Anda di halaman 1dari 7

PEMEROLEHAN BAHASA

ANAK USIA 2;5 TAHUN: KAJIAN FONOLOGI


(STUDI KASUS PADA ANAK AKHWA FEBRIANTO)

Finda Fiona1, Agustina2


findafiona7@gmail.com, Agustina@fbs.unp.ac.id
Universitas Negeri Padang

Abstract
This study aims to describe the acquisition of vocal sounds, consonants, and explain the
phonological acquisition of children aged 2; 5 years. The method used by the researcher is
descriptive method. Data sources in this study were obtained from a child named Akhwa
Febrianto. The results of this study show that Akhwa has produced and obtained phonemes that
can distinguish the meaning of the words he says. Akhwa is well say in the phonemes [i], [u], and
[a]. Then, Akhwa has said many vocal and consonant sounds like [a] [b], [c], [d], [e], [i], [j], [k],
[l], [m ], [n], [p], [t], and [u]. Meanwhile, for certain phonemes Akhwa has not been able to say it
like consonants [g], [r], [s], [y]. Based on the results of data analysis, it can be concluded that
Akhwa's phonological acquisition is in accordance with the theory used.

Keywords: Phonological acquisition, vocal and consonant sounds.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pemerolehan vokal, konsonan, dan
memaparkan pemerolehan fonologi anak usia 2; 5 tahun. Metode yang digunakan peneliti adalah
metode deskriptif. Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari seorang anak yang bernama
Akhwa Febrianto. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa Akhwa telah banyak memproduksi
dan memperoleh fonem-fonem yang dapat membedakan arti kata-kata yang diucapkannya. Akhwa
sudah fasih mengucapkan fonem [i], [u], dan [a]. Kemudian, Akhwa sudah banyak mengucapkan
bunyi-bunyi vokal dan konsonan seperti [a] [b], [c], [d], [e], [i], [j], [k], [l], [m], [n], [p], [t], dan
[u]. Sementara itu, untuk fonem-fonem tertentu Akhwa belum begitu mampu mengucapkannya
seperti konsonan [g], [r], [s], [y]. Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa
pemerolehan fonologi Akhwa sudah sesuai dengan teori yang digunakan.

Kata Kunci: Pemerolehan fonologi, bunyi vokal dan konsonan.

PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi yang diperoleh manusia sejak lahir dan selalu
digunakan dalam segala hal. Hal ini sejalan dengan pendapat Muflihah (2014) yang menyatakan
bahwa bahasa merupakan alat komunikasi. Untuk keperluan apapun dan dalam kegiatan apapun
bahasa selalu diguanakan.
Kemampuan berbahasa ini diperoleh manusia secara bertahap sesuai dengan tingkatan
usianya yaitu sejak bayi sampai dewasa. Ketika anak belajar berbahasa, bahasa pertama yang akan
diperoleh terlebih dahulu adalah bahasa lisan yang berupa kata-kata atau kalimat. Menurut Ulfa
(2017), pemerolehan bahasa adalah proses bagaimana seseorang dapat berbahasa atau proses
anak-anak pada umumnya memperoleh bahasa pertama. Senada dengan itu, Chaer (2009:167),
pemerolehan bahasa pertama ialah bahasa yang pertama kali dikuasai oleh anak yang biasa disebut
bahasa ibu. Anak yang sedang memperoleh sistem bunyi bahasa ibunya, pada mulanya akan
mengucapkan semua bunyi yang ada dengan cara berceloteh.
Indah (2008) menyatakan bahwa ketika seorang anak sedang memperoeh bahasa
pertamanya, terjadi dua proses, yaitu proses kompetensi dan proses performasi. Kedua proses ini
merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang
berlangsung secara tidak disadari. Proses kompetensi ini menjadi syarat untuk terjadinya proses
performasi yang menyangkut proses pemaham dan proses memproduksi ujaran. Proses

1
pemahaman melibatkan kemampuan mempersepsi kalimat yang didengar. Sedangkan proses
memproduksi ujaran menjadi kemapuan linguistik selanjutnya.
Selain pemerolehan bahasa pertama, perolehan bahasa juga dapat berupa pemerolehan
bahasa kedua atau ketiga. Hal ini didukung oleh pendapat Yanti (2016) yang menyatakan bahwa
pemerolehan bahasa dapat berupa pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua
atau ketiga. Pemerolehan bahasa pertama terjadi apabila kanak-kanak yang sejak semula tanpa
bahasa kemudian memperoleh bahasa. Pemerolehan bahasa kedua terjadi apabila anak-anak atau
orang dewasa yang telah menguasai bahasa pertama (bahasa ibunya), kemudian belajar bahasa
kedua secara formal dan terencana.
Firmansyah (dalam Haryanti, 2018) menyatakan bahwa secara tidak langsung dalam
pemerolehan bahasa akan membuat anak mulai berujar atau berbicara. Berbicara merupakan
keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang pada tahapan tersebut
didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada saat itulah kemampuan berbicara atau berujar
dipelajari. Berbicara tentunya berhubungan erat dengan sejauh mana perkembangan kosakata yang
diperoleh sang anak melalui menyimak.
Pemerolehan bahasa termasuk ke dalam bidang psikolinguistik, yaitu ilmu bahasa yang
objeknya adalah pengetahuan bahasa, pemakaian bahasa, dan perubahan bahasa. Hal ini sesuai
dengan pendapat Maksan (1993: 1) yang menyatakan bahwa psikolinguistik dikatakan sebagai
ilmu terapan dari ilmu jiwa (Psikologi) dengan ilmu bahasa (linguistik), karena pada hakikatnya
psikolinguistik mempelajari perkembangan bahasa dari segi kejiwaan. Selain itu, Levelt (dalam
Lisnawati, 2008) menyatakan bahwa psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan dan
pemerolehan bahasa oleh manusia.
Dalam proses pemerolehan bahasa, bunyi ujaran yang diucapkan anak tidaklah sempurna.
Hal ini didukung oleh pendapat Miasari, dkk. (2015) yang menyatakan bahwa saat berbicara,
ujaran anak-anak dalam berbicara tidak sempurna seperti apa yang diujarkan oleh orang tua dan
orang disekitarnya. Ujaran anak yang tidak sempurna ditandai dengan munculnya bentuk tuturan
yang pendek-pendek, sederhana dan bunyi yang berubah. Misalnya, dalam pelafalan kata terjadi
pelesapan fonem dan perubahan fonem. Pelesapan dan perubahan fonem terjadi karena anak-anak
belum dapat melafalkan fonem-fonem tertentu. Ucapan anak yang tidak jelas tersebut merupakan
hal yang wajar karena hal tersebut berkaitan dengan kemampuan anak dapat mengaplikasikan
sistem ujarannya.
Salah satu kajian tentang pemerolehan bahasa adalah kajian fonologi. Penelitian
pemerolehan bahasa anak berdasarkan kajian fonologi cukup banyak dilakukan oleh peneliti
lainnya. Penelitian mengenai pemerolehan bahasa anak berdasarkan kajian fonologi dilakukan
oleh Kurniawan (2015) dengan judul Studi Kasus Pemerolehan Bahasa Anak Usia 2 Tahun Hasil
Pernikahan Pasangan Beda Daerah: Kajian Fonologi. Selain itu, Yanti (2016) melakukan
penelitian dengan judul Pemerolehan Bahasa Anak: Kajian Aspek Fonologi Pada anak Usia 2-2;5
Tahun. Selanjutnya, Maharany (2016) dengan judul penelitian Gejala Fonologis Bahasa Indonesia
Pada Anak Usia 3-4 Tahun di Paud Permata Hati Kota kendari. Selain itu, Haryanti, dkk (2018)
juga melakukan penelitian dengan judul Pemerolehan Bahasa Anak Usia 2−3 Tahun Ditinjau dari
Aspek Fonologi. Hasil penelitian terdahulu tersebut menunjukkan bahwa dalam proses
pemerolehan fonologi, umumnya anak yang diteliti sudah menguasai fonem vokal dan konsonan.
Namun, masih ada beberapa konsonan yang belum bisa diucapkan anak secara sempurna. Selain
itu, penelitian tersebut menunjukkan bahwa setiap anak mempunyai tingkat penguasaan fonem
yang bervariasi.
Sebagai salah satu kajian pemerolehan bahasa, pemerolehan fonologi merupakan suatu
hal yang penting karena dapat menentukan atau mempengaruhi teori-teoiri linguistik. Hal lain
yang menjadikan bidang fonologi ini menarik untuk dikaji dalam pemerolehan bahasa anak-anak
adalah karena pemunculan bunyi ini bersifat genetik. Dengan demikian pemerolehan bahasa setiap
anak pasti memiliki variasi. Hal itu disebabkan karena pemerolehan bahasa tersebut tidak terjadi
secara tiba-tiba, melainkan secara berangsur-angsur. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian
tentang pemerolehan bahasa perlu dilakukan lebih banyak dan lebih mendalam, khususnya pada
kajian fonologi.

2
Pada penelitian ini, pengamat tertarik untuk melakukan pengamatan terhadap pemerolehan
fonologi anak yang bernama Akhwa. Hal ini dilakukan karena dalam berbahasa, Akhwa sering
melakukan pelesapan dan perubahan fonem, baik itu vokal maupun konsonan.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Moleong (2012:6) menyatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu memaparkan secara verbal
mengenai permasalahan yang terdapat pada objek penelitian, teori yang digunakan, analisis data,
dan lain sebagainya. Menurut Arikunto (1992:195), metode deskriptif adalah metode yang
menjabarkan secara mendalam mengenai hal-hal yang akan diteliti sedetail-detailnya. Data yang
digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi, dan wawancara. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemerolehan bunyi vokal, konsonan, dan
memaparkan pemerolehan fonologi anak.
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak berusia 2;5 tahun. Informan pada
penelitian ini, yaitu informan utama yang merupakan seorang anak yang berusia 2;5 tahun yang
bernama Akhwa Febrianto, dan informan tambahan yang merupakan ibu dari anak tersebut yang
bernama Eli Desri. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak dan metode cakap.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mahsun (2005:90) yang menyatakan bahwa metode
penyediaan data ini diberi nama metode simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh
data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Data I
Satuan Fonem Perubahan
Kata Akhwa  Kata Sebenarnya
Yang Lesap Fonem
Mamam Makan /k/ /n/
Upuk Kerupuk /k/
Nak Enak /e/
Edas Pedas /p/

Pada data satu, dapat diketahui bahwa terdapat pelesapan dan perubahan fonem yang
dilakukan oleh Akhwa. Kata ‘makan’ Akhwa mengucapkannya menjadi ‘mamam’. Kata ‘makan’
mengalami pelesapan fonem. Fonem yang lesap adalah [k], dan [n]. Selanjutnya, untuk kata
‘kerupuk’ Akhwa mnegucapkannya menjadi ‘upuk’. Pada kata ‘kerupuk’ tersebut terjadi
pelesapan fonem, yaitu [k] [e] [r]. Kemudian, kata ‘enak’ Akhwa mengucapkannya menjadi ‘nak’.
Pada kata ‘enak’ tersebut terjadi pelesapan fonem, yaitu [e]. Selanjutnya, kata ‘pedas’ Akhwa
mengucapkannya menjadi ‘edas’. Pada kata ‘pedas’ tersebut, terjadi pelesapan fonem, yaitu [p].

Data II
Satuan Fonem Perubahan
Kata Akhwa Kata Sebenarnya
Yang Lesap Fonem
Upai Tupai /t/
Ajam Ayam /j/
Tuda Kuda /t/
Usa Rusa /r/

3
Jajah Gajah /j/
Tucing Kucing /t/

Pada data dua, dapat diketahui bahwa terdapat pelesapan dan perubahan fonem yang
dilakukan oleh Akhwa. Kata ‘tupai’ Akhwa mengucapkannya menjadi ‘upai’. Kata ‘tupai’
mengalami pelesapan fonem. Fonem yang lesap adalah [t]. Selanjutnya, untuk kata ‘ayam’ Akhwa
mnegucapkannya menjadi ‘ajam’. Pada kata ‘ayam’ tersebut terjadi perubahan fonem, yaitu [j].
Kemudian, kata ‘kuda’ Akhwa mengucapkannya menjadi ‘tuda’. Pada kata ‘kuda’ tersebut terjadi
perubahan fonem, yaitu [t]. Selanjutnya, kata ‘rusa’ Akhwa mengucapkannya menjadi ‘usa’. Pada
kata ‘rusa’ tersebut, terjadi pelesapan fonem, yaitu [r]. Selanjutnya, untuk kata ‘gajah’ Akhwa
mengucapkannya menjadi ‘jajah’. Kata kata ‘gajah’ tersebut terjadi perubahan fonem [j].
Kemudian, kata ‘kucing’ Akhwa mengucapkannya menjadi ‘tucing’. Pada kata ‘kucing’ tersebut
terjadi perubahan fonem, yaitu [t].

Data III

Satuan Fonem Perubahan


Kata Akhwa Kata Sebenarnya
Yang Lesap Fonem
Awa Akhwa /kh/
Yah gi Ayah pergi /a/ /p/ /e/ /r/
Bang Nda la Abang Nanda Sekolah /a/ /n/ /a/ /s/ /e/ /k/
/o/ /h/
Pada data tiga ini, Akhwa sudah bisa menyebutkan dua kata atau tiga kata. Pada data ini,
dapat diketahui bahwa terdapat pelesapan fonem yang dilakukan oleh Akhwa. Kata ‘Akhwa’
Akhwa mengucapkannya menjadi ‘Awa’. Kata ‘Akhwa’ tersebut mengalami pelesapan fonem.
Fonem yang lesap adalah [kh] Selanjutnya, untuk kata ‘ayah pergi’ Akhwa mnegucapkannya
menjadi ‘yah gi’. Pada kata ‘ayah pergi’ tersebut terjadi pelesapan fonem, yaitu [a], [p], [e], dan
[r]. Kemudian, kata ‘Abang Nanda sekolah’ Akhwa mengucapkannya menjadi ‘Bang Nda la’.
Pada kata ‘Abang Nanda sekolah’ tersebut terjadi pelesapan fonem, yaitu [a], [n], [a], [s], [e], [k],
[o], dan [h]. Selanjutnya, kata ‘pedas’ Akhwa mengucapkannya menjadi ‘edas’. Pada kata ‘pedas’
tersebut, terjadi pelesapan fonem, yaitu [p].

Data IV
Satuan Fonem Perubahan
Kata Akhwa Kata Sebenarnya
Yang Lesap Fonem
Pu pu Kupu-Kupu /k/ /u/ /k/ /u/
Tebang Terbang /r/
Mbik pu Ambilkan kupu-kupu /a/ /l/ /an/ /k/
/u/ /k/ /u/

Pada data empat ini, Akhwa sudah juga bisa menyebutkan dua kata. Pada data ini, dapat
diketahui bahwa terdapat pelesapan fonem yang dilakukan oleh Akhwa. Kata ‘kupu-kupu’ Akhwa
mengucapkannya menjadi ‘pu-pu’. Kata ‘kupu-kupu’ tersebut mengalami pelesapan fonem.
Fonem yang lesap adalah [k], [u], [k], dan [u]. Selanjutnya, untuk kata ‘terbang’ Akhwa
mnegucapkannya menjadi ‘tebang’. Pada kata ‘terbang’ tersebut terjadi pelesapan fonem, yaitu [r].
Kemudian, kata ‘ambilkan kupu-kupu’ Akhwa mengucapkannya menjadi ‘mbik pu’. Pada kata
‘Ambilkan kupu-kupu’ tersebut terjadi pelesapan fonem, yaitu [a], [l], [an], [k], [u], [k], dan [u].

4
Data V
Satuan Fonem Perubahan
Kata Akhwa Kata Sebenarnya
Yang Lesap Fonem
Dah Sudah /s/ /u/
Mamam ci Makan nasi /n/ /a/ /m/ /c/
Itan Ikan /t/
Tan la Ikan nila /i/ /n/ /i/ /t/
Pada data tiga ini, Akhwa sudah bisa menyebutkan dua kata atau tiga kata. Pada data ini,
dapat diketahui bahwa terdapat pelesapan dan perubahan fonem. Kata ‘sudah’ Akhwa
mengucapkannya menjadi ‘dah’. Kata ‘sudah’ mengalami pelesapan. Fonem yang lesap adalah [s],
dan [u]. Selanjutnya, untuk kata ‘makan nasi’ Akhwa mnegucapkannya menjadi ‘mamam ci’. Pada
kata ‘makan nasi’ tersebut terjadi pelesapan dan perubahan fonem. Fonem yang lesap yaitu [n]
dan [a], sedangkan fonem yang berubah adalah [m] dan [c]. Kemudian, kata ‘ikan’ Akhwa
mengucapkannya menjadi ‘tan’. Pada kata ‘ikan’ tersebut terjadi perubahan fonem, yaitu [t].
Selanjutnya, kata ‘ikan nila’ Akhwa mengucapkannya menjadi ‘tan la’. Pada kata ‘ikan nila’
tersebut, terjadi pelesapan dan perubahan fonem. Fonem yang lesap adalah [i], [n], dan [i].
Sedangkan fonem yang berubah adalah [t].

Pembahasan
Berdasarkan analisis data, dari sekian banyak kata yang diucapkan oleh Akhwa, dapat
diketahui bahwa terdapat fonem yang lesap sebanyak 38 fonem. Selain itu, juga terdapat
perubahan fonem sebanyak 8 fonem. Dari hasil tersebut, diketahui bahwa Akhwa cenderung
melakukan pelesapan fonem.
Meskipun Akhwa telah banyak melakukan pelesapan fonem, tetapi Akhwa telah banyak
memproduksi dan memperoleh fonem-fonem yang dapat membedakan arti kata-kata yang
diucapkannya. Fonem vokal dan konsonan yang telah dikuasai Akhwa pada usianya 2;5 tahun
adalah [a], [b], [c], [d], [e], [i], [j], [k], [l], [m], [n], [p], [t], dan [u]. Fonem vokal sudah diucapkan
Akhwa dengan baik. Hanya saja, pada beberapa kata yang menggunakan fonem /i/ di depan,
Akhwa mengalami kesulitan untuk mengucapkannya. Seperti kata ‘ikan’ menjadi “tan”.
Untuk konsonan [k], meskipun Akhwa sudah mampu menyebutkannya, tetapi itu hanya
di akhir kata seperti pada kata ‘upuk’. Untuk konsonan [k] yang berada di awal kata atau ditengah
kata, Akhwa tidak mampu mengucapkannya. Ia mengubah konsonan [k] menjadi [t] atau [m],
seperti kata ‘tuda’ yang berarti ‘kuda’, ‘tan’ yang berarti ‘ikan’, kata ‘tucing’ yang berarti
‘kucing’, dan kata ‘mamam’ yang berarti ‘makan’.
Untuk beberapa kata tertentu, Akhwa menghilangkan konsonan [k] dan [r], Akhwa
menghilangkannya, seperti pada kata ‘kerupuk’, Akhwa menyebutnya dengan kata ‘upuk’. Untuk
konsonan [s], Akhwa menghilangkan konsonan tersebut, seperti pada kata ‘nasi’, menyebutnya
dengan kata ‘ci’, konsonan [g] menjadi [j] seperti kara ‘gajah’, Akhwa menyebutnya dengan
‘jajah’. Untuk fonem [i], Akhwa memang sudah bisa mnyebutkannya. Tetapi untuk beberapa kata
Akhwa mengucapkan kata yang terdapat fonem [i] yang berapa di depan, seperti kata ‘ikan’
Akhwa tidak mampu mengucapkannya, ia mneyebutnya dengan kata ‘tan’. Selanjutnya, konsonan
[y] menjadi [j], seperti kata ‘ayam’, Akhwa menyebutnya dengan kata ‘ajam’.
Dengan demikian, hasil analisis menunjukkan munculnya berbagai variasi dalam
pemerolehan fonologi sebagian besar disebabkan oleh belum sepurnanya alat ucap Akhwa, seperti,
kondisi atau posisi lidahnya yang masih terbatas. Selain itu, karena kebiasaan dari Akhwa. Saat
Akhwa mengucapkan kata ‘tan’ yang berarti ‘ikan’, Akhwa sudah terbiasa menyebutkannya,

5
sehingga hal itu sudah menjadi kebiasaan baginya. Selain itu, mungkin ibunyapun membiarkan
dan tidak memperbaiki bahasa yang dihasilkan Akhwa.
Pada penjelasan tersebut, terjadi pelesapan dan perubahan fonem yang diucapkan oleh
Akhwa. Meskipun terjadi pelesapan dan perubahan fonem, apa yang diucapkan Akhwa tetap bisa
dipahami. Hal ini sesuai dengan pendapat Dale (1976:9) yang menyatakan bahwa jika seorang
anak telah mengucapkan suatu kata dalam situasi komunikasi tertentu dan dapat dipahami oleh
lingkungannya, maka dapat disimpulkan bahwa anak tersebut telah menguasai bunyi bahasa
tersebut.
Berdasarkan analisis data tersebut, Akhwa sudah mampu mengucapkan beberapa
konsonan, yaitu [p], [t], [m], dan [n]. Pemerolehan fonologi Akhwa sudah sesuai dengan pendapat
yang disampaikan Ingram (1999) yang menyatakan bahwa konsonan pertama yang dikuasai anak
adalah [p], [t], [m], [n].
Selain itu, akhwa sudah menguasai tiga vocal utama, yaitu [i], [u], dan [a]. Pemerolehan
fonologi Akhwa juga sudah sesuai dengan pendapat Jakobson (dalam Dardjowidjojo, 2012) yang
mengatakan bahwa pemerolehan bahasa pada anak sejalan dengan konsep universal pemerolehan
fonologi. Pemerolehan bunyi berjalan selaras dengan kodrat bunyi itu sendiri dan diperoleh anak
melalui suatu cara yang konsisten. Bunyi pertama yang dikuasai anak adalah kontras bunyi vokal
dan konsonan. Dalam hal bunyi vokal terdapat tiga vokal utama yang muncul terlebih dahulu,
yaitu [i], [u], dan [a].
Selanjutnya, untuk tahapan pemerolehan bahasa, Akhwa sudah melewati beberapa proses
tahapan tersebut dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:263-268) yang
menyatakan bahwa bahasa anak memiliki beberapa tahapan. Bahasa anak pada tahap maraban
pertama (pralinguistik I) ditandai dengan mendekur, menangis, atau menjerit. Tahap maraban
kedua ditandai dengan letupan pola suku kata; tahap holofrastik (linguistik I) ditandai dengan
ucapan-ucapan yang merupakan frasa atau kata-kata tertentu (biasanya pada anak usia 2 tahun).
Tahap linguistik II ditandai dengan ucapan-ucapan dua kata. Tahapan linguistik III ditandai
dengan perkembangan tata bahasa. Tahap liguistik IV ditandai dengan tata bahasa yang lebih rumit
(menjelang dewasa). Sedangkan tahap kompetensi lengkap yang merupakan tahap akhir masa-
masa kanak-kanak ditandai dengan struktur sintaksis yang mendekati bahasa ibunya. Tetapi untuk
anak seusia Akhwa, ia sudah mampu melewati tahapan-tahapan pemerolehan bahasa sampai
dengan tahap linguistik II yang ditandai dengan ucapan-ucapan dua kata. Seperti kata ‘Yah gi’
yang berarti ayah pergi.

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa pemerolehan fonologi Akhwa
sudah sesuai dengan pendapat Ingram (1999) yang menyatakan bahwa konsonan pertama yang
dikuasai anak adalah [p], [t], [m], [n]. Selanjunya, pemerolehan fonologi Akhwa juga sesuai
dengan pendapat Jakobson (dalam Dardjowidjojo, 2012) yang mengatakan bahwa pemerolehan
bahasa pada anak sejalan dengan konsep universal pemerolehan fonologi. Pemerolehan bunyi
berjalan selaras dengan kodrat bunyi itu sendiri dan diperoleh anak melalui suatu cara yang
konsisten. Bunyi pertama yang dikuasai anak adalah kontras bunyi vokal dan konsonan. Dalam hal
bunyi vokal terdapat tiga vokal utama yang muncul terlebih dahulu, yaitu [i], [u], dan [a]. Pada
penelitian tersebut, Akhwa sudah fasih mengucapkan fomen [i], [u], dan [a]. Selain itu, Akhwa
sudah banyak mengucapkan bunyi-bunyi vokal dan konsonan seperti [a], [b], [c], [d], [e], [i], [j],
[k], [l], [m], [n], [p], [t], dan [u]. Sementara itu, untuk fonem-fonem tertentu Akhwa belum begitu
mampu mengucapkannya seperti konsonan [g], [r], [s], [y].
Sebaiknya, orang tua Akhwa lebih memperhatikan dan memperbaiki bahasa yang
diucapkan oleh Akhwa. Hal ini disebabkan karena ada beberapa kata yang sulit diucapkan oleh
Akhwa. Selain itu, orang tua Akhwa sebaiknya mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan
Akhwa sulit mengucapkan beberapaka kata, dan tidak membiarkan Akhwa terbiasa dengan
pengucapan kata yang salah.

DAFTAR RUJUKAN

6
Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Dale, P.S. (1976). Language development: Structure and fuction. New York. Holt, Rinehart, and
Watson.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2012. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa


Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Haryanty, dkk. 2018. Pemerolehan Bahasa Nanak Usia 2-3 Tahun Ditinjau dari Aspek Fonologi.
Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia). Vol. 1, No. 4.

Indah, Rohmani Nur. 2008. Proses Pemerolehan Bahasa dari Kemampuan Hingga Kekurangan
Berbahasa. Lingua: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra. Vol. 3, No. 1.

Ingram. (1999). Phonological acquistion in the development (ed.) United Kongdom: Psycology
Press.

Kurniawan. 2015. Stusi Kasus Pemerolehan Bahasa Anak Usia 2 Tahun Hasil Pernikahan
Pasangan Beda Daerah: Kajian Fonologi. JLT – Jurnal Linguistik Terapan. Vol. 5, No.
2.

Lisnawati. 2008. Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa. Educare: Jurnal Pendidikan dan
Buadaya. Vol. 6, No. 1.

Maharany, A. F. (2016). Gejala Fonologis Bahaa Indonesia Pada Anak Usia 3-4 Tahun di Paud
Permata Hati Kota kendari. E-Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol. 1,
No. 2.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

Maksan, Marjusman. 1993. Psikolinguistik. Padang: IKIP Padang Press.

Miasari, N. et al. 2015. Pemerolehan Bahasa Naka Usia Balita (4-5 Tahun): Analisa Fonem dan
Silabel (Indonesian Acquisition Age Children (4-5 Years): Analysis of Phonemes and
Syllable). Jurnal Edukasi Unej. Vol. 3, no. 2.

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muflihah. 2014. Pentingnya Peran Bahasa dalam Pendidikan Usia Dini (PAUD). Thufula. Vol. 2,
No. 4.

Tarigan, H. G. 1988. Pengajaran pemerolehan bahasa. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi,


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ulfa, Mariam. 2017. Pemerolehan Fonologi, Morfologi, dan Sitntaksis Anak Usia 2,5-3 Tahun.
ProsidingSeminar Nasional Hasil Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran. Vol. 3 No. 1.

Yanti, P. G. 2016. Pemerolehan Bahasa Anak: Kajian Aspek Fonologi Pada Anak Usia 2-2;5
Tahun. Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI, Vol. 11, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai