Anda di halaman 1dari 13

Teknik Simak Ulang Ucap Bermedia Gambar Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

PENERAPAN TEKNIK SIMAK ULANG UCAP BERMEDIA


GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
BERBICARA ANAK AUTIS

Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya untuk Memenuhi Persyaratan


Penyelesaian Program Sarjana Pendidikan Luar Biasa

Oleh:
INTAN NAFIK PURWANINGRUM
NIM: 12010044034

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

2019

1
Teknik Simak Ulang Ucap Bermedia GambarUntuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

PENERAPAN TEKNIK SIMAK ULANG UCAP BERMEDIA GAMBAR UNTUK


MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK AUTIS

Intan Nafik Purwaningrum dan Pamuji

(Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya) purwaningrum313@gmail.com

ABSTRAK
Anak autis mengalami kesulitan dalam berbicara. Keterampilan berbicara anak yang sangat minim, anak hanya
sedikit mau menirukan suara/kata, adanya kesalahan dalam fonologi/bunyi bahasa, dan pengucapan/pelafalan kurang
jelas. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan ada dan tidaknya pengaruh penerapan teknik simak ulang ucap
bermedia gambar terhadap keterampilan berbicara anak autis.
Pendekatan penelitian kuantitatif jenis eksperimen Single Subject Research (SSR) dengan desain A-B digunakan
dalam penelitian ini. Subjek penelitian seorang siswi di SLB Autis Harapan Bangsa yang terdiagnosa autis ringan.
Setelah diterapkan intervensi selama 12 sesi, terdapat perubahan yang cukup signifikan terhadap keterampilan berbicara
anak. Hasil observasi fase baseline (A) menunjukkan rentang stabilitas 6-7 dan arah trendnya mendatar. Pada fase
intervensi (B) menunjukkan rentang 7-10 dan arah trendnya naik. Dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara
anak autis dapat ditingkatkan melalui penerapan teknik simak ulang ucap bermedia gambar.

Kata kunci: Teknik simak ulang ucap, media gambar, keterampilan berbicara anak autis

ABSTRACT

Children with autism have difficulty speaking. The speaking skills of children with autism is low, a little
willingness to imitate sounds/words, an error in phonology/language sounds, and an unclear pronouncation. The
purpose of this research is to prove the presence or absence of the effect of implementation of “simak ulang ucap”
technique with picture as media to reciting the speaking skills of children with autism.
Quantitative research approach type of experimental research of Single Subject Research (SSR) with A-B design
used in this research. The subject of this research is a female student in SLB Autis Harapan Bangsa who was diagnose
with mild autism. After being applied for interventions for 12 meetings, there are significant changes with her speaking
skills. The observation result of baseline phase (A) shows the stability range 6-7 and the trend direction is flat. While
the intervention phase (B) shows a range of 7-10 and the trend direction is rises.
The research method used was quantitative research method with pre-experiment approach and used the one
group pre test post test. The results showed that the average pre test result was 37.2 and the average post test was 74.3.
Wilcoxon test results that have been done to obtain the result of calculation of 4.78. And the value of Ztable with a
critical value of 5% (for 2-sided test) is 1.96. From these results it can be seen that Ha accepted and Ho is rejected,
meaning the result of pretest and posttest of the child on the mastery of simple fractional concept competence there is a
significant difference, so there is influence of the implementation of the model of Discovery Learning in the mastery of
the concept of simple fractions in children with hearing impairment.

Keywords: Discovery Learning mode, simple fractional concept

2
Teknik Simak Ulang Ucap Bermedia GambarUntuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

Pendahuluan memberikan batasan bahwa berbicara


merupakan suatu sistem tanda-tanda
Bahasa merupakan salah satu yang dapat didengar (audible) dan yang
komponen penting dalam kehidupan kelihatan (visible) yang memanfaatkan
manusia. Bahasa digunakan dalam sejumlah otot dan jaringan otot tubuh
kehidupan sehari-hari sebagai alat manusia demi maksud dan tujuan
komunikasi untuk menyampaikan gagasan-gagasan atau ide-ide yang
informasi/pesan atau bertukar dikombinasikan. Lebih jauh lagi,
pikiran/ide secara lisan dalam bentuk berbicara bukanlah sekedar pengucapan
kata atau kalimat (Indah, 2012: 40). kata atau bunyi, tetapi merupakan suatu
Bahasa dibagi menjadi dua jenis yakni alat untuk mengekspresikan,
bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. menyatakan, menyampaikan, atau
Bahasa reseptif adalah kemampuan mengkomunikasikan pikiran, ide,
dalam memahami bahasa baik verbal maupun perasaan (Dhieni, 2007: 3.5)
maupun non verbal seperti membaca Sebagian besar anak mengalami
dan menyimak. Sedangkan bahasa perkembangan bahasa di setiap tahapan
ekspresif adalah penggunaan kata-kata usianya. Perkembangan bahasa anak
dan bahasa secara verbal untuk pada umumnya selalu melewati tahap
mengkomunikasikan konsep atau berbicara. Perkembangan berbicara anak
pikiran (Yuwono, 2009: 66). diawali dengan tahap membeo atau
Dari segi pendidikan, bahasa meniru . Hal ini sejalan dengan
memiliki kedudukan penting dan pernyataan Dhieni (2007: 3.4) bahwa
mendasar karena dengan memiliki pada awal perkembangan berbicara,
keterampilan berbahasa, anak akan anak mulai menunjukkan bentuk
mengerti dan memahami materi yang komunikasi sederhana seperti
disampaikan orang lain. Keterampilan mengoceh atau mengeluarkan
berbahasa memiliki empat komponen, suara/bunyi tertentu, yang pada
yaitu keterampilan menyimak, akhirnya berkembang lagi menjadi
keterampilan membaca, keterampilan suatu simbol bunyi yang memiliki arti.
berbicara,dan keterampilan menulis. Perekembangan berbicara anak secara
Setiap keterampilan berkaitan erat bertahap akan mengalami peningkatan
dengan keterampilan lainnya. Semua berdasarkan usianya, baik dalam hal
komponen bahasa tersebut adalah satu kualitas maupun kuantitas. Dari segi
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan kualitas, mula-mula anak hanya
dan penting sekali untuk dimiliki oleh mengeluarkan bunyi-bunyian atau
setiap anak. Tarigan (2008: 1) sekedar mengoceh ‘ma-ma, bu-bu’ tanpa
menyatakan bahwa dalam memperoleh ada makna. Sebab anak masih dalam
keterampilan berbahasa mula-mula dari tahap meniru suara atau perkataan
belajar menyimak, kemudian berbicara, orang lain tapi terbatas. Dengan
sesudah itu belajar membaca dan bertambahnya usia, anak mulai
menulis. Jadi, keterampilan berbahasa menunjukkan keinginannya dengan
diperoleh secara bertahap dengan jalan kata yang bermakna, meski belum
latihan atau praktek. membentuk kata sempurna. Sebagai
Salah satu komponen penting dalam contoh, ketika anak mengucapkan
keterampilan berbahasa adalah ‘mam’ itu dapat berarti “makan” atau
berbicara. Berbicara adalah salah satu “saya ingin makan”. Sedangkan dari
bentuk bahasa ekspresif yang tahap segi kuantitas, perkembangan berbicara
perkembangannya terjadi setelah tahap anak mengalami peningkatan dengan
menyimak. Tarigan (2008: 16)

3
Teknik Simak Ulang Ucap Bermedia GambarUntuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

bertambahnya kosakata yang dimiliki. kata itu tidak bermakna, yang disebut
Pada awalnya anak hanya memiliki satu ekolalia. Bahkan dalam sebuah kasus,
atau dua kata. Seiring waktu, sedikit anak autis menjalani masa ekolalia yang
demi sedikit, anak mulai menambah cukup lama, yakni 2-3 tahun lebih.
kosakata baru. Bowler dan Linke (dalam Aspek keterampilan berbahasa yang
Dhieni, 2007: 3.4) memberi sedikit tidak kalah pentingnya untuk dikuasai
penjelasan tentang perkembangan oleh setiap anak tidak terkecuali anak
bahasa anak pada usia 3-5 tahun. Pada autis adalah keterampilan berbicara.
usia 3 tahun, anak lebih banyak Sebab berbicara sebagai langkah awal
menggunakan kosakata dan bentuk kata dalam melakukan komunikasi sosial.
tanya seperti apa, siapa, mana. Pada Berbicara sebagai bentuk bahasa verbal
usia 4 tahun, anak mulai dapat yang bertujuan untuk mengungkapkan
bercakap/berbincang secara sederhana, atau mengekspresikan pikiran atau
memberi nama benda atau orang, perasaan melalui kata atau kalimat.
alamat, umur, dan mulai memahami Agar dapat mencapai tujuan tersebut,
waktu. Pada usia 5 tahun, anak sudah anak autis perlu mendapatkan
dapat berbicara lancar dengan bimbingan atau latihan melalui strategi,
menggunakan berbagai kosakata baru. metode atau teknik yang sesuai dengan
Anak autis memiliki hambatan kebutuhan anak.
dalam perkembangan bahasa, Hasil observasi di SLB Autis
khususnya pada tahap berbicara. Hal ini Harapan Bangsa, menunjukkan bahwa
dinyatakan Hogan (dalam Yuwono, anak autis usia 5 tahun memiliki
2009: 26) dalam bukunya yang berbunyi: gangguan dalam keterampilan
“Autism is complex developmental berbicara. Hal ini terlihat pada,
disability that typically appears during the keterampilan berbicara anak masih
first 3 years of life. It can result in sangat minim. Hanya sedikit bicara atau
challenges in language, communication, mau menirukan kata tetapi pelafalan
emotion, behavior, fine and gross motor kurang jelas. Anak sering menggumam
skills and social interaction”. atau seperti menyanyi tapi tanpa
Anak-anak dengan spectrum bersuara. Mengingat karakteristik
autisme menunjukkan perkembangan pembelajaran anak autis yang
berbicara yang lebih lambat dari anak membutuhkan media visual dan teknik
lainnya dan memiliki keterampilan pembelajaran yang menarik, maka salah
bahasa reseptif dan ekspresif yang satu teknik yang dapat digunakan
terbatas. Bahkan, beberapa anak autis dalam meningkatkan keterampilan
tidak belajar bicara atau menggunakan berbicara adalah teknik simak ulang
bahasa tubuh. Ada yang menggunakan ucap dengan menggunakan media
kata-kata atau bahasa tubuh tapi tidak gambar.
untuk berkomunikasi (Chris W. dan Teknik simak ulang ucap biasanya
Barry W., 2007: 80). Seperti anak pada dipergunakan dalam memperkenalkan
umumnya, anak autis juga memiliki bunyi bahasa dan cara
kemampuan dalam meniru perkataan mengucapkannya dimana guru sebagai
orang lain. Akan tetapi hal tersebut model membacakannya atau
tidak mengalami perkembangan. Anak mengucapkannya atau memutar
autis mampu mengingat dan rekaman bunyi bahasa tertentu seperti
mengucapkan kembali kata yang fonem, kata, kalimat dengan jelas dan
didengar namun tidak sesuai dengan intonasi yang tepat (Tarigan dalam
kondisi yang sebenarnya, atau hanya Suryani, 2012: 6). Gambar atau benda
mengulang-ulang kata tersebut seolah

4
Teknik Simak Ulang Ucap Bermedia GambarUntuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

yang digunakan sebagai media intervensi (B) adalah kondisi suatu


pembelajaran harus disesuaikan dengan intervensi dilakukan untuk kemudian
lingkungan di sekitar anak. Penggunaan dibandingkan dengan kondisi baseline.
gambar apabila tidak memungkinkan Prosedur utama yang ditempuh dalam
untuk membawa benda yang asli ke desain A-B meliputi pengukuran target
dalam proses pembelajaran. behavior pada fase baseline dan setelah
Berdasarkan latar belakang tersebut, trend dan level datanya stabil kemudian
peneliti ingin melakukan suatu intervensimulai diberikan.
penerapan yang bertujuan untuk Pola desain A-B adalah sebagai
meningkatkan keterampilan berbicara berikut:
anak autis dengan menggunakan teknik
simak ulang ucap bermedia gambar.

Target Behavior
Baseline (A) Intervensi (B)

Tujuan
Untuk membuktikan ada dan
tidaknya pengaruh penerapan teknik 7 12
simak ulang ucap bermedia gambar
terhadap keterampilan berbicara anak Sesi (hari)
autis.
Keterangan:
Baseline (A) : mengukur kondisi
Metode
awal anak autis dalam
A. Rancangan Penelitian
keterampilan
Penelitian ini menggunakan jenis
berbicara
penelitian eksperimen Single Subjek
Intervensi (B) : mengukur
Research atau sering disebut dengan
keterampilan
penelitian subjek tunggal. Penelitian
berbicara anak
subjek tunggal yaitu penelitian yang
dengan menerapkan
memfokuskan pada data individu
teknik simak ulang
sebagai sampel penelitian (Sunanto, dkk,
ucap bermedia
2005: 56).
gambar
Rancangan atau desain yang
Target Behavior : keterampilan
digunakan dalam penelitian ini adalah
berbicara anak autis
desain A-B yang terdiri dari dua tahap
yang diukur dengan
kondisi, yakni kondisi baseline (A) dan
sistem pencatatan
intervensi (B). Kondisi baseline (A)
latensi
adalah kondisi target behavior dalam
Sesi : Jumlah sesi atau hari
keadaan normal atau natural dan belum
yang akan ditentukan
diberikan intervensi. Sedangkan kondisi
dalam penelitian
B. Subjek Penelitian a. Variabel bebas dalam penelitian
Lokasi dalam penelitian ini yaitu di ini adalah teknik simak ulang
SLB Autis Harapan Bangsa. Lokasi ini ucap bermedia gambar.
dipilih karena ada seorang siswa b. Variabel terikat dalam
terdiagnosa autis yang mengalami penelitian ini adalah
hambatan dalam keterampilan berbicara keterampilan berbicara anak
autis.
C. Variabel dan Definisi Operasional 2. Definisi Operasional
1. Variabel a. Teknik Simak Ulang Ucap

5
Teknik Simak Ulang Ucap Bermedia GambarUntuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

Dalam penelitian ini, teknik “ayam” dengan nada


simak ulang ucap yang menggumam (tidak jelas)
diterapkan dengan bantuan berarti belum dikatakan
media gambar dimana guru berhasil. Misalnya kata “gajah”
sebagai model mengucapkan terdengar menjadi “ajah” atau
kata tertentu, kemudian siswa “gaja”, dsb. Jadi penilaiannya
menirukan/mengucapkan bukan hanya menirukan tetapi
kembali kata tersebut dengan sekaligus perbaikan dalam
pelafalan yang jelas. Teknik ini pengucapan/pelafalannya.
digunakan untuk mengenalkan c. Anak autis
bunyi bahasa/fonem beserta Anak autis dalam penelitian
cara pengucapannya. Penerapan ini bernama S.O berusia 5 tahun
teknik simak ulang ucap yang mengalami gangguan
menggunakan instruksi “lihat” keterampilan berbicara. Anak
(anak diminta melihat gambar). hanya sedikit mau menirukan
Guru mengucapkan kata, suara atau kata dan
misalnya “sapi”, lalu siswa pengucapan/pelafalannya
meniru mengucapkan “sapi”. kurang jelas sehingga kadang
b. Media Gambar sulit dipahami orang lain. Anak
Media yang digunakan juga masih menunjukkan
dalam penelitian ini yakni gangguan lain seperti
media visual berupa kartu meracau,berteriak, dan tantrum
gambar hewan. Tema gambar (marah).
hewan dipilih berdasarkan
kurikulum dengan maksud D. Instrumen Penelitian
untuk mengenalkan macam- Adapun Instrumen yang digunakan
macam hewan peliharaan dalam penelitian ini adalah:
sekaligus untuk mempermudah 1. PPI (Program Pembelajaran
dalam melatih keterampilan Individual)
berbicara siswa. 2. Lembar observasi fase baseline (A)
c. Keterampilan Berbicara 3. Lembar observasi fase intervensi
Keterampilan berbicara (B)
dapat didefinisikan sebagai
suatu kemampuan dalam E. Teknik Pengumpulan Data
megucapkan bunyi/suara atau Teknik pencatatan data yang
kata dengan maksud atau digunakan dalam penelitian ini adalah
tujuan tertentu. Ketrampilan pencatatan data dengan observasi
berbicara yang akan diukur langsung. Prosedur pencatatan data
dalam penelitian ini yaitu dengan obervasi langsung dilakukan
kemampuan anak dalam untuk mencatat data variabel terikat
mengucapkan kembali kata pada saat kejadian atau perilaku terjadi.
yang diucapakan guru Adapun jenis pencatatan data dengan
berbantuan media gambar. observasi langsung yang digunakan
Anak dinilai berhasil ketika adalah pencatatan kejadian (frekuensi).
mampu mengucapkan kata Pencatatan kejadian untuk menghitung
dengan pelafalan yang jelas. frekuensi atau berapa banyak target
Misalnya kata “ayam”, jika behavior yang muncul selama periode
seandainya anak mengucapkan

6
Teknik Simak Ulang Ucap Bermedia GambarUntuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

waktu tertentu yakni kata yang mampu stabil apabila rentang datanya kecil
diucapkan oleh anak. atau variasinya rendah atau jika 85-
F. Teknik Analisis Data 90% data masih berada pada 15%
di atas atau di bawah mean, maka
1. Analisis dalam kondisi yakni
data dinyatakan stabil, karena
menganalisis adanya perubahan dalam penelitian ini menggunakan
data dalam satu kondisi misalnya kriteria stabilitas 15% (0,15), maka
kondisi baseline atau kondisi perhitungan kecenderungan
intervensi. Analisis dalam kondisi dilakukan sebagai berikut:
terdiri dari 4 komponen, yaitu:
1) Menentukan rentang
a. Panjang Kondisi
stabbilitas dengan cara:
Panjang suatu kondisi dilihat
dari jumlah data point atau skor Skor tertinggi x kriteria stabilitas (0,15)
pada setiap kondisi. Masalah = rentang stabilitas
penelitian dan intervensi yang 2) Menentukan mean level
diberikan menentukan sebarap dengan cara:
banyak data point yang harus ada
Menjumlahkan semua hasil data yang ada pada
pada setiap kondisi. Untuk panjang
ordinat dan dibagi dengan banyaknya data
kondisi baseline secara umum dapat
digunakan tiga sampai lima data 3) Menentukan batas atas dengan
point. Namun apabila telah cara:
dilakukan sebanyak tiga atau lima Mean level + ½ dari rentang stabilitas
pengukuran belum menunjukkan
4) Menentukan batas bawah
kestabilan dan level tertentu maka
dengan cara:
pengukuran harus dilanjutkan
sampai diperoleh data yang stabil Mean level – ½ dari rentang stabilitas
dan level tertentu. Sedangkan 5) Menghitung persentase data
panjang dan pendeknya kondisi point pada suatu kondisi yang
intervensi sangat tergantung pada berada dalam rentang stabilitas
jenis intervensi yang diberikan. dengan cara mencari selisih
b. Estimasi Kecenderungan Arah antara banyaknya data point
Kecenderungan arah yang ada dalam rentang
(trend/slope) data yang disajikan
(antara batas atas dan batas
pada suatu grafik sangat penting
untuk memberikan gambaran bawah). Jika persentasi
perilaku subyek yang sedang stabilitas di antara 85%-90%
diteliti. Dengan menggunakan maka dikatakan stabil.
kombinasi antara level dan trend, d. Jejak Data
peneliti secara reliabel dapat Cara menenetukan jejak data
menentukan pengaruh kondisi sama dengan menentukan
(intervensi) yang dikontrol. kecendereungan arah, tetapi pada
Kecenderungan arah grafik (trend) jejak data kemungkinan hasil yang
menunjukkan perubahan setiap dimasukkan lebih detail seperti
data path (jejak) dari sesi ke sesi kecenderungan dalam setiap fase.
(waktu ke waktu). Ada tiga macam e. Level Stabilitas dan Rentang
kecenderungan arah grafik (trend) Pada level ini terdapat dua
yitu, (1) meningkat, (2) mendatar, kemungkinan yaitu variabel stabil
dan (3) menurun. atau tidak stabil.
c. Kecenderungan Stabilitas f. Level Perubahan
Intervensi dapat diberikan Level perubahan menunjukkan
setelah data pada kondisi baseline berapa besar terjadinya suatu
sudah stabil. Data dinyatakan perubahan dalam kondisi. Hal ini

7
Teknik Simak Ulang Ucap Bermedia GambarUntuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

dapat dilakukan dengan cara: (1) 2) Kemudian menghitung selisih


menentukan berapa besar data antara kedua data point
point pertama dan terakhir pada tersebut.
suatu kondisi atau fase, (2) kurangi
3) Tahap selanjutnya adalah
data yang besar dengan data yang
kecil (3) menentukan apakah menentukan perubahan level
selisihnya menunjukkan arah yang tersebut apakah kearah
membaik atau memburuk sesuai membaik atau memburuk
dengan tujuan intervensi. berdasarkan tujuan
intervensinya. Jika selisihnya
2. Analisis antar kondisi adalah besar dan arahnya membaik,
menganalisis antara kondisi baseline hal ini menunjukkan bahwa
dan intervensi dimana untuk melihat intervensi yang diberikan
pengaruh intervensi terhadap variabel memberi pengaruh besar
harus didahului kondisi baseline yang terhadap variabel terikat
stabil. Ada lima komponen dalam (target behavior).
analisis antar kondisi yaitu: e. Data Overlap
a. Jumlah Variabel yang Dirubah Untuk menentukan data overlap
Dalam penelitian ini terdapat pada kondisi baseline (A) dengan
satu variabel yang dirubah yakni intervensi (B) dengan cara:
meningkatkan keterampilan 1) Melihat kembali batas bawah
berbicara anak autis. dan batas atas pada kondisi
b. Perubahan Kecenderungan dan baseline (A).
Efeknya 2) Menghitung jumlah data point
Perubahan kecenderungan sama pada kondisi intervensi (B)
seperti jejak data pada analisis yang berada pada rentang
dalam kondisi. Sedangkan efeknya kondisi baseline (A).
ditentukan oleh kecenderungan 3) Hasil yang diperoleh dari
arah grafik apakah ke arah langkah kedua kemudian
membaik atau memburuk. Jika dibagi dengan banyaknya
kearah membaik maka dicatat data point dalam kondisi
sebagai perubahan kecenderungan intervensi (B) selanjutnya
positif, jika kearah memburuk dikalikan 100%. Jika semakin
maka dicatat sebagai perubahan kecil persentase overlap itu
kecenderungan negatif, dan jika berarti semakin baik
tidak ada perubahan maka dicatat pengaruh intervensi terhadap
sebagai peruabahan target behavior.
kecenderungan tetap.
c. Perubahan Stabilitas Hasil dan Pembahasan
Cara menentukan prubahan
A. Hasil Penelitian
stablitas adalah dengan melihat
1. Penyajian Data
kecenderungan stabilitas pada
Berdasar data yang diperoleh
kondisi yang dibandingkan.
pada kondisi baseline (A) dan kondisi
d. Perubahan Level
intervensi (B) yang dilakukan dengan
Perubahan level antar dua
sistem pencatatan data dengan
kondisi dihitung dengan cara:
observasi langsung selama 19
1) Menentukan data point pada
pertemuan, dapat disajikan dalam
sesi terakhir kondisi baseline
tabel berikut:
(A) dan data point pada sesi
pertama kondisi intervensi (B).

8
Teknik Simak Ulang Ucap Bermedia GambarUntuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

Baseline (A) Tally Frekuensi Hasil analisis visual


Pertemuan dalam kondisi pada tahap
ke- baseline menunjukkan
1 IIII I 6 panjang kondisi yakni 7
2 IIII II 7 pertemuan dengan persentase
3 IIII I 6 85,7% untuk kecenderungan
4 IIII I 6 stabilitasnya yang artinya
5 IIII I 6 stabil. Pada estimasi
6 IIII I 6
kecenderungan arah dan
estimasi jejak data
7 IIII I 6
menunjukkan garis yang
Intervensi (B) Tally Frekuensi
sama yakni mendatar yang
Pertemuan
artinya tidak ada perubahan.
ke-
Untuk level stabilitas dan
8 IIII II 7
rentang menunjukkan data
9 IIII II 7 yang variabel atau tidak stabil
10 IIII III 8 dengan rentang 6-7, dan level
11 IIII III 8 perubahan pada kondisi
12 IIII IIII 9 baseline (A) menunjukkan data
13 IIII IIII 9 (=) yang berarti tidak ada
14 IIII III 8 perubahan pada keterampilan
15 IIII IIII 9 berbicara anak.
16 IIII IIII 10 Hasil analisis visual
17 IIII IIII 9 dalam kondiisi pada fase
18 IIII IIII 9 intervesi menunjukkan
panjang kondisi yakni 12
19 IIII IIII 9
pertemuan dengan persentase
91,67% untuk kecenderungan
2. Analisis Data Hasil stabilitasnya yang artinya
a. Analisis dalam kondisi hasil data stabil. Garis
estimasi kecenderungan arah
Jika seluruh komponen
dan estimasi jejak data arah
pada analisis viisual dalam trendnya meningkat yang
kondisi dmasukkan dalam berarti membaik. Pada level
format stabiltas dan rentang
diperoleh data yang stabil
rangkuman,hasilnya
pada rentang 7-10, dan
sebagai berikut. menunjukkan tanda (+) yang
artinya keterampilan
Kondisi A/1 B/2 berbicara anak terdapat
Panjang 7 12 perubahan membaik
kondisi
Estimasi
b. Analisis antar kondisi
kecenderungan (=) (+)
arah Seluruh komponen
Kecenderungan Stabil Stabil analisis antar kondisi
stabilitas 85,7% 91,67%
apabila disajikan dalam
Estimasi jejak format tabel adalah sebagai
data (=) (+)
berikut:
Level stabilitas Variabel Stabilitas
dan rentang (6 – 7) (7 – 10)

Level Variabel Stabil


perubahan (6-6) (9-7)
0 +2

9
Teknik Simak Ulang Ucap Bermedia GambarUntuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

Perbandingan B1/A1 lainnya seperti meracau atau


Kondisi mengucapkan kata yang sulit
Jumlah variabel 1
yang diubah dipahami orang lain. Hal ini sejalan
Perubahan dengan pendapat Yuwono (2009: 28)
kecenderungan tentang karakteristik anak autis dalam
arah dan efeknya (=) (+) aspek komunikasi dan bahasa yakni
Perubahan
kecenderungan Variabel ke stabil
terlambat berbicara, tidak ada usaha
stabilitas berkomunikasi secara verbal, meracau
dengan bahasa yang sulit dipahami,
Perubahan level (7 - 6) membeo atau berbicara diulang-ulang,
+1
tidak paham pesan atau pembicaraan
Persentase 8,33%
overlap orang lain. Selain itu, pelafalan S.O
dalam berbicara kurang jelas sehingga
kadang sulit dipahami.Teknik simak
Hasil analisis visual antara ulang ucap adalah salah satu
kondisi baseline (A) dengan kondisi
cara/teknik yang sesuai dengan
intervensi (B) menunjukkan bahwa
jumlah variabel dalam penelitian karakteristik S.O. Hal tersebut
adalah satu yakni keterampilan didukung oleh pernyataan
berbicara anak autis. Pada perubahan Setyaningsih (dalam Yastanti, 2015:
kecenderungan arah memperlihatkan 66) bahwa penggunaan teknik simak
arah naik atau meningkat yang ulang ucap digunakan untuk
artinya terjadi peningkatan pada memperkenalkan bunyi
keterampilan berbicara anak autis.
bahasa/fonem beserta cara
Untuk kecenderungan stabilitas juga
terdapat perubahan yaitu dari pengucapannya dengan tepat dan
variabel ke stabil. Perubahan level jelas.
menunjukkan tanda (+) ditinjau dari Penerapan teknik simak ulang
rentang data poin yang berarti ucap yang disertai gambar ternyata
membaik. Pada persentase data cukup dapat meningkatkan
overlap antara fase baseline (A)
keterampilan berbicara S.O khususnya
dengan fase intervensi (B) diperoleh
dalam tahap perkembangan fonologi
nilai sebesar 8,33% yang berarti
program intervensi berpengaruh (bunyi bahasa) yang meliputi
terhadap target behavior yaitu pelafalan bunyi huruf, fonem atau
keterampilan berbicara anak autis. kata. Hal tersebut merupakan salah
satu kriteria penilaian berbicara dalam
B. Pembahasan aspek kebahasaan, pelafalan bunyi.
Berdasarkan hasil analisis data Pengucapan huruf atau kata harus
dan pengujian hipotesis tentang jelas agar dapat dimengerti orang lain
penerapan teknik simak ulang ucap (Subarti Akardiah, dkk, 2015: 29)
bermedia gambar terhadap Perkembangan keterampilan
keterampilan berbicara anak autis berbicara S.O dalam aspek pelafalan
menunjukkan adanya perubahan yang kata ditunjukkan dengan adanya
signifikan. perubahan pada hasil observasi fase
Berdasarkan observasi yang baseline (A) dengan fase intervensi (B).
dilakukan, subjek penelitian bernama Fase baseline (A) dilakukan selama 7
S.O merupakan anak autis yang sesi (7 hari) dimana peneliti
mengalami gangguan berbicara. mengukur seberapa banyak kata yang
Keterampilan berbicara anak sangat diucapkan anak dengan pelafalan jelas
minim dan terkadang masih tanpa pemberian intervensi. Kata
menunjukkan gangguan bicara

10
Teknik Simak Ulang Ucap Bermedia GambarUntuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

tersebut meliputi kata ‘ikan’, ‘ayam’, dan keberaniannya dalam melakukan


‘kuda’, ‘sapi’ dan ‘gajah’. S.O hanya simak ulang ucap juga cukup baik.
diperlihatkan media gambar dan Apalagi penggunaan media gambar
diberi stimulus/pertanyaan sederhana lebih memicu kontak mata S.O ketika
untuk mendapatkan respon, agar melakukan interaksi. S.O menjadi
dapat dihitung jumlah kata yang tertarik dalam proses pembelajaran
diucapkan. Batas waktu yang dan mau menyimak ucapan guru. Hal
diberikan untuk setiap kata adalah 30 ini ditunjukkan pula dalam penelitian
detik berdasarkan observasi awal pra yang dilakukan Ratnasari,dkk (2016:
baseline. Dari lima kata tersebut, ada 10) bahwa penggunaan metode simak
beberapa kata yang pelafalannya ulang ucap dalam pembelajaran
kurang jelas sehingga terdengar ada mendorong tumbuhnya rasa senang
huruf yang hilang. Seperti kata ‘ikan’ siswa terhadap pelajaran,
menjadi ‘ika’, kata ‘sapi’ menjadi ‘api’ memfasilitasi siswa dalam belajar,
atau ‘saki’, kata ‘gajah’ menjadi ‘aja’ menumbuhkan dan meningkatkan
atau ‘gaja’, kata ‘kuda’ menjadi ‘uda’ motivasi dalam mengerjakan tugas,
atau ‘kuka’. Sedangkan pada fase memberikan kemudahan siswa dalam
intervensi (B) yang dilakukan selama memahami pelajaran sehingga siswa
12 sesi (12 hari) sudah menunjukkan mencapai keterampilan berbicara
adanya perubahan/peningkatan. yang baik dan benar.
Namun dari lima kata tersebut, ada Dengan demikian, pemilihan
satu kata yang kadang masih kurang teknik simak ulang ucap bermedia
jelas pengucapannya, yakni kata gambar sebagai program intervensi
‘gajah’. sesuai dengan karakteristik S.O dan
Selain hasil observasi, cukup memberikan dampak
peningkatan keterampilan berbicara perubahan yang positif terhadap
S.O dapat dilihat dari hasil keterampilan berbicara S.O khususnya
perhitungan dan analisis data yang dalam hal pelafalan kata atau bunyi
diperoleh. Fase baseline (A) presentasi bahasa. Seperti yang diungkapkan
stabilitasnya sebesar 85,7% dengan Tarigan (dalam Suryani, 2012: 6)
rentang (6-7) dan arah trendnya bahwa teknik simak ulang ucap
mendatar yang berarti tidak ada dipergunakan dalam
perubahan keterampilan berbicara memperkenalkan bunyi bahasa dan
S.O. Sedangkan pada fase intervensi cara mengucapkannya dimana guru
(B), prsentasi stabilitasnya 91,67% sebagai model mengucapkan atau
dengan rentang angka (7-10) dan arah membacakan bunyi bahasa tertentu
trendnya menaik. Artinya bahwa ada seperti fonem, kata, kalimat, dengan
peningkatan keterampilan berbicara jelas dan intonasi yang tepat.
S.O dari fase baseline (A) ke fase
intervensi (B). PENUTUP
Melalui penerapan teknik simak SIMPULAN
ulang ucap, dapat terjalin interaksi Berdasarkan hasil penelitian dan
timbal balik yang cukup baik antara analisis data, dapat disimpulkan bahwa
S.O dan guru. S.O terlibat secara pada hasil analisis visual dalam kondisi
langsung dalam proses pembelajaran diantaranya adalah estimasi
baik secara fisik maupun mental. kecenderungan arah fase baseline (A)
Selain ada peningkatan dalam arah trendnya mendatar, fase intervensi
keterampilan berbicaranya, gesture (B) menunjukkan arah trendnya menaik,

11
Teknik Simak Ulang Ucap Bermedia GambarUntuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

stabilitas data fase baseline (A) 75% Kemangkon Kecamatan Kemangkon.


artinya data variabel (tidak stabil) Skripsi tidak diterbitkan.
dengan rentang 6-7, fase intervensi (B) Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta
diperoleh rentang 7-10 dengan data
(eprints.Uny.ac.id/7578/2, diakses
yang stabil yaitu 91,67%, level 24 Februari 2017)
perubahan menunjukkan tanda (+) yang
berarti perubahan membaik. Sedangkan Anggraeni, Astri Widyaruli. 2016.
pada hasil analisis visual antar kondisi Linguistik Terapan Dalam
diantaranya adalah perubahan Pembelajaran: Suatu Tinjauan
Pemerolehan Bahasa Anak Autis Dalam
kecenderungan arah antar kondisi yakni
Komunikasi Verbal. Jember:
mendatar ke menaik yang artinya ada Universitas Muhammadiyah Jember
perubahan positif. Perubahan stabilitas (digilib.unmuhjember.ac.id, diakses
antar kondisi dari variabel (tidak stabil) 25 Maret 2017)
ke stabil. Perubahan level menunjukkan
tanda (+) yang berarti membaik dengan Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur
Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik.
persentase overlap sebesar 8,33%.
Jakarta: Rineka Cipta
Mengacu pada hipotesis awal dan
hasil analisis data, maka dapat Danuatmaja, Bonny. 2008. Terapi Anak
disimpulkan bahwa ada peningkatan Autis di Rumah.
keterampilan keterampilan berbicara anak
autis dengan diterapkannya teknik simak Dephie, Bandi. 2006. Autism Usia Dini.
ulang ucap bermedia gambar. Bandung: Risqi Press

Handojo. 2003. Autisma: Petunjuk Praktis


SARAN dan Pedoman Materi Untuk Mengajar
Penerapan teknik simak ulang Anak Normal, Autis, dan Perilaku
ucap dalam meningkatkan keterampilan Lain. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
berbicara anak autis memerlukan Populer
waktu. Kunci utama dalam penerapan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi
teknik ini adalah guru, terapis ataupun Ketiga). 2003. Pusat Bahasa
orang tua yang berperan sebagai model. Departemen Pendidikan Nasional.
Karena anak menirukan berdasarkan Jakarta: Balai Pustaka
apa yang dilihat dan didengar. Maka
sangat penting sebagai model Librayanti, Nindya Ayu. 2018. Pengaruh
Metode Talking Stick Terhadap
memberikan contoh dengan pelafalan
Kemampuan Berbicara Anak Autis di
dan intonasi yang jelas. Selain itu, media SLB Harmoni Sidoarjo. Skripsi tidak
gambar dapat digunakan sebagai diterbitkan. Surabaya: UNESA
alternatif untuk menarik atensi anak dan
juga memberikan pemahaman tentang N. Indah, Rohmani. 2012. Gangguan
arti kata yang diucapkan. Penerapan Berbahasa. Malang: UIN-Maliki Press
teknik simak ulang ucap dapat
dikembangkan sesuai karakteristik dan Nurbiana Dhini, dkk. 2007. Metode
Pengembanggan Bahasa. Pusat
tingkat kemampuan anak.
Penerbitan Universitas Terbuka

DAFTAR PUSTAKA Ratnasari, Ni Ketut Windu; Arini, Ni


Wayan; Murda, I Nyoman. 2016.
Agustin, Aditya. 2012. Pengaruh Hasil Penerapan Metode Simak Ulang
Pengembangan Media Gambar Ucap Berbantuan Media Audio
Terhadap Hasil Belajar Matematika untuk Meningkatkan Keterampilan
Siswa kelas I SDN Se-Gugus Berbicara Mata Pelajaran Bahasa

12
Teknik Simak Ulang Ucap Bermedia GambarUntuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

Indonesia Siswa Kelas II, (Online), (repository.uin-


(http://ejournal.Undiksha.ac.id, suska.ac.id/5439/1/2, diakses 21
diakses 28 November 2016) November 2016)

Riyanti, Dwi. 2015. Peningkatan Tarigan, Henry Guntur. 2008.


Keterampilan Berbicara Melalui Berbicara Sebagai Suatu
Penggunaan Media Pop Up Pada Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Siswa Kelas II SDN Widoro Angkasa
Kecamatan Pengasih. Skripsi tidak
diterbitkan. Yogyakarta: UNY Tarmansyah. 1996. Gangguan
(http:eprints.uny.ac.id/2400/21, Komunikasi. Departemen
diakses 13 September 2018) Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jenderal Pendidikan
Sadiman. 2006. Media Pendidikan. Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga
Jakarta: Grafindo Persada Guru

Sadiiman. 2009. Media Pendidiikan: Thompson, Jenny. 2012. Memahami


Pengertian, pengembangan dan Anak Berkebutuhan Khusus.
Pemanfaatanya. Jakarta: Rajawali Terjemahan Eka Widayati. Jakarta:
Pers Esensi Erlangga Group

Sintadewi, Ni Gusti Ayu; Sriasih, Sang Williams, Chris dan Wright, Barry.
Ayu Putuh; Sudiana, I Nyoman. 2007. How To Live With Autism and
2017. Teknik Penilaian Keterampilan Asperger Syndrome. Terjemahan
Berbicara Dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMAN 4 Tim DR. Jakarta: Dian Rakyat
Denpasar, (Online),
(http://ejournal.upg.ac.id/2017/7 Yastanti, Unpris. 2015. Pengaruh
, diakses 13 September 2018) Penguasaan Tata Bahasa Terhadap
Kemampuan Menyimak Bahasa
Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Inggris. Vol. 7 (1): hal. 62-72
Penelitian. Bandung: Alfabeta (ejournal.bsi.ac.id/7_Unpris.pdf,
diunduh 24 Februari 2017)
Sunanto, Juang; Takeuchi, Koji;
Nakata, Hideo. 2005. Pengantar Yuwono, Joko. 2009. Memahami Anak
Penelitian Dengan Subjek Tunggal. Autis (Kajian Teoritik dan Empirik).
Center for Research on International Bandung: Alfabeta
Cooperation in Educational
Development (CRICED): University Zuhriyah, Yani. 2012. Upaya
of Tsukuba Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Melalui Model
Suryani, Eli. 2012. Peningkatan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Kemampuan Menyimak Cerita Anak Pada Anak Kelompok B Darul Athfal
dengan Metode Simak Ulang Ucap Cokroaminoto 01 Kalibenda,
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Banjarnegara. Skripsi tidak
Siswa Kelas V MI Swasta Rumbio diterbitkan. Yogyakarta: UNY
Kecamatan Kampar. Skripsi tidak (eprints.uny.ac.id/8074/1/,
diterbitkan. Pekanbaru: UIN diakses 20 November 2016)
Sultan Syarif Kasim Riau

13

Anda mungkin juga menyukai