Anda di halaman 1dari 11

PEMAHAMAN SISWA TUNARUNGU TERHADAP KATA SIFAT

(Studi Deskriptif Kualitatif di Kelas V A SDLB Tunarungu Santi Rama, Jakarta)


2018

Eva Rahma Sridamayanti S.1

ABSTRAK
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara deskriptif tentang pemahaman
siswa tunarungu terhadap kata sifat kelas VA di SDLB Tunarungu Santi Rama. Pada penelitian
ini metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data
penelitian ini adalah melalui pengamatan, wawancara dan tes uji pemahaman siswa terkait
dengan pemahaman siswa tunarungu terhadap kata sifat. Peneliti melakukan penelitian pada
pemahaman kata sifat bentuk dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman siswa
tunarungu terhadap kata sifat bentuk dasar cenderung baik. Guru diharapkan konsisten dalam
memberikan pengajaran terkait pemahaman terhadap kata sifat bentuk dasar dengan
menggunakan metode maternal reflektif.

Kata Kunci: Pemahaman kata sifat dasar, metode maternal reflektif, siswa tunarungu.

1
Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta
PENDAHULUAN sosialisasi dengan lingkungannya. Selain itu,
Bahasa merupakan elemen penting yang mereka senantiasa menggunakan fungsi
mendasari kehidupan manusia untuk dapat indera yang lainnya untuk membantunya
berkomunikasi antara satu dengan yang dalam mendapat dan memahami sesuatu
lainnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan sehingga menjadikan mereka seorang yang
bahwa bahasa merupakan sarana utama pemata.
dalam berkomunikasi. Seseorang Tunarungu harus dikembangkan
berkomunikasi menggunakan bahasa verbal kemampuan berbahasanya agar dapat
(lisan dan tulisan) dan bahasa non verbal melakukan komunikasi dengan baik dan
(isyarat, mimik, dan gestur). Sehingga untuk menjalani kehidupan. Salah satu cara
dengan berbahasa, seseorang dapat mengembangkannya ialah dengan selalu
menyampaikan ide, gagasan ataupun konsep belajar dan menemukan hal-hal baru yang
kepada orang lain. dapat menambah perbendaharaan kata atau
Bahasa itu sendiri memiliki struktur bahasa. Dalam bahasa Indonesia, terdapat
yakni, bunyi dan kata. Kata merupakan beberapa kelas kata yaitu : Kata Kerja
susunan fonem yang memiliki makna dan (Verba), Kata Benda (Nomina), Kata Sifat
bentuk. Bila seseorang membutuhkan (Adjektifa), Kata Keterangan (Adverbia),
bahasa untuk berkomunikasi maka yang Kata Ganti (Pronomina), Kata Penghubung
lebih dibutuhkannya ialah pemahaman pada (Konjungsi), dan Kata Depan (Preposisi).
suatu makna kata. Sejalan dengan hakikat Fakta bahwa tunarungu lebih
manusia ialah makhluk yang terus berpikir mengandalkan indera penglihatan untuk
dan merupakan aktivitas kognitif serta terus membantunya dalam mendapat dan
berkembang, maka sudah seyogyanya memahami sesuatu ialah mereka mengalami
manusia terus mengembangkan kesulitan dalam menerima dan memahami
perbendaharaan kata agar mampu berbahasa hal-hal abstrak. Hal ini dapat ditandai bahwa
dengan baik. anak tunarungu memahami kata kerja dan
Seseorang yang mengalami hambatan kata benda, karena kedua kata tersebut dapat
dalam pendengaran biasa dikenal dengan dilihat atau nyata keberadaannya.
tunarungu. Hambatan ini mengakibatkan Terdapat berbagai metode yang dapat
mereka mengalami hambatan dalam dilakukan untuk melakukan pembelajaran
kebahasaan, yang sesuai dengan pendapat A. dalam meningkatkan kosakata siswa
van Uden yakni dampak dari ketunarunguan tunarungu. Metode Role Playing dirasa
ialah tidak berkembangnya kemampuan efektif untuk meningkatkan kosakata siswa
berbicara, lebih dari itu dampak terbesarnya tunarungu karena melakukan pembelajaran
adalah terjadinya kemiskinan bahasa. dengan permainan yang sederhana dan dapat
Dampak inilah yang meluaskan masalah menarik minat siswa. Namun menurut
mereka saat melakukan komunikasi atau peneliti, dalam metode ini agaknya kurang
sesuai karena dalam pelaksanaannya tidak verbal bukan lagi dengan isyarat. Sehingga,
terdapat visualisasi kegiatan dalam bacaan dari hasil observasi inilah, peneliti ingin
dan pengulangan bacaan. Karena mengetahui bagaimana pembelajaran bahasa
penguasaan kosakata bukan hanya untuk khususnya kata sifat pada siswa tunarungu
dapat memahami sesuatu yang dilakukan di SDLB Tunarungu Santi Rama.
melainkan ada aspek bahasa tulis yang juga KAJIAN TEORI
harus dikuasai oleh siswa tunarungu. Pemahaman adalah mempertahankan,
Dalam pembelajarannya, siswa di sekolah membedakan, menduga, menerangkan,
yang peneliti observasi diajarkan untuk memperluas, menyimpulkan, dan
dapat berbahasa dengan baik. Adapun memperkirakan. Benjamin S. Bloom yang
penunjang dari berbahasa dengan baik ialah dikutip oleh Nana Sudjana dalam buku
bagaimana seseorang dapat memahami kata Penelitian Hasil Belajar, mengemukakan
secara benar terhadap bunyi, makna, bahwa pemahaman merupakan ranah
maupun penggunaannya. kognitif dimana pemahaman merupakan
Menurut hasil observasi yang peneliti tingkat yang lebih tinggi dari pengetahuan.
lakukan di SDLB Tunarungu Santi Rama Dari pendapat ahli tersebut, dapat
ialah bahwa siswa telah diperkenalkan dan disimpulkan bahwa pemahaman adalah pola
diajarkan bagaimana bunyi, makna dan pikir yang diperoleh melalui pengetahuan
penggunaan suatu kata mulai sejak dini. Hal dan dapat mempengaruhi seseorang untuk
ini menjadikan siswa-siswi di SDLB menentukan apa yang akan dilakukan
Tunarungu Santi Rama khususnya kelas V seseorang. Keberadaan pola pikir ini berada
telah memiliki banyak kosakata dan mampu di atas tingkatan pengetahuan. Siswa dirasa
memaknai kata dengan benar, serta paham apabila dapat menguraikan sesuatu
penggunaan kata yang tepat. Salah satu secara rinci dengan bahasanya sendiri
kelas kata yang dipelajari disana ialah kata hingga mampu memberikan contoh apa
sifat (Adjektiva). Siswa-siswi khususnya yang telah dipelajarinya.
kelas V SDLB yang peneliti observasi telah Menurut Daryanto (2008:106)
mampu menggunakan kata sifat yang tepat kemampuan pemahaman berdasarkan
sesuai dengan kondisi atau konteks. Contoh tingkatan kepekaan dan derajat penyerapan
kata sifat yang peneliti temukan ialah kata materi dapat dijabarkan ke dalam tiga
kerjasama, tanggung jawab, permisi, sopan, tingkatan, yaitu :
durhaka, melawan, kelupaan, menghormati, 1. Menerjemahkan (Translation)
sumpah, membantah, meminta maaf, Pengertian menerjemahkan bisa diartikan
kekeringan, massal dan lain sebagainya. sebagai pengalihan arti dari bahasa yang
Fakta selanjutnya yang peneliti temukan satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga
pada saat observasi ialah siswa dari konsepsi abstrak menjadi suatu model
membahasakan kata sifat tersebut secara simbolik untk mempermudah orang
mempelajarinya. Contohnya dalam tunarungu memiliki karakteristik yang khas
menerjemahkan Bhineka Tunggal Ika yaitu keterbatasan dalam pendengaran,
menjadi berbeda-beda tapi tetap satu. bersifat pemata dan memiliki keterbatasan
2. Menafsirkan (interpretation) bahasa dan wicaranya.
Kemampuan ini lebih luas daripada Hallahan & Kauffman (1991:266) dan
menerjemahkan, ini adalah kemampuan Hardman, et al (1990:276) mengemukakan
untuk mengenal dan memahami. bahwa orang yang tuli (a deaf Person)
Menafsirkan dapat dilakukan dengan cara adalah orang yang mengalami
menghubungkan pengetahuan yang lalu ketidakmampuan mendengar, sehingga
dengan pengetahuan yang diperoleh mengalami hambatan dalam memproses
berikutnya, menghubungkan antara grafik informasi bahasa melalui penengarannya
dengan kondisi yang dijabarkan sebenarnya, dengan atau tanpa menggunakan alat bantu
serta membedakan yang pokok dan tidak dengar (hearing aid). Sedangkan orang yang
pokok dalam pembahasan. kurang dengar (a hard of hearing person)
3. Mengekstrapolasi (Extrapolation) adalah seseorang yang biasanya
Ekstrapolasi menuntut kemampuan menggunakan alat bantu dengar, sisa
intelektual yang lebih tinggi karena pendengarannya cukup memungkinkan
seseorang dituntut untuk bisa melihat untuk keberhasilan memproses informasi
sesuatu dibalik yang tertulis. Membuat bahasa, artinya apabila seseorang yang
ramalan tentang konsekuensi atau kurang dengar tersebut menggunakan
memperluas persepsi dalam arti waktu, hearing aid, ia masih dapat menangkap
dimensi, kasus, ataupun masalahnya. pembicaraannya melalui pendengarannya.
Dari pengelompokan di atas, Dari uraian tersebut, dapat ditarik
pemahaman merupakan tingkatan kedua dari kesimpulan bahwa tunarungu merupakan
tingkat berpikir seseorang. Hal ini, hambatan dalam pendengaran yang di alami
memungkinkan seseorang telah mengetahui seseorang. Adapun ciri khas darinya ialah
dan mengerti makna pengetahuan yang telah terbatasnya kemampuan mendengarnya.
didapat untuk kemudian ditelaah dengan Sedangkan siswa tunarungu ialah peserta
menerjemahkan, menafsirkan serta didik yang mengalami hambatan dalam
memprediksi makna kata secara lebih pendengarannya.
mendalam dan sesuai dalam Adapun menurut (MacKenzie, 2007)
pengaplikasiannya. ketunarunguan dikategorikan menjadi :
Secara umum, tunarungu dapat diartikan • Mild Hearing Loss (21-40 dB): only
sebagai gangguan/hambatan dalam speech that is soft or is produced a distance
pendengaran. Hal ini memungkinkan is difficult to hear or understand
seseorang mengalami kurang dengar atau • Moderate hearing loss (41-55 dB): typical
tidak mendengar sama sekali. Anak conversational speech is hard to follow
• Moderately severe hearing loss (56-70 pengulangan/reduplikasi, penyerapan, dan
dB): only loud speech can be heard. pemajemukan.
• Severe hearing loss (71-90 dB): even • Afiksasi (penambahan imbuhan) yaitu
loud speech is hard to understand kata sifat yang sudah ditambah imbuhan.
• Profound hearing loss (91 dB+): Prefiks : se- dan ter- (seperti : secantik,
considerate deaf, the individual must use terbaik, ....)
assistive listening devices to understand Infiks : -em- (seperti : gemetar, gemuruh,
information presented orally. ....)
Adapun dampak dari ketunarunguan ini • Reduplikasi (pengulangan) yaitu kata
ialah menjadikan anak mengalami hambatan sifat yang terbentuk dari proses
dalam komunikasi, mengalami perbedaan pengulangan/reduplikasi pada kata.
dalam mengembangkan kemampuan Contoh : sekurang-kurangnya, sebaik-
berpikir antara anak tunarungu dengan anak baiknya, secantik-cantiknya, warna-warni,
dengar, dan bersifat kaku, ragu-ragu, dan ....
khawatir dalam bersosialisasi. • Kata sifat majemuk (peajemukan) yaitu
Kata sifat (Adjektiva) adalah kelas kata kata sifat yang terbentuk dari penggabungan
yang mengubah kata benda (nomina) atau kata yang membentuk makna baru atau
kata ganti (pronominal). Kata sifat makna konotasi yang merujuk pada sifat
merupakan kata yang mnejelaskan, suatu benda atau objek.
mengubah atau menambah arti dari suatu o Gabungan sinonim atau antonym (seperti
kata benda agar lebih spesifik. Biasanya :cerah ceria, baik buruk, ....)
penggunaan kata sifat ialah untuk o Gabungan morfe terikat (seperti : serba
menerangkan sifat, keadaan/kondisi, guna, adidaya, ....)
watak/tabiat orang, benda ataupun binatang. o Gabungan morfem bebas (seperti : baik
Keterangan yang dijelaskan atau budi, lapang dada, busung lapar, kering
digambarkan oleh kata sifat dapat berupa kerontang, ....)
kualitas, kuantitas, urutan maupun • Adjektiva serapan adalah kata sifat yang
penekanan suatu kata. berasal ari bahasa asing dan diserap ke
Bentuk Kata Sifat dalam bahasa Indonesia.
a. Adjektiva dasar (monomorfemis) yaitu • Sufiks –i, -iah, -wi. Contoh : alami,
kata sifat yang belum mengalami proses duniawi, alamiah, dsb.
afiksasi atau penambahan imbuhan. • Sufiks –if, -al, -is. Contoh : aktif,
Contoh : Patuh, legal, cedera, bangga, structural, teknis, dsb.
sopan, gersang, liar, ... dsb. Anak tunarungu dalam upaya
b. Adjektiva turunan (polifermis) yaitu kata mempelajari bahasa dapat
sifat yang sudah mengalami proses afiksasi mengkombinasikan antara indera
atau penambahan imbuhan, penglihatan dengan taktil kinestetiknya. A.
van Uden ini dikenal dengan metode anak mengatakan sesuatu dengan belum
maternal reflektif merupakan gabungan dari sempurna maka ibu membahasakan
metode natural dan structural dengan motto ungkapan anak dalam bentuk verbal dan
“Apa yang ingin kau katakan, katakanlah kemudian memberi tanggapan atas
begini….”. utama dari Metode Maternal ungkapan anak sehingga terciptanya
Reflektif ialah Percakapan yang menjadi percakapan yang kemudian divisualisasikan
poros, tumpuan, pusat, motor, serta pemicu atau dituliskan apayang telah diungkapkan.
jalannya proses perkembangan bahasa pada b. Perdati Melanjutkan Informasi
khususnya, dan segala bidang ilmu pada Percakapan ini diawali dengan adanya
umumnya. informasi yang hanya terjadi pada seorang
Adapun pelaksanaan pengajaran bahasa anak, atau dua tiga anak saja, bisa terjadi
bagi anak tunarungu dengan penggunaan tidak dari kelasnya, dan sebagainya. Dalam
metode maternal reflektif ialah : perdati melanjutkan informasi ungkapan-
1. Perdati (percakapan dari hati ke hati) ungkapan anak sudah menggunakan kalimat
Percakapan ini bersifat spontanitas antara yang hampir sempurna, sehingga peran
anak dengan orang tua, guru, orang lain atau ganda guru tinggal meningkatkan ke arah
anak dengan anak dalam suasana santai, variasi bentuk kalimat dan diperluas makna
akrab, terjadi inter subjektivitas. Dalam kata atau ungkapan.
suasana kelas, setiap anak dilatih untuk 2. Pelaksanaan Membaca Permulaan dengan
memperhatikan isi hati lawan bicara agar Membaca Ideovisual
anak dapat merespon, berempati, saling Membaca permulaan bagi siswa tunarungu
terbuka, tanpa beban rasa bersalah, dan guru yang menggunakan metode maternal
akan membantu dengan metode tangkap dan reflektif berbeda dengan membaca
peran ganda seorang guru. Materi permulaan di SD umum. Dalam membaca
percakapan yang digunakan tentunya ideovisual bertujuan untuk memperkenalkan
berporos bada ke kongkretan, misalnya huruf-huruf agar anak dapat mengucapkan,
pengalaman bersama, makanan, benda- dengan kata lain mengubah lambang tulis
benda di sekitar anak, bagian tubuh, menjadi lambang ucap. Materi pelajaran
kegemaran anak, dan sebagainya. Perdati dalam membaca permulaan berupa bacaan
sendiri memiliki dua jenis , yaitu : sederhana dari hasil perdati bebas atau
a. Perdati Murni atau Perdati Bebas perdati melanjutkan informasi. Bacaan
Pada umumnya perdati murni terjadi pada tersebut menjadi deposit bagi anak, yaitu
anak tunarungu yang belum menguasai simpanan kekayaan perbendaharaan bahasa
bahasa sepatah katapun sampai yang yang tertulis diharapkan mampu mengisi
menggunakan kalimat belum sempurna perbendaharaan anak sehari-hari dan akan
sehingga masih perlu dibantu dengan terus meningkat.
metode tangkap dan peran ganda. Ketika
Pelaksanaan kegiatan membaca struktur bahasa secara pasif. Diharapkan
ideovisual bercirikan dua kegiatan pokok, anak dalam menemukan sendiri aspek-aspek
yaitu identifikasi langsung dan identifiksi kebahasaan dalam suatu teks bacaan, baik
tidak langsung. Dalam pelaksanaan ini, mengenai morfologi, semantic, maupun
prinsip percakapan dengan anak dan sintaksisnya. Hal ini akan membantu anak
megusahakan terjadinya percakapan antar dalam penggunaan bahasa secara tepat
anak tidak boleh dihilangkan. Karena apabila anak sadar akan kaidah dalam
adanya prinsip ini, makamembaca bahasa.
ideovisual dinamakan juga percakapan Percakapan Linguistik merupakan suatu
membaca ideovisual (percami). proses panjang, yang akan berhasil jika guru
3. Latihan Refleksi memperhatikan hal-hal, yakni; 1) materi
Latihan ini merupakan usaha penyadaran percakapan pernah dijadikan latiahn refleksi
bahasa secara sengaja agar anak memahami berulang-ulang sebelumnya, sehingga dapat
ketata bahasaan. Berbagai bentuk macam dihayati oleh anak dalam melakukan perdati
latihan refleksi yang guru lakukan yakni : sehari-hari walaupun sebelu mengenal
memvisualisasikan perdati anak ke dalam istilah-istilah baku materi tersebut dalam
bentuk kalimat; latihan konstruksi dan tata bahasa Indonesia. 2) proses tersebut
rekonstruksi; latihan membaca ujaran tidak dapat dipaksakan oleh guru, sehingga
terhadap kata, kelompok kata, dan kalimat; harus memberikan waktu yang cukup untuk
latihan membaca secara berirama menurut tumbuh secara berangsur-angsur, bertahap,
lengkung frase atau penggalan kata; latihan dan jika belum siap tidak dianjurkan untuk
bicara menggunakan salah satu unsur dipaksa. 3) guru diharapkan menggunakan
segmental dan suprasegmental; latihan taraf penguasaan bahasa anak untuk sedikit
menulis formal, latihan memberi lengkung demi sedikit menggunakan peristilahan yang
frase, latihan mengolah deposit (bacaan) lebih sederhana untuk makin menuju
dengan mempercakapkan kembali kepada kepada peristilahan baku. 4) proses
guru atau teman, menyadarkan aspek penamaan istilah baku diharapkan akan
kebahasaan misalnya terdapat berbagai jenis ditemukan oleh anak sendiri (discovery
kata benda, kerja, sifat, bentuk kalimat learning) harus menjadi cirri utama dalam
dasar, majemuk, berimbuhan, dan masih tata bahasa reflektif. 5) guru hendaknya
banyak lagi; latihan membuat kalimat mempersiapkan lembar kategori untuk
dengan kata yang telah dikuasai, atau diproses lebih lanjut untuk menemukan
membuat karangan sederhana. istilah baku dala tata bahasa 6) walapun titik
4. Percakapan Linguistik tolak percakapan tata bahasa adalah grafis
Percakapan ini bertujuan agar anak (selalu berasal dari teks, bacaan) namun
tunarungu semakin berkembang penguasaan harus diingat, bahwa yang tertulis berasal
bahasanya, terutama penguasaan terhadap
dari hasil percakapan bukan yang lepas dari yang meliputi aspek pemahaman yaitu,
penghayatan anak. membedakan, mencontohkan, menjelaskan,
METODE mengklasifikasikan, menyimpulkan, hingga
Penelitian ini menggunakan pendekatan menggunakan kata sifat untuk melengkapi
kualitatif dengan metode deskriptif yang kalimat.
nantinya untuk mengetahui dan memperoleh Berdasarkan data yang telah peneliti
fakta-fakta serta informasi yang mendalam analisis pada masing-masing aspek
mengenai bagaimana kemampuan siswa pemahaman siswa tunarungu terhadap kata
tunarungu dalam memahami kata sifat yang sifat, maka dapat disimpulkan bahwa
telah dipelajari. Penelitian juga akan pemahaman siswa tunarungu kelas Va di
dilakukan karena peneliti ingin mengetahui SDLB Tunarungu Santi Rama terhadap kata
metode yang digunakan guru dalam sifat dapat dikatakan baik. Mengingat dari
memberikan pembelajaran bahasa hasil observasi, tes dan wawancara yang
khsusunya kata sifat bagi siswa tunarungu. peneliti lakukan menyebutkan bahwa siswa
Teknik pengumpulan data dilakukan cenderung sangat baik dalam membedakan,
dengan beberapa cara, yaitu melalui mencontohkan, menjelaskan,
observasi, wawancara, catatan lapangan, dan mengklasifikasikan, menyimpulkan, hingga
tes kepada siswa. menggunakan kata sifat untuk melengkapi
kaliat atau bacaan sangat baik. hal ini
HASIL DAN PEMBAHASAN tentunya tidak terlepas dari usaha guru dan
Penelitian ini dilaksanakan di SDLB sekolah dalam melayani pendidikan siswa
Tunarungu Santi Rama, Jakarta. Kondisi tunarungu sesuai dengan kebutuhan yang
fisik sekolah sudah cukup baik dalam mereka butuhkan.
memfasilitasi peserta didik melakukan hal- Layanan pendidikan yang dilakukan
hal yang berhubungan dengan pembelajaran. secara konsisten menggunakan metode
Pembelajaran yang berkaitan dengan terbaik bagi siswa tunarungu. Penggunaan
pemahaman siswa tunarungu terhadap kata metode yang tepat dan ditunjang oleh
sifat menggunakan metode maternal reflektif kemampan siswa yang baik menjadikan
dimana guru memulai untuk pengajaran bahasa terutama dalam hal
memperkenalkan an mengajarkan berbagai memahamkan kata sifat berjalan dengan
ragam kata yang ada dan memaknainya. baik dan mencapai hasil yang maksimal. Hal
Penggunaan metode ini sangat efektif ini dapat dilihat dari data yang peneliti
dengan hasil siswa mampu memahami kata sajikan bahwa pemahaman siswa tunarungu
sifat yang baru didapat dalam pelajaran kelas Va di SDLB Tunarungu Santi Rama
dengan waktu yang cepat. Hal ini dibuktikan terhadap kata sifat sudah sangat baik.
dengan peneliti memberikan soal tes kepada
seluruh siswa kelas VA sebanyak 15 soal
Beberapa temuan yang didapatkan dari tunarungu nterhadap kata sifat, maka
hasil penelitian yang peneliti lakukan, antara peneliti menyimpulkan bahwa siswa
lain: tunarungu kelas Va di SDLB Tunarungu
1. Guru menggunakan metode yang tepat Santi Rama memiliki pemahaman terhadap
dalam kegiatan belajar-mengajar. Metode kata sifat dasar yang baik. Dikatakan
yang digunakan guru ialah Metode Maternal demikian karena ketiga aspek dari
Reflektif, dimana metode ini dirasa yang pemahaman yang meliputi menerjemahkan,
paling tepat dalam melayani kebutuhan menafsirkan dan mengekstrapolasi sudah
siswa tunarungu. Selain dari kebijakan dimiliki oleh siswa tunarungu dengan baik.
yayasan, pada akhirnya guru pun mengakui Ketercapaian pemahaman siswa
bahwa keseluruhan metode ini sangatlah tunarungu terhadap kata sifat bentuk dasar
baik dan mampu menjadikan siswa tentu tidak lepas dari peran guru yang
maksimal dalam menerima pembelajaran. memberikan pengajarannya. Di SDLB
2. Pemahaman siswa tunarungu kelas Va Tunarungu Santi Rama ini guru
terhadap kata sifat tergolong sangat baik menggunakan Metode Maternal Reflektif
karena mereka mampu menggunakan kata (MMR) dalam lingkungan sekolah. Metode
sifat sesuai dengan konteks atau kondisinya. ini dirasa yang paling tepat untuk melayani
3. Apabila siswa tunarungu mendapatkan kebutuhan siswa tunarungu dalam
pengajaran yang sesuai tentu perkembangan mengembangkan bahasanya
bahasanya akan sangat baik dan mampu Berdasarkan hasil penelitian dapat
bersaing dengan anak dengar. diajukan beberapa saran, yakni sebagai
4. Kemampuan siswa dalam berikut;
menerjemahkan, menafsirkan dan 1) Sekolah
memprediksi kata sifat yang telah dipelajari Diharapkan sekolah agar
cukup baik dikarenakan siswa mendapatkan mempertahankan kualitas metoe
penjelasan secara mendalam oleh guru. Hal maternal reflektif dalam pembelajaran
ini mempengaruhi pemahaman siswa karena metode tersebut sangatlah dirasa
terhadap kata sifat yang banyak dan sering tepat untuk siswa tunarungu dalam
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. mengembangkan diri para siswa..
Pentingnya siswa tunarungu memahami kata 2) Orang Guru
sifat untuk tetap mampu melanjutkan Diharapkan guru dapat konsisten
kehidupan dan berkomunikasi dengan orang dalam menggunakan metode
banyak. pembelajaran bagi siswa tunarungu
karena metode menjadi hal yang penting
KESIMPULAN DAN SARAN guna memudahkan guru dan siswa dala
Setelah peneliti melakukan mencapai tujuan. Guru juga diharapkan
penelitian tentang pemahaman siswa dapat mensosialisasikan metode yang
digunakan kepada orangtua siswa agar pemahaman kata sifat antara siswa
dapat sejalan dengan usaha guru. tunarungu dengan siswa dengar
3) Untuk Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan
penelitian lebih lanjut tentang pengaruh
pemahaman siswa tunarungu terhadap
semua jenis kata sifat atau perbandingan
DAFTAR PUSTAKA

Anas, Sudjiono. 1995. Pengantar Evaluasi


Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada

Daryanto,. 1999. Evaluasi Pendidikan.


Jakarta: PT. Rineka Cipta
Lani, Bunawan dan Cecilia Susila Yuwati.
2000. Penguasaan Bahasa Anak
Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi
Rama

Mansoer, Pateda. 2001. Semantik Leksikal.


Jakarta: Rineka Cipta
Mulyono, Abdurahman. 2009. Pendidikan
bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Soedjadi,. 1993. Ortopedagogik Umum I.
Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan,
Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan

Sudjana, Nana. 1990. Penilaian Hasil


Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai