Anda di halaman 1dari 6

PENGGUNAAN BAHASA SISWA GAGAP (STUTTERING) DALAM PROSES

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMPN 3 KERITANG

SINOPSIS

Oleh

Haqqi Bukhari
12011211360

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
TAHUN 1444 H / 2023 M
A. LATAR BELAKANG
Bahasa memang tidak bisa lepas dengan setiap kegiatan manusia sehari-hari.
Sejak kecil manusia sudah terbiasa untuk berbahasa. Bahasa adalah karunia yang
diberikan oleh Allah SWT kepada manusia dan tidak ada satupun makhluk yang
mampu berbahasa selain manusia.
Chaer (2009: 30), Bahasa sebagai "satu sistem lambang bunyi yang bersifat
arbitrer", yang kemudian lazim ditambah dengan "yang digunakan oleh sekelompok
anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengindentifikasi diri". Suherman (2005;
2), Bahasa adalah sarana komunikasi antarmanusia dalam bentuk bunyi yang teratur
yang dengan penguasaannya manusia dapat bertukar pikiran satu sama lainnya.
Bahasa merupakan alat komunikasi utama dalam kehidupan manusia, karena tanpa
bahasa kehidupan sosial antarindividu yang membentuk kelompok masyarakat sulit
untuk dibina, karena dengan bahasa manusia mampu berkomunikasi dan bekerjasama
(Kridalaksana: 2005:4).
Berbahasa ini memang hanya dimiliki oleh manusia. Akan tetapi, tidak semua
orang lancar akan berbahasa dan juga banyak sebagian manusia mengalami gangguan
dalam berbahasa. Seseorang yang memiliki gangguan didalam berbahasa akan
mengalami kesulitan dalam mengungkapkan apa yang ingin di ungkapkan. Salah satu
dari gangguan tersebut adalah gagap (Stuttering).
Gagap merupakan gangguan kelancaran pada saat berbicara. Bagi penderita
gagap akan mengalami kesusahan dalam berkomunikasi di setiap harinya. Selain itu
juga akan menyebabkan kesusahan dalam proses pembelajaran di sekolah, termasuk
dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Ucapan dari penyadang gagap akan susah di
pahami oleh lawan bicaranya. Biasanya gagap ini terjadi karna beberapa faktor yang
diantaranya kurangnya rasa percaya diri saat berbicara, kelainan fisik, pola asuh orang
tua dan masih banyak lagi faktor yang mempengaruhinya.
Gagap akan terjadi ketika sebagian kata yang diucapkan lenyap, dan penutur
mengetahui kata tersebut, tetapi tidak dapat mengucapkannya dengan baik (Bruno,
2019). Wujudnya yang secara umum seseorang kehilangan ide untuk mengucapkan
apa yang ingin mereka ungkapkan sehingga suara yang dikeluarkan menjadi patah-
patah dan diualng-ulang sampai tidak mampu mengeluarkan bunyi suara sedikitpun
untuk beberapa lama. Hal tersebut bereaksi secara bersamaan dengan kekejangan otot
leher dan diafragma yang disebabkan oleh ketidaksempurnaan koordinasi antar antar
otot-otot berbicara (Cahyono, 1994).
Penggunaan bahasa seseorang yang mengalami gagap tentunya tidak
sempurna. Hal tersebut tentunya di akibatkan karna tidak lancarnya ucapan dari orang
yang mengalami gangguan tersebut.
Eka (2010: 8), bentuk bahasa penderita gagap ada lima yaitu:
1. Pengulangan (Repetisi).
2. Perpanjangan.
3. Penyisipan/Penambahan (Interjection).
4. Penjedaan.
5. Hambatan dalam berbicara.
Berdasarkan penjelasan diatas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
terhadap salah satu siswa di SMPN 3 Keritang yang memiliki gangguan gagap. Judul
dari penelitian ini adalah "Penggunaan Bahasa Siswa Gagap (Stuttering) dalam
Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 3 Keritang".
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk mencapai hasil penelitian yang maksimal dan terarah maka di perlukan
satu rumusan masalah di dalam penelitian. Adapun rumusan masalah dalam penelitian
ini ialah :
1. Bagaimana Penggunaan Bahasa Siswa Gagap Stuttering dalam Proses
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 3 Keritang?
2. Bagaimana Bentuk Bahasa Siswa Gagap Tersebut?
3. Bagaimana Fungsi Dari Bentuk Bahasa Siswa Gagap Tersebut?
C. LANDASAN TEORETIS
1) Psikolinguistik
Menurut Chaer (2003: 5) secara etimologi kata psikolinguitik
merupakan gabungan dari dua ilmu yakni psikologi dan
linguistik.Kridalaksana (1982:140) berpendapat bahwa psikolinguistik adalah
ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dengan perilaku dan akal
budi manusia serta kemampuan berbahasa dapat diperoleh.
Jadi dapat disimpulkan psikolinguistik membahas mengenai hubungan
bahasa dan pikiran, memiliki kaitan dengan proses penyandian dan
pemahaman sandi serta membahas suatu proses terjadinya seorang pembicara
dengan pendengar yang berkaitan dengan bahasa.
2) Gagap (Stuttering)
Chaer (2009: 153), menyatakan bahwa gagap adalah berbicara yang
kacau karena sering tersendat-sendat, mendadak berhenti, lalu mengulang-
ulang suku kata pertama, kata-kata berikutnya, dan setelah berhasil
mengucapkan kata-kata itu kalimat dapat diselesaikan. Biasanya seseorang
tersebut tidak berhasil mengucapkan suku kata awal, tetapi dengan susah
payah berhasil mengucapkan konsonan atau vokal awalnya saja. Seseorang
yang mengalami kesulitan ini ditandai pengulangan bagian pertama dari kata
yang diucapkannya atau menahan bunyi tunggal di tengah kata.
Efnida, dkk (2015: 3), Gagap adalah gangguan bicara dimana suara,
suku kata, atau kata-kata diucapkan berulang atau berkepanjangan. Sehingga
mengganggu aliran normal berbicara orang yang mengalaminya. Sekitar 100%
orang dewasa gagap, dimana 80% laki-laki dan 20% perempuan yang
menyandang gagap. Bicara gagap ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki
daripada perempuan.
3) Penggunaan Bahasa
Menurut KBBI penggunaan adalah orang yang menggunakan atau
memakai sesuatu. Sedangkan bahasa menurut KBBI adalah sistem lambang
bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk
bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Jadi dapat saya tarik
kesimpulan bahwa penggunaan bahasa adalah seseorang memakai atau
menggunakan bahasa untuk melakukan komunikasi antara sesama manusia
didalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan bahasa ini sangat mempengaruhi
di dalam sebuah proses komunikasi.
D. METODE PENELITIAN
Dalam suatu penelitian metode sangat penting karena berhasil tidaknya suatu
penelitian ditentukan oleh metode yang digunakan. Arikunto ( 2016: 192), Metode
penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya. Penelitiaan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
Psikolinguistik. Dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara
dan didukung oleh metode simak catat untuk menyempurnakan hasil dari
pengumpulan data.
E. PENELITIAN RELEVAN
1. Pertama skripsi dengan judul "Analisis Bahasa Anak Yang Mengalami Gangguan
Kelancaran Berbicara (Gagap)". Yang disusun oleh Asri Darmayanti Saragih.
Yang menyimpulkan bahwa tiga orang anak yang mengalami gangguan
kelancaran berbicara (gagap), MR dinyatakan sebagai anak gagap yang
mengalami kegagapan paling serius dimana bentuk pengulangan kata yang
dilakukannya sebanyak 29 kali. Dengan demikian hasil pengamatan dapat
disimpulkan bahwa bentuk bahasa anak yang mengalami gangguan kelancaran
berbicara (gagap) termasuk bentuk bahasa pengulangan (repetisi). Persamaan
dengan penelitian yang saya lakukan adalah sama-sama meneliti seseorang yang
mengalami gagap. Akan tetapi juga terdapat perbedaan yaitu penelitian
sebelumnya meneliti analisis bahasa anak penyandang gagap dan penelitian saya
meneliti tentang penggunaan bahasa siswa yang gagap. Terdapat perbedaan lain
yaitu penelitian saya relevansinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di
SMPN 3 Keritang.
2. Kedua skripsi dengan judul "Dinamika Pola Asuh Orang Tua Pada Penderita
Stuttering/Gagap (Suatu Studi Kasus)". Yang disusun oleh Charisma Alma
Chrisnayadi. Yang menyimpulkan bahwa Pola asuh yang berkembang dalam
keluarga subjek rata-rata adalah pola asuh yang otoriter. dengan kecenderungan
pola asuh yang demokratis. Gangguan ini diderita sejak bangku sekolah dasar atau
pada saat tahap operasional konkrit (7-11 tahun). yang ditandai dengan meluasnya
lingkup lingkungan sosialnya. subjek mulai melepaskan diri dari keluarga dan
mendekatkan pada lingkungan luarnya. Meluasnya lingkungan sosial ini
menyebabkan subjek menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada diluar, yang
sayangnya berupa suatu pengalaman yang cukup traumatis bagi subjek, dan
dengan ditambah penerimaan lingkungan sosial yang buruk menjadikan gagap.
Terdapat persamaan dengan penelitian yang saya lakukan. Persamaanya yaitu
yang di teliti adalah orang penyandang gagap. Akan tetapi penelitian ini lebih
fokus ke arah pola asuh orang tua yang menyebabkan seseorang menjadi gagap
dan penelitian saya lebih fokus ke arah penggunaan bahasa siswa gagap di dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
F. REFERENSI
Kridalaksana, Harimurti. (1982). Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Suherman, Ahmad. 2005. Psikolinguistik. Bandung: Program Pendidikan Bahasa
Arab FBBS UPI.
Bruno, L. (2019). No Title No Title. Journal of Chemical Information and
Modeling,53(9), 1689–1699. https://doi.
Cahyono, B. . (1994). Kristal Ilmu Bahasa.
Surabaya: Airlangga University Press
Eka. 2010. Perkembangan Anak Gagap. Sumatera Utara: UISU
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Efnida, Dilla Emila, Lidya Anggraini, dan Rizky Maulana. 2015. Gangguan
Berbahasa
Gagap Bicara Yang Berada di Alahan Panjang Kabupaten Solok. Padang:
STKIP PGR SUMATERA BARAT.
Arikunto, Suharsimi. 2016. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai