KELAS I
PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOG
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alasan kami memilih kasus ini, karena ingin mengetahui apa yang menyebabkan
seorang anak mengalami keterlambatan berbicara dan bahasa, serta bagaimana perlakuan
yang diberikan orang tua(orang tua asuh) dan lingkungan menanggapi permasalahan
keterlambatan berbicara dan bahasa pada anak. Dalam observasi pada kasus ini kita lebih
banyak berbicara dengan anak yang mengalami keterlambatan berbicara dan Bahasa
dibandingkan dengan orang tua asuhnya, karena kami ingin mengetahui bentuk kata-kata
ataupun Bahasa yang dapat diucapkan oleh si anak tersebut.
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kasus
1) Judul Penelitian
Kasus yang kita angkat yaitu “ Keterlambatan berbicara (Speech delay) dan
bahasa pada anak yang berusia 2-5 tahun, tentunya hal tersebut tidak jarang kita temui
disekitar kita, dimana anak yang mengalami keterlambatan bicara dianggap tidak
normal dibandingkan dengan kemampuan anak yang seusia dengannya yang menjadi
penyebab terjadinya kasus tersebut karena tidak adanya model yang dapat ditiru dan
diserap oleh anak yang berkaitan dengan fungsi berbicara pada anak, selanjutnya
adalah motivasi anak yang kurang untuk bicara, kondisi ini terjadi apabila anak
merasakan bahwa secara psikologis bicara adalah sebagai ancaman (Miller & Schaaf,
2008), Gangguan pendengaran juga menjadi salah satu penyebab terjadinya kasus
tersebut dimana anak yang tuli akan mengalami hambatan dalam memproses
informasi bahasa melalui pendengarannya , maka anak tersebut akan mengalami
masalah dalam berkomunikasi dan hanya akan mengembangkan konsep kata melalui
manipulasi gerak bibir padahal sebenarnya hal tersebut dapat diatasi agar si anak dapat
dengan mudah beradaptasi dilingkungan sekitarnya dengan cara melakukan terapi
kecil seperti mencontohkan bunyi-bunyi ke anak agar ia dapat menirunya, selain itu
bisa juga mengajak anak berbicara dan bernyanyi.
2) Metode Penelitian
Metode penelitian yang kami gunakan yaitu penelitian kualitatif yang dimana
kami melakukan wawancara langsung dan observasi terhadap anak yang mengalami
keterlambatan berbicara dan bahasa di Panti Asuhan Berkah Ilahi yang terletak di Jl.
AP Pettarani N0. 20, Pandang, Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90222.
Pada penelitian ini kami melakukan wawancara kepada ibu asuh yang berada di panti
asuhan tersebut dan mengajak bermain anak panti.
Wawancara dilakukan dengan ibu asuh yang ditemui di Panti Asuhan Berkah
Ilahi sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu kami menjelaskan apa speech
delay dan tujuan kami melakukan wawancara dan observasi ini. Adapun pertanyaan
yang di ajukan yaitu :
1. Apakah di panti ada anak yang mengalami keterlambatan berbicara dan Bahasa ?
Jawab : Ya, ada beberapa anak yang mengalami keterlambatan berbicara dan
Bahasa
2. Sebagai ibu asuh, apakah anak sering diajari membaca atau berbicara ?
Jawab : Disini anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya bermain dengan
teman sebayanya dan untuk mengajak anak anak membaca dan belajar
maka mereka akan cepat bosan dan lebih memilih untuk bercerita dengan
teman-temannya
4. Menurut ibu, apa kira-kira yang menjadi penyebab utama anak-anak disini
mengalami keterlambatan berbicara dan Bahasa ?
Jawab : Mungkin yang menjadi penyebab anak-anak disini mengalami
keterlambatan berbicara dan bahasa, karena kurangnya komunikasi
dengan kami(ibu asuh) dan si anak lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk bermain dengan teman sebayahnya jadi untuk
penguasaan bahasanya mengalami keterlambatan.
Selain mewawancarai ibu asuh dipanti tersebut, kami juga melakukan observasi
terhadap anak yang mengalami keterlambatan berbicara dan bahasa, dengan cara
mengajaknya belajar membaca, bernyanyi dan bercerita banyak hal. Terdapat 4 anak
yang mengalami keterlambatan berbicara dan bahasa, yaitu Tison (4 Tahun), Haris (3
Tahun), Indah ( 4 tahun ), dan Nara ( 2 tahun)
1) Tison, sangat aktif dan ceria, akan tetapi untuk berinteraksi dengan orang baru,
tison menjadi diam dan ketika ditanya hanya akan membalas dengan
senyuman. Kemungkinan ini yang menyebabkan pembendaharaan kata yang
dimiliki tison berkurang.
2) Haris, ketika berbicara kurang jelas dan intonasi suara yang sangat pelan atau
kecil yang kadang sulit dipahami kata-katanya.
3) Indah, lebih pendiam dan ketika diajak berbicara ia kesulitan dalam menjawab
dan lebih sering diam dan fokus saat bermain
4) Dokumentasi
B. Aspek Perkembangan yang Berkaitan dengan Kasus
Aspek perkembangan yang berkaitan pada kasus tersebut yaitu berbicara dan
bahasa yang disebabkan karena tidak adanya model yang dapat ditiru dan diserap oleh
anak yang berkaitan dengan fungsi berbicara pada anak, selanjutnya adalah motivasi anak
yang kurang untuk bicara, kondisi ini terjadi apabila anak merasakan bahwa secara
psikologis bicara adalah sebagai ancaman (Miller & Schaaf, 2008), Gangguan
pendengaran juga menjadi salah satu penyebab terjadinya kasus tersebut dimana anak
yang tuli akan mengalami hambatan dalam memproses informasi bahasa melalui
pendengarannya , maka anak tersebut akan mengalami masalah dalam berkomunikasi
dan hanya akan mengembangkan konsep kata melalui manipulasi gerak bibir.
C. Dasar Teori
Menurut Hurlock (1997), seorang anak dikatakan terlambat bicara apabila tingkat
perkembangan bicara berada di bawah tingkat kualitas perkembangan bicara anak yang
umurnya sama yang dapat diketahui dari ketepatan penggunaan kata. Apabila pada saat
teman sebaya mereka berbicara dengan menggunakan kata-kata, sedangkan si anak terus
menggunakan isyarat dan gaya bicara bayi maka anak yang demikian dianggap orang lain
terlalu muda untuk diajak bermain. Sedangkan Papalia (2004) menjelaskan bahwa anak
yang terlambat bicara adalah anak yang pada usia 2 tahun memliki kecenderungan salah
dalam menyebutkan kata, kemudian memiliki perbendaharaan kata yang buruk pada usia
3 tahun, atau juga memiliki kesulitan dalam menamai objek pada usia 5 tahun. Dan anak
yang seperti itu, nantinya mempunyai kecenderungan tidak mampu dalam hal membaca.
Kriteria diagnosis gangguan berbahasa yaitu kesulitan dalam memperoleh dan
menggunakan bahasa pada berbagai modalitas (misalnya secara wicara, tertulis, bahasa
isyarat, atau lainnya) karena adanya kekurangan dalam pemahaman atau produksi yang
meliputi sebagai berikut;
a. Berkurangnya kosakata (pengetahuan dan penggunaan kata).
b. Struktur kalimat yang terbatas (kemampuan untuk menyusun kata dan
akhiran kata secara bersama-sama untuk membentuk kalimat berdasarkan
aturan tata bahasa dan morfologi).
c. Gangguan pada bercerita (kemampuan untuk menggunakan kosakata dan
menghubungkan kalimat untuk menjelaskan atau menggambarkan suatu
topik atau serangkaian kejadian atau untuk melakukan percakapan).
D. Keterkaitan Kasus dengan Teori
Speech delay (terlambat bicara) adalah istilah yang sering diberikan oleh dokter
anak kepada anak-anak ini. Namun, terminologi speech delay sendiri bukan merupakan
diagnosis, terminologi ini hanya digunakan untuk menunjukan keadaan keterlambatan
bicara. Sebab, keterlambatan berbicara adalah sebuah gejala dari suatu diagnosis tertentu.
Jadi, jika menerima istilah bahwa anak kita mengalami keterlambatan bicara dengan
mengatakan bahwa si anak mengalami speech delay, lalu dianjurkan untuk diberi terapi
wicara, kita juga akan kesulitan menentukan bentuk terapi wicara yang seperti apa. Bisa
jadi nanti justru kita menerima terapi wicara yang terlalu umum dan tidak menegena pada
sasaran, atau justru salah pendekatan yang bisa menyebabkan anak menjadi trauma. Anak
yang mengalami speech delay juga tergolong dalam gangguan pada ekspresi bahasa,
misalnya kesulitan menyampaikan pikiran-pikiran dalam bentuk kalimat yang baik,
kesulitan menyusun kata-kata yang baik, atau kesulitan menyusun elemen cerita secara
runtut. Namun pada umumnya ia tidak mengalami kesulitan penerimaan bahasa, ia juga
pandai berbahasa simbolik. Hanya saja saat anak itu masih kecil atau balita dimana belum
mengalami perkembangan berbahasa secara baik, ia juga mengalami kekurangan daftar
kata-kata, sehingga jika diajak berbicara juga masih mengalami kesulitan pemahaman
bahasa dan juga kesulitan mengambil daftar kata dalam memorinya.
KESIMPULAN
Berbicara merupakan faktor penting untuk melakukan interaksi dengan orang lain guna
untuk menjalin keakraban dan juga pemikiran. Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem
lambang yang digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya
yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Dalam penelitian ini bisa dilihat
bahwa keterlambatan bicara terjadi karena kurangnya komunikasi dengan ibu asuh dan si anak
lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dengan teman sebayahnya, serta
kurangnya pelatihan dan pengenalan kosa kata baru sehingga untuk penguasaan bahasanya
mengalami keterlambatan. Tanda-tanda keterlambatannya bisa dilihat dari saat berinteraksi
anak akan merespon dengan lambat ketika diajak berbicara, berbicara kurang jelas dan
intonasi suara yang sangat pelan atau kecil yang kadang sulit dipahami kata-katanya, lebih
pendiam dan ketika diajak berbicara ia kesulitan dalam menjawab, Dan juga lebih sering
menggunakan bahasa tubuhnya. Pencegahan yang bisa mengurangi keterlambatan bicara
yaitu dianjurkan untuk diberi terapi wicara, kita juga akan kesulitan menentukan bentuk terapi
wicara yang seperti apa. Bisa jadi nanti justru kita menerima terapi wicara yang terlalu umum
dan tidak menegena pada sasaran, atau justru salah pendekatan yang bisa menyebabkan anak
menjadi trauma.
KETERLAMBATAN BICARA DAN BERBAHASA
SPEECH DELAY
32%
pada Si Kecil di masa pertumbuhannya.
,
biotechnology Information prevalensi gangguan Speech Delay pada anak
diharapkan dapat