Anda di halaman 1dari 10

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

KETERLAMBATAN BERBICARA (SPEECH


DELAY) DAN BAHASA PADA ANAK USIA 2-5
TAHUN

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH

Dr. Dian Novita Siswanti, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog

Eka Sufartianinsih Jafar, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog

Disusun Oleh Kelompok 4

Putri Fahrani : 210701500049

Putri Ningra : 210701502125

Putri Ratuliana : 210701501085

Putri Yulianti Puji Pangesti : 210701502088

Putri Zalha : 210701500064

KELAS I
PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOG
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kegiatan berkomunikasi, berbicara merupakan faktor penting untuk


melakukan interaksi dengan orang lain guna untuk menjalin keakraban dan juga pemikiran.
Secara sederhana bicara dapat diartikan sebagai suatu proses pengucapan bunyi-bunyi
yang dilakukan oleh manusia menggunakan alat ucap. Dalam pengertian lain, bicara
merupakan produksi suara secara sistematis yang merupakan hasil penggabungan dua
aktivitas, yaitu aktivitas motorik dan proses kognitif. Menurut E. Espir berpendapat bahwa
Berbicara merupakan suatu hal yang didapat melalui proses belajar. Berdasarkan pendapat
tersebut, dapat dikatakan bahwa bicara itu tidak diperoleh secara otomatis, artinya bicara
diperoleh melalui suatu proses peniruan bunyi-bunyi bahasa dari lingkungannya
Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam
berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar
gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara mengacu pada
simbol verbal. Selain dengan menggunakan simbol verbal, bahasa dapat juga diekspresikan
melalui tulisan, tanda gestural dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi
nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan
tangan dan lengan untuk menekankan makna bicara. Pantomim adalah sebuah cara
komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang mencakup beberapa
gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian tubuh) dengan makna yang
berbeda-beda). Kemampuan bicara dan bahasa melibatkan perkembangan kognitif,
sensorimotor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kemampuan bahasa pada
umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) dan
kemampuan ekspresif (berbicara). Kemampuan bicara lebih dapat dinilai daripada
kemampuan lainnya sehingga pembahasan mengenai kemampuan bahasa lebih sering
dikaitkan dengan kemampuan berbicara. Kemahiran dalam bahasa dan berbicara
dipengaruhi oleh faktor intrinsik (dari anak) dan faktor ekstrinsik (dari lingkungan).
Menurut Hurlock bahwa “apabila tingkat perkembangan bicara berada dibawah
tingkat kualitas perkembangan bicara anak yang umurnya sama yang dapat diketahui dari
ketepatan kata, maka hubungan sosial anak akan terhambat sama halnya apabila
keterampilan bermain mereka dibawah keterampilan bermain teman sebayanya”.
Maksudnya ialah apabila perkembangan bahasa anak berbeda dengan tingkat
perkembangan bahasa anak lain seusianya maka anak akan mengalami hambatan dalam
interaksi sosialnya.
Anak dikatakan terlambat berbicara, jika pada usia kemampuan produksi suara dan
berkomunikasi di bawah rata-rata anak seusianya. Pada hakikatnya, aspek berbicara
merupakan salah satu aspek perkembangan seorang anak yang dimulai sejak lahir.
Kemampuan anak untuk berkomunikasi dimulai dengan reaksinya terhadap bunyi atau
suara ibu bapaknya, bahkan di usia 2 bulan anak sudah menunjukkan senyum sosial pada
semua orang yang berinteraksi dengannya. Diusia 18 bulan anak sudah mampu memahami
dan mengeluarkan sekitar 20 kosa kata yang bermakna. Sedangkan di usia 2 tahun sudah
mampu mengucapkan 1 kalimat yang terdiri dari 2 kata, misalnya “mama pergi”, “aku
pipis”. Jika anak tidak mengalami hal tersebut bisa dikategorikan anak tersebut mengalami
keterlambatan berbicara (speech delayed). Gangguan bicara (speech delay) adalah suatu
keterlambatan dalam berbahasa ataupun berbicara.
Masalah keterlambatan berbicara pada anak merupakan masalah yang cukup serius
yang harus segera ditangani karena merupakan salah satu penyebab gangguan
perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan berbicara dapat
diketahui dari ketepatan penggunaan kata, yang ditandai dengan pengucapan yang tidak
jelas dan dalam berkomunikasi hanya dapat menggunakan bahasa isyarat, sehingga orang
tua maupun orang yang ada disekitarnya kurang dapat memahami anak tersebut, walaupun
si anak ini sebenarnya dapat memahami apa yang dibicarakan orang di sekitarnya.

B. Alasan Memilih Kasus

Alasan kami memilih kasus ini, karena ingin mengetahui apa yang menyebabkan
seorang anak mengalami keterlambatan berbicara dan bahasa, serta bagaimana perlakuan
yang diberikan orang tua(orang tua asuh) dan lingkungan menanggapi permasalahan
keterlambatan berbicara dan bahasa pada anak. Dalam observasi pada kasus ini kita lebih
banyak berbicara dengan anak yang mengalami keterlambatan berbicara dan Bahasa
dibandingkan dengan orang tua asuhnya, karena kami ingin mengetahui bentuk kata-kata
ataupun Bahasa yang dapat diucapkan oleh si anak tersebut.
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus

1) Judul Penelitian

Kasus yang kita angkat yaitu “ Keterlambatan berbicara (Speech delay) dan
bahasa pada anak yang berusia 2-5 tahun, tentunya hal tersebut tidak jarang kita temui
disekitar kita, dimana anak yang mengalami keterlambatan bicara dianggap tidak
normal dibandingkan dengan kemampuan anak yang seusia dengannya yang menjadi
penyebab terjadinya kasus tersebut karena tidak adanya model yang dapat ditiru dan
diserap oleh anak yang berkaitan dengan fungsi berbicara pada anak, selanjutnya
adalah motivasi anak yang kurang untuk bicara, kondisi ini terjadi apabila anak
merasakan bahwa secara psikologis bicara adalah sebagai ancaman (Miller & Schaaf,
2008), Gangguan pendengaran juga menjadi salah satu penyebab terjadinya kasus
tersebut dimana anak yang tuli akan mengalami hambatan dalam memproses
informasi bahasa melalui pendengarannya , maka anak tersebut akan mengalami
masalah dalam berkomunikasi dan hanya akan mengembangkan konsep kata melalui
manipulasi gerak bibir padahal sebenarnya hal tersebut dapat diatasi agar si anak dapat
dengan mudah beradaptasi dilingkungan sekitarnya dengan cara melakukan terapi
kecil seperti mencontohkan bunyi-bunyi ke anak agar ia dapat menirunya, selain itu
bisa juga mengajak anak berbicara dan bernyanyi.

2) Metode Penelitian

Metode penelitian yang kami gunakan yaitu penelitian kualitatif yang dimana
kami melakukan wawancara langsung dan observasi terhadap anak yang mengalami
keterlambatan berbicara dan bahasa di Panti Asuhan Berkah Ilahi yang terletak di Jl.
AP Pettarani N0. 20, Pandang, Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90222.
Pada penelitian ini kami melakukan wawancara kepada ibu asuh yang berada di panti
asuhan tersebut dan mengajak bermain anak panti.

3) Hasil Observasi dan Wawancara

Wawancara dilakukan dengan ibu asuh yang ditemui di Panti Asuhan Berkah
Ilahi sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu kami menjelaskan apa speech
delay dan tujuan kami melakukan wawancara dan observasi ini. Adapun pertanyaan
yang di ajukan yaitu :

1. Apakah di panti ada anak yang mengalami keterlambatan berbicara dan Bahasa ?
Jawab : Ya, ada beberapa anak yang mengalami keterlambatan berbicara dan
Bahasa

2. Sebagai ibu asuh, apakah anak sering diajari membaca atau berbicara ?
Jawab : Disini anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya bermain dengan
teman sebayanya dan untuk mengajak anak anak membaca dan belajar
maka mereka akan cepat bosan dan lebih memilih untuk bercerita dengan
teman-temannya

3. Bahasa apa saja yang diketahui dan diajari kepada anak ?


Jawab : Anak-anak disini hanya tahu Bahasa sehari-hari mereka, mungkin karena
lebih banyak berinteraksi dengan temannya sehingga penguasaan bahasa
dan kata-kata yang dikeluarkan oleh si anak belum seperti anak yang
lainnya.

4. Menurut ibu, apa kira-kira yang menjadi penyebab utama anak-anak disini
mengalami keterlambatan berbicara dan Bahasa ?
Jawab : Mungkin yang menjadi penyebab anak-anak disini mengalami
keterlambatan berbicara dan bahasa, karena kurangnya komunikasi
dengan kami(ibu asuh) dan si anak lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk bermain dengan teman sebayahnya jadi untuk
penguasaan bahasanya mengalami keterlambatan.

Selain mewawancarai ibu asuh dipanti tersebut, kami juga melakukan observasi
terhadap anak yang mengalami keterlambatan berbicara dan bahasa, dengan cara
mengajaknya belajar membaca, bernyanyi dan bercerita banyak hal. Terdapat 4 anak
yang mengalami keterlambatan berbicara dan bahasa, yaitu Tison (4 Tahun), Haris (3
Tahun), Indah ( 4 tahun ), dan Nara ( 2 tahun)

1) Tison, sangat aktif dan ceria, akan tetapi untuk berinteraksi dengan orang baru,
tison menjadi diam dan ketika ditanya hanya akan membalas dengan
senyuman. Kemungkinan ini yang menyebabkan pembendaharaan kata yang
dimiliki tison berkurang.

2) Haris, ketika berbicara kurang jelas dan intonasi suara yang sangat pelan atau
kecil yang kadang sulit dipahami kata-katanya.

3) Indah, lebih pendiam dan ketika diajak berbicara ia kesulitan dalam menjawab
dan lebih sering diam dan fokus saat bermain

4) Nara, mengalami kesulitan dalam membuat kata pertama atau memulai


pembicaraan sehingga si anak menjadi enggan untuk berbicara dan bersikap
acuh dengan sekitarnya. Dan juga lebih sering menggunakan bahasa tubuhnya.

4) Dokumentasi
B. Aspek Perkembangan yang Berkaitan dengan Kasus
Aspek perkembangan yang berkaitan pada kasus tersebut yaitu berbicara dan
bahasa yang disebabkan karena tidak adanya model yang dapat ditiru dan diserap oleh
anak yang berkaitan dengan fungsi berbicara pada anak, selanjutnya adalah motivasi anak
yang kurang untuk bicara, kondisi ini terjadi apabila anak merasakan bahwa secara
psikologis bicara adalah sebagai ancaman (Miller & Schaaf, 2008), Gangguan
pendengaran juga menjadi salah satu penyebab terjadinya kasus tersebut dimana anak
yang tuli akan mengalami hambatan dalam memproses informasi bahasa melalui
pendengarannya , maka anak tersebut akan mengalami masalah dalam berkomunikasi
dan hanya akan mengembangkan konsep kata melalui manipulasi gerak bibir.

C. Dasar Teori

Menurut Hurlock (1997), seorang anak dikatakan terlambat bicara apabila tingkat
perkembangan bicara berada di bawah tingkat kualitas perkembangan bicara anak yang
umurnya sama yang dapat diketahui dari ketepatan penggunaan kata. Apabila pada saat
teman sebaya mereka berbicara dengan menggunakan kata-kata, sedangkan si anak terus
menggunakan isyarat dan gaya bicara bayi maka anak yang demikian dianggap orang lain
terlalu muda untuk diajak bermain. Sedangkan Papalia (2004) menjelaskan bahwa anak
yang terlambat bicara adalah anak yang pada usia 2 tahun memliki kecenderungan salah
dalam menyebutkan kata, kemudian memiliki perbendaharaan kata yang buruk pada usia
3 tahun, atau juga memiliki kesulitan dalam menamai objek pada usia 5 tahun. Dan anak
yang seperti itu, nantinya mempunyai kecenderungan tidak mampu dalam hal membaca.
Kriteria diagnosis gangguan berbahasa yaitu kesulitan dalam memperoleh dan
menggunakan bahasa pada berbagai modalitas (misalnya secara wicara, tertulis, bahasa
isyarat, atau lainnya) karena adanya kekurangan dalam pemahaman atau produksi yang
meliputi sebagai berikut;
a. Berkurangnya kosakata (pengetahuan dan penggunaan kata).
b. Struktur kalimat yang terbatas (kemampuan untuk menyusun kata dan
akhiran kata secara bersama-sama untuk membentuk kalimat berdasarkan
aturan tata bahasa dan morfologi).
c. Gangguan pada bercerita (kemampuan untuk menggunakan kosakata dan
menghubungkan kalimat untuk menjelaskan atau menggambarkan suatu
topik atau serangkaian kejadian atau untuk melakukan percakapan).
D. Keterkaitan Kasus dengan Teori
Speech delay (terlambat bicara) adalah istilah yang sering diberikan oleh dokter
anak kepada anak-anak ini. Namun, terminologi speech delay sendiri bukan merupakan
diagnosis, terminologi ini hanya digunakan untuk menunjukan keadaan keterlambatan
bicara. Sebab, keterlambatan berbicara adalah sebuah gejala dari suatu diagnosis tertentu.
Jadi, jika menerima istilah bahwa anak kita mengalami keterlambatan bicara dengan
mengatakan bahwa si anak mengalami speech delay, lalu dianjurkan untuk diberi terapi
wicara, kita juga akan kesulitan menentukan bentuk terapi wicara yang seperti apa. Bisa
jadi nanti justru kita menerima terapi wicara yang terlalu umum dan tidak menegena pada
sasaran, atau justru salah pendekatan yang bisa menyebabkan anak menjadi trauma. Anak
yang mengalami speech delay juga tergolong dalam gangguan pada ekspresi bahasa,
misalnya kesulitan menyampaikan pikiran-pikiran dalam bentuk kalimat yang baik,
kesulitan menyusun kata-kata yang baik, atau kesulitan menyusun elemen cerita secara
runtut. Namun pada umumnya ia tidak mengalami kesulitan penerimaan bahasa, ia juga
pandai berbahasa simbolik. Hanya saja saat anak itu masih kecil atau balita dimana belum
mengalami perkembangan berbahasa secara baik, ia juga mengalami kekurangan daftar
kata-kata, sehingga jika diajak berbicara juga masih mengalami kesulitan pemahaman
bahasa dan juga kesulitan mengambil daftar kata dalam memorinya.
KESIMPULAN

Berbicara merupakan faktor penting untuk melakukan interaksi dengan orang lain guna
untuk menjalin keakraban dan juga pemikiran. Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem
lambang yang digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya
yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Dalam penelitian ini bisa dilihat
bahwa keterlambatan bicara terjadi karena kurangnya komunikasi dengan ibu asuh dan si anak
lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dengan teman sebayahnya, serta
kurangnya pelatihan dan pengenalan kosa kata baru sehingga untuk penguasaan bahasanya
mengalami keterlambatan. Tanda-tanda keterlambatannya bisa dilihat dari saat berinteraksi
anak akan merespon dengan lambat ketika diajak berbicara, berbicara kurang jelas dan
intonasi suara yang sangat pelan atau kecil yang kadang sulit dipahami kata-katanya, lebih
pendiam dan ketika diajak berbicara ia kesulitan dalam menjawab, Dan juga lebih sering
menggunakan bahasa tubuhnya. Pencegahan yang bisa mengurangi keterlambatan bicara
yaitu dianjurkan untuk diberi terapi wicara, kita juga akan kesulitan menentukan bentuk terapi
wicara yang seperti apa. Bisa jadi nanti justru kita menerima terapi wicara yang terlalu umum
dan tidak menegena pada sasaran, atau justru salah pendekatan yang bisa menyebabkan anak
menjadi trauma.
KETERLAMBATAN BICARA DAN BERBAHASA

SPEECH DELAY

Speech Delay merupakan salah satu

gangguan komunikasi yang wajar terjadi

32%
pada Si Kecil di masa pertumbuhannya.

Namun jika hal ini dibiarkan, Speech Delay

dapat menjadi gangguan serius yang

berpengaruh pada kecerdasan dan juga

perilaku Si Kecil di masa depan.

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan oleh National Centre for

,
biotechnology Information prevalensi gangguan Speech Delay pada anak

berkisar 1 hingga 32 persen pada populasi normal.

untuk itu orang tua

diharapkan dapat

mengetahui gejala gejala

speech agar dapat

mendeteksi sejak dini.

Gejala speech delay


1. Tidak mengoceh saat memasuki usia
15 bulan.
2. Anak tidak dapat mengucapkan kata
yang jelas saat berusia 2 tahun.
3. Tidak mampu mengucapkan kalimat
pendek ketika berusia 3 tahun.
4. Kesulitan mengikuti petunjuk.
5. Artikulasi atau pengucapan tidak
jelas.
6. Sulit menyatukan kata-kata dalam
sebuah kalimat.
Penyebab speech delay
1. Gangguan berbiacara dan bahasa

Keterlambatan bahasa merupakan kondisi


ketika anak kesusahan dalam menyusun
frasa yang dapat dimengerti. Sementara
keterlambatan berbicara adalah
sebaliknya, yaitu saat anak berkomunikasi
non-verbal, dan tidak dapat mengucapkan
banyak kata.
2. Masalah pada mulut
Kondisi ini disebut juga dengan istilah
ankyloglossia yang menyebabkan lidah
tidak bebas bergerak karena frenulum
lidah yang terlalu pendek. Kondisi ini akan
menyulitkan untuk membuat suara
Cara Mengatasi Speech Delay tertentu terutama huruf D, L, R, S, T, Z, Th.
1. Sering ajak Si Kecil mengobrol 3. Gangguan pendengaran
Saat mengobrol dengan Si Kecil, Bunda tidak Gejalanya anak terlihat ketika ia tak
perlu menggunakan kalimat yang panjang. mampu menamai objek tapi baru bisa
Gunakan kalimat kalimat sederhana yang memahaminya saat orang lain
mudah dimengerti Si Kecil sehingga ia tidak memberitahunya lewat gerakan.
kesulitan menjawab pertanyaan Bunda. 4. Autism spectrum disorder
2. Membacakan cerita
Beberapa tandanya antara lain adalah
Salah satu cara mengatasi Speech Delay pada
frasa yang berulang-ulang, perilaku
anak dapat dilakukan dengan membacakan
cerita atau dongeng yang dilengkapi gambar- berulang, gangguan komunikasi verbal
gambar menarik. Hal ini dapat bermanfaat dan nonverbal, gangguan interaksi sosial,
untuk meningkatkan daya imajinasi dan dan penurunan kemampuan bicara dan
menambah kosakata Si Kecil. berbahasa.
3. Batasi screen time 5. Masalah psikologis
Menurut para ahli, anak berusia di bawah 2 Penyebab lain yang dapat menyebabkan Si
tahun sebaiknya tidak menggunakan gawai Kecil mengalami Speech Delay adalah
dalam bentuk apapun, kecuali untuk tujuan masalah psikologis.
video call atau panggilan video. Untuk Si Kecil
yang berusia 2-5 tahun, penggunaan gadget
sebaiknya maksimal 2 jam per hari, itu pun
harus dibawah pengawasan orang tua.
4. Minum dengan sedotan
Minum dengan sedotan dapat membantu
menguatkan otot-otot mulut Si Kecil sehingga
kemampuan berbicaranya menjadi semakin
meningkat. Tapi jangan lupa gunakan sedotan
yang bisa dipakai ulang (reusable) dan juga
ramah lingkungan ya, Bun!
5. Konsultasi dengan dokter/tenaga ahli
Ketika Si Kecil belum mulai mengoceh atau
tidak belum berkata apapun pada usia 1 tahun,
sebaiknya Bunda membawa Si Kecil ke dokter
spesialis anak atau psikolog anak untuk
dilakukan penanganan lebih lanjut.

Infografis : Kelompok 4 psikologi perkembangan anak


Putri Fahrani (210701500049). Putri Ningra (210701502125). Putri Ratuliana
(21070501085). Putri Yulianti Puji.P (210701502088). Putri Zalha (210701500064)

Anda mungkin juga menyukai