Anda di halaman 1dari 4

Asesmen Kesulitan Belajar Menulis

Menurut Lerner (1985: 402) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak
untuk menulis, yakni : motorik, perilaku, persepsi, memori, kemampuan melaksanakan cross
modal, penggunaan tangan yang dominan, kemampuan memahami instruksi.
1. Jenis Kesulitan Menulis
- Terlalu lamban dalam menulis.
- Salah arah pada penulisan huruf dan angka.
- Terlalu miring.
- Jarak antara huruf tidak konsisten.
- Tulisan kotor.
- Tidak tepat dalam mengikuti garis horizontal.
- Bentuk huruf atau angka tidak terbaca.
- Tekanan pensil tidak tepat.
- Ukuran tulisan terlalu besar atau kecil.

2. Mengamati Proses Menulis


Untuk keterampilan menulis, asesmen yang paling praktis adalah menganalisis sampel hasil tulisan
anak. Disarankan agar diperoleh paling tidak 3 sampel tulisan anak yaitu, tulisan dalam kondisi
normal, tulisan terbaik, tulisan tercepat.

3. Analisis Sampel Tulisan


Ada beberapa aspek yang harus diamati dalam analisis tersebut :
a. Bentuk kata
Untuk memeriksa bentuk kata, guru dapat menggunakan karton/kertas manila ukuran 3 x
5 cm. ditengah karton dibuat sebuah lubang berbentuk lingkaran dengan ukuran sedikit lebih besar
dari huruf. Karton ini berfungsi sebagai kacamata untuk meneropong pada setiap huruf pada
sampel tulisan anak.
b. Ukuran, letak dan proporsi huruf
Ukuran dan proporsi huruf dapat dilihat dengan membandingkannya dengan huruf lain.
Tinmggi huruf l, d, atau k misalnya, harus dua kali lebih tinggi dari huruf a, u, o, n. Tinggi huruf t
adalah satu setengah kali tinggi badannya. Panjang kaki huruf g, p, j adalah setengah kali tinggi
badannya. Ukuran dan proporsi juga berlaku untuk lebar huruf, huruf i, n, dan m tampak berbeda
lebarnya, letak huruf seharusnya rata pada garis dasar.
c. Jarak
Jarak antara huruf yang satu dan huruf lain dalam satu kata harus konsisten. Jarak antar
kata harus lebih lebar dari pada jarak antar huruf.
d. Tebal tipis
Tebal tipis huruf harus konsisten. Pada awal menulis anak seharusnya dibiasakan menulis
dengan pensil dahulu, tidak dengan pulpen agar dapat dilihat konsistensi tebal tipis tulisannya.
Tebal tipis tulisan disebabkan ketidak konsistenan sikap tubuh atau tangan saat menulis.
e. Tegak atau miring
Tegak atau miring tulisan juga harus konsisten. Huruf balok harus ditulis tegak lurus pada
garis, sedangkan huruf bersambung dapat bervariasi.
f. Kecepatan
Kecepatan menulis pada orang dewasa umumnya sebagai berikut :
Menyalin saja 80100 hpm (huruf per menit)
Menyalin huruf balok 75 hpm
Menyalin huruf bersambung 125 hpm
Menyalin angka 120 hpm
Kecepatan menulis berkembang dari kelas 1 (sangat lambat) sampai ke kelas yang lebih tinggi
(semakin cepat). Target kecepatan menulis huruf balok diperkirakan sebagai berikut :
Kelas 1 = 25 hpm
Kelas 2 = 30 hpm
Kelas 3 = 38 hpm
Kelas 4 = 45 hpm
Kelas 5 = 60 hpm
Kelas 6 = 67 hpm
SMP = 74 hpm
g. Kebersihan dan kerapian tulisan
Tulisan yang kotor dan tidak rapi menunjukkan bahwa penulisnya (anak) mengalami
kesulitan menulis.

D. Menangani Kesulitan Menulis


1. Kesiapan Menulis
Menulis memerlukan keterampilan pengendalian otot, koordinasi, mata tangan dan
diskriminasi sosial. Keterampilan ini disebut keterampilan dasar yang harus dikembangkan
sebelum anak memulai belajar menulis. Cara duduk, posisi kertas dan cara memegang pensil juga
harus diajarkan pada anak sebelum mulai menulis. Anak harus duduk dikursi yang nyaman, dengan
kedua telapak kaki rata pada lantai. Tinggi meja harus memungkinkan anak meletakkan siku
tangan kanan diatasnya dan tangan kiri memegang buku tulis.

2. Menulis Huruf Balok


Tulisan balok mulai diperkenalkan di kelas 1 SD. Guru biasanya menunjukkan cara
menulis huruf di papan tulis, pada waktu menulis di papan tulis. Tinggi tulisan anak seharusnya
sejajar dengan matanya. Untuk menangani anak berkesulitan menulis diperlukan 2 pendekatan,
yaitu :
a. Pendekatan Mutisensori
Dengan pendekatan ini, anak melihat (cara menulis), mendengar (penjelasan cara menulis)
dan menelusuri contoh huruf. Tahap pengajarannya :
- Guru menunjukkan huruf yang akan ditulis.
- Guru menunjukkan nama huruf dan memperagakan.
- Anak menelusuri huruf sambil mengucapkan keras-keras.
- Anak menelusuri huruf dengan pensil.
- Anak menyalin huruf di kertasnya.
b. Model Berangsur
Contoh huruf disajikan dengan tulisan sangat tebal, anak menelusurinya dengan jari. Secara
berangsur ketebalan huruf dikurangi, anak menelusurinya lagi, kemudian menyalinnya di kertas.
Pengurangan ketebalan contoh huruf secara berangsur ini dapat berupa huruf dengan tulisan tipis,
huruf dengan garis-garis terputus dan huruf dengan titik sudut-sudutnya saja.

3. Tahap Transisi
Ada perbedaan pendapat tentang tulisan balok, tulisan bersambung dan masa transisinya.
Beberapa pakar menganjurkan agar anak tidak usah diajarkan menulis bersambung. Alasannya
menulis balok lebih sederhana, tulisan lebih mudah dibaca. Akan tetapi ada pakar yang justru
menganjurkan mengajarkan tulisan bersambung lebih dulu. Ada beberapa tahap yang ditempuh
oleh guru pada masa transisi ini, yaitu :
- Kata-kata ditulis dalam huruf balok.
- Hurufnya saling dihubungkan menggunakan garis putus-putus dengan pensil warna.
- Anak menelusuri huruf balok dan garis penghubungnya untuk membentuk huruf bersambung.

4. Tulisan Bersambung
Pengajaran menulis bersambung dimulai setelah anak lancar membaca menulis huruf
balok. Pada tulisan bersambung, huruf dalam satu kata digabungkan dengan garis penghubung.
Kegiatan ini membutuhkan lebih banyak gerak halus (manipulasi jari-jari tangan). Teknik yang
dipakai untuk mengajar menulis huruf balok yaitu pendekatan multi sensori dan teknik berangsur.
Berdasarkan penelitian kasus terbesar tulisan anak tidak terbaca terjadi pada tulisan bersambung.
Daftar pustaka
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Yusuf, Munawir. 2005. Pendidikan Bagi Anak Dengan Problema Belajar. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.

Marlina. 2008. Pengantar Asesmen. Padang: UNP.

Anda mungkin juga menyukai