Anda di halaman 1dari 5

A.

Hakikat Klausa
Klausa adalah kelompok kata yang tidak terdapat intonasi final. Intonasi final itu berupa
tanda baca. Menurut Keraf (1984:138), klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya
terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif.Klausa ialah unsur kalimat, karena
sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur klausa (Rusmaji, 113). Unsur inti klausa adalah S
dan P.
Klausa Dapat didefinisikan juga sebagai satuan gramatik yang terdiri atas S–P baik
disertai O, PEL, dan KET maupun tidak. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET).
Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya
boleh ada, boleh juga tidak ada.

Dari definisi di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa antara klausa dan kalimat
memiliki kemiripan, dan yang membedakan antara klausa dengan kalimat hanyalah intonasi
final. Klausa akan tetap menjadi klausa jika tanpa intonasi final, dan klausa akan menjadi kalimat
jika diberi intonasi final, baik berupa intonasi deklaratif, intonasi interogatif, maupun intonasi
interjektif. Klausa dapat berpotensi menjadi kalimat deklaratif (berita), imperatif (perintah), dan
interogatif (tanya) apabila diberi intonasi akhir, berbeda dengan kata maupun frasa yang
berpotensi menjadi kalimat, tetapi hanya sebagai kalimat minor saja.

B. Pengertian Klausa Menurut Beberapa Ahli


Selanjutnya Keraf (1991) menyatakan bahwa klausa ialah suatu konstruksi yang di
dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional, yang dalam tata
bahasa lama dikenal dengan subjek,predikat ,objek ,dan keterangan.

Definisi tersebut hampir sama dengan definisi yang disampaikan Ramlan (2001) yang
menegaskan bahwa klausa merupakan satuan grmatik yang terdiri atas S,P, baik disertai
keterangan ataupun tidak.

Badudu (1976) mengatakan bahwa klausa adalah “sebuah kalimat yang merupakan
bagian dari kalimat yang lebih besar “. Senada dengan pendapat tersebut , Parera (1978)
menyatakan bahwa klausa adlah “sebuah kalimat yang memenuhi salah satu pola dasar kalimat
inti denag dua atau lebih unsur pusat”.

Telah dijelaskan bahwa klausa adalah salah satu satuan sintaktis. Sebagai suatu satuan
gramatikal klausa disusun oleh kata atau frase, dan yang memiliki satu predikat.Pada umumnya
klausa menjadi konstituen kalimat. Sekurang-kurangnya klausa memiliki satu subyek dan satu
predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.
Di dalam konstruksi klausa itu ada komponen, baik berupa kata atau frase, yang
berfungsi sebagai predikat, dan yang lain berfungsi sebagai subyek, obyek, maupun keterangan.
Selain fungsi predikat yang harus ada dalam kontruksi klausa ini, hadirnya fungsi subyek dapat
dikatakan bersifat wajib, sedangkan fungsi lainnya bersifat tidak wajib, yaitu seperti objek dan
keterangan.
Di atas telah dijelaskan bahwa klausa berpotensi menjadi kalimat. Hal ini disebabkan di
dalam konstruksi klausa sudah terdapat unsur inti kalimat, yaitu fungsi subyek dan predikat yang
harus hadir dalam konstruksi klausa. Perhatikan contoh berikut :
(371) All membaca buku itu        
(372) All dan Ani membaca buku itu      
(373) Ali mahasiswa        
(374) All pemberani         
(375) All melihat Ani datang       
Kontruksi (371), Ali sebagal subyek, membaca sebagai predikat. Pada konstruksi (372)
subyek adalah Ali dan Ani, predikatnya adalah membaca. Untuk konstruksi (373) All sebagai
subyek, dan mahasiswa sebagai predikat.Untuk konstruksi (374) subyek nya adalah All, dan
predikatnya pemberani, sedangkan konstruksi (375) yaitu Ali melihat dan Ani datang, yang
masing-masing terdiri dari All Subjek, melihat predikat. Ani subjek dan dating predikat.
Dapat dinyatakan bahwa konstruksi(371),(372),(373), dan(374),masing-masing adalah
sebuah klausa, karena memiliki dua unsur wajib yaituS dan P. Sedangkan untuk konstruksi (375)
terdiri dari dua klausa, karenamemiliki dua rangkaian unsur wajib yatu S   P dan S   P.
Klausa-klausa di atas, dapat menjadi kalimat, jika ke dalam klausa itu diberikan intonasi
final, atau jika dalam tulisan, kalimat itu dimulai dengan huruf besar dan diakhiri dengan titik.
Jika dibandingkan dengan kalimat, perbedaannya adalah bahwa klausa merupakan ujaran yang
belum selesai, jadi masih merupakan bagian dari suatu ujaran yang belum selesai, sedangkan
kalimat merupakan ujaran yang sudah selesai.
Ada juga terdapat gabungan kata yang mirip dengan klausa. Gabungan kata ini adalah
frase. Tentu di antara gabungan kata yang membentuk konstruksi frase, dengan gabungan kata
yang membentuk konstruksi klausa, terdapat perbedaan struktur internnya.
Perbedaan antara klausa dengan kalimat, dan klausa dengan frase, dapat dicermati dari contoh
berikut.
(376) All membaca buku itu        
(377) Ali membaca buku itu        
(378) Sabun mandi
(379) All mandi    
Konstruksi (376) dan konstruksi (377), berbeda dalam hal (376) adalah klausa, dan (377)
adalah kalimat. Konstruksi (376) memiliki dua unsur wajib., yaitu S dan P,  namun bukan
merupakan ujaran yang selesai.  Untuk konstruksi (377), terdapat juga dua unsur wajib yaitu S
dan P, dan sudah merupakan ujaran yang selesai.
Konstruksi (378) berbeda dengan konstruksi (379), dalam dal    (378)adalah frase dan
(379) klausa.Konstruksi (378) termasuk frase karena tidak memiliki predikat atau tidak
berkonstruksi predikat.Sebaliknya konstruksi (379) adalah klausa, karena memiliki predikat, atau
berkonstruksi predikatif.
Namun demikian, S juga sering juga dibuangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat
dari penggabungan klausa, dan kalimat jawaban (Ramlan, 1981:62). Dalam blognya Rapih
mengungkapkan bahwa klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi
predikatif artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen berupa kata atau frase, yang berfungsi
sebagai predikat, dan yang lain berfungsi sebagai subyek, obyek, dan sebagai keterangan. Fungsi
yang bersifat wajib pada konstruksi ini adalah subyek dan predikat sedangkan yang lain tidak
wajib.

B. Unsur Fungsional Klausa

1. Analisis Klausa

Klausa dapat dianalisis berdasarkan 3 segi dasar, yaitu:

Berdasarkan fungsi unsur-unsurnya


Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional seperti S, P, O, Ket, dan Pel. Kelima unsur tersebut
tidak selalu ada bersama-sama dalam satu klausa. Unsur fungsional yang cenderung selalu ada
dalam klausa adalah P.

Berdasarkan frase atau kategori kata yang menjadi unsurnya


Klausa terdiri atas unsur-unsur fungsional yaitu S, P, O, Ket, dan Pel. Melalui analisis lebih
lanjut, ternyata unsur-unsur fungsional ini hanya dapat diisi dengan golongan atau frase atau
kategori kata tertentu. Kata atau frase yang dapat menempati fungsi tersebut hanyalah kata atau
frase dari golongan atau  kategori tertentu. Tidak semua kategori kata atau frase dapat
menduduki semua fungsi klausa. Analisis klausa berdasarkan kategori kata atau frase yang
menjadi unsur-unsur klausa disebut analisis kategorial. Selain itu terdapat analisis fungsional
yang menganalisis klausa berdasarkan fungsinya.

Berdasarkan makna unsur-unsurnya


Fungsi kategori kata atau frase di atas juga terdiri atas makna-makna yang sudah barang makna
unsur pengisi satu fungsi berkaitan dengan makna yang dinyatakan oleh unsur pengisi fungsi
yang lain.

 Makna unsur pengisi P


–          Menyatakan makna perbuatan

Contoh : Rene sedang belajar


Frase sedang belajar yang menduduki fungsi P menyatakan makna ‘perbuatan’ yaitu sesuatu
yang sedang dilakukan oleh ‘pelakunya’ yang ada dalam kalimat tersebut yang terdapat pada S
yaitu Rene.

–          Menyatakan makna keadaan

Contoh : Rambutnya hitam dan lebat

Kata-kata hitam  dan lebat   tidak menyatakan makna ‘perbuatan’ melainkan menyatakan makna


‘keadaan’. Makna ‘keadaan’ dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu:

1)      Keadaan yang relatif singkat. Keadaan ini mudah berubah. Misalnya:

 Rumah itu sangat bersih


 Kami sudah mengantuk
2)      Keadaan yang relatif lama dan kecenderungannya tidak berubah. Keadaan yang semacam
ini secara khusus disebut sifat. Misalnya:

 Pegawai itu amat rajin


 Anak itu sangat menyenangkan
3)      Keadaan yang merupakan runtunan perubahan keadaan yang disebut proses. Misalnya:

 Makanan itu  membusuk
 Pengaruhnya semakin meluas
4)      Keadaan yang merupakan pengalaman kejiwaan. Misalnya:

 Orang itu dapat memahami keinginan anaknya.


 Engkau belum yakin benar akan kejujurannya.
–          Menyatakan makna ‘keberadaan’

Contoh: Para tamu ada di ruang depan.

Kata ada yang menjadi unsur pengisi fungsi P tidak menyatakan makna ‘perbuatan’ dan
‘keadaan’ melainkan menyatakan makna ‘keberadaan’.

–          Menyatakan makna ‘pengenal’


Contoh: Orang itu pegawai kedutaan.

Gedung itu gedung sekolah.

Unsur pengisi P yang terdiri dari frase dengan golongan N yaitu pegawa kedutaan dan gedung
sekolah menyatakan makna ‘pengenal’ atau ‘identitas’, yaitu ciri khas seseorang atau sesuatu
benda yang menyebabkan orang atau benda tersebut mudah dikenal.

–          Menyatakan makna ‘jumlah’

Contoh: Kaki meja itu empat.

Kata empat  yang termasuk dalam golongan kata Bil. Yang dalam kalimat di atas mengisi fungsi
P, menyatakan makna ‘jumlah’ menjawab pertanyaan berapa.

–          Menyatakan makna pemerolehan

Anda mungkin juga menyukai