Anda di halaman 1dari 16

KESALAHAN PELAFALAN FONEM PADA ANAK USIA 4 TAHUN

Dalam Kajian: Fonologi

Siti Nurhaliza

2110631080075

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Singaperbangsa Karawang

sitinurhalija62@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan bunyi akibat kesalahan pelafalan fonem
pada anak usia empat tahun dan faktor penyebab kesalahan tersebut. Desain penelitian yang akan
dilakukan adalah : (1) tahap awal adalah tahap persiapan untuk mengidentifikasi dan pencarian
studi pustaka khususnya referensi jurnal terkait; (2) setelah masalah teridentifikasi dan dasar-
dasar studi pustaka terkumpul, tahap berikutnya mengadakan pengumpulan data dengan
observasi langsung atau pengamatan; (3) setelah terkumpul, ditulis, lalu akan dianalisis dengan
memanfaatkan sumber yang ada; (4) mengevaluasi untuk mendapatkan data hasil observasi
untuk dijadikan hasil penelitian. Hasil penelitian ini adalah adanya perubahan bunyi yang berupa
Asimilasi (fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/, fonem /f/ berubah menjadi fonem /p/, fonem /k/
berubah menjadi fonem /t/, fonem /z/ berubah menjadi fonem /j/, fonem /z/ berubah menjadi
fonem /s/), Glotalisasi (fonem /k/ di akhir morfem /enak/ berubah pelafalannya menjadi /enat/),
dan Pelesapan Fonem, dimana pada saat melafalkan morfem /mandi/ menjadi /andi/.
Kata kunci: Fonologi, Kesalahan pelafalan fonem dan Perubahan bunyi.

Abstract
This study aims to determine the sound changes due to phoneme pronunciation errors in children
aged four years and the factors that cause these errors. The research designs to be carried out
are: (1) the initial stage is the preparation stage to identify and search for literature studies,
especially related journal references; (2) after the problem is identified and the basics of
literature study are collected, the next stage is to collect data by direct observation or
observation; (3) after it is collected, it is written, then it will be analyzed by utilizing existing
sources; (4) evaluate to obtain observational data to be used as research results. The result of
this research is that there is a sound change in the form of assimilation (phoneme /r/ turns into
phoneme /l/, phoneme /f/ turns into phoneme /p/, phoneme /k/ changes into phoneme /t/, phoneme
/z/ changes into phoneme /j/, phoneme /z/ changes to phoneme /s/), Glotalization (phoneme /k/ at
the end of the morpheme /enak/ changes its pronunciation to /enat/), and Phoneme Delete, where
when pronouncing the morpheme /bath/ becomes /andi/.
Keywords: Phonology, phoneme pronunciation errors and sound changes.

1. PENDAHULUAN
Bahasa merupakan jembatan komunikasi yang menghubungkan seseorang dangan orang
lain, sekelompok masyakat dengan masyarakat lain, serta satu negara dengan negara
lainnya. Bahasa bisa digunakan oleh seluruh kalangan baik kelompok anak-anak, remaja,
serta orang dewasa. Komunikasi dengan menggunakan bahasa telah dimulai sejak
manusia dilahirkan ke bumi ini, dan bahasa pertama sekali digunakan manusia sejak
manusia dilahirkan. Carstairs-McCarthy (2002: 13) mengatakan seseorang mulai
memakai bahasa sejak dia dilahirkan. Hal ini bisa dikatakan proses manusia menerima
bahasa.
Penggunaan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan pemakaian fonem yang sempurna.
menurut Kridalaksana (2008: 62) fonem artinya satuan suara terkecil yang bisa
membagikan kontras makna; contohnya pada Bahasa Indonesia /h/ ialah fonem, karena
membedakan makna istilah harus dengan arus ; /b/ serta /p/adalah fonem yang tidak sama
karena baku dan paku berbeda maknanya. Sementara itu Trask (1998: 168) berkata
bahwa fonem ialah bagian suara yang terkecil pada suatu bahasa, seperti suara /k/, /t/,
serta /æ/.
Fonem selalu dipergunakan bagi para penutur setiap bahasa, baik Bahasa Arab, Bahasa
China, Bahasa Inggris, Bahasa Perancis, maupun Bahasa Indonesia. Dalam melafalkan
fonem diperlukan ketepatan dalam melafalkan karena kesalahan dalam melafalkan satu
fonem berakibat fatal terhadap makna yg diterima oleh lawan kata.
Pelafalan Fonem yang tidak tepat seringkali digunakan oleh perkataan anak-anak yang
berusia sekitar empat tahun. Dengan adanya gangguan pelafalan tersebut maka para
lawan bicaranya menjadi kesulitan dalam menganalisa makna yang dimaksud oleh anak-
anak tersebut. Perkataan yang disampaikan oleh anak-anak tersebut membuat peneliti
tertarik untuk menganalisa ujaran-ujaran yang dikatakan. Ketertarikan itu dapat penulis
sampaikan melalui penelitian yg penulis lakukan ini. Dalam menyampaikan pesan, anak-
anak seringkali mendapat ejekan atau bahan lelucon bagi orang-orang dewasa sehingga
membuat anak-anak menangis, marah, serta kadang-kadang anak-anak tersebut tidak
mengindahkan atau mempedulikan hal tersebut.
Dengan adanya ejekan itu membuat anak-anak tersebut menjadi malas bicara dan mereka
merasa stress, memjadi malu bicara, menangis, dan kadang-kadang seorang anak dapat
mengabaikan ejekan-ejekan yg ditujukan kepada mereka. Dampak dari ejekan tadi
membuat anak-anak tidak mau berbicara pada siapapun termasuk kepada orang tuanya.
Hal ini telah membuat anak-anak tidak terbuka kepada orang lain maupun kepada kedua
orang tuanya. Masalah ini bisa membuat perkembangan pola pikir anak-anak menjadi
terhambat serta bisa juga berdampak dalam pergaulan mereka.
Masalah lain yang akan timbul dapat berdampak pada tingkat kecerdasan anak-anak
menjadi berkurang, karena dengan adanya ejekan telah menghambat perkembangan daya
pikir anak-anak serta hal demikian pula berdampak dalam pergaulannya terhadap
lingkungan sosial. Anak-anak dapat merasa malu serta takut bila berhadapan dengan
lingkungan sosial sehingga mereka lebih cenderung mengurung diri di rumah saja. Disini
anak-anak kelihatan mengalami kemunduran dalam bersosialisasi menggunakan
lingkungan mereka.
Gagalnya bersosialisasi dengan lingkungan dapat juga mengganggu perkembangan bicara
anak-anak sehingga karena retardasi mental, sebagaimana yang dikatakan Sastra
(2010:157) retardasi mental dapat membuat anak-anak menjadi terlambat dalam
berbahasa dan gangguan mimik. Semakin berat gangguannya, maka semakin lambat pula
komunikasi bicaranya.
Penelitian ini pernah dilakukan oleh Hartanto, Selina, H, & Fitra (2011), mengatakan
bahwa bahasa salah satu indikator perkembangan kognitif anak. Mereka mengatakan
perkembangan anak sangat menentukan keberhasilan dalam memaksimalkan plastisitas
otak pada kompensasi penyimpangan perkembangan. Tujuan penelitian itu adalah untuk
mengetahui pengaruh perkembangan bahasa terhadap perkembangan kognitif anak usia
1-3 tahun.
Kemudian Johan (2016) melakukan penelitian dengan judul Gangguan Pelafalan Fonem
Terhadap Anak-Anak (balita) suatu kajian: Neurolinguistik. Johan dan Suri (2019) dalam
penelitiannya menemukan proses penghilangan, proses penambahan, dan proses ganti
pada tuturan anak-anak.
Penelitian ini memiliki dua rumusan masalah : (1) Apa saja kesalahan pelafalan fonem
yang dilakukan pada anak usia 4 tahun? (2) Apa saja faktor kesalahan pelafalan fonem
tersebut?. Penelitian ini bertujuan : (1) Untuk mengetahui kesalahan fonem yang
dilakukan pada anak usia 4 tahun; dan (2) Untuk mengetahui faktor-faktor kesalahan
pelafalan fonem. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kesadaran
orangtua dalam mendidik anak-anaknya untuk melafalkan fonem-fonem bahasa
Indonesia dengan baik dan benar serta sebagai acuan dalam bahan ajar fonologi bahasa
Indonesia, khususnya bagi anak-anak yang sistem pelafalan fonemnya berbeda dengan
sistem pelafalan fonem dalam fonologi bahasa Indonesia. Penelitian ini berbeda dengan
penelitian terdahulu karena penelitian ini berfokus pada anak-anak usia empat tahun di
lingkungan sekitar rumah. Kenyataan bahwa pelafalan fonem pada anak-anak tersebut
memiliki lebih banyak macam-macam kesalahan pelafalan sehingga menjadi sebuah
objek yang sangat menarik untuk dikaji.

2. LANDASAN TEORI
Bahasa merupakan alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan
berbahasa ialah proses penyampaian informasi dalam berkonunikais. jika bahasa ada,
tentu ada asal usul keberadaannya. banyak teori sudah dilontarkan para pekar mengenai
asal-usul bahasa ini. Didalam Chaer (2009: 31) berdasarkan:
1) F.B Condillac seorang fisuf bangsa Perancis beropini bahwa, bahasa itu berasal
dari teriakan-teriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat naluri yang
dibangkitkan oleh perasaan atau emosi yang kuat.
2) Von Schlegel, seorang asli filsafat bangsa Jerman beropini bahwa bahasa-bahasa
yang ada didunia ini tidak mungkin bersumber dari satu bahasa. asal-usul bahasa
itu sangat berlainan tergantung pada faktor-faktor yang mengatur tumbuhnya
bahasa itu. ada bahasa yang lahir dari onomatope, ada yang lahir dari kesadaran
manusia, dan sebagainya. tetapi, dari manapun Asalnya menurut Von Schlegel
akal manusialah yang membuatnya sempurna.
Kajian bahasa yang terjadi didalam bidak fonologi ialah kesalaha berbahasan dalam
tataran pengucapan suatu makna atau arti yang sesungguhnya, yang jika diucapkan
oleh anak usia kisaran dua-tiga tahun akan menjadi makna atau bunyi yang berbeda
pada segi pengucapannya. Namun bila ditinjau dari segi arti sama saja akan tetapi
bunyi yang disampaikan berbeda berasal kata sebenarnya, tetapi makna yang dimiliki
tetapsama. Firmansyah (2018).

Neurolinguistik

Sastra (2010: 149-159) mengatakan bahwa bicara merupakan tahapan perkembangan


yang telah ada sejak bayi. Tahap bicara harus diperhatikan sedini mungkin, karena
dapat dijadikan parameter ada atau tidaknya gangguan perkembangan pada anak.
Tentu saja tanpa mengabaikan tahap-tahap perkembangan lain, seperti motorik kasar
atau halus dan sosialisasi/interaksi.

Gangguan bicara merupakan keluhan sebagian besar orang tua yang pada akhirnya
didiagnosis sebagai gangguan perkembangan multisistem (multisystem developmental
disorders). Gangguan ini merupakan salah satu bentuk kelainan perkembangan yang
muncul dalam gangguan relasi (berinteraksi) dan komunikasi yang akhir-akhir ini
terus meningkat. Kegagalan dalam relasi dan komunikasi pada usia 0-4 tahun
dianggap sebagai kondisi yang masih dapat berubah dan tumbuh. Hanya saja, mana
yang bisa normal perkembangannya dan mana yang akan mengalami gangguan. Oleh
sebab itu, dua belas bulan pertama kehidupan anak, merupakan masa paling penting
untuk mendeteksi tumbuh kembang bicaranya. Berbicara atau berkomunikasi sudah
dimulai sejak masa bayi. Normalnya, bayi akan menangis dan bergerak, sehingga
seorang ibu dapat belajar bereaksi terhadap tangisan dan gerakannya sehingga terjadi
interaksi. Seeorang anak yang mengalami gangguan berbahasa mungkin saja dapat
mengucapkan suatu kata dengan jelas tetapi dia tidak dapat menyusun dua kata
dengan baik.

Gangguan Komunikasi meliputi berbagai lingkup masalah, yaitu gangguan bicara,


bahasa, dan mendengar. Gangguan bahasa dan bicara melingkupi gangguan artikulasi,
gangguan mengeluarkan suara, afasia (kesulitan menggunakan kata-kata, biasanya
karena memar atau luka pada otak), keterlambatan berbicara atau berbahasa, dan
sebagainya.

Keterlambatan bicara yang terjadi pada anak seorang anak yang perkembangannya
dalam bidang normal, jarang disebabkan oleh kelainan fisik, seperti kelainan lidah
atau langit-langit di mulut. Anak mengalami keterlambatan berbicara mungkin
mengalami masalah motorik oral, artinya ada gangguan dalam pengolahan atau
menyampaikan sinyal dari pusat bicara otak. Seorang anak seperti ini akan
mengalami kesulitan dalam mengendalikan bibir , lidah, dan rahangnya untuk
mengucapkan satu kata.

Faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan bicara pada anak di antaranya


adalah:

a. Gangguan Pendengaran
Anak dengan gangguan pendengaran biasanya tidak akan memberi respon
terhadap bunyi-bunyi yang ada di sekitarnya. Ganguan ini bisa menyebabkan
anak mengalami hambatan pula dalam memahami, meniru dan menggunakan
bahasa.
b. Gangguan pada Otot Bicara
Ciri yang paling utama anak yang mengalami gangguan pada otot bicara
adalah, lafal bicaranya tidak sempurna, kadang otaknya sudah memerintahkan
untuk menjawab dengan benar, tapi yang keluar dari mulutnya tetap tidak
jelas. Hal ini terjadi karena adanya gangguan neurologis atau persarafan.
c. Keterbatasan Kemampuan kognitif
Keterbatasan kemampuan kognitif adalah keterbatasan mempresentasikan
objek yang dilihat dalam bentuk image. Kondisi ini biasanya bisa dideteksi
sendiri oleh orang tua dengan melihat kemampuan motorik anak. Misalnya,
anak yang mengalami gangguan bicara biasanya juga kurang mampu
melakukan aktivitas lain yang sederhana sekalipun, sepertti memakai sepatu
atau mengancingkan baju.
d. Mengalami Gangguan Pervasif
Biasanya terjadi pada anak yang mengalami ADD (Attention Defisit
Disorder). Anak yang mengalami keterbatasan atensi ini mengalami masalah
di pusat sarafnya, misalnya, pekerjaan tidak pernah tuntas, sulit atau tidak bisa
konsentrasi.
e. Kurangnya komunikasi serta interaksi dengan orang tua dan lingkungannya.
f. Fonologi Pike (1975:3) mengatakan bahasa terdiri dari bunyi vokal secara
sistematis, suara itu berasal dari mulut, hidung, dan tenggorokan. Kemudian
Menurut Bonvillain (1997:6) mengatakan bahwa fonologi adalah bidang studi
ilmu yang mempelajari sistem bunyi di dalam bahasa termsuk fonetik,
penjabaran bunyi yang terjadi dalam bahasa. bahasa manusia dapat dihasil
melalui vokal apparatus, yang terdiridari udara yang dihasilkan dari paru-paru,
pharynx (hulu tenggorokan) , larynx (pangkal tenggorokan), glottis (celah
suara), vocal cords (pita suara), hidung, mulut, lidah, gigi dan bibir.

Bagian-bagian yang alat-alat vokal dapat di ujarkan oleh penutur untuk menghasilkan
kualitas bunyi. Hal-hal yang perlu adalah, penutur harus membuat perbedaan diantara
beberapa bunyi sehingga makna kata dapat dibedakan. Beberapa jenis bentuk kontras
dapat membedakan bunyi.

Bunyi juga terdiri dari voiced (bersuara) dan voiceless (tidak bersuara), tergantung
pada pita suara, dan tenggorokan. Jika pita suara tertutup, ketika udara keluar, pita
suara bergetar dan suara berbunyi; jika mereka terlepas dan tidak bergerak, hasilnya
adalah tak bersuara. Voiced dan voiceless yang kontras dapat dijelaskan oleh bagian-
bagian yang kecil, dua gabungan kata dari dua bunyi adalah sama kecuali pada
perbedaan-perbedaan yang signifikan.

Anak usia empat taun terkadang masih sulit dalam mengucapkan fonem-fomen,
seperti fonem /f/ /k/ /r/ /z/. seperti kata “ZAMAN”, biasanya anak usia empat tahun
belum mampu mengucapkan secara jelas. Fonem /z/ biasanya mereka (anak)
mengganti dengan fonem /s/ yang asal katanya “ZAMAN” menjadi “SAMAN”.
Kemudian kata “RAGI”, mereka biasanya mengucapkan dengan kata “LAGI”, bisa
terlihat bahwa terdapat pergantian fonem /r/ menjadi fonem /l/. Selanjutnya kata
“KALI” mereka (anak) biasanya mengucapkan menggunakan kata “TALI” ada
pergantian fonem /k/ menjadi fonem /t/.

Tidak mampu dipungkiri bahwa anak usia empat tahun masih banyak mengalami
kesalah berbahasa walaupun mereka (anak) memang pada dasarnya belum fasih
dalam mengucapkan kata-kata, atau fonem-fomen yang sulit bagi mereka. oleh sebab
itu disini peneliti mencoba menganalisis kesalahan pelafalan fonem pada anak usia
empat tahun ditinjau dalam tatanan fonologi.

3. METODE PENELITIAN
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode simak libat cakap dan
teknik analisis deskriptif. Metode simak merupakan metode yang dilakukan dengan
penyimakan, yang disejajarkan dengan metode observasi. Metode simak menurut
Sudaryanto (1993:133) mencakup 5 jenis, dimana salah satu dari jenis metode simak
tersebut yang akan peneliti gunakan yaitu teknik metode simak libat cakap. Metode
simak libat cakap merupakan metode melakukan penyadapan dengan cara berpartisipasi
sambil menyimak, berpartisipasi dalam pembicaraan, dan menyimak pembicaraan.
Dalam hal ini, peneliti terlibat langsung dalam dialog. Untuk selanjutnya yaitu teknik
analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2014:21) metode analisis deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Teknik analisis
deskriptif yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik yang bersifat deskriptif
kualitatif-preskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan dan menjelaskan hasil temuan di
lapangan dan memberi solusi atau pemecahan atas masalah yang terdapat dalam
pemakaian bahasa Indonesia pada media luar ruang yang ada di wilayah Kota Bogor.
Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah Kota Bogor Barat, Kelurahan Sindang
Barang Rt 06/Rw 07 yang lebih tepatnya akan dilaksanakan di lingkungan sekitar rumah
peneliti.
Teknik pemerolehan data dalam penelitian ini adalah teknik wawancara, dengan
pembagian wawancara dibagi menjadi tiga sesi yaitu wawancara terbuka berkaitan
dengan kesalahan pelafalan fonem pada anak usia 4 tahun. Adapun yang menjadi
partisipan di dalam penelitian ini adalah Alfarel Zain Gunawan, Kinanti Arsyila
Rusdiana, dan Maulida Rahmatilah. Untuk hasil dari wawancara tersebut akan diperoleh
data yang kemudian akan dianalisis oleh peneliti yang disajikan dalam bentuk informal.

4. PEMBAHASAN
Kesalahan pelafalan fonem dalam bidang fonologi biasanya meliputi perubahan bunyi
yang diucapkan atau sama dengan perubahan penyebutan kata (ejaan) yang diucapkan
oleh anak-anak usia empat tahun. Kosakata yang telah dipilih oleh peneliti ini merupakan
kosakata yang memiliki konsep here and now. Konsep tersebut adalah konsep yang
menurut peneliti paling mudah dimengerti oleh anak-anak.
Fritz Perls mengangkat konsep kesehatan mental dengan cara berpikir “Here and Now”
atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai “saat ini dan sekarang”. Konsep ini
mengutamakan bahwa manusia harus benar-benar berada disini dan saat ini, benar-benar
menikmati momen saat ini tanpa terganggu dendam masa lalu dan kerisauan masa depan.
Berikut ini adalah kesalahan pelafalan fonem dari tiga anak-anak yang berusia empat
tahun diantaranya adalah sebagai berikut:

TABEL 1

TUTURAN ALFAREL ZAIN GUNAWAN

NO Kata Kata yang Perubahan Keterangan


asli dilafalkan yang terjadi
1. Aku Aku -
2. Balon Balon -
3. Cacing Cacing -
4. Dasi Dasi -
5. Enak Enak -
6. Fokus Pokus Fokus > Mengalami pergantian fonem yaitu fonem /f/
Pokus menjadi fonem /p/ karena karena belum bisa
menyebut fonem /f/ secara sempurna.
7. Gajah Gajah -
8. Hati Hati -
9. Ini Ini -
10. Jalan Jalan -
11. Kali Kali -
12. Langit Langit -
13. Mandi Mandi -
14. Nasi Nasi -
15. Obat Obat -
16. Pulang Pulang -
17. Ragi Ragi -
18. Sisa Sisa -
19. Tali Tali -
20. Usia Usia -
21. Wadah Wadah -
22. Yatim Yatim -
23. Zaman Saman Zaman > Mengalami pergantian fonem yaitu fonem /z/
Saman menjadi fonem /s/ karena belum bisa menyebut
fonem /z/ secara sempurna.

TABEL 2

TUTURAN KINANTI ARSYILA RUSDIANA

NO Kata Kata yang Perubahan Keterangan


Asli dilafalkan yang terjadi
1. Aku Atu Aku > Atu Mengalami pergantian fonem yaitu fonem /k/
menjadi fonem /t/ karena belum bisa menyebut
fonem /k/ secara sempurna.
2. Balon Balon -
3. Cacing Cacing -
4. Dasi Dasi -
5. Enak Enat Enak > Enat Mengalami pergantian fonem yaitu fonem /k/
menjadi fonem /t/ karena belum bisa menyebut
fonem /k/ secara sempurna.
6. Fokus Potus Fokus > Mengalami pergantian fonem yaitu fonem /f/
Potus menjadi fonem /p/ dan fonem /k/ menjadi
fonem /t/ karena belum bisa menyebut fonem /f/
dan fonem /k/ secara sempurna.
7. Gajah Gajah -
8. Hati Hati -
9. Ini Ini -
10. Jalan Jalan -
11. Kali Tali Kali > Tali Mengalami pergantian fonem yaitu fonem /k/
menjadi fonem /t/ karena belum bisa menyebut
fonem /k/ secara sempurna.
12. Langit Langit -
13. Mandi Andi Mandi > Mengalami penghilangan fonem yaitu fonem
Andi /m/ karena kebiasaan berbicara dengan logat
bayi.
14. Nasi Nasi -
15. Obat Obat -
16. Pulang Pulang -
17. Ragi Lagi Ragi > Lagi Mengalami pergantian fonem yaitu fonem /r/
menjadi fonem /l/ karena belum bisa menyebut
fonem /r/ secara sempurna.
18. Sisa Sisa -
19. Tali Tali -
20. Usia Usia -
21. Wadah Wadah -
22. Yatim Yatim -
23. Zaman Saman Zaman > Mengalami pergantian fonem yaitu fonem /z/
Saman menjadi fonem /s/ karena belum bisa menyebut
fonem /z/ secara sempurna.

TABEL 3
TUTURAN MAULIDA RAHMATILAH
NO Kata Kata yang Perubahan Keterangan
Asli dilafalkan yang terjadi
1. Aku Aku -
2. Balon Balon -
3. Cacing Cacing -
4. Dasi Dasi -
5. Enak Enak -
6. Fokus Pokus Fokus > Mengalami pergantian fonem yaitu fonem /f/
Pokus menjadi fonem /p/ karena belum bisa
menyebut fonem /f/ secara sempurna.
7. Gajah Gajah -
8. Hati Hati -
9. Ini Ini -
10. Jalan Jalan -
11. Kali Kali -
12. Langit Langit -
13. Mandi Mandi -
14. Nasi Nasi -
15. Obat Obat -
16. Pulang Pulang -
17. Ragi Ragi -
18. Sisa Sisa -
19. Tali Tali -
20. Usia Usia -
21. Wadah Wadah -
22. Yatim Yatim -
23. Zaman Jaman Zaman > Mengalami pergantian fonem yaitu fonem /z/
Jaman menjadi fonem /j/ karena belum bisa menyebut
fonem /z/ secara sempurna.

Berdasarkan tabel hasil pengamatan di atas, dapat diperoleh beberapa fenomena


fonologis yang bisa dideskripsikan ke dalam penjelasan berikut ini:
Perubahan Bunyi
Huruf yang dilafalkan oleh responden mengalami beberapa bentuk perubahan bunyi. Hal
tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor. Beberapa bentuk perubahan bunyi adalah
sebagai berikut:
Asimilasi
a. Fonem /f/ dilafalkan menjadi fonem /p/.
b. Fonem /k/ dilafalkan menjadi fonem /t/.
c. Fonem /r/ dilafalkan menjadi fonem /l/.
d. Fonem /z/ dilafalkan menjadi fonem /j/.
e. Fonem /z/ dilafalkan menjadi fonem /s/.
Glotalisasi
Fonem /k/ di akhir kata: /enak/ menjadi /enat/.
Pelesapan Fonem
Fonem /m/ di awal kata: /mandi/ menjadi /andi/.
Pelesapan fonem adalah peristiwa hilangnya fonem akibat proses morfologi. Fonem /m/
merupakan konsonan bilabial, nasal. Fonem /m/ merupakan fonem yang berartikulasi
radiko faringal, terjadi apabila akar lidah (root of a tongue) dan dinding kerongkongan
(wall of pharynx) saling bertemu. Pada responden, pelafalan fonem /m/ di awal kata
/mandi/ mengalami pelesapan fonem dimungkinkan karena pelafalan fonem pada
responden tersebut belum sepenuhnya sempurna.
Faktor - Faktor Kesalahan Pelafalan Fonem Ditinjau dari Neurolinguistik
Gangguan neurolinguistik merupakan suatu kajian bagaimana manusia itu memperoleh
bahasa, manusia memperoleh bahasa tidak dapat dipisah kan dari faktor artikulasi
manusia itu sendiri. Ada beberapa faktor bagaimana manusia itu tidak dapat melafalkan
kata dengan jelas. Hal yang pertama adalah fungsi artikulasi, yang dimaksud fungsi
artikulasi di sini adalah manusia atau penutur mempunyai artikulasi dengan lengkap akan
tetapi artikulasi itu tidak berfungsi secara baik. Misalnya dalam melafalkan suatu kata, di
sini penutur sering mengalami masalah dalam melafalkan fonem, hal ini sering terjadi
pelesapan fonem yang dimaksud pelesapan fonem adalah adalah penutur tidak
melafalkan fonem secara lengkap. Misalnya: apabila responden disuruh melafalkan /ragi/
sementara responden hanya melafalkan /lagi/. Hal ini sering terjadi pada ujaran anak-
anak yang berusia empat tahun. Dengan adanya kejadian seperti ini maka penulis dapat
menyimpulakan bahwa anak-anak tersebut mengalami gangguan dalam ilmu
neurolinguistik.
Gangguan tersebut belum bersifat permanen, seperti pada teori di atas, mengatakan
bahwa gangguan tersebut sewaktu-waktu dapat berubah tergantung pada perkembangan
pertumbuhan anak tersebut. Di samping itu anak-anak yang berusia di bawah tahun
tersebut juga tidak dapat melafalkan fonem sama sekali. Hal ini dapat diakibatan oleh
ketidakaktifan orang tua dalam memantau dan melatih (membimbing) ujaran anak-anak
tersebut dalam melafalkan fonem.

5. PENUTUP
Gangguan pelafalan fonem dapat dialami oleh setiap penutur, gangguan ini lebih sering
dialami oleh anak yang berusia empat tahun. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan,
penelitian ini menyimpulkan bahwa anak-anak yang berusia empat tahun itu masih
memiliki kesalahan pelafalan fonem seperti fonem /f/ /k/ /r/ /z/. Pada fonem /f/ anak-anak
masih belum fasih melafalkan fonem tersebut karena sebagian besar anak-anak usia
empat tahun itu masih mengalami gangguan cadel dalam melafalkan beberapa fonem,
sehingga pelafalan fonem tersebut diganti menjadi fonem /p/. Pada fonem /k/ anak-anak
masih belum fasih melafalkan fonem tersebut karena sebagian besar anak-anak usia
empat tahun itu masih mengalami gangguan cadel dalam melafalkan beberapa fonem,
sehingga pelafalan fonem tersebut diganti menjadi fonem /t/. Pada fonem /r/ anak-anak
masih belum fasih melafalkan fonem tersebut karena sebagian besar anak-anak usia
empat tahun itu masih mengalami gangguan cadel dalam melafalkan beberapa fonem,
sehingga pelafalan fonem tersebut diganti menjadi fonem /l/. Pada fonem /z/ anak-anak
masih belum fasih melafalkan fonem tersebut karena sebagian besar anak-anak usia
empat tahun itu masih mengalami gangguan cadel dalam melafalkan beberapa fonem,
sehingga pelafalan fonem tersebut diganti menjadi fonem /j/ dan fonem /s/. Melihat hasil
penelitian ini dapat membantu masalah kebahasaan dan pengembangan terapi-terapi
untuk mengatasi permasalahan kebahasaan yang berhubungan dengan gangguan
pelafalan fonem ini. Maka dari itu, sebaiknya peran orang tua lebih memberikan
perhatian dan pengajaran kepada anak-anak mereka tentang agaimana cara pengucapan
fonem bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Carstairs Andrew – McCarthy. (2002). An Introduction to English Morphology: words and their
structure. Edinburgh University Press.

Chaer, A. (2009). Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, A. (2009). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Firmansyah, D. (2018). Analysis of Language Skills in Primary School Children (Study


Development of Child Psychology of Languange). PrimaryEdu – Journal of Primary Education,
2(1), 35-44.

Hartanto, F., Selina, H., H, Z., & Fitria, S. (2011). Pengaruh perkembangan bahasa terhadap
perkembangan kognitif anak usia 1-3 Tahun. Sari Pediatri, 12(6), 388-389.

Johan, M. (2016). Gangguan pelafalan fonem terhadap anak-anak (balita) suatu kajian:
Neurolinguistik. BASIS, 4(1).

Kridalaksana, H. (1993). Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia


Muslich M. (2014). Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Sastra, G. (2010). Neurolinguistik Suatu Pengatar. Bandung: Alfabeta

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Tehnik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana
Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta : Duta Wacana University Press.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai