PENGANTAR
PENDIDIKAN
PENGANTAR PENDIDIKAN i
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
1. Barang siapa dengan sengaja dan tampa hak melakukan perbuatan
Sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1)
dan ayat 2 dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan / atau denda paling sdikit Rp.
1.000.000.00 (satu juta), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
Tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000;00 (lima
milyar rupiah.
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang
hasil pelanggaran Hak Cipta terkait bagaimana dimaksud pada ayat
(1) pidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.00; (lima ratus juta
rupiah).
ii PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wb.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat-Nya buku ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penerbitan buku ini.
Buku ini disusun didasarkan Kurikulum yang berlaku
secara nasional. Karena itu kehadiran buku ini diharapkan
dijadikan acuan bagi mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar
Pendidikan dan mata kuliah kependidikan lainnya. Tentu saja
buku ini tidak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa tetapi juga
bagi para pendidik, dan pemerhati pendidikan.
Harapan penulis mudah-mudahan buku ini dapat
memberikan bimbingan sesuai dengan tugas yang diemban oleh
guru, yaitu mengajar, mendidik, dan di dalamnya termasuk
melakukan penilaian.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan,
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
penyempurnaan buku ini pada edisi berikutnya.
Akhirnya, sekecil apapun sumbangan yang mungkin dapat
diberikan, mudah-mudahan buku ini dapat memberikan manfaat,
dan diridhoi oleh Allah SWT. Amin!
Penulis
iv PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
C. Hubungan Masyarakat dan Sekolah_55
D. Peranan masyarakat dalam Pendidikan_60
BAB VIII PENGARUH TIMBAL BALIK ANTAR
SEKOLAH, KELUARGA DAN
MASYARAKAT_63
A. Pengaruh Timbal Balik antara Keluarga, Sekolah
dan Masyarakat_63
B. Faktor Penghambat Hubungan antara Sekolah dan
Masyarakat_69
C. Menjalin hubungan yang baik antara Sekolah dan
Masyarakat_71
BAB IX PENDIDIKAN SEBAGI SISTEM_74
A. Pengertian Pendidikan Sebagai Suatu Sistem_74
B. Unsur suatu Sistem Pendidikan_78
C. Komponen-komponen Pendidikan_80
D. Langkah-langkah Pemecahan Masalah dengan
Pendekatan Siswa_82
E. Karakteristik Sistem Pendidikan Terbuka_82
BAB X PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP_83
A. Pengertian Pendidikan Seumur Hidup_83
B. Karakteristik dan Faktor-faktor yang Mendorong
Perlunya _95
Pendidikan Seumur Hidup_96
C. Kerangka Kerja Teoritis Pendidikan Seumur
Hidup_98
D. Kerangka kerja Operasional Pendidikan Seumur
Hidup_98
E. Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup bagi
Pendidikan Sekolah_99
BAB XI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL_101
A. Pengertian Sistem Pendidikan Nasional_101
B. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional_102
C. Penyelenggaraan Sistem Pendidikan_103
BAB XII PERMASALAHAN PENDIDIKAN_108
A. Pengertian Masalah Pendidikan_108
B. Permasalahan Pokok Pendidikan_110
C. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan_110
PENGANTAR PENDIDIKAN v
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Berkembangnnya Masalah Pendidikan_116
E. Permasalahan Aktual Pendidikan._118
BAB XIII PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN_122
A. Pendidikan dan Pembangunan_122
B. Konsep Dasar Pembangunan_124
C. Pendidikan dan Pengurangan Kemiskinan_126
D. Pendidikan Non formal dan Penbangunan_127
E. Pendidikan dan Beberapa dimensi Pembangunan
lainnya_132
F. Esensi Pendidikan dan Pembangunan serta titik
temunya_138
G. Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan_139
H. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional_140
I. Keragaman Persepsi Konsep Pembangunan_142
J. Peranan Pendidikan dalam Pembangunan_142
BAB XIV INOVASI PENDIDIKAN_144
A. Pengertian Inovasi Pendidikan_144
B. Tujuan Inovasi Pendidikan_144
C. Komponen Dasar Inovasi Pendidikan_145
D. Sasaran Inovasi Pendidikan_145
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inovasi
Pendidikan_147
F. Beberapa Upaya dalam Inovasi Pendidikan_151
BAB XV PENUTUP_154
A. Kesimpulan_154
B. Saran_156
DAFTAR PUSTAKA _157
vi PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan
bermaksud membantu peserta didik menumbuh kembangkan
potensi kemanusiaannya. Tugas pendidik mungkin di lakukan
jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa
manusia itu sebenarnya. Dalam kenyataannya masih banyak
pendidik yang belum mengetahui gambaaran tentang
manusia itu sebenarnya dan sifat hakikat apa saja yang di
miliki manusia yang membedakannya dengan hewan
sehingga dalam melaksanakan pendidikan belum
mendapatkan hasil yang memuaskan.
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran
yang membawa pembaharuan dalam dunia pendidikan.
Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi
berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikirn terdahulu selalu
ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya,
sehingga timbul pemikiran yang baru, dan demikian
seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan itu dapat dipahami,
perlu aspek dari aliran-aliran itu yang harus dipahami. Oleh
karena itu setiap calon tenaga kependidikan harus memahami
berbagai jenis aturan-aturan pendidikan.
Tujuan pendidikan menurut aliran progresivisme
sebagaimana dikemukakan Dewey adalah menjadikan warga
negara yang demokratis. Dalam bidang kurikulum, aliran
progresivisme lebih mengutamakan bidang studi seperti
fisika, sejarah, keterampilan, serta hal-hal yang berguna atau
langsung dapat dirasakan kemanfaatannya oleh masyarakat.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan, maka aliran
progresivisme lebih menekankan pada memberikan
pengalaman empiris kepada peserta didik, sehingga terbentuk
pribadi yang selalu belajar dan berbuat (Muhmidayeli,
2012:156). Maksudnya pendidikan dimaksudkan untuk
memberikan banyak pengalaman kepada peserta didik dalam
upaya pemecahan masalah yang dihadapi di lingkungan
sehari-hari. Dalam hal ini, pengalaman yang dipelajari harus
PENGANTAR PENDIDIKAN 1
bersifat riil atau sesuai dengan kehidupan nyata. Oleh
karenanya, seorang pendidik harus dapat melatih anak
didiknya untuk mampu memecahkan problem-problem yang
ada dalam kehidupan.
Peserta didik adalah orang yang menerima pengaruh
dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan
pendidikan. Peserta didik sebagai manusia yang belum
dewasa merasa tergantung kepada pendidikannya, peserta
didik merasa bahwa ia memiliki kekurangan-kekurangan
tertentu, ia menyadari bahwa kemampuan masih sangat
terbatas dibandingkan dengan kemampuan pendidiknya.
Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang
yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok
orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.Sedang dalam
arti sempit anak didik ialah anak (pribadi yang belum
dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.
Tripusat pendidikan (Keluarga, Sekolah, Masyarakat)
saling berhubungan dan berpengaruh. Keterkaitan ketiga
pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat
masing-masing memiliki fingsi tersendiri dengan satu tujuan
yaitu menolong pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik secara optimal, untul mencapai tujuan pendidikan yaitu
menjadikan manusia yang seutuhnya, berjatidiri, memiliki
integritas, dan martabat. Agar fungsi pendidikan dapat
tercapai dengan baik, harus terjadi kerjasama yang harmonis
antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu
kesatuan hidup (sistem sosial), dan keluarga menyediakan
situasi belajar. Sebagai satu kesatuan hidup bersama (sistem
sosial), keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ikatan
kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat
persahabatan, cinta kasih, hubungan antar pribadi, kerja
sama, disiplin, tingkah laku yang baik, serta pengakuan akan
kewibawaan. Sementara itu, yang berkenaan dengan keluarga
menyediakan situasi belajar, dapat dilihat bahwa bayi dan
anak-anak sangat bergantung kepada orang tua, baik karena
keadaan jasmaniahnya maupun kemampuan intelektual,
2 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
sosial, dan moral. Bayi dan anak belajar menerima dan
meniru apa yang diajarkan oleh orang tua.
B. Tujuan Penulisan
Dengan ditulisnya buku ini di harapkan para pembaca
dapat :
1. Mengetahui pandangan ilmiah dan filosofis tentang
manusia dan implikasinya.
2. Mengetahui aliran-aliran pendidikan.
3. Mengetahui fungsi dan peran lembaga pendidikan.
4. Mengetahui peranan keluarga dan masyarakat dalam
pendidikan.
5. Mengetahui pengaruh timbal balik antar sekolah,
keluarga dan masyarakat.
6. Mengetahui pendidikan sebagai sistem.
7. Mengetahui pendidikan seumur hidup.
8. Mengetahui permasalahan pendidikan.
9. Mengetahui pendidikan dan pembangunan.
10. Mengetahui inovasi pendidikan.
PENGANTAR PENDIDIKAN 3
BAB II
PANDANGAN ILMIAH DAN FILOSOFIS TENTANG
MANUSIA DAN IMPLIKASINYA
4 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
Konsep -
konsep antropologi biologis menjadi landasan pe
ndidikan (Landasan Antropologis Pendidikan).
1) Keharusan dan kemungkinan pendidikan.
2) Keragaman praktek pendidikan, baik dalam
sejarah manusia maupun dalam bentuk praktek
pendidikan dalam suatu zaman.
d. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan: L
ahir dan berkembangnya antropologi pendidikan.
2. Antropologi Budaya
a. Batasan
Antropologi sosial budaya mempergunakan
teknik-teknik riset historis, observasi, wawancara
dalam studi orang yang hidup sekarang. (Beals
dalam Mudyahardjo, 2013: 25)
b. Karakteristik
1) Manusia adalah organisme sosiobudaya.
Budaya = seperangkat cara hidup (berpikir dan
berbuat) yang diperoleh melalui proses belajar,
yang memberi ciri pada setiap keputusan
kelompok.
2) Komponen utama budaya.
a) Sebuah kelompok / masyarakat.
b) Sebuah lingkungan dalam
kelompok/masyarakat.
c) Sebuah budaya material.
d) Sebuah tradisi budaya.
e) Kegiatan-kegiatan dan perilaku manusia.
3) Karakteristik umum budaya.
a) Tingkah laku kultural dipelajari.
b) Tingkah laku kultural terorganisasi dalam
pola-pola tingkah-laku.
c) Pola-pola budaya diajarkan orang dan
berlangsung dan satu generasi ke generasi
lainnya.
d) Budaya mempunyai aspek material dan non
material.
PENGANTAR PENDIDIKAN 5
c. Implikasi dalam praktek pendidikan
Konsep-konsep antropologi sosio budaya
menjadi landasan pendidikan (Landasan
Antropologis Pendidikan).
1) Keharusan dan kemungkinan pendidikan.
2) Keragaman kegiatan pendidikan berdasarkan
sistem budaya, kesatuan budaya regional, dan
kelompok subkultur.
3) Pendidikan adalah enkulturasi (proses
pemindahan budaya dari generasi ke generasi).
d. Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan
1) Lahir dan berkembangnya antropologi pendidikan
yang dipelopori oleh Frans Boa dan Margareth
Mead.
2) Adanya kebutuhan Antropologi Filsafat Anak
(pandangan tentang hakekat khuluk atau
karakteristik anak).
3. Psikologi
a. Batasan
Psikologi adalah studi tentang kegiatan-kegiatan
atau tingkah laku individu dalam keseluruhan ruang
hidupnya, dari dalam kandungan sampai balita, dari
masa kanak-kanak sampai masa dewasa, serta masa
tua. (Woodward & Marquis, dalam Mudyahardjo,
2013: 27).
b. Karakteristik
Individu yang belajar (Callahan & Clark, dalam
Mudyahardjo, 2013: 32):
1) Unik (ada perbedaan individual).
2) Banyak kesamaan daripada perbedaannya.
3) Mempunyai berbagai diri.
4) Sebuah organisme total.
5) Mempunyai kesiapan bertindak
c. Implikasi dalam praktek pendidikan
1) Konsep-konsep psikologis tentang individu
menjadi dasar pelaksanaan proses kegiatan
belajar-mengajar (Landasan Psikologis
Pendidikan).
6 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
2) Pendidikan = individualisasi (proses
pengembangan individu).
d. Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan
1) Lahir dan berkembangnya psikologi pendidikan
yang dipelopori oleh Thorndike.
2) Lahir dan berkembangnya aliran pembaharuan
pendidikan yang disebut developmentalisme
atau "Psychological Tendency in Education",
yang dipelopori oleh Pestalozzi, Herbart dan
Froebel.
4. Sosiologi
a. Batasan
Sosiologi adalah studi tentang struktur sosial. (Read-
ing, dalam Mudyahardjo, 2013: 17)
b. Karakteristik Masyarakat
1) Manusia adalah animal sociale (binatang yang
hidup bermasyarakat).
2) Masyarakat adalah:
a) Pengalaman kita dengan orang lain di sekitar
kita (Berger & Berger).
b) Tingkah laku kelompok, hubungan-hubungan
di antara manusia, dan faktor-
faktor yang termasuk dan terjadi di dala
m hubungan-hubungan manusia (Ginsberg).
c) Interaksi-interaksi dan interelasi-interelasi
manusia (Barlett, dkk).
c. Komponen-komponen masyarakat (Ginsberg):
1) Morfologi sosial.
2) Kontrol sosial.
3) Proses sosial.
4) Patologi sosial.
d. Komponen-komponen masyarakat (Broom
&Selznick):
1) Organisasi sosial.
2) Budaya.
3) Sosialisasi.
4) Kelompok-kelompok primer.
PENGANTAR PENDIDIKAN 7
e. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep sosiologi tentang manusia
menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan
(Landasan Sosiologis Pendidikan).
2) Masyarakat sebagai ekologi pendidikan atau
sebagai lingkungan tempat berlangsungnya pen-
didikan.
3) Pendidikan = sosialisasi (proses menjadi anggota
masyarakat yang diharapkan).
f. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan
1) Mendorong lahir dan berkembangnya sosiologi
pendidikan, yang dipelopori oleh Henry Suzzalo.
2) Mendorong lahir dan berkembangnya ilmu pen-
didikan kependudukan.
3) Mendorong lahir dan berkembangnya aliran
sosiologisme pendidikan, atau sosiological ten-
dency in education, yang lebih menekankan
konsep pendidikan pada proses sosialisasi dari
pada individualisasi.
5. Politika (Ilmu Politik)
a. Batasan
Politika adalah studi tentang pemerintahan
negara. (Broom & Selznick, dalam Mudyahardjo,
2013: 17).
b. Karakteristik pemerintahan negara
1) Manusia sebagai animal politicon (Aristoteles),
binatang yang hidup berpolitik.
2) Bidang-bidang ilmu politik (Unesco):
3) Teori politik.
4) Lembaga-lembaga politik.
5) Partai-partai politik, keloinpok-kelompok
politik, dan pendapat umum.
6) Hubungan-hubungan internasional.
8 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep politika menjadi. dasar
penyelenggaraan pengelolaan pendidikan
makro nasional (Landasan Politikal
Pendidikan).
2) Terjalinnya kerja sama internasional dalam
bidang pendidikan.
3) Pendidikan = civilisasi (proses menjadi warga
negara yang diharapkan).
d. Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan
1) Lahir dan berkembangnya politika pendidikan/
pendidikan nasional yang dipelopori oleh Guizot
(Perancis), Fischer (Inggris), Horace Mann dan
Henry Benhard (USA), K.H. Dewantara dan
Moh. Syafei (Indonesia).
2) Lahir dan berkembangnya studi pendidikan in-
ternasional (Auslandpedagogik)
6. Ekonomika (Ilmu Ekonomi)
a. Batasan
Ekonomika adalah studi tentang upaya
manusia memperoleh kemakmuran materiil manusia.
(Winardi, 1989: 177).
b. Karakteristik ekonomi
1) Manusia = animal economicus, binatang yang
terus berusaha memperoleh kemakmuran ma-
teriil.
2) Bidang ekonomi:
a) Konsumsi.
b) Produksi.
c) Distribusi.
d) Pertumbuhan sepanjang waktu.
3) Satuan ekonomi:
a) Ekonomi mikro.
b) Ekonomi makro.
PENGANTAR PENDIDIKAN 9
c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep ekonomik menjadi dasar atau
landasan pendidikan (Landasan Ekonomikal
Pendidikan).
2) Kondisi ekonomi mempengaruhi kemampuan &
kegiatan pendidikan.
3) Pendidikan = penanaman modal dalam sumber
daya manusia atau human investment, ditinjau
dari ekonomi makro.
4) Pendidikan = profesionalisasi, ditinjau dari eko-
nomi mikro.
d. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan
1) Lahir dan berkembangnya ekonomika pendidikan,
yang dipelopori secara konseptual oleh Adam
Smith, Alfred Marshall, J. Alan Thomas, Gheor
Dore Schultz.
2) Lahir dan berkembangnya studi pendidikan dan
pembangunan.
10 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
hal-hal yang tak penting, untuk sampai pada
hal yang menjadi hakekat (eidos) dari gejala.
d) Normatif, yaitu berpikir yang tertuju untuk
mencari hal-hal yang seharusnya.
b. Obyek
1) Obyek filsafat adalah pertanyaan umum yang
terbuka/abadi, yaitu pertanyaan yang tidak
pernah selesai dijawab sepanjang hidup
manusia.
2) Obyek yang menjadi lingkup pertanyaan filsafat
adalah segala sesuatu dalam alam semesta
dengan segala isinya.
c. Cabang
1) Metafisika = hakikat kenyataan :
a) Ontologi = hakikat kenyataan alam semesta
b) Teologi = hakikat Tuhan.
c) Kosmologi = hakikat alam.
d) Humanologi = hakikat manusia.
2) Epistemologi = hakikat mengetahui dan pe-
ngetahuan;
logika = hakikat menyimpulkan
untuk memperoleh
pengetahuan.
3) Aksiologi = hakikat nilai-nilai:
a) Etika = hakikat baik dan jahat.
b) Estetika = hakikat indah dan jelek.
d. Aliran-aliran Filsafat Umum
1) Idealisme
2) Realisme
3) Perenialisme
4) Esensialisme
5) Pragmatism dan progresivisme
6) Enksistensialisme
e. Implikasidalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep filsafat umum (metafisika,
epistemologi. dan aksiologi) menjadi dasar/lan-
dasan penyelenggaraan pendidikan (Landasan
Filosofis Pendidikan).
PENGANTAR PENDIDIKAN 11
2) Munculnya sekolah-sekolah percobaan (Kinder-
garten dari Froebel merupakan penerapan ga-
gasan pendidikan idealistik; Casa De Bambini
merupakan sekolah dari Montessori yang me-
rupakan penerapan gagasan pendidikan natura-
listik; Laboratory School dari J. Dewey merupa-
kan penerapan gagasan pendidikan pragmatik/
eksperimentalistik; dan sebagainya).
f. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan
1) Munculnya filsafat pendidikan, yang dipelopori
oleh Plato.
2) Lahir dan berkembangnya mazhab-
mazhab/aliran-aliran Jilsafat pendidikan, antara
lain:
3) Filsafat pendidikan idealisme: pendidikan =
pemekaran kemampuan berpikir.
4) Filsafat pendidikan realisme: pendidikan =
pemekaran kemampuan berbuat dan berpe-
ngalaman.
5) Filsafat pendidikan
eksperimentalisme/instrumentalisme:
rekonstruksi pengalaman yang terus
berlangsung sepanjang hidup.
6) Filsafat pendidikan eksistensialisme: pendidikan
= perwujudan kebebasan diri sendiri.
2. Filsafat Antropologi atau Antropologi Filosofis
a. Batasan
Filsafat antropologi adalah cabang filsafat yang
menyelidiki hakekat manusia sebagai keseluruhan, atau
manusia seutuhnya. Pengetahuan filosofis tentang
manusia pada dasarnya adalah refleksi manusia tentang
dirinya sendiri.
b. Obyek
1) Masalah hubungan manusia dengan alam.
2) Masalah hubungan manusia dengan manusia.
3) Masalah hubungan manusia dengan Tuhan.
12 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep manusia seutuhnya sebagai dasar
tujuan pendidikan.
2) Pendidikan = humanisasi (proses mewujudkan
kemanusiaan, atau proses menuju tercapainya
manusia seutuhnya).
3) Tujuan utama dalam hidup mencapai
perwujudan diri sendiri secara kooperatif.
d. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan
1) Timbul kebutuhan studi filsafat antropologi
anak yang tertuju membahas khuluk atau ha-
kikat anak (anak dilahirkan membawa dosa asal
dari adam dan hawa di surga; anak di lahirkan
sebagai tabula rasa atau tanpa pembawaan, anak
dilahirkan baik; anak dilahirkan tidak berdaya
tapi penuh potensi, dan sebagainya).
2) Mendorong lahir dan berkembangnya pedagogik
atau ilmu mendidik yang memadukan aspek
faktual dengan aspek normatif yang dipelopori
oleh Herbart (perpaduan antara aspek filosofis
yang menentukan tujuan-tujuan pendidikan
dengan aspek psikologis yang menentukan cara-
cara atau metode-metode pendidikan).
PENGANTAR PENDIDIKAN 13
BAB III
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
14 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan
waktu. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan
mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas.
Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah
menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui
suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah
bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adalah
berharga untuk diketahui oleh semua orang. Metode
pendidikan: Pendidikan berpusat pada guru (teacher
centered). Peserta didik dipaksa untuk belajar.
Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang
mencakup mata-mata pelajaran akademik yang pokok.
Kurikulum sekolah dasar ditekankan pada
pengembangan keterampilan dasar dalam membaca,
menulis, dan matematika. Sedangkan kurikulum pada
sekolah menengah menekankan pada perluasan dalam
mata pelajaran matematika, ilmu keagaman, serta bahasa
dan sastra.
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan
pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal
peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada
jaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda
dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah
dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang
penuh fleksibilitas. Dimana terbuka untuk perubahan,
toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus
berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan
tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai
terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Idealisme dan Realisme adalah aliran filsafat
yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini
bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi
tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya
yang utama pada dirinya masing-masing. Dengan
demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya
konsep-konsep pikiran yang disebut asensialisme, karena
itu timbul pada jaman itu, esensialisme adalah konsep
PENGANTAR PENDIDIKAN 15
meletakkan sebagian ciri dalam pikir modern.
Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan
reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad
pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis
yang menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta,
yang memenuhi tuntutan zaman.
2. Aliran Prennialisme
Pendukung filsafat perennialisme adalah Robert
Maynard Hutchins dan Mortimer Adler. Hutchins (1963)
mengembangkan suatu kurikulum berdasarkan penelitian
terhadap Great Books (buku besar bersejarah) dan
pembahasan buku-buku klasik. Perennialise
menggunakan prinsi-prinsip yang dikemukakan Plato,
Aristoteler, dan Thomas Aquino. Pandangan-pandangan
Plato dan Aristoteles mewakili peradaban Yunani kuno
serta ajaran Thomas Aquino dari abad pertengahan.
Filsafat perennialisme terkenal dengan bahasa latinnya
Philoshopia Prenis. Pendiri utama dari aliran filsafat ini
adalah Aristoteles sendiri, kemudian didukung dan
dilanjutkan St. Thomas Aquinas sebagai pemburu dan
reformer utama dalam abad ke-13.
Perennialisme memendam bahwa kepercayaan-
kepercayaan aksiomatis jaman kuno dan abad
pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep
filsafat dan pendidikan jaman sekarang. Sikap ini
bukanka nostalgias (rindu atas hal-hal yang sudah
lampau semata-mata) tetapi berdasarkan keyakinan
bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi
abad sekarang. Jadi sikap untuk kembali kemasa lampau
itu merupakan konsep bagi perennialisme dimana
pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa
lampau dengan berdasarkan keyakinan bahwa
kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang ini.
Asas-asas filsafat perennialisme bersumber pada
filsafat, kebudayaan, yang mempunyai dua sayap, yaitu
perennialisme yang theologis yang ada dalam
penganyoman pada gerakan katolik, khususnya menurut
dan intrepertasi Thomas Aquinas, dan perennialisme
16 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
sekular yakni yang berpegang pada ide dan cita filosofis
Plato dan Aristoteles.
Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang
mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan
bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu
pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan
nilai-nilai tersebut. Menurut perennialisme, ilmu
pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena
dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir
secara induktif. Jadi dengan berpikir, maka kebenaran itu
akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan
mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi
seseorang untuk mengembangkan pikiran dan
kecerdasan.
Tujuan pendidikan diharapkan anak didik mampu
mengenal dan mengembangkan karya-karya yang
menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-
karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa
lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman
telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah,
filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan
alam, dan lain-lainnya, telah banyak memberikan
sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.
Kurikulum berpusat pada mata pelajaran dan cenderung
menitikberatkan pada sastra, matematika, bahasa dan
sejarah.
PENGANTAR PENDIDIKAN 17
BAB IV
ALIRAN PROGRESIVISME DAN
PEKONSTRUKSIONISME
18 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
merahnya yaitu perkembangan aliran progresivisme ini
secara pesat terjadi pada abad ke-20.
Menurut sejarah munculnya aliran progresivisme
ini sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh filsafat
pragmatisme sebagaima telah disebutkan di atas, seperti
Charles S. Peirce, William James dan John Dewey, serta
aliran ekspereimentalisme Francis Bacom. Selain itu,
adalah John Locke yang merupakan tokoh filsafat
kebebasan politik dan J.J. Rousseu dengan ajarannya
tentang kebaikan manusia telah dibawa sejak lahir
(Muhmidayeli, 2012:152). Adapun pemikiran-pemikiran
yang berpengaruh terhadap perkembangan aliran
progresivisme adalah pemikiran Johan Heinrich
Pestalozzi, Sigmund Freud, dan John Dewey (Gutek,
1974:139). Pemikiran ketiga tokoh tersebut merupakan
inspirasi bagi aliran progresivisme. Johann Heinrich
Pestalozzi, seorang pembaharu pendidikan Swiss pada
abad 19, menyatakan bahwa pendidikan seharusnya lebih
dari pembelajaran buku, dimana merangkul kesuluruhan
bagian pada anakemosi, kecerdasan, dan tubuh anak.
Pendidikan lama, menurut Pestalozzi, seharusnya
dilakukan di sebuah lingkungan yang terikat secara
emosional dengan anak dan memberi keamanan pada
anak. Pendidikan tersebut seharusnya juga dimulai di
lingkungan anak sejak dini dan melibatkan indera anak
pada benda-benda di sekililingnya. Pengaruh pemikiran
Sigmund Freud terhadap pendidik progresif ialah melalui
kajian kasus Histeria (gangguan pada syaraf), Freud
mengusut pada asal usul penyakit mental ini dari masa
kanak-kanak. Orang tua yang otoriter dan lingkungan
tempat tinggal anak sangat memengaruhi kasus tersebut.
Kekerasan/penindasan, khususnya pada masalah seksual
dapat menjadi penyebab penyakit syaraf yang dapat
menganggu perkembangan anak bahkan sampai mereka
dewasa.
2. Aliran Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris
Reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam
PENGANTAR PENDIDIKAN 19
filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah
suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama
dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme pada
prinsipnya sepaham dengan aliran perennialisme, yaitu
hendak menyatakan krisis kebudayaan terhadap
modernisasi. Walaupun demikian, prinsip yang dimiliki
aliran rekonstruksionisme tidaklah sama dengan prinsip
yang dipegang perennialisme. Keduanya mempunyai visi
dan cara yang berbeda dalam pemecahan yang akan
ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi
dalam kehidupan. Aliran perennialisme memilih cara
sendiri, yakni dengan kembali ke alam kebudayaan lama
atau dikenal dengan “regressive road to culture” yang
mereka anggap paling ideal. Sementara itu aliran
rekonstruksionisme menempuh dengan jalan berupaya
membina suatu kesepakatan yang paling luas dan
mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan
umat manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut,
rekonstruksionisme berusaha mencari kesepakatan
semua orang mengenai tujuan utama yang dapat
mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan
baru seluruh lingkungannya, maka melalui lembagai dan
proses pendidikan.
Rekonstruksionisme sendiri merupakan
kelanjutan dari aliran progresivisme. Aliran ini lahir
karena mereka berpikir bahwa aliran progrisivisme
hanya memikirkan masalah masalah yang terjadi dalam
masyarakat. Sedangkan rekonstruksionisme beranggapan
bahwa merubah sesuatu yang telah ada dan memecahkan
masalah yang terjadi di masyarakat. Rekonstrkusionisme
di pelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada
tahun 1930 yang ingin membangun masyarakat baru,
masyrakat yang pantas dan adil.tokoh- tokoh aliran
rekonstruksionisme yaitu Caroline pratt, George count,
dan Harold rug.
Aliran rekonstruksionisme dianggap cocok untuk
dunia pendidikan yang lebih baik karena aliran ini
20 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
bepikir bagaimana kita mampu menciptakan Sumber
Daya Manusia yang sanggup berasaing di era
modernisasi yang tidak hanya cerdas dalam bidang
pengetahuan tetapi memiliki keterampilan dan sikap
yang baik. Selain itu aliran ini menekankan bahwa
peserta didik sebagai sasaran utama dalam pendidikan.
Peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam
mengemukakan pendapatnya dan pemikirannya dalam
pemecahan suatu masalah. Jadi peran guru disini hanya
sebagai fasilitator bukan yang banyak memberiakan
pemecahan solusi suatu masalah. Maka melalui lembaga
dan proses pendidikan rekonstruksionisme ingin
merombak tata susunan lama dan membangun tata
susunan hidup kebudayaan yang baru. Tanpa
menghilangkan esensi budaya yang terdahulu. Jadi
kebudayaan terdahulu dijadikan sebagai tolak ukur
pembentukkan tatanan kebudayaan yang baru.
PENGANTAR PENDIDIKAN 21
memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan
yang sifatnya memperlancar berlangsung kegiatan
belajar tersebut.
c. Metode Penelitian Ilmiah, Pendidikan progresif
merintis digunakannya metode penelitian ilmiah
yang tertuju pada penyusunan konsep.
d. Pemerintahan Pelajar, Pendidikan progresif
memperkenalkan pemerintahan pelajar dalam
kehidupan sekolah dalam rangka demokratisasi
dalam kehidupan sekolah.
e. Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga, Pendidikan
Progresif mengupayakan adanya kerjasama antara
sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan
kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak untuk
mengekspresikan secara alamiah semua minat dan
kegiatan yang diperlukan anak.
f. Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan
Pendidikan, Sekolah tidak hanya tempat untuk
belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratoriun
dan pengembangan gagasan baru pendidikan.
4. Pendidikan
Progrisivisme di dasarkan pada keyakinan bahwa
pendidikan harus terpusat pada anak bukanlah
memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Dalam
pendidikan progresivisme ini menekankan pada proses
kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa
dengan menjadikan siswa sebagai “subjek", sehingga
tolak ukur dalam proses pembelajaran di sesuaikan
dengan kebutuhan siswa. Dengan demikian maka aliran
progresivisme menolak semua pandangan yang berasan
dari aliran yang menjadikan siswa sebagai “objek” dari
proses pembelajaran.
5. Pelajar
Kaum progresiv menganggap subjek-subjek didik
adalah aktif, bukan pasif, sekolah adalah dunia kecil
(miniatur) masyarakat besar, aktifitas ruang kelas
difokuskan pada praktik pemecahan masalah, serta
atmosfer sekolah diarahkan pada situasi yang kooperatif
22 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
dan demokratis. Mereka menganut prinsip pendidikan
perpusat pada anak (child-centered). Mereka
menganggap bahwa anak itu unik. Anak adalah anak
yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak
mempunyai alur pemikiran sendiri, mempunyai
keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan
kecemasan sendiri yang berbeda dengan orang dewasa.
6. Pengajar (guru)
Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan
sebagai :
a. Fasilitator, orang yang menyediakan diri untuk
memberikna jalan kelancaran proses belajar sendiri
siswa.
b. Motivator, orang yang mampu membangkitkan
minat siswa untuk terus giat belajar sendiri.
c. Konselor, orang yang membantu siswa menemukan
dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang
dihadapi oleh setiap siswa. Dengan demikian guru
perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang
karakteristik siswa, dan teknik-teknik memimpin
perkembangan siswa, serta kecintaan pada anak agar
dapat menjalankan peranannya dengan baik
Teori pendidikan rekonstruksionisme yang
dikemukakan oleh brameld terdiri dari enam jesis,yaitu;
1. Pendidikan harus dilaksanakan disini dan sekarang
dalam rangka menciptakan tata sosial baru yang akan
mengisi nilai- nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan
yang mendasari kekuatan–kekuatan ekonomi, dan sosial
masyarakat modern. sekarang peradaban menghadapi
kemungkinan penghancuran diri. Pendidikan harus
meseponsori perubahan yang benar dalam nurani
manusia.oleh karena itu, kekuatan tehnologi yang sangat
kuat harus dimamfaatkan untuk membangun ummat
manusia ,bukan untuk menghancurkannya. Masyarakat
harus diubah bukan melalui tidakan politik, melainkan
dengan cara yang sangat mendasar, yaitu melalui
PENGANTAR PENDIDIKAN 23
pendidikan bagi warganya, menuju suatu pandangan
baru tentang hidup dan kehidupan mereka bersama.
2. Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan
demokrasi sejati, dimana sumber dan lembaga utama
dalam masyarakat dikontrol oleh warganya
sendiri.semua yang mempengaruhi harapan dan hajat
masyarakat seperti, sandang, pangan, papan, kesehatan,
industri dan sebagainya, semuanya akan menjadi
tanggung jawab rakyat, melalui wakil-wakil yang dipilih.
Masyarakat ideal adalah masyarakat yang demokrasi.
struktur, tujuan, dan kebijakan-kebijakan yang berkaitan
dengan tata aturan baru harus diakui merupakan bagian
dari pendapat masyarakat.
3. Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan
oleh kekuatan budaya dan sosial. Menurut
rekonstruksionisme, hidup beradap adalah hidup
berkelompok, sehingga kelompok akan memainkan
peran yang penting disekolah. Pendidikan merupakan
realisasi dari sosial (social self realization). Melalui
pendidikan individu tidak hanya mengembangkan aspek-
aspek sifat sosialnya melaikan juga belajar bagaimana
keterlibatannya dalam perencanaan sosial. Sehingga dari
sini kita bisa lihat bahwa rekontruksi tidak mengabaikan
masyarakat yang sangat berperan dalam membentuk
individu.
4. Guru harus meyakini terhadap validitas dan urgensi
dirinya dengan cara bijaksana yaitu dengan
memperhatikan prosedur yang demokratis.guru harus
mengadakan pengujian secara terbuka terhadap fakta-
fakta, walaupun bertentangan dengan pandangannya.
Guru mendatangkan beberapa pemecahan alternative
dengan jelas, dan ia memperkenankan siswa-siswanya
untuk memprtahankan pandangan-pandangan mereka
sendiri.
5. Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali
seluruhnya dengan tujuan untuk menemukan kebutuhan–
kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa
ini, dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains
24 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
sosial. Yang penting dari sains sosial adalah mendorong
kita untuk menemukan nilai- nilai, dimana manusia
percaya atau tidak bahwa nilai- nilai itu bersifat
universal.
6. Kita harus meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi
pelajaran, metode yang dipakai, struktur administrasi,
dan cara bagaimana guru dilatih. Semua itu harus
dibangun kembali bersesuaian dengan teori kebutuhan
tentang sifat dasar manusia secara rasional dan ilmiah.
Kita harus menyusun kurikulum dimana pokok-pokok
dan bagiannya dihubungkan secara integral, tidak
disajikan sebagai suatu sekuensi komponen pengetahuan.
C. PandanganProgresivisme dan Rekonstruskionisme dan
Penerapannya di Bidang Pendidikan
Berkaitan dengan tujuan pendidikan, maka aliran
progresivisme lebih menekankan pada memberikan
pengalaman empiris kepada peserta didik, sehingga terbentuk
pribadi yang selalu belajar dan berbuat (Muhmidayeli,
2012:156). Maksudnya pendidikan dimaksudkan untuk
memberikan banyak pengalaman kepada peserta didik dalam
upaya pemecahan masalah yang dihadapi di lingkungan
sehari-hari. Dalam hal ini, pengalaman yang dipelajari harus
bersifat riil atau sesuai dengan kehidupan nyata. Oleh
karenanya, seorang pendidik harus dapat melatih anak
didiknya untuk mampu memecahkan problem-problem yang
ada dalam kehidupan.
Sejalan dengan itu, tujuan pendidikan progresivisme
harus mampu memberikan keterampilan dan alat-alat yang
bermanfaat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang
berbeda dalam proses perubahan secara terus menerus. Yang
dimakssud dengan alat-alat adalah keterampilan pemecahan
masalah (problem solving) yang dapat digunakan oleh
individu untuk menentukan, menganalisis, dan memecahkan
masalah.Pendidikan bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam
kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam
proses perubahan.
PENGANTAR PENDIDIKAN 25
Menurut Barnadib, sebagaimana dikutip Jalaluddin
dan Abdullah Idi (2011:89) progresivisme menghendaki
pendidikan yang progres. Dalam hal ini, tujuan pendidikan
hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang
terus-menerus. Pendidikan bukan hanya menyampaikan
pengetahuan kepada anak didik, melainkan yang terpenting
melatih kemampuan berpikir secara ilmiah.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, maka tujuan
pendidikan menurut progresivisme ini sangat senada dengan
tujuan pendidikan nasional yang ada di Indonesia. Menurut
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. Jadi berdasarkan pengertian ini, maka
aliran progresivisme sangat sejalan dengan tujuan pendidikan
yang ada di Indonesia.
Perkembangan teori rekonstruksinisme sejak awal
kemunculannya hingga akhir-akhir ini memperjuangkan hal
yang sama yakni pendidikan hendaklah menjadi wahana
rekonstruksi social. Sebagai teori, rekonstruksionisme
menaruh perhatian terhadap pendidikan dalam kaitannya
dengan masyarakat. Pendukung rekonstruksinisme yakin
bahwa pendidikan adalah institusi social dan sekolah
merupakan bagian dari masyarakat. Rekonstruksionisme
tidak saja berkonsentrasi tentang hal-hal yang berkenaaan
dengan hakikat manusia, tetapi juga terhadap teori belajar
yang dikaitkan dengan pembentukan kepribadian subjek
didik yang berorientasi pada masa depan. Oleh karena itu,
maka idealitas terletak pada filsafat pendidikannya. Bahkan
penetapan tujuan dalam hal ini merupakan sesuatu yang
penting dalam aliran ini. Segala sesuatu yang diidamkan
untuk masa depan suatu masyarakat mesti ditentukan secara
jelas oleh pendidikan.
Para Rekonstruksionis menginginkan, bahwa
pendidikan dapat memunculkan kesadaran para subjek didik
26 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
untuk senantiasa memperhatikan permasalahan social,
ekonomi dan politik dan menjelaskan kepada mereka bahwa
memecahkan semua problem itu hanya melalui keterampilan
memecahkan problem. Tujuan aliran ini tidak lain adalah
untuk membangun masyarakat baru, yakni suatu masyarakat
global yang memiliki hubungan interdependensi.
PENGANTAR PENDIDIKAN 27
BAB V
FAKTOR-FAKTOR PENDIDIKAN
28 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berb
icara, perbedaan individual dan sebagainya.
Anak didik sebagai manusia yang belum
dewasa merasa tergantung kepada pendidiknya, anak
didik merasa bahwa ia memiliki kekurangan-
kekurangan tertentu, ia menyadari bahwa
kemampuannya masih sangat terbatas dibandingkan
dengan kemampuan pendidiknya. Kekurangan ini
membawanya untuk mengadakan interaksi dengan
pendidiknya, dalam situasi pendidikan itu terjadi
interaksi kedewasaan dan kebelumdewasaan.
Seseorang yang belum dewasa, pada dasarnya
mengandung banyak sekali kemungkinan untuk
berkembang, baik jasmani ataupun rohani. Ia memiliki
jasmani yang belum mencapai taraf kematangan baik
bentuk, ukuran maupun bagian-bagian lainnya.
Sementara itu dari aspek rohaniah anak mempunyai
bakat-bakat yang masih perlu dikembangkan,
mempunyai kehendak, perasaan dan pikiran yang
belum matang.Sebenarnya ketergantungan anak didik
terhadap pendidik hanya bersifat sementara, sebab
pada suatu saat anak didik diharapkan mampu berdiri
sendiri, dan dalam hal ini sedikit demi sedikit peran
pendidik dalam memberikan bantuan semakin
berkurang sejalan dengan perkembangan anak menuju
dewasa. Bila dia sudah dewasa dan mampu berdiri
sendiri, maka tidaklah diperlukan lagi bantuan si
pendidik.Antar pendidik dan anak didik sama-sama
merupakan subjek pendidikan. Keduanya sama
penting. Pendidik tidak boleh beranggapan bahwa
anak didik merupakan objek pendidikan, begitu juga
pendidik tidak boleh merasa berkuasa yang bisa
berbuat sesuka hati atas anak didik.Sebaliknya juga
anak didik tidak boleh dianggap sebagai seorang
dewasa dalam bentuk kecil, anak memiliki sifat kodrat
kekanak-kanakan yang berbeda dengan sifat hakikat
kedewasaan. Beranjak dari sifat kodrat kekanak-
kanakan inilah maka pendidikan diperlukan.
PENGANTAR PENDIDIKAN 29
Dalam pendidikan tradisional, peserta didik
dipandang sebagai organisme yang pasif, hanya
menerima informasi dari orang dewasa. Kini dengan
makin cepatnya perubahan sosial dan berkat penemuan
teknologi, maka komunikasi antarmanusia
berkembang amat cepat. Peserta didik dalam usia dan
tingkat kelas yang sama biasa memiliki profil materi
pengetahuan yang berbeda-beda. Hal ini tergantung
kepada konteks yang mendorong perkembangan
seseorang.
Ada empat konteks yang dapat disebutkan, yaitu :
1) Lingkungan dimana peserta belajar secara
kebetulan dan kadang-kadang, di sini mereka
belajar tidak berpogram.
2) Lingkungan belajar dimana peserta didik belajar
dengan sengaja dan dikehendaki.
3) Sekolah dimana peserta didik belajar mengikuti
program yang ditetapkan.
4) Lingkungan pendidikan optimal, di sekolah yang
ideal dimana peserta dapat melakukan cara belajar
siswa aktif (CBSA) sekaligus
menghayati/mengimplisitkan nilai-nilai.
b. Pendidik
Dalam hal ini kita dapat membedakan pendidik
itu dalam dua kategori, yaitu :
1) Pendidik menurut kodrati, yaitu orang tua.
2) Pendidik menurut jabatan, yaitu guru.
Pendidik yang bersifat kodrati sebagai orang tua
wajib pertama kali memberikan didikan kepada anaknya,
selain asuhan, kasih sayang, perhatian. Karena secara
kodrati anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya
(ibunya) dalam keadaan tidak berdaya. Hanya dengan
pertolongan dan layanan orang tua (terutama ibu) bayi
(anak manusia) itu dapat berkembang makin dewasa.
Hubungan orang tua dengan anaknya dalam hubungan
edukatif, mengandung dua unsur dasar, yaitu :
1) Unsur kasih sayang pendidik terhadap anak.
30 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
2) Unsur kesadaran dan tanggung jawab dari pendidik
untuk menuntun perkembangan anak.
PENGANTAR PENDIDIKAN 31
6) Menunjukkan hubungan pribadi dengan norma-
norma.
32 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
secara jelas dan terarah. Tentang tujuan di dalam UU
Nomor 2 Tahun 1989, secara jelas disebutkan Tujuan
Pendidikan Nasional, yaitu “Mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur memiliki pengetahuan dan ketrampilan. Kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan”.
Secara singkat dikatakan bahwa tujuan
pendidikan nasional ialah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
b. Berbudi pekerti luhur
c. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan.
d. Sehat jasmani dan rohani.
e. Kepribadian yang mantap dan mandiri.
f. Bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa.
3. Materi Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya sadar atau sengaja
yang diberikan oleh pendidik kepad anak didik agar
mencapai kedewasaan. Karena itu selain harus
mempunyai dasar dan tujuan pendidikan yang jelas,
pendidik tentunya harus pula memilih isi pendidikan bagi
anak didiknya.Sebagai pengganti kata anak didik,
pendidik harus mampu memilih materi pendidikan atau
pengaruh yang tepat dalam rangka membantu anak
menuju kedewasaan.
Meteri pendidikan harus ditetapkan dengan
mempertimbangkan tujuan pendidikan, sebab materi
pendidikan harus dipilih untuk mencapai tujuan
pendidikan yang hendak dicapai. Karena tujuan
pendidikan berisi tentang gambaran manusia ideal yang
harus dicapai anak didik, maka materi pendidikan
hendaknya meliputi gambaran manusia ideal tersebut,
PENGANTAR PENDIDIKAN 33
baik berkenaan dengan kesehatannya, potensi-potensinya,
individualitas, sosialisasi, keberbudayaan, keberagamaan
dan lain-lain.
Ada berbagai hal yang perlu dipertibangkan untuk
menetapkan materi pendidikan dalam hubungannya
dengan anak didik. Hal yang dimaksud antara lain :
a. Tahap dan tugas perkembangan anak didik.
b. Kematangan anak didik.
c. Keunikan anak didik.
d. Tingkat kesukaran dan kekompleks-annya.
Hasil kajian psikologi menunjukan bahwa anak
didik berada pada tahap perkembangan tertentu, dan
harus mampu melaksanakan tugas-tugas perkembangan
tertentu pula pada setiap tahap perkembangannya.
Adapun untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan
tersebut, anak memerlukaan perlakuan tertentu dari orang
dewasa yang menjadi pendidiknya. Salah satunya adalah
perlakuan berkenaan dengan materi pendidikan yang
harus disesuaikan dengan tahap perkembangannya. Hal
ini perlu diperhatikan, sebabnya bahwa anak yang belum
mampu melaksanakan tugas-tugas perkembangan sesuai
dengan tahap perkembangannya, akan mengalami
hambatan dalam melaksanakan tugas-tigas
perkembangan berikutnya. Sebaliknya jika
materi pendidikan melampaui perkembangan anak, maka
hal ini akan menimbulkan efek negatif yang tidak
diharapkan terjadi pada diri anak didik.
Materi pendidikan harus disesuaikan dengan
kematangan anak didik. Ibarat besi yang telah
dipanaskan, besi tersebut akan mudah dibentuk. Anak
yang telah matang untuk belajar sesuatu, ia akan mudah
mempelajarinya. Dengan demikian, anak akan
mendapatkan kemudahan dalam upayanya (seperti dalam
belajar, dsb) untuk mencapai tujuan pendidikan. Apabila
dilihat dari sudut pandang pendidik, hal itu berarti bahwa
anak akan mudah dididik.
Keunikan anak didik mengiplikasi perlunya
materi pendidikan disesuaikan dengan tingkata
34 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
kemampuan belajar (bakat) anak didik, jenis kelamin
anak didik, dunia anak didik, dan lain sebagainya. Materi
pendidikan yang melebihi kemampuan belajar anak didik
akan sulit dipelajari anak didik atau bahkan tidak dapat
dikuasai anak didik. Lingkungan dimana anak didik
berada perlu dipertimbangkan dalam rengka menetapkan
materi pendidikan, artinya bahwa materi pendidikan
hendaknya dipilih dan disesuaikan dengan konteks
lingkungan alam dan lingkungan sosial-budaya dimana
anak didik berada. Perlu diperhatikan bahwa lingkungan
anak didik akan dapat dijadikan sumber belajar atau
sumber belajar atau sumber untuk bereksplorasi bagi
anak dalam lingkungan sekitar anak didik akan terdapat
berbagai jenis permainan yang dapat dimanfaatkan
sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan-
kemampuan tertentu. Dipihak lain, anak didik pun perlu
mengenal lingkungan alamnya, perlu bersosialisasi di
dalam masyarakatnya, berenkulturasi dalam kebudayaan
masyarakat dan lain-lain. Sebaliknya, orang tua dan
masyarakat pun memiliki nilai-nilai tertentu, mereka
mempunyai harapan untuk menjadi siapa anak-anak
mereka nantinya. Dengan demikian, maka diharapkan
agar materi pendidikan itu relevan dengan kebutuhan
anak dan lingkungannya.
Materi pendidikan hendaknya ditetapkan dengan
mempertimbangkan tingkat kesulitan dan
kekompleksannya. Anak akan mudah belajar apabila
dimulai dari hal-hal yang mudah menuju kepada hal yang
sulit. Selain itu, anal akan mudah belajar apabila dimulai
dari hal-hal yang sederhan menuju kepada hal-hal yang
kompleks.
4. Metode
Metode ialah cara yang di lakukan oleh pendidik
dalam menyampaikan suatu pendidikan kepada anak
didiknya, maka seorang pendidik harus mengetahui
metode apa yang cocok untuk di ajarkan agar anak didik
tidak cepat bosan. Faktor ini juga sangat penting dalam
suatu pendidikan.
PENGANTAR PENDIDIKAN 35
Adapun metode-metode yang biasa dipakai oleh
para pendidik adalah berikut :
a. Metode ceramah yaitu dimana pendidik menjelaskan
kepada anak didik isi atau materi yang di ajarkan.
Biasanya metode ceramah membuat anak didik jenuh
karena anak didik hanya diam mendengarkan.
b. Metode diskusi yaitu dimana anak didik diberikan
materi oleh pendidik untuk dipresentasikan kemudian
hasilnya akan di diskusikan dengan teman-teman
dalam suatu kelas.
c. Metode Tanya jawab yaitu dimana pendidik
memberikan kesempatan kepada anak didik untuk
menanyakan apa yang tidak di ketahui dalam materi
pelajaran, agar pendidik tidak menyia-nyiakan waktu
untuk menjelaskan padahal anak didik sudah
mengetahui apa yang di jelaskan.
d. Metode pemberian tugas yaitu pendidik memberikan
tugas kepada anak didik dengan begitu pendidik dapat
mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki
anak didik dalam materinya.
5. Lingkungan
Faktor Lingkungan adalah yang meliputi kondisi
dan alam dunia yang dengan cara-
cara tertentu mempengaruhi tingkah laku,pertumbuhan
dan perkembangan manusia. Menurut Ki Hajar
Dewantara lingkungan lingkungan meliputi lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat yang ia sebut dengan Tri Pusat Pendidikan.
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan
tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama
dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang
bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab
memelihara, merawat, melindungi dan mendidik anak
agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Secara
sederhana keluarga diartikan sebagai kesatuan hidup
bersama yang pertama dikenal oleh anak dan karena
itu disebut Primary Community.
36 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Pendidikan keluarga ini berfungsi :
1) Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
2) Menjamin kehidupan emosional anak
3) Menanamkan dasar pendidikan moral
4) Memberikan dasar pendidikan social
5) Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi
anak-anak.
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan
anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya karena
itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga
terhadap pendidikan, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Sekolah membantu orang tua mengerjakan
kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan
budi pekerti yang baik.
2) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan
di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat
diberikan di rumah.
3) Sekolah melatih anak-anak memperoleh
kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis,
berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang
sifatnya mengembangkan kecerdasan dan
pengetahuan.
4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan,
estetika, membedakan benar atau salah, dan
sebagainya.
c. Lingkungan Organisasi Pemuda
Sebagai lembaga pendidikan yang bersifat
informal (luar sekolah), Organisasi Pemuda
mempunyai corak ragam yang bermacam- macam,
tetapi secara garis besar dapat dibedakan antara
organisasi pemuda yang diusahakan oleh pemerintah
dan organisasi pemuda yang diusahakan oleh badan
swasta.Peran organisasi pemuda ini utamanya adalah
dalam upaya pengembangan sosialisasi kehidupan
pemuda. Melalui organisasi pemuda berkembanglah
semacam kesadaran sosial, kecakapan-kecakapan di
PENGANTAR PENDIDIKAN 37
dalam pergaulan dengan sesama kawan dan sikap yang
tepat di dalam.
d. Media dan Alat
Dalam pengertian yang luas, alat meliputi juga
faktor-faktor yang lain, seperti tujuan, pendidik, anak
didik, dan lingkungan pendidik bilamana faktor-faktor
tersebut digunakan dan direncanakan dalam perbuatan
atau tindakan mendidik.
1) Macam-Macam Alat Pendidikan
Alat-alat pendidikan bermacam-macam,
antara lain : hukuman dan ganjaran, perintah dan
larangan, celana dan pujian, serta kebiasaan.
Termasuk juga sebagai alat pendidikan di
antaranya: keadaan gedung sekolah, keadaan
perlengkapan sekolah, keadaan alat-alat pelajaran,
dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Ditinjau dari segi wujudnya, mak alat pendidikan
itu berupa :
a) Perbuatan pendidik (biasa disebut software),
mencakup: nasihat, teladan, larangn, perintah,
pujian, teguran, ancaman dan hukuman.
b) Benda-benda lain alat bantu (biasa disebut
hardware), mencakup meja kursi belajar,
papan tulis, penghapus, kapur, buku, peta, dan
sebagainya.
Sementara itu, tindakan pendidikan yang
merupakan alat pendidikan dapat ditinjau
berdasarkan tiga sudut pandang berikut.
a) Pengaruh tindakan terhadap tingkah laku anak
didik.
b) Akibat tindakan terhadap perasaan anak didik.
c) Bersifat melindungi anak didik.
2) Dasar-Dasar Pertimbangan Penggunaan Alat
Dalam hal penggunaan alat pendidikan,
maka yang sangat penting diperhatikan adalah
pribadi orang yang menggunakannya, sehingga
penggunaan alat pendidikan tersebut tidak sekedar
38 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
persoalan teknis belaka, namun lebih jauh justru
menyangkut persoalan batin atau pribadi pendidik.
Oleh karena itulah dalam memilih alat
pendidikan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
a) Tujuan yang ingin dicapai.
b) Orang yang menggunakan alat.
c) Untuk siapa alat itu digunakan.
d) Efektivitas penggunaan alat tersebut dengan
tidak melahirkan efek tambahan yang
merugikan
6. Hubungan timbal balik antara faktor-faktor pendidikan
a. Pengaruh Sekolah Terhadap Masyarakat
Dalam hal pengaruh sekolah terhadap
masyarakat pada dasarnya tergantung kepada luas
tidaknya serta kualitas out put pendidikan (sekolah)
itu sendiri. Semakin besar out put sekolah tersebut
dengan disertai kualitas yang mantap, dalam artian
mampu mencetak suber daya manusia ( human
resources) yang berkualitas, maka tentu saja
pengaruhnya sangat positif bagi masyarakat.
Sebaliknya meskipun lembaga pendidikan mampu
mengeluarkan out putnya tapi dengan SDM yang
rendah secara kualitas, itu juga jadi masalah, tidak
saja bagi out put yang bersangkutan, tetapi
berpengaruh juga bagi masyarakat.
Dengan demikian, bila lembaga pendidikan
dimaksud mempu melahirkan produk-produknya
yang berkualitas, tentu saja hal ini merupakan
investasi bagi penyediaan SDM.Investasi ini sangat
penting untuk pengembangkan dan kemajuan
masyarakat, sebab manusia itu sendiri adalah subjek
setiapa perkembangan, perubahan dan kemajuan di
dalam masyarakat.
b. Pengaruh Masyarakat Terhadap Sekolah
Sebagaimana yang dikemukakan terdahulu
tentang keterkaitan masyarakat dengan pendidikan
adalah sangat erat dan saling mempengaruhi. Suatu
PENGANTAR PENDIDIKAN 39
kenyataan bagi setiap orang bahwa masyarakat yang
baik, maju. Modern ialah masyarakat yang
didalamnya ditemukan suatu tingkat pendidikan yang
baik, maju dan modern pula dalam wujud lembaga-
lembaganya maupun jumlah dan tingkat pendidikan
yang terdidik. Dengan perkataan lain, suatu
masyarakat yang maju karena adanya
pendidikan yang maju, baik dalam arti kualitatif
maupun kuantitatif, pendidikan yang modern
ditemukan dalam masyarakat yang modern pula.
Sebaliknya masyarakat yang kurang memperhatikan
pembinaan pendidikan, akan tetap terkebelakang,
tidak hanya dari segi intelektual, tapi juga dari segi
sosial kultural.
40 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
anak perempuan dengan ibunya. Antara anak dengan
orang tua ada rasa simpati dan kekaguman.
2. Pergaulan dalam Sekolah
Sebagi lembaga pendidikan formal, sekolah
terdiri dari pendidik dan peserta didik, antara mereka
sudah barang tentu terjadi adanya saling hubungan, baik
antara guru dengan murid-muridnya maupun atara murid
dengan murid.
Guru-guru sebagai pendidik, dengan wibawanya
dalam pergaulan membawa murid sebagai peserta didik
ke arah kedewasaan. Memanfaatkan pergaukan sehari-
hari dalam pendidikan adalah cara yang paling baik dan
efektif dalam pembentukan pribadi dan dengan cara pula
maka hilanglah jurang pemisah antara guru dan peserta
didik.
Hubungan murid dengan murid juga menunjukan
suasana dedukatif. Sesama murid saling berkawan,
berolahraga bersama dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku, saling mengajak dan di ajak, saling bercerita,
saling mendisiplinkan diri agar tidak menyinggung
perasaan teman sepergaulannya. Hubungan murid
dengan murid ini adakalanya sederajat dan adakalanya
lebih randah atau lebih tinggi kedewasaannya. Dalam hal
ini terjadi adanya pergaulan sehari-hari yang
berpengaruh negatif maupun
pengaruh positif. Pergaulan yang berpengaruh positif
ini yang mengandung adanya gejala gejala pendidikan da
n tentu saja terus di kontrol diarahkan.
3. Pergaulan dalam masyarakat
Masyarakat merupakan perwujudan kehidupan
bersama manusia,di mana di dalam masyarakat
berlangsung proses kehidupan sosial, proses antara
hubungan dan interaksi. Didalam masyarakat sebagai
suatu lembaga kehidupan manusia berlangsung pula
keseluruhan proses perkembangan.
Dalam konteks pendidikan, lingkungan
masyarakat merupakan lembaga pendidikan selain
keluarga dan sekolah yang membentuk kebiasaan,
PENGANTAR PENDIDIKAN 41
pengetahuan, minat dan sikap kesusilaan,
kemasyarakatan dan keagamaan anak. Dimasyarakatlah
anak melakukan pergaulan yang berlangsung secara
informal baik dari para tokoh masyarakat pejabat atau
penguasa, para pemimpin agama dan sebagainya.
Pergaulan sehari-hari antara anak dengan anak
lainnya dalam masyarakat juga ada yang setaraf dan ada
yang lebih dewasa di bidang tertntu. Teguran anak yang
lebih dewasa, terhadap anak yang nakal, yang jorok,
yang melakukan perbuatan-perbuatan berbahaya dan
sebagainya. Sesama kawan berkumpul untuk bercerita,
bermain dengan disiplin, tukar menukar pengalaman,
dan sebagainya yang kesemuanya itu tidak terlepas dari
kandungan gejala pendidikan. Sebab pendidikan disini
diartikan sebagai gejala usaha untuk dewasa dalam
pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaan.
42 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
BAB VI
FUNGSI DAN PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN
PENGANTAR PENDIDIKAN 43
semua pendidikan awal yang diterima anak adalah
dalam keluarga. Karena itu, keluarga merupakan
lembaga pendidikan tertua, yang bersifat informal dan
kodrati. Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar
bagi perkembangan anak berikutnya, agar anak dapat
berkembang secara baik.
a. Fungsi dan Peranan Pendidikan Keluarga
1) Pengalaman Pertama Masa Kanak-Kanak
Pengalaman ini merupakan faktor yang
sangat penting bagi perkembangan berikutnya,
khususnya dalam perkembangan pribadinya.
Kehidupan keluarga sangat penting, sebab
pengalaman masa kanak-kanak akan memberi
warna pada perkembangan selanjutnya.
2) Menjamin Kehidupan Emosional Anak
3 hal yang menjadi pokok dalam
pembentukan emosional anak, adalah :
a) Pemberian perhatian yang tinggi terhadap
anak, misalnya dengan menuruti
kemauannya, mengontrol kelakuannya,
dan memberikan rasa perhatian yang
lebih.
b) Pencurahan rasa cinta dan kasih sayang,
yaitu dengan berucap lemah lembut,
berbuat yang menyenangkan dan selalu
berusaha menyelipkan nilai pendidikan
pada semua tingkah laku kita.
c) Memberikan contoh kebiasaan hidup
yang bermanfaat bagi anak, yang
diharapkan akan menumbuhkan sikap
kemandirian anak dalam melaksanakan
aktifitasnya sehari-hari.
3) Menanamkan Dasar Pendidikan Moral
Seperti pepatah “Buah jatuh tak jauh
dari pohonnya”. Anak akan selalu berusaha
menirukan dan mencontoh perbuatan orang
tuanya. Karenanya, orang tua harus mampu
menjadi suri tauladan yang baik. Misalnya
44 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
dengan dengan mengajarkan tutur kata dan
perilaku yang baik bagi anak-anaknya.
4) Memberikan Dasar Pendidikan Sosial
Keluarga merupakan satu tempat awal
bagi anak dalam mengenal nilai-nilai sosial.
Di dalam keluarga, akan terjadi contoh kecil
pendidikan sosial bagi anak. Misalnya
memberikan pertolongan bagi anggota
keluarga yang lain, menjaga kebersihan dan
keindahan dalam lingkungan sekitar.
5) Peletakkan Dasar-dasar Keagamaan
Masa kanak-kanak adalah masa
paling baik dalam usaha menanamkan nilai
dasar keagamaan. Kehidupan keluarga yang
penuh dengan suasana keagamaan akan
memberikan pengaruh besar kepada anak.
Kebiasaan orang tua mengucapkan salam
ketika akan masuk rumah merupakan contoh
langkah bijaksana dalam upaya penanaman
dasar religius anak.
2. Lembaga Pendidikan Sekolah
Akibat terbatasnya kemampuan orang tua dalam
mendidik anaknya, maka dipercayakanlah tugas
mengajar itu kepada orang dewasa lain yang lebih ahli
dalam lembaga pendidikan formal. Sekolah menjadi
produsen penghasil individu yang berkemampuan
secara intelektual dan skill.
a. Fungsi dan Peranan Sekolah
1) Fungsi Lembaga Sekolah
a) Mengembangkan kecerdasan pikiran dan
memberikan pengetahuan anak didik
b) Spesialisasi dalam bidang pendidikan dan
pengajaran.
c) Efisiensi.
d) Sosialisasi.
e) Konservasi dan transmisi cultural.
f) Transisi dari rumah ke masyarakat.
PENGANTAR PENDIDIKAN 45
2) Peranan Lembaga Sekolah
a) Tempat anak didik belajar bergaul.
b) Tempat anak didik belajar mentaati
peraturan sekolah.
3) Tanggung Jawab Sekolah
a) Tanggung jawab formal kelembagaan
sesuai dengan fungsi dan tujuan yang
ditetapkan menurut ketentuan yang
berlaku.
b) Tanggung jawab keilmuan berdasarkan
bentuk, isi, tujuan dan tingkat pendidikan.
c) Tanggung jawab fungsional adalah
tanggung jawab profesional pengelola
dan pelaksana pendidikan yang menerima
ketetapan ini berdasarkan ketentuan
jabatannya.
3. Lembaga Pendidikan Masyarakat
Masyarakat sebagai lingkungan memiliki
pengaruh besar terhadap perkembangan pribadi
seseorang. Masyarakat mempunyai peranan penting
dalam upaya ikut serta menyelenggarakan pendidikan,
karena membantu pengadaan sarana dan prasarana dan
menyediakan lapangan kerja. Partisipasi masyarakat
membantu pemerintah dalam usaha mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan dalam masyarakat
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Diselenggarakan dengan sengaja di luar sekolah.
b. Peserta umumnya mereka yang tidak bersekolah
atau drop out.
c. Tidak mengenal jenjang dan program pendidikan
untuk jangka waktu pendek.
d. Peserta tidak perlu homogeny.
e. Ada waktu belajar dan metode formal, serta
evaluasi yang sistematis.
f. Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus.
g. Keterampilan kerja sangat ditekankan sebagai
jawaban terhadap kebutuhan.
46 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
C. Bentuk-Bentuk Lingkungan Pendidikan
Pada dasarnya lingkungan pendidikan mencakup :
1. Tempat (Lingkungan Fisik) Contohnya: keadaan iklim,
keadaan tanah, keadaan alam.
2. Kebudayaan (Lingkungan Budaya) Contohnya: dengan
warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu
pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan.
3. Kelompok hidup bersama (Lingkungan sosial atau
masyarakat) Contohnya: keluarga, kelompok bermain,
desa, perkumpulan.
Adapun definisi lain dari bentuk-bentuk lingkungan
pendidikan yaitu ada lingkungan pendidikan formal dan ada
lingkungan pendidikan non formal. Contohnya sebagai
mana berikut ini :
1. Lingkungan keluarga
Dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas disebutkan bahwa keluarga merupakan
bagian dari lingkungan pendidikan informal/ non
formal. Selain itu keluarga juga disebut sebagai satuan
pendidikan diluar sekolah. Oleh karena itu, keluarga
mesti menciptakan suasana yang edukatif sehingga
anak didiknya tumbuh dan berkembang menjadi
manusia sebagaimana tujuan dalam pendidikan.
2. Lingkungan sekolah
Sekolah merupakan lingkungan pendidikan
formal, sekaligus membentuk kepribadian anak didik
yang tujuannya untuk mencapai 3 faktor yaitu aspek
kognitif, afektif, psikomotorik.
3. Lingkungan Masyarakat
Pendidikan di lingkungan masyarakat adalah
pendidikan nonformal yang dibedakan dari pendidikan
di keluarga dan di sekolah. Bertujuan sebagai
penambah atau pelengkap pendidikan formal dan
informal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat.
Masyarakat memiliki peranan yang besar dalam
pelaksanaan pendidikan nasional. Peranan masyarakat
PENGANTAR PENDIDIKAN 47
itu antara lain menciptakan suasana yang dapat
menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut
menyelenggarakan pendidikan non pemerintah (swasta)
dan yang lainnya.
Tripusat pendidikan (Keluarga, Sekolah,
Masyarakat) saling berhubungan dan berpengaruh.
Keterkaitan ketiga pusat pendidikan yaitu keluarga,
sekolah, dan masyarakat masing-masing memiliki
fungsi tersendiri dengan satu tujuan yaitu menolong
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara
optimal, untul mencapai tujuan pendidikan yaitu
menjadikan manusia yang seutuhnya, berjatidiri,
memiliki integritas, dan martabat. Agar fungsi
pendidikan dapat tercapai dengan baik, harus terjadi
kerjasama yang harmonis antara keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
48 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
BAB VII
PERANAN KELUARGA DAN MASYARAKAT
DALAM PENDIDIKAN
A. Peranan Keluarga
Dalam memahami suatu keluarga, keluarga
memiliki beberapa pengertian.Keluarga adalah kelompok
sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
mempunyai ikatan darah, perkawinan, atau adopsi. Dengan
demikian, dapat diambil suatu intisari pengertian keluarga
yaitu:
1. keluarga adalah kelompok sosial terkecil yang
umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
2. hubungan sosial diantara keluarga relative tetap yang
didasarkan pada ikatan darah, perkawinan atau
adopsi.
3. hubungan antar keluarga dijiwai oleh susunan afeksi
dan rasa tanggung jawab.
4. fungsi keluarga adalah memulihkan, merawat,dan
melindungi anak dalam rangka sosiolisasi agar
mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa
sosial.
Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan
satu kesatuan hidup (sistem sosial), dan keluarga
menyediakan situasi belajar. Sebagai satu kesatuan hidup
bersama (sistem sosial), keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan
anak. Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkan
sifat persahabatan, cinta kasih, hubungan antar pribadi,
kerja sama, disiplin, tingkah laku yang baik, serta
pengakuan akan kewibawaan.
Sementara itu, yang berkenaan dengan keluarga
menyediakan situasi belajar, dapat dilihat bahwa bayi dan
anak-anak sangat bergantung kepada orang tua, baik karena
keadaan jasmaniahnya maupun kemampuan intelektual,
sosial, dan moral. Bayi dan anak belajar menerima dan
meniru apa yang diajarkan oleh orang tua. Sumbangan
keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai berikut :
PENGANTAR PENDIDIKAN 49
1. Cara orang tua melatih anak untuk menguasai cara-cara
mengurusi diri, berjalan, berdoa, sungguh-sungguh
membekas dalam diri anak karena berkaitan erat
dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi.
2. Sikap orang tua sangat mempengaruhi perkembangan
anak. Sikap menerima atau menolak, sikap kasih
sayang atau acuh tak acuh, sikap sabar atau tergesa-
gesa, sikap melindungi atau membiarkan secara
langsung mempengaruhi reaksi emosional anak.
Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab
pendidikan terletak di tangan kedua orang tua dan tidak bisa
di pikulkan kepada orang lain karena ia adalah darah daging
nya, kecuali berbagai keterbatasan kedua orang tua ini.
Maka sebagai tanggung jawab pendidikan dapat di
limpahkan kepada orang lain, yaitu melalui sekolah.
Tanggung jawab pendidikan yang perlu di sadarkan
dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain:
1. Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini
merupakan dorongan alami untuk di laksanakan karena
si anak memerlukan makan, minum, dan perawatan
agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.
2. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara
jasmaniah dan rohaniah dari berbagai gangguan
penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat
membahayakan dirinya.
3. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang berguna bagi kehidupannya kelak
sehingga bila ia telah dewasa mampu berdiri sendiri
dan membantu orang lain.
4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan
memberinya pendidikan Agama sesuai dengan
ketentuan Allah SWT, sebagai tujuan akhir hidup
muslim.
Adanya kesadaran akan tanggung jawab mendidik
dan membina aanak secara kontinu perlu dikembangkan
kepada setiap orang tua sehingga pendidikan yang
dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari
orang tua, tetapi telah di dasri oleh teori-teori pendidikan
50 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
modern, sesuai dengan perkembangan zaman yang
cenderung selalu berubah.
Tugas utama keluarga pendidikan anak ialah sebagai
peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup
keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil
dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang
lain.
PENGANTAR PENDIDIKAN 51
Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya,
yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya
dan menghargai segala usahanya. Begitu juga orang tua
harus menunjukan kerjasamanya dalam mengarahkan cara
anak belajar di rumah, membuat pekerjaan rumahnya, tidak
disita waktu anak dengan mengerjakan pekerjaan rumah
tangga, orang tua harus berusaha memotivasi dan
membimbing anak dalam belajar.
Berdasarkan hasil riset bahwa pekerjaan guru
(pendidik) di sekolah akan lebih efektif apabila dia
mengetahui latar belakang dan pengalaman anak didik di
rumah tangganya. Anak didik yang kurang maju dalam
pelajaran, berkat kerja sama orang tua anak didik dengan
pendidikan banyak kekurangan anak didik yang dapat
diatasi lambat laun juga orang tua menyadari bahwa
pendidikan atau keadaan lingkungan rumah tangga dapat
membantu atau menghilangi kesukaran anak di sekolah.
Apa-apa yang dibawa anak didik dari keluarganya,
tidak mudah mengubahnya. Kenyataan ini harus benar-
benar disadari dan diketahui oleh pendidik. Pada dasarnya
cukup banyak cara yang dapat ditempuh untuk menjalin
kerja sama antara keluarga dengan sekolah. Berikut ini
beberapa contohnya.
1. Adanya Kunjungan Ke Rumah Anak Didik
Pelaksanaan kunjungan ke rumah anak didik ini
berdampak sangat positif, di antaranya :
a. Kunjungan melahirkan perasaan pada anak didik
bahwa sekolahnya selalu memerhatikan dan
mengawasinya.
b. Kunjungan tersebut memberi kesempatan kepada
si pendidik melihat sendiri dan mengobservasi
langsung cara anak didik belajar, latar belakang
hidupnya, dan tentang masalah-masalah yang
dihadapinya dalam keluarga.
c. Pendidik berkesempatan untuk memberikan
penerangan kepada orang tua anak didik tentang
pendidikan yang baik, cara-cara menghadapi
52 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
masalah-masalah yang sedang dialami anaknya
(kalau anaknya bermasalah), dan sebagainya.
d. Hubungan antara orang tua dengan sekolah akan
bertambah erat.
e. Kunjungan dapat memberikan motivasi kepada
orang tua anak didik untuk lebih terbuka dan dapat
bekerja sama dalam upaya memajukan pendidikan
anaknya.
f. Pendidikan mempunyai kesempatan untuk
mengadakan interview mengenai berbagai macam
keadaan atau kejadian tentang sesuatu yang ingin
ia ketahui.
g. Terjadinya komunikasih dan saling memberikan
informasi tentang keadaan anak serta saling
memberi petunjuk antara guru dengan orang tua.
2. Diundangnya Orang Tua Ke Sekolah
Kalau ada berbagai kegiatan yang
diselenggarakan oleh sekolah yang memungkinkan
untuk dihadiri oleh orang tua, maka akan positif sekali
artinya bila orang tua diundang untuk datang ke
sekolah. Kegiatan-kegiatan dimaksud umpamanya
class meeting yang berisi perlombaan-perlombaan yang
mendemonstrasikan kebolehan anak dalam berbagai
bidang, pameran hasil kerajinan tangan anak,
pemutaran film pendidikan, dan sebagainya.
Seharusnya undangan terhadap orang tua ke sekolah ini
minimal dilaksanakan satu kali dalam setahun.
a. Case Conference
Case Conference merupakan rapat atau
konferensi tentang kasus. Biasanya digunakan
dalam bimbingan kenseling. Peserta konferensi
ialah orang yang betu-betul mau ikut
membicarakan masalah anak didik secara terbuka
dan sukarela, seperti orang tua anak didik, guru-
guru, petugas bimbingan yang lain, dan para ahli
yang ada sangkut pautnya dengan bimbingan
seperti social worker dan sebagainya. Konferensi
biasanya dipimpin oleh orang yang paling
PENGANTAR PENDIDIKAN 53
mengetahui persoalan bimbingan kenseling,
khususnya tentang kasus dimaksud.
b. Badan Pembantu Sekolah
Badan pembantu sekolah ialah organisasi
orang tua murid atau wali murid dan guru.
Organisasi dimaksud merupakan kerja sama yang
paling terorganisasi antar sekolah atau guru dengan
orang tua murid. Sampai sekarang, organisasi ini
telah beberapa kali mengalami perubahan nama
karena disesuaikan dengan perkembangan situasi
pendidikan dan masyarakat pada mulanya
organisasi ini bernama perkembangan Orang tua
Murid dan Guru (POMG), kemudian berubah
menjadi persatuan Orang Tua Murid (POM, Badan
Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3), dan
sekarang dikenal dengan istilah Komite Sekolah.
3. Mengadakan Surat Menyurat antara Sekolah dan
Keluarga
Surat-menyurat ini diperlukan terutama pada
waktu-waktu yang sangat diperlukan bagi perbaikan
pendidikan anak didik, seperti surat peringatan dari
guru kepada orang tua jika anaknya perlu lebih giat,
sering membolos, sering berbuat keributan, dan
sebagainya. Surat-menyurat ini juga sebenarnya sangat
baik bila dilakukan oleh guru tua kepada guru atau
langsung ke kepala sekolah/ madrasah untuk memantau
keadaan anaknya di sekolah.
4. Adanya Daftar Nilai atau Raport
Raport yang biasanya diberikan setiap catur
wulan kepada para murid ini dapat dipakai sebagai
penghubung antara sekolah dengan orang tua. Sekolah
dapat memberi surat peringatan atau memintah bantuan
orang tua bila hasil raport anaknya kurang baik, atau
sebaliknya jika anaknya mempunyai keistimewaan
dalam suatu mata pelajaran, agar dapat lebih giat
mengembangkan bakatnya atau minimal mampu
mempertahankan apa yang sudah dapat diraihnya.
Demikianlah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk
54 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
menjalin kerja sama antara sekolah dengan keluarga.
Semua bentuk kerja sama tersebut sangat besar manfaat
dan artinya dalam memajukan pendidikan sekolah pada
umumnya, dan anak didik pada khususnya.
PENGANTAR PENDIDIKAN 55
masyarakat bercita-cita dan aktif berpartisipsi untuk
membina pendidikan. Sedangkan sekolah merupakan
bentuk pendidikan formal bagi manusia yang didalamnya
mengembangkan kemampuan manusia baik dari akademik
maupun non akademik. Oleh sebab itu, tiap sekolah
memiliki program tertentu sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional dan visi misi sekolah. Program-program ini, selain
dikelola dengan baik, memerlukan pula dukungan dari
masyarakat.
Istilah “sekolah” sebagai suatu institusi atau
lembaga atau lembaga pendidikan, baik lembaga
pendidikan formal, informal, maupun nonformal yang
merupakan sarana melaksanakan pelayanan belajar dan
proses pendidikan. Sedangkan “masyarakat” dalam konteks
sekolah adalah warga atau individu yang berada di sekolah
atau sekitar sekolah yang berhubungan secara langsung atau
tak langsung terhadap manajemen sekolah.
“Menurut Mohammad Noor Syam bahwa hubungan
masyarakat dengan pendidikan sangat bersifat korelatif.
Masyarakat maju karena pendidikan dan pendidikan yang
maju hanya akan ditemukan dalam masyarakat yang maju
pula”.
Sementara itu, Sanafiah Faisal mengemukakan
bahwa hubungan antara sekolah (pendidikan) dengan
masyarakat paling tidak, bisa dilihat dari dari dua segi
berikut. Sekolah sebagai patner masyarakat didalam
melaksanakan di dalam melaksanakan fungsi pendidikan.
Sekolah sebagai prosedur yang melayani pesan-pesan
pendidikan dari masyarakat lingkungannya.
1. Pentingnya Hubungan Masyarakat dan Sekolah
Hubungan antara masyarakat dan sekolah meliputi :
a. Sekolah adalah bagian yang integral dari
masyarakat, ia bukan merupakan lembaga yang
terpisah dari masyarakat.
b. Hak hidup dan kelangsungan hidup bergantung
pada masyarakat.
56 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
c. Sekolah adalah lembaga sosial berfungsi untuk
melayani anggota- anggota masyarakat dalam
bidang pendidikan.
d. Kemajuan sekolah dan kemajuan masyarakat
saling berkolerasi, keduanya saling membutuhkan.
e. Masyarakat adalah pemilik sekolah, karena
masyarakat membutuhkannya.
Pentingnya hubungan sekolah dengan masyarakat :
a. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang
harusnya mendidik generasi muda untuk hidup di
masyarakat.
b. Sekolah haruslah merupakan tempat pembinaan
dan pengembangan pengetahuan dan kebudayaan
yang sesuai dan dihendaki oleh masyarakat tempat
sekolah itu didirikan.
c. Sebaiknya, masyarakat harus membantu dan
bekerjasama dengan sekolah agar apa yang
diperoleh dan dihasilkan sesuai kehendak dan
kebutuhan masyarakat.
d. Mengikutsertaka masyarakat secara aktif dalam
memecahkan permasalahan pendidik.
e. Partisispasi, dukungan dan bantuan secara konkrit
dari masyarakat baik berupa financial, material
untuk kelancaran sekolah.
2. Tujuan Hubungan Masyarakat dan Sekolah
Tujuan hubugan masyarakat dan sekolah dapat
dikelompokan menjadi tiga tujuan pokok, yaitu :
Mengembangkan mutu belajar dan
pertumbuhan anak-anak Untuk mengembangkan mutu
belajar dan pertumbuhan anak-anak hendaknya personil
sekolah mengetahui benar-benar kondisi masyarakat
lingkungan hidup anak-anak yang sangat penting bagi
program pendidikan.
Meningkatkan tujuan dan mutu kehidupan
masyarakat Didalam masyarakat yang demokratis,
seyognya dapat menjadikan dirinya sebagai pelopor
dan pusat perkembangan bagi perubahan-perubahan
PENGANTAR PENDIDIKAN 57
masyarakat dalam bidang ekonomi, kebudayaan,
teknologi dan sebagai ke tingkat yang tinggi.
Mengembangkan pengertian antusiasme dan
partisipasi masyarakat Pengertian antusiasme dan
partisipasi masyarakat tersebut sangat penting, apalagi
bagi masyarakat kita yang pada umumnya masih belum
menyadari bahwa tugas dan tanggung jawab
pendidikan anak-anak adalah juga tugas dan tanggung
jawab masyarakat disamping sekolah dan pemerintah.
58 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
1) Masyarakat mengetahui inovasi-inovasi yang
dilakukan oleh sekolah
2) Masyarakat sebagai pihak yang membutuhkan
pendidikan dapat mengajukan aspirasinya
terhadap sekolah.
3) Masyarakat dapat memberikan kritikan dan
saran yang berguna untuk sekolah apabila
terdapat program, keputusan atau tindakan
sekolah yang tidak sesuai dengan harapan dan
keputusan masyarakat.
b. Bagi sekolah
1) Sekolah dapat termotivasi untuk terus
melakukan perbaikan baik dari segi tenaga
pendidik maupun dari fasilitas pendidikan
karena sekolah mendapat penilaian dan control
langsung dari masyarakat.
2) Sekolah dapat menyampaikan-menyampaikan
kesulitan-kesulitan yang dialamai sekolah
yang memerlukan partisipasi masyarakat
untuk menyelesaikannya.
3) Sekolah dapat member pemahaman kepada
masyarakat mengenai konsep-konsep
pendidikan yang perlu masyarakat pahami
agar tidak terjadi kesalahpahaman konsep
antara sekolah dan masyarakat.
4) Sekolah dapat memanfaatkan masyarakat
sebagai sumber belajar bagi peserta didik.
Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam
upaya peningkata mutu pendidikan disekolah. Peran
serta masyarakat itu tidak hanya berupa dukungan
dana atau sumbangan fisik saja, tetapi bisa lebih dari
itu. Hubungan masyarakat dengan sekolah adalah
kerjasama antara masyarakat dengan sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan, dimana sekolah memiliki
tanggung jawab memberi pemahaman kepada
masyarakattentang tujuan, program, dan kebutuhan
sekolah. Sebaliknya masyarakat memiliki tanggung
PENGANTAR PENDIDIKAN 59
jawab menyumbngkan sumber daya dalam hubungan
tersebut.
Hubungan sekolah dan masyarakat
didefinisikan sebagai proses komunikasi antara sekolah
dan masyarakat untuk berusaha menanamkan
pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan
karya pendidikan serta pendorong minat tanggung
jawab masyarakat dalam usaha memajukan sekolah.
Tujuannya untuk meningkatkan kualitas belajar dan
pertumbuhan anak, meningkatkan pemahaman
masyarakat akan pentingnya pendidikan, meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat, serta mengembangkan
antusiasme atau semangat saling bantu antara sekolah
dengan masyarakat demi kemajuan dua belah pihak.
Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu
proses komunikasi dengan tujuan meningkatkan
pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan
praktik pendidikan serta berupaya dalam memperbaiki
sekolah. Karena sekolah hidup ditengah- tengah
masyarakat, melayani masyarakat dan dihidupi
masyarakat, sebaliknya masyarakat mengambil manfaat
berupa output sekolah, berupa tenaga lulusan yang
memiliki kualifikasi tertentu. Sekolah harus mampu
menampung aspirasi masyarakat karena masyarakatlah
pemasok sekaligus pemakai output sekolah. Kerja sama
yang baik antara sekolah dan masyarakat akan
menguntungkan keduanya. Sekolah semakin eksis
berkat dukungan masyarakat, dan masyarakat memetik
manfaat berupa output berkualitas.
60 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
partisipasi masyarakat, jangan diharapkan pendidikan dapat
berkembang dan tumbuh sebagaimana yang diharapkan.
Oleh karena itu, sebagai salah satu lingkungan
terjadinya kegiatan pendidikan, masyarakat mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap berlangsungnya segala
aktivitas yang menyangkut masalah pendidikan. Apalagi
bila dilihat dari materi yang digarap, jelas kegiatan
pendidikan yang termasuk jalur sekolah, berisikan generasi
muda yang akan meneruskan kehidupan masyarakat itu
sendiri. Untuk itu bahan apa yang akan diberikan kepada
anak didik sebagai generasi tadi harus disesuaikan dengan
keadaan dan tuntutan masyarakat dimana kegiatan
pendidikan berlangsung.
Berikut ini adalah beberapa peran dari masyarakat
terhadap pendidikan (sekolah) :
1. Masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan
membiayai sekolah.
2. Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan
agar sekolah tetap membantu dan mendukung cita-cita
dan kebutuhan masyarakat.
3. Masyarakatlah yang ikut menyediakan tempat
pendidikan seperti gedung-gedung meseum,
perpustakaan, paggung-panggung kesenian, kebun
binatang dan sebagainya.
4. Masyarakatlah yag menyediakan berbagai sumber
untuk sekolah. Mereka dapat diundang ke sekolah
unruk memberikan keterangan-keterangan mengenai
suatu masalah yang sedang dipelajari anak didik.
Orang-orang yang punya keahlian khusus banyak sekali
terhadap di masyarakat, seperti petani, peternak,
saudagar, polisi, dokter dan sebagainya.
5. Masyarakat sebagai sumber pelajaran atau laboraturium
tempat belajar. Di samping buku-buku pelajaran,
masyarakat member bahan pelajaran yang banyak
sekali, antara lain seperti aspek alami industri,
perumahan, transportasi, perkebunan, pertambangan
dan sebagainya.
PENGANTAR PENDIDIKAN 61
Dengan demikian, jelas sekali bahwa peran
masyarakat sangatlah besar terhadap pendidikan sekolah.
Untuk itu, sekolah perlu memanfaatkannya sebaik-baiknya,
paling tidak bahwa pendidikan harus dapat mempergunakan
sumber-sumber pengetahuan yang ada di masyarakat
dengan alasan sebagai berikut:
Dengan melihat apa yang terjadi di masyarakat,
anak didik akan mendapatkan pengalaman langsung ( first
hand experience ) sehingga mereka dapat memiliki
pengalaman yang konkert dan mudah diingat.
Pendidikan membina anak-anak yang berasal dari
masyarakat, dan akan kembali ke masyarakat. Di
masyarakat banyak sumber pengetahuan yang mungkin
guru sendiri belum mengetahuinya. Kenyataan
menunjukkan bahwa masyarakat membutuhkan orang-
orang yang terdidik dan anak didik pun membutuhkan
masyarakat.
62 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
BAB VIII
PENGARUH TIMBAL BALIK ANTAR
SEKOLAH, KELUARGA DAN MASYARAKAT
PENGANTAR PENDIDIKAN 63
masyarakat sebab manusia itu sendiri adalah subyek setiap
perkembangan, perubahan, dan kemajuan di dalam
masyarakat. Kemudian investasi ini juga di harapkan
mampu menghadapi tantangan demi tantangan yang
merambah dalam kehidupan masyarakat, dan arus tantangan
tersebut akan semakin deras dan berat seirama dengan
perkembangan masyarakat yang semakin cepat, sebagai
akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
terus memengaruhi dalam berbagai dimensi kehidupan
manusia. Di sinilah terlihat pentingnya menciptakan SDM
yang berkualitas untuk menghadapi tantangan tersebut.
Lembaga Pendidikan adalah suatu badan yang
berusaha mengelola dan menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan sosial, kebudayaan, keagamaan, penelitian,
ketrampilan dan keahlian yaitu dalam hal pendidikan
intelektual, spieitual, serta keahlian atau ketrampilan. Selain
itu, lembaga pendidikan juga berfungsi sebagai tempat atau
wadah dimana orang-orang berkumpul bekerja sama secara
rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin,
dan terkendali dalam memanfaatkan sumber daya, sarana
prasarana, data dan lain sebagainya yang digunakan secara
efesien dan efektif untuk mencapai tujuan pendidikan.
Keluarga, Sekolah dan Masyarakat merupakan
lembaga-lembaga pendidikan yang sama-sama memiliki
peranan penting dalam dunia Pendidikan seorang peserta
didik atau anak didik karena memiliki pengaruh yang besar
terhadap pertumbuhan dan perkembangan pendidikan
peserta didik.
1. Fungsi dan Peranan Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan utama
dan paling penting khususnya di dalam perkembangan
kepribadiannya melalui pengalaman masa kanak-kanak
yang akan memberi warna pada kehidupannya. Keluarga
menjamin kehidupan emosional anak, menanamkan
dasar pendidikan moral, memberikan dasar pendidikan
sosial.
64 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
a. Pengaruh Keluarga terhadap Sekolah
Keluarga sebagai satuan organisasi terkecil
mendapat peran yang sangat penting karena
membentuk kepribadian dan watak keluarganya.
Lingkungan keluarga yang pertama dan utama
mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku dan
perkembangan anak. Dalam rangka menciptakan
pendidikan yang baik untuk anak maka peranan
orang tua sangat penting, karena keluarga merupakan
dasar utama pembentukan manusia. Keluargalah
yang memberi arah dan corak serta pandangan hidup
yang akan dialami anak pada masa selanjutnya. Oleh
karena itu, keluarga perlu menjaga stabilitas,
ketenangan dan ketentraman di antara semua anggota
keluarga, terutama ayah dan ibu sebagai pengendali
dan penanggungjawab dalam keluarga. Pendidikan
yang baik bukanlah hanya pendidikan yang di
sengaja, latihan, kebiasaan-kebiasaan yang baik,
tetapi yang jauh lebih penting adalah sikap dan cara
orang tua dalam menghadapi hidup pada umumnya
dan cara memperlakukan anak.
Orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama
atas anaknya bertanggungjawab atas kelakuan, pemb
entukan kesusilaan, watak dan kepribadian anak.
Orang tua harus mampu menanamkan kebiasaan
yang baik tentang kesehatan, makanan dan minuman
yang halal, menahan kecendrungan mementingkan
diri sendiri, menanamkan sifat suka menolong,
disiplin dan bertanggungjawab serta berkasih sayang
dengan sesamanya.
2. Fungsi Dan Peran Sekolah
Fungsi lembaga sekolah adalah mengembangkan
kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan anak
didik. Sekolah menjadi tempat anak untuk melatih anak
agar dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawabsebagai
persiapan untuk terjuan ke masyarakat. Selain itu,
sekolah berperan sebagai tempat anak didik belajar
bergaul, baik dengan sesamanya, guru, maupun dengan
PENGANTAR PENDIDIKAN 65
karyawan serta tempat anak didik belajar menaati
peraturan sekolah.
a. Pengaruh Timbal Balik antara sekolah dengan
masyarakat
Sekolah merupakan lembaga sosial formal
yang tumbuh dan berkembang dari dan untuk
masyarakat. Artinya sebagai lembaga sosial formal,
sekolah harus terikat pada tata aturan formal,
berprogram dan bertarget atau bersasaran yang jelas
serta memiliki kepemimpinan penyelenggaraan atau
pengelolaan yang resmi. Karena itu fungsi sekolah
terikat kepada target atau sasaran-sasaran yang di
butuhkan oleh masyarakat itu sendiri. Sebagai
masyarakat kecil dan sebagai bagian dari
masyarakat, sekolah harus membina hubungan
dengan masyarakat. Adapun hubungan antara
sekolah dan masyarakat dapat dilihat dari dua segi,
yaitu:
1) Sekolah sebagai patner (mitra) dari masyarakat
didalam melakukan fungsi pendidikan.
2) Sekolah sebagai produsen yang melayani
pesanan-pesanan pendidikan dari masyarakat
dilingkunganya.
Dilihat dari sudut pandang sekolah sebagai
patner (mitra) masyarakat maka hubungan sekolah
dan masyarakat bersifat korelatif bahkan seperti
telur dengan ayam. Masyarakat maju karena
pendidikan dan pendidikan yang maju hanya akan
ditemukan dalam masyarakat yang maju pula.
Sekolah sebagai salah satu lingkungan
dilaksanakannya kegiatan pendidikan, dimana
masyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap berlangsungnya segala aktivitas yang
menyangkut masalah pendidikan. Kemajuan dan
keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat
ditentukan oleh peran serta masyarakat yang ada.
Tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat, jangan
diharapkan pendidikan dapat berkembang dan
66 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
tumbuh sebagaimana yang diharapkan. Agar sekolah
dapat menjalankan tugasnya dengan baik maka perlu
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1) Menyesuaikan kurikulum sekolah dengan
kebutuhan masyarakat.
2) Metode yang digunakan harus mampu
merangsang murid untuk lebih mengenal
kehidupan riil dalam masyarakat.
3) Menumbuhkan sikap pada murid untuk belajar
dan bekerja dalam kehidupan sekitarnya.
4) Sekolah harus selalu berintegrasi dengan
kehidupan masyarakat, sehingga kebutuhan
kedua belah pihak akan terpenuh.
5) Sekolah seharusnya dapat mengembangkan
masyarakat dengan cara mengadakan
pembaruan tata kehidupan masyarakat.
Masyarakat dengan ciri khasnya yang positif
dan dinamis akan mempengaruhi keberadaan
sekolah. Setiap masyarakat memiliki identitas
tersendiri sesuai dengan pengalaman kesejahteraan
dan budayanya. Identitas yang dimiliki dan
dinamika suatu masyarakat, secara langsung akan
berpengaruh terhadap tujuan, orientasi, dan proses
pendidikan di sekolah. Ini bisa di mengerti karena
sekolah merupakan institusi yang dilahirkan dari,
oleh dan untuk masyarakat. Pengaruh identitas suatu
masyarakat terhadap program pendidikan di
sekolah-sekolah, dapat dibuktikan dengan
berbedanya orientasi dan tujuan pendidikan pada
masing-masing negara. Oleh karena itu dalam
kenyataannya tidak pernah terdapat kurikulum
pendidikan yang berlaku permanen, akan tetapi
selalu dinilai, disempurnakan, disesuaikan dengan
tuntutan perkembangan masyarakat yang terjadi.
Berlangsungnya proses pendidikan di sekolah juga
tidak terlepas dari pengaruh sosial budaya dan
partisipasi masyarakat. Pengaruh sosial budaya yang
dimaksud biasanya tercermin didalam proses belajar
PENGANTAR PENDIDIKAN 67
mengajar baik yang menyangkut pola aktivitas
pendidik maupun anak didik didalam proses
pendidikan. Katakanlah sekarang dikembangkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
implementasinya akan banyak diwarnai atau
dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial budaya
masyarakat setempat. Nilai sosial budaya didalam
masyarakat bisa menjadi penghambat atau
pendukung terhadap proses pendidikan yang
dipandang baik di dalam khasanah pendidikan. Oleh
karena itu, usaha-usaha pembaruan terhadap proses
pendidikan di sekolah, mau tidak mau mesti
memperhitungkan pula pengaruh sosial budaya dari
masyarakat lingkungannya.
68 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
lembaga persekolahan. Ini biasa dimengerti
karena sekolah merupakan institusi yang
dilahirkan dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Kemana program sekolah harus membawa yang
biasanya tercermin didalam kurikulum, didalam
kenyataannya selalu terjadi perubahan-
perubahan, Pengaruh identitas suatu masyrakat
terhadap program pendidikan disekolah, biasa
dibuktikan dengan berbedanya orientasi dan
tujauan pendidikan pada masing- masing
Negara.
2) Proses pendidikan
Bagaimana berlangsnungnya prose
pendidikan disekolah juga tidak terlepas dari
pengarus masyarakat. Pengaruh masyarakat
yang dimaksud yaitu pengaruh sosial buada dan
partisipasinya. Kenyataan sosial budaya
masyarakat seperti feudal atau tidak demokratis
atau tidak, bermentalitas modern atau tidak,
semuanya berpengaruh terhadap proses
pendidikan yang berlangsung di sekolah. Sebab
komponen manusiawi yang terdapat di sekolah
juga hidup dan diwarnai oleh nilai nilai sosial
budaya dilingkungan masyarakatnya. Dalam
hubungan ini masyarakat sekolah dikatan
sebagai miniature dari masyarakat yang lebih
luas dilingkungannya. Hubungan pengaruh
timbal balik antara tingkat partisipasi
masyarakat dengan kualitas proses
penyelenggaraan pendidikan sekolah-sekolah
menuntut adanya jalinan hubungan yang
harmonis antara sekolah dengan masyarakat.
PENGANTAR PENDIDIKAN 69
yang ada di masyarakat , tidak mudah membentuk korelasi
yang baik antara sekolah dan masyarakat, yang diakibatkan
oleh beberapa faktor antara lain :
1. Persepsi masyarakat yang salah terhadap sekolah
Seperti yang kita ketahui, tidak sedikit orang tua
yang malas menyekolakan anak-anaknya meskipun
dananya seharusnya bisa diusahakan, dikarenakan
beberapa persepsi yang salah terhadap
pendidikan/sekolah, antara lain:
a. Khususnya untuk orang tua wanita, masih ada
anggaapan bahwa wanita tidak memerlukan
pendidikan yang tinggi. Karena jika sudah menikah
harus mengurus suami.
b. Sekolah hanya tempat mencari ijazah. Padahal
sekolah, anak tidak hanya di tuntut untuk
mendapatkan nilai, tetapi yang terpenting adalah
ilmu, keterampilan, dan kreativitas untuk bersain di
dunia kerja.
c. Sekolah merupakan tempat penyebar luasan budaya
yang tidak baik. Seperti bicara berkata kasara, jorok,
misuh , dan lain sebagainya.
d. Sekolah adalah ajng bisnis, masyarakat beranggapan
bahwasumbangan- sumbangan yang diminta oleh
sekolah adalah untuk kepentingan , guru-guru, serta
petinggi sekolah, padahal untuk berjalannya
kegiatan belajar mengajar yang butuh biaya.
e. Guru suka korupsi waktu. Mungkin dulu memeang
begitu, tapi sekarang di sekolah- sekolah sudah
diterapkan sistem yang baru untuk menghindari hal-
hal demikian.
1) Kurangnya Komunikasi
Untuk terjaling hubungan yang harmonis
, hal yang tidak boleh dilipakan yaitu
komunikasi. Bentuk komunikasi yang dapat
dilakuakn antara lain:
a) Memberikan informasi dan menyampaikan
idea tau gagasan kepada masyarakat atau
pihak-pihak lain yang membutuhkannya.
70 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
b) Membantu memimpin yang karena tugas-
tugas tidak dapat langsung memberikan
informasi kepada masyarakat atau pihak-
pihak yang memerlukannya
c) Membantu pemimpin mempersiapkan bahan-
bahan tentang permasalahan dan tentang
informasi yang akan disampaikan atau yang
menarik perhatian masyarakat pada saat
tertentu
d) Melaporkan tentang pikiran yang
berkembang dalam pikiran-pikiran yang
berkembang dalam masyarakat tentang
masalah pendidikan.
e) Membantu kepala sekolah bagaimana usaha
untuk memperoleh bantuan dan kerja sama
f) Menyusun rencana bagaimana cara-cara
memperoleh bantuan untuk kemajuan
pelaksanaan pendidikan.
2) Kurangnya Sarana Prsarana
Sarana dan prasarana yang memadai
selain menjadi kunci suksesnya proses belajar
mengajar juga menjadi faktor pendukung
terciptanya komunikasi yang baik antara sekolah
dan masyarakat seperti , gedung pertemuan untuk
wali murid , papan visi misi dan tujuan sekolah
tersebut, dan lain-lain sebagainya
PENGANTAR PENDIDIKAN 71
melainkan ia merupakan suatu bagian yang tidak
terpisahkan dari masyarakat yang luas, dan bersama
masayarakat membangun dan meningkatkan segala upaya
untuk memajukan sekolah. Hal ini dapat tercipta apabila
lembaga pendidikan mau membuka diri dan menjelaskan
kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana masyarakat
dapat berperang dalam upaya membantu sekolah/lembaga
pendidikan memajukan dan meningkatkan kualitas
penyelenggaraan pendidikan.
Sekolah pada hakekatnya melaksanakan dan
mempunyai fungsi ganda terhadap masyarakat, yaitu
member layanan dan sebagai agen pembaharuan bagi
masyarakat sekitarnya, yang oleh stoop disebutnya sebagai
fungsi layanan dan fungsi pemimpin (fungsi untuk
memajukan masyarakat melalui pembentukan sumber daya
manusia yang berkualitas).
Setiap aktifitas pendidikan apalagi yang bersifat
inovatif, seharusnya dikomunikasikan dengan masyarakat
khusnya orang tua siswa, agar mereka mengerti mengapa
aktifitas tersebut harus dilakukan oleh sekolah dan pada sisi
mana mereka dapat berperang membantu sekolah dalam
merealisasikan program inovatif tersebut. Dengan hubungan
yang harmonis isi tersebut ada beberapa manfaat
dpelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat yaitu :
bagi sekolah/lembaga pendidikan.
1. Memperbesar dorongan mawas diri, sebab seperti
diketahui konsep pendidikan sekarang adalah oleh
masyarakat, untuk masyarakat dan dari masyarakat
serta mulai berkembangnya implementasi manajemen
berbasis sekolah, maka pengawasan sekolah khususnya
kualitas sekolah akan dilakukan baik secara langsung
maupuntidak langsung oleh masyarakat antara lain
melalui dewan pendidikan dan komite sekolah
2. Memudahkan/meringankan beban sekolah dalam
memperbaiki serta meningkatkan kualitas
penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah. Hal ini
akan tercapai apabila sekolah benar-benar mitra dalam
pengembangan dan peningkatan sekolah. Masyarakat
72 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
akan mendukung sepenuhnya serta membantunya
apabila sekolah mampu menunjukkan kinerja yang
berkualitas.
3. Memungkinkan upaya peningkatan profesi mengajar
guru. Sebab pada dasarnya laboratorium terbaik bagi
lembaga pendidikan adalah masyarakatnya sendiri.
4. Opini masyarakat tentang sekolah akan lebih
positif/benar. Opini yang positif akan sangat membantu
sekolah dalam mewujudkan segala program dalam
mewujudkan segala program dan rencana
pengembangan sekolah secara optima, sebab opini
yang baik merupakan modal utama bagi sekolah untuk
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
5. Masyarakat akan ikut serta memberikan control/koreksi
terhadap sekolah, sehingga sekolah akan lebih hati-hati
6. Dukungan moral masyarakat akan tumbuh terhadap
sekolah sehingga memudahkan mendapatkan bantuan
material.Bagi masyarakat dengan adanya hubungan
yang harmonis antar sekolah dengan masyarakat maka:
a. Masyarakat/orang tua murid akan mengerti tentang
berbagai hal yang menyangkut penyelenggaraan
pendidikan disekolah
b. Keinginan dan harapan masyarakat terhadap
sekolah akan lebih mudah disampaikan dan
direalisasikan oleh pihak sekolah.
c. Masyarakat akan memiliki kesempatan
memberikan saran, usul maupun kritik untuk
membantu sekolah menciptakan sekolah yang
berkualitas.
PENGANTAR PENDIDIKAN 73
BAB IX
PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM
74 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Pada dasarnya sistem hanya terdiri atas dua jenis,
yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup di
dalam proses kerjanya tidak dipengaruhi lingkungan luar,
sedangkan sistem terbuka di dalam proses kegiatannya
memperoleh masukan dari luar lingkungannya.
71 Pada sistem
terbuka terjadi sistem yang dinamis, yaitu sistem dipengaruhi
oleh sistem yang berada di luarnya.
1. Pengertian Pendidikan
a. Pendidikan secara umum merupakan suatu usaha
untuk mencapai suatu tujuan dalam pendidikan.
b. Dalam kajian yuridis formal, makna pendidikan
seperti tersurat dalam UU nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, diungkapkan
sebagai berikut:"Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
c. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979)
menjelaskan pula "pendidikan merupakan suatu
sistem yang mempunyai unsur-unsur sasaran
pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan,
struktur, kurikulum dan peralatan atau fasilitas".
2. Pengertian Sistem
Beberapa definisi sitem menurut ahli:
a. Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang
kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau
perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang
membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang
kompleks atau utuh. (Tatang M. Amirin, 1992:10)
b. Sistem merupakan himpunan komponen yang saling
berkaitan yang bersama sama berfungsi untuk
mencapai suatu tujuan. (Tatang Amirin, 1992:10)
c. Sistem merupakan sehimpunan komponen atau
subsistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai
PENGANTAR PENDIDIKAN 75
rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
(Tatang Amirin, 1992:11)
d. Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri atas
komponen-komponen atau elemen-elemen atau
unsusr-unsur sebagai sumber yang mempunyai
hubungan fungsional yang teratur, tidak secara acak
yang salaing membantu untuk mencapi suatu hasil
(Product). Contoh tubuh manusia merupakan satu
jaringan daging, otak, urat-urat, dan lain-lain yang
komponen mempunyai fungsi masing-masing yang
satu dengan yang lain satu sama lain saling berkaitan
sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
(Menurut Zahara Idris,1987)
Banyak definisi yang digunakan untuk
menjelaskan arti kata”sistem” diatas, maka
disimpulkan diataranya sebagai berikut:
Sistem adalah suatu kebetulan keseluruhan
yang kompleks atau terorganisir,suatu himpunan atau
panduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk
suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks
atau utuh. Sistem merupakan himpunan komponen
yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi
untuk mencapai suatu tujuan. Sistem merupakan
suatu himpunan komponen atau subsistem yang
terorganisasikan dna berkaitan sesuai rencana untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
Ciri-ciri umum dari sistem yaitu sebagai berikut:
a. Sistem merupakan suatu kesatuan yang berstruktur
b. Kesatuan terdiri dari sejumlah komponen yang saling
berpengaruh.
c. Masing-masing komponen memiliki fungsi tertentu
dan secara bersama-sama melaksanakan fungsi
struktur,yaitu mencapai tujuan sistem.
d. Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan
3. Tujuan Pendidikan Sebagai Sistem
Pendidikan sebagai suatu sistem dapat ditinjau dari dua
hal:
a. Sistem pendidikan secara mikro
76 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Pendidikan secara mikro lebih menekankan
pada unsur pendidik dan peserta didik. Polanya lebih
merupakan sebagai upaya mencerdaskan peserta
didik melalui proses interaksi dan komunikasi, yaitu
ada pesan (message) yang akan disampaikan dalam
bentuk bahan belajar. Kemudian fungsi pendidik
lebih merupakan sebagai pengirim pesan (senders)
melalui kegiatan pembelajaran di kelas ataupun di
luar kelas.
b. Sistem pendidikan secara makro
Dalam kajian makro, sistem pendidikan
menyangkut berbagai hal atau komponen yang lebih
luas lagi, yaitu terdiri dari :
1) Masukan (input)
berupa sistem nilai dan pengetahuan,
sumber daya manusia, masukan
instrumental berupa kurikulum, informasi, energi
atau tenaga, bahan-bahan, silabus dsb, masukan
sarana termasuk di dalamnya fasilitas dan sarana
pendidikan yang harus disiapkan.
2) Proses
yaitu segala sesuatu yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar atau proses
pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah.
Dalam komponen proses ini termasuk di
dalamnya telaah kegiatan belajar dengan segala
dinamika dan unsur yang mempengaruhinya,
serta telaah kegiatan pembelajaran yang
dilakukan pendidik dalam kerangka memberikan
kemudahan kepada peserta didik untuk terjadinya
proses pembelajaran.
3) Keluaran (output)
yaitu hasil yang diperoleh pendidikan
bukan hanya terbentuknya pribadi lulusan/peserta
didik yang memiliki pengetahuan, sikap, dan
keterampilan sesuai dengan yang diharapkan
dalam tujuan yang ingin dicapai. Namun juga
keluaran pendidikan mencakup segala hal yang
PENGANTAR PENDIDIKAN 77
dihsilkan oleh garapan pendidikan berupa:
kemampuan peserta didik (human behavior),
produk jasa (services) dalam pendidikan seperti
hasil penelitian, produk barang berupa karya
intelektual ataupun karya yang sifatnya fisik
material.
78 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik.
Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian
oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang
otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik
ialah:
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang
khas, sehingga merupakan insan yang unik.
b. Individu yang sedang berkembang.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan
perlakuan manusiawi.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
2. Orang yang membimbing (pendidik)
Yang dimaksud pendidik adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan
dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami
pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap
pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program
pembelajaran, latihan, dan masyarakat.
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi
edukatif)
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi
timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang
terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan
pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses
berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode,
serta alat-alat pendidikan.
4. Kearah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
Pendidik mengarahkan kepada peserta didik apa-
apa yang akan diberikan sesuai dengan bakat peserta didik
sehingga diahrapkan peserta didik mampu menerapkan
keahliannya.
5. Materi Pendidikan
Materi pendidikan diantaranya adalah cakupan
materi input yang diperoleh peseta didik dari pendidi dan
lingkungannnya.
PENGANTAR PENDIDIKAN 79
6. Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu
yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk
mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat
jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan
efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang
preventif dan yang kuratif.
C. Komponen-Komponen Pendidikan
1. Macam-macam Komponen-komponen Pendidikan
PH Combs (1982) mengemukakan dua belas komponen
pendidikan sebagai berikut:
a. Tujuan dan Prioritas
Tujuan dan Prioritas adalah fungsi
mengarahkan kegiatan. Hal ini merupakan informasi
apa yang hendak dicapai oleh sisitem pendidikan dan
urutan pelaksanaanya.
b. Peserta didik
Peserta didik adalah fungsinya belajar
diharapkan peserta didik mengalami proses
perubahan tingkah laku sesui dengan tujuan sistem
pendidikan.
c. Manajemen atau pengelolan
Manajemen atau pengelolaan adalah fungsinya
mengkoordinasi, mengarahkan dan menilai sistem
pendidikan.
d. Struktur dan jadwal waktu
Struktur dan jadwal waktu adalah mengatur
pembagian waktu dan kegiatan.
e. Isi dan bahan pengajaran
Isi dan bahan pengajaran adalah
mengambarkan luas dan dalamnya bahan pelajaran
yang harus dikuasai peserta didik.
80 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
f. Guru dan pelaksanaan
Guru dan pelaksanaan adalah menyediakan
bahan pelajaran dan menyelenggarakan proses belajar
untuk peserta didik.
g. Alat bantu belajar
Alat bantu belajar adalah fungsi membuat
proses pendidikan yang lebih menarik dan bervariasi.
h. Fasilitas
Fasilitas adalah fungsinya untuk tempat
terjadinya proses pembelajaran.
i. Teknologi
Teknologi adalah fungsi memperlancar dan
meningkatkan hasil guna proses pendidikan.
j. Pengawasan mutu
Pengawasan mutu adalah fungsi membina
peraturan dan standar pendidikan.
k. Penelitian
Penelitian adalah fungsi memperbaiki dan
mengembangkan ilmu pengetahuan.
l. Biaya
Biaya adalah fungsinya memperlancar proses
pendidikan.
2. Hubungan Sistem Pendidikan Dengan Sistem Lain
Dalam ruang lingkup yang besar terlihat sistem
yang saling berhubungan dengan sistem lain. Hal ini
wajar, karena pada dasarnya setiap sistem itu hanya
merupakan satu aspek dari kehidupan. Sedangkan
segenap segi kehidupan itu kita butuhkan, sehingga
semuanya memerlukan pembinaan dan pengembangan.
Misalnya Sistem pendidikan dapat dilihat dalam
ruang lingkup makro. Sebagai subsistem, bidang
ekonomi, pendidikan,dan politik masing-masing-masing
sebagai sistem. Pendidikan formal, nonformal, dan
informal merupakan subsistem dari bidang pendidikan
sebagai sistem dan seterusnya. Sistem-sistem tersebut
secara keseluruhan membentuk supra sistem.
PENGANTAR PENDIDIKAN 81
D. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah dengan
Pendekatan Sistem
Proyek aristolle (soenarwan,1991:51) telah
mengembangkan pendekatan sistem untuk pendidikan yang
terdiri dari 8 langkah,sebagai berikut
1. Merumuskan kebutuhan nyata
2. Merumuskan tujuan
3. Mengidentifikasi kendala
4. Merumuskan alternatif-alternatif
5. Memilih alternatif
6. Mengimplementasikan pilihan
7. Mengadakan evaluasi
8. Mengadakan modifikasi
82 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
BAB X
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
PENGANTAR PENDIDIKAN 83
selanjutnya melandasi pengembangan masing-masing
komponen (Faure, 1972: 181-182).
Pendidikan tidak hanya terjadi selama masa sekolah.
Setelah seseorang harus belajar. Pendidikan juga tidak
berakhir pada saat seseorang memperoleh pekerjaan. Setelah
seseorang memasuki lapangan kerja ia masih perlu
pendidikan (belajar). Pendidikan juga tidak berakhir sampai
pada saat seseorang telah mencapai gelar doctor atau
professor, selama itu juga ia masih perlu pendidikan. Belajar
itu berlangsung sepanjang hayat manusia. Selama manusia
hidup, tetap harus belajar, dengan kata lain, pendidikan
berlangsung tanpa batas usia. Pendidikan diperoleh dimana
saja dan kapan saja. Dimana saja artinya pendidikan bisa
diperoleh diberbagai jalur pendidikan, yaitu formal/sekolah,
non formal, atau informal. Kapan saja merujuk usia/waktu,
yakni sejak masa baru dilahirkan (bayi/ayunan) hingga liang
lahat (meninggal dunia).
Pendidikan dan belajar adalah sinonim. Namun,
keduanya tidak sinonim dengan sekolah (school) atau
persekolahan (schooling). Sekolah adalah salah satu lembaga
pendidikan yang berlangsung terbatas, yakni terbatas dalam
waktu atau usia. Sementara usia manusia jauh lebih lama dan
kebutuhan manusia selama hidup sangat banyak. Oleh sebab
itu, sekolah tidak bisa menyediakan pendidikan untuk semua
usia manusia. Sekolah merupakan bagian penyedia
pendidikan. Diluar sekolah banyak individu, kelompok,
organisasi atau lembaga yang dapat berperang memberikan
layanan pendidikan untuk berbagai kebutuhan pendidikan
masyarakat. Anggota keluarga, teman sejawat, dan lembaga-
lembaga pendidikan diluar sekolah juga memiliki peran
penting dalam pendidikan.
Belajar tidak lagi di dikotomikan ke dalam sebuah
tempat dan waktu
untuk memperoleh pengetahuan (sekolah), maupun untuk
mengaplikasikan pengetahuan (tempat kerja). Dewasa ini
masyarakat dibanjiri dengan lebih banyak informasi daripada
yang dapat mereka tangani. Belajar sepanjang hayat (lifelong
learning) merupakan tantangan penting untuk menemukan
84 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
masa depan masyarakat kita. Belajar sepanjang hayat lebih
dari pendidikan orang dewasa atau pelatihan, ini merupakan
sebuah mindset suatu kebiasaan bagi masyarakat untuk
memperolehnya. Belajar sepanjang hayat menciptakan
tantangan untuk memahami, mengeksplorasi, dan
mendukung dimensi- dimensi penting yang baru bagi
pendidikan sperti :
1. Belajar yang diarahkan diri sendiri (self-directing
learning),
2. Belajar atas dasar tuntutan (learning on demand)
3. Belajar kolaboratif (collaborative learning)
4. Belajar organisasi (organizational learning).
Pendekatan-pendekatan ini memerlukan media baru dan
teknologi untuk mendukung secara memadai. Teori belajar
sepanjang hayat harus menginvestigasi kerangka-kerangka
baru untuk belajar yang diperlukan oleh perubahan-
perubahan besar dan cepat dalam dunia pekerjaan dan
pendidikan. Perubahan-perubahan ini termasuk:
1. Meratanya teknologi tinggi yang meningkat pekerjaan-
pekerjaan perlu mendukung untuk belajar atas dasar
tuntutan karena mencakup semua konsep yang tidak
mungkin,
2. Perubahan yabg tidak biasa dielakkan dalam zaman
profesi, memerlukan belajar sepanjang hayat,
3. Mendalamnya perbedaan kesempatan yang ditawarkan
pada yang terdidik dan tidak terdidik.
1. Masalah-masalah Zaman Informasi
a. Kurangnya Kreativitas Dan Informasi
Masyarakat dan Negara dimasa mendatang
sukses bukan karena masyarakatnya berja (word
barder), melainkan bekerja lebih cerdas (smarter).
Kreativitas dan inovasi dipandang sebagai kapabilitas
penting untuk bekerja lebih cerdas dalam masyarakat
pengetahuan (knowledge societies) (Drucker, 1994).
Jadi tantangan penting adalah bagaimana kapabilitas
ini dapat dipelajari dan dipraktikkan. Sebuah asumsi
implicit yang dibuat bahwa belajar sepanjang hayat
dan diarahkan diri sendiri dapat memengaruhi potensi
PENGANTAR PENDIDIKAN 85
kreativitas dan inovasi individu, kelompok, organsasi
dan Negara.
Menghadapi perubahan ini, sebagian besar
orang melihat sekolah sebagai sebuah periode
kehidupan mereka yang mempersiapkan mereka
untuk pekerjaan profesi atau untuk perubahan karier.
Pandangan ini tidak memungkinkan mereka untuk
menghadadapi situasi- situasi berikut ini dengan baik.
1) Kebanyakan orang berubah karier 3-4 kali dalam
sepanjang hayatnya walaupun apa yang mereka
pelajari di sekolah dirancang untuk
mempersiapkan mereka untuk karier pertama
2) Langakah perubahan sangat cepat sehingga
penggunaan teknologi dan keterampilan menjadi
absolute dalam 5-10 tahun.
3) Lulusan universitas tidak dipersiapkan dengan baik
untuk bekerja.
4) Perusahaan- Perusahaan memiliki kendala
melembagakan apa yang telah mereka pelajari
sehingga permulaan kebiasaan para karyawan
tertentu tidak melumpuhkan kapabilitas
perusahaan.
5) Walaupun para majikan dan karyawan sama-sama
menyadari mereka harus mempelajari sesuatu yang
baru, mereka sering tidak merasa memiliki waktu
untuk melakukan hal demikian.
b. Informasi Bukanlah Sumber Langka
Informasi tentang berbagai hal tersedia
dimana-mana, hanya saja sebagian orang mengetahui
informasi tersebut dan sebagian lainnya belum
mengetahui. Seseorang yang memenangkan
persaingang adalah seseorang yang menguasai
informasi. Siapa yang lebih cepat memperoleh
informasi dan memanfaaatkannya dengan cara yang
tepat dan cepat, ia atau mereka akan memenangkan
persaingan tersebut, informasi itu bertebaran dimana-
mana, tersedia dari mulai dunia yang jauh hingga
dilingkungan terdekat.
86 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Individu yang merasa miskin informasi karena
ia tidak mau belajar atau malas belajar atau tidak
memiliki keingin tahuan tentang berbagai hal yang
sebenarnya ia butuhkan. Seseorang yang ingin
memperoleh informasi penting harus belajar jenis
informasi apa yang diperlukan dan bagaimana cara
memperoleh informasi tersebut. Seseorang pedagang,
misalnya, bisa gagal usahanya karena ia ketinggalan
informasi dan merasa kesulitan untuk memperoleh
informasai. Padahal, informasi yang ia perlukan sudah
beredar dimana-mana, baik melalui media massa,
cetak maupun, elektronik. Karena itu, peran
elektronik amat penting bagi seseorang untuk
memperoleh informasi terkini yang berkaitan dengan
kebutuhan hidup masing-masing. Perkembangan
IPTEK telah memberikan adil besar dalam
menyebarkan informasi-informasi penting pada
seluruh penduduk dunia. Apa yang terjadi disuatu
negara pada saat ini, pada saat yang sama peristiwa
tersebut sudah bisa disaksikan oleh masyarakat dunia
c. Teknologi Tidak Menciptakan Perubahan
Perkembangan teknologi berlangsung dan
tidak pernah berhenti. Bahkan, semakin lama
berkembang teknologi semakin cepat dan tepat
difungsikan untuk menyederhanakan kegiatan-
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, yang
perlu disadari disini teknologi sendiri tidak mampu
menciptakan perubahan dan perkembangan.
Teknologi adalah alat yang diciptakan manusia
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kerja
manusia. Sebagai alat, teknologi itu sendiri tidak bisa
apa-apa tanpa digerakkan oleh manusia dengan
mendayagunahkan pikiran atau kecerdasannya.
Seorang yang lebih cerdas akan
mendayagunakan teknologi, begitu juga sebaliknya.
Orang yang cerdas adalah orang yang terus belajar,
yakni belajar mencari tahu tentang belajar mencari
tahu tentang sesuatu hal yang baru dan penting. Benar
PENGANTAR PENDIDIKAN 87
pendapat yang mengatakan bahwa manusia harus
dalam posisi terus belajar. Teknologi tidak ada yang
bekerja secara otomatis, tetapi semuanya telah diatur
oleh manusia. Karena kepandaian manusia, ia bisa
membuat teknologi bekerja sesuai yang diinginkan
oleh pembuat ataau penggunaannya.
d. Sekolah menuju transisi kerja tidak didukung secara
memadai jika dunia pekerjaan dan kehidupan :
1) Bergantung pada kolaborasi, kreativitas, ketentuan
dan kerangka masalah
2) Menghadapi ketidakpastian perubahan dan kognisi
yang terdistribusi
3) Memperbesar dan memperdayakan manusia
dengan alat-alat teknologi penuh daya (powerful),
kemudian dunia sekolah dan universitas perlu
mempersiapkan para mahasiswanya untuk
berfungsi di dunia ini.
Tujuan utama dari pendidikan seumur hidup
itu adalah untuk mengurangi jarak antara
sekolah/universitas dan belajar di tempat pekerjaan.
e. Pekerjaan yang Berkualitas
Para karyawan di berbagai tempat kerja
menghadapi perubahan yang sangat cepat yang
menuntut mereka untuk mengubah atau memperbarui
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
tetap bersaing. Dalam era kompetensi sekarang ini
menuntut seluruh pekerjaan yang ada untuk berusaha
semaksiamal mungkin meningkatkan kualitas para
karyawannya. Paradigma pendidikan dan pelatihan
tradisional sudah tidak memadai lagi dalam
meningkatkan kualitas pekerjaan dan zaman
information and communication technology.
Pekerjaan yang berkualiatas tergantung pada
sumber daya manusia (SDM). Banyak perusahaan
memberikan pelatihan (in-job trainng) pada para
karyawannya sehingga mereka menjadi lebih kreatif
dan produktif. Tingkat produktivitas para karyawan
88 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
sangat memengaruhi tingkat kemajuan dan
keberhasilan dunia kerja (perusahaan).
Dalam dunia perusahaan, modal manusia
(human capital) selalu mendapatkan perhatian
khusus. Modal manusia adalah pengetahuan dan
keterampilan serta sikap/motivasi seseorang yang
berpengaruh pada peningkatan kualitas pekerjaan.
Oleh karena itu, banyak perusahaan senantiasa
melakukan in-jon training untuk para karyawannya
dengan berbagai macam pelatihan sesuai kebutuhan
perusahaan tersebut.
PENGANTAR PENDIDIKAN 89
manusia terhambat dalam hal pendidikan,
perkembangannya juga akan terkendala. Kita bisa
membedakan antara seorang anak yang bisa
mengikuti pendidikan di sekolah dengan lancer
dengan mereka yang terkendala, misalnnya drop-out.
Mereka yang drop-out atau sering meninggalkan
bangku sekolah akan mengalami hambatan dalam
perkembangan dirinya karena lingkungan pemacu diri
(sekolah) tidak bisa berkontribusi sebanyak yang
diberikan pada mereka yang mampu belajar tuntas.
Hal lain yang menjadi alasan pentingnya
pendidikan seumur hidup adalah manusia memiliki
sifat salah dan lupa. Dalam situasi seseorang
menghadapi banyak aktifitas dan persoalan hidup
membuat dirinya sering tidak fokus pada bagian-
bagian yang sebenarnya penting sehingga ia lupa atau
salah. Dalam suasana yang demikian pendidikan
berperang penting untuk mengingatkan atau
menyadarkan mereka. Manusia adalah tempat salah
dan lupa.
b. Manusia Sebagai Mahluk Pelupa Dan Keliru
Penjelasan manusia sebagai mahluk yang
memiliki sifat lupa dan keliru adalah penting bagi
kalangan guru (pendidik). Pemahaman tentang sifat
ini menjadi bahan pemikiran bagi pendidik dalam
melaksanakan interaksi pembelajaran, yang mana
peserta didik tidak dipandang pasti ingat semua materi
pembelajaran yang telah pernah disampaikan. Oleh
karena itu guru harus menggunakan cara-cara tertentu
untuk membuat peserta didiknya meminimalkan sifat
lupa dan keliru.
Sifat karakteristik manusia adalah lupa dan
keliru. Walaupun manusia telah direncanakan.
Individu yang membaca buku, berkali-kali terkadang
juga masih lupa. Kadang juga seseorang lupa janji-
janjinya pada sesama manusia, bahkan juga lupa
terhadap nadhar-nya pada Tuhan.
90 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
Individu yang satu dengan yang lain memiliki
tingkat lupa dan keliru yang berbeda. Ada sebagian
individu yang sangat sering, jarang, atau jarang sekali
lupa. Ini biasanya karena factor hereditas maupun
factor lingkungan yang memengaruhi sehingga
individu itu lupa dan keliru. Dalam ajaran islam,
dikemukakan bahwa manusia adalah mahluk yang
pelupa dan keliru. Sifat lupa dimiliki semua manusia,
termasuk orang-orang yang tergolong tingkat
pendidikannya tinggi. Tidak ada individu yang ingat
secara keseluruhan terhadap semua pengalamannya.
Itulah sifat manusia yang harus difahami oleh
manusia itu sendiri.
Sifat lupa ini ada dua kemungkinan, yaitu lupa
secara tidak disadari (tidak sengaja) dan lupa secara
disadari (disengaja).
c. Perkembangan IPTEK
Perkembangan iptek terjadi setiap saat.
Perkembangan iptek terjadi pada semua sector
pembangunan, baik ekonomi, pendidikan, politik,
social, budaya, dan keamanan, termasuk dalam dunia
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Banyak
orang dibuat tercengang dengan perkembangan
IPTEK, baik karena kehebatannya dalam membuat
pelaksanaan berbagai aktifitas manusia menjadi
efisien dan efektif maupun dampak negativnya yang
membuat kehidupan manusia hancur berantakan.
Dengan adanya perkembangan IPTEK,
seluruh sektor kehidupan manusia (pembangunan)
tidak punya alasan untuk menghindar dari
perkembangan tersebut, kalau tidak ingin digilas oleh
derasnya kemajuan IPTEK. Sector-sektor
pembangunan yang enggan atau menolak masuknya
IPTEK akan dengan sendirinya ditinggalkan oleh
public local dan global karena dianggap ketinggalan
zaman atau gagap teknologi (gaptek). Kompetisi
diera iptek ini membuat seluruh sektor pembangunan
PENGANTAR PENDIDIKAN 91
mampu bersaing dengan memanfaatkan semaksimal
mungkin kemajuan iptek.
d. Perubahan Yang Cepat
Perubahan dalam kehidupan manusia pada
zaman modern ini berlangsung sangat cepat. Banyak
orang merasa terkejut dengan perubahan-perubahan
yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Perubahan
yang sangat cepat ini membuat individu-individu dan
masyarakat untuk senantiasa siap dan siaga sehingga
tidak menjadi korban perubahan. Alat utama untuk
bisa beradaptasi dengan segala perubahan itu adalah
belajar pendidikan.
e. Keterbatasan Sekolah
Pendidikan formal (sekolah) yang ada di
masyarakat memberikan layanan pendidikan secara
merata (pemerataan pendidikan) pada seluruh
masyarakat yang memiliki potensi dan latar belakang
yang beragam (berbeda) dengan adanya keterbatasan
sekolah, masyarakat bisa memperoleh pendidikan
diluar system pendidikan formal (sekolah).
f. Keadilan
Pada hakikatnya, pendidikan merupakan
kebutuhan semua manusia karena pendidikan
merupakan alat utama untuk mengembangkan potensi
manusia. Semua manusia dengan berbagai latar
belakang yang berbeda memiliki hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang layak.
Kenyataannya, ternyata tidak semua orang dapat
memenuhi kebutuhan pendidikannya karena berbagai
kendala.
g. Ekonomi
Pembangunan nasional dimanapun cenderung
menekankan pada percepatan pertumbuhan sektor
ekonomi dengan menggalakkan seluruh lembaga
ekonomi yang ada. Persaingan ekonomi yang sangat
ketat dan kompleks menjadikan semua Negara
memacu kemajuan ekonominya. Kecepatan
pertumbuhan ekonomi tidak mungkin hanya
92 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
mengedepankan modal uang, tetapi juga
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.
h. Tantangan Pekerjaan
Alasan sifat pekerjaan dunia kerja belakangan
ini akan terus ke masa depan, cenderung mengalami
perubahan-perubahan bahkan sangat mendasar. Setiap
muncul perubahan dan perkembangan berdampak
pada dunia kerja sehingga mau tidak mau harus
melakukan adaptasi agar dapat terus berkembang dan
berhasil.
i. Perubahan Pola Pendidikan Dan Belajar
Tujuh keyakinan utama dalam pola pendidikan dan
belajar yang sedang berubah.
1) Belajar yang berorientasi pada peserta didik
daripada kepada pendidik (guru).
2) Mendorong keragaman, bukan homogenitas:
mencakup intelegensi ganda dan pola-pola belajar
yang beragam.
3) Memahami dunia yang saling bergantung dan
berubah dibandingkan menghafal fakta-fakta dan
berusaha untuk jawaban yang benar.
4) Mengeksplorasi secara konstan teori-teori dalam
penggunaan seluruh yang tercakup dalam proses
pendidikan
5) Mengintegrasikan kembali pendidikan dalam
jaringan-jaringan (webs) hubungan social yang
menghubungkan teman sejawat, sahabat, family,
organisasi, dan masyarakat.
6) Mengatasi pragmentasi pengetahuan terutama
model pencerahan pertama tentang pemahaman
sesuai dengan cara-cara mengetahui yang bersifat
holistic dan integral.
7) Menganekaragamkan peranan yang meningkat
pada belajar non formal dan informal.
PENGANTAR PENDIDIKAN 93
3. Karakteristik Pendidikan Seumur Hidup
Ciri-ciri khas pendidikan seumur hidup sebagai berikut:
a. Pendidikan seumur hidup menghilangkan tembok
pemisah antara sekolah dengan lingkungan kehidupan
nyata diluar sekolah.
b. Pendidikan seumur hidup merupakan kegiatan belajar
sebagai bagian integral dari proses hidup yang
berkesinambungan, sedangkan “bersekolah” hanya
merupakan sebagian (bahkan hanya sebagian kecil)
dari keseluruhan proses belajar yang dialami oleh
seseorang selama hidupnya, sekitar 1 : 4.
c. Pendidikan seumur hidup lebih mengutamakan
pembekalan sikap dan metode daripada isi
ppendidikan. Pendidikan seumur yakni bahwa isi
pendidikan senantiasa akan berubah. Pendidikan yang
mengutamakan pemberian bekal isi sifatnya statis dan
akan muda di landa keusangan.
d. Pendidikan seumur hidup menempatkan peserta didik
sebagai individu yang menjadi pelaku utama dalam
proses pendidikan, yang mengarah kepada pendidikan
diri sendiri (self-education), autodidik yang aktif
kreatif, tekun, bebas, dan bertanggung jawab, tabah
dan tahan banting, dan yang sejalan dengan
penciptaan masyarakat gemar belajar.
94 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
sendiri dalam proses mendengarkan, juga
pentingnya inisiatif sendiri dan control terhadap
proses belajar yang berlawanan dengan
kebergantungan tradisional pada guru.
c. Penerimaan terhadap fakta bahwa ketika belajar,
terjadi melalui layanan non formal. Maka,
pendidikan sesignifikan belajar yang diperlukan
melalui system formal dan belajar didalam
kondisi-kondisi formal (keluarga, kelompok
teman sejawat, media massa dan sebagainya)
memiliki nilai pelengkap yang tinggi.
5. Pendidikan Seumur Hidup Dalam Konteks
Pendidikan Sekolah
Prinsip pendidikan seumur hidup
dimaksudkan untuk memperluas wawasan dan
pemikiran tentang apa yang dapat dimainkan oleh
sekolah dan keterbatasan-keterbatasan dalam
kaitannya dengan kebutuhan masyarakat luas tentang
pendidikan. Sekolah dituntut melakukan penyesuaian
diri dengan kebutuhan baru yang berkembang. Ide
pendidikan seumur hidup memberikan masukan agar
sekolah melakukan reformasi secara berkelanjutan
dalam hal kurukulum, metode, media (alat bantu
dan/peraga) pembelajaran, dan strategi pembelajaran.
PENGANTAR PENDIDIKAN 95
wastage), yang terlihat dari adanya putus sekolah
(drop-out) dan siswa yang mengulang (re-peaters).
Pendidikan sekolah perlu dilengkapi dengan
pendidikan dengan luar sekolah.
2. Perubahan Masyarakat dan Peranan-peranan Sosial
Globalisasi dan pembangunan mengakibatkan
perubahan-perubahan yang cepat dalam masyarakat, dam
dengan demikian perubahan-perubahan peranan-peranan
social. Penndidikan dituntut untuk dapat membantu
individu agar selalu dapat mengikuti perubahan-perubahan
social sepanjang hidupnya.
3. Pendayagunaan Sumber yang Masih Belum Obtimal
Salah satu masalah pendidikan kita dewasa ini
adalah kelangkaan sumbaer yang mendukung pelaksanaan
pendidikan. Hal yang perlu dilakukan adalah:
a. Penghematan dan obtimalisasi dalam penggunaan
sumber yang telah tersedia bagi pendidikan.
b. Perlu digali sumber-sumber baru yang masih
terpendam dalam masyarakat, yang dapat dimanfaatkan
untuk memperlancarkan dan meningkatkan proses
pendidikan.
c. Perdayagunaan sumber secara menyeluruh untuk
pendidikan memerlukan kerja sama luas yang bersifat
lintas sektor, sehingga perlu penyelenggaraan
pendidikan yang meluas.
4. Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah yang Pesat
Dalam zaman modern, pendidikan luar sekolah
berkembang dengan pesat karena memberikan manfaat
kepada masyarakat, sehingga perlu mendapat tempat yang
wajar dalam penyelenggaraan keseluruhan pendidikan.
96 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
2. Hidup
Ada tiga komponen yang saling berhubungan, yang terdiri
atas:
a. Individu sebagai anggota masyarakat dengan
mempunyai karakteristik tertentu.
b. Masyarakat, yang merupakan lingkungan hidup social,
yang bentuknya berupa kelompok-kelompok psikologis
dan organisasi social.
c. Lingkungan fisik ataulingkungan alam hidup (habitat)
manusia sebagai manusia individu dan anggota
masyarakat.
3. Seumur Hidup
Dalam seumur hidupnya, setiap individu manusia
mengalami:
a. Perkembangan Kepribadian
Setiap individu manusia dalam pengalaman hidupnya
,mengalami perkembangan kepribadian, yang
mencangkup perkembangan: fisik, mental, sosial dan
emosional.
b. Tahap-tahap Perkembangan
Setiap individu dalam perjalanan hidupnya, sejak lahir
sampai mati mengalami tahap-tahap perkembangan:
masa balita, masa kanak-kanak, masa anak, masa
remaja, masa dewasa, dan masa tua.
c. Peranan-peranan Umum dan Unik
Setiap individu melaksanakan peranan-peranan umum
sebagai manusia, dan peranan-peranan unik dalam
menjalankan tugas-tugas khusus, misalnya sebagai
guru, dokter, pengacara, pedagang, dan sebagainya.
4. Pendidikan
Pendidikan sebagai usaha mencapai perkembangan
dan perubahan tingka laku setiap individu melalui hidup,
mencakup tiga komponen yaitu:
a. Landasan-landasan pendidikan, yaitu konsep-konsep
sosiologis, ekonomik, politik, demografis, ekologis,
filosofis,biologis, psikologis, dan cabang-cabang ilmu
lainnya, yang menjadi dasar pelaksanaan atau praktek
pendidikan.
PENGANTAR PENDIDIKAN 97
b. Cara-cara komunikasi, verbal-non verbal, dengan atau
tanpa alat-alat bantu belajar-mengajar yang digunakan
dalam praktek pendidikan disekolah atau diluar
sekolah.
c. Isi pendidikan, yang berupa pengetahuan,
keterampilan-keterampilan, dan nialai-nilai yang
menjadi bahan ajar. Bahan-bahan dalam pendidikan
dapat berupa:
1) Stok Budaya, yang berupa ilmu, seni, dan cita-cita
manusia
2) Perkembangan pengetahuan baru dan yang using
98 PENGANTAR PENDIDIKAN
Satriawati, S.Pd., M.Pd
Irman R, S.Pd., M.Pd
(4) keuangan
(5) pemasukan tenaga
(6) sistem struktur bahan ajar (kurikulum)
(7) sistem evaluasi riset
b) Teknologi Pendidikan
(1) tujuan pengajaran
(2) perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
kurikulum
(3) strategi dan proses belajar
(4) Media dan bahan ajar
(5) Bimbingan
(6) Evaluasi belajar
PENGANTAR PENDIDIKAN 99
1) Menyadari perlunya belajar seumur hidup dalam
usaha mempertahankan dan meningkatkan kualitas
hidupnya dalam masyarakat
2) Meningkatkan kemampuan belajar atau educa-bility.
3) Memperluas daerah belajar.
4) Memadukan pengalaman belajar di sekolah dengan
pengalaman belajar di luar sekolah
2. Program Pendidikan Sekolah
a. Kegiatan pendidikan hendaknya terdiri atas kegiatan
kurikuler dan ekstrakurikuler
b. Kegiatan sekolah hendaknya campuran antara studi dan
bekerja
c. Kegiatan sekolah hendaknya makin tertuju dan
mengutamakan kegiatan belajar sendiri
d. Proses pendidikan atau kegiatan belajar-mengajar
hendaknya tidak hanya melalui satu jalur pengalaman
belajar, tetapi lebih merupakan gabungan dari
berbagai pengalaman belajar dan bervariasi. Hal ini
dapatdi capai dengan jalan :
1) Menggunakan berbagai sumber belajar ( leanrning
resources )
2) guru memposisikandiri sebagai contoh, fasilitas tor
dan motivator
3) menggunakan berbagai alat bantu mengajar ( learnig
aids)
A. Kesimpulan
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan
bermaksud membantu peserta didik menumbuh kembangkan
potensi kemanusiaannya. Tugas pendidik mungkin di lakukan
jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa
manusia itu sebenarnya. Dalam kenyataannya masih banyak
pendidik yang belum mengetahui gambaran tentang manusia
itu sebenarnya dan sifat hakikat apa saja yang di miliki
manusia yang membedakannya dengan hewan sehingga
dalam melaksanakan pendidikan belum mendapatkan hasil
yang memuaskan.
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran
yang membawa pembaharuan dalam dunia pendidikan.
Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi
berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikirn terdahulu selalu
ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya,
sehingga timbul pemikiran yang baru, dan demikian
seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan itu dapat dipahami,
perlu aspek dari aliran-aliran itu yang harus dipahami. Oleh
karena itu setiap calon tenaga kependidikan harus memahami
berbagai jenis aturan-aturan pendidikan.
Tujuan pendidikan menurut aliran progresivisme
sebagaimana dikemukakan Dewey adalah menjadikan warga
negara yang demokratis. Dalam bidang kurikulum, aliran
progresivisme lebih mengutamakan bidang studi seperti
fisika, sejarah, keterampilan, serta hal-hal yang berguna atau
langsung dapat dirasakan kemanfaatannya oleh masyarakat.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan, maka aliran
progresivisme lebih menekankan pada memberikan
pengalaman empiris kepada peserta didik, sehingga terbentuk
pribadi yang selalu belajar dan berbuat (Muhmidayeli,
2012:156). Maksudnya pendidikan dimaksudkan untuk
memberikan banyak pengalaman kepada peserta didik dalam
upaya pemecahan masalah yang dihadapi di lingkungan
sehari-hari. Dalam hal ini, pengalaman yang dipelajari harus
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details
dalam menjelaskan tentang Materi diatas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.
Profil Penulis
Waddi Fatimah, lahir di Langnga Kab.
Pinrang 01 April 1988, anak ke lima dari enam
bersaudara buah hati dari pasangan Bahtiar dan
Dabbung. Pendidikan SD di tempuh di SD
Negeri 51 Langnga Kec. Mattiro Sompe Kab.
Pinrang lulus tahun 2000, kemudian
melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1
Mattiro Sompe lulus tahun 2003, melengkapi perjalanan
pendidikan di SMA Negeri 1 Mattiro Sompe hingga tahun 2007.
Pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Negeri
Makassar Fakultas Ilmu Pendidikan pada Program Studi S1
PGSD dan lulus tahun 2011. Tahun 2012 penulis kembali
melanjutkan pendidikan di Program Pascasarjana Universitas
Negeri Makassar Program Studi Pendidikan IPS Ke- SD An
lulus tahun 2014. Tahun 2014 penulis memulai karir hingga
sekarang sebagai dosen tetap di STKIP Mega Rezky pada
Program Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Untuk lebih mengembangkan potensi akademik, penulis
senantiasa mengharapkan kerjasama, kritikan, dan saran dari
pembaca melalui email waddifatimah22@gmail.com