Anda di halaman 1dari 18

Nama : Armen Ibrahim

NIM : 1924080316

Tugas pertemuan ke 2
1. Jelaskan tahap-tahap perkembangan manusia!
2. Bagaimana perkembangan manusia dalam teori :
a. Psikoseksual dan siapa tokohnya
b. Psikososial dan siapa tokohnya

Jawaban :

1. Tahap-tahap perkembangan manusia:

1. Tahap Perkembangan Kognitif

Yaitu perubahan yang bervariasi dalam proses berpikir dalam kecerdasan


termasuk di dalamnya rentang perhatian, daya ingat, kemampuan belajar,
pemecahan masalah, imajinasi, kreativitas, dan keunikan dalam menyatakan
sesuatu dengan mengunakan bahasa. (Baca juga mengenai contoh kasus
memori jangka pendek).

2. Tahap Perkembangan Psikologi – Emosional

Yaitu tahap perkembangan seseorang berupa perkembangan berkomunikasi


secara emosional, memahami diri sendiri, kemampuan untuk memahami
perasaan individu lain, pengetahuan tentang individu lain, keterampilan dalam
berhubungan dengan individu lain, menjalin persahabatan, dan pengertian
tentang moral. (Baca juga mengenai perkembangan emosional dalam psikologi
pendidikan).
3. Tahap Perkembangan Seorang Bayi (Infancy): Sejak Lahir sd 18 Bulan

Periode ini disebut juga dengan tahap perkembangan sensorik oral, karena
individu biasa melihat bayi memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya.
Sosok Orang tua memainkan peranan terpenting untuk memberikan perhatian
positif dan penuh kasih kepada bayi, dengan penekanan pada kontak visual
dan sentuhan. Jika periode ini dilalui dengan baik,

bayi akan menumbuhkan perasaan trust (percaya) pada lingkungan dan


melihat bahwa kehidupan ini pada dasarnya baik. Sebaliknya, bila gagal di
periode ini, individu memiliki perasaan mistrust (tidak percaya) dan akan
melihat bahwa dunia ini adalah tempat yang mengecewakan dan penuh
frustrasi. (Baca juga mengenai hubungan psiklogi konseling dengan sosiologi
dan antropologi).

4. Tahap Perkembangan Seorang Kanak-Kanak Awal (Early Childhood): 18


Bulan sd 3 Tahun

Selama tahap perkembangan seseorangan ini individu mempelajari


ketrampilan untuk diri sendiri. Bukan sekedar belajar berjalan, bicara, dan
makan sendiri, melainkan juga mempelajari tahap perkembangan seseorang
perkembangan motorik yang lebih halus, termasuk latihan yang sangat
dihargai: toilet training. (Baca juga mengenai hubungan psikologi klinis dengan
ilmu lain).

Di masa ini, individu berkesempatan untuk belajar tentang harga diri dan
otonomi, seiring dengan berkembangnya kemampuan mengendalikan bagian
tubuh dan tumbuhnya pemahaman tentang benar dan salah. Salah satu
ketrampilan yant muncul di periode adalah kemampuan berkata tidak.
Sekalipun tidak menyenangkan individu tua, hal ini berguna untuk
pengembangan semangat dan kemauan.
5. Tahap Perkembangan Seorang Usia Bermain (Play Age): 3 sd 5 Tahun

Pada periode ini, individu biasanya memasukkan gambaran tentang individu


dewasa di sekitarnya dan secara inisiatif dibawa dalam situasi bermain. Anak
laki-laki bermain dengan kuda-kudaan dan senapan kayu, anak perempuan
main “pasar-pasaran” atau boneka yang mengimitasi kehidupan keluarga,

mobil-mobilan, handphone mainan, tentara mainan untuk bermain peran, dsb.


Di masa ini, muncul sebuah kata yang sering diucapkan seindividu
anak:”kenapa?” Hubungan yang signifikan di periode ini adalah dengan
keluarga inti (ayah, ibu, dan saudara). (Baca juga mengenai dampak psikologis
dari mengkonsumsi narkoba).

6. Tahap perkembangan seorang Usia Sekolah (School Age): Usia 6 sd 12 tahun

Periode ini sering disebut juga dengan periode laten, karena individu sepintas
hanya menunjukkan tahap perkembangan seseorang tahap perkembangan
seseorang perkembangan fisik tanpa tahap perkembangan seseorang
perkembangan aspek mental yang berarti, berbeda dengan fase-fase
sebelumnya. Ketrampilan baru yang dikembangkan selama periode ini
mengarah pada sikap industri (ketekunan belajar, aktivitas, produktivitas,

semangat, kerajinan, dsb), serta berada di dalam konteks psikologi. Bila


individu gagal menempatkan diri secara normal dalam konteks psikologi, ia
akan merasakan ketidakmampuan dan rendah diri. Sekolah dan lingkungan
psikologi menjadi figur yang berperan penting dalam pembentukan ego ini,
sementara individu tua sekalipun masih penting namun bukan lagi sebagai
otoritas tunggal.

7. Tahap Perkembangan Seorang Remaja (Adolescence): Usia 12 sd 18 Tahun


Bila sebelumnya tahap perkembangan seseorang perkembangan lebih berkisar
pada apa yang dilakukan untuk saya, sejak stage tahap perkembangan
seseorang perkembangan ini tahap perkembangan seseorang perkembangan
tergantung pada apa yang saya kerjakan.

Karena di periode ini individu bukan lagi anak tetapi belum menjadi dewasa,
hidup berubah sangat kompleks karena individu berusaha mencari
identitasnya, berjuang dalam interaksi psikologi, dan bergulat dengan
persoalan-persoalan moral.

Tugas tahap perkembangan seseorang perkembangan di fase ini adalah


menemukan jati diri sebagai individu yang terpisah dari keularga asal dan
menjadi bagian dari lingkup psikologi yang lebih luas. Bila stage ini tidak
lancara diselesaikan, individu akan mengalami kebingungan dan kekacauan
peran.

8. Tahap Perkembangan Seorang Dewasa Awal (Young Adulthood): Usia 18 sd


35 Tahun

Langkah awal menjadi dewasa adalah mencari teman dan cinta. Hubungan
yang saling memberikan rasa senang dan puas, utamanya melalui perkawinan
dan persahabatan. Keberhasilan di stage ini memberikan keintiman di level
yang dalam.

Kegagalan di level ini menjadikan individu mengisolasi diri, menjauh dari


individu lain, dunia terasa sempit, bahkan hingga bersikap superior kepada
individu lain sebagai bentuk pertahanan ego. Hubungan yang signifikan adalah
melalui perkawinan dan persahabatan.

9. Tahap Perkembangan Seorang Dewasa (Middle Adulthood): Usia 35 sd


65tahun
Masa ini dianggap penting karena dalam periode inilah individu cenderung
penuh dengan pekerjaan yang kreatif dan bermakna, serta berbagai
permasalahan di seputar keluarga. Selain itu adalah masa “berwenang” yang
diidamkan sejak lama. Tugas yang penting di sini adalah budaya dan
meneruskan nilai budaya pada keluarga (membentuk karakter anak)

serta memantapkan lingkungan yang stabil. Kekuatan timbul melalui perhatian


individu lain, dan karya yang memberikan sumbangan pada kebaikan
masyarakat, yang disebut dengan generativitas. Jadi di masa ini, takut akan
ketidakaktifan dan ketidakbermaknaan diri.

10.Tahap Perkembangan Seorang Dewasa Akhir (Late Adulthood): Usia 55 sd


Meninggal Dunia

Individu berusia lanjut yang bisa melihat kembali masa-masa yang telah
dilaluinya dengan bahagia, merasa tercukupi, dan merasa telah memberikan
kontribusi pada kehidupan, ia akan merasakan integritas. Kebijaksanaannya
yang tumbuh menerima keluasan dunia dan menjelang kematian sebagai
kelengkapan kehidupan.

2. Perkembnagan manusia

A.Teori perkembangan psikoseksual (Sigmund Freud)


salah satu teori yang paling terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang
paling kontroversial. Freud percaya kepribadian yang berkembang melalui
serangkaian tahapan masa kanak-kanak di mana mencari kesenangan-energi
dari id menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi psikoseksual,
atau libido , digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku.
Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima
tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan
kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari.

Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah


kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap
yang tepat, fiksasi dapat terjadi. fiksasi adalah fokus yang gigih pada tahap
awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan, individu akan tetap
“terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku pada tahap oral
mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari rangsangan
oral melalui merokok, minum, atau makan.
1.Fase Oral
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga
perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting
untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui
kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya
tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi makan
anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui
stimulasi oral.
Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi
kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini,
Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan atau
agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, merokok
makan, atau menggigit kuku.
2.Fase Anal
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada
pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap
ini adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan
kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi
dan kemandirian.
Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di
mana orang tua pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan
pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat
mendorong hasil positif dan membantu anak-anak merasa mampu dan
produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini menjabat
sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, produktif
dan kreatif.
Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa
anak-anak perlukan selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan menghukum,
mengejek atau malu seorang anak untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon
orangtua tidak sesuai dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua
mengambil pendekatan yang terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa-yg
mengusir kepribadian dubur dapat berkembang di mana individu memiliki,
boros atau merusak kepribadian berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau
mulai toilet training terlalu dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat-
analberkembang di mana individu tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.
3. Fase Phalic
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-
anak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya
bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu
kasih sayang itu. Kompleks Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin
memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah.Namun, anak juga
kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini, takut
Freud disebut pengebirian kecemasan.
Istilah Electra kompleks telah digunakan untuk menggambarkan satu set sama
perasaan yang dialami oleh gadis-gadis muda. Freud, bagaimanapun, percaya
bahwa gadis-gadis bukan iri pengalaman p3n1s.
Akhirnya, anak menyadari mulai mengidentifikasi dengan induk yang sama-
seks sebagai alat vicariously memiliki orang tua lainnya. Untuk anak
perempuan, Namun, Freud percaya bahwa p3n1s iri tidak pernah sepenuhnya
terselesaikan dan bahwa semua wanita tetap agak terpaku pada tahap ini.
Psikolog seperti Karen Horney sengketa teori ini, menyebutnya baik tidak
akurat dan merendahkan perempuan. Sebaliknya, Horney mengusulkan bahwa
laki-laki mengalami perasaan rendah diri karena mereka tidak bisa melahirkan
anak-anak.
4.Fase Latent
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi
diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial.
Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan
komunikasi dan kepercayaan diri.
Freud menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil. Tidak
ada organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak
perhatian untuk itu. Untuk alasan ini, fase ini tidak selalu disebutkan dalam
deskripsi teori sebagai salah satu tahap, tetapi sebagai suatu periode terpisah.
5.Fase Genital
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat
seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus
hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh
selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu
sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah
untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.

B. Teori Perkembangan Psikososial ( Erik Erikson)

Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia dikenal


dengan teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini
adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund
Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa
tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson
adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan
sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson,
perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi
baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga
percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat
membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori
Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial.

Menurut Erikson perkembangan psikologis dihasilkan dari interaksi antara


proses-proses maturasional atau kebutuhan biologis dengan tuntutan
masyarakat dan kekuatan-kekuatan sosial yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari. Dari sudut pandang seperti ini, teori Erikson menempatkan titik
tekan yang lebih besar pada dimensi sosialisasi dibandingkan teori Freud.
Selain perbedaan ini, teori Erikson membahas perkembangan psikologis di
sepanjang usia manusia, dan bukan hanya tahun-tahun antara masa bayi dan
masa remaja. Seperti Freud, Erikson juga meneliti akibat yang dihasilkan oleh
pengalaman-pengalaman usia dini terhadap masa-masa berikutnya, akan
tetapi ia melangkah lebih jauh lagi dengan menyelidiki perubahan kualitatif
yang terjadi selama pertengahan umur dan tahun-tahun akhir kehiduaan.

Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erikson merupakan


salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama
dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal
ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari
lahir hingga lanjut usia, satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu
karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia,
teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya
dianggap lebih realistis.

Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan erat


dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya.
Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran
dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa
Erikson adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan tetapi, teori
Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. Hal ini terjadi karena
dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap antropologis
yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan
alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep
struktur mental Freud, dan di lain pihak menambahkan dimensi sosial-
psikologis pada konsep dinamika dan perkembangan kepribadian yang
diajukan oleh Freud.

Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi


antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-
tindakan sosial. Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah
sebuah asumsi mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan
suatu tahap yang telah ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap
manusia.

Erikson memberi jiwa baru ke dalam teori psikoanalisis, dengan memberi


perhatian yang lebih kepada ego dari pada id dan superego. Dia masih tetap
menghargai teori Freud, namun mengembangkan ide-ide khususnya dalam
hubungannya dengan tahap perkembangan dan peran sosial terhadap
pembentukan ego. Ego berkembang melalui respon terhadap kekuatan
dalam dan kekuatan lingkungan sosial. Ego bersifat adaptif dan kreatif,
berjuang aktif (otonomi) membantu diri menangani dunianya. Erikson masih
mengakui adanya kualitas dan inisiatif sebagai bentuk dasar pada tahap
awal, namun hal itu hanya bisa berkembang dan masak melalui pengalaman
sosial dan lingkungan. Dia juga mengakui sifat rentan ego, defense yang
irasional, efek trauma-anxieO-guilt yang langgeng, dan dampak lingkungan
yang membatasi dan tidak peduli terhadap individu. Namun menurutnya ego
memiliki sifat adaptif, kreatif, dan otonom (adaptable, creative, dan
autonomy). Dia memandang lingkungan bukan semata-mata menghambat
dan menghukum (Freud), tetapi juga mendorong dan membantu individu.
Ego menjadi mampu – terkadang dengan sedikit bantuan dari terapis –
menangani masalah secara efektif.

Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki ego, yang


tidak ada pada psikoanalisis Freud, yakni kepercayaan dan penghargaan,
otonomi dan kemauan, kerajinan dan kompetensi, identitas dan kesetiaan,
keakraban dan cinta, generativitas dan pemeliharaan, serta integritas. Ego
semacam itu disebut juga ego-kreatif, ego yang dapat menemukan
pemecahan kreatif atas masalah baru pada setiap tahap kehidupan. Apabila
menemui hambatan atau konflik, ego tidak menyerah tetapi bereaksi dengan
menggunakan kombinasi antara kesiapan batin dan kesempatan yang
disediakan lingkungan. Ego bukan budak tetapi justru menjadi tuan/pengatur
id, superego dan dunia luar. Jadi, ego di samping basil proses faktor-faktor
genetik, fisiologik, dan anatomis, juga dibentuk oleh konteks kultural dan
historik. Ego yang sempurna, digambarkan Erikson memiliki tiga dimensi,
faktualitas, universalitas, dan aktualitas:
Faktualitas adalah kumpulan fakta, data, dan metoda yang dapat diverifikasi
dengan metoda kerja yang sedang berlaku. Ego berisi kumpulan fakta dan
data basil interaksi dengan lingkungan.

Universalitas berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan (sells of


reality) yang menggabungkan hal yang praktis dan kongkrit dengan
pandangan semesta, mirip dengan prinsip realita dari Freud.

Aktualitas adalah cara baru dalam berhubungan satu dengan yang lain,
memperkuat hubungan untuk mencapai tujuan bersama. Ego adalah realitas
kekinian, terus mengembangkan cara baru dalam memecahkan masalah
kehidupan, yang lebih efektif, prospektif, dan progresif.

Menurut Erikson, ego sebagian bersifat taksadar, mengorganisir dan


mensintesa pengalaman sekarang dengan pengalaman diri masa lalu dan
dengan diri masa yang akan datang. Dia menemukan tiga aspek ego yang
saling behubungan, yakni body ego (mengacu ke pangalaman orang dengan
tubuh/fisiknya sendiri), ego ideal (gambaran mengenai bagaimana
seharusnya diri, sesuatu yang bersifat ideal), dan ego identity (gambaran
mengenai diri dalam berbagai peran sosial). Ketiga aspek itu umumnya
berkembang sangat cepat pada masa dewasa, namun sesungguhnya
perubahan ketiga elemen itu terjadi pada semua tahap kehidupan.

Teori Ego dari Erikson yang dapat dipandang sebagai pengembangan dari
teori perkembangan seksual-infantil dari Freud, mendapat pengakuan yang
luas sebagai teori yang khas, berkat pandangannya bahwa perkembangan
kepribadian mengikuti prinsip epigenetik. Bagi organisme, untuk mencapai
perkembangan penuh dari struktur biologis potensialnya, lingkungan harus
memberi stimulasi yang khusus. Menurut Erikson, fungsi psikoseksual dari
Freud yang bersifat biologis juga bersifat epigenesis, artinya psikoseksual
untuk berkembang membutuhkan stimulasi khusus dari lingkungan, dalam
hal ini yang terpenting adalah lingkungan sosial.
Sama seperti Freud, Erikson menganggap hubungan ibu-anak menjadi bagian
penting dari perkembangan kepribadian. Tetapi Erikson tidak membatasi
teori hubungan id-ego dalam bentuk usaha memuaskan kebutuhan id oleh
ego. Menurutnya, situasi memberi makan merupakan model interaksi sosial
antara bayi dengan dunia luar. Lapar jelas manifestasi biologis, tetapi
konsekuensi dari pemuasan id (oleh ibu) itu akan menimbulkan kesan bagi
bayi tentang dunia luar. Dari pengalaman makannya, bayi belajar untuk
mengantisipasi interaksinya dalam bentuk kepercayaan dasar (basic
trust), yakni mereka memandang kontak dengan manusia sangat
menyenangkan karena pada masa lalu hubungan semacam itu menimbulkan
rasa aman dan menyenangkan. Sebaliknya, tanpa basic trust bayi akan
mengantisipasi interaksi interpersonal dengan kecemasan, karena masa lalu
hubungan interpersonalnya menimbulkan frustrasi dan rasa sakit

Kepercaayaan dasar berkembang menjadi karakteristik ego yang mandiri,


bebas dari dorongan drives darimana dia berasal. Hal yang sama terjadi pada
fungsi ego seperti persepsi, pemecahan masalah, dan identias ego,
beroperasi independen dari drive yang melahirkan mereka. Ciri khas
psikologi ego dari Erikson dapat diringkas sebagai berikut:

Erikson menekankan kesadaran individu untuk menyesuaikan diri dengan


pengaruh sosial. Pusat perhatian psikologi ego adalah kemasakan ego yang
sehat, alih-alih konflik salah suai yang neurotik.

Erikson berusaha mengembangkan teori insting dari Freud dengan


menambahkan konsep epigenetik kepribadian.

Erikson secara eksplisit mengemukakan bahwa motif mungkin berasal dari


impuls id yang taksadar, namun motif itu bisa membebaskan diri dari id
seperti individu meninggalkan peran sosial di masa lalunya. Fungsi ego dalam
pemecahan masalah, persepsi, identitas ego, dan dasar kepercayaan bebas
dari Id, membangun sistem kerja sendiri yang terlepas dari sitem kerja id.
Erikson menganggap ego sebagai sumber kesadaran diri seseorang. Selama
menyesuaikan diri dengan realita, ego mengembangkan perasaan
keberlanjutan diri dengan masa lalu dan masa yang akan datang.

Perkembangan berlangsung melalui penyelesaian krisis-krisis yang ada pada


tahapan perkembangan yang terjadi berurutan. Erikson pertama kali
memaparkan kedelapan tahapan ini dalam bukunya yang
termasyhur, Childhood and Society (1950a). Tabel Delapan Tahapan
Perkembangan Psikososial menyajikan daftar tahapan dan menunjukkan
krisis atau tugas psikososial apa yang terkait dengan masing-masing tahapan
tersebut, kondisi-kondisi sosial yang mungkin membantu atau mengganggu
penyelesaian tahapan itu, dan hasil-hasil perilaku yang muncul dari
penyelesaian tahapan tersebut entah itu berhasil maupun gagal.

Tahapan 1

(lahir s.d 1 tahun)Oral-SensoriBisakah aku memercayai dunia?Dukungan,


penyediaan kebutuhan-kebutuhan dasar, kesinambungan

Ketiadaan dukungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, inkonsistensiRasa


percaya

Rasa tidak percayaTahapan 2

(2 s.d 3 tahun)Muskular-AnalBisakah aku mengendalikan perilakuku?


Dukungan, sikap membolehkan dengan pertimbangan

Perlindungan yang berlebihan, kekurangan dukungan, kekurangan rasa


percaya diriOtonomi
KeraguanTahapan 3

(4 s.d 5 tahun)Lokomotor-GenitalBisakah aku mandiri dari orang tuaku dan


menjelajahi batas-batas kemampuanku?Dorongan, kesempatan

Kekurangan kesempatan, perasaan-perasaan negatifInisiatif

Rasa bersalahTahapan 4

(6 s.d 11 tahun)LatensiBisakah aku menguasai keahlian untuk hidup dan


beradaptasi?Pelatihan yang memadai, pendidikan yang bagus, model-model
yang baik.

Pendidikan atau palatihan yang buruk, kurangnya pengarahan dan


dukunganRasa mantap

Rasa rendah diriTahapan 5

(12 s.d 18 tahun)Pubertas dan Masa RemajaSiapa saya? Seperti apa


keyakinanku, perasaanku, dan sikap-sikapku?Stabilitas internal dan
kesinambungan, model-model seks yang tepat, dan umpan balik yang positif

Kekacauan tujuan, umpan balik yang tidak jelas, harapan-harapan yang tidak
tepatIdentitas

Kekacauan atau kebingungan


peranTahapan 6

(awal masa dewasa)Awal Masa DewasaBisakah aku memberikan diriku


sepenuhnya bagi orang lain?Sikap hangat, pemahaman, rasa percaya
Kesepian, perasaan terasingKedekatan

KeterkucilanTahapan 7

(masa dewasa)Masa DewasaApa yang kutawarkan pada generasi


selanjutnya?Kepastian tujuan, produktivitas
Kurang menghasilkan, kemunduran Generativitas

KemandekanTahapan 8

(masa kematangan)Masa KematanganSudahkah kutemukan kepauasan dan


kelegaan dalam segala kegiatan hidupku?Perasaan aman, utuh, dan terarah
Rasa kurang, rasa tidak puasIntegritas ego
Rasa putus asaSumber: Diadaptasi dari Erikson (1950a)

Konflik-konflik ini tidak berlangsung dalam situasi “sekali untuk selamanya”


melainkan berlangsung sebagai proses di sepanjang rangkaian (kontinum)
psikologis. Titik-titik ekstrem dalam kontinum ini tidak ada dalam kenyataan,
namun bagian-bagian dari setiap titik ekstrem itu seringkali bisa ditemukan
pada semua individu dalam tahapan mana pun. Sebagai contoh, tidak ada
anak yang tumbuh dengan rasa percaya (trust) sepenuhnya atau rasa tidak
percaya (distrust) sepenuhnya – masing-masing individu beradaptasi sesuai
dengan apa yang digariskan oleh tuntutan-tuntutan sosial.
 
Perbandingan Tahapan Erik Erikson dengan Sigmund Freud

Seperti dijelaskan pada jawaban di atas bahwa, Erikson adalah murid dari
Freud sehingga Erikson adalah pengembang teori Freud dan mendasarkan
kunstruk teori psikososialnya dari psiko-analisas Freud. Kalau Freud
memapar teori perkembangan manusia hanya sampai masa remaja, maka
para penganut teori psiko-analisa (freud) akan menemukan kelengkapan
penjelasan dari Erikson, walaupun demikian ada perbedaan antara
psikoseksual Freud dengan psikososial Erikson. Beberapa aspek perbedan
tersebut dapat dilihat di bawah ini:

Erik Erikson

Sigmund Freud

Peran/fungsi ego lebih ditonjolkan, yang berhubungan dengan tingkah laku


yang nyata.Peranan/fungsi id dan ketidaksadaran sangat pentingHubungan-
hubungan yang penting lebih luas, karena mengikutsertakan pribadi-pribadi
lain yang ada dalam lingkungan hidup yang langsung pada anak. Hubungan
antara anak dan orang tua melalui pola pengaturan bersama (mutual
regulation).Hubungan segitiga antara anak, ibu dan ayah menjadi landasan
yang terpenting dalam perkembangan kepribadian.Orientasinya optimistik,
kerena kondisi-kondisi dari pengaruh lingkungan sosial yang ikut
mempengaruhi perkembang kepribadian anak bisa diatur.Orientasi
patologik, mistik karena ber-hubungan dengan berbagai hambatan pada
struktur kepribadian dalam perkembangan kepribadian.Konflik timbul antara
ego dengan lingkungan sosial yang disebut: konflik sosial.Timbulnya berbagai
hambatan dalam ke-hidupan psikisnya karena konflik internal, antara id dan
super ego.

“Menempatkan titik tekan yang lebih besar pada dimensi sosialisasi”


“Menempatkan titik tekan yang lebih besar pada dimensi psikologi”

Kesimpulan pandangan Freud dan Erik Erikson

Padangan teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson


merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi.
Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam
psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia
mulai dari lahir hingga lanjut usia; satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud.
Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran
manusia, sementara teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial
dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.

Seperfi teori Freud, teori Erikson juga membagi proses-proses perkembangan


ke dalam serangkaian tahapan yang diatur oleh kekuatan-kekuatan
maturasional dan ditandai oleh adanya konflik. Teori Erikson terdiri atas
delapan tahapan semacam itu, yang masing-masingnya terkait dengan krisis
yang harus diselesaikan oleh individu untuk bisa berpindah ke tahapan
berikutnya. Dalam pandangan Erikson, proses pematangan (maturational)
bisa jadi merupakan faktor pendorong munculnya tahapan baru; adapun
tuntutan sosial, yang telah ada sejak manusia dalam kandungan hingga
kematian, bertindak sebagai kekuatan penengah dan pembentuk.

       Apabila teori Freud bertumpu pada hubungan antara energi kehidupan
(libido) dengan fungsi-fungsi psikologis individu, teori Erikson menekankan
pentingnya kedudukan ego. Bagi Erikson, ego merupakan struktur penyatu,
dan kekuatan ego merupakan lem yang merekatkan berbagai aspek atau
dimensi fungsi-fungsi psikologis. Pandangan Erikson mengenai ego ini serupa
dengan yang ada pada Freud: ego adalah pelaksana tindakan pencapaian-
tujuan realistis dan menjadi penengah antara dorongan biologis id dan
batasan masyarakat berupa superego. Namun sifat perkembangan yang ada
dalam teori Erikson menjadikan ego sebagai struktur yang paling penting.
Melalui ego, manusia mengalami dan menyelesaikan krisis-krisis
perkembangan tertentu. Ketika ego goyah dan tidak bisa menangani suatu
krisis, maka perkembangan pun menjadi terancam.

Seperti Freud, Erikson yakin bahwa meskipun dorongan biologis memiliki arti
yang amat penting, namun tekanan sosial dan kekuatan lingkungan memiliki
dampak yang lebih besar. Pengamatan terperinci atas kekuatan-kekuatan
seperti ini dalam kehidupan individu akan memperlihatkan apa yang oleh
Erikson disebut sebagai psikohistori (psychohistory) -yakni riwayat kejadian-
kejadian sosial yang berinteraksi dengan proses-proses biologis sehingga
menghasilkan perilaku. Teknik yang banyak digunakan Erikson adalah
menghubungkan antara pengalaman masa lalu individu dengan perilaku
mereka sekarang sebagai upaya untuk memahami faktor-faktor motivasi,
hasil-hasil perilaku, dan kebutuhan-kebutuhan individu pada masa
berikutnya. Apabila tahapan-tahapan perkembangan dalam teori Freud
mengandung ciri psikoseksual, maka tahapan-tahapan Erikson mengandung
ciri psikososial, lantaran pengamatannya yang serius terhadap faktor-faktor
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai