PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perubahan dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat
tubuh dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi
abstrak. Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh seorang dalam
pergaulan atau hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan berbahasa dimulai
sejak individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak dimasa bayi,
individu mulai berkomunikasi dengan orang lain (khususnya orang tua) sejak itu
pula bahasa
perkembangan bahasa seorang dimulai dengan meraban (suara atau bunyi tanpa
arti) dan diikuti dengan bahasa atau suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat
sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa
yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
Bahasa juga merupakan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Pengertian kemampuan berkomunikasi adalah cara untuk berkomunikasi melalui
pikiran dan perasaan yang dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk
mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan : lisan, tulisan,
isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka. Bahasa merupakan faktor hakiki yang
membedakan manusia dengan hewan. Bahasa sangat erat kaitannya dengan
perkembangan kognitif individu. Perkembangan kognitif individu tampak dalam
perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun
pendapat, dan menarik kesimpulan.
Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to
grow atau to grow maturity. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa
remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Hurlock (1990) membagi masa
remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja
akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan
2
oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi
perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Pada masa
remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang
berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan perubahan dalam
hubungan dengan orangtua dan cita-cita. Pembentukan cita-cita merupakan proses
pembentukan orientasi masa depan. Transisi perkembangan pada masa remaja
berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian
kematangan masa dewasa sudah dicapai. Bagian dari masa kanak-kanak antara
lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah.
Bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh
termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan
kemampuan berpikir secara abstrak.
B.
Fonologi (phonology)
2.
Semantik (semantic)
3.
4.
Pragmatic (pragmatics)
Fonologi berkenaan dengan bagaimana individu memahami dan
menghasilkan bunyi bahasa. Apabila mengunjungi daerah lain atau negara lain
dapat diterima oleh masyarakat tertentu, seperti ucapan selamat datang dan
selamat tinggal serta cara mengucapkannya. Selain itu, seseorang juga harus
memperhatikan tata krama berkomunikasi berdasarkan hirarki umur atau status
sosial yang masih dijunjung tinggi dalam suatu masyarakat tertentu.
Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan
perkembangan kemampuan berbahasa individu, tahapan perkembangan bahasa
dapat dibedakan ke dalam tahap-tahap sebagai berikut:
1.
tanpa makna. Awal tahap maraban kedua biasanya pada permulaan pertengahan
kedua tahun pertama kehidupan. Anak-anak tidak menghasilkan sesuatu kata yang
dapat dikenal, tetapi berbuat seolah-olah mengatur ucapan-ucapan sesuai dengan
pola suku kata. Banyak kerikan yang aneh-aneh serta dekutan-dekutan yang
menyerupai vokal hilang dari output para bayi, dan mulai menghasilkan urutanurutan KV (konsonan-vokal), dengan satu suku kata yang sering diulang berkalikali.
Pada suatu waktu bagian terakhir periode (sekitar akhir tahun pertama
kehidupan) muncullah kata pertama. Biasanya kata tidak akan berbunyi lebih
menyerupai kata orang dewasa daripada sejumlah rabanan yang telah dihasilkan
oleh bayi selama tahap, tetapi akan dianggap sebagai kata pertama. Misalnya
seorang bayi (bayi keluarga Cairns) mengatakan [X] dan menunjuk kepada tempat
lilin, lampu, lampu senter, lampu mobil, bahkan kepada tombol (lampu) di
dinding. Orang tuanya menerima [X] sebagai kata bukan karena berbunyi lebih
menyerupai kata daripada ucapan-ucapannya yang lain, tetapi karena jelas bunyi
mempunyai jodoh makna (dalam kasus ini cahaya; lampu), dan itulah sebenarnya
apa yang disebut ujaran dan bahasa itu.
3.
yang diucapkan oleh anak-anak harus dipandang sebagai satu kalimat penuh
mencakup aspek intelektual maupun emosional sebagai sebagai rasa untuk
menyatakan mau tidaknya terhadap sesuatu. Anak menyatakan mobil dapat
berarti saya mau mobil-mobilan, saya mau ikut naik mobil bersama ayah, atau
saya mau minta diambilkan mobil mainan.
Ucapan-ucapan satu kata pada periode holofrastik disebut holofraseholofrase, karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat
dalam satu kata yang diucapkanya. Banyak sekali terdapat kedwimaknaan dalam
ujaran anak-anak selama tahap holofrastik dan juga berikutnya. Perlu diamati
benar-benar apa yang sedang dilakukan anak-anak, barulah dapat menentukan apa
yang dimaksudkan dengan yang diucapkan
4.
akan mulai memakai ucapan-ucapan dua kata seperti baju mama, pisang
nenek, saya mandi.
Selama periode ucapan-ucapan dua kata anak-anak tidak menggunakan
infleksi. Verba-verba yang dipakai tidak mempunyai penanda-penanda waktu dan
jumlah; nomina-nomina mereka tidak memakai akhiran-akhiran jamak. Walaupun
kosa kata perorangan amat berbeda-beda, namun pada tahap ucapan-ucapan dua
kata anak-anak jarang sekali menggunakan preposisi, partikel, dan konfungsi
(yang biasa disebut kata tugas), misalnya: papa mama pergi (papa dan mama
pergi), nenek Bandung (nenek ke Bandung).
Pada tahap ucapan-ucapan dua kata anak mulai memiliki banyak
kemungkinan untuk menyatakan kemauannya dan berkomunikasi dengan
menggunakan kalimat sederhana yang disebut dengan istilah kalimat dua kata
yang dirangkai secara tepat.
5.
tahap
bahasa
menjelang
dewasa
anak
semakin
mampu
mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu
melibatkan
gabungan
kalimat-kalimat
sederhana
dengan
komplementasi,
7.
Kompetensi lengkap
Pada akhir masa anak-anak, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya
bahasa
mengalami
perubahan
dan
semakin
lancar
serta
fasih
dalam
kerangka
dasar
yang
harus
diisi
jika
sedang
mendiskusikan
C.
sebagai
"Kompetensi
Komunikatif."
Model
kompetensi
komunikatif
Kompetensi gramatikal
Kompetensi gramatikal adalah kemampuan untuk menggunakan bentuk
Kompetensi Wacana
Kompetensi
wacana
adalah
kemampuan
untuk
memahami
dan
menciptakan bentuk-bentuk bahasa yang lebih panjang dari kalimat, seperti cerita,
percakapan, atau surat-surat bisnis. Kompetensi Wacana termasuk pemahaman
bagaimana contoh khusus dari penggunaan bahasa secara internal dibangun.
Wacana kompetensi juga mencakup pemahaman bagaimana teks berhubungan
dengan konteks atau situasi.
3.
Kompetensi Sosiolinguistik
Kompetensi sosiolinguistik adalah kemampuan untuk menggunakan
Kompetensi Strategis
Kompetensi
strategis
adalah
kemampuan
untuk
mengkompensasi
kurangnya kemampuan dalam salah satu dari daerah lain. Setiap orang memiliki
beberapa tingkat kompetensi strategis dalam bahasa apapun.
D.
belajar dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari
kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga,
masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan
masyarakat. Arti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan
masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan
dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, remaja mengikuti proses belajar
disekolah. Pada lembaga pendidikan diberikan rangsangan bahasa terarah sesuai
dengan kaidah-kaidah berbahasa yang benar. Proses pendidikan bukan semata
memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan, tetapi juga secara
berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku
berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya) cukup
menonjol, sehingga bahasa remaja menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan
yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Pada kelompok sebaya berkembang
bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah
baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau
tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga masyarakat, dan
sekolah dalam perkembangan bahasa, menyebabkan perbedaan antara remaja
yang satu dengan yang lain. Pilihan dan penggunaan kosakata pada umumnya
sesuai dengan tingkat sosial keluarga. Keluarga dari masyarakat lapisan
pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar,
bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik yang
pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah
lebih selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik.
Ragam bahasa remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif.
Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang
akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang
lebih pendek seperti permainan diganti dengan mainan, pekerjaan diganti dengan
kerjaan. Kalimat-kalimat yang digunakan kebanyakan berstruktur kalimat tunggal.
Bentuk-bentuk elip juga banyak digunakan untuk membuat susunan kalimat
menjadi lebih pendek sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak
lengkap. Penggunaan struktur yang pendek dalam pengungkapan makna menjadi
lebih cepat dan sering membuat pendengar yang bukan penutur asli bahasa
Indonesia mengalami kesulitan untuk memahaminya. Bahasa remaja dibuat begitu
singkat tetapi sangat komunikatif.
Karakteristik perkembangan bahasa remaja sesungguhnya didukung oleh
perkembangan kognitif yang menurut Jean Piaget telah mencapai tahap
operasional formal. Sejalan dengan perkembangan kognitif, remaja mulai
mengaplikasikan prinsip-prinsip berpikir formal atau berpikir ilmiah secara baik
pada setiap situasi. Remaja mengalami peningkatan kemampuan dalam menyusun
pola hubungan secara komperhensif, membandingkan secara kritis antara fakta
dan asumsi dengan mengurangi penggunaan simbol-simbol dan terminologi
konkret dalam mengomunikasikannya.
Sejalan perkembangan psikis remaja yang berada pada fase pencarian jati
diri, terdapat kemampuan berbahasa yang berbeda dari tahap-tahap sebelum atau
10
E.
Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya,
Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil cukup
11
bahasa
Kecerdasan anak
Menirukan bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda,
anggota
keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga
yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah.
Perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik
dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap
perkembangan bahasa.
5.
Kondisi fisik
Kondisi fisik yang dimaksud adalah kesehatan anak. Seseorang yang cacat
F.
12
Secara sadar maupun tidak sadar remaja sering menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh orang lain dengan bahasa gaul. Contoh jawaban remaja tentang
sebuah acara : "Emm, pokoknya acara asyik abis T.O.P B.G.T, band-band gokill,
musiknya cadas, ya pokoknya te-o-pe deh!" dan "Gila, acaranya keren banget
gitu, lho! Aduh pokoknya keren deh... Pokoknya yang nggak dateng nyesel aja!!"
Pada kondisi bahasa gaul lebih dominan digunakan dikalangan remaja,
wajarlah kiranya apabila para siswa sekolah jauh lebih memilih mengerjakan soalsoal pilihan ganda daripada esai. Masalahnya jelas : mereka tidak mampu
menyampaikan maksudnya dengan baik ; dengan cukup jernih sehingga dapat
dimengerti oleh orang lain. Apabila sekedar menyatakan "si A keren", "acara ini
bagus", dan "desainnya ciamik, siapa pun dapat melakukannya. Akan tetapi,
tidak ada yang mengerti maksud pembicaraannya sebenarnya. Apa yang membuat
remaja merasa lebih keren daripada yang lain?. Tidak ada informasi sedikitpun!
Gaya berbahasa berkaitan erat dengan bahan bacaannya. Apabila yang dibaca
remaja selalu masalah-masalah percintaan yang beraliran gombalisme, maka
tidak mengherankan pikiran remaja tidak terbiasa dengan hal-hal lain yang
sebenarnya penting. Apabila pikiran hanya disibukkan oleh penerapan bahasa
gaul, maka jangan heran apabila remaja cenderung menghindar dari pembicaraanpembicaraan serius (dan tentu juga tulisan-tulisan yang serius)
13
BAB III
ANALISIS PERKEMBANGAN BAHASA REMAJA
A.
yang tidak baik apabila digunakan pada orang yang lebih tua (orang tua). Bahasa
gaul kurang baik karena keluar dari susila dan etika sopan santun.
2.
Segi budaya
Bahasa gaul menambah kekayaan bahasa bangsa Indonesia, akan tetapi
14
Hal yang paling penting dari dampak negatif dari penggunaan bahasa gaul
adalah bahasa gaul digunakan di lingkungan sekolah mereka sebagai bahasa
formal. Sekolah seyogyanya merupakan lingkungan formal yang menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Melihat fenomena bahasa gaul perlu suatu
penanganan yang dilakukan sekolah terutama konselor untuk memberikan
pemahaman kepada remaja/siswa mengenai penggunaan bahasa gaul yang benar
dan tepat sasaran.
B.
besar terhadap perilaku remaja. Remaja tidak tahu bahasa gaul tersebut digunakan
dimana dan kepada siapa sehingga perilaku remaja tidak mencerminkan
kesopanan. Perlu segera pelayanan konselor sekolah untuk mencegah maraknya
penggunaan bahasa gaul di sekolah. Salah satu cara yang dapat dilakukan
konselor lakukan adalah dengan teknik Brainstorming. Brainstorming adalah
teknik daya cipta kelompok mendesain timbulnya banyak gagasan untuk latar
belakang masalah. Adapun tahap-tahap pelaksanaan Brainstorming
1.
2.
3.
4.
5.
Setelah semua ide ditulis, saatnya mendiskusikan ide mana yang paling
mungkin dilaksanakan berdasarkan kondisi dan kemampuan perusahaan
6.
Ambilah dua atau tiga yang paling mungkin untuk dibawa ke diskusi
untuk memanthabkan. Jangan lupa ide ide yang lain tetap harus
diarsipkan karena tidak menutup kemungkinan suatu saat ide ide dapat
direalisasikan.
15
B. Bidang bimbingan
: Bimbingan Klasikal
C. Fungsi kegiatan
E. Tujuan kegiatan
F. Sasaran Layanan
: Semua siswa
: Di sesuaikan
J. Penyelenggara
: 1 kelas
K. Metode
: Brainstorming
N. Rencana penilaian
a. Berapa persen dari seluruh siswa asuh yang telah terlayani dengan layanan
ini?
b. Bagaimana partisipasi siswa didalam mengikuti pelayanan ini?
c. Bagaimanakah tanggapan siswa setelah mengikuti pelayanan ini?
d. Penilaian siswa terhadap pengunaan bahasa gaul siswa
Penilaian jangka pendek (Pemahaman Siswa): Dapatkah siswa tersebut
menggunakan bahasa gaul dengan benar
Penilaian jangka panjang (Perkembangan Siswa):
a.
Kemajuan apa saja yang dicapai setelah siswa asuh mengikuti pelayanan
ini ?
16
b.
:-
Bandung,
Kepala Sekolah
Maret 2014
Konselor
NIP.
NIP.
17
DAFTAR PUSTAKA
(Psikologi
Yusuf. Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Rosda
Karya. cet-5. 2004.
18