari berbagai kata dan frasa dan selanjutnya
mereka mulai mencoba menggunakan berbagai kata dan frasa tersebut dalam
percakapan mereka sendiri.
c. Bahasa sebagai suatu proses sepanjang kehidupan
Manusia dapat mengembangkan kemampuan berbahasa hampir sepanjang
kehidupan mereka. Selama seorang individu mendengan berbagai percakapan
yang lebih baik, terlebih dalam berbagai peristiwa, membaca berbagai jenis
buku, surat kabar, dan majalah.
C. Penyebab Kesulitan Belajar
Menurut Lovitt (1989: 151) ada berbagai penyebab kesulitan belajar bahasa, yaitu:
1. Kekurangan kognitif
Ada tujuh jenis kekurangan kognitif, yaitu
a. Kesulitan memahami dan membedakan makna bunyi wicara
Anak berkesulitan belajar sering memiliki problema auditoris yaitu kesulitan untuk
memahami dan membedakan makna bunyi wicara. Kondisi semacam itu
menyebabkan anak mengalami kesulitan untuk merangkai fenom, segmentasi bunyi,
membedakan nada, mengatur kenyaringan, dan mengatur durasi bunyi.
b. Kesulitan pembentukan konsep dan pengembangannya kedalam unit-unit
semantik
Pemahaman terhadap unit-unit semantik (kata dan konsep) menunjukkan adanya
pengetahuan tentang kekeluargaan kata secara tepat. Perkembangan moral tentang
pembentukan konsep tergantung pada kemampuan abstraksi, generalisasi,

kategorisasi, dan faktor-faktor lainnya. Banyak diantara anak-anak berkesulitan


belajar yang memiliki masalah dalam pemebentukan konsep dan dalam
mebghubungkan unit-unit semantik.
c. Kesulitan mengklasifikasikan kata
Anak berkesulitan belajar serring mengalami kesulitan dalam mengelompokkan
katakata. Jika mereka dihadapkan pada kata-kata seperti bayam, kangkung, selada,
dan seledri yang seharusnya di kelompokkan sebagai sayuran, tetapi mereka
mengelompokkan atas warna, yaitu hijau.
d. Kesulitan dalam relasi semantik
Anak berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan untuk menemukan dan
menetapkan kata yang ada hubungannya dengan kata lain.
Sebagai contoh, anak mungin akan mengalami kesulitan dalam menetapkan hubungan
antara kata bangun, mandi, pakaian, sarapan, buku, dan sekolah dalam
tugas menyusun kalimat yang terkait dengan urutan waktu. Anak-anak berkesulitan
belajar umumnya juga mengalami kesulitan dalam mencari padanan kata-kata.
e. Kesulitan dalammemahami sistem semantik
Untuk memcahkan masalah verbal diperlukan pemahaman tentang adanya hubungan
antara masalah, proses yang digunakan hingga sampai pada suatu upaya pemecahan.
Banyak anak berkesulitan belajar yang memiliki kesulitan dalam membaca
pemahaman, dalam matematika, dan dalam penalaran ruang dan waktu. Kesulitan ini
diduga berkaitan dengan adanya kesulitan dalam pemrosesan bahasa auditoris. Anak
berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam kesulitan dalam bercerita dan
penjelasan mereka sering tidak tersusun secara baik dan benar.
f. Perubahan makna atau transformasi semantik
Suatu informasi disampaikan melalui katakata dengan cara yang berbeda-beda,
tergantung pada hubngan, peranan, atau kebermaknaan ucapan. Pengenalan dan
kemampaun membuat perubahan makna kata mencerminkan suatu pemahaman
transformasi semantik. Anak berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam
pembuatan transformasi semantik sehingga mengalami kesulitan dalam menggunakan
kata banyak makna, langgam suara (idioms), dan kiasan (metaphors).
g. Menangkap makna secara penuh (implikasi semantik)

Tingkat keampuan tertinggi untuk memahami bahasa adalah kemampuan menangkap


informasi yang diimplikasikan, yang tidak dinyatakan secara jelas. Kemampuan
tersebut mencerminkan suatu kesadaran tentang kemungkinan berbagai penyebab,
yang merupakan bidang sulu bagi anak berkesulitan belajar. Oleh karena itu, anak
berkesulitan belajarsering mengalami dalam memahami pepatah, cerita
perumpamaan, dongen, atau mitos. Akibat dari kekurangan dalam bidang implikasi
semantik tersebut, maka anak berkesulitan belajar juga mengalami kesulitan untuk
memahami humor.
2. Kekurangan dalam Memori
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa anak berkesulitan belajar sering
memperlihatkan kekurangan dalam memori auditoris. Adanya kekurangan dalam memori
auditoris tersebut dapat menimbulkan kesulitan dalam memproduksi bahasa. Mereka
sering memperlihatkan adanya kekurangan khusus dalam mengulang urutan fenom,
mengingat kembali kata-kata, mengingat simbol, dan memahami hubungan sebab-akibat.
3. Kekurangan Kemampuan Menilai
Penilaian merupakan bagian integral dari proses bahasa karena menjadi jembatan antara
pemahaman dengan produksi bahasa. Penilaian yang krotis terhadap informasi verbal
memerlukan pembandingan antara informssi baru dengan informasi yang telah diperoleh
sebelumnya. Anak berkesuitan belajar sering memiliki kesulitan dalam menilai
kemantapan atau keajegan arti dari suatu kata baru terhadap informasi yang telah mereka
peroleh sebelumnya. Akibatnya anak mungkin akan menerima saja kalimat atau kata
yang salah.
4. Kekurangan Kemampuan Produksi Bahasa
Produksi bahasa akan dipermudah oleh adanya kemampuan mengingat, perilaku afektif
dan psikomotorik yang baik. Karena anak-anak berkesulitan belajar umumnya memiliki
taraf perkembangan berbagai kemampuan tersebut secara kurang memadai, maka mereka
banyak yang mengalami kesulitan dalam memproduksi bahasa.
Ada dua jenis kemampuan produksi bahasa, kemampuan produksi konvergen dan
kemampuan produksi devergen. Kemampuan produksi konvergen berkenaan dengan
kemampuan menggambarkan kesimpulan logis dari informasi verbal dan memproduksi

jawaban semantik yang khas. Kemampuan produksi devergen berkenaan dengan


kelancaran, keluwesan keaslian, dan keluasan bahasa yang diproduksi.
Kemampuan produksi konvergen dapat dilihat dari kemampuan anak dalam:
a. Mengucapkan kata-kata dan konsep-konsep
b. Melengkapi asosiasi verbal dan analogi
c. Merumuskan gagasan dan problema-problema verbal
d. Merumuskan kembali konsep dan ide
e. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah.
Anak-anak berkesulitan belajar umunya memiliki kesulitan dalam prosukdi konvergen
maupun devergen.
5. Model Pragmatik
Linguistik adalah sistem formal untuk memepelajari bahasa sedangakan Pragmatik
adalah model fungsional. Pragmatik adalah cara untuk memahami aturan untuk
menguasai penggunaan bahasa pada konteks sosial. Konten pragmatik meliputi
permintaan tidak langsung dan penggunaan bahasa yang sopan
a) Kekurangan Pragmatik
Anak berkesulitan belajar umumnya memperlihatkan kekurangan dalam
mengajukan berbagai pertanyaan, memberikan reaksi yang tepat terhadap
berbagai pesan, menjaga atau mempertahankan percakapan, dan mengajukan
sanggahan berdasarkan argumentasi yang kuat. Anak berkesulitan belajar
umumnya juga kurang persuasif dalam percakapan, lebih banyak mengalah
dalam percakapan, dan kurang mampu mengatur cara berdialog dengan orang
lain.
D. Model Kemampuan Spesifik

Teori Kirk, McCarthy dan Kirk (1968) dan Johnson dan Myklebust (1965) menjelaskan
model kemampuan spesifik. Kedua teori berusaha untuk mengidentifikasi dan proses
spesifik seperti ( memori, diskriminasi dan ungkapan) Mereka percaya hal tersebut penting
dalam bahasa. kedua teori berasumsi bahwa kemampuan berbahasa dapat di identifikasi dan
diukur dan itu dapat ditingkatkan melalui latihan. Lebih dari itu, bahasa merupakan akar
permasalahan dalam akademik. Konsekuensinya, ini memiliki kepercayaan yang cukup

bahwa kemampuan berbahasa itu sangat penting dalam kesuksesan disekolah. Kedua teori
memiliki asumsi yang sama tetapi sebenernya mereka berbeda.

1. Kirk, McCarthy, dan Kirk's Model


Kirk dkk. (1968) mentransformasikan teorinya kedalam aplikasi yang pragmatis
dengan teori yang dinamakan ITPA ( Illinois Test Of Psycholinguistic Abillities).
ITPA memiliki keunggulan dilapangan. Gerber (1981) Memasukannya dalam faktor
mayor di dalam dasar filosofis dari perceptual-motor/visual to auditory/verbal. Bryan
(1978) mencatat bahwa ini mendominasi selama 10 tahun.
Teori ini berdasarkan esensi Osgood's Association model of psycholinguistics.
Psycholinguistics adalah studi tentang kemahiran berbahasa dan mecakup informasi
dari linguistik dan psikologi. Osgood (1957) mengusulkan bahasa terjadi dari proses
linear cara berbicara dari proses awal sinyal input hingga output. Sebagai contoh,
anak anak menampilakn stimulus yang diterima dari lingkungan yang pertama ia rasa
dan mengkomparasikannya dengan pengalaman masa lampau dan saat ini dan
akhirnya menampilkannya dengan bentuk kebiasaan.
Level of Organization
Representation
Level
(
Symbolic Learning, Required
Thought)
Automatic Level

Channel of Communication
Proses Psikologi
Auditory- Vocal (auditori Reception Process
Input - Vocal output )
(Input Of Information)
Visual-Motor (Visual Input- Association Process
Motor Ouput)
(Organization and Intergration
of Information )
Expression Process
(Output Information)
ITPA Model

Kirk dkk menformulasikan konstruk spesifik berbahasa dengan Level, proses dan rangka
komunikasi. 12 subtest meliputi 2 komunikasi yaitu (Auditory Vocal dan Visual motor) 3 tipe
psikolinguistik proses (Penangkapan, Penyatuan dan Ungkapan) dan 2 level fungsi
Representational dan Automatic).

a. Penangkapan Auditori. Meliputi pemahaman dari pertanyaan sederhana yang


diberikan. "Apakah anjing terbang?" anak harus menjawab ya atau tidak.
(Auditory-vocal channel ; penyatuan dan representasi)
b. Penangkapan Visual, mengevaluasi kemampuan untuk mengasosiasikan
konsep dari stimulus visual. Contoh, seorang anak melihat gambar anak laki
laki berlari. Lalu ia ditunjukan halaman kedua yang terdiri dari 4 gambar.
yang salah satunya menggambarkan anak laki-laki berlari. Ia harus memilih
gambar yang tepat. ( Visual-motor channel ; Penyatuan proses ; dan
representatif level )
c. Asosiasi auditori. Meliputi kemampuan untuk menghubungkan konsep yang
ditampilkan secara auditori. Contoh. Seseorang berkata, Sup itu pana es krim
itu .... Ia harus menjawab dengan tepat yaitu dingin. (Auditori-vocal channel ;
proses asosiasi ; representatif level)
d. Asosiasi Visual. Ukuran kemampuan untuk menghubungkan konsep yang
diterima secara visual. contoh seorang anak diperlihatkan gambar seekor
anjing. pada halaman berikutnya ia deperlihatkan benda yang berhubungan
dengan anjing, maka ia harus memilih tulang ( Visual-motor ; asosiasi;
Representatif)
e. Ungkapan Verbal. Meliputi pengetahuan dari atribut umum beberapa objek
yang ditampilkan. Contoh, Seorang anak diperlihatkan suatu gambar, maka ia
harus menceritakan tentang yang ia ketahui mengenai gambar tersebut. (
Auditory-Vocal ; Ungkapan ; representatif )
f. Eksepresi Manual. Mengevaluasi kemampuan mengungkapkan ide melalui
gestur. Contoh, seorang anak dapat menjawab benda yang diperagakan secara
pantonim. (Visual-motor ; Ungkapan ; Representatif)
g. Pengakhiran Visual. Mengukur kemampuan untuk melengkapi visual
stimulus. Seorang anak harus menemukan bagian yang tersembunyi dari
bagian gambar yang hilang ( Visual-motor ; asosiasi ; automatic)
h. Pengakhiran

gramatik.

Meliputi

pengetahuan

penulisan

dan

aturan

morfologik. Contoh "Here is a dog, Now here a two... " Seorang anak harus
menjawab Dogs. (Auditory-vocal;Asosiasi;Automatic)

i. Pengakhiran auditori. Mengevaluasi kemampuan melengkapi stimulus katakata yang diberikan secara auditori. Contoh penguji mengatakan co lat,
dengan penghilangan pengejaan k, maka anak harus menjawab coklat.
(Auditori-vocal;asosiasi;automatic)
j. Campuran Suara. Memerlukan kemampuan untuk membagi dan memadu
kembali elemen fonemik. Contoh penguji memberikan jeda pengejaan buku
menjadi b-u-k-u setiap 2 detik. Seorang anak seharusnya bisa menjawab buku.
(Auditori-Vocal-Asosiasi-Automatic)
k. Memori auditori berurutan. Mengevaluasi kemampuan untuk mengulang
beberapa angka yang diberikan secara auditori. Seorang penguji mengatakan
2-5-7

maka

anak

harus

mengulangi

2-5-7

Auditori-

Vocal;Asosiasi;Automatic)
l. Memori visual berurutan. Meliputi kemampuan merecall arti urutan objek
yang diberikan secara visual. Penguji memberikan urutan gambar dan anak
tersebut

harus

mampu

mengurutkannya

sesuai

urutannya.

(Visual-

motor;Asosiasi;Autonatic)

ITPA biasanya digunakan untuk 2 tujuan diagnostik :


a. Mengkualifikasikan anak dalam proses komponen untuk penempatan pada
program kesulitan belajar
b. Untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan dalam proses berbahasa
sehingga dapat menyusun langkah remedial.

2. Johnson and Myklebust's Theory


Johnson (1981) mendefinisikan bahwa kesulitan belajar memiliki gangguan satu
atau lebih proses psikologi yang bercampur dengan pemahaman bahasa dan
ungkapan. Johnson dan Myklebust merekomendasikan remedial strategi untuk
beberapa area
a. Bahasa Inti. Seorang anak yang meletakan boneka di kasur dan
memberikannya selimut mengetahui hubungan setiap benda tersebut. Bahasa

inti ini akan mengembangkan ke dalama kata. Johnson dan Myklebust


menyebut pengetahuan ini sebagai bahas inti
b. Penerimaan bahasa.

Beberapa anak tidak dapat mengikuti perintah lisan,

membedakan suara, atau membaca dengan baik. Problem mereka terus terjadi
dan kontinum. Mendengarkan, berbicara dan membaca dan didahului oleh
menulis.
c. Bahasa Ungkapan. Anak yang memiliki problem ungkapanf bahasa mungkin
tidak bisa mengorganisasikan kata menjadi kalimat, salah menggunakan
kalimat dan kataganti serta salah dalam penempatan kata dalam kalimat. Anak
dengan kesulitan visual ekpresi kesulitan dalam menulis bahasa.

E. Model Linguistik
Ahli bahasa tertarik untuk menganalisa komprehensi dan performa berbahasa pada anak
kesulitan berbahasa merujuk pada komponen bahasa. Mereka fokus pada mendeskripsikan
formal sistem dan tidak menggaris bawahi kemampuan spesifik.
1. Fonologi
Fonem merupakan bagian dari suara. Kombinasi beberapa suara untuk membentuk
sebuah kata. Contoh kata meja memiliki 4 fonem yaitu : m/e/j/a. Fonem yang paling
umum adalah cara paling mudah menguasai artikulasi yang baik dan auditori yang
kontras. Anak di seluruh dunia menguasai suara terlebih dahulu. Fonem
membutuhkan

perbedaan yang lebih baik adalah yang sulit dikuasai dan biasanya

diperoleh diterakhir.Masalah dalam ungkapan biasanya muncul pada gangguan


artikulasi (Bock &

Mercer,1981a). Pada gangguan bahasa anak biasanya

mengganti kata seperti ular menjadi

ulal,

atau

mengubah

suara.

Masalah

biasanya timbul pada proses penangkapan informasi.


a. Konsonan
Anak kesulitan belajar biasanya kebingungan fonem yang membutuhkan
perbedaan yang

baik. contoh /m dan /n. Observasi (Wiig & Semel, 1976)

menemukan kesulitan pada kata /p atau /b, atau /d dan /t.


b. Pencampuran Konsonan
Anak juga kesulitan dalam huruf awal konsonan. Contoh

i. /pr, /fr, dan /kr kebingung dengan /pl, /fl dan /kl
ii. /tr dan /dr kebingung dengan /tw dan /dw
iii. /pr, /tr, /kr, /dr, /gr dan /fr kebingunan dengan satu sama lainnya
iv. /sp, /st, /sk, /sm, /sn, /sl dan /sw kebingunan dengan satu sama lainnya
c. Vocal
Masalah vocal bisanya dalam membedakan huruf awal seperti a, i, e. anak
bisanya kesulitan dalam membedakan sit, set dan sat.
2. Morfologi
Morfem adalah bagian terkecil dari unit bahasa dan mengandung arti. contoh kata
unnatural memiliki 2 morfem yaitu un dan natural. dan terdiri dari 4 suku kata. tetapi
4

suku kata tersebut tidak memiliki arti jika dipisahkan.


Morfem mungkin dalam bentuk terikat dan bebas. Morfem dalam bentuk bebas

dapat berdiri sendiri. Natural dalam morfem adalah bentuk bebas. Dalam bentuk
terikat seperti unnatural.Anak mendapatkan morfemnya biasanya pada umur satu
tahun. Secara berangsur-angsur ia mengembangkan pengetahuannya. tanpa morfem
anak akan kesulitan dalam mempelajari peraturan morfem.
a. Masalah Morfologi
Wiig, Semel dan crouse melaporkan bahwa banyak dari kesulitan
berbahasa memiliki kesulitan dalam menggunakan aturan morfologi untuk
kata ganti orang ketiga pada bentuk tunggal kata
3. Syntax
Syntax adalah bagaimana kata dapat bergabu menjadi sebuah kalimat. Syntax bisa
juga disebut Grammar. Di bahasa inggris, syntax berpengaruh dalam penempatan
sebuah kata. Anak berkesulitan belajar baisanya memiliki kemampuan yang sedikit
dalam penyusunan kalimat, seperti kata semantik, kalimat ulangan, kalimat negatif
dan kalimat pasif
a. Kalimat komprehensi
Kegagalan pemahaman dalam kalimat akan menggambarkan kekurangan
dalam aturan linguistik dan pengurangan memori. Masalah sungguh terlihat
dalam memproses perintah verbal. Contoh : Ketika ujian lisan anak akan

kesulitan menjawab pertanyaan yang diberikan, kalimat pasif dan kalimat


yang berhubungan antara satu dan lainnya.
b. Kalimat pengulangan
Menggunakan Newcombe dan Marshall ekperimen, wiig dan semel
menemukan bahwa remaja berkesulitan belajar sering mengulang kalimat
dengan salah satu syntax atau semantik yang salah.
c. Pemahaman sangkalan
Rosenthal (1970) mencatat banyak dari kesulitan belajar mengalami
kseulitan dalam penyangkalan. sangkalan melibatkan pemahaman kalimat
eksplisit dan implisit serta kalimat negatif. Wiig dan semen menemukan
bahwa meniadakan statement menyertakan perbandingan antara dua objek.
Contoh Mobil tidak lebih besar daripada truk. Anak berkesulitan belajar akan
kesulitan dalam memahami itu.
d. Pemahaman Suasana Hati
Banyak dari anak berkesulitan belajar tidak dapat memahami Syntax
Suasana hati. Secara keseluruhan ia tidak bisa membedakan perbedaan
kalimat ini secara khusus. Contoh I Will Go, I Will be going, I Will probably
go, I will be go
e. Pemahaman Kalimat Pasif
Kata dalam kalimat pasif tidak selalu tersusun subjek-kata kerja- objek.
Contoh budi makan apel akan disusun menjadi apel dimakan budi. Bryen
(1981) Mencatat bahwa kalimat pasif memakan waktu proses yang lebih lama
untuk anak. Wiig dan Semel (1980) mencatat bahwa anak berkesulitan belajar
mengalami ketidakmampuan untuk memproses kalimat pasif mereka
kebingungan dengan hubungan subjek dan objek.
4. Semantik
Semantik adalah arti dalam sebuah kata. Buku memiliki arti media untuk menulis
dan lainnya. Bila diubah menjadi buku jane memiliki artian buku milik jane.
Semantik memiliki kategori kata kerja, kata sifat, kata keterangan, dan kata ganti
a. Kata Kerja

Kata kerja yang kompleks seperti kata driving dan diving memiliki suara yang
hampir sama. Anak akan kesulitan dalam membedakan kata kerja kompleks
tersebut
b. Kata Sifat
Wiig dan semel membandingkan kata sifat yang memiliki ciri lebih
banyak seperti ukuran bentuk dan warna lebih sulit dibandingkan kata sifat
yang memiliki ciri lebih seikit.
c. Kata keterangan
Bagian lain dari permasalahan proses dan memproduksi kata keterangan.
Sebagai contoh anak kesulitan merecall kata keterangan yang berada pada
posisi akhir pada kalimat. Biasanya kata terakhir lebih mudah diingat kembali.
bisanya ini adalah masalh pada semantik dan bukan masalah pada memori.
d. Kata ganti
Anak kesulitan belajar bermasalah dalam mempertimbangkan kata ganti
personal seperti saya kamu dan dia. Kata ganti tidak tentu sepeti di suatu
tempat, seseorang, dan sesuatu.dan kata ganti negatif seperti tidak seorang
pun, tidak ada.
5. Sajak
Sajak meliputi pemahamanan dan penggunana yang pantas tentang ritme, intonasi
dan pola dalam bahasa. Menjelaskan fungsi sejenis tentang penggunaan tanda baca
penulisan. Ilmu persajakan adalah komponen menyeluruh dalam bahasa. ini jelas
berbeda dari pola melodi dari berbagai bahasa. Sebagai contoh bahasa anak hawaijepang mengakhiri kalimat ceriatanya dengan nada bertanya. dimana kebanyakan
negara mengakhirinya dengan nada kalimat interogratif. Berry (1980) pecaya bahwa
dialek mungkin timbul dari ketidakmampuan orang untuk mengeluarkan pola melodi
dari bahasa pribumi.Ia juga menambahkan bahwa sajak tidak diteliti lebih jauh pada
anak berkesulitan belajar. Gangguan sajak ditemukan pada orang yang memiliki
gangguan neurologis serta orang yang mengalami reatrdasi mental.
Kesimpulan

Peneliti mengidentifikasi kesulitan belajar memiliki masalah pada fonem, morfem syntax
dan semantik pada bahasa. Peneliti mengarahkan pada implikasi strategi mengajar. Guru
harus berhatihati dan memilih kosakata dan kalimat yang terstruktur ketika memberikan
instruksi dan langsung mencheck apa kah pesan yang diberikan di pahami. Wiig dan
semel (1980) menyarankan bahwa guru menggunakan struktur yang simple,
menggunakan kalimat yang tidak lebih dari 8 sampai 10 kata. Mereka juga menyarankan
untuk tidak memberikan 5 kata baru dan tidak familiar pada satu kali pertemuan dalam
belajar. Guru juga harus menyadari bahwa kalimat pasif, kalimat yang panjang dengan
kata sifat, kalimat negatif dan kalimat situasional memakan waktu proses yang cukup
lama. Tipe kalimat seperti ini harus di tulis ulang kembali oleh murid. Guru juga harus
sadar bahwa murid harus mengerti instruksi bahasa yang diberikan.
F. Pola Bahasa Daerah (Suku)
Pada pertengahan 1970-an dan awal 1980-an, banyak penelitian menunjukkan
bahwa kesukaran belajar tidak hanya berpengaruh pada pemuda berkulit putih kelas
menengah saja, tetapi juga pada kaum minoritas. (Tulisan ini hanya terbatas pada diskusi
perbedaan budaya pada anak-anak kulit hitam dan anak-anak Spanyol sejak terdapat
sebuah persentase yang besar dari populasi kesukaran belajar pada anak-anak
minoritas).Ada siswa yang berkata untuk berbicara sebuah bahasa tidak baku (Perkins,
1977). Sekarang pola perkataan mereka mempertimbangkan perbedaan, tetapi tidak
inferior. Saville-Troike (1976) menunjukkan bahwa tidak ada bahasa yang lebih baik
daripada dasar lain pada kualitas linguistik. Keduanya, baik bahasa kulit hitam dan
bahasa Spanyol adalah peraturan pemerintah, kompleks, logis, dan merupakan sistem
pengekspresian. Masalahnya terdapat pada bentuk perbedaan pola berbicara yang sangat
penting pada harapan dan kebutuhan untuk berhasil di sekolah. Meskipun nilai pada pola
bahasa yang berbeda sedang diperdebatkan oleh pakar bahasa, sebuah gambaran umum
perbedaan adalah tahap pertama para pedidik dalam merencanakan, menyeleksi, dan
menyiapkan kebutuhan untuk siswa mulai dari perbedaan latar belakang bahasa.
1. Fonologi
Keduanya, baik pembicaraan anak kulit hitam dan pembicaraan anak Spanyol
mempunyai kesulitan dengan diskriminasi dan produksi dari banyak suara-suara dari
standar Inggris. Orang Spanyol, sebagai contoh, mempunyai banyak persamaan suara.

Hal itu diantaranya e yang tidak panjang(seperti pada beet), a yang pendek (seperti
pada bat), oo (seperti pada book), atau oa (pada boat). Itu hanya memiliki 5 fonem
huruf vokal: /a/ . /e/ , /i/ , /o/ , dan /u/, dimana pengucapan seperti pada a dalam far, e
dalam debt, i dalam lid, o dalam border, dan u dalam bull.
2. Morfologi
Infleksi akhir biasanya menjadi masalah. Seperti s dan es, ed, dan ing). Kedua
kelompok (kulit hitam dan Spanyol) memberi s di akhir (five hat menjadi five hats).
Bentuk jamak es digunakan pada dialek orang kulit hitam pada huruf sebelum akhir,
seperti p, t, dan k (contoh: desses untuk desks; ghoses untuk ghosts).
3. Sintaksis
Kedua kelompok memiliki masalah dalam menggunakan artikel, penyangkalan,
persetujuan kata benda, dan tensis. Kulit hitam selalu menghilangkan a dan an, yang
hasilnya dalam kalimatnya seperti I have coat. Persamaan ini seperti pada
pembicaraan pada orang Spanyol dengan a, ketika the selalu digunakan sebagai
tambahan pada judul, seperti pada The Mr. Smith is here.
Pada orang hitam Inggris, penyangkalan selalu diekspresikan dengan aint, ketika
orang Spanyol selalu menggunakan no pada kata sebelum kata kerja (contohnya Juan
no esta aqui, atau Juan not is here). Bahasa Inggris standar pada kata benda
persetujuan selalu tidak ditemukan di bahasa yang lain. Contohnya ditemukan pada
kalimat ini, The girl sit.
4. Semantik
Pada dialek orang kulit hitam, kata kerja to be dapat digunakan dengan lain kata,
yaitu has, have, is, dll. Tanpa memperhatikan subjek (contohnya He is busy menjadi
He be busy). Persamaannya, pada dialek orang Spanyol, kata kerja to be
diekspresikan berbeda. Saville-Troike (1976) melaporkan bahwa orang hitam dan
orang Spanyol berbicara dwibahasa, selalu menggunakan satu suku kata, banyak
deskriptif atau mengelompokkan istilah, dan pecahan kata sederhana.
5. Prosody (Sajak)
Fasold dan Wolfram (1975) mengobservasi bahwa stres pada dialek orang hitam
selalu terjadi pada suku kata pertama cukup satu detik dan selalu suku kata pertama
hilang ketika sedang stres. Anak Spanyol berbicara seringkali menggunakan intonasi

yang naik untuk mengindikasikan sebuah pertanyaan dan nada suara menggantikan
kata ganti.
6. Fragmatis
Pada fragmatis pembelajaran bahasa, Bryan dan Pflaum (1978) melaporkan bahwa
anak berkulit hitam cenderung kurang menggunakan kata yang kompleks pada kata
kerja dalam berinteraksi dengan orang lain.
ASESMEN BAHASA
Pada masa lalu, ITPA digunakan untuk asesmen sebuah bahasa anak yang
mengalami kesukaran, konsekuensinya, menempatkan anak pada sebuah program.
Contohnya, membuat sebuah asosiasi pendekatan diantara komponen pemrosesan dalam
definisi kesulitan belajar dan asesmen bahasa. Dalam banyak area hari ini yang
mengidentifikasikan sebuah proses gangguan adalah tetap membutuhkan penempatan,
seperti tes Wepman Auditory Discrimination Test, Detroit Tests of Learning Aptitude, dan
Test of Language Development mempunyai penempatan pada ITPA.
1. Determinasi dari Masalah
Pada umumnya, peralatan terstandarisasi dan atau skala perkembangan bahasa
yang digunakan pada determinasi diantara anak yang mempunyai malah bahasa. Jika skor
anak lebih rendah daripada skor anak yang lain yang umurnya atau perkembangannya
sama dengan anak yang lebih muda, sebuah keadaan ketidakmampuan. Tes ini digunakan
oleh ahli klinis atau spesialis LD. Anak-anak yang skor mentahnya selalu diubah ke
dalam standar atau skor yang sama (bahasa sesuai umur, usia mental, atau
kelas).Meskipun pada umumnya ukuran selalu tidak digunakan mengindikasikan strategi
pembelajaran, mereka selalu menunjukkan area untuk asesmen yang lebih luas.
2. Identifikasi Objektif secara Spesifik
Objektif secara spesifik selalu dapat melewati administrasi dari ukuran, struktur
bahasa sederhana atau pembicaraan spontan sederhana (Bloom & Lahey,
1978).Dalam struktur bahasa sederhana, penguji berinteraksi langsung dengan siswa
dan mencoba untuk mendatangkan respon khusus. Penguji selalu menyiapkan item-

item selama anak menjawab dan selalu didedikasikan untuk ukuran standar dari
kemampuan penerimaan. Bloom dan Lahey (1978) menyarankan untuk menganalisis
pengucapan berdasarkan pada komponen individual dalam bentuk, isi, dan
menggunakan dalam berinteraksi. Ketika menganalisis bentuk, penguji mengevaluasi
jika anak dapat memilih kata penting dan kombinasi dari kata yang dipresentasikan
ide ulang (fonologi, morfologi, dan sintak). Seorang anak yang secara konsisten
menggunakan istilah things dalam mendeskripsikan objek mungkin mempunyai
masalah bentuk. Dalam area isi, penguji menganalisis ide-ide anak-anak tentang
objek dan peristiwa untuk mengevaluasi apakah anak memprotes secara dangkal atau
benar-benar pengetahuan dari konsep (semantik).
3. Program Linguistik
Model linguistik juga menyediakan dasar untuk program kreasi bahasa. Program
ini biasanya fokus pada sebagian kemampuan berbahasa anak seharusnya anak miliki.
Tidak seperti program kemampuan spesifik lainnya, program linguistik tidak setuju
dengan awal dari masalahnya. Meskipun konten dari programnya sama, beberapa dari
mereka memiliki dasar dalam teori perilaku, nativisme dan beberapa dari
interaksional.
a. Behavioristik
Dua program digunakan dalam anak berkesulitan belajar berdasarkan model
behavioral yaitu DISTAR dan Monterey Language Program. Program bahasa
DISTAR lebih terstruktur dan mendekati intervensi bahasa. Program ini mendesain
murid melalui 3 tingkat dan fokus pada ekspresi dan penerimaan bahasa dan
perkembangan kognisi. Program ini menggunakan pendekatan didaktik.
Monterey Language Program biasanya digunakan untuk beberapa kesulitan
berbahasa anak-anak. Anak-anak diberi penguatan imitasi dengan respon guru.
Kemampuan diajarkan terpisah dengan perintah percontohan. Matheny dan Panagors
(1978) menemukan bahwa Monterey Phonological dan program sintaksis sangat
efektif untuk anak dengan masalah linguistik yang berlipat. Bagaimanapun konsep
mengajarkan secara terpisah tidak valid. Intervensi fonologikal memproduksi lebih
banyak peningkatan sintaksis dan metode sintaksis. Matheny dan Panagos

menyimpulkan komponen bahasa terlalu berhubungan dengan palsu memisahkan


yang mereka kerjakan di program Monterey.
b. Nativistik
Program seperti Program Pelatihan Pengembangan Interaktif Bahasa. Program
ini menekankan cara mengajar untuk kalimat transformasi.
c. Interaksionistik
Program ini memiliki 2 konsep dasar,
i.

Arti dibawa oleh bahasa anak-anak melalui interaksi lingkungan.

ii.

Anak-anak menggunakan pembicaraan untuk mengontrol lingkungan.


Model treatmen menekankan pada bahasa alami, guru cukup memberikan
ujian terstruktur dan mendalam. Contohnya, Ayah berjalan ke sebuah ruangan
karena si anak berkata See Dady lebih dari itu artinya dalah Me drink.

Kesimpulan
Jelas banyak program yang tersedia untuk digunakan sesuai kebutuhan anak
tersebut, tergantung keahlian guru dan orientasi program di beberapa sekolah. Walaupun
beberapa program terlihat efektif, prosedur penilaian masih memiliki kontroversi yang
tinggi. Panagos dan Griffith (1981) menyimpulkan bahwa tidak ada metode persetujuan
tentang intervemsi penilaian.
G. ASESMENT
Ada dua macam jenis asesment, asesment formal dan informal. Asesment formal
umumnya telah dibakukan sedangkan asesment informal sering tidak dibakukan. Tes konsepkonsep dasar ciptaan Boehm (Boehm Test of Basic Concepts) merupakan salah satu
instrumen asesment formal yang dapat diadpsi di Indonesia, khususnya untuk anak-anak usia
sekolah permulaan. Tes tersebut dirancang untuk mengevaluasi pengetahuan dan pemahaman
anak tentang konsep-konsep dasar kuantitas, ruang, waktu, dan kombinasi dari aspek-aspek
tersebut.Dalam menggunakan asesment informal atau evauasi percakapan spontan, guru
dapat melakukan percakapan dengan anak tentang berbagai hal yang disukai anak.
Berdasarkan percakapan tersebut guru dapat mengetahui berbagai kesalahan bahasa yang

dibuat oleh anak dan berdasarkan kesalahan-kesalahan tersebut guru dapat melakukan
tindakan-tindakan korektif atau interventif.
Solusi mengatasi disleksia
1. Menurut Dr Sally Shaywitz penulis Mengatasi Disleksia, program yang mengajarkan
phonics sistematis dan eksplisit yang paling efektif: sebuah program yang
mengajarkan bagaimana untuk memecahkan kode membaca dalam berurutan, format
yang sistematis dan kumulatif yang membantu semua pembaca memahami,
mempertahankan dan menerapkan kode ini.
Mereka perlu diajarkan konsep-konsep dasar yang mengatur bahasa.
Kebanyakan siswa dapat membaca kata-kata tingkat sekolah tinggi setelah
menyelesaikan program membaca. Ini tidak berarti bahwa mereka membaca pada
tingkat SMA, yang meliputi kosakata, kefasihan, dan pemahaman.
2. MENGAJARKAN ORTON-Gillingham princples Apa prinsip Orton-Gillingham?
Pada 1930, peneliti dokter Dr Samuel T. Orton dan Anna Gillingham menyimpulkan
bahwa berjuang pembaca berkembang bila terkena pola terstruktur eksplisit,
sistematis instruksi phonics.
The pilihan Phonics Intensif untuk Diri Sendiri metode ini secara berurutan diresapi
dengan metode Orton-Gillingham, termasuk:
Aplikasi Multi-sensorik yang melibatkan kinestetik, pendengaran, dan isyarat
visual.Mengajar prinsip alfabet dan phonics berurutan. Praktis, aplikasi berbasis
bahasa.Pengulangan Logical menggunakan gaya akrab pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik untuk membuat prediksi tentang pola bahasa bahasa
baru.
H. REMEDIASI
Menurut Lovitt, 1989 Ada lima macam pendekatan remediasi bagi anak berkesulitan
belajar bahasa, yaitu:
1. Pendekatan proses
Pendekatan proses bertujuan untuk memperkuat dan menormalkan proses yang
dipandang sebagai dasar dalam memperoleh kemahiran berbahasa dan komunikasi
verbal. Proses yang ditekankan ini pada jenis ini adalah persepsi auditoris, memori,
asosiasi, interpretasi, dan ekspresi verbal. Tujuan remediasi ditekankan pada

peningkatan pemahaman bahasa dan penggunaannya melalui modalitas auditoris,


menulis dan bahasa nonverbal.
2. Pendekatan analisis tugas
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompleksitas penegrtian (semantik),
struktur (morfologi dan sintaksis), atau fungsi (pragmatik) bahasa anak-anak.
Pendekatan ini menekankan pada pengembangan arti kata, konsep bahasa, dan
memperkuat kemampuan berpikir logis.
3. Pendekatan behavioral
Pendekatan ini bertujuan untuk memodifikasi atau mengubah bahasa lahir dan
perlaku komunikasi. Pendekatan secara umum menggunakan prinsip-prinsip operan
conditioning untuk memunculkan perilaku yang diharapkan dan mencegah atau
menghilangkan perilaku bahasa yang tidak sesuai.
4. Pendekatan interaktif-interpersonal
Pendekatan ini bertujuan untuk memperkuat kemampuan pragmatik dan
mengembangkan kompetensi komunikasi. Adapun tujuan lainnya adalah untuk
meningkatkan pengambilan peran dan kemampuan pengambilan peran anak-anak
dalam komunikasi, mengembangkan persepsi sosial nonverbal, dan meningkatkan
gaya komunikasi verbal dan nonverbal.
5. Pendekatan sistem lingkungan total
Bertujuan untuk menciptakan peristiwa atau sitausi lingkungan yang kondusif
sehingga dengan demikian mendorong terjadinya peningkatan frekuensi berbahasa
dan pengalaman berkomunikasi pada anak-anak. Pendekatan sistem lingkungan total
sering di sebut juga pendekatan holistik, yang bertujuan menumbhkan kompetensi
komunikasi untuk kehidupan, agar mendukung perkembangan potensi anak untuk
mencapai prestasi dan penyesuaian dalam pengambilan lapangan pekerjaan dan
profesi.

Kesimpulan
Bahasa merupakan salah satu kemampuan manusia terpenting yang menjadikan mereka
unggul atas mahluk lain. Wicara adalah bahasa verbal yangmemiliki koponen artikulasi, suara
dan kelancaran. Didalam ekspresi bahasa memiliki enam komponen, yaitu fonem, morfem,
sintaksis, semantik, prosodi, dan pragmatik. Adanya gangguan pada salah satu atau lebih dari
komponen tersebut dapat menyebabkan kesulitan belajar bahasa. Berbagai penyebab kesulitan
belajar bahasa, yaitu kekurangan kognitif, kekurangan memori, kekurangan kemampuan
melakukan evaluasi, dan kekurangan kemampuan memproduksi bahasa.

Daftar Pustaka
Abdulrahman, Prof Dr Mulyono, 2012. Anak Berkesulitan Belajar "Teori, Diagnosis, dan
Remediasinya". Jakarta : Rineke Cipta.

Anda mungkin juga menyukai