Anda di halaman 1dari 169

Perawati Bte Abustang, S.Pd.,M.Pd.

Waddi Fatimah, S.Pd.,M.Pd.


Eka Fitriana HS, S.Pd.,M.Pd.

PENGANTAR
PENDIDIKAN

Penerbit Rizky Artha Mulia


2018

PENGANTAR PENDIDIKAN i
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
1. Barang siapa dengan sengaja dan tampa hak melakukan perbuatan
Sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1)
dan ayat 2 dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan / atau denda paling sdikit Rp.
1.000.000.00 (satu juta), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
Tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000;00 (lima
milyar rupiah.
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang
hasil pelanggaran Hak Cipta terkait bagaimana dimaksud pada ayat
(1) pidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.00; (lima ratus juta
rupiah).

© Hak Cipta pada pengarang


Dilarang mengutip sebagian atau memperbanyak sebagian atau seluruh
isi buku ini dengan cara apapun tampa seizin penerbit, kecuali untuk
kepentingan penulisan artikel atau karangan ilmiah.

Judul Buku : PENGANTAR PENDIDIKAN


Penulis : Perawati Bte Abustang, S.Pd.,M.Pd.
Waddi Fatimah, S.Pd.,M.Pd.
Eka Fitriana HS, S.Pd.,M.Pd.
Halaman : viii + 162
Editor : DR. Jalal, M.Pd.
ISBN : 978-602-53398-5-1
Ukuran Buku : 23x15 cm
Layout Oleh : Sulaiman Sahabuddin Al Karawish

Dicetak diPercetakan Leisyah


Jalan Kesatuan 3 No. 11 Kelurahan Maccini Parang
Hp. 085263024953 Wa. 085340391342
Email. Sulaimansalman105@yahoo.com

ii PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wb.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat-Nya buku ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penerbitan buku ini.
Buku ini disusun didasarkan Kurikulum yang berlaku
secara nasional. Karena itu kehadiran buku ini diharapkan
dijadikan acuan bagi mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar
Pendidikan dan mata kuliah kependidikan lainnya. Tentu saja
buku ini tidak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa tetapi juga
bagi para pendidik, dan pemerhati pendidikan.
Harapan penulis mudah-mudahan buku ini dapat
memberikan bimbingan sesuai dengan tugas yang diemban oleh
guru, yaitu mengajar, mendidik, dan di dalamnya termasuk
melakukan penilaian.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan,
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
penyempurnaan buku ini pada edisi berikutnya.
Akhirnya, sekecil apapun sumbangan yang mungkin dapat
diberikan, mudah-mudahan buku ini dapat memberikan manfaat,
dan diridhoi oleh Allah SWT. Amin!

Makassar,10 Oktober 2018

Penulis

PENGANTAR PENDIDIKAN iii


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR_iii
DAFTAR ISI_iv
BAB I PENDAHULUAN_1
A. Latar Belakang_1
B. Tujuan Penulisan_3
BAB II PANDANGAN ILMIAH DAN FILOSOFIS
TENTANG MANUSIA DAN IMPLIKASINYA_4
A. Pandangan Ilmiah Tentang Manusia dan Implikasi
Pendidikan_4
B. Pendidikan Filosofis tentang Manusia dan Implikasi
Pendidikan_10
BAB III ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN_14
A. Pengertian Aliran Pendidikan_14
B. Macam-macam aliran pendidikan_14
BAB IV ALIRAN PROGRESIVESME DAN
REKONSTRUKSIONALISME_18
A. Latar Belakang Lahirnya Aliran Progresivesme dan
Aliran Rekonstruksionalisme_18
B. Teori Pendidikan Progresivisme dan
Rekonstruksionalisme_21
C. Pandangan Aliran Progresivisme dan Penerapannya
di bidang pendidikan_25
BAB V FAKTOR-FAKTOR PENDIDIKAN_28
A. Pengertian Faktor Pendidikan_28
B. Macam-macam Faktor Pendidikan_28
C. Pergaulan dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat_40
BAB VI FUNGSI DAN PERAN LEMBAGA
PENDIDIKAN_43
A. Pengertian Lingkungan dan Lembaga
Pendidikan_43
B. Fungsi dan Peranan Lembaga Pendidikan_43
C. Bentuk-bentuk Lingkungan Pendidikan_47
BAB VII PERANAN KELUARGA DAN MASYARAKAT
DALAM PENDIDIKAN_49
A. Peranan Keluarga_49
B. Kerjasama antar Keluarga dan Sekolah_51

iv PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
C. Hubungan Masyarakat dan Sekolah_55
D. Peranan masyarakat dalam Pendidikan_60
BAB VIII PENGARUH TIMBAL BALIK ANTAR
SEKOLAH, KELUARGA DAN
MASYARAKAT_63
A. Pengaruh Timbal Balik antara Keluarga, Sekolah
dan Masyarakat_63
B. Faktor Penghambat Hubungan antara Sekolah dan
Masyarakat_69
C. Menjalin hubungan yang baik antara Sekolah dan
Masyarakat_71
BAB IX PENDIDIKAN SEBAGI SISTEM_74
A. Pengertian Pendidikan Sebagai Suatu Sistem_74
B. Unsur suatu Sistem Pendidikan_78
C. Komponen-komponen Pendidikan_80
D. Langkah-langkah Pemecahan Masalah dengan
Pendekatan Siswa_82
E. Karakteristik Sistem Pendidikan Terbuka_82
BAB X PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP_83
A. Pengertian Pendidikan Seumur Hidup_83
B. Karakteristik dan Faktor-faktor yang Mendorong
Perlunya _95
Pendidikan Seumur Hidup_96
C. Kerangka Kerja Teoritis Pendidikan Seumur
Hidup_98
D. Kerangka kerja Operasional Pendidikan Seumur
Hidup_98
E. Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup bagi
Pendidikan Sekolah_99
BAB XI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL_101
A. Pengertian Sistem Pendidikan Nasional_101
B. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional_102
C. Penyelenggaraan Sistem Pendidikan_103
BAB XII PERMASALAHAN PENDIDIKAN_108
A. Pengertian Masalah Pendidikan_108
B. Permasalahan Pokok Pendidikan_110
C. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan_110

PENGANTAR PENDIDIKAN v
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Berkembangnnya Masalah Pendidikan_116
E. Permasalahan Aktual Pendidikan._118
BAB XIII PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN_122
A. Pendidikan dan Pembangunan_122
B. Konsep Dasar Pembangunan_124
C. Pendidikan dan Pengurangan Kemiskinan_126
D. Pendidikan Non formal dan Penbangunan_127
E. Pendidikan dan Beberapa dimensi Pembangunan
lainnya_132
F. Esensi Pendidikan dan Pembangunan serta titik
temunya_138
G. Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan_139
H. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional_140
I. Keragaman Persepsi Konsep Pembangunan_142
J. Peranan Pendidikan dalam Pembangunan_142
BAB XIV INOVASI PENDIDIKAN_144
A. Pengertian Inovasi Pendidikan_144
B. Tujuan Inovasi Pendidikan_144
C. Komponen Dasar Inovasi Pendidikan_145
D. Sasaran Inovasi Pendidikan_145
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inovasi
Pendidikan_147
F. Beberapa Upaya dalam Inovasi Pendidikan_151
BAB XV PENUTUP_154
A. Kesimpulan_154
B. Saran_156
DAFTAR PUSTAKA _157

vi PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan
bermaksud membantu peserta didik menumbuh kembangkan
potensi kemanusiaannya. Tugas pendidik mungkin di lakukan
jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa
manusia itu sebenarnya. Dalam kenyataannya masih banyak
pendidik yang belum mengetahui gambaaran tentang
manusia itu sebenarnya dan sifat hakikat apa saja yang di
miliki manusia yang membedakannya dengan hewan
sehingga dalam melaksanakan pendidikan belum
mendapatkan hasil yang memuaskan.
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran
yang membawa pembaharuan dalam dunia pendidikan.
Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi
berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikirn terdahulu selalu
ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya,
sehingga timbul pemikiran yang baru, dan demikian
seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan itu dapat dipahami,
perlu aspek dari aliran-aliran itu yang harus dipahami. Oleh
karena itu setiap calon tenaga kependidikan harus memahami
berbagai jenis aturan-aturan pendidikan.
Tujuan pendidikan menurut aliran progresivisme
sebagaimana dikemukakan Dewey adalah menjadikan warga
negara yang demokratis. Dalam bidang kurikulum, aliran
progresivisme lebih mengutamakan bidang studi seperti
fisika, sejarah, keterampilan, serta hal-hal yang berguna atau
langsung dapat dirasakan kemanfaatannya oleh masyarakat.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan, maka aliran
progresivisme lebih menekankan pada memberikan
pengalaman empiris kepada peserta didik, sehingga terbentuk
pribadi yang selalu belajar dan berbuat (Muhmidayeli,
2012:156). Maksudnya pendidikan dimaksudkan untuk
memberikan banyak pengalaman kepada peserta didik dalam
upaya pemecahan masalah yang dihadapi di lingkungan
sehari-hari. Dalam hal ini, pengalaman yang dipelajari harus

PENGANTAR PENDIDIKAN 1
bersifat riil atau sesuai dengan kehidupan nyata. Oleh
karenanya, seorang pendidik harus dapat melatih anak
didiknya untuk mampu memecahkan problem-problem yang
ada dalam kehidupan.
Peserta didik adalah orang yang menerima pengaruh
dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan
pendidikan. Peserta didik sebagai manusia yang belum
dewasa merasa tergantung kepada pendidikannya, peserta
didik merasa bahwa ia memiliki kekurangan-kekurangan
tertentu, ia menyadari bahwa kemampuan masih sangat
terbatas dibandingkan dengan kemampuan pendidiknya.
Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang
yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok
orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.Sedang dalam
arti sempit anak didik ialah anak (pribadi yang belum
dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.
Tripusat pendidikan (Keluarga, Sekolah, Masyarakat)
saling berhubungan dan berpengaruh. Keterkaitan ketiga
pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat
masing-masing memiliki fingsi tersendiri dengan satu tujuan
yaitu menolong pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik secara optimal, untul mencapai tujuan pendidikan yaitu
menjadikan manusia yang seutuhnya, berjatidiri, memiliki
integritas, dan martabat. Agar fungsi pendidikan dapat
tercapai dengan baik, harus terjadi kerjasama yang harmonis
antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu
kesatuan hidup (sistem sosial), dan keluarga menyediakan
situasi belajar. Sebagai satu kesatuan hidup bersama (sistem
sosial), keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ikatan
kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat
persahabatan, cinta kasih, hubungan antar pribadi, kerja
sama, disiplin, tingkah laku yang baik, serta pengakuan akan
kewibawaan. Sementara itu, yang berkenaan dengan keluarga
menyediakan situasi belajar, dapat dilihat bahwa bayi dan
anak-anak sangat bergantung kepada orang tua, baik karena
keadaan jasmaniahnya maupun kemampuan intelektual,

2 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
sosial, dan moral. Bayi dan anak belajar menerima dan
meniru apa yang diajarkan oleh orang tua.

B. Tujuan Penulisan
Dengan ditulisnya buku ini di harapkan para pembaca
dapat :
1. Mengetahui pandangan ilmiah dan filosofis tentang
manusia dan implikasinya.
2. Mengetahui aliran-aliran pendidikan.
3. Mengetahui fungsi dan peran lembaga pendidikan.
4. Mengetahui peranan keluarga dan masyarakat dalam
pendidikan.
5. Mengetahui pengaruh timbal balik antar sekolah,
keluarga dan masyarakat.
6. Mengetahui pendidikan sebagai sistem.
7. Mengetahui pendidikan seumur hidup.
8. Mengetahui permasalahan pendidikan.
9. Mengetahui pendidikan dan pembangunan.
10. Mengetahui inovasi pendidikan.

PENGANTAR PENDIDIKAN 3
BAB II
PANDANGAN ILMIAH DAN FILOSOFIS TENTANG
MANUSIA DAN IMPLIKASINYA

A. Pandangan Ilmiah Tentang Manusia dan Implikasi


Pendidikannya.
1. Antropologi Biologis/Fisik
a. Batasan
Antropologi adalah studi tentang asal-usul,
perkembangan, karakteristik jenis (spesies)
manusia atau studi tentang ras manusia. Antropologi
ilmiah mencakup: antropologi biologis, antropologi
sosial budaya, arkeologi, dan linguistik. Antropologi
biologis sering pula disebut antropologi fisik,
yaitu studi tentang fosil dan kehidupan manusia
sebagai organisme biologis. (Beals dalam
Mudyahardjo, 2013: 17).
b. Karakteristik
Manusia adalah Homo Sapiens:
1) Puncak evolusi organik dari makhluk hidup.
2) Kedudukannya dalam klasifikasi makhluk hidup:
3) Dunia: binatang.
4) Phylum: chordata.
5) Kelas: mamalia.
6) Orde: primata.
7) Famili: hominidae.
8) Genus: homo.
9) Spesies: sapiens.
10) Ciri-ciri khas:
11) Berjalan tegak (bipedal locomotion).
12) Mempunyai otak yang besar dan kompleks
13) Hewan yang tergeneralisasi, dapat hidup dalam
berbagai
14) Periode kehamilan yang panjang dan anak lahir
tak berdaya.

4 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
Konsep -
konsep antropologi biologis menjadi landasan pe
ndidikan (Landasan Antropologis Pendidikan).
1) Keharusan dan kemungkinan pendidikan.
2) Keragaman praktek pendidikan, baik dalam
sejarah manusia maupun dalam bentuk praktek
pendidikan dalam suatu zaman.
d. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan: L
ahir dan berkembangnya antropologi pendidikan.
2. Antropologi Budaya
a. Batasan
Antropologi sosial budaya mempergunakan
teknik-teknik riset historis, observasi, wawancara
dalam studi orang yang hidup sekarang. (Beals
dalam Mudyahardjo, 2013: 25)
b. Karakteristik
1) Manusia adalah organisme sosiobudaya.
Budaya = seperangkat cara hidup (berpikir dan
berbuat) yang diperoleh melalui proses belajar,
yang memberi ciri pada setiap keputusan
kelompok.
2) Komponen utama budaya.
a) Sebuah kelompok / masyarakat.
b) Sebuah lingkungan dalam
kelompok/masyarakat.
c) Sebuah budaya material.
d) Sebuah tradisi budaya.
e) Kegiatan-kegiatan dan perilaku manusia.
3) Karakteristik umum budaya.
a) Tingkah laku kultural dipelajari.
b) Tingkah laku kultural terorganisasi dalam
pola-pola tingkah-laku.
c) Pola-pola budaya diajarkan orang dan
berlangsung dan satu generasi ke generasi
lainnya.
d) Budaya mempunyai aspek material dan non
material.

PENGANTAR PENDIDIKAN 5
c. Implikasi dalam praktek pendidikan
Konsep-konsep antropologi sosio budaya
menjadi landasan pendidikan (Landasan
Antropologis Pendidikan).
1) Keharusan dan kemungkinan pendidikan.
2) Keragaman kegiatan pendidikan berdasarkan
sistem budaya, kesatuan budaya regional, dan
kelompok subkultur.
3) Pendidikan adalah enkulturasi (proses
pemindahan budaya dari generasi ke generasi).
d. Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan
1) Lahir dan berkembangnya antropologi pendidikan
yang dipelopori oleh Frans Boa dan Margareth
Mead.
2) Adanya kebutuhan Antropologi Filsafat Anak
(pandangan tentang hakekat khuluk atau
karakteristik anak).
3. Psikologi
a. Batasan
Psikologi adalah studi tentang kegiatan-kegiatan
atau tingkah laku individu dalam keseluruhan ruang
hidupnya, dari dalam kandungan sampai balita, dari
masa kanak-kanak sampai masa dewasa, serta masa
tua. (Woodward & Marquis, dalam Mudyahardjo,
2013: 27).
b. Karakteristik
Individu yang belajar (Callahan & Clark, dalam
Mudyahardjo, 2013: 32):
1) Unik (ada perbedaan individual).
2) Banyak kesamaan daripada perbedaannya.
3) Mempunyai berbagai diri.
4) Sebuah organisme total.
5) Mempunyai kesiapan bertindak
c. Implikasi dalam praktek pendidikan
1) Konsep-konsep psikologis tentang individu
menjadi dasar pelaksanaan proses kegiatan
belajar-mengajar (Landasan Psikologis
Pendidikan).

6 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
2) Pendidikan = individualisasi (proses
pengembangan individu).
d. Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan
1) Lahir dan berkembangnya psikologi pendidikan
yang dipelopori oleh Thorndike.
2) Lahir dan berkembangnya aliran pembaharuan
pendidikan yang disebut developmentalisme
atau "Psychological Tendency in Education",
yang dipelopori oleh Pestalozzi, Herbart dan
Froebel.
4. Sosiologi
a. Batasan
Sosiologi adalah studi tentang struktur sosial. (Read-
ing, dalam Mudyahardjo, 2013: 17)
b. Karakteristik Masyarakat
1) Manusia adalah animal sociale (binatang yang
hidup bermasyarakat).
2) Masyarakat adalah:
a) Pengalaman kita dengan orang lain di sekitar
kita (Berger & Berger).
b) Tingkah laku kelompok, hubungan-hubungan
di antara manusia, dan faktor-
faktor yang termasuk dan terjadi di dala
m hubungan-hubungan manusia (Ginsberg).
c) Interaksi-interaksi dan interelasi-interelasi
manusia (Barlett, dkk).
c. Komponen-komponen masyarakat (Ginsberg):
1) Morfologi sosial.
2) Kontrol sosial.
3) Proses sosial.
4) Patologi sosial.
d. Komponen-komponen masyarakat (Broom
&Selznick):
1) Organisasi sosial.
2) Budaya.
3) Sosialisasi.
4) Kelompok-kelompok primer.

PENGANTAR PENDIDIKAN 7
e. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep sosiologi tentang manusia
menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan
(Landasan Sosiologis Pendidikan).
2) Masyarakat sebagai ekologi pendidikan atau
sebagai lingkungan tempat berlangsungnya pen-
didikan.
3) Pendidikan = sosialisasi (proses menjadi anggota
masyarakat yang diharapkan).
f. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan
1) Mendorong lahir dan berkembangnya sosiologi
pendidikan, yang dipelopori oleh Henry Suzzalo.
2) Mendorong lahir dan berkembangnya ilmu pen-
didikan kependudukan.
3) Mendorong lahir dan berkembangnya aliran
sosiologisme pendidikan, atau sosiological ten-
dency in education, yang lebih menekankan
konsep pendidikan pada proses sosialisasi dari
pada individualisasi.
5. Politika (Ilmu Politik)
a. Batasan
Politika adalah studi tentang pemerintahan
negara. (Broom & Selznick, dalam Mudyahardjo,
2013: 17).
b. Karakteristik pemerintahan negara
1) Manusia sebagai animal politicon (Aristoteles),
binatang yang hidup berpolitik.
2) Bidang-bidang ilmu politik (Unesco):
3) Teori politik.
4) Lembaga-lembaga politik.
5) Partai-partai politik, keloinpok-kelompok
politik, dan pendapat umum.
6) Hubungan-hubungan internasional.

8 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep politika menjadi. dasar
penyelenggaraan pengelolaan pendidikan
makro nasional (Landasan Politikal
Pendidikan).
2) Terjalinnya kerja sama internasional dalam
bidang pendidikan.
3) Pendidikan = civilisasi (proses menjadi warga
negara yang diharapkan).
d. Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan
1) Lahir dan berkembangnya politika pendidikan/
pendidikan nasional yang dipelopori oleh Guizot
(Perancis), Fischer (Inggris), Horace Mann dan
Henry Benhard (USA), K.H. Dewantara dan
Moh. Syafei (Indonesia).
2) Lahir dan berkembangnya studi pendidikan in-
ternasional (Auslandpedagogik)
6. Ekonomika (Ilmu Ekonomi)
a. Batasan
Ekonomika adalah studi tentang upaya
manusia memperoleh kemakmuran materiil manusia.
(Winardi, 1989: 177).
b. Karakteristik ekonomi
1) Manusia = animal economicus, binatang yang
terus berusaha memperoleh kemakmuran ma-
teriil.
2) Bidang ekonomi:
a) Konsumsi.
b) Produksi.
c) Distribusi.
d) Pertumbuhan sepanjang waktu.
3) Satuan ekonomi:
a) Ekonomi mikro.
b) Ekonomi makro.

PENGANTAR PENDIDIKAN 9
c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep ekonomik menjadi dasar atau
landasan pendidikan (Landasan Ekonomikal
Pendidikan).
2) Kondisi ekonomi mempengaruhi kemampuan &
kegiatan pendidikan.
3) Pendidikan = penanaman modal dalam sumber
daya manusia atau human investment, ditinjau
dari ekonomi makro.
4) Pendidikan = profesionalisasi, ditinjau dari eko-
nomi mikro.
d. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan
1) Lahir dan berkembangnya ekonomika pendidikan,
yang dipelopori secara konseptual oleh Adam
Smith, Alfred Marshall, J. Alan Thomas, Gheor
Dore Schultz.
2) Lahir dan berkembangnya studi pendidikan dan
pembangunan.

B. Pandangan Filosofis tentang Manusia dan Implikasi


Pendidikan
1. Filsafat Umum/Murni
a. Batasan
1) Filsafat adalah studi tentang kebenaran alam
semesta dan isinya. (Beck dalam Mudyahardjo,
1979: 2)
2) Karakteristik telaah filosofis:
a) Kritis, yaitu berpikir mengungkapkan dan
memecahkan masalah secara menyeluruh
(komprehensif) dan mendalam.
b) Spekulatif (kontemplatif), yaitu berpikir
menerobos melampaui fakta atau data-data
yang tersedia dalam rangka menemukan hal
yang hakiki.
c) Fenomenologis, yaitu berpikir berawal dari
gejala (fenomena) dan kemudian mencoba
terus menguliti, mengurangi atau mereduksi

10 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
hal-hal yang tak penting, untuk sampai pada
hal yang menjadi hakekat (eidos) dari gejala.
d) Normatif, yaitu berpikir yang tertuju untuk
mencari hal-hal yang seharusnya.
b. Obyek
1) Obyek filsafat adalah pertanyaan umum yang
terbuka/abadi, yaitu pertanyaan yang tidak
pernah selesai dijawab sepanjang hidup
manusia.
2) Obyek yang menjadi lingkup pertanyaan filsafat
adalah segala sesuatu dalam alam semesta
dengan segala isinya.
c. Cabang
1) Metafisika = hakikat kenyataan :
a) Ontologi = hakikat kenyataan alam semesta
b) Teologi = hakikat Tuhan.
c) Kosmologi = hakikat alam.
d) Humanologi = hakikat manusia.
2) Epistemologi = hakikat mengetahui dan pe-
ngetahuan;
logika = hakikat menyimpulkan
untuk memperoleh
pengetahuan.
3) Aksiologi = hakikat nilai-nilai:
a) Etika = hakikat baik dan jahat.
b) Estetika = hakikat indah dan jelek.
d. Aliran-aliran Filsafat Umum
1) Idealisme
2) Realisme
3) Perenialisme
4) Esensialisme
5) Pragmatism dan progresivisme
6) Enksistensialisme
e. Implikasidalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep filsafat umum (metafisika,
epistemologi. dan aksiologi) menjadi dasar/lan-
dasan penyelenggaraan pendidikan (Landasan
Filosofis Pendidikan).

PENGANTAR PENDIDIKAN 11
2) Munculnya sekolah-sekolah percobaan (Kinder-
garten dari Froebel merupakan penerapan ga-
gasan pendidikan idealistik; Casa De Bambini
merupakan sekolah dari Montessori yang me-
rupakan penerapan gagasan pendidikan natura-
listik; Laboratory School dari J. Dewey merupa-
kan penerapan gagasan pendidikan pragmatik/
eksperimentalistik; dan sebagainya).
f. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan
1) Munculnya filsafat pendidikan, yang dipelopori
oleh Plato.
2) Lahir dan berkembangnya mazhab-
mazhab/aliran-aliran Jilsafat pendidikan, antara
lain:
3) Filsafat pendidikan idealisme: pendidikan =
pemekaran kemampuan berpikir.
4) Filsafat pendidikan realisme: pendidikan =
pemekaran kemampuan berbuat dan berpe-
ngalaman.
5) Filsafat pendidikan
eksperimentalisme/instrumentalisme:
rekonstruksi pengalaman yang terus
berlangsung sepanjang hidup.
6) Filsafat pendidikan eksistensialisme: pendidikan
= perwujudan kebebasan diri sendiri.
2. Filsafat Antropologi atau Antropologi Filosofis
a. Batasan
Filsafat antropologi adalah cabang filsafat yang
menyelidiki hakekat manusia sebagai keseluruhan, atau
manusia seutuhnya. Pengetahuan filosofis tentang
manusia pada dasarnya adalah refleksi manusia tentang
dirinya sendiri.
b. Obyek
1) Masalah hubungan manusia dengan alam.
2) Masalah hubungan manusia dengan manusia.
3) Masalah hubungan manusia dengan Tuhan.

12 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep manusia seutuhnya sebagai dasar
tujuan pendidikan.
2) Pendidikan = humanisasi (proses mewujudkan
kemanusiaan, atau proses menuju tercapainya
manusia seutuhnya).
3) Tujuan utama dalam hidup mencapai
perwujudan diri sendiri secara kooperatif.
d. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan
1) Timbul kebutuhan studi filsafat antropologi
anak yang tertuju membahas khuluk atau ha-
kikat anak (anak dilahirkan membawa dosa asal
dari adam dan hawa di surga; anak di lahirkan
sebagai tabula rasa atau tanpa pembawaan, anak
dilahirkan baik; anak dilahirkan tidak berdaya
tapi penuh potensi, dan sebagainya).
2) Mendorong lahir dan berkembangnya pedagogik
atau ilmu mendidik yang memadukan aspek
faktual dengan aspek normatif yang dipelopori
oleh Herbart (perpaduan antara aspek filosofis
yang menentukan tujuan-tujuan pendidikan
dengan aspek psikologis yang menentukan cara-
cara atau metode-metode pendidikan).

PENGANTAR PENDIDIKAN 13
BAB III
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

A. Pengertian Aliran-Aliran Pendidikan


Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-
pemikiran yang membawa pembaharuan dalam dunia
pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu
diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikirn
terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh
pemikir berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru,
dan demikian seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan itu
dapat dipahami, perlu aspek dari aliran-aliran itu yang harus
dipahami. Oleh karena itu, setiap calon tenaga kependidikan
harus memahami berbagai jenis aturan-aturan pendidikan.
Gagasan dan pelaksanaan selalu dinamis sesuai
dengan dinamika manusia dan masyarakatnya. Sejak dulu,
kini maupun dimasa depan pendidikan itu selalu mengalami
perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya
dan perkembangan iptek. Pemikiran-pemikiran yang
membawa pembaharuan pendidikan itu disebut aliran-aliran
pendidikan.Seperti bidang-bidang lainya, pemikiran–
pemikiran dalam pendidikan itu berlangsung seperti suatu
diskusi berkepanjangan yakni pemikiran-pemikiran
terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh
pemikir-pemikir berikutnya, dan karena dialog tersebut
akan melahirkan lagi pemikiran-pemikiran baru dan
demikian seterusnya.

B. Macam-macam Aliran Pendidikan


1. Aliran Esensialisme
Aliran Esensialisme modern dalam pendidikan
adalah gerakan pendidikan yang memprotes gerakan
progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam
warisan budaya/sosial. Menurut esensialisme nilai-nilai
yang tertanam dalam nilai budaya/sosial adalah nilai-
nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-
angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah
selama beratus tahun dan di dalamnya berakar gagasan-

14 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan
waktu. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan
mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas.
Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah
menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui
suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah
bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adalah
berharga untuk diketahui oleh semua orang. Metode
pendidikan: Pendidikan berpusat pada guru (teacher
centered). Peserta didik dipaksa untuk belajar.
Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang
mencakup mata-mata pelajaran akademik yang pokok.
Kurikulum sekolah dasar ditekankan pada
pengembangan keterampilan dasar dalam membaca,
menulis, dan matematika. Sedangkan kurikulum pada
sekolah menengah menekankan pada perluasan dalam
mata pelajaran matematika, ilmu keagaman, serta bahasa
dan sastra.
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan
pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal
peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada
jaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda
dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah
dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang
penuh fleksibilitas. Dimana terbuka untuk perubahan,
toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus
berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan
tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai
terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Idealisme dan Realisme adalah aliran filsafat
yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini
bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi
tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya
yang utama pada dirinya masing-masing. Dengan
demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya
konsep-konsep pikiran yang disebut asensialisme, karena
itu timbul pada jaman itu, esensialisme adalah konsep

PENGANTAR PENDIDIKAN 15
meletakkan sebagian ciri dalam pikir modern.
Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan
reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad
pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis
yang menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta,
yang memenuhi tuntutan zaman.
2. Aliran Prennialisme
Pendukung filsafat perennialisme adalah Robert
Maynard Hutchins dan Mortimer Adler. Hutchins (1963)
mengembangkan suatu kurikulum berdasarkan penelitian
terhadap Great Books (buku besar bersejarah) dan
pembahasan buku-buku klasik. Perennialise
menggunakan prinsi-prinsip yang dikemukakan Plato,
Aristoteler, dan Thomas Aquino. Pandangan-pandangan
Plato dan Aristoteles mewakili peradaban Yunani kuno
serta ajaran Thomas Aquino dari abad pertengahan.
Filsafat perennialisme terkenal dengan bahasa latinnya
Philoshopia Prenis. Pendiri utama dari aliran filsafat ini
adalah Aristoteles sendiri, kemudian didukung dan
dilanjutkan St. Thomas Aquinas sebagai pemburu dan
reformer utama dalam abad ke-13.
Perennialisme memendam bahwa kepercayaan-
kepercayaan aksiomatis jaman kuno dan abad
pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep
filsafat dan pendidikan jaman sekarang. Sikap ini
bukanka nostalgias (rindu atas hal-hal yang sudah
lampau semata-mata) tetapi berdasarkan keyakinan
bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi
abad sekarang. Jadi sikap untuk kembali kemasa lampau
itu merupakan konsep bagi perennialisme dimana
pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa
lampau dengan berdasarkan keyakinan bahwa
kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang ini.
Asas-asas filsafat perennialisme bersumber pada
filsafat, kebudayaan, yang mempunyai dua sayap, yaitu
perennialisme yang theologis yang ada dalam
penganyoman pada gerakan katolik, khususnya menurut
dan intrepertasi Thomas Aquinas, dan perennialisme

16 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
sekular yakni yang berpegang pada ide dan cita filosofis
Plato dan Aristoteles.
Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang
mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan
bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu
pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan
nilai-nilai tersebut. Menurut perennialisme, ilmu
pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena
dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir
secara induktif. Jadi dengan berpikir, maka kebenaran itu
akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan
mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi
seseorang untuk mengembangkan pikiran dan
kecerdasan.
Tujuan pendidikan diharapkan anak didik mampu
mengenal dan mengembangkan karya-karya yang
menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-
karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa
lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman
telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah,
filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan
alam, dan lain-lainnya, telah banyak memberikan
sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.
Kurikulum berpusat pada mata pelajaran dan cenderung
menitikberatkan pada sastra, matematika, bahasa dan
sejarah.

PENGANTAR PENDIDIKAN 17
BAB IV
ALIRAN PROGRESIVISME DAN
PEKONSTRUKSIONISME

A. Latar Belakang Lahirnya Aliran Progresivisme dan


Rekonstruksionisme
1. Aliran progresivisme
Menurut bahasa istilah progresivisme berasal dari
kata progresif yang artinya bergerak maju. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata
progresif diartikan sebagai ke arah kemajuan; berhaluan
ke arah perbaikan sekarang; dan bertingkat-tingkat naik.
Dengan demikian, secara singkat progresif dapat
dimaknai sebagai suatu gerakan perubahan menuju
perbaikan. Sering pula istilah progresivisme dikaitkan
dengan kata progres, yaitu kemajuan. Artinya
progesivisme merupakan salah satu aliran yang
menghendaki suatu kemajuan, yang mana kemajuan ini
akan membawa sebuah perubahan. Pendapat lain
menyebutkan bahwa progresivisme sebuah aliran yang
mengingikan kemajuan-kemajuan secara cepat
(Muhmidayeli, 2012:151).
Awal mula lahirnya aliran progresivisme ialah
dilatar belakangi ketidak puasan terhadap pelaksanaan
pendidikan yang sangat tradisional, cenderung otoriter
dan peserta didik hanya dijadikan sebagai objek
pembelajaran. Menurut Gutek (1974:139) Aliran ini
berakar dari semangat pembaharuan sosial pada awal
abad ke 20 yakni gerakan pembaharuan politik Amerika.
Adapun aliran progresif pendidikan Amerika mengacu
pada pembaharuan pendidikan di Eropa barat. Pendapat
lain menyebutkan bahwa aliran progresivisme secara
historis telah muncul pada abad ke-19, namun
perkembangannya secara pesat baru terlihat pada awal
abad ke-20, khususnya di negara Amerika Serikat
(Muhmidayeli, 2012:151).
Kedua pendapat tersebut meskipun sedikit
berbeda pandangan, namun dapat ditarik benang

18 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
merahnya yaitu perkembangan aliran progresivisme ini
secara pesat terjadi pada abad ke-20.
Menurut sejarah munculnya aliran progresivisme
ini sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh filsafat
pragmatisme sebagaima telah disebutkan di atas, seperti
Charles S. Peirce, William James dan John Dewey, serta
aliran ekspereimentalisme Francis Bacom. Selain itu,
adalah John Locke yang merupakan tokoh filsafat
kebebasan politik dan J.J. Rousseu dengan ajarannya
tentang kebaikan manusia telah dibawa sejak lahir
(Muhmidayeli, 2012:152). Adapun pemikiran-pemikiran
yang berpengaruh terhadap perkembangan aliran
progresivisme adalah pemikiran Johan Heinrich
Pestalozzi, Sigmund Freud, dan John Dewey (Gutek,
1974:139). Pemikiran ketiga tokoh tersebut merupakan
inspirasi bagi aliran progresivisme. Johann Heinrich
Pestalozzi, seorang pembaharu pendidikan Swiss pada
abad 19, menyatakan bahwa pendidikan seharusnya lebih
dari pembelajaran buku, dimana merangkul kesuluruhan
bagian pada anakemosi, kecerdasan, dan tubuh anak.
Pendidikan lama, menurut Pestalozzi, seharusnya
dilakukan di sebuah lingkungan yang terikat secara
emosional dengan anak dan memberi keamanan pada
anak. Pendidikan tersebut seharusnya juga dimulai di
lingkungan anak sejak dini dan melibatkan indera anak
pada benda-benda di sekililingnya. Pengaruh pemikiran
Sigmund Freud terhadap pendidik progresif ialah melalui
kajian kasus Histeria (gangguan pada syaraf), Freud
mengusut pada asal usul penyakit mental ini dari masa
kanak-kanak. Orang tua yang otoriter dan lingkungan
tempat tinggal anak sangat memengaruhi kasus tersebut.
Kekerasan/penindasan, khususnya pada masalah seksual
dapat menjadi penyebab penyakit syaraf yang dapat
menganggu perkembangan anak bahkan sampai mereka
dewasa.
2. Aliran Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris
Reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam

PENGANTAR PENDIDIKAN 19
filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah
suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama
dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme pada
prinsipnya sepaham dengan aliran perennialisme, yaitu
hendak menyatakan krisis kebudayaan terhadap
modernisasi. Walaupun demikian, prinsip yang dimiliki
aliran rekonstruksionisme tidaklah sama dengan prinsip
yang dipegang perennialisme. Keduanya mempunyai visi
dan cara yang berbeda dalam pemecahan yang akan
ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi
dalam kehidupan. Aliran perennialisme memilih cara
sendiri, yakni dengan kembali ke alam kebudayaan lama
atau dikenal dengan “regressive road to culture” yang
mereka anggap paling ideal. Sementara itu aliran
rekonstruksionisme menempuh dengan jalan berupaya
membina suatu kesepakatan yang paling luas dan
mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan
umat manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut,
rekonstruksionisme berusaha mencari kesepakatan
semua orang mengenai tujuan utama yang dapat
mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan
baru seluruh lingkungannya, maka melalui lembagai dan
proses pendidikan.
Rekonstruksionisme sendiri merupakan
kelanjutan dari aliran progresivisme. Aliran ini lahir
karena mereka berpikir bahwa aliran progrisivisme
hanya memikirkan masalah masalah yang terjadi dalam
masyarakat. Sedangkan rekonstruksionisme beranggapan
bahwa merubah sesuatu yang telah ada dan memecahkan
masalah yang terjadi di masyarakat. Rekonstrkusionisme
di pelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada
tahun 1930 yang ingin membangun masyarakat baru,
masyrakat yang pantas dan adil.tokoh- tokoh aliran
rekonstruksionisme yaitu Caroline pratt, George count,
dan Harold rug.
Aliran rekonstruksionisme dianggap cocok untuk
dunia pendidikan yang lebih baik karena aliran ini

20 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
bepikir bagaimana kita mampu menciptakan Sumber
Daya Manusia yang sanggup berasaing di era
modernisasi yang tidak hanya cerdas dalam bidang
pengetahuan tetapi memiliki keterampilan dan sikap
yang baik. Selain itu aliran ini menekankan bahwa
peserta didik sebagai sasaran utama dalam pendidikan.
Peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam
mengemukakan pendapatnya dan pemikirannya dalam
pemecahan suatu masalah. Jadi peran guru disini hanya
sebagai fasilitator bukan yang banyak memberiakan
pemecahan solusi suatu masalah. Maka melalui lembaga
dan proses pendidikan rekonstruksionisme ingin
merombak tata susunan lama dan membangun tata
susunan hidup kebudayaan yang baru. Tanpa
menghilangkan esensi budaya yang terdahulu. Jadi
kebudayaan terdahulu dijadikan sebagai tolak ukur
pembentukkan tatanan kebudayaan yang baru.

B. Teori Pendidikan Progresivisme dan Rekonstruksionisme


1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut aliran progresivisme
sebagaimana dikemukakan Dewey adalah menjadikan
warga negara yang demokratis.
2. Kurikulum Pendidikan
Dalam bidang kurikulum, aliran progresivisme
lebih mengutamakan bidang studi seperti fisika, sejarah,
keterampilan, serta hal-hal yang berguna atau langsung
dapat dirasakan kemanfaatannya oleh masyarakat.
3. Metode Pendidikan
Metode pendidikan yang biasanya dipergunakan
oleh aliran progresivisme diantaranya adalah :
a. Metode Pendidikan Aktif, Pendidikan progresif
lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas
yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar
secara bebas pada setiap anak untuk
mengembangkan bakat dan minatnya.
b. Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Mengikuti
proses kegiatan anak belajar sendiri, sambil

PENGANTAR PENDIDIKAN 21
memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan
yang sifatnya memperlancar berlangsung kegiatan
belajar tersebut.
c. Metode Penelitian Ilmiah, Pendidikan progresif
merintis digunakannya metode penelitian ilmiah
yang tertuju pada penyusunan konsep.
d. Pemerintahan Pelajar, Pendidikan progresif
memperkenalkan pemerintahan pelajar dalam
kehidupan sekolah dalam rangka demokratisasi
dalam kehidupan sekolah.
e. Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga, Pendidikan
Progresif mengupayakan adanya kerjasama antara
sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan
kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak untuk
mengekspresikan secara alamiah semua minat dan
kegiatan yang diperlukan anak.
f. Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan
Pendidikan, Sekolah tidak hanya tempat untuk
belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratoriun
dan pengembangan gagasan baru pendidikan.
4. Pendidikan
Progrisivisme di dasarkan pada keyakinan bahwa
pendidikan harus terpusat pada anak bukanlah
memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Dalam
pendidikan progresivisme ini menekankan pada proses
kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa
dengan menjadikan siswa sebagai “subjek", sehingga
tolak ukur dalam proses pembelajaran di sesuaikan
dengan kebutuhan siswa. Dengan demikian maka aliran
progresivisme menolak semua pandangan yang berasan
dari aliran yang menjadikan siswa sebagai “objek” dari
proses pembelajaran.
5. Pelajar
Kaum progresiv menganggap subjek-subjek didik
adalah aktif, bukan pasif, sekolah adalah dunia kecil
(miniatur) masyarakat besar, aktifitas ruang kelas
difokuskan pada praktik pemecahan masalah, serta
atmosfer sekolah diarahkan pada situasi yang kooperatif

22 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
dan demokratis. Mereka menganut prinsip pendidikan
perpusat pada anak (child-centered). Mereka
menganggap bahwa anak itu unik. Anak adalah anak
yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak
mempunyai alur pemikiran sendiri, mempunyai
keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan
kecemasan sendiri yang berbeda dengan orang dewasa.

6. Pengajar (guru)
Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan
sebagai :
a. Fasilitator, orang yang menyediakan diri untuk
memberikna jalan kelancaran proses belajar sendiri
siswa.
b. Motivator, orang yang mampu membangkitkan
minat siswa untuk terus giat belajar sendiri.
c. Konselor, orang yang membantu siswa menemukan
dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang
dihadapi oleh setiap siswa. Dengan demikian guru
perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang
karakteristik siswa, dan teknik-teknik memimpin
perkembangan siswa, serta kecintaan pada anak agar
dapat menjalankan peranannya dengan baik
Teori pendidikan rekonstruksionisme yang
dikemukakan oleh brameld terdiri dari enam jesis,yaitu;
1. Pendidikan harus dilaksanakan disini dan sekarang
dalam rangka menciptakan tata sosial baru yang akan
mengisi nilai- nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan
yang mendasari kekuatan–kekuatan ekonomi, dan sosial
masyarakat modern. sekarang peradaban menghadapi
kemungkinan penghancuran diri. Pendidikan harus
meseponsori perubahan yang benar dalam nurani
manusia.oleh karena itu, kekuatan tehnologi yang sangat
kuat harus dimamfaatkan untuk membangun ummat
manusia ,bukan untuk menghancurkannya. Masyarakat
harus diubah bukan melalui tidakan politik, melainkan
dengan cara yang sangat mendasar, yaitu melalui

PENGANTAR PENDIDIKAN 23
pendidikan bagi warganya, menuju suatu pandangan
baru tentang hidup dan kehidupan mereka bersama.
2. Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan
demokrasi sejati, dimana sumber dan lembaga utama
dalam masyarakat dikontrol oleh warganya
sendiri.semua yang mempengaruhi harapan dan hajat
masyarakat seperti, sandang, pangan, papan, kesehatan,
industri dan sebagainya, semuanya akan menjadi
tanggung jawab rakyat, melalui wakil-wakil yang dipilih.
Masyarakat ideal adalah masyarakat yang demokrasi.
struktur, tujuan, dan kebijakan-kebijakan yang berkaitan
dengan tata aturan baru harus diakui merupakan bagian
dari pendapat masyarakat.
3. Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan
oleh kekuatan budaya dan sosial. Menurut
rekonstruksionisme, hidup beradap adalah hidup
berkelompok, sehingga kelompok akan memainkan
peran yang penting disekolah. Pendidikan merupakan
realisasi dari sosial (social self realization). Melalui
pendidikan individu tidak hanya mengembangkan aspek-
aspek sifat sosialnya melaikan juga belajar bagaimana
keterlibatannya dalam perencanaan sosial. Sehingga dari
sini kita bisa lihat bahwa rekontruksi tidak mengabaikan
masyarakat yang sangat berperan dalam membentuk
individu.
4. Guru harus meyakini terhadap validitas dan urgensi
dirinya dengan cara bijaksana yaitu dengan
memperhatikan prosedur yang demokratis.guru harus
mengadakan pengujian secara terbuka terhadap fakta-
fakta, walaupun bertentangan dengan pandangannya.
Guru mendatangkan beberapa pemecahan alternative
dengan jelas, dan ia memperkenankan siswa-siswanya
untuk memprtahankan pandangan-pandangan mereka
sendiri.
5. Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali
seluruhnya dengan tujuan untuk menemukan kebutuhan–
kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa
ini, dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains

24 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
sosial. Yang penting dari sains sosial adalah mendorong
kita untuk menemukan nilai- nilai, dimana manusia
percaya atau tidak bahwa nilai- nilai itu bersifat
universal.
6. Kita harus meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi
pelajaran, metode yang dipakai, struktur administrasi,
dan cara bagaimana guru dilatih. Semua itu harus
dibangun kembali bersesuaian dengan teori kebutuhan
tentang sifat dasar manusia secara rasional dan ilmiah.
Kita harus menyusun kurikulum dimana pokok-pokok
dan bagiannya dihubungkan secara integral, tidak
disajikan sebagai suatu sekuensi komponen pengetahuan.
C. PandanganProgresivisme dan Rekonstruskionisme dan
Penerapannya di Bidang Pendidikan
Berkaitan dengan tujuan pendidikan, maka aliran
progresivisme lebih menekankan pada memberikan
pengalaman empiris kepada peserta didik, sehingga terbentuk
pribadi yang selalu belajar dan berbuat (Muhmidayeli,
2012:156). Maksudnya pendidikan dimaksudkan untuk
memberikan banyak pengalaman kepada peserta didik dalam
upaya pemecahan masalah yang dihadapi di lingkungan
sehari-hari. Dalam hal ini, pengalaman yang dipelajari harus
bersifat riil atau sesuai dengan kehidupan nyata. Oleh
karenanya, seorang pendidik harus dapat melatih anak
didiknya untuk mampu memecahkan problem-problem yang
ada dalam kehidupan.
Sejalan dengan itu, tujuan pendidikan progresivisme
harus mampu memberikan keterampilan dan alat-alat yang
bermanfaat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang
berbeda dalam proses perubahan secara terus menerus. Yang
dimakssud dengan alat-alat adalah keterampilan pemecahan
masalah (problem solving) yang dapat digunakan oleh
individu untuk menentukan, menganalisis, dan memecahkan
masalah.Pendidikan bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam
kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam
proses perubahan.

PENGANTAR PENDIDIKAN 25
Menurut Barnadib, sebagaimana dikutip Jalaluddin
dan Abdullah Idi (2011:89) progresivisme menghendaki
pendidikan yang progres. Dalam hal ini, tujuan pendidikan
hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang
terus-menerus. Pendidikan bukan hanya menyampaikan
pengetahuan kepada anak didik, melainkan yang terpenting
melatih kemampuan berpikir secara ilmiah.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, maka tujuan
pendidikan menurut progresivisme ini sangat senada dengan
tujuan pendidikan nasional yang ada di Indonesia. Menurut
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. Jadi berdasarkan pengertian ini, maka
aliran progresivisme sangat sejalan dengan tujuan pendidikan
yang ada di Indonesia.
Perkembangan teori rekonstruksinisme sejak awal
kemunculannya hingga akhir-akhir ini memperjuangkan hal
yang sama yakni pendidikan hendaklah menjadi wahana
rekonstruksi social. Sebagai teori, rekonstruksionisme
menaruh perhatian terhadap pendidikan dalam kaitannya
dengan masyarakat. Pendukung rekonstruksinisme yakin
bahwa pendidikan adalah institusi social dan sekolah
merupakan bagian dari masyarakat. Rekonstruksionisme
tidak saja berkonsentrasi tentang hal-hal yang berkenaaan
dengan hakikat manusia, tetapi juga terhadap teori belajar
yang dikaitkan dengan pembentukan kepribadian subjek
didik yang berorientasi pada masa depan. Oleh karena itu,
maka idealitas terletak pada filsafat pendidikannya. Bahkan
penetapan tujuan dalam hal ini merupakan sesuatu yang
penting dalam aliran ini. Segala sesuatu yang diidamkan
untuk masa depan suatu masyarakat mesti ditentukan secara
jelas oleh pendidikan.
Para Rekonstruksionis menginginkan, bahwa
pendidikan dapat memunculkan kesadaran para subjek didik

26 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
untuk senantiasa memperhatikan permasalahan social,
ekonomi dan politik dan menjelaskan kepada mereka bahwa
memecahkan semua problem itu hanya melalui keterampilan
memecahkan problem. Tujuan aliran ini tidak lain adalah
untuk membangun masyarakat baru, yakni suatu masyarakat
global yang memiliki hubungan interdependensi.

PENGANTAR PENDIDIKAN 27
BAB V
FAKTOR-FAKTOR PENDIDIKAN

A. Pengertian Faktor pendidikan


Faktor pendidikan yaitu suatu tindakan atau
perbuatan atau situasi yang tidak disengaja diadakan oleh
orang dewasa atau pendidik untuk mencapai tujuan
pendidikan, tetapi berakibat sampai pada “hasil yang sama”
dengan apa yang diharapkan atau sama dengan tujuan
pendidikan.

B. Macam-macam Faktor Pendidikan


1. Peserta Didik dan pendidik
a. Peserta Didik
Peserta didik adalah orang yang menerima
pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang
menjalankan pendidikan. Peserta didik sebagai
manusia yang belum dewasa merasa tergantung
kepada pendidikannya, peserta didik merasa bahwa ia
memiliki kekurangan-kekurangan tertentu, ia
menyadari bahwa kemampuan masih sangat terbatas
dibandingkan dengan kemampuan pendidiknya.
Dalam pengertian umum, anak didik adalah
setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang
atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan
pendidikan.Sedang dalam arti sempit anak didik ialah
anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan
kepada tanggung jawab pendidik.
Karena itulah anak didik memiliki beberapa
karakteristik, diantaranya :
1) Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga
masih menjadi tangungjawab pendidik.
2) Masih menyempurnakan aspek tertentu dari
kedewasaannya sehingga masih menjadi tanggung
jawab pendidik.
3) Sebagai manusia memiliki sifat-sifat dasar yang
sedang kembangkan secara terpadu, menyangkut
seperti kebutuhan biologis,

28 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berb
icara, perbedaan individual dan sebagainya.
Anak didik sebagai manusia yang belum
dewasa merasa tergantung kepada pendidiknya, anak
didik merasa bahwa ia memiliki kekurangan-
kekurangan tertentu, ia menyadari bahwa
kemampuannya masih sangat terbatas dibandingkan
dengan kemampuan pendidiknya. Kekurangan ini
membawanya untuk mengadakan interaksi dengan
pendidiknya, dalam situasi pendidikan itu terjadi
interaksi kedewasaan dan kebelumdewasaan.
Seseorang yang belum dewasa, pada dasarnya
mengandung banyak sekali kemungkinan untuk
berkembang, baik jasmani ataupun rohani. Ia memiliki
jasmani yang belum mencapai taraf kematangan baik
bentuk, ukuran maupun bagian-bagian lainnya.
Sementara itu dari aspek rohaniah anak mempunyai
bakat-bakat yang masih perlu dikembangkan,
mempunyai kehendak, perasaan dan pikiran yang
belum matang.Sebenarnya ketergantungan anak didik
terhadap pendidik hanya bersifat sementara, sebab
pada suatu saat anak didik diharapkan mampu berdiri
sendiri, dan dalam hal ini sedikit demi sedikit peran
pendidik dalam memberikan bantuan semakin
berkurang sejalan dengan perkembangan anak menuju
dewasa. Bila dia sudah dewasa dan mampu berdiri
sendiri, maka tidaklah diperlukan lagi bantuan si
pendidik.Antar pendidik dan anak didik sama-sama
merupakan subjek pendidikan. Keduanya sama
penting. Pendidik tidak boleh beranggapan bahwa
anak didik merupakan objek pendidikan, begitu juga
pendidik tidak boleh merasa berkuasa yang bisa
berbuat sesuka hati atas anak didik.Sebaliknya juga
anak didik tidak boleh dianggap sebagai seorang
dewasa dalam bentuk kecil, anak memiliki sifat kodrat
kekanak-kanakan yang berbeda dengan sifat hakikat
kedewasaan. Beranjak dari sifat kodrat kekanak-
kanakan inilah maka pendidikan diperlukan.

PENGANTAR PENDIDIKAN 29
Dalam pendidikan tradisional, peserta didik
dipandang sebagai organisme yang pasif, hanya
menerima informasi dari orang dewasa. Kini dengan
makin cepatnya perubahan sosial dan berkat penemuan
teknologi, maka komunikasi antarmanusia
berkembang amat cepat. Peserta didik dalam usia dan
tingkat kelas yang sama biasa memiliki profil materi
pengetahuan yang berbeda-beda. Hal ini tergantung
kepada konteks yang mendorong perkembangan
seseorang.
Ada empat konteks yang dapat disebutkan, yaitu :
1) Lingkungan dimana peserta belajar secara
kebetulan dan kadang-kadang, di sini mereka
belajar tidak berpogram.
2) Lingkungan belajar dimana peserta didik belajar
dengan sengaja dan dikehendaki.
3) Sekolah dimana peserta didik belajar mengikuti
program yang ditetapkan.
4) Lingkungan pendidikan optimal, di sekolah yang
ideal dimana peserta dapat melakukan cara belajar
siswa aktif (CBSA) sekaligus
menghayati/mengimplisitkan nilai-nilai.
b. Pendidik
Dalam hal ini kita dapat membedakan pendidik
itu dalam dua kategori, yaitu :
1) Pendidik menurut kodrati, yaitu orang tua.
2) Pendidik menurut jabatan, yaitu guru.
Pendidik yang bersifat kodrati sebagai orang tua
wajib pertama kali memberikan didikan kepada anaknya,
selain asuhan, kasih sayang, perhatian. Karena secara
kodrati anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya
(ibunya) dalam keadaan tidak berdaya. Hanya dengan
pertolongan dan layanan orang tua (terutama ibu) bayi
(anak manusia) itu dapat berkembang makin dewasa.
Hubungan orang tua dengan anaknya dalam hubungan
edukatif, mengandung dua unsur dasar, yaitu :
1) Unsur kasih sayang pendidik terhadap anak.

30 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
2) Unsur kesadaran dan tanggung jawab dari pendidik
untuk menuntun perkembangan anak.

Sedangkan pendidik menurut jabatan yaitu guru.


Guru adalah sebagai pendidik yang menerima tanggung
jawab dari pihak orang tua, masyarakat dan negara.
Tanggung jawab dari orang tua diterima guru atas
kepercayaan yang mampu memberikan pendidikan dan
pengajaran dan diharapkan pula pribadi guru dapat
memancarkan sikap-sikap yang normatif baik, sebagai
kelanjutan dari sikap dan sifat orang tua pada umumnya,
antara lain :
1) Kasih sayang kepada peserta didik.
2) Tanggung jawab kepada tugas pendidik.
Secara umum dikatakan bahwa setiap orang
dewasa dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab
pendidik merupakan suatu perbuatan sosial, perbuatan
fundamental yang menyangkut keutuhan perkembangan
pribadi anak didik menuju pribadi dewasa susila. Pribadi
dewasa susila itu sendiri memiliki beberapa
karakteristik, yaitu :
1) Mempunyai individualitas yang utuh.
2) Mempunyai sosialitas yang utuh.
3) Mempunyai norma kesusilaan dan nilai-nilai
kemanusiaan.
4) Bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai itu
atas tanggung jawab sendiri demi kebahagiaan
dirinya dan kebahagiaan masyarakat atau orang lain.
Orang dewasa dapat disifati secara umum melalui gejala-
gejala kepribadiannya, yaitu :
1) Telah mampu mandiri.
2) Dapat mengambil keputusan batin sendiri atas
perbuatannya.
3) Memiliki pandangan hidup, dan prinsip hidup yang
pasti dan tetap.
4) Kesanggupan untuk ikut serta secara konstruktif
pada matra sosiokultural.
5) Kesadaran akan norma-norma.

PENGANTAR PENDIDIKAN 31
6) Menunjukkan hubungan pribadi dengan norma-
norma.

Sebagai pendidik harus memperlihatkan bahwa ia


mampu mandiri, tidak tergantung kepada orang lain. Ia
harus mampu membentuk dirinya sendiri. Dia juga bukan
saja dituntut bertanggung jawab terhadap anak didik,
namun dituntut pula bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri. Tanggung jawab ini didasarkan atas kebebasan
yang ada pada dirinya untuk memilih perbuatan yang
terbaik menurutnya. Apa yang dilakukannya menjadi
teladan bagi masyarakat.
2. Tujuan Pendidikan
Setiap kegiatan apapun bentuk dan jenisnya, sadar
atau tidak sadar, selalu diharapkan kepada tujuan yang
ingin dicapai. Bagaimanapun segala sesuatu atau usaha
yang tidak mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian,
tujuan merupakan faktor yang sangat menentukan.
Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan
manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan
sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang
dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-
rumusan yang dibentuk secara khusus untuk
memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu
juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan
terhadap perkembangan manusia menuju kearah cita-cita
tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi
pendidikan ialah memiliah arah atau tujuan yang ingin
dicapai.
Cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai harus
dinyatakan secara jelas, sehingga semua pelaksana dan
sasaran pendidikan memahami atau mengetahui suatu
proses kegiatan seperti pendidikan, bila tidak mempunyai
tujuan yang jelas untuk dicapai, maka prosesnya akan
mengabur. Oleh karena tujuan tersebut tidak mungkin
dapat dicapai secara sekaligus.Maka perlu dibuat secara
bertahap, misalnya tujuan umum, tujuan institusional,
tujuan kurikuler dan tujuan instruksionalnya ditetapkan

32 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
secara jelas dan terarah. Tentang tujuan di dalam UU
Nomor 2 Tahun 1989, secara jelas disebutkan Tujuan
Pendidikan Nasional, yaitu “Mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur memiliki pengetahuan dan ketrampilan. Kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan”.
Secara singkat dikatakan bahwa tujuan
pendidikan nasional ialah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
b. Berbudi pekerti luhur
c. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan.
d. Sehat jasmani dan rohani.
e. Kepribadian yang mantap dan mandiri.
f. Bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa.
3. Materi Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya sadar atau sengaja
yang diberikan oleh pendidik kepad anak didik agar
mencapai kedewasaan. Karena itu selain harus
mempunyai dasar dan tujuan pendidikan yang jelas,
pendidik tentunya harus pula memilih isi pendidikan bagi
anak didiknya.Sebagai pengganti kata anak didik,
pendidik harus mampu memilih materi pendidikan atau
pengaruh yang tepat dalam rangka membantu anak
menuju kedewasaan.
Meteri pendidikan harus ditetapkan dengan
mempertimbangkan tujuan pendidikan, sebab materi
pendidikan harus dipilih untuk mencapai tujuan
pendidikan yang hendak dicapai. Karena tujuan
pendidikan berisi tentang gambaran manusia ideal yang
harus dicapai anak didik, maka materi pendidikan
hendaknya meliputi gambaran manusia ideal tersebut,

PENGANTAR PENDIDIKAN 33
baik berkenaan dengan kesehatannya, potensi-potensinya,
individualitas, sosialisasi, keberbudayaan, keberagamaan
dan lain-lain.
Ada berbagai hal yang perlu dipertibangkan untuk
menetapkan materi pendidikan dalam hubungannya
dengan anak didik. Hal yang dimaksud antara lain :
a. Tahap dan tugas perkembangan anak didik.
b. Kematangan anak didik.
c. Keunikan anak didik.
d. Tingkat kesukaran dan kekompleks-annya.
Hasil kajian psikologi menunjukan bahwa anak
didik berada pada tahap perkembangan tertentu, dan
harus mampu melaksanakan tugas-tugas perkembangan
tertentu pula pada setiap tahap perkembangannya.
Adapun untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan
tersebut, anak memerlukaan perlakuan tertentu dari orang
dewasa yang menjadi pendidiknya. Salah satunya adalah
perlakuan berkenaan dengan materi pendidikan yang
harus disesuaikan dengan tahap perkembangannya. Hal
ini perlu diperhatikan, sebabnya bahwa anak yang belum
mampu melaksanakan tugas-tugas perkembangan sesuai
dengan tahap perkembangannya, akan mengalami
hambatan dalam melaksanakan tugas-tigas
perkembangan berikutnya. Sebaliknya jika
materi pendidikan melampaui perkembangan anak, maka
hal ini akan menimbulkan efek negatif yang tidak
diharapkan terjadi pada diri anak didik.
Materi pendidikan harus disesuaikan dengan
kematangan anak didik. Ibarat besi yang telah
dipanaskan, besi tersebut akan mudah dibentuk. Anak
yang telah matang untuk belajar sesuatu, ia akan mudah
mempelajarinya. Dengan demikian, anak akan
mendapatkan kemudahan dalam upayanya (seperti dalam
belajar, dsb) untuk mencapai tujuan pendidikan. Apabila
dilihat dari sudut pandang pendidik, hal itu berarti bahwa
anak akan mudah dididik.
Keunikan anak didik mengiplikasi perlunya
materi pendidikan disesuaikan dengan tingkata

34 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
kemampuan belajar (bakat) anak didik, jenis kelamin
anak didik, dunia anak didik, dan lain sebagainya. Materi
pendidikan yang melebihi kemampuan belajar anak didik
akan sulit dipelajari anak didik atau bahkan tidak dapat
dikuasai anak didik. Lingkungan dimana anak didik
berada perlu dipertimbangkan dalam rengka menetapkan
materi pendidikan, artinya bahwa materi pendidikan
hendaknya dipilih dan disesuaikan dengan konteks
lingkungan alam dan lingkungan sosial-budaya dimana
anak didik berada. Perlu diperhatikan bahwa lingkungan
anak didik akan dapat dijadikan sumber belajar atau
sumber belajar atau sumber untuk bereksplorasi bagi
anak dalam lingkungan sekitar anak didik akan terdapat
berbagai jenis permainan yang dapat dimanfaatkan
sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan-
kemampuan tertentu. Dipihak lain, anak didik pun perlu
mengenal lingkungan alamnya, perlu bersosialisasi di
dalam masyarakatnya, berenkulturasi dalam kebudayaan
masyarakat dan lain-lain. Sebaliknya, orang tua dan
masyarakat pun memiliki nilai-nilai tertentu, mereka
mempunyai harapan untuk menjadi siapa anak-anak
mereka nantinya. Dengan demikian, maka diharapkan
agar materi pendidikan itu relevan dengan kebutuhan
anak dan lingkungannya.
Materi pendidikan hendaknya ditetapkan dengan
mempertimbangkan tingkat kesulitan dan
kekompleksannya. Anak akan mudah belajar apabila
dimulai dari hal-hal yang mudah menuju kepada hal yang
sulit. Selain itu, anal akan mudah belajar apabila dimulai
dari hal-hal yang sederhan menuju kepada hal-hal yang
kompleks.
4. Metode
Metode ialah cara yang di lakukan oleh pendidik
dalam menyampaikan suatu pendidikan kepada anak
didiknya, maka seorang pendidik harus mengetahui
metode apa yang cocok untuk di ajarkan agar anak didik
tidak cepat bosan. Faktor ini juga sangat penting dalam
suatu pendidikan.

PENGANTAR PENDIDIKAN 35
Adapun metode-metode yang biasa dipakai oleh
para pendidik adalah berikut :
a. Metode ceramah yaitu dimana pendidik menjelaskan
kepada anak didik isi atau materi yang di ajarkan.
Biasanya metode ceramah membuat anak didik jenuh
karena anak didik hanya diam mendengarkan.
b. Metode diskusi yaitu dimana anak didik diberikan
materi oleh pendidik untuk dipresentasikan kemudian
hasilnya akan di diskusikan dengan teman-teman
dalam suatu kelas.
c. Metode Tanya jawab yaitu dimana pendidik
memberikan kesempatan kepada anak didik untuk
menanyakan apa yang tidak di ketahui dalam materi
pelajaran, agar pendidik tidak menyia-nyiakan waktu
untuk menjelaskan padahal anak didik sudah
mengetahui apa yang di jelaskan.
d. Metode pemberian tugas yaitu pendidik memberikan
tugas kepada anak didik dengan begitu pendidik dapat
mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki
anak didik dalam materinya.
5. Lingkungan
Faktor Lingkungan adalah yang meliputi kondisi
dan alam dunia yang dengan cara-
cara tertentu mempengaruhi tingkah laku,pertumbuhan
dan perkembangan manusia. Menurut Ki Hajar
Dewantara lingkungan lingkungan meliputi lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat yang ia sebut dengan Tri Pusat Pendidikan.
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan
tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama
dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang
bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab
memelihara, merawat, melindungi dan mendidik anak
agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Secara
sederhana keluarga diartikan sebagai kesatuan hidup
bersama yang pertama dikenal oleh anak dan karena
itu disebut Primary Community.

36 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Pendidikan keluarga ini berfungsi :
1) Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
2) Menjamin kehidupan emosional anak
3) Menanamkan dasar pendidikan moral
4) Memberikan dasar pendidikan social
5) Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi
anak-anak.
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan
anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya karena
itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga
terhadap pendidikan, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Sekolah membantu orang tua mengerjakan
kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan
budi pekerti yang baik.
2) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan
di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat
diberikan di rumah.
3) Sekolah melatih anak-anak memperoleh
kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis,
berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang
sifatnya mengembangkan kecerdasan dan
pengetahuan.
4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan,
estetika, membedakan benar atau salah, dan
sebagainya.
c. Lingkungan Organisasi Pemuda
Sebagai lembaga pendidikan yang bersifat
informal (luar sekolah), Organisasi Pemuda
mempunyai corak ragam yang bermacam- macam,
tetapi secara garis besar dapat dibedakan antara
organisasi pemuda yang diusahakan oleh pemerintah
dan organisasi pemuda yang diusahakan oleh badan
swasta.Peran organisasi pemuda ini utamanya adalah
dalam upaya pengembangan sosialisasi kehidupan
pemuda. Melalui organisasi pemuda berkembanglah
semacam kesadaran sosial, kecakapan-kecakapan di

PENGANTAR PENDIDIKAN 37
dalam pergaulan dengan sesama kawan dan sikap yang
tepat di dalam.
d. Media dan Alat
Dalam pengertian yang luas, alat meliputi juga
faktor-faktor yang lain, seperti tujuan, pendidik, anak
didik, dan lingkungan pendidik bilamana faktor-faktor
tersebut digunakan dan direncanakan dalam perbuatan
atau tindakan mendidik.
1) Macam-Macam Alat Pendidikan
Alat-alat pendidikan bermacam-macam,
antara lain : hukuman dan ganjaran, perintah dan
larangan, celana dan pujian, serta kebiasaan.
Termasuk juga sebagai alat pendidikan di
antaranya: keadaan gedung sekolah, keadaan
perlengkapan sekolah, keadaan alat-alat pelajaran,
dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Ditinjau dari segi wujudnya, mak alat pendidikan
itu berupa :
a) Perbuatan pendidik (biasa disebut software),
mencakup: nasihat, teladan, larangn, perintah,
pujian, teguran, ancaman dan hukuman.
b) Benda-benda lain alat bantu (biasa disebut
hardware), mencakup meja kursi belajar,
papan tulis, penghapus, kapur, buku, peta, dan
sebagainya.
Sementara itu, tindakan pendidikan yang
merupakan alat pendidikan dapat ditinjau
berdasarkan tiga sudut pandang berikut.
a) Pengaruh tindakan terhadap tingkah laku anak
didik.
b) Akibat tindakan terhadap perasaan anak didik.
c) Bersifat melindungi anak didik.
2) Dasar-Dasar Pertimbangan Penggunaan Alat
Dalam hal penggunaan alat pendidikan,
maka yang sangat penting diperhatikan adalah
pribadi orang yang menggunakannya, sehingga
penggunaan alat pendidikan tersebut tidak sekedar

38 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
persoalan teknis belaka, namun lebih jauh justru
menyangkut persoalan batin atau pribadi pendidik.
Oleh karena itulah dalam memilih alat
pendidikan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
a) Tujuan yang ingin dicapai.
b) Orang yang menggunakan alat.
c) Untuk siapa alat itu digunakan.
d) Efektivitas penggunaan alat tersebut dengan
tidak melahirkan efek tambahan yang
merugikan
6. Hubungan timbal balik antara faktor-faktor pendidikan
a. Pengaruh Sekolah Terhadap Masyarakat
Dalam hal pengaruh sekolah terhadap
masyarakat pada dasarnya tergantung kepada luas
tidaknya serta kualitas out put pendidikan (sekolah)
itu sendiri. Semakin besar out put sekolah tersebut
dengan disertai kualitas yang mantap, dalam artian
mampu mencetak suber daya manusia ( human
resources) yang berkualitas, maka tentu saja
pengaruhnya sangat positif bagi masyarakat.
Sebaliknya meskipun lembaga pendidikan mampu
mengeluarkan out putnya tapi dengan SDM yang
rendah secara kualitas, itu juga jadi masalah, tidak
saja bagi out put yang bersangkutan, tetapi
berpengaruh juga bagi masyarakat.
Dengan demikian, bila lembaga pendidikan
dimaksud mempu melahirkan produk-produknya
yang berkualitas, tentu saja hal ini merupakan
investasi bagi penyediaan SDM.Investasi ini sangat
penting untuk pengembangkan dan kemajuan
masyarakat, sebab manusia itu sendiri adalah subjek
setiapa perkembangan, perubahan dan kemajuan di
dalam masyarakat.
b. Pengaruh Masyarakat Terhadap Sekolah
Sebagaimana yang dikemukakan terdahulu
tentang keterkaitan masyarakat dengan pendidikan
adalah sangat erat dan saling mempengaruhi. Suatu

PENGANTAR PENDIDIKAN 39
kenyataan bagi setiap orang bahwa masyarakat yang
baik, maju. Modern ialah masyarakat yang
didalamnya ditemukan suatu tingkat pendidikan yang
baik, maju dan modern pula dalam wujud lembaga-
lembaganya maupun jumlah dan tingkat pendidikan
yang terdidik. Dengan perkataan lain, suatu
masyarakat yang maju karena adanya
pendidikan yang maju, baik dalam arti kualitatif
maupun kuantitatif, pendidikan yang modern
ditemukan dalam masyarakat yang modern pula.
Sebaliknya masyarakat yang kurang memperhatikan
pembinaan pendidikan, akan tetap terkebelakang,
tidak hanya dari segi intelektual, tapi juga dari segi
sosial kultural.

C. Pergaulan dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat


1. Pergaulan dalam keluarga
Umumnya keluarga terdiri dairi ayah, ibu dan
anak dimana masing-masing anggota keluarga tersebut
saling mempengaruhi, saling membutuhkan, semua
meladeni seorang dan seorang meladeni semua. Anak
membutuhkan pakaian, makanan, bimbingan dan
sebagaimana dari orang tua membutuhkan rasa
kebahagiaan dengan kelahiran anak. Anak makin besar
dibutukan tenaga dan pikirannya untuk membantuorang
tua, lebih-lebih bila orang tua makin tidak berdaya
karena usia tua dan sering terganggu kesehatannya.
Orang tua mempunyai peranan pertama dan
utama bagi anak- anaknya selama anak belum dewasa
dan mampu berdiri sendiri. Untuk membawa anak
kepada kedewasaan, maka orang tua harus memberi
teladan yang baik karena anak suka mengimitasi
keda orang yang lebih tua atau orang tuannya. Dalam
memberikan sugesti kepada anak tidak dengan cara
otoriter melainkan dengan sistem pergaulan sehingga
dengan senang anak akan melaksanakannya. Biasanya
anak laki-laki terhadap anak ayahnya sementara

40 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
anak perempuan dengan ibunya. Antara anak dengan
orang tua ada rasa simpati dan kekaguman.
2. Pergaulan dalam Sekolah
Sebagi lembaga pendidikan formal, sekolah
terdiri dari pendidik dan peserta didik, antara mereka
sudah barang tentu terjadi adanya saling hubungan, baik
antara guru dengan murid-muridnya maupun atara murid
dengan murid.
Guru-guru sebagai pendidik, dengan wibawanya
dalam pergaulan membawa murid sebagai peserta didik
ke arah kedewasaan. Memanfaatkan pergaukan sehari-
hari dalam pendidikan adalah cara yang paling baik dan
efektif dalam pembentukan pribadi dan dengan cara pula
maka hilanglah jurang pemisah antara guru dan peserta
didik.
Hubungan murid dengan murid juga menunjukan
suasana dedukatif. Sesama murid saling berkawan,
berolahraga bersama dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku, saling mengajak dan di ajak, saling bercerita,
saling mendisiplinkan diri agar tidak menyinggung
perasaan teman sepergaulannya. Hubungan murid
dengan murid ini adakalanya sederajat dan adakalanya
lebih randah atau lebih tinggi kedewasaannya. Dalam hal
ini terjadi adanya pergaulan sehari-hari yang
berpengaruh negatif maupun
pengaruh positif. Pergaulan yang berpengaruh positif
ini yang mengandung adanya gejala gejala pendidikan da
n tentu saja terus di kontrol diarahkan.
3. Pergaulan dalam masyarakat
Masyarakat merupakan perwujudan kehidupan
bersama manusia,di mana di dalam masyarakat
berlangsung proses kehidupan sosial, proses antara
hubungan dan interaksi. Didalam masyarakat sebagai
suatu lembaga kehidupan manusia berlangsung pula
keseluruhan proses perkembangan.
Dalam konteks pendidikan, lingkungan
masyarakat merupakan lembaga pendidikan selain
keluarga dan sekolah yang membentuk kebiasaan,

PENGANTAR PENDIDIKAN 41
pengetahuan, minat dan sikap kesusilaan,
kemasyarakatan dan keagamaan anak. Dimasyarakatlah
anak melakukan pergaulan yang berlangsung secara
informal baik dari para tokoh masyarakat pejabat atau
penguasa, para pemimpin agama dan sebagainya.
Pergaulan sehari-hari antara anak dengan anak
lainnya dalam masyarakat juga ada yang setaraf dan ada
yang lebih dewasa di bidang tertntu. Teguran anak yang
lebih dewasa, terhadap anak yang nakal, yang jorok,
yang melakukan perbuatan-perbuatan berbahaya dan
sebagainya. Sesama kawan berkumpul untuk bercerita,
bermain dengan disiplin, tukar menukar pengalaman,
dan sebagainya yang kesemuanya itu tidak terlepas dari
kandungan gejala pendidikan. Sebab pendidikan disini
diartikan sebagai gejala usaha untuk dewasa dalam
pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaan.

42 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
BAB VI
FUNGSI DAN PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN

A. Pengertian Lingkungan dan Lembaga Pendidikan


Lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap praktek
pendidikan baik positif ataupun negatif. Lingkungan
pendidikan sebagai tempat berlangsungnya proses
pendidikan, merupakan bagian dari lingkungan sosial.
Lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses
pendidikan sebab lingkungan pendidikan tersebut berfungsi
menunjang proses belajar mengajar secara nyaman, tertib,
dan berkelanjutan. Dengan suasana seperti itu, maka proses
pendidikan dapat dilaksanakan.
Lembaga pendidikan adalah suatu badan yang
berusaha mengelola dan menyelengglarakan kegiatan-
kegiatan sosial, kebudayaan, keagamaan, penelitian
keterampilan dan keahlian, yaitu dalam hal pendidikan
intelektual, spiritual, serta keahlian/ keterampilan. Sebagai
tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul,
bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana,
terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam
memanfaatkan sumber daya, sarana-parasarana, data, dan
lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif
untuk mencapai tujuan pendidikan.

B. Fungsi dan Peranan Lembaga Pendidikan


Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah
membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai
lingkungan sekitarnya.
1. Lembaga Pendidikan Keluarga
Sebagai transmisi pertama dan utama dalam
pendidikan, keluarga memiliki tugas utama dalam
peletakan dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan
hidup keagamaan. Dikatakan pertama karena keluarga
adalah tempat dimana anak pertama kali mendapat
pendidikan. Sedangkan dikatakan utama karena hampir

PENGANTAR PENDIDIKAN 43
semua pendidikan awal yang diterima anak adalah
dalam keluarga. Karena itu, keluarga merupakan
lembaga pendidikan tertua, yang bersifat informal dan
kodrati. Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar
bagi perkembangan anak berikutnya, agar anak dapat
berkembang secara baik.
a. Fungsi dan Peranan Pendidikan Keluarga
1) Pengalaman Pertama Masa Kanak-Kanak
Pengalaman ini merupakan faktor yang
sangat penting bagi perkembangan berikutnya,
khususnya dalam perkembangan pribadinya.
Kehidupan keluarga sangat penting, sebab
pengalaman masa kanak-kanak akan memberi
warna pada perkembangan selanjutnya.
2) Menjamin Kehidupan Emosional Anak
3 hal yang menjadi pokok dalam
pembentukan emosional anak, adalah :
a) Pemberian perhatian yang tinggi terhadap
anak, misalnya dengan menuruti
kemauannya, mengontrol kelakuannya,
dan memberikan rasa perhatian yang
lebih.
b) Pencurahan rasa cinta dan kasih sayang,
yaitu dengan berucap lemah lembut,
berbuat yang menyenangkan dan selalu
berusaha menyelipkan nilai pendidikan
pada semua tingkah laku kita.
c) Memberikan contoh kebiasaan hidup
yang bermanfaat bagi anak, yang
diharapkan akan menumbuhkan sikap
kemandirian anak dalam melaksanakan
aktifitasnya sehari-hari.
3) Menanamkan Dasar Pendidikan Moral
Seperti pepatah “Buah jatuh tak jauh
dari pohonnya”. Anak akan selalu berusaha
menirukan dan mencontoh perbuatan orang
tuanya. Karenanya, orang tua harus mampu
menjadi suri tauladan yang baik. Misalnya

44 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
dengan dengan mengajarkan tutur kata dan
perilaku yang baik bagi anak-anaknya.
4) Memberikan Dasar Pendidikan Sosial
Keluarga merupakan satu tempat awal
bagi anak dalam mengenal nilai-nilai sosial.
Di dalam keluarga, akan terjadi contoh kecil
pendidikan sosial bagi anak. Misalnya
memberikan pertolongan bagi anggota
keluarga yang lain, menjaga kebersihan dan
keindahan dalam lingkungan sekitar.
5) Peletakkan Dasar-dasar Keagamaan
Masa kanak-kanak adalah masa
paling baik dalam usaha menanamkan nilai
dasar keagamaan. Kehidupan keluarga yang
penuh dengan suasana keagamaan akan
memberikan pengaruh besar kepada anak.
Kebiasaan orang tua mengucapkan salam
ketika akan masuk rumah merupakan contoh
langkah bijaksana dalam upaya penanaman
dasar religius anak.
2. Lembaga Pendidikan Sekolah
Akibat terbatasnya kemampuan orang tua dalam
mendidik anaknya, maka dipercayakanlah tugas
mengajar itu kepada orang dewasa lain yang lebih ahli
dalam lembaga pendidikan formal. Sekolah menjadi
produsen penghasil individu yang berkemampuan
secara intelektual dan skill.
a. Fungsi dan Peranan Sekolah
1) Fungsi Lembaga Sekolah
a) Mengembangkan kecerdasan pikiran dan
memberikan pengetahuan anak didik
b) Spesialisasi dalam bidang pendidikan dan
pengajaran.
c) Efisiensi.
d) Sosialisasi.
e) Konservasi dan transmisi cultural.
f) Transisi dari rumah ke masyarakat.

PENGANTAR PENDIDIKAN 45
2) Peranan Lembaga Sekolah
a) Tempat anak didik belajar bergaul.
b) Tempat anak didik belajar mentaati
peraturan sekolah.
3) Tanggung Jawab Sekolah
a) Tanggung jawab formal kelembagaan
sesuai dengan fungsi dan tujuan yang
ditetapkan menurut ketentuan yang
berlaku.
b) Tanggung jawab keilmuan berdasarkan
bentuk, isi, tujuan dan tingkat pendidikan.
c) Tanggung jawab fungsional adalah
tanggung jawab profesional pengelola
dan pelaksana pendidikan yang menerima
ketetapan ini berdasarkan ketentuan
jabatannya.
3. Lembaga Pendidikan Masyarakat
Masyarakat sebagai lingkungan memiliki
pengaruh besar terhadap perkembangan pribadi
seseorang. Masyarakat mempunyai peranan penting
dalam upaya ikut serta menyelenggarakan pendidikan,
karena membantu pengadaan sarana dan prasarana dan
menyediakan lapangan kerja. Partisipasi masyarakat
membantu pemerintah dalam usaha mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan dalam masyarakat
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Diselenggarakan dengan sengaja di luar sekolah.
b. Peserta umumnya mereka yang tidak bersekolah
atau drop out.
c. Tidak mengenal jenjang dan program pendidikan
untuk jangka waktu pendek.
d. Peserta tidak perlu homogeny.
e. Ada waktu belajar dan metode formal, serta
evaluasi yang sistematis.
f. Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus.
g. Keterampilan kerja sangat ditekankan sebagai
jawaban terhadap kebutuhan.

46 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
C. Bentuk-Bentuk Lingkungan Pendidikan
Pada dasarnya lingkungan pendidikan mencakup :
1. Tempat (Lingkungan Fisik) Contohnya: keadaan iklim,
keadaan tanah, keadaan alam.
2. Kebudayaan (Lingkungan Budaya) Contohnya: dengan
warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu
pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan.
3. Kelompok hidup bersama (Lingkungan sosial atau
masyarakat) Contohnya: keluarga, kelompok bermain,
desa, perkumpulan.
Adapun definisi lain dari bentuk-bentuk lingkungan
pendidikan yaitu ada lingkungan pendidikan formal dan ada
lingkungan pendidikan non formal. Contohnya sebagai
mana berikut ini :
1. Lingkungan keluarga
Dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas disebutkan bahwa keluarga merupakan
bagian dari lingkungan pendidikan informal/ non
formal. Selain itu keluarga juga disebut sebagai satuan
pendidikan diluar sekolah. Oleh karena itu, keluarga
mesti menciptakan suasana yang edukatif sehingga
anak didiknya tumbuh dan berkembang menjadi
manusia sebagaimana tujuan dalam pendidikan.
2. Lingkungan sekolah
Sekolah merupakan lingkungan pendidikan
formal, sekaligus membentuk kepribadian anak didik
yang tujuannya untuk mencapai 3 faktor yaitu aspek
kognitif, afektif, psikomotorik.
3. Lingkungan Masyarakat
Pendidikan di lingkungan masyarakat adalah
pendidikan nonformal yang dibedakan dari pendidikan
di keluarga dan di sekolah. Bertujuan sebagai
penambah atau pelengkap pendidikan formal dan
informal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat.
Masyarakat memiliki peranan yang besar dalam
pelaksanaan pendidikan nasional. Peranan masyarakat

PENGANTAR PENDIDIKAN 47
itu antara lain menciptakan suasana yang dapat
menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut
menyelenggarakan pendidikan non pemerintah (swasta)
dan yang lainnya.
Tripusat pendidikan (Keluarga, Sekolah,
Masyarakat) saling berhubungan dan berpengaruh.
Keterkaitan ketiga pusat pendidikan yaitu keluarga,
sekolah, dan masyarakat masing-masing memiliki
fungsi tersendiri dengan satu tujuan yaitu menolong
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara
optimal, untul mencapai tujuan pendidikan yaitu
menjadikan manusia yang seutuhnya, berjatidiri,
memiliki integritas, dan martabat. Agar fungsi
pendidikan dapat tercapai dengan baik, harus terjadi
kerjasama yang harmonis antara keluarga, sekolah, dan
masyarakat.

D. Bentuk-Bentuk Lembaga Pendidikan


1. Lembaga pendidikan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan
yang pertama dan utama, karena dalam keluarga inilah
anak-anak mendapatkan bimbingan dan paling banyak
memperoleh pendidikan
2. Lembaga pendidikan sekolah
Yang dimaksud dengan pendidikan sekolah
adalah pendidikan yang diperoleh secara teratur,
sisitematis, bertingkat dan dengan mengikuti syaraf
yang jelas.
3. Lembaga pendidikan di masyarakat
Masyarakat diartikan sebagai suatu bentuk tata
kehidupan sosial dengan tata kehidupan sosial dengan
tata nilai dan tata budaya sendiri.Pendidikan ini
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pendidikan diselenggarakan diluar sekolah.
b. Peserta didik perlu homogen.
c. Ada waktu belajar dan metode normal, serta
evaluasi yang sisitematis.
d. Isi pendidikan bersifat prakti

48 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
BAB VII
PERANAN KELUARGA DAN MASYARAKAT
DALAM PENDIDIKAN

A. Peranan Keluarga
Dalam memahami suatu keluarga, keluarga
memiliki beberapa pengertian.Keluarga adalah kelompok
sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
mempunyai ikatan darah, perkawinan, atau adopsi. Dengan
demikian, dapat diambil suatu intisari pengertian keluarga
yaitu:
1. keluarga adalah kelompok sosial terkecil yang
umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
2. hubungan sosial diantara keluarga relative tetap yang
didasarkan pada ikatan darah, perkawinan atau
adopsi.
3. hubungan antar keluarga dijiwai oleh susunan afeksi
dan rasa tanggung jawab.
4. fungsi keluarga adalah memulihkan, merawat,dan
melindungi anak dalam rangka sosiolisasi agar
mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa
sosial.
Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan
satu kesatuan hidup (sistem sosial), dan keluarga
menyediakan situasi belajar. Sebagai satu kesatuan hidup
bersama (sistem sosial), keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan
anak. Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkan
sifat persahabatan, cinta kasih, hubungan antar pribadi,
kerja sama, disiplin, tingkah laku yang baik, serta
pengakuan akan kewibawaan.
Sementara itu, yang berkenaan dengan keluarga
menyediakan situasi belajar, dapat dilihat bahwa bayi dan
anak-anak sangat bergantung kepada orang tua, baik karena
keadaan jasmaniahnya maupun kemampuan intelektual,
sosial, dan moral. Bayi dan anak belajar menerima dan
meniru apa yang diajarkan oleh orang tua. Sumbangan
keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai berikut :

PENGANTAR PENDIDIKAN 49
1. Cara orang tua melatih anak untuk menguasai cara-cara
mengurusi diri, berjalan, berdoa, sungguh-sungguh
membekas dalam diri anak karena berkaitan erat
dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi.
2. Sikap orang tua sangat mempengaruhi perkembangan
anak. Sikap menerima atau menolak, sikap kasih
sayang atau acuh tak acuh, sikap sabar atau tergesa-
gesa, sikap melindungi atau membiarkan secara
langsung mempengaruhi reaksi emosional anak.
Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab
pendidikan terletak di tangan kedua orang tua dan tidak bisa
di pikulkan kepada orang lain karena ia adalah darah daging
nya, kecuali berbagai keterbatasan kedua orang tua ini.
Maka sebagai tanggung jawab pendidikan dapat di
limpahkan kepada orang lain, yaitu melalui sekolah.
Tanggung jawab pendidikan yang perlu di sadarkan
dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain:
1. Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini
merupakan dorongan alami untuk di laksanakan karena
si anak memerlukan makan, minum, dan perawatan
agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.
2. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara
jasmaniah dan rohaniah dari berbagai gangguan
penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat
membahayakan dirinya.
3. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang berguna bagi kehidupannya kelak
sehingga bila ia telah dewasa mampu berdiri sendiri
dan membantu orang lain.
4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan
memberinya pendidikan Agama sesuai dengan
ketentuan Allah SWT, sebagai tujuan akhir hidup
muslim.
Adanya kesadaran akan tanggung jawab mendidik
dan membina aanak secara kontinu perlu dikembangkan
kepada setiap orang tua sehingga pendidikan yang
dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari
orang tua, tetapi telah di dasri oleh teori-teori pendidikan

50 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
modern, sesuai dengan perkembangan zaman yang
cenderung selalu berubah.
Tugas utama keluarga pendidikan anak ialah sebagai
peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup
keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil
dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang
lain.

B. Kerja Sama Antar Keluarga dengan Sekolah


Di dalam UU nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 10 ayat (4) dinyatakan bahwa:
Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur
pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam
keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai
budaya, nilai moral, dan keterampilan. Sementara itu, dalam
GBHN 1993 dinyatakan: “Pendidikan nasional
dikembangkan secara terpadu dan serasi baik antarberbagai
jalur, jenis, dan jenjang pendidikan, maupun antara sektor
pendidikan dengan sektor pembangunan lainnya serta antar
daerah. Masyarakat sebagai mitra pemerintah
berkesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam
penyelenggaraan pendidikan nasional”.
“Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sekolah hanyalah
pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga sebab
pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah
dalam keluarga. Peralihan bentuk pendidikan jalur luar
sekolah ke jalur pendidikan sekolah (formal) memerlukan
“kerja sama” antara orang tua dan sekolah ( pendidik).
Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi
oleh sikap orang tuanya. Begitu juga sangat diperlukan
kepercayaan orang tua terhadap sekolah (pendidik) yang
menggantikan tugasnya selama ini di ruangan sekolah. Hal
ini sangat penting untuk diperhatikan, mengingat akhir-
akhir ini seringnya terjadi tindakan-tindakan kurang terpuji
dilakukan anak didik, sementara orang tua seolah tidak mau
tahu, bahkan cenderung menimpakan kesalahan kepada
sekolah.”

PENGANTAR PENDIDIKAN 51
Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya,
yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya
dan menghargai segala usahanya. Begitu juga orang tua
harus menunjukan kerjasamanya dalam mengarahkan cara
anak belajar di rumah, membuat pekerjaan rumahnya, tidak
disita waktu anak dengan mengerjakan pekerjaan rumah
tangga, orang tua harus berusaha memotivasi dan
membimbing anak dalam belajar.
Berdasarkan hasil riset bahwa pekerjaan guru
(pendidik) di sekolah akan lebih efektif apabila dia
mengetahui latar belakang dan pengalaman anak didik di
rumah tangganya. Anak didik yang kurang maju dalam
pelajaran, berkat kerja sama orang tua anak didik dengan
pendidikan banyak kekurangan anak didik yang dapat
diatasi lambat laun juga orang tua menyadari bahwa
pendidikan atau keadaan lingkungan rumah tangga dapat
membantu atau menghilangi kesukaran anak di sekolah.
Apa-apa yang dibawa anak didik dari keluarganya,
tidak mudah mengubahnya. Kenyataan ini harus benar-
benar disadari dan diketahui oleh pendidik. Pada dasarnya
cukup banyak cara yang dapat ditempuh untuk menjalin
kerja sama antara keluarga dengan sekolah. Berikut ini
beberapa contohnya.
1. Adanya Kunjungan Ke Rumah Anak Didik
Pelaksanaan kunjungan ke rumah anak didik ini
berdampak sangat positif, di antaranya :
a. Kunjungan melahirkan perasaan pada anak didik
bahwa sekolahnya selalu memerhatikan dan
mengawasinya.
b. Kunjungan tersebut memberi kesempatan kepada
si pendidik melihat sendiri dan mengobservasi
langsung cara anak didik belajar, latar belakang
hidupnya, dan tentang masalah-masalah yang
dihadapinya dalam keluarga.
c. Pendidik berkesempatan untuk memberikan
penerangan kepada orang tua anak didik tentang
pendidikan yang baik, cara-cara menghadapi

52 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
masalah-masalah yang sedang dialami anaknya
(kalau anaknya bermasalah), dan sebagainya.
d. Hubungan antara orang tua dengan sekolah akan
bertambah erat.
e. Kunjungan dapat memberikan motivasi kepada
orang tua anak didik untuk lebih terbuka dan dapat
bekerja sama dalam upaya memajukan pendidikan
anaknya.
f. Pendidikan mempunyai kesempatan untuk
mengadakan interview mengenai berbagai macam
keadaan atau kejadian tentang sesuatu yang ingin
ia ketahui.
g. Terjadinya komunikasih dan saling memberikan
informasi tentang keadaan anak serta saling
memberi petunjuk antara guru dengan orang tua.
2. Diundangnya Orang Tua Ke Sekolah
Kalau ada berbagai kegiatan yang
diselenggarakan oleh sekolah yang memungkinkan
untuk dihadiri oleh orang tua, maka akan positif sekali
artinya bila orang tua diundang untuk datang ke
sekolah. Kegiatan-kegiatan dimaksud umpamanya
class meeting yang berisi perlombaan-perlombaan yang
mendemonstrasikan kebolehan anak dalam berbagai
bidang, pameran hasil kerajinan tangan anak,
pemutaran film pendidikan, dan sebagainya.
Seharusnya undangan terhadap orang tua ke sekolah ini
minimal dilaksanakan satu kali dalam setahun.
a. Case Conference
Case Conference merupakan rapat atau
konferensi tentang kasus. Biasanya digunakan
dalam bimbingan kenseling. Peserta konferensi
ialah orang yang betu-betul mau ikut
membicarakan masalah anak didik secara terbuka
dan sukarela, seperti orang tua anak didik, guru-
guru, petugas bimbingan yang lain, dan para ahli
yang ada sangkut pautnya dengan bimbingan
seperti social worker dan sebagainya. Konferensi
biasanya dipimpin oleh orang yang paling

PENGANTAR PENDIDIKAN 53
mengetahui persoalan bimbingan kenseling,
khususnya tentang kasus dimaksud.
b. Badan Pembantu Sekolah
Badan pembantu sekolah ialah organisasi
orang tua murid atau wali murid dan guru.
Organisasi dimaksud merupakan kerja sama yang
paling terorganisasi antar sekolah atau guru dengan
orang tua murid. Sampai sekarang, organisasi ini
telah beberapa kali mengalami perubahan nama
karena disesuaikan dengan perkembangan situasi
pendidikan dan masyarakat pada mulanya
organisasi ini bernama perkembangan Orang tua
Murid dan Guru (POMG), kemudian berubah
menjadi persatuan Orang Tua Murid (POM, Badan
Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3), dan
sekarang dikenal dengan istilah Komite Sekolah.
3. Mengadakan Surat Menyurat antara Sekolah dan
Keluarga
Surat-menyurat ini diperlukan terutama pada
waktu-waktu yang sangat diperlukan bagi perbaikan
pendidikan anak didik, seperti surat peringatan dari
guru kepada orang tua jika anaknya perlu lebih giat,
sering membolos, sering berbuat keributan, dan
sebagainya. Surat-menyurat ini juga sebenarnya sangat
baik bila dilakukan oleh guru tua kepada guru atau
langsung ke kepala sekolah/ madrasah untuk memantau
keadaan anaknya di sekolah.
4. Adanya Daftar Nilai atau Raport
Raport yang biasanya diberikan setiap catur
wulan kepada para murid ini dapat dipakai sebagai
penghubung antara sekolah dengan orang tua. Sekolah
dapat memberi surat peringatan atau memintah bantuan
orang tua bila hasil raport anaknya kurang baik, atau
sebaliknya jika anaknya mempunyai keistimewaan
dalam suatu mata pelajaran, agar dapat lebih giat
mengembangkan bakatnya atau minimal mampu
mempertahankan apa yang sudah dapat diraihnya.
Demikianlah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk

54 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
menjalin kerja sama antara sekolah dengan keluarga.
Semua bentuk kerja sama tersebut sangat besar manfaat
dan artinya dalam memajukan pendidikan sekolah pada
umumnya, dan anak didik pada khususnya.

C. Hubungan Masyarakat dengan Sekolah


Pendidikan tidak hanya merupakan kewajiban
pemerintah, sekolah, dan guru saja, tapi juga merupakan
tanggung jawab keluarga dan masyarakat. Masyarakat
diharapkan peran sertanya dalam melaksanakan dan
menyelenggarakan pendidikan, terutama dalam mendidik
moral, norma, dan etika yang sesuai dengan agama dan
kesepakatan masyarakat. Siswa belajar di sekolah dalam
waktu terbatas, sedangkan waktu terbanyak ada dirumah
dan masyarakat.
Masyarakat dapat diartikan sebagai :”A community
is a group or a collection of groups that in habits a
locality”. Atau yang disebut dengan satu kelompok atau
sekumpulan kelompok yang mendiami suatu daerah.
Pada dasarnya masyarakat adalah perwujudan
kehidupan bersama manusia, dimana didalam masyarakat
berlangsung proses kehidupan sosial, proses antara
hubungan dan interaksi. Di dalam masyarakat terdiri dari
berbagai ragam pendidikan, profesi, keahlian, suku bangsa,
kebudayaan, agama, lapisan sosial sehingga menjadi
masyarakat yang majemuk.
Sementara dilihat dari konsep pendidikan,
masyarakat adalah sekumpulan banyak orang dengan
berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak
berpendidikan sampai dengan yang berpendidikan sampai
dengan yang berpendidikan tinggi. Sementara itu, dilihat
dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut lingkungan
pendidikan nonformal yang memberikan pendidikan secara
sengaja dan berencana tetapi tidak sistematis.
Antara masyarakat dengan pendidikan punya
keterkaitan dan saling berperan. Apalagi pada zaman
sekarang ini, setiap orang selalu menyadari akan peranan
dan nilai pendidikan. Oleh karena itu, setiap warga

PENGANTAR PENDIDIKAN 55
masyarakat bercita-cita dan aktif berpartisipsi untuk
membina pendidikan. Sedangkan sekolah merupakan
bentuk pendidikan formal bagi manusia yang didalamnya
mengembangkan kemampuan manusia baik dari akademik
maupun non akademik. Oleh sebab itu, tiap sekolah
memiliki program tertentu sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional dan visi misi sekolah. Program-program ini, selain
dikelola dengan baik, memerlukan pula dukungan dari
masyarakat.
Istilah “sekolah” sebagai suatu institusi atau
lembaga atau lembaga pendidikan, baik lembaga
pendidikan formal, informal, maupun nonformal yang
merupakan sarana melaksanakan pelayanan belajar dan
proses pendidikan. Sedangkan “masyarakat” dalam konteks
sekolah adalah warga atau individu yang berada di sekolah
atau sekitar sekolah yang berhubungan secara langsung atau
tak langsung terhadap manajemen sekolah.
“Menurut Mohammad Noor Syam bahwa hubungan
masyarakat dengan pendidikan sangat bersifat korelatif.
Masyarakat maju karena pendidikan dan pendidikan yang
maju hanya akan ditemukan dalam masyarakat yang maju
pula”.
Sementara itu, Sanafiah Faisal mengemukakan
bahwa hubungan antara sekolah (pendidikan) dengan
masyarakat paling tidak, bisa dilihat dari dari dua segi
berikut. Sekolah sebagai patner masyarakat didalam
melaksanakan di dalam melaksanakan fungsi pendidikan.
Sekolah sebagai prosedur yang melayani pesan-pesan
pendidikan dari masyarakat lingkungannya.
1. Pentingnya Hubungan Masyarakat dan Sekolah
Hubungan antara masyarakat dan sekolah meliputi :
a. Sekolah adalah bagian yang integral dari
masyarakat, ia bukan merupakan lembaga yang
terpisah dari masyarakat.
b. Hak hidup dan kelangsungan hidup bergantung
pada masyarakat.

56 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
c. Sekolah adalah lembaga sosial berfungsi untuk
melayani anggota- anggota masyarakat dalam
bidang pendidikan.
d. Kemajuan sekolah dan kemajuan masyarakat
saling berkolerasi, keduanya saling membutuhkan.
e. Masyarakat adalah pemilik sekolah, karena
masyarakat membutuhkannya.
Pentingnya hubungan sekolah dengan masyarakat :
a. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang
harusnya mendidik generasi muda untuk hidup di
masyarakat.
b. Sekolah haruslah merupakan tempat pembinaan
dan pengembangan pengetahuan dan kebudayaan
yang sesuai dan dihendaki oleh masyarakat tempat
sekolah itu didirikan.
c. Sebaiknya, masyarakat harus membantu dan
bekerjasama dengan sekolah agar apa yang
diperoleh dan dihasilkan sesuai kehendak dan
kebutuhan masyarakat.
d. Mengikutsertaka masyarakat secara aktif dalam
memecahkan permasalahan pendidik.
e. Partisispasi, dukungan dan bantuan secara konkrit
dari masyarakat baik berupa financial, material
untuk kelancaran sekolah.
2. Tujuan Hubungan Masyarakat dan Sekolah
Tujuan hubugan masyarakat dan sekolah dapat
dikelompokan menjadi tiga tujuan pokok, yaitu :
Mengembangkan mutu belajar dan
pertumbuhan anak-anak Untuk mengembangkan mutu
belajar dan pertumbuhan anak-anak hendaknya personil
sekolah mengetahui benar-benar kondisi masyarakat
lingkungan hidup anak-anak yang sangat penting bagi
program pendidikan.
Meningkatkan tujuan dan mutu kehidupan
masyarakat Didalam masyarakat yang demokratis,
seyognya dapat menjadikan dirinya sebagai pelopor
dan pusat perkembangan bagi perubahan-perubahan

PENGANTAR PENDIDIKAN 57
masyarakat dalam bidang ekonomi, kebudayaan,
teknologi dan sebagai ke tingkat yang tinggi.
Mengembangkan pengertian antusiasme dan
partisipasi masyarakat Pengertian antusiasme dan
partisipasi masyarakat tersebut sangat penting, apalagi
bagi masyarakat kita yang pada umumnya masih belum
menyadari bahwa tugas dan tanggung jawab
pendidikan anak-anak adalah juga tugas dan tanggung
jawab masyarakat disamping sekolah dan pemerintah.

3. Jenis- Jenis Hubungan Masyarakat Dan Sekolah


Banyak orang berpendapat bahwa hubungan
kerja sama antara sekolah dan masyarakat hanyalah
dalam hal mendidik anak belaka. Padahal hubungan
antara sekolah dan masyarakat itu mengandung arti
yang sangat luas. Adapun hubungan antara sekolah dan
masyarakat itu sebagai berikut :
a. Hubungan edukatif, ialah hubungan kerja sama
dalam hal mendidik murid (anak) antara guru
disekolah dan oran tua didalam keluarga.
b. Hubungan cultural, ialah usaha kerja sama antara
sekolah dan masyarakat yang memungkinkan
adanya saling membina dan mengembangkan
kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada.
c. Hubungan institusional, ialah hubungan kerja sama
antara sekolah dengan lembaga-lembaga atau
instansi-instansi resmi baik swasta maupun
pemerintah. Dengan adanya hubungan ini, sekolah
sekolah dapat meminta bantuan dari lembaga-
lembaga lain yang berkaitan dengan pengadaan
dan pengembangan materi kurikulum maupun
bantuan yang berupa fasilitas alat-alat yang
dipelukan bagi kelancaran pelaksanaan program
sekolah.
Selain jenis-jenis hubungan masyarakat dan
sekolah, ternyata ada manfaat dari hubungan
masyarakat dan sekolah, yaitu sebagai berikut :
a. Bagi masyarakat

58 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
1) Masyarakat mengetahui inovasi-inovasi yang
dilakukan oleh sekolah
2) Masyarakat sebagai pihak yang membutuhkan
pendidikan dapat mengajukan aspirasinya
terhadap sekolah.
3) Masyarakat dapat memberikan kritikan dan
saran yang berguna untuk sekolah apabila
terdapat program, keputusan atau tindakan
sekolah yang tidak sesuai dengan harapan dan
keputusan masyarakat.

b. Bagi sekolah
1) Sekolah dapat termotivasi untuk terus
melakukan perbaikan baik dari segi tenaga
pendidik maupun dari fasilitas pendidikan
karena sekolah mendapat penilaian dan control
langsung dari masyarakat.
2) Sekolah dapat menyampaikan-menyampaikan
kesulitan-kesulitan yang dialamai sekolah
yang memerlukan partisipasi masyarakat
untuk menyelesaikannya.
3) Sekolah dapat member pemahaman kepada
masyarakat mengenai konsep-konsep
pendidikan yang perlu masyarakat pahami
agar tidak terjadi kesalahpahaman konsep
antara sekolah dan masyarakat.
4) Sekolah dapat memanfaatkan masyarakat
sebagai sumber belajar bagi peserta didik.
Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam
upaya peningkata mutu pendidikan disekolah. Peran
serta masyarakat itu tidak hanya berupa dukungan
dana atau sumbangan fisik saja, tetapi bisa lebih dari
itu. Hubungan masyarakat dengan sekolah adalah
kerjasama antara masyarakat dengan sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan, dimana sekolah memiliki
tanggung jawab memberi pemahaman kepada
masyarakattentang tujuan, program, dan kebutuhan
sekolah. Sebaliknya masyarakat memiliki tanggung

PENGANTAR PENDIDIKAN 59
jawab menyumbngkan sumber daya dalam hubungan
tersebut.
Hubungan sekolah dan masyarakat
didefinisikan sebagai proses komunikasi antara sekolah
dan masyarakat untuk berusaha menanamkan
pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan
karya pendidikan serta pendorong minat tanggung
jawab masyarakat dalam usaha memajukan sekolah.
Tujuannya untuk meningkatkan kualitas belajar dan
pertumbuhan anak, meningkatkan pemahaman
masyarakat akan pentingnya pendidikan, meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat, serta mengembangkan
antusiasme atau semangat saling bantu antara sekolah
dengan masyarakat demi kemajuan dua belah pihak.
Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu
proses komunikasi dengan tujuan meningkatkan
pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan
praktik pendidikan serta berupaya dalam memperbaiki
sekolah. Karena sekolah hidup ditengah- tengah
masyarakat, melayani masyarakat dan dihidupi
masyarakat, sebaliknya masyarakat mengambil manfaat
berupa output sekolah, berupa tenaga lulusan yang
memiliki kualifikasi tertentu. Sekolah harus mampu
menampung aspirasi masyarakat karena masyarakatlah
pemasok sekaligus pemakai output sekolah. Kerja sama
yang baik antara sekolah dan masyarakat akan
menguntungkan keduanya. Sekolah semakin eksis
berkat dukungan masyarakat, dan masyarakat memetik
manfaat berupa output berkualitas.

D. Peran Masyarakat Dalam Pendidikan


Sebagaimana yang dikemukakan terdahulu, bahwa
masyarakat merupakan lembaga ketiga sebagai lembaga
pendidikan, dalam konteks penyelenggaraan pendidikan itu
sendiri besar sekali perannya. Bagaimana kemajuan dan
keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan
oleh peran serta masyarakat yang ada. Tanpa dukungan dan

60 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
partisipasi masyarakat, jangan diharapkan pendidikan dapat
berkembang dan tumbuh sebagaimana yang diharapkan.
Oleh karena itu, sebagai salah satu lingkungan
terjadinya kegiatan pendidikan, masyarakat mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap berlangsungnya segala
aktivitas yang menyangkut masalah pendidikan. Apalagi
bila dilihat dari materi yang digarap, jelas kegiatan
pendidikan yang termasuk jalur sekolah, berisikan generasi
muda yang akan meneruskan kehidupan masyarakat itu
sendiri. Untuk itu bahan apa yang akan diberikan kepada
anak didik sebagai generasi tadi harus disesuaikan dengan
keadaan dan tuntutan masyarakat dimana kegiatan
pendidikan berlangsung.
Berikut ini adalah beberapa peran dari masyarakat
terhadap pendidikan (sekolah) :
1. Masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan
membiayai sekolah.
2. Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan
agar sekolah tetap membantu dan mendukung cita-cita
dan kebutuhan masyarakat.
3. Masyarakatlah yang ikut menyediakan tempat
pendidikan seperti gedung-gedung meseum,
perpustakaan, paggung-panggung kesenian, kebun
binatang dan sebagainya.
4. Masyarakatlah yag menyediakan berbagai sumber
untuk sekolah. Mereka dapat diundang ke sekolah
unruk memberikan keterangan-keterangan mengenai
suatu masalah yang sedang dipelajari anak didik.
Orang-orang yang punya keahlian khusus banyak sekali
terhadap di masyarakat, seperti petani, peternak,
saudagar, polisi, dokter dan sebagainya.
5. Masyarakat sebagai sumber pelajaran atau laboraturium
tempat belajar. Di samping buku-buku pelajaran,
masyarakat member bahan pelajaran yang banyak
sekali, antara lain seperti aspek alami industri,
perumahan, transportasi, perkebunan, pertambangan
dan sebagainya.

PENGANTAR PENDIDIKAN 61
Dengan demikian, jelas sekali bahwa peran
masyarakat sangatlah besar terhadap pendidikan sekolah.
Untuk itu, sekolah perlu memanfaatkannya sebaik-baiknya,
paling tidak bahwa pendidikan harus dapat mempergunakan
sumber-sumber pengetahuan yang ada di masyarakat
dengan alasan sebagai berikut:
Dengan melihat apa yang terjadi di masyarakat,
anak didik akan mendapatkan pengalaman langsung ( first
hand experience ) sehingga mereka dapat memiliki
pengalaman yang konkert dan mudah diingat.
Pendidikan membina anak-anak yang berasal dari
masyarakat, dan akan kembali ke masyarakat. Di
masyarakat banyak sumber pengetahuan yang mungkin
guru sendiri belum mengetahuinya. Kenyataan
menunjukkan bahwa masyarakat membutuhkan orang-
orang yang terdidik dan anak didik pun membutuhkan
masyarakat.

62 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
BAB VIII
PENGARUH TIMBAL BALIK ANTAR
SEKOLAH, KELUARGA DAN MASYARAKAT

A. Pengaruh Timbal Balik Antara Keluarga, Sekolah, dan


Masyarakat.
Keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan tiga
institusi yang tidak bisa dipisahkan dari kepentingan
pendidikan.Keluarga (orang tua) telah meletakkan dasar-
dasar pendidikan di rumah tangga dalam rangka
pembentukan kepribadian anak. Orang tua membiasakan
kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai ajaran islam,
memberikan kemerdekaan kepada anaknya untuk
berkembang secara fisik dan psikis. Orang tua membimbing
dan mengontrol agar kebebasan gerak potensi yang dimiliki
anak terealisasi secara maksimal. Kemudian dilanjutkan dan
dikembangkan dengan berbagai materi pendidikan berupa
ilmu dengan keterampilan yang dilakukan di sekolah.
Sekolah merupakan perpanjangan tangan dari orang tua,
karena sekolah tidak mampu menjalankan fungsinya dari
nol. Sekolah bertugas mengembangkan seluruh potensi
yang ada dalam diri peserta didik secara maksimal,
sehingga mereka memiliki sejumlah kemampuan yang
dapat dipergunakan untuk melaksanakan fungsinya di
tengah-tengah masyarakat. Kemudian selanjutnya
lingkungan masyarakat ikut pula berperan serta mengontrol,
menyalurkan, dan membina serta meningkatkannya karena
masyarakat adalah pemakai dari produk pendidikan yang
diberikan oleh keluarga dan sekolah maka masyarakat
mengharapkan lahirnya output yang berkualitas. Sebab
semakin besar output sekolah tersebut dengan disertai
kualitas yang mantap, dalam artian mampu mencetak
sumber daya manusia yang berkualitas, maka tentu saja
pengaruhnya sangat positif bagi masyarakat. Dengan
demikian, bila lembaga pendidikan (sekolah) mampu
melahirkan produk-produknya yang berkualitas tentu hal ini
merupakan investasi bagi penyediaan SDM. Investasi ini
sangat penting untuk pengembangan dan kemajuan

PENGANTAR PENDIDIKAN 63
masyarakat sebab manusia itu sendiri adalah subyek setiap
perkembangan, perubahan, dan kemajuan di dalam
masyarakat. Kemudian investasi ini juga di harapkan
mampu menghadapi tantangan demi tantangan yang
merambah dalam kehidupan masyarakat, dan arus tantangan
tersebut akan semakin deras dan berat seirama dengan
perkembangan masyarakat yang semakin cepat, sebagai
akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
terus memengaruhi dalam berbagai dimensi kehidupan
manusia. Di sinilah terlihat pentingnya menciptakan SDM
yang berkualitas untuk menghadapi tantangan tersebut.
Lembaga Pendidikan adalah suatu badan yang
berusaha mengelola dan menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan sosial, kebudayaan, keagamaan, penelitian,
ketrampilan dan keahlian yaitu dalam hal pendidikan
intelektual, spieitual, serta keahlian atau ketrampilan. Selain
itu, lembaga pendidikan juga berfungsi sebagai tempat atau
wadah dimana orang-orang berkumpul bekerja sama secara
rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin,
dan terkendali dalam memanfaatkan sumber daya, sarana
prasarana, data dan lain sebagainya yang digunakan secara
efesien dan efektif untuk mencapai tujuan pendidikan.
Keluarga, Sekolah dan Masyarakat merupakan
lembaga-lembaga pendidikan yang sama-sama memiliki
peranan penting dalam dunia Pendidikan seorang peserta
didik atau anak didik karena memiliki pengaruh yang besar
terhadap pertumbuhan dan perkembangan pendidikan
peserta didik.
1. Fungsi dan Peranan Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan utama
dan paling penting khususnya di dalam perkembangan
kepribadiannya melalui pengalaman masa kanak-kanak
yang akan memberi warna pada kehidupannya. Keluarga
menjamin kehidupan emosional anak, menanamkan
dasar pendidikan moral, memberikan dasar pendidikan
sosial.

64 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
a. Pengaruh Keluarga terhadap Sekolah
Keluarga sebagai satuan organisasi terkecil
mendapat peran yang sangat penting karena
membentuk kepribadian dan watak keluarganya.
Lingkungan keluarga yang pertama dan utama
mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku dan
perkembangan anak. Dalam rangka menciptakan
pendidikan yang baik untuk anak maka peranan
orang tua sangat penting, karena keluarga merupakan
dasar utama pembentukan manusia. Keluargalah
yang memberi arah dan corak serta pandangan hidup
yang akan dialami anak pada masa selanjutnya. Oleh
karena itu, keluarga perlu menjaga stabilitas,
ketenangan dan ketentraman di antara semua anggota
keluarga, terutama ayah dan ibu sebagai pengendali
dan penanggungjawab dalam keluarga. Pendidikan
yang baik bukanlah hanya pendidikan yang di
sengaja, latihan, kebiasaan-kebiasaan yang baik,
tetapi yang jauh lebih penting adalah sikap dan cara
orang tua dalam menghadapi hidup pada umumnya
dan cara memperlakukan anak.
Orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama
atas anaknya bertanggungjawab atas kelakuan, pemb
entukan kesusilaan, watak dan kepribadian anak.
Orang tua harus mampu menanamkan kebiasaan
yang baik tentang kesehatan, makanan dan minuman
yang halal, menahan kecendrungan mementingkan
diri sendiri, menanamkan sifat suka menolong,
disiplin dan bertanggungjawab serta berkasih sayang
dengan sesamanya.
2. Fungsi Dan Peran Sekolah
Fungsi lembaga sekolah adalah mengembangkan
kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan anak
didik. Sekolah menjadi tempat anak untuk melatih anak
agar dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawabsebagai
persiapan untuk terjuan ke masyarakat. Selain itu,
sekolah berperan sebagai tempat anak didik belajar
bergaul, baik dengan sesamanya, guru, maupun dengan

PENGANTAR PENDIDIKAN 65
karyawan serta tempat anak didik belajar menaati
peraturan sekolah.
a. Pengaruh Timbal Balik antara sekolah dengan
masyarakat
Sekolah merupakan lembaga sosial formal
yang tumbuh dan berkembang dari dan untuk
masyarakat. Artinya sebagai lembaga sosial formal,
sekolah harus terikat pada tata aturan formal,
berprogram dan bertarget atau bersasaran yang jelas
serta memiliki kepemimpinan penyelenggaraan atau
pengelolaan yang resmi. Karena itu fungsi sekolah
terikat kepada target atau sasaran-sasaran yang di
butuhkan oleh masyarakat itu sendiri. Sebagai
masyarakat kecil dan sebagai bagian dari
masyarakat, sekolah harus membina hubungan
dengan masyarakat. Adapun hubungan antara
sekolah dan masyarakat dapat dilihat dari dua segi,
yaitu:
1) Sekolah sebagai patner (mitra) dari masyarakat
didalam melakukan fungsi pendidikan.
2) Sekolah sebagai produsen yang melayani
pesanan-pesanan pendidikan dari masyarakat
dilingkunganya.
Dilihat dari sudut pandang sekolah sebagai
patner (mitra) masyarakat maka hubungan sekolah
dan masyarakat bersifat korelatif bahkan seperti
telur dengan ayam. Masyarakat maju karena
pendidikan dan pendidikan yang maju hanya akan
ditemukan dalam masyarakat yang maju pula.
Sekolah sebagai salah satu lingkungan
dilaksanakannya kegiatan pendidikan, dimana
masyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap berlangsungnya segala aktivitas yang
menyangkut masalah pendidikan. Kemajuan dan
keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat
ditentukan oleh peran serta masyarakat yang ada.
Tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat, jangan
diharapkan pendidikan dapat berkembang dan

66 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
tumbuh sebagaimana yang diharapkan. Agar sekolah
dapat menjalankan tugasnya dengan baik maka perlu
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1) Menyesuaikan kurikulum sekolah dengan
kebutuhan masyarakat.
2) Metode yang digunakan harus mampu
merangsang murid untuk lebih mengenal
kehidupan riil dalam masyarakat.
3) Menumbuhkan sikap pada murid untuk belajar
dan bekerja dalam kehidupan sekitarnya.
4) Sekolah harus selalu berintegrasi dengan
kehidupan masyarakat, sehingga kebutuhan
kedua belah pihak akan terpenuh.
5) Sekolah seharusnya dapat mengembangkan
masyarakat dengan cara mengadakan
pembaruan tata kehidupan masyarakat.
Masyarakat dengan ciri khasnya yang positif
dan dinamis akan mempengaruhi keberadaan
sekolah. Setiap masyarakat memiliki identitas
tersendiri sesuai dengan pengalaman kesejahteraan
dan budayanya. Identitas yang dimiliki dan
dinamika suatu masyarakat, secara langsung akan
berpengaruh terhadap tujuan, orientasi, dan proses
pendidikan di sekolah. Ini bisa di mengerti karena
sekolah merupakan institusi yang dilahirkan dari,
oleh dan untuk masyarakat. Pengaruh identitas suatu
masyarakat terhadap program pendidikan di
sekolah-sekolah, dapat dibuktikan dengan
berbedanya orientasi dan tujuan pendidikan pada
masing-masing negara. Oleh karena itu dalam
kenyataannya tidak pernah terdapat kurikulum
pendidikan yang berlaku permanen, akan tetapi
selalu dinilai, disempurnakan, disesuaikan dengan
tuntutan perkembangan masyarakat yang terjadi.
Berlangsungnya proses pendidikan di sekolah juga
tidak terlepas dari pengaruh sosial budaya dan
partisipasi masyarakat. Pengaruh sosial budaya yang
dimaksud biasanya tercermin didalam proses belajar

PENGANTAR PENDIDIKAN 67
mengajar baik yang menyangkut pola aktivitas
pendidik maupun anak didik didalam proses
pendidikan. Katakanlah sekarang dikembangkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
implementasinya akan banyak diwarnai atau
dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial budaya
masyarakat setempat. Nilai sosial budaya didalam
masyarakat bisa menjadi penghambat atau
pendukung terhadap proses pendidikan yang
dipandang baik di dalam khasanah pendidikan. Oleh
karena itu, usaha-usaha pembaruan terhadap proses
pendidikan di sekolah, mau tidak mau mesti
memperhitungkan pula pengaruh sosial budaya dari
masyarakat lingkungannya.

3. Lembaga Pendidikan Masyarakat


Masyarakat sebagai lingkungan memiliki
pengaruh besar terhadap perkembangan pribadi
seseorang, masyarakat mempunyai peranan penting
dalam upaya ikut serta menyelenggarakan pendidikan
karena masyarakat turut membantu pengadaan sarana
dan prasarana serta menyediakan lapangan
kerja.Partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan
membantu pemerintah dalam usaha mencerdaskan
kehidupan bangsa.
a. Pengaruh masyarakat terhadap sekolah
Masyarakat tumbuh dan
berkembang.Masyarakat memiliki dinamika.
Disamping itu, setiap masyarakat memiliki identitas
tersendiri sesuai dengan pengalaman kesejahteraan
dan budanyanya.Identitas yang dimiliki dan
dinamika masyarakat , secara langsung akan
berpengarus terhadap tujuan orientasi dan prosers
pendidikan di persekolahan , terutama dalam hal :
1) Orientasi dan Tujuan Pendidikan
Identitas suatu masyarakat dan
dinamikannya, senantiasa membawa pengaruh
terhadap orientasi dan tujuan pendidikan pada

68 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
lembaga persekolahan. Ini biasa dimengerti
karena sekolah merupakan institusi yang
dilahirkan dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Kemana program sekolah harus membawa yang
biasanya tercermin didalam kurikulum, didalam
kenyataannya selalu terjadi perubahan-
perubahan, Pengaruh identitas suatu masyrakat
terhadap program pendidikan disekolah, biasa
dibuktikan dengan berbedanya orientasi dan
tujauan pendidikan pada masing- masing
Negara.
2) Proses pendidikan
Bagaimana berlangsnungnya prose
pendidikan disekolah juga tidak terlepas dari
pengarus masyarakat. Pengaruh masyarakat
yang dimaksud yaitu pengaruh sosial buada dan
partisipasinya. Kenyataan sosial budaya
masyarakat seperti feudal atau tidak demokratis
atau tidak, bermentalitas modern atau tidak,
semuanya berpengaruh terhadap proses
pendidikan yang berlangsung di sekolah. Sebab
komponen manusiawi yang terdapat di sekolah
juga hidup dan diwarnai oleh nilai nilai sosial
budaya dilingkungan masyarakatnya. Dalam
hubungan ini masyarakat sekolah dikatan
sebagai miniature dari masyarakat yang lebih
luas dilingkungannya. Hubungan pengaruh
timbal balik antara tingkat partisipasi
masyarakat dengan kualitas proses
penyelenggaraan pendidikan sekolah-sekolah
menuntut adanya jalinan hubungan yang
harmonis antara sekolah dengan masyarakat.

B. Faktor Penghambat Hubungan Antara sekolah dan


Masyrakat
Dalam penjelasan poin sebelumnya telah dijabarkan
berbagai manfaat atau pengaruh sekolah terhadap
masyarakata maupun sebaliknya. Tetapi pada kenyataanya

PENGANTAR PENDIDIKAN 69
yang ada di masyarakat , tidak mudah membentuk korelasi
yang baik antara sekolah dan masyarakat, yang diakibatkan
oleh beberapa faktor antara lain :
1. Persepsi masyarakat yang salah terhadap sekolah
Seperti yang kita ketahui, tidak sedikit orang tua
yang malas menyekolakan anak-anaknya meskipun
dananya seharusnya bisa diusahakan, dikarenakan
beberapa persepsi yang salah terhadap
pendidikan/sekolah, antara lain:
a. Khususnya untuk orang tua wanita, masih ada
anggaapan bahwa wanita tidak memerlukan
pendidikan yang tinggi. Karena jika sudah menikah
harus mengurus suami.
b. Sekolah hanya tempat mencari ijazah. Padahal
sekolah, anak tidak hanya di tuntut untuk
mendapatkan nilai, tetapi yang terpenting adalah
ilmu, keterampilan, dan kreativitas untuk bersain di
dunia kerja.
c. Sekolah merupakan tempat penyebar luasan budaya
yang tidak baik. Seperti bicara berkata kasara, jorok,
misuh , dan lain sebagainya.
d. Sekolah adalah ajng bisnis, masyarakat beranggapan
bahwasumbangan- sumbangan yang diminta oleh
sekolah adalah untuk kepentingan , guru-guru, serta
petinggi sekolah, padahal untuk berjalannya
kegiatan belajar mengajar yang butuh biaya.
e. Guru suka korupsi waktu. Mungkin dulu memeang
begitu, tapi sekarang di sekolah- sekolah sudah
diterapkan sistem yang baru untuk menghindari hal-
hal demikian.
1) Kurangnya Komunikasi
Untuk terjaling hubungan yang harmonis
, hal yang tidak boleh dilipakan yaitu
komunikasi. Bentuk komunikasi yang dapat
dilakuakn antara lain:
a) Memberikan informasi dan menyampaikan
idea tau gagasan kepada masyarakat atau
pihak-pihak lain yang membutuhkannya.

70 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
b) Membantu memimpin yang karena tugas-
tugas tidak dapat langsung memberikan
informasi kepada masyarakat atau pihak-
pihak yang memerlukannya
c) Membantu pemimpin mempersiapkan bahan-
bahan tentang permasalahan dan tentang
informasi yang akan disampaikan atau yang
menarik perhatian masyarakat pada saat
tertentu
d) Melaporkan tentang pikiran yang
berkembang dalam pikiran-pikiran yang
berkembang dalam masyarakat tentang
masalah pendidikan.
e) Membantu kepala sekolah bagaimana usaha
untuk memperoleh bantuan dan kerja sama
f) Menyusun rencana bagaimana cara-cara
memperoleh bantuan untuk kemajuan
pelaksanaan pendidikan.
2) Kurangnya Sarana Prsarana
Sarana dan prasarana yang memadai
selain menjadi kunci suksesnya proses belajar
mengajar juga menjadi faktor pendukung
terciptanya komunikasi yang baik antara sekolah
dan masyarakat seperti , gedung pertemuan untuk
wali murid , papan visi misi dan tujuan sekolah
tersebut, dan lain-lain sebagainya

C. Menjalin Hubungan yang Baik Antara Sekolah dan


Masyarakat
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan
itu berlangsung pada tiga lingkungan yaitu, lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Artinya pendidikan tidak
akan berhasil kalau ketiga komponen tidak saling bekerja
sama secara harmonis. Kaufman menyebutkan partner/mitra
pendidikan tidak hanya terdiri dari guru dan siwa saja,
tetapi juga para orang tua/masayarakat.Lembaga pendidikan
bukanlah lembaga yang berdiri sendiri dalam membina
pertumbuhan dan perkembangan putra putrid bangsa,

PENGANTAR PENDIDIKAN 71
melainkan ia merupakan suatu bagian yang tidak
terpisahkan dari masyarakat yang luas, dan bersama
masayarakat membangun dan meningkatkan segala upaya
untuk memajukan sekolah. Hal ini dapat tercipta apabila
lembaga pendidikan mau membuka diri dan menjelaskan
kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana masyarakat
dapat berperang dalam upaya membantu sekolah/lembaga
pendidikan memajukan dan meningkatkan kualitas
penyelenggaraan pendidikan.
Sekolah pada hakekatnya melaksanakan dan
mempunyai fungsi ganda terhadap masyarakat, yaitu
member layanan dan sebagai agen pembaharuan bagi
masyarakat sekitarnya, yang oleh stoop disebutnya sebagai
fungsi layanan dan fungsi pemimpin (fungsi untuk
memajukan masyarakat melalui pembentukan sumber daya
manusia yang berkualitas).
Setiap aktifitas pendidikan apalagi yang bersifat
inovatif, seharusnya dikomunikasikan dengan masyarakat
khusnya orang tua siswa, agar mereka mengerti mengapa
aktifitas tersebut harus dilakukan oleh sekolah dan pada sisi
mana mereka dapat berperang membantu sekolah dalam
merealisasikan program inovatif tersebut. Dengan hubungan
yang harmonis isi tersebut ada beberapa manfaat
dpelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat yaitu :
bagi sekolah/lembaga pendidikan.
1. Memperbesar dorongan mawas diri, sebab seperti
diketahui konsep pendidikan sekarang adalah oleh
masyarakat, untuk masyarakat dan dari masyarakat
serta mulai berkembangnya implementasi manajemen
berbasis sekolah, maka pengawasan sekolah khususnya
kualitas sekolah akan dilakukan baik secara langsung
maupuntidak langsung oleh masyarakat antara lain
melalui dewan pendidikan dan komite sekolah
2. Memudahkan/meringankan beban sekolah dalam
memperbaiki serta meningkatkan kualitas
penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah. Hal ini
akan tercapai apabila sekolah benar-benar mitra dalam
pengembangan dan peningkatan sekolah. Masyarakat

72 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
akan mendukung sepenuhnya serta membantunya
apabila sekolah mampu menunjukkan kinerja yang
berkualitas.
3. Memungkinkan upaya peningkatan profesi mengajar
guru. Sebab pada dasarnya laboratorium terbaik bagi
lembaga pendidikan adalah masyarakatnya sendiri.
4. Opini masyarakat tentang sekolah akan lebih
positif/benar. Opini yang positif akan sangat membantu
sekolah dalam mewujudkan segala program dalam
mewujudkan segala program dan rencana
pengembangan sekolah secara optima, sebab opini
yang baik merupakan modal utama bagi sekolah untuk
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
5. Masyarakat akan ikut serta memberikan control/koreksi
terhadap sekolah, sehingga sekolah akan lebih hati-hati
6. Dukungan moral masyarakat akan tumbuh terhadap
sekolah sehingga memudahkan mendapatkan bantuan
material.Bagi masyarakat dengan adanya hubungan
yang harmonis antar sekolah dengan masyarakat maka:
a. Masyarakat/orang tua murid akan mengerti tentang
berbagai hal yang menyangkut penyelenggaraan
pendidikan disekolah
b. Keinginan dan harapan masyarakat terhadap
sekolah akan lebih mudah disampaikan dan
direalisasikan oleh pihak sekolah.
c. Masyarakat akan memiliki kesempatan
memberikan saran, usul maupun kritik untuk
membantu sekolah menciptakan sekolah yang
berkualitas.

PENGANTAR PENDIDIKAN 73
BAB IX
PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

A. Pengertian Pendidikan Sebagai Suatu Sistem


Pendidikan atau pedagogik memiliki beberapa
pengertian. Pendidikan (pedagogik) secara etimologis adalah
berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata “PAIS”, artinya
anak, dan “AGAIN”, diartikan membimbing. Jadi
sederhananya adalah bimbingan yang diberikan kepada anak.
Sistem secara definitif pendidikan (pedagogik)
adalah suatu kegiatan bimbingan yang dilakukan secara sadar
ataupun secara sengaja yang dilakukan orang dewasa kepada
orang yang belum dewasa (baca : anak) sehingga timbul
hubungan antara keduanya yang bertujuan untuk
mendewasakannya.
Sistem secara etimologis berasal dari bahasa yunani
“sistema” yang berarti sehimpunan bagian atau komponen
yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu
keseluruhan.
Menurut Zahara Idris (1987) Sistem adalah satu
kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau elemen-
elemen atau unsusr-unsur sebagai sumber yang mempunyai
hubungan fungsional yang teratur, tidak secara acak yang
salaing membantu untuk mencapi suatu hasil (Product).
Contoh tubuh manusia merupakan satu jaringan daging, otak,
urat-urat, dan lain-lain, yang komponennya mempunyai
fungsi masing-masing yang satu dengan yang lain, satu sama
lain saling berkaitan sehingga mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Seorang pakar sosiologi, Bachtiar (1988)
mengemukakan bahwa sistem adalah sejumlah satuan yang
berhubungan satu dengan yang lainnya sedemikian rupa
sehingga membentuk suatu kesatuan yang biasanya berusaha
mencapai tujuan tertentu. Pada bagian yang sama Bachtiar
menambahkan bahwa sistem adalah seperangkat ide atau
gagasan, asas, metode, dan prosedur yang disajikan sebagai
suatu tatanan yang teratur.

74 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Pada dasarnya sistem hanya terdiri atas dua jenis,
yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup di
dalam proses kerjanya tidak dipengaruhi lingkungan luar,
sedangkan sistem terbuka di dalam proses kegiatannya
memperoleh masukan dari luar lingkungannya.
71 Pada sistem
terbuka terjadi sistem yang dinamis, yaitu sistem dipengaruhi
oleh sistem yang berada di luarnya.
1. Pengertian Pendidikan
a. Pendidikan secara umum merupakan suatu usaha
untuk mencapai suatu tujuan dalam pendidikan.
b. Dalam kajian yuridis formal, makna pendidikan
seperti tersurat dalam UU nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, diungkapkan
sebagai berikut:"Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
c. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979)
menjelaskan pula "pendidikan merupakan suatu
sistem yang mempunyai unsur-unsur sasaran
pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan,
struktur, kurikulum dan peralatan atau fasilitas".
2. Pengertian Sistem
Beberapa definisi sitem menurut ahli:
a. Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang
kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau
perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang
membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang
kompleks atau utuh. (Tatang M. Amirin, 1992:10)
b. Sistem merupakan himpunan komponen yang saling
berkaitan yang bersama sama berfungsi untuk
mencapai suatu tujuan. (Tatang Amirin, 1992:10)
c. Sistem merupakan sehimpunan komponen atau
subsistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai

PENGANTAR PENDIDIKAN 75
rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
(Tatang Amirin, 1992:11)
d. Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri atas
komponen-komponen atau elemen-elemen atau
unsusr-unsur sebagai sumber yang mempunyai
hubungan fungsional yang teratur, tidak secara acak
yang salaing membantu untuk mencapi suatu hasil
(Product). Contoh tubuh manusia merupakan satu
jaringan daging, otak, urat-urat, dan lain-lain yang
komponen mempunyai fungsi masing-masing yang
satu dengan yang lain satu sama lain saling berkaitan
sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
(Menurut Zahara Idris,1987)
Banyak definisi yang digunakan untuk
menjelaskan arti kata”sistem” diatas, maka
disimpulkan diataranya sebagai berikut:
Sistem adalah suatu kebetulan keseluruhan
yang kompleks atau terorganisir,suatu himpunan atau
panduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk
suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks
atau utuh. Sistem merupakan himpunan komponen
yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi
untuk mencapai suatu tujuan. Sistem merupakan
suatu himpunan komponen atau subsistem yang
terorganisasikan dna berkaitan sesuai rencana untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
Ciri-ciri umum dari sistem yaitu sebagai berikut:
a. Sistem merupakan suatu kesatuan yang berstruktur
b. Kesatuan terdiri dari sejumlah komponen yang saling
berpengaruh.
c. Masing-masing komponen memiliki fungsi tertentu
dan secara bersama-sama melaksanakan fungsi
struktur,yaitu mencapai tujuan sistem.
d. Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan
3. Tujuan Pendidikan Sebagai Sistem
Pendidikan sebagai suatu sistem dapat ditinjau dari dua
hal:
a. Sistem pendidikan secara mikro

76 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Pendidikan secara mikro lebih menekankan
pada unsur pendidik dan peserta didik. Polanya lebih
merupakan sebagai upaya mencerdaskan peserta
didik melalui proses interaksi dan komunikasi, yaitu
ada pesan (message) yang akan disampaikan dalam
bentuk bahan belajar. Kemudian fungsi pendidik
lebih merupakan sebagai pengirim pesan (senders)
melalui kegiatan pembelajaran di kelas ataupun di
luar kelas.
b. Sistem pendidikan secara makro
Dalam kajian makro, sistem pendidikan
menyangkut berbagai hal atau komponen yang lebih
luas lagi, yaitu terdiri dari :
1) Masukan (input)
berupa sistem nilai dan pengetahuan,
sumber daya manusia, masukan
instrumental berupa kurikulum, informasi, energi
atau tenaga, bahan-bahan, silabus dsb, masukan
sarana termasuk di dalamnya fasilitas dan sarana
pendidikan yang harus disiapkan.
2) Proses
yaitu segala sesuatu yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar atau proses
pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah.
Dalam komponen proses ini termasuk di
dalamnya telaah kegiatan belajar dengan segala
dinamika dan unsur yang mempengaruhinya,
serta telaah kegiatan pembelajaran yang
dilakukan pendidik dalam kerangka memberikan
kemudahan kepada peserta didik untuk terjadinya
proses pembelajaran.
3) Keluaran (output)
yaitu hasil yang diperoleh pendidikan
bukan hanya terbentuknya pribadi lulusan/peserta
didik yang memiliki pengetahuan, sikap, dan
keterampilan sesuai dengan yang diharapkan
dalam tujuan yang ingin dicapai. Namun juga
keluaran pendidikan mencakup segala hal yang

PENGANTAR PENDIDIKAN 77
dihsilkan oleh garapan pendidikan berupa:
kemampuan peserta didik (human behavior),
produk jasa (services) dalam pendidikan seperti
hasil penelitian, produk barang berupa karya
intelektual ataupun karya yang sifatnya fisik
material.

4. Pendidikan formal, non-formal, dan informal sebagai


sebuah sistem.
Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan
persekolahan, berupa rangkaian jenjang pendidikan yang
telah baku, misalnya SD, SMP, SMA, dan PT.
Pendidikan nonformal lebih difokuskan pada pemberian
keahlian atau skill guna terjun ke masyarakat. Pendidikan
informal adalah suatu fase pendidikan yang berada di
samping pendidikan formal dan nonformal.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal,
nonformal, dan informal ketiganya hanya dapat
dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena
keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya keluaran
pendidikan yang berupa sumber daya manusia sangat
bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem
tersebut berperanan.

B. Unsur-Unsur Suatu Sistem Pendidikan


Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik).
2. Orang yang membimbing (pendidik)
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi
edukatif)
4. Kearah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi
pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung
(lingkungan pendidikan
Penjelasan:
1. Peserta Didik

78 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik.
Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian
oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang
otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik
ialah:
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang
khas, sehingga merupakan insan yang unik.
b. Individu yang sedang berkembang.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan
perlakuan manusiawi.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
2. Orang yang membimbing (pendidik)
Yang dimaksud pendidik adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan
dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami
pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap
pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program
pembelajaran, latihan, dan masyarakat.
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi
edukatif)
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi
timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang
terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan
pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses
berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode,
serta alat-alat pendidikan.
4. Kearah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
Pendidik mengarahkan kepada peserta didik apa-
apa yang akan diberikan sesuai dengan bakat peserta didik
sehingga diahrapkan peserta didik mampu menerapkan
keahliannya.
5. Materi Pendidikan
Materi pendidikan diantaranya adalah cakupan
materi input yang diperoleh peseta didik dari pendidi dan
lingkungannnya.

PENGANTAR PENDIDIKAN 79
6. Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu
yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk
mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat
jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan
efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang
preventif dan yang kuratif.

7. Tempat Peristiwa Bimbingan Berlangsung (lingkungan


pendidikan)
Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat
pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

C. Komponen-Komponen Pendidikan
1. Macam-macam Komponen-komponen Pendidikan
PH Combs (1982) mengemukakan dua belas komponen
pendidikan sebagai berikut:
a. Tujuan dan Prioritas
Tujuan dan Prioritas adalah fungsi
mengarahkan kegiatan. Hal ini merupakan informasi
apa yang hendak dicapai oleh sisitem pendidikan dan
urutan pelaksanaanya.
b. Peserta didik
Peserta didik adalah fungsinya belajar
diharapkan peserta didik mengalami proses
perubahan tingkah laku sesui dengan tujuan sistem
pendidikan.
c. Manajemen atau pengelolan
Manajemen atau pengelolaan adalah fungsinya
mengkoordinasi, mengarahkan dan menilai sistem
pendidikan.
d. Struktur dan jadwal waktu
Struktur dan jadwal waktu adalah mengatur
pembagian waktu dan kegiatan.
e. Isi dan bahan pengajaran
Isi dan bahan pengajaran adalah
mengambarkan luas dan dalamnya bahan pelajaran
yang harus dikuasai peserta didik.

80 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
f. Guru dan pelaksanaan
Guru dan pelaksanaan adalah menyediakan
bahan pelajaran dan menyelenggarakan proses belajar
untuk peserta didik.
g. Alat bantu belajar
Alat bantu belajar adalah fungsi membuat
proses pendidikan yang lebih menarik dan bervariasi.
h. Fasilitas
Fasilitas adalah fungsinya untuk tempat
terjadinya proses pembelajaran.
i. Teknologi
Teknologi adalah fungsi memperlancar dan
meningkatkan hasil guna proses pendidikan.
j. Pengawasan mutu
Pengawasan mutu adalah fungsi membina
peraturan dan standar pendidikan.
k. Penelitian
Penelitian adalah fungsi memperbaiki dan
mengembangkan ilmu pengetahuan.
l. Biaya
Biaya adalah fungsinya memperlancar proses
pendidikan.
2. Hubungan Sistem Pendidikan Dengan Sistem Lain
Dalam ruang lingkup yang besar terlihat sistem
yang saling berhubungan dengan sistem lain. Hal ini
wajar, karena pada dasarnya setiap sistem itu hanya
merupakan satu aspek dari kehidupan. Sedangkan
segenap segi kehidupan itu kita butuhkan, sehingga
semuanya memerlukan pembinaan dan pengembangan.
Misalnya Sistem pendidikan dapat dilihat dalam
ruang lingkup makro. Sebagai subsistem, bidang
ekonomi, pendidikan,dan politik masing-masing-masing
sebagai sistem. Pendidikan formal, nonformal, dan
informal merupakan subsistem dari bidang pendidikan
sebagai sistem dan seterusnya. Sistem-sistem tersebut
secara keseluruhan membentuk supra sistem.

PENGANTAR PENDIDIKAN 81
D. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah dengan
Pendekatan Sistem
Proyek aristolle (soenarwan,1991:51) telah
mengembangkan pendekatan sistem untuk pendidikan yang
terdiri dari 8 langkah,sebagai berikut
1. Merumuskan kebutuhan nyata
2. Merumuskan tujuan
3. Mengidentifikasi kendala
4. Merumuskan alternatif-alternatif
5. Memilih alternatif
6. Mengimplementasikan pilihan
7. Mengadakan evaluasi
8. Mengadakan modifikasi

E. Krakteristik Sistem Pendidikan Terbuka


Ciri-ciri system terbuka sebagai berikut (tanner
dalam pidarta, 2009:29)
1. mengimpor energi, meteri, dan informasi dari luar.
Pendidikan akan mendatangkan pengajar, alat-alar
belajar, dan sebagainya.
2. Memiliki proses. Pendidikan memproses peserta didik
dalam proses belajar mengajar.
3. Menghasilkan output atau mengekspor materi, energi
dan informasi. Pendidikan disamping menghasilkan
lulusan, juga berpengaruh positif terhadap pembangunan
masyarakat.
4. Input, transformasi, dan output. Sistem terbuka harus
menerima input dari lingkingan eksternal yang setelah
iya di proses akan keluar dalam bentuk output yang di
terima kembali oleh lingkungan eksternal.
5. Proses informasi. System terbuka bukan hanya
menerima input dari linkungan eksternal, melainkan juga
memproses informasi.

82 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
BAB X
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

A. Pendidikan Seumur Hidup


Pendidikan semur hidup atau pendidikan sepanjang
hayat dalam bahasa inggris disebut lifelong education
bukanlah suatu kegiatan atau program pendidikan.
Pendidikan seumur hidup adalah prinsip pendidikan yang
menyatakan bahwa pendidikan itu berlangsung seumur hidup
manusia. Cropley mengatakan bahwa pendidikan seumur
hidup sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian
dan penstrukturan ini diperluas mengikuti seluruh seluruh
rentangan usia dari usia yang paling muda sampai paling tua
(Tirtarhardja & La Solo, 2008: 43). Pendidikan seumur hidup
bukan suatu system pendidikan yang berstruktur, melaingkan
suatu prinsip yang menjadi dasar yang menjiwai seluruh
organisasi sistem pendidikan yang ada. Dengan kata lain,
pendidikan seumur hidup menembus batas-batas
kelembagaan, pengelolaan, dan program yang telah berabad-
abad mendesakkan diri pada system pendidikan Tirtarhardja
& La Solo, 2008: 43).
Prinsip pendidikan seumur hidup menegaskan bahwa
manusia selama hidupnya membutuhkan pendidikan untuk
kepentingan manusia itu sendiri, yakni agar manusia terus
mengalami perubahan dan peningkatan atau perbaikan diri
hingga batas titik normal pengembangan potensi dirinya.
Sebagai mana ditegaskan oleh Prof. Lodge bahwa pendidikan
adalah kehidupan dan kehidupan adalah pendidikan. Setiap
individu harus dalam posisi tetap belajar dalam sepanjang
hidupnya. Gagasan pendidikan sepanjang hayat merupakan
keystone masyarakat belajar. Konsep sepanjang hayat
mencakup semua aspek pendidikan, merangkul segala
sesuatu di dalamnya, dengan seluruh yang lebih banyak dari
bagian-bagiannya. Tidak ada sesuatu bagian yang terpisah
secara ”permanen” dengan pendidikan. Dengan kata lain,
pendidikan sepanjang hayat bukan sistem pendidikan,
melainkan prinsip seluruh organisasi dari sebuah sistem dan

PENGANTAR PENDIDIKAN 83
selanjutnya melandasi pengembangan masing-masing
komponen (Faure, 1972: 181-182).
Pendidikan tidak hanya terjadi selama masa sekolah.
Setelah seseorang harus belajar. Pendidikan juga tidak
berakhir pada saat seseorang memperoleh pekerjaan. Setelah
seseorang memasuki lapangan kerja ia masih perlu
pendidikan (belajar). Pendidikan juga tidak berakhir sampai
pada saat seseorang telah mencapai gelar doctor atau
professor, selama itu juga ia masih perlu pendidikan. Belajar
itu berlangsung sepanjang hayat manusia. Selama manusia
hidup, tetap harus belajar, dengan kata lain, pendidikan
berlangsung tanpa batas usia. Pendidikan diperoleh dimana
saja dan kapan saja. Dimana saja artinya pendidikan bisa
diperoleh diberbagai jalur pendidikan, yaitu formal/sekolah,
non formal, atau informal. Kapan saja merujuk usia/waktu,
yakni sejak masa baru dilahirkan (bayi/ayunan) hingga liang
lahat (meninggal dunia).
Pendidikan dan belajar adalah sinonim. Namun,
keduanya tidak sinonim dengan sekolah (school) atau
persekolahan (schooling). Sekolah adalah salah satu lembaga
pendidikan yang berlangsung terbatas, yakni terbatas dalam
waktu atau usia. Sementara usia manusia jauh lebih lama dan
kebutuhan manusia selama hidup sangat banyak. Oleh sebab
itu, sekolah tidak bisa menyediakan pendidikan untuk semua
usia manusia. Sekolah merupakan bagian penyedia
pendidikan. Diluar sekolah banyak individu, kelompok,
organisasi atau lembaga yang dapat berperang memberikan
layanan pendidikan untuk berbagai kebutuhan pendidikan
masyarakat. Anggota keluarga, teman sejawat, dan lembaga-
lembaga pendidikan diluar sekolah juga memiliki peran
penting dalam pendidikan.
Belajar tidak lagi di dikotomikan ke dalam sebuah
tempat dan waktu
untuk memperoleh pengetahuan (sekolah), maupun untuk
mengaplikasikan pengetahuan (tempat kerja). Dewasa ini
masyarakat dibanjiri dengan lebih banyak informasi daripada
yang dapat mereka tangani. Belajar sepanjang hayat (lifelong
learning) merupakan tantangan penting untuk menemukan

84 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
masa depan masyarakat kita. Belajar sepanjang hayat lebih
dari pendidikan orang dewasa atau pelatihan, ini merupakan
sebuah mindset suatu kebiasaan bagi masyarakat untuk
memperolehnya. Belajar sepanjang hayat menciptakan
tantangan untuk memahami, mengeksplorasi, dan
mendukung dimensi- dimensi penting yang baru bagi
pendidikan sperti :
1. Belajar yang diarahkan diri sendiri (self-directing
learning),
2. Belajar atas dasar tuntutan (learning on demand)
3. Belajar kolaboratif (collaborative learning)
4. Belajar organisasi (organizational learning).
Pendekatan-pendekatan ini memerlukan media baru dan
teknologi untuk mendukung secara memadai. Teori belajar
sepanjang hayat harus menginvestigasi kerangka-kerangka
baru untuk belajar yang diperlukan oleh perubahan-
perubahan besar dan cepat dalam dunia pekerjaan dan
pendidikan. Perubahan-perubahan ini termasuk:
1. Meratanya teknologi tinggi yang meningkat pekerjaan-
pekerjaan perlu mendukung untuk belajar atas dasar
tuntutan karena mencakup semua konsep yang tidak
mungkin,
2. Perubahan yabg tidak biasa dielakkan dalam zaman
profesi, memerlukan belajar sepanjang hayat,
3. Mendalamnya perbedaan kesempatan yang ditawarkan
pada yang terdidik dan tidak terdidik.
1. Masalah-masalah Zaman Informasi
a. Kurangnya Kreativitas Dan Informasi
Masyarakat dan Negara dimasa mendatang
sukses bukan karena masyarakatnya berja (word
barder), melainkan bekerja lebih cerdas (smarter).
Kreativitas dan inovasi dipandang sebagai kapabilitas
penting untuk bekerja lebih cerdas dalam masyarakat
pengetahuan (knowledge societies) (Drucker, 1994).
Jadi tantangan penting adalah bagaimana kapabilitas
ini dapat dipelajari dan dipraktikkan. Sebuah asumsi
implicit yang dibuat bahwa belajar sepanjang hayat
dan diarahkan diri sendiri dapat memengaruhi potensi

PENGANTAR PENDIDIKAN 85
kreativitas dan inovasi individu, kelompok, organsasi
dan Negara.
Menghadapi perubahan ini, sebagian besar
orang melihat sekolah sebagai sebuah periode
kehidupan mereka yang mempersiapkan mereka
untuk pekerjaan profesi atau untuk perubahan karier.
Pandangan ini tidak memungkinkan mereka untuk
menghadadapi situasi- situasi berikut ini dengan baik.
1) Kebanyakan orang berubah karier 3-4 kali dalam
sepanjang hayatnya walaupun apa yang mereka
pelajari di sekolah dirancang untuk
mempersiapkan mereka untuk karier pertama
2) Langakah perubahan sangat cepat sehingga
penggunaan teknologi dan keterampilan menjadi
absolute dalam 5-10 tahun.
3) Lulusan universitas tidak dipersiapkan dengan baik
untuk bekerja.
4) Perusahaan- Perusahaan memiliki kendala
melembagakan apa yang telah mereka pelajari
sehingga permulaan kebiasaan para karyawan
tertentu tidak melumpuhkan kapabilitas
perusahaan.
5) Walaupun para majikan dan karyawan sama-sama
menyadari mereka harus mempelajari sesuatu yang
baru, mereka sering tidak merasa memiliki waktu
untuk melakukan hal demikian.
b. Informasi Bukanlah Sumber Langka
Informasi tentang berbagai hal tersedia
dimana-mana, hanya saja sebagian orang mengetahui
informasi tersebut dan sebagian lainnya belum
mengetahui. Seseorang yang memenangkan
persaingang adalah seseorang yang menguasai
informasi. Siapa yang lebih cepat memperoleh
informasi dan memanfaaatkannya dengan cara yang
tepat dan cepat, ia atau mereka akan memenangkan
persaingan tersebut, informasi itu bertebaran dimana-
mana, tersedia dari mulai dunia yang jauh hingga
dilingkungan terdekat.

86 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Individu yang merasa miskin informasi karena
ia tidak mau belajar atau malas belajar atau tidak
memiliki keingin tahuan tentang berbagai hal yang
sebenarnya ia butuhkan. Seseorang yang ingin
memperoleh informasi penting harus belajar jenis
informasi apa yang diperlukan dan bagaimana cara
memperoleh informasi tersebut. Seseorang pedagang,
misalnya, bisa gagal usahanya karena ia ketinggalan
informasi dan merasa kesulitan untuk memperoleh
informasai. Padahal, informasi yang ia perlukan sudah
beredar dimana-mana, baik melalui media massa,
cetak maupun, elektronik. Karena itu, peran
elektronik amat penting bagi seseorang untuk
memperoleh informasi terkini yang berkaitan dengan
kebutuhan hidup masing-masing. Perkembangan
IPTEK telah memberikan adil besar dalam
menyebarkan informasi-informasi penting pada
seluruh penduduk dunia. Apa yang terjadi disuatu
negara pada saat ini, pada saat yang sama peristiwa
tersebut sudah bisa disaksikan oleh masyarakat dunia
c. Teknologi Tidak Menciptakan Perubahan
Perkembangan teknologi berlangsung dan
tidak pernah berhenti. Bahkan, semakin lama
berkembang teknologi semakin cepat dan tepat
difungsikan untuk menyederhanakan kegiatan-
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, yang
perlu disadari disini teknologi sendiri tidak mampu
menciptakan perubahan dan perkembangan.
Teknologi adalah alat yang diciptakan manusia
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kerja
manusia. Sebagai alat, teknologi itu sendiri tidak bisa
apa-apa tanpa digerakkan oleh manusia dengan
mendayagunahkan pikiran atau kecerdasannya.
Seorang yang lebih cerdas akan
mendayagunakan teknologi, begitu juga sebaliknya.
Orang yang cerdas adalah orang yang terus belajar,
yakni belajar mencari tahu tentang belajar mencari
tahu tentang sesuatu hal yang baru dan penting. Benar

PENGANTAR PENDIDIKAN 87
pendapat yang mengatakan bahwa manusia harus
dalam posisi terus belajar. Teknologi tidak ada yang
bekerja secara otomatis, tetapi semuanya telah diatur
oleh manusia. Karena kepandaian manusia, ia bisa
membuat teknologi bekerja sesuai yang diinginkan
oleh pembuat ataau penggunaannya.
d. Sekolah menuju transisi kerja tidak didukung secara
memadai jika dunia pekerjaan dan kehidupan :
1) Bergantung pada kolaborasi, kreativitas, ketentuan
dan kerangka masalah
2) Menghadapi ketidakpastian perubahan dan kognisi
yang terdistribusi
3) Memperbesar dan memperdayakan manusia
dengan alat-alat teknologi penuh daya (powerful),
kemudian dunia sekolah dan universitas perlu
mempersiapkan para mahasiswanya untuk
berfungsi di dunia ini.
Tujuan utama dari pendidikan seumur hidup
itu adalah untuk mengurangi jarak antara
sekolah/universitas dan belajar di tempat pekerjaan.
e. Pekerjaan yang Berkualitas
Para karyawan di berbagai tempat kerja
menghadapi perubahan yang sangat cepat yang
menuntut mereka untuk mengubah atau memperbarui
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
tetap bersaing. Dalam era kompetensi sekarang ini
menuntut seluruh pekerjaan yang ada untuk berusaha
semaksiamal mungkin meningkatkan kualitas para
karyawannya. Paradigma pendidikan dan pelatihan
tradisional sudah tidak memadai lagi dalam
meningkatkan kualitas pekerjaan dan zaman
information and communication technology.
Pekerjaan yang berkualiatas tergantung pada
sumber daya manusia (SDM). Banyak perusahaan
memberikan pelatihan (in-job trainng) pada para
karyawannya sehingga mereka menjadi lebih kreatif
dan produktif. Tingkat produktivitas para karyawan

88 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
sangat memengaruhi tingkat kemajuan dan
keberhasilan dunia kerja (perusahaan).
Dalam dunia perusahaan, modal manusia
(human capital) selalu mendapatkan perhatian
khusus. Modal manusia adalah pengetahuan dan
keterampilan serta sikap/motivasi seseorang yang
berpengaruh pada peningkatan kualitas pekerjaan.
Oleh karena itu, banyak perusahaan senantiasa
melakukan in-jon training untuk para karyawannya
dengan berbagai macam pelatihan sesuai kebutuhan
perusahaan tersebut.

2. Alasan Pendidikan Seumur Hidup


Ada beberapa alasan mengapa pendidikan
seumur hidup penting bagi kehidupan manusia. Beberapa
alasan yang mencakup sifat hakikat manusia,
perkembangan iptek, dan perubahan social. Cropley
(Tirtarhardja & La Solo, 2008: 44-45) mengemukakan
beberapa alasan perlunya pendidikan seumur hidup,
yaitu keadilan, ekonomi, perubahan perencanaan,
perkembangan teknologi, factor vokasional, kebutuhan
prang dewasa, dan kebutuhan anak-anak masa awal. Dari
pendapat Cropley, masih ada alasan-alasan lain yang
akan dibahas juga dalam tulisan ini, seperti adanya
manusia, keterbatasan sekolah, dan lain-lain sebagainya.
a. Sifat Hakikat Perkembangan Manusia
Setiap manusia dilahirkan dengan potensi
bawaan yang semula masih terpendam. Potensi itu
harus dikembangkan agar manusia bisa berkembang
secara normal. Alat untuk pengembangan potensi
manusia adalah pendidikan. Tahapan perkembangan
manusia berbeda satu sama lain sesuai dengan factor
bawaan yang dimiliki masing-masing individu. Agar
perkembangan manusia setiap tahapan dapat berjalan
dengan normal, sepanjang tahapan kehidupan
manusia itu perlu pendidikan (belajar). Tidak ada
perkembangan manusia akan mencapai kecepatan
sebagaimana diharapkan tanpa pendidikan. Ketika

PENGANTAR PENDIDIKAN 89
manusia terhambat dalam hal pendidikan,
perkembangannya juga akan terkendala. Kita bisa
membedakan antara seorang anak yang bisa
mengikuti pendidikan di sekolah dengan lancer
dengan mereka yang terkendala, misalnnya drop-out.
Mereka yang drop-out atau sering meninggalkan
bangku sekolah akan mengalami hambatan dalam
perkembangan dirinya karena lingkungan pemacu diri
(sekolah) tidak bisa berkontribusi sebanyak yang
diberikan pada mereka yang mampu belajar tuntas.
Hal lain yang menjadi alasan pentingnya
pendidikan seumur hidup adalah manusia memiliki
sifat salah dan lupa. Dalam situasi seseorang
menghadapi banyak aktifitas dan persoalan hidup
membuat dirinya sering tidak fokus pada bagian-
bagian yang sebenarnya penting sehingga ia lupa atau
salah. Dalam suasana yang demikian pendidikan
berperang penting untuk mengingatkan atau
menyadarkan mereka. Manusia adalah tempat salah
dan lupa.
b. Manusia Sebagai Mahluk Pelupa Dan Keliru
Penjelasan manusia sebagai mahluk yang
memiliki sifat lupa dan keliru adalah penting bagi
kalangan guru (pendidik). Pemahaman tentang sifat
ini menjadi bahan pemikiran bagi pendidik dalam
melaksanakan interaksi pembelajaran, yang mana
peserta didik tidak dipandang pasti ingat semua materi
pembelajaran yang telah pernah disampaikan. Oleh
karena itu guru harus menggunakan cara-cara tertentu
untuk membuat peserta didiknya meminimalkan sifat
lupa dan keliru.
Sifat karakteristik manusia adalah lupa dan
keliru. Walaupun manusia telah direncanakan.
Individu yang membaca buku, berkali-kali terkadang
juga masih lupa. Kadang juga seseorang lupa janji-
janjinya pada sesama manusia, bahkan juga lupa
terhadap nadhar-nya pada Tuhan.

90 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Individu yang satu dengan yang lain memiliki
tingkat lupa dan keliru yang berbeda. Ada sebagian
individu yang sangat sering, jarang, atau jarang sekali
lupa. Ini biasanya karena factor hereditas maupun
factor lingkungan yang memengaruhi sehingga
individu itu lupa dan keliru. Dalam ajaran islam,
dikemukakan bahwa manusia adalah mahluk yang
pelupa dan keliru. Sifat lupa dimiliki semua manusia,
termasuk orang-orang yang tergolong tingkat
pendidikannya tinggi. Tidak ada individu yang ingat
secara keseluruhan terhadap semua pengalamannya.
Itulah sifat manusia yang harus difahami oleh
manusia itu sendiri.
Sifat lupa ini ada dua kemungkinan, yaitu lupa
secara tidak disadari (tidak sengaja) dan lupa secara
disadari (disengaja).

c. Perkembangan IPTEK
Perkembangan iptek terjadi setiap saat.
Perkembangan iptek terjadi pada semua sector
pembangunan, baik ekonomi, pendidikan, politik,
social, budaya, dan keamanan, termasuk dalam dunia
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Banyak
orang dibuat tercengang dengan perkembangan
IPTEK, baik karena kehebatannya dalam membuat
pelaksanaan berbagai aktifitas manusia menjadi
efisien dan efektif maupun dampak negativnya yang
membuat kehidupan manusia hancur berantakan.
Dengan adanya perkembangan IPTEK,
seluruh sektor kehidupan manusia (pembangunan)
tidak punya alasan untuk menghindar dari
perkembangan tersebut, kalau tidak ingin digilas oleh
derasnya kemajuan IPTEK. Sector-sektor
pembangunan yang enggan atau menolak masuknya
IPTEK akan dengan sendirinya ditinggalkan oleh
public local dan global karena dianggap ketinggalan
zaman atau gagap teknologi (gaptek). Kompetisi
diera iptek ini membuat seluruh sektor pembangunan

PENGANTAR PENDIDIKAN 91
mampu bersaing dengan memanfaatkan semaksimal
mungkin kemajuan iptek.
d. Perubahan Yang Cepat
Perubahan dalam kehidupan manusia pada
zaman modern ini berlangsung sangat cepat. Banyak
orang merasa terkejut dengan perubahan-perubahan
yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Perubahan
yang sangat cepat ini membuat individu-individu dan
masyarakat untuk senantiasa siap dan siaga sehingga
tidak menjadi korban perubahan. Alat utama untuk
bisa beradaptasi dengan segala perubahan itu adalah
belajar pendidikan.
e. Keterbatasan Sekolah
Pendidikan formal (sekolah) yang ada di
masyarakat memberikan layanan pendidikan secara
merata (pemerataan pendidikan) pada seluruh
masyarakat yang memiliki potensi dan latar belakang
yang beragam (berbeda) dengan adanya keterbatasan
sekolah, masyarakat bisa memperoleh pendidikan
diluar system pendidikan formal (sekolah).
f. Keadilan
Pada hakikatnya, pendidikan merupakan
kebutuhan semua manusia karena pendidikan
merupakan alat utama untuk mengembangkan potensi
manusia. Semua manusia dengan berbagai latar
belakang yang berbeda memiliki hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang layak.
Kenyataannya, ternyata tidak semua orang dapat
memenuhi kebutuhan pendidikannya karena berbagai
kendala.
g. Ekonomi
Pembangunan nasional dimanapun cenderung
menekankan pada percepatan pertumbuhan sektor
ekonomi dengan menggalakkan seluruh lembaga
ekonomi yang ada. Persaingan ekonomi yang sangat
ketat dan kompleks menjadikan semua Negara
memacu kemajuan ekonominya. Kecepatan
pertumbuhan ekonomi tidak mungkin hanya

92 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
mengedepankan modal uang, tetapi juga
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.
h. Tantangan Pekerjaan
Alasan sifat pekerjaan dunia kerja belakangan
ini akan terus ke masa depan, cenderung mengalami
perubahan-perubahan bahkan sangat mendasar. Setiap
muncul perubahan dan perkembangan berdampak
pada dunia kerja sehingga mau tidak mau harus
melakukan adaptasi agar dapat terus berkembang dan
berhasil.
i. Perubahan Pola Pendidikan Dan Belajar
Tujuh keyakinan utama dalam pola pendidikan dan
belajar yang sedang berubah.
1) Belajar yang berorientasi pada peserta didik
daripada kepada pendidik (guru).
2) Mendorong keragaman, bukan homogenitas:
mencakup intelegensi ganda dan pola-pola belajar
yang beragam.
3) Memahami dunia yang saling bergantung dan
berubah dibandingkan menghafal fakta-fakta dan
berusaha untuk jawaban yang benar.
4) Mengeksplorasi secara konstan teori-teori dalam
penggunaan seluruh yang tercakup dalam proses
pendidikan
5) Mengintegrasikan kembali pendidikan dalam
jaringan-jaringan (webs) hubungan social yang
menghubungkan teman sejawat, sahabat, family,
organisasi, dan masyarakat.
6) Mengatasi pragmentasi pengetahuan terutama
model pencerahan pertama tentang pemahaman
sesuai dengan cara-cara mengetahui yang bersifat
holistic dan integral.
7) Menganekaragamkan peranan yang meningkat
pada belajar non formal dan informal.

PENGANTAR PENDIDIKAN 93
3. Karakteristik Pendidikan Seumur Hidup
Ciri-ciri khas pendidikan seumur hidup sebagai berikut:
a. Pendidikan seumur hidup menghilangkan tembok
pemisah antara sekolah dengan lingkungan kehidupan
nyata diluar sekolah.
b. Pendidikan seumur hidup merupakan kegiatan belajar
sebagai bagian integral dari proses hidup yang
berkesinambungan, sedangkan “bersekolah” hanya
merupakan sebagian (bahkan hanya sebagian kecil)
dari keseluruhan proses belajar yang dialami oleh
seseorang selama hidupnya, sekitar 1 : 4.
c. Pendidikan seumur hidup lebih mengutamakan
pembekalan sikap dan metode daripada isi
ppendidikan. Pendidikan seumur yakni bahwa isi
pendidikan senantiasa akan berubah. Pendidikan yang
mengutamakan pemberian bekal isi sifatnya statis dan
akan muda di landa keusangan.
d. Pendidikan seumur hidup menempatkan peserta didik
sebagai individu yang menjadi pelaku utama dalam
proses pendidikan, yang mengarah kepada pendidikan
diri sendiri (self-education), autodidik yang aktif
kreatif, tekun, bebas, dan bertanggung jawab, tabah
dan tahan banting, dan yang sejalan dengan
penciptaan masyarakat gemar belajar.

4. Prinsip-Prinsip Pendidikan Seumur Hidup


Prinsip-prinsip pendidikan seumur hidup
merupakan suatu usaha untuk mengadaptasikan
pendidikan pada kondisi-kondisi kehidupan modern.
Ada suatu kecenderungan bahwa prinsip-prinsip
pendidikan seumur hidup sebagai berikut.
a. Pengenalan ragam yang luas tentang pola-pola
belajar, tidak kurang efisien, relevan, dan dapat
dikerjakan dengan mudah daripada pola-pola
mendengarkan pada seorang guru dan
menggunakan buku teks.
b. Kesadaran subtansial dan pernanan yang
meningkat yang dimainkan peserta didik itu

94 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
sendiri dalam proses mendengarkan, juga
pentingnya inisiatif sendiri dan control terhadap
proses belajar yang berlawanan dengan
kebergantungan tradisional pada guru.
c. Penerimaan terhadap fakta bahwa ketika belajar,
terjadi melalui layanan non formal. Maka,
pendidikan sesignifikan belajar yang diperlukan
melalui system formal dan belajar didalam
kondisi-kondisi formal (keluarga, kelompok
teman sejawat, media massa dan sebagainya)
memiliki nilai pelengkap yang tinggi.
5. Pendidikan Seumur Hidup Dalam Konteks
Pendidikan Sekolah
Prinsip pendidikan seumur hidup
dimaksudkan untuk memperluas wawasan dan
pemikiran tentang apa yang dapat dimainkan oleh
sekolah dan keterbatasan-keterbatasan dalam
kaitannya dengan kebutuhan masyarakat luas tentang
pendidikan. Sekolah dituntut melakukan penyesuaian
diri dengan kebutuhan baru yang berkembang. Ide
pendidikan seumur hidup memberikan masukan agar
sekolah melakukan reformasi secara berkelanjutan
dalam hal kurukulum, metode, media (alat bantu
dan/peraga) pembelajaran, dan strategi pembelajaran.

B. Karakteristik Dan Faktor-Faktor Yang Mendorong


Perlunya Pendidikan Seumur Hidup
Perlunya Pendidikan Seumur Hidup
1. Keterbatasan kemampuan pendidikan sekolah
Pendidikan sekolah ternyata tidak memenuhi harapan
masyarakat. Terlihat antara lain:
a. Banyak lulusan yang tidak dapat diserap dalam dunia
kerja, yang antara lain karena mutunya yang rendah.
b. Daya serap rata-rata lulusan sekolah yang masih
rendah, karena pelajar tidak dapat belajar optimal.
c. Pelaksanaan pendidikan sekolah tidak efisien sehingga
terjadi penghamburan pendidikan (educational

PENGANTAR PENDIDIKAN 95
wastage), yang terlihat dari adanya putus sekolah
(drop-out) dan siswa yang mengulang (re-peaters).
Pendidikan sekolah perlu dilengkapi dengan
pendidikan dengan luar sekolah.
2. Perubahan Masyarakat dan Peranan-peranan Sosial
Globalisasi dan pembangunan mengakibatkan
perubahan-perubahan yang cepat dalam masyarakat, dam
dengan demikian perubahan-perubahan peranan-peranan
social. Penndidikan dituntut untuk dapat membantu
individu agar selalu dapat mengikuti perubahan-perubahan
social sepanjang hidupnya.
3. Pendayagunaan Sumber yang Masih Belum Obtimal
Salah satu masalah pendidikan kita dewasa ini
adalah kelangkaan sumbaer yang mendukung pelaksanaan
pendidikan. Hal yang perlu dilakukan adalah:
a. Penghematan dan obtimalisasi dalam penggunaan
sumber yang telah tersedia bagi pendidikan.
b. Perlu digali sumber-sumber baru yang masih
terpendam dalam masyarakat, yang dapat dimanfaatkan
untuk memperlancarkan dan meningkatkan proses
pendidikan.
c. Perdayagunaan sumber secara menyeluruh untuk
pendidikan memerlukan kerja sama luas yang bersifat
lintas sektor, sehingga perlu penyelenggaraan
pendidikan yang meluas.
4. Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah yang Pesat
Dalam zaman modern, pendidikan luar sekolah
berkembang dengan pesat karena memberikan manfaat
kepada masyarakat, sehingga perlu mendapat tempat yang
wajar dalam penyelenggaraan keseluruhan pendidikan.

C. Kerangka Kerja Teoritis Pendidikan Seumur Hidup


1. Orientasi Umum
Secara teoritis pendidikan seumur hidup terdiri atas tiga
aspek, yaitu:
a. Hidup
b. Seumur Hidup
c. Pendidikan

96 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
2. Hidup
Ada tiga komponen yang saling berhubungan, yang terdiri
atas:
a. Individu sebagai anggota masyarakat dengan
mempunyai karakteristik tertentu.
b. Masyarakat, yang merupakan lingkungan hidup social,
yang bentuknya berupa kelompok-kelompok psikologis
dan organisasi social.
c. Lingkungan fisik ataulingkungan alam hidup (habitat)
manusia sebagai manusia individu dan anggota
masyarakat.
3. Seumur Hidup
Dalam seumur hidupnya, setiap individu manusia
mengalami:
a. Perkembangan Kepribadian
Setiap individu manusia dalam pengalaman hidupnya
,mengalami perkembangan kepribadian, yang
mencangkup perkembangan: fisik, mental, sosial dan
emosional.
b. Tahap-tahap Perkembangan
Setiap individu dalam perjalanan hidupnya, sejak lahir
sampai mati mengalami tahap-tahap perkembangan:
masa balita, masa kanak-kanak, masa anak, masa
remaja, masa dewasa, dan masa tua.
c. Peranan-peranan Umum dan Unik
Setiap individu melaksanakan peranan-peranan umum
sebagai manusia, dan peranan-peranan unik dalam
menjalankan tugas-tugas khusus, misalnya sebagai
guru, dokter, pengacara, pedagang, dan sebagainya.
4. Pendidikan
Pendidikan sebagai usaha mencapai perkembangan
dan perubahan tingka laku setiap individu melalui hidup,
mencakup tiga komponen yaitu:
a. Landasan-landasan pendidikan, yaitu konsep-konsep
sosiologis, ekonomik, politik, demografis, ekologis,
filosofis,biologis, psikologis, dan cabang-cabang ilmu
lainnya, yang menjadi dasar pelaksanaan atau praktek
pendidikan.

PENGANTAR PENDIDIKAN 97
b. Cara-cara komunikasi, verbal-non verbal, dengan atau
tanpa alat-alat bantu belajar-mengajar yang digunakan
dalam praktek pendidikan disekolah atau diluar
sekolah.
c. Isi pendidikan, yang berupa pengetahuan,
keterampilan-keterampilan, dan nialai-nilai yang
menjadi bahan ajar. Bahan-bahan dalam pendidikan
dapat berupa:
1) Stok Budaya, yang berupa ilmu, seni, dan cita-cita
manusia
2) Perkembangan pengetahuan baru dan yang using

D. Kerangka Kerja Operasional Pendidikan Seumur Hidup


1. Sebuah Sistem Pendidikan Seumur Hidup
Komponen-komponen system pendidikan seumur hidup:
a. Tujuan-tujuan pendidikan seumur hidup
Semua tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan
seumur hidup, baik tujuan akhir/umum maupun tujuan-
tujuan khususnya.
b. Asumsi-asumsi pendidikan seumur hidup
Konsep-konsep yang menjadi dasar pijakan
penyelenggaraan pendidikan seumur hidup atau
karakteristik pendidikan seumur hidup.
c. Prinsip-prinsip pengembangan sostem pendidikan
seumur hidup
Konsep-konsep yang maenjadi dasar pijakan untuk
pengembangan sistem pendidikan seumur hidup.
d. Bentuk-bentuk belajar
1) Pendidikan umum, baik yang diselenggarakan dalam
bentuk pendidikan formal maupun non-formal
2) Pendidikan profesional, baik diselenggarakan dalam
bentuk pendidikan formal maupun non-formal
3) sistem belajar di rumah, sekolah dan masyarakat
sistem belajar ini mencangkup dua komponen, yaitu
a) Menejemen Pendidikan
(1) perencanaan
(2) organisasi
(3) administrasi

98 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
(4) keuangan
(5) pemasukan tenaga
(6) sistem struktur bahan ajar (kurikulum)
(7) sistem evaluasi riset
b) Teknologi Pendidikan
(1) tujuan pengajaran
(2) perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
kurikulum
(3) strategi dan proses belajar
(4) Media dan bahan ajar
(5) Bimbingan
(6) Evaluasi belajar

E. Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup Bagi


Pendidikan Sekolah
1. Fungsi dan Tujuan Sekolah
a. Pendidikan sekolah ialah salah satu tangga dari
keseluruhan proses pendidikan yang berlangsung
sepanjang hidup
b. Pendidikan sekolah ialah pendidikan yang
mengembangkan semua aspek kepribadian, baik
kognitif dan afektif maupun ketrampilan
c. Pendidikan sekolah merupakansuatu system terbuka.
d. Pendidikan sekolah merupakan sekelompok paket
belajar yang menyediakan jalur belajar dan pengalaman
belajar, yang memungkinkan siswa dapat menggunakan
hasil belajar untuk belajarnya sendiri atau self-learning,
dan membina dirinya sendiri atau self-direction.
e. Tujuan pendidikan sekolah tidak hanya menguasai
bahan pelajaran, tetapi dapat mengguankan apa yang
telah di pelajari itu untuk mampu belajar sendiri dan
membina diri kapanpun dan di manapun juga,dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan seumur hidup
mencapai kualitas hidup pribad, social dan professional
seoptimal mungkin. pendidikan sekolah hendaknya
bertujuan agarsiswanya :

PENGANTAR PENDIDIKAN 99
1) Menyadari perlunya belajar seumur hidup dalam
usaha mempertahankan dan meningkatkan kualitas
hidupnya dalam masyarakat
2) Meningkatkan kemampuan belajar atau educa-bility.
3) Memperluas daerah belajar.
4) Memadukan pengalaman belajar di sekolah dengan
pengalaman belajar di luar sekolah
2. Program Pendidikan Sekolah
a. Kegiatan pendidikan hendaknya terdiri atas kegiatan
kurikuler dan ekstrakurikuler
b. Kegiatan sekolah hendaknya campuran antara studi dan
bekerja
c. Kegiatan sekolah hendaknya makin tertuju dan
mengutamakan kegiatan belajar sendiri
d. Proses pendidikan atau kegiatan belajar-mengajar
hendaknya tidak hanya melalui satu jalur pengalaman
belajar, tetapi lebih merupakan gabungan dari
berbagai pengalaman belajar dan bervariasi. Hal ini
dapatdi capai dengan jalan :
1) Menggunakan berbagai sumber belajar ( leanrning
resources )
2) guru memposisikandiri sebagai contoh, fasilitas tor
dan motivator
3) menggunakan berbagai alat bantu mengajar ( learnig
aids)

100 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
BAB XI
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

A. Pengertian Sistem Pendidikan Nasional


Sistem pendidikan nasional merupakan salah satu
bagian dari perkembangan nasional diantara bidang
kehidupan lainnya, seperti ideologi, hukum dan pertahanan
keamanan nasional. Sistem pendidikan juga dapat diartikan
sebagai suatu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan
dan aktivitas pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya
untuk mengusahakan terjadinya suatu tujuan pendidikan
nasional. Dalam hal ini sistem pendidikan nasional tersebut
merupakan suatu suprasistem, yaitu suatu sistem yang besar
dan kompleks yang didalamnya mencakup dari beberapa
bagian yang juga merupakan sistem-sistem.
Menurut Sunarya (1969), pendidikan nasional adalah
suatu sistem pendidikan yang berdiri diatas landasan dan
dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan tujuannya
bersikap mengabdi kepada kepentingan dan cita-cita nasional
bangsa tersebut.
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1976), pendidikan nasional adalah suatu usaha untuk
membimbing para warga negara Indonesia menjadi
berkepribadian Pancasila, yaitu berpribadi berdasarkan
ketuhanan berkesadaran masyarakat dan mampu
membudayakan alam sekitar.
Menurut UU No. 2 Tahun 1989 Bab I Pasal 1 Sistem
Pendidikan Nasional adalah suatu keseluruhan yang terpadu
dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan
untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Dan pada Bab 1 Pasal 2 mengatakan bahwa Pendidikan
Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan
bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Menurut Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 31
Ayat 1 bahwa setiap warga berhak mendapatkan pendidikan.
Pasal 31 Ayat 2 bahwa setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

PENGANTAR PENDIDIKAN 101


Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan
Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu serta relevasi dan efisiensi
manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai
dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan
global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan
secara terencana, terarah dan berkesinambungan.
Dari penjelasan tersebut kami menyimpulkan bahwa
sistem pendidikan adalah kesatuan integral dari sejumlah
unsur pendidikan yang saling berpengaruh, terarah terhadap
pencapaian tujuan pendidikan yang akan menghasilkan
keluaran atau tamatan yang berkualitas demi kemajuan
bangsa dan negara.

B. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional


Tujuan pendidikan nasional pada hakikatnya adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan membangun
seluruh rakyat Indonesia. Yang mana pembangunan manusia
seutuhnya meliputi potensi kepribadian dan wawasan dasar
sebagai berikut:
1. Secara integral mencakup panca indra yang sehat;
2. Sikap dasar yang menjadi subtansi utama dalam
pembinaan warga Indonesia seutuhnya, seperti sikap
hidup sehat, hidup hemat, hidup cermat, hidup rajin, hidup
disiplin, hidup berani dan berilmu, serta sikap hidup penuh
tanggung jawab.
3. Wawasan dasar, yaitu wawasan dan pengetahuan yang
seimbang antara potensi kebutuhan nilai jasmani dan
rohani, keseimbangan antara kehidupan individualitas
dengan kemasyarakatan, keseimbangan dunia dan akhirat,
serta kesejahteraan yang menyadari bahwa manusia adalah
pewaris penerus bangsa.
Tujuan Sistem Pendidikan Nasional
1. Mengarahkan untuk kesejahteraan bangsa;
2. Mempersiapkan tenaga kerja bagi industrialis dimasa yang
akan datang;
3. Penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi

102 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
4. Menanamkan jiwa patriotisme (SK Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan No. 104 / Bhg 1 Maret 1946);
5. Membentuk manusia susila yang cakap, warga negara
demokratis dan bertanggung jawab untuk mensejahterakan
masyarakat dan tanah air (UU No. 4 1950);
6. Mendidik anak ke arah terbentuknya manusia berjiwa
pancasila (TAP MPRS No. 2 Tahun 1966);
7. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia
seutuhnya (TAP MPR No. 2 1988 GBHN);
8. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia seutuhnya (UU No. 2 1989).
Fungsi Sistem Pendidikan Nasional
1. Sebagai alat membangun pengembangan pribadi warga
negara, kebudayaan dan bangsa Indonesia;
2. Mengembangkan kemampuan serta meningkatnya mutu
kehidupan dan martabat bangsa dalam upaya mewujudkan
tujuan nasional;

C. Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional


1. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Nasional
a. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa;
b. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu kesatuan
yang sistematik dengan sistem terbuka dan multi
makna;
c. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat;
d. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi
keteladanan membangun kemauan dan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran;
e. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan
budaya membaca, menulis dan berhitung.

PENGANTAR PENDIDIKAN 103


2. Satuan dan Jalur Pendidikan
Satuan pendidikan terbagi atas 2 pilar yaitu
satuan pendidikan di sekolah dan di luar sekolah.
Satuan pendidikan di sekolah merupakan bagian dari
pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan
sedangkan satuan pendidikan di luar sekolah meliputi
kelompok-kelompok belajar, kursus dan satuan
pendidikan sejenisnya.
3. Kelembagaan Jenjang Program Pendidikan
Pendidikan umum dan kejuruan lembaga
pendidikan umum dan kejuruan terdiri dari pendidikan
dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan umum
merupakan program pendidikan yang lebih
mengutamakan perluasan pengetahuan dan pendidikan
keterampilan peserta didik yang diwujudkan pada
tingkattingkat akhir masa pendidikan. Sedangkan
kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang
tertentu. Adapun pendidikan umum dan kejuruan
lembaga pendidikan umum dan kejuruan terdiri atas :
a. Pendidikan Dasar : Diselenggarkan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan serta
memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar
yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat dan
mempersiapkan peserta didik yang memenuhi
persyaratan untuk melanjutkan pendidikan
menengah. Pendidikan dasar memiliki jenjang
pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama
masa sekolah anak anak. Pendidikan dasar juga
menjadi dasar bagi jenjang pendidikan menengah.
Periode pendidikan dasar ini adalah selama 6 tahun.
Di akhir masa pendidikan dasar, para siswa
diharuskan mengikuti dan lulus dari Ujian Nasional
(UN). Kelulusan UN menjadi syarat untuk dapat
melanjutkan pendidikannya ke tingkat selanjutnya
(SMP/MTs).
b. Pendidikan Menengah : Adalah jenjang pendidikan
lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah

104 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
terdiri dari pendidikan menengah umum dan
kejuruaan, pendidikan menengah luar biasa,
kedinasan dan keagamaan. Fungsi pendidikan
menengah adalah untuk mempersiapkan peserta
didik melanjutkan dan meluaskan pendidikan dalam
dunia kerja dan pendidikan tinggi.
c. Pendidikan Tinggi : Adalah jenjang pendidikan
kelanjutan pendidikan menengah yang
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan menciptakan
ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
4. Peserta Didik, Tenaga Kependidikan, SDK, Kurikulum
a. Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi dirinya
melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan
baik pendidikan informal, pendidikan formal
maupun pendidikan nonformal, pada jenjang
pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Peserta
didik juga dikatakan sebagai seseorang yang belum
dewasa yang sengaja dididik untuk menjadi lebih
baik dan diharapkan dapat mengembangkan
bakatnya, sehingga pendidik dapat menuntun agar
lebih mendalam lagi di bidang bakat anak tersebut.
b. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan adalah tenaga atau
pegawai yang bekerja pada satuan pendidikan selain
tenaga pendidik. Tenaga kependidikan bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menunjang proses pendidikan pada satuan
pendidikan. Pengelola satuan pendidikan, pemilik,
pengawas, peneliti dan pengembang di bidang
pendidikan.

PENGANTAR PENDIDIKAN 105


c. Sumber Daya Kependidikan
Sumber daya kependidikan dilaksanakan
oleh pemerintah, masyarakat, keluarga. Selain itu,
fasilitas pendukung seperti perpustakaan,
laboratorium, dan sebagainya menjadi sarana
penunjang kebutuhan pencapaian tujuan.
d. Kurikulum
Kurikulum adalah sebagai salah satu alat
untuk mencapai pendidikan merupakan hal yang
penting sekalipun para ahli mempunyai pandangan
yang berbeda-beda tentang kurikulum. Ada yang
mempunyai pandangan yang sempit, mengartikan
kurikulum sebagai kumpulan mata pelajaran.
Adapula yang berpandangan sangat luas
mengartikan kurikulum sebagai keseluruhan
pengalaman belajar yang diadakan dan menjadi
tanggung jawab sekolah. Meskipun pandangannya
berbeda-beda, pandangan-pandangan tersebut
mengandung hal yang sama, yaitu kurikulum
merupakan rancangan dan pelaksanaan pendidikan
mata pengajaran (Engkoswara dan Komariah,
2010:249).
Sukmadinata dkk (2006.38) menyatakan
bahwa kurikulum sebagai rancangan pendidikan
mempunyai kedudukan yang cukup sentral dan
seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses
pendidikan pelaksanaan dan hasil pendidikan.
Berdasarkan hal tersebut,kurikulum membutuhkan
landasan yang kuat dalam perancangannya, kajian-
kajian filosofis, psikologis, sosial, budaya,
perkembangan ilmu, dan teknologi sangat
diperlukan sebagai fondasi kurikulum.
Fondasi kurikulum tersebutdiperlukan
mengingat peranan dan fungsi kurikulum yang
sangat penting bagi pendidikan peserta didik.
Hamalik (2013 : 11), menyebutkan tiga peranan
kurikulum yang sangat penting yaitu peranan
konservatif, peranan kritis atau evaluatif, dan

106 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
peranan kreatif. Peranan konservatif menunjukkan
bahwa salah satu tanggung jawab kurikulum adalah
ada enam mentransmisikan dan menafsirkan warisan
sosial pada generasi mudah. Selain itu, kurikulu
turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan
memberi penekanan pada unsur berpikir kritis.
Peranan kreatif meletakkan kurikulum berperan
dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan
konstruktif, dalam artian menciptakan dan
menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dimasa sekarang. Selain
peranan tersebut, kurikulum juga memiliki fungsi,
yaitu fungsi penyesuaian, pengintekrasian,
diferensiasi, persiapan, pemilihan, dan diagnostik.

PENGANTAR PENDIDIKAN 107


BAB XII
PERMASALAHAN PENDIDIKAN

A. Pengertian Masalah Pendidikan


Istilah permasalahan diterjemahkan dari Bahasa
Inggris yaitu “problem”. Masalah adalah segala sesuatu yang
harus diselesaikan atau dipecahkan. Sedangkan kata
permasalahan berarti sesuatu yang dimasalahkan. Jadi
permasalahan pendidikan adalah segala sesuatu hal yang
merupakan masalah dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan.
Dari uraian diatas dapat juga disimpulkan bahwa
permasalahan pendidikan Indonesia adalah segala macam
bentuk masalah yang dihadapi oleh progam-program
pendidikan di Negara Indonesia.
Pernahkah anda memperhatikan kondisi bahkan
maslaha yang ada seputar pendidikan? Mungkin sebagian
orang tidak peduli dengan masalah pendidikan, hal ini
disebabakan karena asumsi publik yang menyatakan bahwa
maslah pendidikan adalah masalah pemerintah. Saat ini
yang sedang kita rasakan ialah ketertinggalannnya mutu
pendidikan formal maupun nonformal. Hal tersebut dapat
dibandingkan dengan standar mutu pendidikan yang ada
pada Negara lain.
Banyak dilihat pendidikan dipelosok desa yang
semakin memperhatikan keadaan dengan
ketidaklengkapannya sumber daya yang digunakan
untukpelaksanaan pendidikan tersebut. Hal tersebut
menimbulkan suatu pertanyaan, lalu sebenarnya apakah
pemerintah hanya mengutamakan pendidikan yang ada
dikota besar karena dianggap memiliki kualitas yang lebih
baik dari segi manapun.
Jika dari sebuah jawaban tersebut dibenarkan maka
yang terjadi ialah pemunculan sebuah kata-kata yaitu sebuah
kebodohan belaka. Jika banyak yang beranggapan bahwa
pendidikan dikota memiliki kualitas yang baik itu semua
masih belum dapat dibuktikan dengan semakin maraknya
tawuran antar pelajar di wilayah kota-kota besar, terutama
ibu kota.

108 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Dalam hal ini senbenarnya penyebab rendahnya
kualitas pendidikan Indonesia ialah masalah keefektifan serta
keefesiiensian standar dari pengajaran itu sendiri. Hal ini juga
berarti bahwa komponen yang ada dalam pendidikan juga
berperan penting, salah satunya tenaga pendidik. Masalah-
masalah lain yang dihadapi oleh dunia pendidikan ialah
rendahnya prestasi siswa. Dalam hal ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yang mempengaruhi siswa tersebut yanh
dapat berupa faktor lingkungan, sosial, serta ekonomi.
Hal ini semakin terbukti dengan pemaparan
UNESCO bahwa indeks prestasi manusia yang ada pada
Indonesia makin menurun darinegara kita ini, Negara yang
kita sebut dengan Negara yang memiliki cita-cita tinggi
terhadap setiap anak bangsanya menduduki peringkat ke-109
di antara 174 negara di dunia. Dengan sekian banyaknya
rusaknya moral anak bangsa pemerintah sudah mencoba
untuk memperbaiki itu semua dengan melibatakan aspek.
Keutuhan sebagai salah satu aspek bahan ajaran pendidikan
yang ada di Indonesia .
Pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di
sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi melalui
bidang studi-bidang studi yang mereka pelajari. Pikiran para
siswa/mahasiswa diasah melalui pemecahan soal-soal,
pemecahan berbagai masalah, mengnalisis sesuatu serta
menyimpulkannya. Dalam hal ini juga dapat dicarikan solusi
tentang masalah-masalah yang telah sebelumnya diuraikan
diatas ialah rendahnya kualitas guru misalnya, disamping
diberi solusi peningjatan kesejahteraan, juga diberi solusi
dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, dan meberikan berbagai pelatihan untuk
meningkatkan kualitas guru.
Rendahnya prestasi siswa misalnya, diberi solusi
dengan meningkatkan kualitas dari kuantitas materi
pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana
pendidikan dan sebagainya.

PENGANTAR PENDIDIKAN 109


B. Permasalahan Pokok Pendidikan
Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan sosial budaya dan masyarakat
sebagai suprisistem. Pembangunan sistem pendidikan tidak
tidak mempunyaibarti apa-apa jika tidak sinkron dengan
pembangunan nasional. Kaitan yang erat antara bidang
pendidikan sebagai s istem dengan sistem sosial budaya
sebagai suprasistem tersebut dimana sistem pendidikan
menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa
sehingga permasalahan intern sistem pendidikan itu menjadi
sanagat kompleks. Artinya, suatu permasalahan intern dalam
sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah
diluar sistem pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah mutu
hasil belajar suatu masyarakat disekitarnya, dari mana murid-
murid sekolah tersebut berasal, serta masih banyak lagi
faktor-faktor lainnya di luar sistem persekolahan yang
berkaitan dengan mutu hasil belajar tersebut.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka
penanggulangan masalah pedidikan juga sangat kompleks,
menyangkut banyak komponen, dan melibatkan banyak
pihak.
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi
oleh dunia pendidikan di tanah air kita dewasa ini, yaitu:
1. Bagaimana semua warga Negara dapat menikmati
kesempatan pendidikan.
2. Bagaimana pendidikan dapat membekalu peserta didik
dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat ke
kancah kehidupan masyarakat.

C. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan


Ada empat jenis permasalahan pokok pendidikan
yang telah menjadi kesepakatan nasional. Masalah yang
dimaksud yaitu:
1. Masalah pemerataan pendidikan
2. Masalah mutu pendidikan
3. Masalah efisiensi pendidikan
4. Masalah relevansi pendidikan

110 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Keempat masalah tersebut akan dibahas secara
berturut-turut pada bagian berikut ini:
a. Masalah pemerataan pendidikan
Dalam melaksanakan funsinya sebagai wahana
untuk memajukan bangsa dan kebudayaan nasional
pendidikan nasional diharapkan apat menyediakan
kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga
Negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan.
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan
bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan
kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh warga Negara
untuk memperoleh pendidikan sehingga pendidikan itu
menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya
manusia untuk menunjang pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila
masih banyak warga Negara khususnya anak usia
sekolah yang tidak dapat ditampung didalam sistem atau
lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas
pendidikan yang tersedia. Pada masa awalnya, di tanah
air kita pemerataan pendidikan itu telah dinyatakan
dalam Undang-Undang No.4 Tahun 1950 sebagai dasar-
dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pada Bab
XI, pasal 17 berbunyi:
Tiap-tiap warga Negara Republik Indonesia
mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi
murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan
untuk pendidikan dan pengajaran pada sekolah itu
dipenuhi.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib
belajarr Bab VI, pasal 10 ayat 1, menyatakan : “semua
anak yang sudah berumur 6 tahun berhak dan yang
sudah berumur 8 tahun diwajibkan belajar dii sekolah,
sedikitnya 6 tahun lamanya. “Ayat 2 menyatakan:
“Belajar di sekolah agama yang tellah mendapat
pengakuan mentri agama yang telah mendapat
pengakuan mentri agama dianggap telah memenuhi
kewajiban belajar.”

PENGANTAR PENDIDIKAN 111


Landasan yuridis pemerataan pendidikan tersebut
penting sekali artinya, sebagai landasan pelaksanaan
upaya pemerataan guna mengajar ketinggalan kita
sebagai bangsa lain.
Masalah pemerataan memperoleh pendidikan
dipandang penting sebab jika anak-anak usia sekolah
memperoleh kesempatan belajar pada SD, maka mereke
memiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca,
menulis dan berhitungsehingga mereka dapat mengikuti
perkembangan kemajuan melalui berbagai media massa
dan sumber belajara yang tersedia baik mereka itu
nantinya berperan sebagai produsen maupun konsumen.
Dengan demikian mereka tidak terbelakang dan menjadi
penghambat derap pembangunan.
Oleh karena itu, dengan melihat tujuan yang
terkandung didalam upaya pemerataan pendidikan
tersebut yaitu menyiapkan masyarakat untuk dapat
berpartisipasi dalam pembangunan, maka setelah
pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan terpenuhi,
mulai diperhatikan juga upaya pemerataan mutu
pendidikan. Hal ini akan dibicarakan pada pembahasan
tentang masalah mutu pendidikan.
b. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil
pendidikan belum mencapai taraf seperti yang diarapkan.
Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh
lembaga penghasil sebagai produsen tenaga terhadap
calon luaran, dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika
luaran tersebut dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai
konsumen dengan sistem tes untuk kerja (performance
test). Lazimnya sesudah di masih dilakukan
pelatihan/pemegangan bagi calon untuk penyesuaian
dengan tuntutan persyaratan kerja di lapangan.
Hasil belajar bermutu hanya mungkin dicapai
melalui proses belajar yang bermutu jika proses belajar
tidak optimal menghasilkan skor ujian yang bak maka
hamper di pastikan bahwa pokok permasalahan mutu
pendidikan lebih terletak pada masalah pemrosesan

112 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
pendidikan. Selanjutnya kelancaran pemrosesan
pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang
terdiri dari peserta didik, tenaga kependidika, kurikulum,
sarana pembelajaran bahkan juga masyarakat sekitar.
Seberapa besar dukungan tersebut diberikan oleh
komponen pendidikan, sangat terkandung kepada
kualitas komponen dan kerja samanya serta mobilitas
komponen yang mengarah kepada pencapaian tujuan.
Masalah mutu pendidikan juga mencakup
masalah pemerataan mutu. Di dalam Tap MPR RI 1998
tentang GBHN dinyatakan bahwa titik berat
pembangunan pendidikan diletakkan pada peningkatan
mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan, dan dalam
rangka peningktan mutu pendidikan khususnya
untuknnmemacu penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi perlu lebih disempurnakan dan ditingkatkan
pengajaran ilmu pengetahuan alam matematika. (BP-7
Pusat 1989: 68.) Umumnya kondisi mutu pendidikan
diseluruh tanah air menunjukkan bahwa di daerah
pedesaanutamanya didaerah terpencil lebih rendah
daripada di daerah perkotaan. Acuan usaha pemerataan
mutu pendidikan bermaksud agar sistem pendidikan
khususnya sistem persekolahan dengan segala jenis dan
jenjangnya di seluruh pelososk tanah air (kota dan desa)
mengalami peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan
situasi dan kondisinya masing-masing.
Banyak macam pemecahan masalah yang telah
dan sedang dilakukan oleh pemerintah untuk
meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah
ditempuh melalui cara konvensional dan cara inovatif.
Cara konvensional antara lain:
1) Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan
atau ruangan belajar.
2) Menggunakan gedung sekolah untuk double shift
(sistem bergantian pagi dan sore)
Sehubungan dengan itu perlu digalakkan,
utamanya untuk pendidikan dasar ialah membangkitkan

PENGANTAR PENDIDIKAN 113


kemauan belajar bagi masyarakat/keluarga yang kurang
mampu agar mau menyekolahkan anaknya.
Cara inovatif antara lain:
1) Sistem pamong (pendidikan oleh masyrakat,orang
tua, dan guru). Atau inncpacts system (instructional
management by parent community and teacher).
Sistem tersebut dirintis di Solo dan didiseminasikan
ke beberapa provinsi.
2) SD kecil pada daerah terpencil.
3) Sistem guru kunjung.
4) SMP terbuka (ISOSA – in school out off school
approach)
5) Kejar pake A dan B
6) Belajar jarak jauh, seperti Universitas Terbuka.

c. Masalah Efsiensi Pendidikan


Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan
bagaimana suatu sistem pendidikan mendayagunakan
sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran
dikatakan efisiensinya tinggi. Jika terjadi sebaliknya,
efisiensinya berarti rendah.
Beberapa masalah efisensi pendidikan yang yang
penting ialah:
1) Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan.
2) Bagaiamana prsarana dan saran pendidikan
digunakan.
3) Bagaiman pendidikan diselenggerakan.
d. Masalah efisiendi dalam memfungsikan tenaga.
Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan,
dan pengembangan tenaga. Masalah pengangkatan
terletak pda kesenjangan antara stok tenaga yang tersedia
dengan jatah pengangkatan setiap tahunnyabhanya
sekitar 20% dari kebutuhan tenaga di lapangan.
Sedangkan persediaan tenaga yang setiap diangkatb(
utuk sebagian besar jenis bidang studi, sebab ada bidang
studi tertentu yang belum tersedia tenaganya) lebih besar
daripada kebutuhan dilapangan. Dengan demikian berarti

114 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
lebih dari 80% tenaga yang tidak tersedia tidak segera
difungsikan.
Masalah penempatan guru, khusunya guru bidang
penempatan studi, sering mengalami kepincangan, tidak
disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Suatu
sekolah menerima guru dalam bidang studi yang sudah
cukup atau bahkan sudah kelebihan, sedang guru bidang
studi yang dibutuhkan tidk diberikan karena terbatasnya
jatah pengangkatan sehingga pada sekolah-sekolah
tertentu seorang guru bidang studi harus merangkap
mengajarkan bidang studi diluar kewenangannya,
misalnya guru bahasa harus mengajar IPA.
Masalah pengembangan tenaga pendidikan
lapangan biasanya terlambat, khususnya pada saat
menyongsong hadirnya kurikulum baru. Setiap
pembaruan kurikulum menuntut danya penyesuaian dari
para pelaksana dilapangan. Dapat dikatakan umumnya
penanganan pengembangan tenaga pelaksana di
lapangan (yang berupa penyuluhan, latihan, lokakarya,
penyebaran buku panduaan) sangat lambat. Padahal
proses pembekalan untuk dapat siap melaksanakan
kurikulum baru memkan waktu. Akibatnya terjadi
kkesenjangan attara saat direncanakan berlakunya
kurikulum dengan saat mulai dilaksanakan. Dalam masa
transisi yang relatif lama ini proses pendidikan
berlangsung kurang efisien dan efektif.
e. Masalah Relevansi Pendidikan
Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh
mana sistem pendidikan dapat menghasilkan luaran yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi
semua sector pembangunan, yaitu yang beraneka ragam
seperti sector produksi, sector jasa, dan lain-lain. Baik
dari segi jumlah maupun dari segi kualitas. Jika sistem
pendidikan menghasilkan luaran yang dapat mengisi
semua sektor pembangunan baik yang actual (yang
tersedia) maupun yang potensial dengan memenuhi

PENGANTAR PENDIDIKAN 115


criteria yang dipesyaratkan oleh lapangan kerja, maka
relevansi pendidikan dianggap tinggi.

D. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya


Masalah Pendidikan
1. Perkembangan iptek
Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan
dengan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi). Ilmu
pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan
terorganisasi mengenai alam semesta, dan teknologi
adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu
pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat.
2. Perkembangan Seni
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia,
secara individual ataupun kelompok yang menghasilkan
sesuatu yang indah. Berkesenian dari segi tujuan
pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya,
aktivitas kesenian mempunyai andil yang besar karena
dapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipta) yang
bersifat orsinil (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas
dalam menemukan keindahan. Seni membutuhkan
pengembangan.
Dilihat dari segi tujuan pendidikan yaitu
terbentuknya manusia yang seutuhnya aktivitas kesenian,
aktivitas kesenian mempunyai andil yang besar karena
dapat mengisi pengembangan dominan afektif khususnya
emosi yang positif serta keterampilan disamping kognitif
dan psikomotorik.
Dilihat dari segi lapangan kerja, dewasa ini dunia
seni telah mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat
sebagai mata pencaharian. Masalahnya adalah walaupun
dunia seni begitu penting namun di sekolah – sekolah saat
ini masih menduduki posisi kelas dua selain itu, sulit
untuk menyediakan tenaga pendidiknya dan saran
penunjang yang mahal.
Laju pertumbuhan penduduk. Masalah ini
bersumber pada dua hal yaitu:

116 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
a. Pertambahan penduduk, dengan bertumbuhnya jumlah
penduduk maka pendidikan sarana dan prasana
pendidikan harus ditambah.
b. Penyebaran penduduk, penyebaran penduduk diseluruh
pelosok tanah air tidak merata. Kondisi yang seperti ini
juga menyulitkan dalam hal penempatan tenaga
pendidik.
3. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan
Keterbelakangan budaya adalaha suatu istilah yang
diberikan oleh sekelompok masyarakat (yang menganggap
dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung
suatu budaya. Bagi masyarakat pendukung budaya,
kebudayaannya pasti dipandang sebagi sesuatu yang
bernilai dan baik. Terlepas dari kenyataan apakah
kebudayaannya tersebut tradisional atau sudah ketinggalan
zaman. Karena itu penilaian dari masyarakat luar itu
dianggap subjektif. Semestinya masyarakat luar itu bukan
harus menilainya melainkan hanya melihat bagaimana
kesesuaian kebudayaan dengan tuntutan zaman. Jika
sessuai dikatakan maju dan jika tidak sesuai lalu dikatakan
terbelakang.
Yang menjadi masalah ialah bahwa kelommpok
masyarakat yang terkebelakang kebudayaannya tidak ikut
berperan serta dalam pembangunan, sebab mereka kurang
memiliki dorongan utnuk maju. Jadi inti permasalahannya
ialah menyadarakan merka akan ketertinggalannya, dan
bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan, dan
bagaimana sistem pendidikan dapat melibatkan mereka.
Bukankah pendidikan mempunyai misi sebagai
transformasi budaya (dalam hal ini dalah kebudayaan
nasional). Sebab sistem pendidikan yang tangguh adalah
yang bertumpu pada kebudayaan nasioanal. Kebudayaan
nasional selalu berkembang dengan bertumpu pada intinya
sehingga tidak pernah ketinggalan zaman. Jika sistem
pendidikan dapat menggapai masyarakat latar belakang
kebudayaannya berarti melibatkan mereka untuk berperan
serta dalam pembangunan.

PENGANTAR PENDIDIKAN 117


E. Permasalahan Aktual Pendidikan
Pendidikan selalu menghadapi masalah, karena selalu
terdapat kesenjangnan antara apa yang diharapkan dengan
hasil yang dapat dicapai dari proses pendidikan.
Permasalahan actual berupa kesenjangan-kesenjangan yang
pada saat ini kita hadapi dan terasa mendesak untuk
ditanggungalangi.
Beberapa masalah aktual pendidikan yang akan
dikemukakakan meliputi masalah keutuhan mencapai
sasaran, kurikulum, peranan gurur, dan pendidikan dasaar 9
tahun, dan pendayagunaan teknologi pendidikan.
Masalah aktual tersebut ada yang mengenai konsep
dan ada yang mengenai pelaksanaannya. Misalnya
munculnya kurikulum baru adalah konsep. Apakah
kurikulum tersebut cukup andal secara yuridis (merupakan
penjabaran undang-undang pendidikan) dan secara psikologis
(berdasarkan hukum perkembangan peserta didik) atau tidak.
Penjurusan yang berlaku cepat pada masa SMA misalnya,
dianggap tidak mendasarkan diri pada proses kematangan
anak. Konsep seperti itu bermasalah. Selanjutnya jika suatu
kurikulum sudah cukup andal, dapat dilaksanakan apa tidak.
Jika tidak, timbullah operasional. Misalnya konsep tentang
pendidikan Moral Pancasil yang tekanannya pada pendidikan
afektif, ternyata dalam pelaksanaannya menjadi pelajaran
tentang pengetahuan Pancasika (meng-kognitifkan yang
afektif), ini adalah contoh masalah operasional.
1. Masalah keutuhan pencapaian sasaran
Didalam UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem
Pendidikan Nasional Bab II pasal 4 telah dinyatakan
bahwa tujuan pendidikan nasioanal adalah
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya . kemudian
dipertegas dalam GBHN butir 2a dan V tentang arah dajn
tujuan pendidikan bahwa yang dimaksud dengan mansia
yang utuh adalah manusia yang sehat jasmani dan rohani.
Tetapi dalm pelaksanaannya pendidikan afektif ditangani
semestinya. Kecenderungan mengarah kepada pengutamaa
aspek kognitif.

118 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Pendidikan agama dan pendidikan
kewarganegaraan misalnya yang semestinya
mengutamkan pemahaman nilai-nilai agama dana
kewarganegaraan bergeser menjadi pengetahuan
pelajarann tersebut. Pengembangan daya fikir dinomor
satukan sementara pengembangan perasaan dan hati
terabaikan. Padahal pemahaman terhadap nilai- nilai tidak
hanya cukup dengan pengenalan atas pengetahuannya.
Berdasarakan sistem pendidikan kita sekarang apakah
masih ada member peluang demi terjadinya pengalaman
kita sekrang apakah mash semangat kebangsaan,
kestiakawanan sosial, kedisipilinan, minat belajar,
ketakwaan pada Allah dan lain-lain.
2. Masalah kurikulum
Masalah kurikulum meliputi masalah konsep dan
pelaksanaannya yang menjadi sumber masalah adalah
bagaiman sistem pendiidikan dapat membekali peserta
didik untuk terjun ke lapangan kerja bagi yang tidak
melanjuttkan sekolah dan memberikan bekal dasar yang
kuat untk ke perguruan tinggi bagi yang melanjutkan
sekolah.
Menurut Tirtahardjapada (2010:252) konsep
kurikulum 1984 juga memiliki kelebihan karena adanya
keluwesan antara lain:
a. Disediakannya aneka program belajar untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi dan untuk memasuki
lapangan kerja.
b. Adanya program inti yang sifatnya gagal.
c. Adanya program pusat dn program derah (muatan
lokal)
3. Masalah peranan Guru
Guru mendudukkan dirinya hanya sebagai bagian
dari sumber belajar. Beraneka ragam sumber belajar yang
hanya justru dapat ditemukan diluar diri guru seperti
perpustakaan, taman bacaan, museum, toko buku,
berbagai media massa, lembaga-lembaga sosial,
orangorang pintar, kebun binatang, alam dan lingkungan
sekitar, dan lain0lain. Sebagaimana Comenius pernah

PENGANTAR PENDIDIKAN 119


mengingatkan bahwa alam ini adalah buku besara yang
sangat lengkap isinya.
Dari sisi kebutuhan murid, guru tidak mungkin
seorang diri melayaninya. Untuk memandu proses
pembelajaran murud ia dibantu oleh sejumlah petugas
lainnya seperti konselor (guru BP), pustakawan, laboran,
dan teknisi sumber belajar. Dengan hadirnya petugas-
petugas lain tersebit disamping guru maka sejumlah
kesibukan yang semestinya tidak dilakukkan (tetapi yang
selama ini dianggap) dapat dialihkan. Tetapi ini tidak
berarti bahwa ia lalu kehilangan fungsi. Justru sebaliknya
fungsinya bertambah banyak hanya bergeser ke araha lain.
Kini ia memiliki cukup waktu untuk mengejakan hal-hal
yang semestinya dilakukan oleh tenaga-tenaga yang lain
tadi. Sekarang kecukupan waktu dapat digunakan untuk:
a. Melakukan kontak dan pendekatan manusiawi yang
lebih intensif dengan murid-muridnya.
b. Dari sisi pembelajaran ia mampu mengelola proses
pembelajaran (sebagai manajer), menunjukkan tujuan
pembelajaran (director), mengorganisasikan sebagai
sumber belajar (komunikator), menyediakan dan
meberikan kemudahan-kemudahan belajar (fasilitator)
dan memberikan penempatan tenaga pengajar yang
belum siap merata.
4. Masalah pendidikan dasar 9 tahun
Keberadaan pendidikan dasar 9 tahun mempunyai
landasan yang kuat. UU RI Nomor 2 1989 pasal 6
menyatakan tentang hak warga Negara untuk mengikuti
pendidikan sekurang-kurangnya tamat pendidikan dasar
merupakan pendidikan 9 tahun, terdiri atas program
pendisika 6 tahun di SD dan program pendidikan 3 tahun
di SLTP, pasal 3 memua tujuan pendidikan dasar
yaitu,meberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta
didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagi
pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, dan anggota
umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan menengah.

120 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Ketetapan-ketetapan tersebut merupakan realisasi
GBHN 1993 tentang arah pendidikan nasional butir 26
yang antara lain menyatakan perlunya peningkatan
kualitas serta pemerataan, terutama peningkatan kualitas
pendidikan dasar.
Dilihat dari segi lamanya waktu belajar pada
pendidikan dsar yaitu 9 tahun, kita sudah mengalami
langkah maju disbanding dengan masa-masa sebelumnya
yang menetapkan wajib belajar hanya 6 tahun yaitu
tingkat SD. Secara konseptual dari acuan yang diberikan
oleh ketetapan-ketetapan resmi tersebut sejalan dengan
kebutuhan pembangunan, antara lain:
a. Untuk memasuki PJPT II diperlukan sumber daya
manusia yang lebih berkualitas.
b. Persyaratan kerja yang dutuntut dunia kkerja semakin
meningkat sehingga dengan basis pendidikan dasar 9
tahun tentunya lebih baik daripada hanya 6 tahun.
Khususnya persyaratan usia, usia tamat pendidikan
dasar semakin mendekati usia kerja menurut peraturan
Menaker No: Per-01/Men/19987, pasal 1 tentang batas
umur layak kerja yaitu 14 tahun.
c. Hambatannya berasal dari sambutan masyarakat,
utamanya dari orang tua yang kalangan yang kurang
mampu. Mereka mungkin cenderung untuk tidak
mnyekolahkan anaknya karena harus membiayai
anaknya lebih lama. Padahal tidak dapat berharap
banyak dari anaknya untuk segera memperoleh
pekerjaan setelah tamat dari sekolah.

PENGANTAR PENDIDIKAN 121


BAB XIII
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN

A. Pendidikan dan Pembangunan


Pembangunan bukan hanya persoalan angka
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan harus di pandang
dalam istilah yang lebih luas dan mencakup pemenuhan
setiap dimensi material, spiritual, individual dan sosial
masing-masing orang. Pembangunan manusia merupakan
suatu proses memperluas pilihan masyarakat. Ada tiga
kawasan penting bagi masyarakat, yakni memperpanjang
kehidupan yang sehat, memperoleh pengetahuan, dan
memiliki akses terhadap sumber yang di butuhkan untuk
standar kehidupan yang layak.
Pergeseran paradigm ini, dari pembangunan yang
berorientasi pada materi (ekonomi) pada pembangunan yang
menilai pentingnya pendidikan, terutama sebagai suatu
proses pekerjaan pada kehidupan manusia untuk membawa
hasil perubahan-perubahan dalam hal yang mereka pikirkan,
rasakan dan lakukan. Sebagai suatu transformasi pengalaman
yang berkontribusi pada perluasan diri sendiri dan realisasi
seluruh potensi, pendidkan merupakan hal intrinsik dan hak
manusia yang mendasar. Berdasarkan sudut pandang ini,
pendidikan menjadi tahapan utama dalam pembangunan.
Sumber daya manusia merupakan dasar utama untuk
kesejahteraan Negara. Sumber modal dan alam merupakan
faktor-faktor produksi yang pasif, sedangkan manusia adalah
agen aktif yang mengakumulasi modal, mengeksploitasi
sumber-sumber alam, membangun organisasi-organisasi
sosial, ekonomi dan politik, dan melaksanakan pembangunan
nasional (Harbison, 1973). Selanjutnya, Harbinson (1973)
mengatakan bahwa sebuah Negara yang tidak bisa
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan warga
negaranya dan memanfaatkannya secara efektif dalam
ekonomi nasional, tidak akan bisa mengembangkan sesuatu
yang lain.
Teori pembanguanan masa kini telah bergeser dari
pembangunan material kepada pembangunan berorientasi

122 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
manusia (human development). Hal ini logis karena pada
dasarnya pembangunan bermuara pada kepentingan manusia,
yakni untuk mewujudkan manusia yang sejahtera, bahagia
lahir dan batin. Untuk mencapai kesejahteraan, manusia
harus mampu mengembangkan potensi dirinya yang di bawa
sejak lahir dan mampu membangun alam sekitarnya untuk
kepentingan manusia. Kemampuan membangun segala
potensi hidup dan kehidupan mesti melalui suatu proses,
yakni proses pengembangan potensi diri terlebih dahulu.
Proses pengembangan potensi manusia tersebut melalui
serangkaian kegiatan yang disebut pendidikan. Pendidikan
adalah kunci pengembangan diri manusia, yang mana
kemampuan ini selanjutnya di gunakan untuk mengkreasi
kehidupan mereka.
Pendidikan dan pembangunan merupakan dua hal
yang saling terkait dan saling menentukan. Tidak ada proses
pembangunan tanpa pendidikan, dan tidak ada pendidikan
yang berhasil tanpa di dukung oleh keberhasilan
pembangunan. Dengan demikian pendidikan dan
pembangunan sama seperti dua sisi mata uang. Pada intinya,
pembangunan bermuara pada pembangunan sumber daya
manusia. Manusia sebagai titik tumpu pembangunan karena
menjadi subjek sekaligus objek pembangunan.
Dari sudut pandang yang lebih praktis, pendidikan di
pandang sebagai instrument sosial untuk pembangunan
sumber daya manusia dan membangun kapital manusia serta
meningkatkan produktivitas nasional. Pendidikan
memberikan kontribusi yang sangat penting bagi peningkatan
produktivitas pertanian, mengurangi angka kematian,
meningkatkan status keluarga sehat dan bergizi, dan
indikator-indikator kualitas kehidupan lainnya. Perubahan
dan peningkatan kualitas kehidupan yang demikian itu bukan
merupakan peristiwa yang terjadi begitu saja, melainkan
sangat di tentukan oleh pendidikan seseorang. Keberhasilan
pembangunan di tentukan oleh produktivitas masyarakat,
sedangkan produktivitas masyarakat ini di tentukan oleh
tingkat pendidikan yang dimiliki. Selanjutnya, tingkatan
pendidikan seseorang di pengaruhi oleh isi dan kualitas

PENGANTAR PENDIDIKAN 123


pendidikan yang di berikan kepada masyarakat dan interaksi
dengan faktor-faktor sosial dan ekonomi lainnya yang
berkontribusi pada pembangunan nasional.
B. Konsep Dasar Pembangunan
Menurut sebagian ahli, ada beberapa istilah yang
semakna dengan pembangunan, misalnya perubahan sosial
(Social Change), pertumbuhan (Grouth), kemajuan evolusi
(Evolution Progress), kemajuan (Advancement), dan
modernisasi. Pada intinya pembangunan adalah perubahan
sosial dalam makna perubahan kearah yang lebih baik.
Moeljarto (1987 : XI) mengartikan pembangunan
sebagai proses perubahan sosial menuju tataran kehidupan
masyarakat yang lebih baik. Peradaban manusia tidak akan
mencapai wujudnya yang sekarang, apabila tidak terjadi
proses perubahan sosial yang terus-menerus, meskipun
dengan intensitas yang bervariasi, pada masa yang lalu.
Berdasarkan beberapa konsep pembangunan di atas,
dapat di rumuskan bahwa pembangunan merupakan suatu
perubahan terencana, sistematis, dan sistemik, serta
berkelanjutan melalui proses menumbuhkan dan
mengembangkan secara terpadu dan serempak mengenai
berbagai dimensi yang beragam meliputi pendidikan,
ekonomi, kebijakan, sosial budaya, perlindungan, dan
keamanan demi tercapainya kehidupan masyarakat yang
lebih baik.
Tujuan pembangunan pada dasarnya bermuara pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Seperti di kemukakan
oleh Kindervatter (1979 : 40), tujuan pembangunan adalah
untuk menaikkan tingkat kehidupan masyarakat serta
memberikan semua manusia kesempatan untuk
mengembangkan potensi-potensi mereka. Dalam Human
Development Report 2003 (Gresser & Ross Larson, 2003 :
27) di ketengahkan bahwa setiap Human Development
Report telah berargumentasi bahwa tujuan pembangunan
adalah untuk memperbaiki kehidupan rakyat dengan
memperluas pilihan-pilihan mereka, kebebasan, dan harga
diri.

124 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Dalam sejarah pembangunan, semula pembangunan
menekankan kepada barang sebagai pusat pembangunan.
Artinya, tingkat keberhasilan pembangunan lebih di ukur dari
segi tingkat penghasilan dari suatu produksi/industri. Pilihan
ini ternyata tidak berhasil karena berdasarkan pandangan
bahwa ternyata ada sisi lain yang bahkan menjadi faktor
utama berhasilnya suatu pembangunan, termasuk
pembangunan ekonomi. Faktor itu tidak lain adalah manusia
sehingga lahirlah suatu ide adanya pembangunan yang
menempatkan manusia sebagai titik sentralnya.
Menurut Haq dalam Tropp (2004 : 121), paradigm
pembangunan manusia mempertimbangkan pemberdayaan
penuh seluruh rakyat, untuk memungkinkan mereka
menggunakan pilihan-pilihannya secara suka rela. Sebagai
sebuah pilar kritis pembangunan manusia, konsep
pemberdayaan berhubungan erat dengan gagasan paradigm
pembangunan manusia, yang mencakup semua pilihan, yakni
sosio-kultural, ekonomi, dan politik. Sementara
pembangunan manusia mengarahkan perhatian kepada
kapabilitas sosial, ekonomi, dan politik yang memperluas
pilihan-pilihan rakyat untuk mengarahkan jenis-jenis
kehidupan yang mereka nilai.pemberdayaan fokus pada
pertanyaan bagaimana ekspansi aset dan kapabilitas, juga
inklusi sosial, dapat memungkinkan rakyat ambil bagian
dalam proses pertumbuhan yang juga membentuk kehidupan
mereka.
Pembangunan yang berpusat pada rakyat, sejalan
dengan pemikiran Friedmann dengan istilah Pembangunan
Alternatif (Alternative development). Friedmann (1992 : 37)
mengatakan bahwa pembangunan alternatif berarti
memperbaiki kondisi-kondisi kehidupan untuk mayoritas
yang tersisihkan (kaum miskin), dari segi skala global,
nasional maupun lokal. Selanjutnya, Freidmann (1992 : 31)
menegaskan bahwa pembangunan alternatif di pusatkan pada
rakyat (manusia) dan lingkungannya dari pada produksi dan
keuntungan. Ini mengisyaratkan pentingnya peran modal
manusia dalam pembangunan. Manusia sebagai pelaku
pembangunan harus memiliki kapasitas yang memadai

PENGANTAR PENDIDIKAN 125


sehingga mampu melakukan perubahan-perubahan kearah
pencapaian kehidupan yang lebih baik. Ini berarti
peningkatan sumber daya manusia menjadi tuntutan utama
dalam proses pembangunan, terutama dalam pemberantasan
kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana di
kemukakan oleh Tjokroamidjojo dan Mustopadidjaja (1988 :
44) bahwa meningkatkan sumber daya manusia di pandang
sebagai kunci bagi pembangunan yang dapat menjamin
kemajuan ekonomi dan kestabilan sosial. Oleh sebab itu,
investasi harus di arahkan bukan saja untuk meningkatkan
Physical Capital Stock, melainkan juga Human Capital Stock
dengan mengambil prioritas kepada usaha peningkatan mutu
pendidikan.
Jelaslah bahwa pembangunan manusia menjadi
alternatif pembangunan sekarang dan di masa mendatang,
yang meletakkan peningkatan kualitas sumber daya manusia
sebagai modal utamanya. Hal ini karena manusia sebagai
objek sekaligus subjek pembangunan.

C. Pendidikan dan Pengurangan Kemiskinan


Paradigma baru tentang kemiskinan memandang
bahwa kemiskinan bukan hanya di artikan sebagai
keterbatasan pendapatan dan konsumsi, melainkan pula
mencakup ketidakberdayaan, ketidakmampuan bersuara,
kerentanan, dan ketakutan (World Bank, 2001 : V). Menurut
Bonfiglioli (2003: 16), kemiskinan merupakan kekurangan
yang bersifat multidimensional, yang mencakup faktor-faktor
ekonomi, manusia, politik, sosial kultural, dan perlindungan.
Dari segi manusia antara lain mencakup penddidikan, nilai-
nilai keyakinan, kesehatan, sikap dan motivasi.
Ada beberapa pemikiran lain yang menguraikan
kemiskinan dengan lebih menekankan dimensi manusia
sebagai faktor kemiskinan. Sebagaimana di katakan oleh
McKee (1981 : 227) bahwa secara logika, orang miskin
menjadi miskin karena mereka tidak terdidik. Pernyataan
tersebut gagal untuk memahami ide bahwa orang miskin itu
tidak terdidik karena mereka miskin. Bertolak dari
pandangan McKee, pendidikan dan kemiskinan merupakan

126 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
lingkaran setan. Artinya, mereka miskin karna pendidikannya
randah, dan pendidikan mereka rendah karena mereka
miskin. Sandefur (1988 : 18) juga mengatakan bahwa
individu-individu memiliki resiko kemiskinan yang berbeda
dalam beberapa kondisi kehidupan mereka. Beberapa faktor
resiko utama adalah pendidikan yang terlalu sedikit dan
keterampilan yang sedikit. Pandangan lain mengatakan
bahwa buta huruf juga jelas menjadi penghalang
mengungkapkan isi hati bagi kaum miskin sehingga tidak
menyadari persolan apa yang di hadapi dan bagaimana
mereka dapat keluar dari persoalan itu (Galbraith,1983 : 18).
Mereka yang buta huruf akan ketinggalan banyak informasi
penting dan tidak bisa mencapai pengetahuan yang di
perlukan untuk dirinya. Mereka yang sudah mengenal huruf
pun pada saat nanti bisa menjadi buta huruf kembali jika
tidak terus belajar. Pendidikan itu berlangsung sepanjang
hayat manusia untuk kepentingan manusia itu sendiri agar
mereka mampu beradaptasi dengan segala perubahan.
Pendidikan yang di perlukan bagi kaum miskin adalah
pendidikan yang fungsional untuk memenuhi kebutuhan atau
pemecahan persoalan yang sedang di hadapi. Model
pendidikan yang cocok bagi kaum miskin bukan seperti
model persekolahan, karna tujuan hidup yang hendak dicapai
berbeda. Pendidikan yang diperlukan oleh kaum miskin
adalah pendidikan yang tanpa biaya atau biaya rendah.
Mereka tidak mungkin belajar kalau mereka harus membayar
diluar kemampuan ekonomi mereka. Kalau masyarakat
miskin masih di bebani biaya, mereka tidak akan pernah siap
untuk mengikuti pendidikan. Selain itu, pendidikan yang
cocok kaum miskin adalah pendidikan yang bisa dikuasai
atau dituntaskan dalam waktu singkat. Hal ini karna mereka
ingin segeera mengapliksikan hasil belajar mereka kedalam
kehidupan sehari-hari. Jadi, pendidikan bagi kaum miskin
mengandung nilai kesegeraan.

D. Pendidikan Nonformal dan Pengurangan Kemiskinan


Modal manusia merupakan aset penting bagi
masyarakat miskin sebagai alat untuk berkreaasi secara terus

PENGANTAR PENDIDIKAN 127


menerus sehingga mampu melepaskan diri dari belenggu
kemiskinan. Oleh karena itu, pendidikan menjadi sangat
penting untuk di kelolah dan dikembangkan secara lebih
efisien dan efektif dalam pemberdayaan masyarakat miskin.
Persoalannya sekarang adalah pendidikan seperti apa yang
cocok untuk masyarakat miskin, khususnya masyarakat
miskin pemuda dan dewasa.
Secara umum, ada tiga tipe pendidikan, yakni
pendidikan formal (sekolah), pendidikan nonformal dan
pendidikan informal. Dalam tulisan ini akan memberikan
penekanan pada uraian tetang pendidikan nonforrmal dalam
kaitan pendekatan modal manusia dan pemberdayaan
masyarakat miskin. Pendidikan jalur sekolah kurang tepat
bagi pemberdayaan masyarakt miskin pemuda dan orang
dewasa (keluarga) karna dengan peraturan yang berlaku di
sekolah tidak memungkinkan mereka untuk memperoleh
akses terhadap sekolah. Alternatif yang lebih efektif adalah
pendidikan nonformal atau informal. Seorang yang ahli
ekonomi termasyur, Gary s.becker mengakui peran penting
pendidikan nonformal dalam pembangunan modal manusia.
Gary S. becker menegaskan bahwa pendidikan nonformal
salah satunya cara perinfestasi dalam modl manusia para
pekerja juga belajar dan dilatih diluar sekolah, bahkan para
lulusan sekolah tinggi tudak sepenuhnya dipersiapkan untuk
pasar tenaga kerja ketika mereka meninggalkan sekolah dan
dicocokan dalam pekerjaan mereka melalui program-program
pelatihan formal dan informal uraian tentang teori pendidikan
nonformal juga di bahas para ahli seperti Dahama dan
Bhatnagar (1980: 6) dan La belle (1976: 24) inti pemeikiran
para ahli pendidikan nonformal pada dasarnya sama,
yakninpendidikan nonformal memiliki daya guna yang
sangat besar bagi pembentukan modal manusia.
Di atara para ahli pendidikan nonformal yang
pandangan nya sering di jadikan rujukan adalah Philip
H.Combs dan Manzoor Ahmad. Mereka adalah pakar yang
memberikan perhatian serius dan mengkaji secara impiris
tentang program pementasan kemiskinan melalui
pendidikannonformal. Mereka member pandangan bahwa

128 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
pendidikan nonformal cocok dan potensial bagi
pemberdayaan masyarakat miskin, baik kalangan pedesaan.
hal ini antara lain bisa di pahami dari sudut kajian konseptual
maupun factual tetanag pendidikan nonfrmal dan
kostibusinya pada pembangunan arti luas. Dilihat dari kajian
konseptual,kecocokan pendidikan nonformal bagi
pemberdayaan masyarakat miskin bisa dipahami dari sifat
pendidikan nonformal. Combs dan Ahmed (1973: 233-234)
mengungkapkan ada beberapa sifat atau katakteristik
pendidikan nonformal sebagai berikut.
1. Fleksibilitas untuk disesuaikan dengan kebutuhan khusus
setempat serta dalam mengubah dan menyesuaikan
kondisi setempat dan memilih mata pelajaraan serta cara
mengajarkannya dalam mengadakan kombinasi pelajaran
teori dan latihan praktis
2. Keleluasaan untuk disesuaikan dengan keperluan anak
didik. Misalnya, dengan mengatur pengajaran yang
disesuaikan dengan tugas pada tempat kerja atau dalaam
kalangan keluarga, dengan menyusun satuan-satuan
pelajaran tertentu yang boleh di pelajari dan diselesaikan
oleh masing-masing siswa b dalam jangka waktu yanag
lebih cocok memungkinkan mereka masuk keluar
berganti-ganti kedalam proses pengajaran, sesuai dengan
kehendak adan kesempatan masing-masing
3. Kemampuan untuk memanfaatkan tenaga ahli, pasilitas,
dan dukungan masyarakat setempat untuk memupuk rasa
turut memiliki dan turut mengurus di kalangan masyarakat
yang bersangkutan dengan demikian, diperoleh
kesempatan pendidikan yang lebih mampu bertahan dalam
segi ekonominya.
Pendidikan nonformal memberikana kontribusi pada
pembangunan baik dalam segi ekonomi maupun non-
ekonomi. Konstibusi ekonomi berupa peningkatan
produktifitas yang potensial bagi peningkatan pendapatan
dengaan biaya yang lebih terjangkau di bandingkan
pendidikan formal kebanyakan program pendidikan
nonfornal mempunyai komponen biaya model yang relatif
rendah. Konstibusi secara non-ekonomi terlihat jelas dalam

PENGANTAR PENDIDIKAN 129


peningkatan kualitas diri dan sosial para peserta didik. Dalam
keadaan–keadaan tertentu, manfaat ekonomi yang
berlangsung. Manfaat segi nonekonomi tidak dapat
diremehkan, hanya karna alasan tidak dapat di ukur dengan
patokan statistic atau sarana- sarana penilaian lain yang
digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Pendidikan nonformal
memiliki jangkau lebih luas bahkan tanpa batas, baik ruang,
waktu, maupun sasaran garapannya. Apalagi apabila
pendidikan nonformal di maksudkan untuk pemberdayaan
masyarakat miskin kaum dewasa, yang mana mereka tidak
mungkin memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan formal karena adanya keterbatasan pada diri
mereka pada satu sisi, dan pada sisi lain karena sistem
pendidikan formal yang tidak memberikan peluang bagi
mereka. Combs dan Ahmed (1973 : 3) menegaskan bahwa
karena pendidikan nonformal itu mencakup beraneka ragam
soal, golongan konsumen, dan tujuan, maka karena
pertimbangan praktis mencakup program-program yang
bertujuan memperluas kesempatan kerja serta meningkatkan
produktivitas dan pendapatan. Pada umumnya, program di
rancang khusus untuk meningkatkan kecerdasan dan
keterampilan. Jadi, dalam rangka pemberdayaan masyarakat
miskin, misalnya, pendidikan nonformal memberikan
andilnya terutama pada peningktan kecerdasan (pengetahuan)
dan keterampilan, termasuk proses penumbuhan motivasi
belajar dan bekerja.
Namun, perlu di pahami di sini bahwa pendidikan tipe
apa pun, termasuk pendidikan nonformal, tidak bisa
memberikan kontribusi secara optimal terhadap
pembangunan khususnya dalam usaha pemberdayaan
masyarakat miskin karena kemiskinan itu bersifat
multidimensial. Pengintegrasian pendidikan dengan usaha-
usaha lain yang terkait dengan pencapaian pembangunan
sangat di perlukan. Begitu juga dengan pendidikan
nonformal, yang mana tipe pendidikan ini memerlukan
dukungan dari program atau aktivitas pendukung lainnya
sehingga pendidikan nonformal mampu memberikan
sumbangannya dengan efektif. Dalam hal ini, Combes dan

130 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Ahmed (1973 : 383) menegaskan bahwa usaha pendidikan di
gabung dengan faktor-faktor lainnya, merupakan suatu unsur
yang sangat perlu dan sering kali sangat besar
produktivitasnya dalam usaha pendidikan tersebut. Syarat
yang mutlak karenanya ialah agar setiap usaha pendidikan
nonformal di kaitkan secara ampuh dengan kegiatan
pembangunan dan pendidikan lainnya. Pada umumnya, agar
pendidikan nonformal dapat berhasil secara sempurna, ia
harus di integrasikan secara horizontal dengan faktor-faktor
pelengkap dalam bidang pendidikan maupun di luar bidang
pendidikan tersebut di daerah geografis yang sama. Di
samping itu juga secara vertikal dengan lembaga-lembaga
dan kegiatan pada tingkat yang lebih tinggi yang dapat
memberi umpan atau dukungan kepada kegiatan pendidikan
di daerah. Dengan kata lain, pendidikan nonformal
hendaknya di integrasikan dengan dimensi-dimensi
pembangunan yang lebih luas sehingga mampu memberikan
manfaat yang besar terhadap pencapaian tujuan
pengembangan, khususnya pemberdayaan masyarakat
miskin.
Jadi, pendidikan nonformal merupakan aktivitas
pendidikan yang berlangsung secara lembaga di luar sistem
pendidikan formal yang berfungsi sebagai proses modal
manusia, yang selanjutnya menjadi aset bagi upaya
pemberdayaan masyarakat miskin sehingga mereka mampu
memecahkan masalah hidupnya secara berkelanjutan.
Pendidikan nonformal merupakan jenis pendidikan yang
efektif untuk pemberdayaan masyarakat miskin, pemuda dan
orang dewasa yang telah berada di luar usia atau sistem
sekolah. Efektifitas pendidikan nonformal bagi
pemberdayaan masyarakat miskin harus di sinergikan dengan
dimensi-dimensi pembangunan lain karena kemiskinan itu
sendiri merupakan masalah dimensional.

PENGANTAR PENDIDIKAN 131


E. Pendidikan dan Beberapa Dimensi Pembangunan
Lainnya
1. Pendidikan dan Sosial
Manusia antara lain di sebut sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu,
artinya manusia memiliki karakteristik yang khas antara
satu sama lain. Setiap individu memiliki potensi,
kelebihan, dan kelemahan masing-masing. Itulah
sebabnya manusia di sebut sebagai makhluk unik (khas).
Sebagai makhluk sosial, artinya manusia tidak lepas dari
keberadaan dan konstribusi orang lain. Tidak ada manusia
yang mampu bertahan hidup, apabila berkembang, tanpa
kehadiran orang lain. Kehadiran orang lain di butuhkan
sejak manusia di lahirkan agar mampu tumbuh dan
berkembang secara normal.
Setiap bayi di lahirkan dalam keadaan lemah. Dia
bisa bertahan hidup karena ada bantuan dari orang lain.
Sejak awal ia belajar berbicara (berbahasa) dan mengenal
lingkungan dari orang lain (orang tua dan keluarga dekat).
Tanpa orang lain, bayi tidak akan bisa hidup apalagi
betkembang. Bahkan, bisa juga bayi itu meninggal
sebelum di lahirkan jika tidak ada bantuan orang lain,
seperti misalnya bayi yang mengalami gangguan
persalinan sehingga prosesnya perlu bantuan Dokter.
Sampai usia tuapun, manusia tidak lepas dari bantuan
orang lain.
Secara bertahap, usia manusia semakin meningkat
dan interaksinyapun semakin luas. Setia orang yang ingin
berkembang secara normal dan terus mengalami
peningkatan dalam segala hal harus mampu berinteraksi
dan beradaptasi dengan orang lain, baik secara individual
maupun kelompok. Membangun hubungan antara
individu-individu, individu-kelompok pada dasarnya
adalah proses belajar dalam arti setiap orang harus belajar
mengenal, bagaimana bisa di terima, dan menerima
kehadiran orang lain serta mampu bekerja sama dengan
orang lain. Hal yang demikian bukan suatu hal yang
terjadi secara otomatis, melainkan melalui proses belajar.

132 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Banyak contoh kasus di masyarakat yang
menunjukkan bahwa masyarakat tidak memiliki
pemahaman tentang hidup dirinya dan hidup orang lain.
Banyak orang yang tidak memahami tentang persoalan
hidup yang di hadapi oleh orang lain dan tidak memiliki
kepedulian terhadap orang lain. Konflik antar-individu,
atau individu dan kelompok, dan konflik antar-kelompok
senantiasa menghiasi hidup kita sehari-hari. Media massa
hamper setiap saat mengangkat persoalan konflik tersebut,
yang tidak jarang berakahir dengan kematian. Konflik
antar siswa (sekolah), konflik antar warga masyarakat,
konflik antar masyarakat dengan aparatur pemerintah
belakangan ini terus berlangsung padahal, sebenarnya
seandainya mereka mau saling mengerti dan berbagi tidak
akan menjadi konflik yang berakibat fatal sampai
meninggal dunia. Mereka sebenarnya sangat potensial
untuk saling membantu dan bekerja sama untuk mencapai
kehidupan yang aman dan sejahtera. Di sinilah pendidikan
memegang peran penting untuk mengembangkan
kesadaran semua orang untuk bisa hidup berdampingan
secara aman dan bahagia. Pendidikan memegang peran
kunci untuk menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan
membangun kesadaran masyarakat guna memelihara
hubungan yang baik satu sama lain.
Sehebat apapun kemampuan diri seseorang tetap
memerlukan bantuan orang lain. Tidak ada kesuksesan
seseorang tanpa keterlibatan orang lain. Pemain sepak
bola misalnya, sehebat-hebatnya seorang pemain bola
menggiring bolanya dengan kecepatan sangat tinggi, tetapi
tanpa bantuan pemain lain pasti tidak akan pernah
menang. Ini berarti dalam hidup manusia membutuhkan
adanya kerja sama satu sama lain untuk mempermudah
menyelesaikan masalah kehidupan ataupun mencapai
tujuan hidup. Jadi, manusia dalam sepanjang hayatnya
perlu terus belajar, yakni belajar mengenal kelebihan dan
kelemahan orang lain. Di samping itu, mampu mengenal
cara-cara bisa berinteraksi secara efektif dengan orang lain
sehingga bisa saling membantu satu sama lain.

PENGANTAR PENDIDIKAN 133


2. Pendidikan dan Budaya
Budaya adalah hasil dari pemikiran, rasa, karsa,
karya, dan cipta manusia. Budaya memiliki tiga produk,
yaitu ide, artefak, dan kegiatan. Ide adalah hasil dari cipta
manusia berupa gagasan yang di tuangkan antara lain
melalui ungkapan kata-kata baik secara lisan maupun
tulisan. Misalnya “Rame ing gawi sepi ing pamrih”
(Ramai/ banyak kegiatan sepi/ tanpa bayaran). Pernyataan
ini merupakan produk pemikiran/gagasan masyarakat jawa
berdasarkan perjalan hidup atau kebiasaan yang
berlangsung lama. Ini menggambarkan adanya suatu
kebiasaan untuk banyak bekerja mengisi pembangun, tapi
tidak mengharapkan upah walaupun ada upah, tidak di
jadikan target dalam kehidupan masyarakat.
Komponen lain dari budaya berupa artefak yakni
benda-benda fisik yang di hasilkan oleh masyarakat.
Banyak contoh artefak sebagai wujud budaya berupa
benda-benda, seperti candi, rumah, monument, jembatan,
alat-alat transfortasi, alat-alat pertanian, termasuk
teknologi yang berkembang sampai saat sekarang.
Unsur lain dari budaya adalah kegiatan-kegiatan
institusi yang di bentuk dan di kelolah oleh masyarakat.
Banyak kegiatan masyarakat yang semuanya termasuk
unsur budaya. Beberapa di antara kegiatan tersebut antara
lain : Ziarah Wali Songo dan Waliullah, adat acara
pernikahan, adat bersih desa, upacara keagamaan, adat
tolak musibah/bala, adat arung laut, acara kematian, pesta
rakyat, pameran, dan lain sebagainya. Organisasi-
organisasi sosial juga termasuk unsur budaya berupa
institusi (yang di dalamnya adalah kegiatan-kegiatan).
Beberapa organisasi sosial antara lain : Karang taruna,
PKK, Partai politik, Organisasi kemahasiswaan,
Organisasi kesiswaan dan Kelompok kemasyarakatan
yang lebih luas.
Dalam kaitannya dengan pendidikan, masyarakat
yang pendidikannya lebih tinggi biasanya lebih maju dan
budayanya (peradaban) juga maju. Suatu masyarakat yang
budayanya tinggi, biasanya warga masyarakatnya mimiliki

134 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
pendidikan yang lebih tinggi di bandingkan daerah-daerah
dengan budaya masyarakat yang rendah.
Budaya masyarakat, khususnya berupa artefak
(benda) bisa dijadikan isi pendidikan (pembelajaran) dan
bisa menjadi media pembelajaran (pendidikan).
3. Pendidikan dan Politik
Maksud politik dalam konteks paparan ini bukan
partai politik, melainkan kebijakan atau keputusan
pemerintah tentang segala hal yang menyangkut
pembangunan, seperti sosial, budaya, ekonomi, keamanan,
IPTEK dan lain sebagainya. Pendidikan dan politik sama-
sama merupakan komponen-komponen untuk mencapai
tujuan pembangunan sosial. Keduanya memiliki fungsi
dan tujuan masing-masing, tetapi tidak bisa berjalan
sendiri-sendiri tanpa keterpaduan dengan komponen-
komponen pembangunan yang lain, seperti komponen
pendidikan. Keduanya saling mempengaruhi satu sama
lain, setiap kebijakan atau keputusan pemerintah yang
menyangkut pembangunan masyarakat (Community
development) di maksudkan untuk membantu masyarakat
agar mereka mampu membangun diri dan lingkungannya.
Sementara masyarakat di suatu wilayah dan wilayah yang
lain memiliki kebutuhan atau masalah dan potensi yang
berbeda satu sama lain. Kebijakan pemerintah harus
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan atau pemecahan
masalah yang di hadapai masyarakat. Kebijakan
pemerintah tentang pendidikan, misalnya di katakan
efektif apabila mampu memecahkan masalah masyarakat.
Untuk menjadi efektif, kebijakan pemerintah harus sesuai
dengan kebutuhan/masalah nyata di masyarakatyang
pelaksanaannya memberdayakan segala potensi yang ada
di masyarakat baik potensi manusia maupun nonmanusia
(alam dan lain sebagainya).
4. Pendidikan dan Keamanan
Setiap orang ingin hidupm aman, baik secara fisik
maupun psikologis. Setiap orang ingin terhindar dari
bebagai ancaman dan tindakan kekerasan atau bencana.
Bukan hanya fisik dan psikisnya, melainkan juga setiap

PENGANTAR PENDIDIKAN 135


individu ingin serta memilikinya aman dari gangguan
orang lain. Para pedagang, misalnya ingin agar barang
dagangannya aman dari pencuri, penggusuran, atau
penghilangan. Seseorang yang merasa tidak aman,
hidupnya tidak tenang. Ia merasa gelisah, cemas, dan takut
sehingga tidak bisa melakukan tugas keseharian dengan
tenang.
Warga masyarakat yang berada di area rawan
pencurian, mereka harus belajar bagaimana caranya aman
dari pencurian, mereka harus belajar membuat strategi
tertentu bagaimana caranya agar harta benda aman dari
pencurian. Mereka bisa membuat tim penjaga keamanan,
memasang alat elektronik yang mampu memantau suasana
dari jarak jauh seperti menggunakan CCTV inside
Camera, Wireless Camera, dan lain sebagainya. Bagi
warga masyarakat yang lainnya sering di terjang banjir,
mereka bisa menyusun cara agar bisa meminimalkan
banjir. Mereka belajar mengubah kebiasaan jelek seperti
tidak membuang sampah di sembarang tempat karena bisa
menyumbat saluran air. Mereka bisa belajar membuat
langkah-langkah preventif untuk terhindar dari dampak
banjir. Misalnya membersihkan saluran air secara berkala,
menanam pohon agar tanah tidak mudah longsor dan lain
sebaginya. Semua ini memerlukan peningkatan kesadaran
dan sikap serta pengetahuan dan keterampilan.
5. Pendidikan dan IPTEK
Perkembangan ilmu dan teknologi (IPTEK) secara
terus menerus mengalami perkembangan dan membuat
kejutan umat manusia di dunia. Kemajuan IPTEK
menembus semua sektor kehidupan, seperti pembangunan,
sosial, ekonomi, budaya, politik, dan keamanan. Semua
sector kehidupan tidak bisa menghindar dari
perkembangan IPTEK. Berbagai lembaga, termasuk
lembaga pendidikan harus melakukan upaya-upaya
perubahan dan peningkatan dalam semua komponennya,
khususnya dalam kurikulum dan media pembelajaran agar
mampu menjawab persoalan atau kebutuhan yang
berkembang di masyarakat.

136 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Individu yang menguasai IPTEK di masa silang,
sekarang harus meninggalkannya dan mengejar
perkembangan IPTEK terkini. Dalam satu jenis teknologi
cenderung di barengi oleh perkembangan teknologi yang
lain sehingga saling mengejar satu jenis teknologi dengan
teknologi yang lain. Perkembangan IPTEK telah
melahirkan apa yang di sebut teknologi informasi dan
komunikasi (Information and Communication Teknology)
yang memberikan imbas pada dunia pendidikan. Proses
pendidikan tidak mungkin harus bertahan dengan cara-
cara lama atau teknologi lama karena sudah tidak sesuai
dengan tuntutan-tuntutan baru yang berkembang di
masyarakat. Lembaga-lembaga pendidikan memulai
jenjang terbawah sekolah dasar hingga perguruan tinggi
terus bersaing untuk membangun image bahwa
lembaganya tidak ketinggalan zaman atau dengan sebutan
gagap teknologi (Gaptek). Para kepala sekolah dan guru di
tantang oleh perkembangan IPTEK dimana pengabaian
terhadap perkembangan IPTEK akan berarti sebuah
kemunduran karena secara cepat atau lambat akan di
tinggalkan oleh masyarakat (peserta didik).
Ini berarti setiap individu harus senantiasa siap
belajar. Kita dapat menyaksikan betapa cepatnya
perubahan dan perkembangan teknologi seperti perangkat
keras dan lunak pada media komunikasi, misalnya
Handphone, Laptop, dan Komputer. Tipe alat-alat
komunikasi tersebut harus berubah dengan penawaran
kelebihan-kelebihannya masing-masing. Sekali kita tidak
mempelajari perubahan baru, akan katinggalan dan di
tinggalkan. Dalam dunia pemasaran misalnya, semula
hanya menggunakan iklan melalui media cetak seperti
Koran, kini telah muncul pemasaran online sehinnga
kapanpun dan dimanapun dapat menjual dan membeli
barang tanpa batas-batas lokasi dan waktu. Proses
pemasaran berlangsung nonstop. Begitu juga dalam dunia
pendidikan, dengan lahirnya internet dan ICT telah
mampu menggoyang dunia pendidikan. Semua lembaga
pendidikan berlomba-lomba untuk membungun webside

PENGANTAR PENDIDIKAN 137


sehingga mengunggah profil lembaganya untuk di kenal
oleh masyarakat global. Bukan hanya itu, proses
pembelajaranpun sekarang sudah menjadi kelaziman di
kembangkan melalui internet sehingga lahirlah e-learning,
e-jurnal dan lain sebagainya.

F. Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik


Temunya
Menurut paham umumnya kata “pembangunan”
lazimnya diasosiasikan dengan pembangunan ekonomi dan
industri yang selanjutnya diaosiasikan dengan dibangunnya
pabrik-pabrik, jalanan, jembatan sampai kepada pelabuhan,
alat-alat transportasi, komunikasi dan sejenisnya. Sedangkan
hal yang mengenai sumber daya manusia tidak secara
langsung terlihat sebagai sasaran pembicaraan. Padahal
banyak bukti yang dialami oleh banyak negara menunjukkan
bahwa kemajuan di bidang ekonomi da industri yang di
tandai oleh kenaikan GNP, lalu kenaikan volume ekspor dan
impor sebagai indikator, ternyata tidak otomatis membawa
kesejahteraan masyarakatnya.
Pembangunan dalam arti yang terbatas pada bidang
ekonomi dan industri saja belumlah menggambarkan esensi
yang sebenarnya dari pembangunan, jika kegiatan-kegiatan
tersebut belum dapat mengatasi masalah yang hakiki yaitu
terpenuhinya hajat hidup dari rakyat banyak material dan
spiritual.
Pembangunan ekonomi dan industri mungkin dapat
memenuhi aspek tertentu dan kebutuhan misalnya: kebutuhan
akan sandangan, pangan, dan papan, tetapi mungkin tidak
untuk kebutuhan spiritual yang lain. Bukankah kenyataan
menunjukkan bahwa banyak orang yang secara material
cukup mampu, tetapi secara spiritual menanggung banyak
masalah.
Dinyatakan dalam GBHN, hakikat pembangunan
nasional adalah pembangunan manusia indonesia. Pernyataan
tersebut dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan akhir
pembangunan adalah manusia, yaitu dapatnya dipenuhi hajat
hidup, jasmaniah dan rohaniah, sebagai makhluk individua,

138 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
makhluk sosial, dan makhluk religius, agar dengan demikian
dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk.
Sebagai objek pembangunan manusia dipandang
sebagai sasaran yang di bangun. Dalam hal ini pembangunan
meliputi ikhtiar ke dalam diri manusia, berupa pembinaan
pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani yang
meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan
sikap terhadap lingkungannya, tekad hidup yang positif serta
keterampilan kerja. Ikhtiar ini disebut pendidikan. Jadi
pendidikan mengarah ke dalam diri manusia, sedangkan
pembangunan mengarah ke luar yaitu ke lingkungan sekitar
manusia.
Jika pendidikan dan pembangunan dilihat sebagai
suatu garis proses, maka keduanya merupakan suatu garis
yang terletak kontinu yang saling mengisi. Proses pendidikan
pada suatu garis menempatkan manusia sebagai titik awal.
Pembangunan yang dapat memenuhi hajat hidup masyarakat
luas serta mengangkat martabat manusia sebagai makhluk.

G. Sumbangan Pendidikan Pada Pembangunan


Pendidikan sebagai upaya yang bulat dan menyeluruh
hasilnya tidak segera dapat diliat. Ada jarak penantian yang
cukup panjang antara dimulainya proses usaha dengan
tercapainya hasil. Jika pembangunan di pandang sebagai
sistem makro maka pendidikan merupakan sebuah komponen
atau bagian dari pembangunan.
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat
diliat pada beberapa segi :
1. Segi sasaran
Pendidikan adalah usaha sadar yang di tunjukkan
kepada peserta didik agar menjadi manusia yang
berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi
tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra
manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan
yang manusiawi.

PENGANTAR PENDIDIKAN 139


2. Segi lingkungan
Klasifikasi ini menunjukkan peran pendidikan
dalam berbagai lingkungan atau sistem. Lingkungan
keluarga (pendidikan informal), lingkungan sekolah
(pendidikan formal), lingkungan masyarakat (pendidikan
nonformal), ataupun dalam sistem pendidikan pra-jabatan
dan dalam jabatan.
3. Segi jenjang pendidikan
Jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah
(SM), dan pendidikan tinggi (PT) memberikan bekal
kepada para peserta didik secara bersinambungan.
4. Segi pembidangan kerja atau sektor kehidupan
Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan
meliputi antara lain: bidang ekonomi, hukum, sosial
politik, keuangan, perhubungan, dan komunikasi,
pertanian, pertambangan, pertahanan, dan lain-lain.
Pembinaan dan pengenmbangan bidang-bidang
tersebut hanya mungkin dikerjakan jika diisi oleh orang-
orang yang memiliki kemampuan seperti yang di
butuhkan. Orang orang dimaksud hanya tersedia jika
pendidikan berbuat untuk itu.

H. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional


Pada bagian ini dikemukakan dua hal, yaitu:
1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun ?
Setiap pendidikan selalu berurusan dengan
manusia karena hanya manusia yang dapat dididik dan
harus selalu dididik (demikian menurut Langeveld).
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dikarunia
potensi untuk selalu menyempurnakan diri. Bisa dikatakan
manusia hanya akan mengejar kesempurnaan agar dekat
dengan kesempurnaan, tetapi tidak pernah akan menyatu
dengan kesempurnaan itu sendiri.
Persoalan tentang bagaimana wujud manusia
sebagai makhluk yang ingin menyempurnakan diri, tetapi
yang tidak kunjung dapat sempurna itu, banyak dibahas
oleh para filosofi di dalam bidang filsafat antropologi.

140 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Untuk dapat menyongsong suasana hidup yang
diperlukan itu sistem pendidikan yang harus berubah. Jika
tidak, maka pendidikan sebagai an agent of social change
(agen perubahan sosial) tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Strukturnya, kurikulum, pengelolaannya,
tentang kependidikan mau tidak mau harus disesuaikan
dengan tuntutan baru tersebut.
2. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan
Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak
aspek yang satu sama bertali erat, yaitu :
a. Hubungan Antar Aspek-aspek
Aspek filosofi, keilmuan, dan yuridis menjadi
landasan bagi butir-butir yang lain, karena memberikan
arah serta mewadahi butir-butir yang lain.
Meskipun aspek filosofi itu menjadi landasan
tetapi tidak harus di artikan bahwa setiap terjadi
perubahan filosofi dan yuridis harus diikuti dengan
perubahan aspek-aspek yang lain itu secara total.
b. Aspek Filosofi Keilmuan
Aspek filosofi berupa penggarapan tujuan
nasional pendidikan. Rumusan tujuan nasional yang
tentunya memberikan paluang bagi pengembangan sifat
hakikat manusia yang bersifat kodrati yang berarti pula
bersifat wajar.
c. Aspek Yuridis
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan
hukum pendidikan sifatnya relatif tetap. Tetapi
kemajuan zaman menimbulkan kebutuhan-kebutuhan
baru, khususnya kebutuhan akan penyempurna sistem
pendidikan yang sesuai dengan tuntunan kebutuhan-
kebutuhan baru tersebut.
d. Aspek struktur
Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan
berperan pada upaya pembenahan struktur pendidikan
yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama
waktu belajar dari jenjang yang satu ke jenjang yang
lain, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya
dan politik.

PENGANTAR PENDIDIKAN 141


e. Aspek kurikulum
Kurikulum merupakan sarana pencapaian
tujuan. Jika tujuan kurikulum berubah, maka kurikulum
berubah pula. Kurikulum dalam sistem pendidikan
persekolahan di negara kita telah mengalami
penyempurnaan dalam perjalanannya.

I. Keragaman Persepsi Konsep Pembangunan


Terdapat pula ahli yang berpendapat seperti
yangdinyatakan oleh Fletcher (1976), pembangunan adalah
suatu yang alami bagaimana manusia, masyarakat, dan
Negara untuk mengembangkan potensi yang ada pada
dirinya. Hal ini dapat diibaratkan seperti halnya biji-bijian
atau sel tanaman yang akan berkembang menjadi dewasa.
Bila dianalisis secara filosofi pembangunan terjadi
dalam ruang yang berinteraksi penuh dengan faktor budaya,
sosial dan historis yang bersaman dalam satu kelompok atau
masyarakat.

J. Peranan Pendidikan Dalam Pembangunan


1. Mengembangkan Teknologi Baru
Hasil pendidikan adalah orang terdidik yang
mempunyai kemampuan melaksanakan penelitian dan
pengembangan yang dapat menghasilkan teknologi baru.
Lembaga – lembaga penelitian dan pengembangan seperti
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Badan-badan
Penelitian dan Pengembangan di setiap departemen, dan
sebagainya, orang-orang terdidik hasil pendidikan bekerja,
dan menghasilkan berbagai teknologi baru.
2. Menjadi Tenaga Produktif dalam Bidang Konstruksi
Orang-orang terdidik hasil pendidikan, juga
masuk dan aktif bekerja di bidang konstruksi yang
menghasilkan rancang bangun berbagai macam
pabrik dan perusahaan. Pabrik-pabrik ini yang akan
menghasilkan berbagai barang kebutuhan hidup dan
jasa.

142 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
3. Menjadi Tenaga Produktif yang Menghasilkan Barang
dan Jasa
Orang-orang terdidik hasil pendidikan menjadi
pula masukan dalam pabrik-pabrik dan perusahaan-
perusahaan, sebagai tenaga kerja produktif yang
memproses produksi barang-barang kebutuhan hidup dan
jasa. Dengan demikian, adalah penghasil barang dan jasa
yang diperlukan masyarakat.
4. Pelaku Generasi dan Penciptaan Budaya
Orang-orang terdidik hasil pendidikan tidak hanya
merevisi kebudayaan masa lampau, tetapi juga sekaligus
individu-individu atau kelompok individu yang
melakukan perbaikan dan penciptaan unsure-unsur budaya
baru berdasarkan budaya lama yang telah dimilikinya.
Mereka inilah yang memelihara dan memperbaiki nilai-
nilai budaya dalam masyarakat.
5. Konsumen Barang dan Jasa
Orang-orang terdidik hasil pendidikan merupakan
generasi baru yang mengkonsumsi barang-barang dan jasa
yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik dan perusahaan-
perusahaan. Sebagai konsumen, mereka merupakan
konsumen yang lebih banyak jenis kebutuhannya serta
lebih kritis dalam menggunakan barang-barang keperluan
hidup dan jasa, apabila dibandingkan dengan orang-orang
yang tidak/kurang terdidik.

PENGANTAR PENDIDIKAN 143


BAB XIV
INOVASI PENDIDIKAN

A. Pengertian Inovasi Pendidikan


Inovasi pendidikan adalah inovasi untuk memecahkan
masalah dalam pendidikan. Inovasi pendidikan mencakup
hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem
pendidikan, baik dalam arti sempit tingkat lembaga
pendidikan maupun arti luas di sistem pendidikan nasional.
Kemajuan suatu lembaga pendidikan sangat berpengaruh
pada outputnya sehingga akan muncul pengakuan yang real
dari siswa, orangtua dan masyarakat namun sekolah/lembaga
pendidikan tidak akan meraih suatu pengakuan real apabila
warga sekolah tidak melakukan suatu inovasi di dalamnya
dengan latar belakang kekuatan, kelemahan tantangan dan
hambatan yang ada.

B. Tujuan Inovasi Pendidikan


Tujuan utama dari inovasi adalah berusaha
meningkatkan kemampuan, yakni kemampuan dari sumber-
sumber tenaga, uang, sarana dan prasarana, termasuk struktur
dan prosedur organisasi. Selain itu, tujuan inovasi pendidikan
adalah meningkatkan efesiensi, relevansi, kualitas dan
efektivitas.
Seiring dengan peningkatan mutu pendidikan, inovasi
pendidikan khususnya inovasi pembelajaran dilakukan agar
terciptanya program pembelajaran yang inovatif. Program
pembelajaran yang inovatif di desain menjadi sebuah
kegiatan yang menarik agar suasana pembelajaran di dalam
kelas tidak membosankan kreativitas dan inovasi juga dapat
mencorakkan situasi pembelajaran yang ceria. Sebagai
pendidik, kita harus mengetahui dan dapat menerapkan
inovasi-inovasi agar dapat mengembangkan proses
pembelajaran yang kondusif sehingga dapat diperolah hasil
yang maksimal.

144 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
C. Komponen Dasar Inovasi Pendidikan
1. Inovator, yang merupakan komponen yang utama dalam
proses inovasi di mana inovator memegang peranan
penting dalam melaksanakan inovasi.
2. Inovasi, di sini adalah permasalahan yang akan
dipecahkan.
3. Adanya komunikasi, dengan saluran tertentu artinya
adanya suatu pertukaran informasi antara anggota
masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat lain.
Karena komuniaksi merupakan alat untuk menyampaikan
informasi mengenai inovasi dari seorang ke orang lain.
4. Waktu, merupakan elemen yang tidak kalah pentingnya
dalam proses inovasi karena waktu merupakan aspek
utama dalam proses untuk mengkomunikasikan sebuah
inovasi. Peranan waktu dalam proses inovasi terdapat pada
tiga hal yaitu proses keputusan dalam mengambil
kebijakan untuk memutuskan sebuah inovasi, kemudian
kepekaan seorang terhadap inovasi, dan yang terakhir
yaitu kecepatan penerimaan inovasi.

D. Sasaran Inovasi Pendidikan


1. Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan
pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh
dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan
kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan
proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar
kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada
tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal yang dapat
membentuk kewibaan guru antara lain adalah penguasaan
materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai
dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antara
individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru,
pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri.
Dengan demikian maka dalam pembaharuan
pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan
inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan

PENGANTAR PENDIDIKAN 145


inovasinya memainkan peran yang sangat besar bagi
keberhasilan suatu inovasi pendidikan tanpa melibatkan
mereka, maka sangat mungkin mereka akan menolak
inovasi yang diperkenalkan kepada meraka. Hal ini seperti
diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap
inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan
miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya
mereka menganggap akan menggangu ketenangan dan
kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu
inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama
terlibat karena guru mempunyai peran yang luas sebagai
pendidik, sebagai seorang orang tua, sebagai teman,
sebagai dokter, sebagai motivator dan lain-lain
sebagainya.
2. Siswa
Sebagai objek utama dalam pendidikan terutama
dalam proses belajar mengajar, siswa memegang peran
yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar
siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui
penggunaan intelegensi, daya motorik, pengalaman,
kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka
tanpa ada paksaan. Hal ini dapat terjadi apabila siswa juga
dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun
hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan
daripada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai
dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan
merupakan tanggungjawab bersama yang harus
dilaksanakan dengan konsekuensi.
Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah
dengan pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya,
karena siswa bisa sebagai penerimaan pelajaran,
pemberiaan materi pelajaran pada sesama temannya,
petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam
memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan
penerapannya, siswa perlu diajar atau dilibatkan sihingga
mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi
tersebut, tetapi juga mengurangi resitensi seperti yang
diuraikan sebelumnya.

146 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
3. Kurikulum
Kurikulum pendidikan, lebih meliputi program
pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam
melaksanakan pendidikan dan pengajaran disekolah. Oleh
karena itu, kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian
yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar
mengajar disekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi
pendidikan kurikulum memegang urusan yang sama
dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya
kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang
ada di dalamnya, maka inovasi pendidikan tidak akan
berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri.
4. Fasilitas
Fasilitas termasuk sarana dan prasarana
pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam proses pendidikan
khususnya dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya
fisilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa
dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas yang
utama belajar mengajar merupakan hal yang esensial
dalam mengadakan perubahan dan pembahauan
pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu
inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya
ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan
sebagainya.
5. Lingkup Sosial Masyarakat
Dalam menerapkan inovasi pendidikan, tanpa
melibatkan masyarakat sekitarnya inovasi pendidikan
tentu akan terganggu bahkan bisa merusak apabila mereka
tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat
dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu
inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan
inovasi pendidikan.

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi pendidikan


1. Visi terhadap pendidikan
Pendidikan merupakan persoalan asasi bagi manusia
sebagai makhluk yang dapat didik dan harus di didik dan
tumbuh menjadi manusia dewasa dengan proses

PENGANTAR PENDIDIKAN 147


pendidikan yang dialaminya. Setiap anak akan mengalami
proses pendidikan secara alamiah, yaitu yang ia dapatkan
dalam situasi pergaulan dengan kedua orang orang tuanya
pada khususnya dalam lingkungan budaya yang
mengelilinginya. Usaha dan tujuan pendidikan dilandasi
oleh pandangan hidup orang tua, lembaga-lembaga
penyelengaraan pendidikan, masyarakat dan bangsanya.
Tujuan pendidikan di abadikan untuk kebahagian
individu, keselamatan masyarakat dan kepentingan negara.
Pandangan hidup bangsa menjadi norma pendidikan
nasioanal keseluruhan. Seperti diketahui,bahwa kehidupan
ini selalu mengalami perubahan, tujuan pembangunan,
bangsa mengalami pergeseran dan peningkatan serta
perubahan sesuai dengan waktu, keadaan dan kondisinya.
2. Faktor pertambahan penduduk
Adanya pertambahan penduduk yang cepat
menimbulkan akibat yang luas terhadap berbagai segi
kehidupan, utamanya pendidikan. Banyak masalah-
masalah pendidikan yang berkaitan erat dengan
meledaknya jumlah anak usia sekolah. Adapaun masalah-
maslah yang berkitan langsung dengan pendidikan
a. Kekurangan kesempatan belajar, masalah ini
merupakan masalah yang mendapat prioritas pertama
dan utama yang perlu segera digarap.
b. Masalah kualitas pendidikan, dikarenakan kurangnya
dana kurangnya jumlah guru kurangnya fasilitas
pendidikan sudah barang tentu hal ini mempengaruhi
merosotnya mutu pendidikan.
c. Masalah relevansi, masalah relevansi ini pada
prinsipnya cukup mendasar, sebab dalam kondisi
sekarang ini sangat dibutuhkan output pendidikan yang
sesuai dengan tuntunan masyarakat terutama dalam
hubungannya dengan kesiapan kerja.
d. Masalah efiseinsi efektifitas, pendidikan diusahakan
agar memperoleh hasil yang baik dengan biaya dan
waktu yang sedikit. Ini berarti harus dicari sistem
pendidik dan mengajar yang efisien dan efektif, sesuai
dengan prinsip-prinsip dasar pendidikan.

148 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
3. Faktor Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Seiring dengan kemajuan zaman seperti sekarang
ini, justru ditandai dngan majunya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu
pengetahuan secara akumulatif dan makin cepat jalannya.
Tanggapan yang bisa dilakukan dalam kependidikan
terhadapa perkembangan ilmu pengetahuan ialah dengan
memasukkan penemuan dan teori kedalam kurikulum
sekolah. Meskipun hal ini menyebabkan adanya
kurikulum yang sangat erat dengan masalah-masalah yang
baru .
4. Tuntutan adanya prose pendidikan yang relevan
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa salah satu
tuntutan di adakannya inovasi di dalam pendidikan adalah
adanya relevansi antara dunia pendidikan dengan
kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Berkenaan dengan
hal tersebut, maka pendidikan dapat diperolah baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Cukup banyak
pendidikan yang sangat berarti justru tidak dapat diperoleh
di sekolah terutama yang bersifat pengembangan profesi
dan keterampilan, seperti pengembangan karier, profesi
tertentu dan sebagainya.
Permasalahan pendidikan yang kini dihadapi adalah
sangat kompleks. Adanya profesi pendidikan yang relevan
dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi sangat
diperlukan mengingat akan keterbatasan dana pendidikan.
Agar kita dapat lebih memahami tentang perlunya
perubahan pendidikan atau kebutuhan adanya inovasi
pendidikan dapat kita gali dari tiga hal yang sangat besar
pengaruhnya terhadap kegiatan disekolah yaitu:
a. Faktor kegiatan belajar mengajar
Yang menjadi kunci keberhasilan dalam
pengelolaan kegiatan belajar mengajar ialah
kemampuan guru sebagai tenaga profesional. Guru
sebagai tenaga yang dipandang memiliki keahliaan
tertentu dalam bidang pendidikan, diserahi tugas dan
wewenang untuk mengelolah kegiatan belajar mengajar
agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya

PENGANTAR PENDIDIKAN 149


perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional dan tujuan institusional yang telah
dirumuskan. Tetapi dalam pelaksanaan tugas
pengelolaan kegiatan belajar mengajar terdapat
berbagai faktor yang menyebabkan orang memandang
bahwa pengelolaan bahwa kegiatan belajar mengajar
adalah kegiatan yang kurang profesional, kuranf
efektif, dan kurang perhatian. Alasan mengapa seorang
guru tidak berhasil dalam mengajar yaitu sebagai
berikut:
1) Keberhasilan tugas guru dalam mengelolah
kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh
hubungan interpersonal antara guru dan siswa.
2) Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan
yang terisolasi. Pada waktu mengajar tidak
mendapatkan teman sejawatnya.
3) Belum adanya kriteria yang baku tentang
bagaimana pengelolaan kegiatan belajar yang
efektif.
4) Dalam melaksanakan tugas mengelolah kegiatan
belajar mengajar, guru menghadapi sejumlah siswa
yang berbada satu dengan yang lain, baik
mengenai kondisi fisik, mental intelektual, sifat,
minat, dan latar belakang sosial ekonomi.
a) Faktor internal dan eksternal
Faktor internal yang mempengaruhi
pelaksanaan sistem pendidikan dan dengan
sendirinya juga inovasi penddiikan ialah siswa,
siswa sangat besar pengaruhnya terhadap proses
inovasi karena tujuan pendidikan untuk
mencapai tingkah laku siswa. Jadi siswa sebagai
pusat perhatian dan bahan perkembangan dalam
melaksanakan berbagai macam kebijakan
pendidikan.
Faktor eksternal yang mempunyai
pengaruh dalam proses inovasi pendidikan ialah
orang tua. Orang tua murid ikut mempunyai
peranan dalam menunjang kelancaran proses

150 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
inovasi pendidikan, baik ia sebagai penunjang
secara moral membantu dan mendorong
kegiatan siswa untuk melakukan kegiatan
belajar sesuai dengan yang diharapakan sekolah,
maupun sebagai penunjang pengadaan dana.
b) Sistem Pendidikan (pengelolaan dan
pengawasan)
Dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah diatur dengan aturan yang di buat oleh
pemerintah. Dalam kaitannya dengan adanya
berbagai macam aturan dari pemerintah tersebut
maka timbul permasalahan sejauh mana batas
kewenangan guru untuk mengambil kebijakan
dalam tugasnya dalam rangka menyusaikan
dengan kondisi dan situasi setempat.
Demikian pula sejauh mana kesempatan
yang di berikan kepada guru untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya guna
menghadapi tantangan kemajuan zaman.dampak
keterbatasan kesempatan menngkatkan
kemampuam profesional serta keterbatasan
kewewenangan mengambil kebijakan dalam
melaksanakan tugas bagi guru, dapat
menyebabkan guru tidak mampu utuk
mengambil kebijakan dalam melaksanakan
tugasnya untuk menghadapi tantang kemajuan
zaman. Rasa ketidak mampuan akan
menimbulkan frustasi dan bersikap apatis
terhadap tugas-tugas yang di bebankan
kepadanya.

F. Beberapa upaya dalam inovasi pendidikan


1. Sistem pamong
Pamong adalah singkatan dari pendidikan anak
oleh masyarakat, orang tua dan guru dan telah di
pergunakan sejak kegiatan pencarian alternatif atau
pelengkap bagi pendidikan dasar pada umumnya, proyek
berawal dari proyek kerja sama antara BP3K departemen

PENGANTAR PENDIDIKAN 151


pendidikan dan kebudayaan dengan SEAMO Ragianol”
Innotech Centre” (Innovation and Educational
Technology) pada tahun 1974-1979.
Salah satu prinsip sistem PAMONG adalah bahwa
belajar dapt berlangsung di berbagai tempatartinya sistem
PAMONG untuk mengubah pandangan bahwa belajara
hanya dapat terjadi di dalam gedung, gedung sekolah dan
bahwa jika anak putus sekolah juga berarti putus belajar
dengan demikian sistem PAMONG di samping
merupakan usaha serta kegiatan lain untuk meningkatkan
pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, juga
berusaha menciptaka wadah dan kesempatan bagi anak
yang karna satu dan lain hal terpaksa tidak dapat belajar di
sekolah biasa.
2. Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Tujuan proyek kkn adalah melengkapi para
mahasiswa adalah pengalaman praktis tentang kebutuhn
dan masalah pebangunan masyarakat pedesaan, serta
penyediaan tenaga kerja terdidik.jelas bahwa KKN akan
menyediakan tenaga akademik yang terampil,
berpengalaman langsung secara praktis tentang kebutuhan
dan masalah pembangunan masyarakat pedesaan dan
bukan sekedar berpengetahuan teori dari bangku kuliah
saja.
3. Program Penerimaan Bakat
Proyek ini bertujuan untuk membantu murid dan
mahasiswa yang berbakat serta berprestasi tinggi dalam
belajar.bantuan dan beasiswa dan di berikan kepada
pelajar di setiap jenis dan tingkat pendidikan.
4. Proyek Pendidikan Guru
Proyek ini sebagai bagian dari suatu kerangka
menyeluruh dari karir guru, tidak hanya meliputi
pendidikan tetap juga pengapdiannya terhadap masyarakat
dan pendidikan profesionalisme yang didukung oleh suatu
penelitian tujuan proyek ini ialah dimilikinya lembaga
pendidikan guru untuk segala jenis dan tingkat, baik yang
bersifat in-service maupun pre-service yang terkoordinasi
dalam suatu jaringan yang saling mengisi. Proyek tersebut

152 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
direncanakan akan mampu mendorong secara mantap
perkembangan guru, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif terutama kurikulumnya.
5. Model Pembaharuan Pada Sekolah Menengah Umum
Kegiatan konsultasi untuk pengembangan model
sekolah menengah umum yang semula adalah untuk
menciptakan beberapa sekolah model untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan khusus.
6. Sistem KBK dalam perkuliahan
Tuntutan KBK dalam bagi dosen mampu
mempermulasikan komponen desain instruksional,
penguasaan materi dan pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) sebagai saran pembelajaran yang
terintekrasi dalam upaya mengembangkan semua potensi
mahasiswa. Konsekuensinya inovasi dan kreativitas dosen
dalam mengembangkan model-model pembelajaran sangat
dibutuhkan dalam rangka menghasilkan peserta didik yang
sanggup bersaing di era globalisasi.

PENGANTAR PENDIDIKAN 153


BAB XV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan
bermaksud membantu peserta didik menumbuh kembangkan
potensi kemanusiaannya. Tugas pendidik mungkin di lakukan
jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa
manusia itu sebenarnya. Dalam kenyataannya masih banyak
pendidik yang belum mengetahui gambaran tentang manusia
itu sebenarnya dan sifat hakikat apa saja yang di miliki
manusia yang membedakannya dengan hewan sehingga
dalam melaksanakan pendidikan belum mendapatkan hasil
yang memuaskan.
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran
yang membawa pembaharuan dalam dunia pendidikan.
Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi
berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikirn terdahulu selalu
ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya,
sehingga timbul pemikiran yang baru, dan demikian
seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan itu dapat dipahami,
perlu aspek dari aliran-aliran itu yang harus dipahami. Oleh
karena itu setiap calon tenaga kependidikan harus memahami
berbagai jenis aturan-aturan pendidikan.
Tujuan pendidikan menurut aliran progresivisme
sebagaimana dikemukakan Dewey adalah menjadikan warga
negara yang demokratis. Dalam bidang kurikulum, aliran
progresivisme lebih mengutamakan bidang studi seperti
fisika, sejarah, keterampilan, serta hal-hal yang berguna atau
langsung dapat dirasakan kemanfaatannya oleh masyarakat.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan, maka aliran
progresivisme lebih menekankan pada memberikan
pengalaman empiris kepada peserta didik, sehingga terbentuk
pribadi yang selalu belajar dan berbuat (Muhmidayeli,
2012:156). Maksudnya pendidikan dimaksudkan untuk
memberikan banyak pengalaman kepada peserta didik dalam
upaya pemecahan masalah yang dihadapi di lingkungan
sehari-hari. Dalam hal ini, pengalaman yang dipelajari harus

154 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
bersifat riil atau sesuai dengan kehidupan nyata. Oleh
karenanya, seorang pendidik harus dapat melatih anak
didiknya untuk mampu memecahkan problem-problem yang
ada dalam kehidupan.
Peserta didik adalah orang yang menerima pengaruh
dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan
pendidikan. Peserta didik sebagai manusia yang belum
dewasa merasa tergantung kepada pendidikannya, peserta
didik merasa bahwa ia memiliki kekurangan-kekurangan
tertentu, ia menyadari bahwa kemampuan masih sangat
terbatas dibandingkan dengan kemampuan pendidiknya.
Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang
yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok
orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.Sedang dalam
arti sempit anak didik ialah anak (pribadi yang belum
dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.
Tripusat pendidikan (Keluarga, Sekolah, Masyarakat)
saling berhubungan dan berpengaruh. Keterkaitan ketiga
pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat
masing-masing memiliki fingsi tersendiri dengan satu tujuan
yaitu menolong pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik secara optimal, untul mencapai tujuan pendidikan yaitu
menjadikan manusia yang seutuhnya, berjatidiri, memiliki
integritas, dan martabat. Agar fungsi pendidikan dapat
tercapai dengan baik, harus terjadi kerjasama yang harmonis
antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu
kesatuan hidup (sistem sosial), dan keluarga menyediakan
situasi belajar. Sebagai satu kesatuan hidup bersama (sistem
sosial), keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ikatan
kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat
persahabatan, cinta kasih, hubungan antar pribadi, kerja
sama, disiplin, tingkah laku yang baik, serta pengakuan akan
kewibawaan. Sementara itu, yang berkenaan dengan keluarga
menyediakan situasi belajar, dapat dilihat bahwa bayi dan
anak-anak sangat bergantung kepada orang tua, baik karena
keadaan jasmaniahnya maupun kemampuan intelektual,

PENGANTAR PENDIDIKAN 155


sosial, dan moral. Bayi dan anak belajar menerima dan
meniru apa yang diajarkan oleh orang tua.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details
dalam menjelaskan tentang Materi diatas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.

156 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
DAFTAR PUSTAKA

Anshari, HM. Hafi. 1983. Pengantar Pendidikan. Surabaya:


Usaha Nasional.

Arends, I. Richard. 2008. Learning To Teach Belajar untuk


Mengajar.

Barnadib, Sutari Iman. 1983. Sejarah Pendidikan. Yogyakarta:


Andi Offset.

Dahler, F. 1971. Asal dan Tujuan Manusia: (Teori Evolusi).


Semarang: Kanisius.

Djamarah, Syaful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam


Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Hasbullah. 2012. Dasar Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT.


Raja Grafindo Persada.

Hasibuan, J.J dan Moedjiono. 2009. Proses Belajar Mengajar.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kasmadi & Sunariah Siti Nia.2013. Panduan Modern Penelitian


Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Koetjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentaliteit dan


Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Mudyahardjo, Redja. 2013. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT.


Raja Grafindo Persada.

Raka, Joni T. 1983. Cara Belajar Siswa Aktif, Wawasan


Kependidikan, dan Pembbaruan Pendidikan. Malang.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: Posda Karya.

PENGANTAR PENDIDIKAN 157


Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.

Sandy, Martin. 1982. Wawasan Kependidikan. Jakarta:


Depdikbud.

Sudhita, I Wayan Romi. 2014. Pengantar Pendidikan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Landasan & Aliran


Pendidikan. http://nadhirin.blog.com/2008/07, diakses
tanggal 2 Agustus 2018

Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget.


Yogyakarta: Kanisius.

Susanto, Ahmad. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran di


Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana.

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan


Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Tiro, M. A & Ilyas, B. 2010. Statistika Terapan untuk Ilmu


Ekonomi dan Ilmu Sosial. Makassar: Andira Publisher.

Tirtarahardja, Umar & S.L. La Sulo. 2015. Pengantar


Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Tisnadi, N. 2009. Hubungan Tingkat Perhatian Orangtua


Dengan Tingkat Motivasi Belajar Siswa SD Negeri
Kaligondong Sumber Mulyo Bambanglipuro Bantul.
Skripsi. Program studi PGSD FKIP Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Yogjakarta : Pustaka Belajar

Uno, H. Hamzah B. 2010. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

158 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Tentang Penulis
Perawati Bte Abustang, S.Pd., M.Pd; lahir di
Sabah Malaysia 02 Mei 1986, anak dari
pasangan suami istri Andi Abustang dan
Hajjah Nurjannah. Penulis merupakan anak
pertama dari empat bersaudara.
Penulis memulai pendidikannya dari Sekolah
Rendah Kebangsaan (SRK) Kelapa Sawit No.
5 Subis 2 Miri Sarawak (1998), MTs Al-
Kafiyah Desa Cabbeng (2003), SMAN 1 Ajangale (2006), D2
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Makassar FIP UNM (2008), S1 Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Makassar FIP UNM (2011), dan Pascasarjana (S2)
Universitas Negeri Makassar Program Studi Pendidikan IPS Ke-
SD An (2014) mendapatkan predikat cum laude.
Pengalaman dalam dunia pekerjaan di mulai sebagai pengajar
(guru) di SDN 66 Sijelling Kecamatan Tellu Siattinge
Kabupaten Bone. Memulai karir sebagai tenaga pengajar
(dosen) di STKIP Mega Rezky pada Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar pada tahun 2014 sampai sekarang. Selain
sebagai tenaga pegajar, pada tahun 2015- 2016 menjadi
sekertaris Lembaga Penjaminan Mutu di STKIP Mega Rezky
dan menjabat Ketua Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Mega
Rezky pada tahun 2017 sampai sekarang.
Semenjak menjadi dosen, penulis sering mengikuti berbagai
kegiatan ilmiah seperti seminar, workshop, lokakarya dan
deseminasi yang terkait bidang ilmu serta tugas tambahan
sebagai Ketua LPM. Pada bidang penelitian penulis memiliki
beberapa karya ilmiah yang sudah dipubliskan dalam bentuk
jurnal dan prosiding. Pada tahun 2018 bidang riset, penulis
memenangkan Hibah Penelitian Dosen Pemula (PDP) oleh
Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Selain
kegiatan penelitian penulis juga melakukan pengabdian dengan
beberapa mitra khususnya dalam bidang pendidikan di sekolah
dasar guna pengembangan keilmuan dalam masyarakat.
Selama menjadi mahasiswa sampai sekarang aktif di berbagai
organisasi yaitu menjadi anggota Asosiasi Dosen Pendidikan

PENGANTAR PENDIDIKAN 159


Guru Sekolah Dasar Indonesia (ADPGSDI), Pembina Racana
Putri Gugus Depan STKIP Mega Rezky tahun 2015- sekarang,
Wakil Bendahara Umum Kerukunan Alumni PGSD FIP UNM
tahun 2016-2019, Pembina Organisasi Mahasiswa daerah Bone
tahun 2017-2019, dan lain-lain. Untuk lebih mengembangkan
potensi akademik, penulis senantiasa mengharapkan kerjasama,
kritikan, dan saran dari pembaca melalui email
andiferawati@gmail.com

Profil Penulis
Waddi Fatimah, lahir di Langnga Kab.
Pinrang 01 April 1988, anak ke lima dari enam
bersaudara buah hati dari pasangan Bahtiar dan
Dabbung. Pendidikan SD di tempuh di SD
Negeri 51 Langnga Kec. Mattiro Sompe Kab.
Pinrang lulus tahun 2000, kemudian
melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1
Mattiro Sompe lulus tahun 2003, melengkapi perjalanan
pendidikan di SMA Negeri 1 Mattiro Sompe hingga tahun 2007.
Pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Negeri
Makassar Fakultas Ilmu Pendidikan pada Program Studi S1
PGSD dan lulus tahun 2011. Tahun 2012 penulis kembali
melanjutkan pendidikan di Program Pascasarjana Universitas
Negeri Makassar Program Studi Pendidikan IPS Ke- SD An
lulus tahun 2014. Tahun 2014 penulis memulai karir hingga
sekarang sebagai dosen tetap di STKIP Mega Rezky pada
Program Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Untuk lebih mengembangkan potensi akademik, penulis
senantiasa mengharapkan kerjasama, kritikan, dan saran dari
pembaca melalui email waddifatimah22@gmail.com

160 PENGANTAR PENDIDIKAN


Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Profil Penulis
Eka Fitriana HS, dilahirkan di Rappang,
Kab. Sidrap pada tanggal 18 Maret 1988,
anak pertama dari empat bersaudara buah hati
pasangan Drs. H. Hasanuddin Bakri, M. Si
dan Dra. Hj. Ratnawati. Suami Muh. Reski
Salemuddin, S.Sos., M.Pd dan telah
dikaruniai dua orang anak bernama Alfian
Raditya Fahreza dan Anindya Qirani Reza. Penulis menempuh
pendidikan dasar di SD Negeri 6 Rappang Kab. Sidrap pada
tahun 1994 dan tamat pada tahun 2000, Selanjutnya pada tahun
yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1
Panca Rijang Kab. Sidrap dan tamat pada tahun 2003.
Kemudian pada tahun itu juga, penulis menempuh pendidikan di
SMAN 1 Panca Rijang Kab. Sidrap dan selesai pada tahun
2006. Selanjutnya pada tahun yang sama penulis diterima di
Universitas Negeri Makassar pada Program Studi D2 PGSD dan
tamat pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan
pendidikan pada Program Studi Pendidikan S1 PGSD
Universitas Negeri Makassar dan selesai pada tahun 2011. Pada
tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di Program
Pascasarjana Universitas Negeri Makassar (UNM) dengan
Program Studi Pendidikan Matematika Kekhususan Matematika
Sekolah dan selesai tahun 2014. Hingga kini penulis aktif
sebagai Dosen tetap di Program Studi PGSD STKIP Mega
Rezky Makassar. Untuk lebih mengembangkan potensi
akademik, penulis senantiasa mengharapkan kerjasama, kritikan,
dan saran dari pembaca melalui email
ekhafitriana88@gmail.com

PENGANTAR PENDIDIKAN 161


162 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd

Anda mungkin juga menyukai