Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

PERKEMBANGAN BICARA DAN BAHASA

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH

Dr. Dian Novita Siswanti, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog

Eka Sufartianinsih Jafar, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog

Disusun Oleh Kelompok 4

Putri Fahrani : 210701500049

Putri Ningra
: 210701502125

Putri Ratuliana : 210701501085

Putri Yulianti Puji Pangesti : 210701502088

Putri Zalha
: 210701500064

PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOG
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021

2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Perkembangan Bicara dan Bahasa.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Makassar, 30 Agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.........................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
.........................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................1
C. TUJUAN ....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi Bicara dan Bahasa .........................................................................2
2. Sistem Aturan Bahasa .................................................................................2
3. Tahap Perkembangan Bahasa .....................................................................3
4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa .................................4
5. Kaitan antara Bahasa dan Kognisi ..............................................................5
KESIMPULAN .............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................9

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang sangat
diperlukan bagi perkembangan bahasa anak. Perkembangan bahasa merupakan
kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan. Anak-anak
memasuki awal sekolah sudah mampu berbicara untuk mengekspresikan
kebutuhannya, bertanya, dan untuk belajar tentang dunia yang akan mereka
kembangkan. Namun demikian, mereka belum mampu untuk memahami dan
memproduksi kalimat-kalimat kompleks dan belum memahami variasi penggunaan
bahasa yang didasarkan pada situasi yang berbeda.
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia umumnya dan dalam
kegiatan berkomunikasi khususnya. Seperti dikemukakan oleh Laird bahwa tiada
kemanusiaan tanpa Bahasa dan tiada peradaban tanpa Bahasa lisan (1957 : 16),
manusia tidak berpikir hanya dengan otaknya tetapi juga dengan rasa dan memerlukan
Bahasa sebagai mediumnya. Orang lain tidak akan dapat memahami hasil pemikiran
kita kalua kita tidak diungkapkan dengan menggunakan Bahasa yang baik dan benar

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Definisi Bicara dan Bahasa
2. Menjelaskan Sistem Aturan Bahasa
3. Menjelaskan Tahap Perkembangan Bahasa
4. Menjelaskan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
5. Menjelaskan Kaitan antara Bahasa dan Kognisi

C.Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Definisi Bicara dan Bahasa
2. Mengetahui Sistem Aturan Bahasa
3. Mengetahui Tahap Perkembangan Bahasa
4. Mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
5. Kaitan antara bahasa dan kognisi

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Bicara dan Bahasa
Berbicara menurut Hendrikus (1991: 14) merupakan titik tolak dan retorika,
yang berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang
untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya memberikan informasi/ memberi
motivasi). Dengan kata lain, berbicara adalah salah satu kemampuan khusus pada
manusia. Menurut Djago Tarigan dkk (1997:37) berbicara merupakan keterangan
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan, bicara diartikan sebagai kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan serta perasaan. Sedangkan Menurut
Santrock Bahasa merupakan bentuk komunikasi baik lisan, tulisan, atau benda yang
didasarkan pada sistem simbol. Bahasa terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh
suatu komunitas dan aturan untuk memvariasikan dan menggabungkannya.
2. Sistem Aturan Bahasa
Bahasa adalah sebuah sistem. yang dimaksud dengan sistem adalah susunan
teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi.
Sistem terbentuk oleh sejumlah unsur atau komponen yang saling berhubungan
secara fungsional. Setiap jenjang usia mempunyai tugas perkembangan tersendiri.
Stimulasi yang diberikan disesuaikan dengan tugas perkembangan di setiap jenjang
usia.

Santrock (1995: 178) sistem aturan bahasa mencakup fonologi (phonology)


yaitu studi tentang sitem bunyi-bunyian bahasa. Morfologi (morphology) mengacu
pada ketentetuan pengkombinasian morfem, morfem itu sendiri artinya rangkaian
bunyi terkecil yang memberi makna pada apa yang kita ucapkan dan dengar. Sintaksis
(syntax) melibatkan bagaimana kata-kata dikombinasikan untuk membentuk
ungkapan dan kalimat yang dapat diterima. Semantik (semantic) mengacu pada
makna kata dan kalimat. Pragmatik (pragmatics) merupakan kemampuan untuk
melibatkan diri dalam percakapan yang sesuai dengan maksud dan keinginan.
1. Fronologi : Fronologi berkenaan dengan adanya pertumbuhan dan produksi
sistem bunyi dalam bahasa. setiap bahasa dibentuk dari suara suara dasar.
Fonologi adalah sistem suara dari suatu bahasa, termasuk suara-suara yang
digunakan dan bagaimana suara-suara tersebut dikombinasikan. Bagian

2
terkecil dari sistem bayi adalah fonem, yang dihasilkan sejak bayi lahir hingga
usia satu tahun. Fronologi mempelajari bunyi-bunyian yang digunakan untuk
merangkai kata, aturan untuk menggabungkan bunyi-bunyi, dan intonasi yang
membantu untuk mengkomunikasikan makna
2. Morfologi : Morfologi berkenaan dengan pertimbuhan dan produksi arti
bahasa. Morfologi mengacu pada unit-unit makna yang membentuk formasi
kata. Sebuah morfem adalah unit terkecil yang masih memiliki makna, yang
berupa kata (atau bagian kata) yang tidak dapat dipecah lagi menjadi bagian
bermakna yang lebih kecil. Bagian terkecil dan arti bahasa tersebut disebut
morfem. Ketika anak dapat mengucapkan kalimat satu kata seperti “duduk”,
bisa berarti “saya ingin duduk”.
3. Sintaks : Sintaks meliputi aturan bahasa yang terdiri dari keteraturan dan
fungsi kata. Aturan untuk menggabungkan kata-kata dalam frase dan kalimat.
Sintaksis meliputi bagaimana kata-kata dikombinasikan sehingga membentuk
frasa-frasa dan kalimat-kalimat yang dapat dimengerti.
Misalnya “kakak makan?”, setelah itu anak mengetahui tentang penggunaan
kata tanya yang semestinya.
4. Semantik : Mempelajari makna/ memperoleh kosa kata dan maknanya.
Semantik mengacu pada makna kata dan kalimat. Setiap kata memiliki
sekumpulan makna semantik atau atribut-atribut penting terkait makna kata.
Semantik berkaitan dengan kemampuan anak membedakan berbagai arti kata.
5. Pragmatik : Pragmatik adalah penggunaan bahasa yang tepat terkait
penggunaan bahasa yang tepat dalam konteks-konteks yang berbeda. Sistem
menggunakan pencakapan dan pengetahuan yang tepat terkait penggunaan
bahasa secara efektif dan konteks. Pragmatik berkaitan dengan penggunaan
bahasa dalam mengekspresikan minat dan maksud seseorang untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.

3. Tahap Perkembangan Bahasa


1. Kalimat satu kata : satu tahun s.d satu tahun enam bulan
Kata pertama yang diucapkan anak dimulai dari suara suara rabun seperti
yang kita dengar keluar dari mulut seorang bayi. Merabun merupakan
permainan dengan tenggorokan, mulut dan bibir supaya selaput suara menjadi

3
lebih lembut. Dalam masa ini anak cenderung mengucapkan pengulangan
suara.
Contoh : ma-ma, ma-mi. Sebagian besar dari kata-kata yang diucapkan anak
belum dapat kita sebutkan kata dalam arti yang sebenarnya.
2. Masa memberi nama : satu setengah s.d dua tahun
Setelah pertengahan tahun kedua timbullah dorongan untuk mengetahui nama
semua benda. Pada masa ini anak menyadari bahwa setiap benda mempunyai
nama. Kalimat yang semula terdiri dari sepatah kata itu semakin lama
semakin bertambah sempurna dan sudah jarang terdengar. Ringkasannya
dalam masa kedua ini terdapat masa ap aitu, kalimat dua kata dan kalimat tiga
kata, dan gejala-gejala kesulitan bicara.
3. Masa kalimat tunggal : dua tahun s.d dua setengah tahun
Bahasa dan bentuk kalimat makin baik dan sempurna anak telah
menggunakan kalimat tunggal. Sekarang ia mulai menggunakan awalan dan
akhiran yang membedakan bentuk dan warna Bahasa. Sehubungan dengan
bentuk warna Bahasa itu, anak memerlukan waktu untuk mempelajarinya.
Selanjutnya anak mulai mampu menyatakan pendapatnya tentang
perbandingan.
4. Masa kalimat majemuk : dua tahun enam bulan dan seterusnya
Anak mengucapkan kalimat yang makin Panjang dan makin bagus. Anak
telah mulai menyatakan pendapatnya dengan kalimat majemuk. Sekali-kali
dia menggunakan kata perangai yang akhirnya menimbulkan anak kalimat.
Dalam hal ini anak sering berbuat kesalahan, namun tampaknya ia tidak
berputus asa.

4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa


1. Faktor kesehatan, kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak, terutama pada usia awal kehidupannya. Apabila pada
usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus-menerus, maka anak
tersebut cenderung akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam
perkembangan bahasanya.
2. Intelegensi, perkembangan Bahasa anak dapat dilihat dari tingkat intelegensi.
Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai
intelegensi normal atau di atas normal. Namun begitu, tidak semua anak yang

4
mengalami kelambatan perkembangan bahasanya pada usia awal dianggap
bodoh (Lindgren dalam Yusuf, 2008)
3. Status sosial ekonomi keluarga, beberapa studi tentang hubungan antara
perkembangan bahasa dan status sosial ekonomi keluarga menunjukkan
bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam
perkembangan bahasanya dibandingkan dengan anak yang berasal dari
keluarga yang lebih baik .
4. Jenis kelamin (sex),pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam
vokalisasi antara pria dan wanita. Namun mulai usia dua tahun, anak wanita
menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak pria.

5. Kaitan antara bahasa dan kognisi


Bahasa dan kognisi, dua hal yang berbeda yang konom memiliki hubungan
yang erat karena satu sama lainnya saling mempengaruhi. Mitos tersebut sudah ada
sejak lama ada, dan sudah sejak lama pula terdapat penelitian yang berkaitan dengan
bahasa dan pikiran (kognisi). Pakar Psikolinguistik yang mendalami kaitan antara
bahasa dan pikiran adalah Soenjono. Dalam buku Psikolinguistik yang ia buat dan
berjudul Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, Soenjono (2008) berpendapat
bahwa orang sudah lama sekali berbicara tentang otak dan bahasa. Aristotele pada
tahun 384-322 SM telah ebrbicara soal hati yang melakukan hal-hal yang kini
diketahui dilakukan oleh otak (Soenjono, 2008). Dari pendapat soenjono tersebut
dapat terlihat jelas bahwa ada keterkaitan antara otak dan bahasa. Otak merupakan
organ yang berfungsi untuk berpikir. Sehingga dapat disimpulkan pula bahwa ketika
kita berbahasa terdapat proses berfikir didalamnya, dan berfikir pada manusia adalah
dengan menggunakan otaknya. Sehingga ketika kita berbahasa maka ada campur
tangan otak dalam setiap perkataan yang kita ucapkan.
Pendapat para ahli keterkaitan dengan bahasa & pikiran dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu:
1.Ahli yang berpendapat bahwa bahasa mempengaruhi pikiran
Ahli yang mendukung hubungan ini adalah Benyamin Whorf dan gurunya,
Edward Saphir. Menurut mereka pemahaman terhadap kata mempengaruhi
pandangannya terhadap realitas. Pikiran kita dapat terkondisikan oleh kata yang kita
digunakan. Whorf dalam Rahmat (2000) mengatakan bahwa keterkaitan antara
bahasa dengan pikiran terletak pada asumsi bahwa bahasa mempengaruhi cara

5
pandang manusia terhadap dunia, serta mempengaruhi pemikiran individu pemakai
bahasa itu. Sebagai contoh Bangsa Jepang. Orang Jepang mempunyai pikiran yang
sangat tinggi karena orang Jepang mempunyai banyak kosa kata dalam mejelaskan
sebuah realitas. Hal ini membuktikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang
mendetail tentang realitas. Keragaman kosa kata dalam menjelaskan sesuatu realita
menunjukkan bahwa suatu individu memiliki tingkat pemikiran yang tinggi.

2.Ahli yang berpendapat bahwa pikiran mempengaruhi bahasa


Pendukung pendapat ini adalah tokoh psikologi kognitif,Jean Piaget. Melalui
observasi yang dilakukan oleh Piaget terhadap perkembangan aspek kognitif anak. Ia
melihat bahwa perkembangan aspek kognitif anak akan mempengaruhi bahasa yang
digunakannya. Semakin tinggi aspek tersebut semakin tinggi bahasa yang
digunakannya. Jadi ketika anak kecil memiliki tingkat berfikir yang tinggi maka
bahasa yang ia ucapkan pun semakin tinggi dan sudah mampu mengucapkan banyak
kosakata yang menurut usianya sulit untuk diucapkan.
3.Ahli yang berpendapat bahwa bahasa dan pikiran saling mempengaruhi
Hubungan timbal balik antara kata-kata dan pikiran dikemukakan oleh
Benyamin Vigotsky, seorang ahli semantik berkebangsaan Rusia yang teorinya
dikenal sebagai pembaharu teori Piaget mengatakan bahwa bahasa dan pikiran saling
mempengaruhi. Penggabungan Vigotsky terhadap kedua pendapat di atas banyak
diterima oleh kalangan ahli psikologi kognitif.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kata-kata atau bahasa dan
pikiran memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling
mempengaruhi. Di satu sisi kata-kata merupakan media yang digunakan untuk
memahami dunia serta digunakan dalam proses berpikir, di sisi yang lain pemahaman
terhadap kata-kata merupakan hasil dari aktifitas pikiran.
Untuk lebih memahami hubungan antara bahasa dan kognisi, kami akan
memberikan contoh studi kasus, agar kita lebih mudah memahaminya. Karena
biasanya, ketika suatu teori dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari maka kita dapat
dengan mudah memahami.
“Seorang anak berumur 5 tahun diidentifikasi mengalami autisme, dimana ia dalam
usianya belum dapat melakukan perkembangan baik secara motorik dan emosional.
Kelainan sikap yang dimiliki anak ini mulai disadari orangtuanya ketika ia berumur 2
tahun, dimana pada saat itu anak seusianya sudah dapat mulai belajar untuk berbicara,

6
anak ini malah memiliki keterlambatan kemampuan bicara hingga usianya seperti
sekarang ini, semakin bertambah usia, perilaku anak ini semakin mencurigakan
orangtuanya seperti anak ini mulai seperti memiliki dunianya sendiri, terkadang
tertawa sendiri, menangis sendiri dan marah-marah sendiri, dan anak ini sangat sulit
dalam kemampuan kontak mata dengan lawan bicara, ekspresi wajah anak tidak dapat
dengan jelas dimengerti dan hiperaktif. Dalam kaitannya dengan kognisi, autis
disebabkan oleh kerusakan area tertentu di otak, termasuk serebal korteks dan
cerebellum yang bertanggung jawab pada konsentrasi, pergerakan dan pengaturan
mood, sehingga anak penderita autis tidak mampu mengkoordinasikan kemampuan
kognisinya dalam kemampuan berbahasa maupun kemampuan dasar lainnya yang
dimiliki anak normal. Anak penderita autisme cenderung tidak memiliki kemampuan
berbahasa yang baik, serta tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal,
seringmenggunakan bahasa aneh dan berulang-ulang. Bahasa yang merupakan
jembatan antara kognisi dan perilaku bagi setiap individu tidak dapat melakukan
perannya sebagaimana mestinya pada penderita anak autis, sehingga hasil dari proses
kognisi dan berbahasa yang tidak sebagaimana mestinya, anak autis memiliki taraf
kemampuan yang jauhberbeda dengan usianya. Sebagai contoh anak autis berusia 10
tahun hanya dapat melakukan kemampuan kognitif dan berbahasa yang dimiliki anak
berusia 5 tahun”

7
KESIMPULAN

Berbahasa tidak dapat dipisahkan dengan berbicara dan berpikir. Secara tidak
disadari, ketika orang berbicara selalu menggunakan pengetahuan bahasa dan
pikirannya. Tanpa hal tersebut, ungkapan yang terlahir adalah ucapan yang berada di
luar pemikirannya atau bahkan ucapan yang salah. Bentuk kesalahan dalam berbicara
pada anak mempunyai latar belakang dan alasan yang tidak selalu sarna antara anak
yang satu dengan anak yang lain. Hal tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor, baik
faktor dari luar dan dari dalam diri anak.. Bahasa anak berkembang dari sederhana ke
kompleks dalam pola yang dapat diramalkan pada setiap individu. Anak-anak dapat
mengembangkan sintaks (arti kata), menggunakan kata dalam kalimat, dan membuat
pengertian. Perkembangan bahasa anak merupakan kombinasi antara interaksi sosial,
perkembangan emosinya, kemampuan kognitif, dan perkembangan fisik/ motoriknya.
Semua perkembangan tersebut dikombinasikan dengan apa yang terjadi dalam
beberapa tahun tahap perkembangan anak. Perkembangan tata bahasa anak bergerak
dari satu kata atau kalimat holographic phrases ke telegraphic phrases, tetapi
beberapa kata dalam kaliamat komplek dengan frase kata depan, aturan , dan bentuk
jamak perlu dikoreksi lagi.

8
DAFTAR PUSTAKA
Sumaryanti, L. (2017). Peran lingkungan terhadap perkembangan bahasa anak. Muaddib:
Studi Kependidikan dan Keislaman, 7(01), 72-89

Sa’ida, N. (2018). Bahasa Sebagai Salah Satu Sistem Kognitif Anak Usia Dini. Pedagogi:
Jurnal Anak Usia Dini dan Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2), 16-22.
Agus, S.(2017).Dasar Pembangun Kemampuan Berbicara. Hakikat, Alasan, dan Tujuan
Berbicara.Vol.3.1.
Santrock, W. John. 2011. Chill Development . 13th Ed. New York: McGraw-Hill
Daud, M ; Siswanti, N. Dian & Jalal, M. Novita. 2021. Buku Ajar Psikologi Perkembangan
Anak(1). Jakarta: Kencana-PrenadaMedia Group
Warpani,S.2014,Bahasa&Kognisihttps://www.kompasiana.com/tentangdiriku/54f3c55f74551
37f2b6c8000/waw-bahasa-dan-kognisi-hmmm, ( 26 September 2021)

Anda mungkin juga menyukai