(ECHA):
SINTAKSIS DAN SEMANTIK
Mata Kuliah:
Metodologi P
Disusun oleh Kelompok 7:
KELOMPOK 7
Disusun oleh:
1) Tifany Diahnisa (17020074005)
2) Mega Putri Wulandari (17020074032)
3) Shaila Rahma Anggraini (17020074098)
Dosen Pengampu:
Dr. Maria Mintowati, M. Pd.
Arie Yuanita, S. S., M. Hum.
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat
dan kasih-Nya kepada kami. Berkat kemurahan hati-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah berjudul “Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia (Echa): Sintaksis dan
Semantik” ini dengan baik.
Terima kasih kepada Dr. Maria Mintowati, M.Pd. dan Arie Yuanita, S. S., M.
Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah Psikolinguistik yang sudah memberikan
ilmu dan pengetahuan baru, serta membantu hingga makalah ini dapat selesai tepat
pada waktunya. Selain itu kami juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dari
semua pihak yang telah berkontribusi dan membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Dengan adanya makalah ini, kami berharap akan membawa dampak positif
bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya. Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini sehingga berharap pembaca dapat
memberikan kritik dan saran sehingga kedepannya dapat diperbaiki agar menjadi
lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
Latar Belakang
Psikolinguistik berasal dari kata psikologi dan linguistik. Psikologi diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dengan cara mengkaji hakikat
stimulus, hakikat respon, dan hakikat proses-proses pikiran sebelum stimulus atau
respon itu terjadi (Ardiana & Sodiq, 2008: 4). Sedangkan pengertian linguistik adalah
ilmu yang mempelajari hakikat bahasa, struktur bahasa, bagaimana bahasa itu
diperoleh, bagaimana bahasa itu bekerja, dan bagaimana bahasa itu berkembang
(Ardiana & Sodiq, 2008: 4). Sehingga apabila digabungkan pengertian dari dua
disiplin ilmu tersebut, dapat diambil simpulan bahwa psikolinguistik adalah ilmu
yang menguraikan proses-proses psikologi yang terjadi apabila seseorang
menghasilkan kalimat dan memahami kalimat yang didengarnya waktu
berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh manusia
(Simanjuntak, 1987:1, dalam (Ardiana & Sodiq, 2008: 4)).
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia (Wardhaugh, 1972 dalam Chaer,
2009). Dengan demikian, manusia tidak dapat hidup tanpa bahasa: baik bahasa lisan,
tulisan, maupun bahasa isyarat. Akan banyak sekali muncul pertanyaan bagaimana
bahasa itu ditemukan, bagaimana perkembangannya, dan bagaimana manusia bisa
menerima bahasa itu seiring berjalannya waktu. Bahasa hanya dimiliki oleh manusia.
Meskipun ada yang mengatakan bahwa binatang memiliki bahasa seperti bahasa kera,
bahasa kucing, bahasa burung dan sebagainya. Namun pada akhirnya akan diketahui
bahwa hewan dengan sesamanya hanya melakukan sebuah komunikasi, bukan
berbahasa.
Menurut F. B. Condillac (dalam Chaer, 2009: 31) yang berpendapat bahwa
bahasa berasal dari teriakan-teriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat naluri yang
dibangkitkan oleh perasaan atau emosi yang kuat. Teriakan-teriakan tersebut
kemudian berubah menjadi bunyi-bunyi yang bermakna, dan semakin lama semakin
rumit. Pendapat lain disampaikan oleh Lieberman (dalam Chaer, 2009: 32) yang
mengatakan bahwa bahasa lahir secara evolusi sebagaimana yang pernah dirumuskan
oleh Darwin (1859) dengan teori evolusinya. Menurut Lieberman teori evolusi
Darwin juga berlaku pada evolusi bahasa.
Menurut Aitchison (1984) dalam Ardiana & Sodiq (2008: 3.28) menyebutkan
tahap perkembangan bahasa anak saat baru lahir adalah menangis. Selanjutnya pada
usia enam minggu, anak mulai mendengkur. Usia enam bulan, anak mulai bisa
meraba. Usia delapan bulan, anak sudah punya pola intonasinya sendiri. Pada usia
satu tahun, anak sudah bisa menyebutkan satu tuturan kata. Begitu seterusnya hingga
anak-anak memeroleh tuturan yang matang di usianya sepuluh tahun.
Jenis-jenis dari pemerolehan bahasa menurut Ross dan Roe (dalam Zuchdi dan
Budiasih, 1997) membagi fase atau tahap perkembangan bahasa anak menjadi empat
tahap, yaitu tahap fonologis, morfologis, sintaksis, dan semantik. Pada tahap
fonologis, anak bermain dengan bunyi-bunyi bahasa mulai mengoceh sampai
menyebutkan kata-kata sederhana. Pada tahap morfologis, anak mulai mengetahui
kata-kata yang sering mereka dengar dan mengulangnya berkali-kali. Pada tahap
sintaksis, anak menunjukkan kesadaran gramatis dan berbicara menggunakan
kalimat. Sedangkan pada tahap semantik, anak sudah dapat membedakan makna yang
terkandung dari kata-kata yang sering diucapkannya.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai “Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia
pada tahap Sintaksis dan Semantik”. Makalah ini merupakan makalah kelanjutan dari
kelompok sebelumnya yang membahas mengenai Pemerolehan Bahasa Anak
Indonesia pada tahap Fonologi dan Morfologi.
Rumusan Masalah
1) Bagaimana anak memeroleh bahasa pada tahap sintaksis?
2) Bagaimana anak memeroleh bahasa pada tahap semantik?
Tujuan Penelitian
1) Mengetahui dan memahami cara anak memeroleh bahasa pada tahap sintaksis.
2) Mengetahui dan memahami cara anak memeroleh bahasa pada tahap semantik.
BAB 2
Pembahasan
a. Pemerolehan Bahasa Secara Sintaksis
1) Teori Tata Bahasa Pivot
Kajian mengenai pemerolehan sintaksis oleh kanak-kanak dimulai
oleh Brane (1963), Bellugi (1964), Brown dan Fraser (1964), dan Miler dan
Ervin. Menurutnya ucapan dua kata kanak-kanak terdiri dari dua jenis kata
menurut posisi dan frekuensi munculnya kata-kata itu dalam kalimat. Kedua
jenis kata ini kemudian dikenal dengan nama kelas Pivot dan kelas Terbuka.
Berdasarkan kedua jenis kata ini lahirlah teori yang disebut teori tata bahasa
Pivot. Pada umumnya kata-kata yang termasuk kelas Pivot adalah kata-kata
fungsi, sedangkan yang termasuk kelas terbuka adalah kata-kata berkategori
nomina dan verba. Ciri-ciri umum kedua jenis kata ini adalah berikut ini :
Berdasarkan data yang termuat pada kolom kelas pivot dan kelas terbuka di
atas, dapat diketahui perbedaan satu sama lainnya. Kata-kata yang termasuk dalam
kelas Pivot mengarah kepada kata fungsi ( Mau, Ingin, Akan, Sudah, Belum).
Sedangkan kata-kata kelas Terbuka merupakan akibat dari kata sebelumnya.
Tentang hal ini dapat diberikan contoh kata “Ingin” adalah kata fungsi Pivot pada
posisi awal kalimat, sedangkan kata “Permen” adalah kata terbuka (nomina) yang
muncul pada posisi akhir kalimat. Maksud pesan tersebut berari seorang anak yang
menginginkan permen.
http://afrizaldaonk.blogspot.com/2011/01/pemerolehan-bahasa-sintaksis.html
http://vanilattogirlo.blogspot.com/2015/01/kontribusi-teori-hubungan-tata-
bahasa.html
https://www.academia.edu/36441703/2._PEMBAHASAN_2.1_Pemerolehan_
Sintaksis
http://maynewsblogsport.blogspot.com/2014/12/pemerolehan-sintaksis.html