Abstrak.
Anak tunarungu adalah keadaan anak yang mengalami keterbatasan dalam Pendengarannya
sehingga anak tersebut mengalami hambatan dalam Perkembangan bahasa. Keterbatasan
tersebut dapat mempengaruhi tingkat Pengetahuan anak terhadap informasi yang mereka
dapatkan sehingga tingkat Pengetahuan anak rendah terutama di bidang kesehatan gigi dan
mulut oleh karena Itu diperlukan media yang dapat membantu anak tunarungu untuk lebih
mudah dalam menerima informasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pendidikan dilakukan kepada anak tunang rungu.
Pendidikan adalah usaha dasar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak,
ilmu hidup, pengetahuan umum serta keterampilan yang diperlukan dirinya untuk masyarakat
berlandaskan Undang-Undang. Sudah menjadi tujuan Pendidikan nasional untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang artinya setiap orang berhak mengakses Pendidikan
dan mengecam Pendidikan dimanapun dan kapanpun bahkan dalam keadaan fisik dan mental
yang bagaimanapun.
Anak-anak yang berkebutuhan khusus juga harus diperhatikan masa depannya, yang
dimana mereka juga mempunyai hak untuk mengecam Pendidikan. Namun pola Pendidikan
yang diberikan pastinya tidak sama dengan anak-anak normal lainnya. Ada banyak jenis
kebutuhan khusus yang dimiliki oleh manusia. termasuk Tunarungu adalah salah satu jenis
kebutuhan khusus yang ada dimiliki manusia. Tunarungu merupakan jenis kebutuhan khusus
pada anak yang mengalami ketulian atau tidak bisa mendengar yang dialami secara umum
dari bawakan lahir dan ada juga yang disebabkan oleh kelainan gen dan kecelakangan.
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kehilangan fungsi pendengaran, baik
sebagian maupun seluruhnya yang berdampak kompleks dalam kehidupannya. Anak
tunarungu secara fisik terlihat seperti anak normal, tetapi bila diajak berkomunikasi barulah
terlihat bahwa anak mengalami gangguan pendengaran. Anak tunarungu tidak berarti anak itu
tunawicara, akan tetapi pada umumnya anak tunarungu mengalami ketunaan sekunder yaitu
tunawicara. Penyebabnya adalah anak sangat sedikit memiliki kosakata dalam sistem otak
dan anak tidak terbiasa berbicara.
Anak tunarungu kurang memiliki pemahaman infomasi verbal. Hal ini menyebabkan
anak sulit menerima materi yang bersifat abstrak, sehingga dibutuhkan media untuk
memudahkan pemahaman suatu konsep pada anak tunarungu. Media gambar yang menarik
dan digemari siswa adalah dirasa sebagai media yang relevan untuk membantu anak
tunarungu dalam mengatasi permasalahan pembelajaran yang memiliki materi abstrak. Atas
dasar kenyataan itulah maka perlu didesain Pendidikan yang khusus kepada anak tunarungu
yang memiliki kebutuhan khusus, sehiangga berdasarkan latar belakang itu muncul lah suatu
materi tentang Pendidikan anak tunarungu.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode studi Pustaka yang
berarti penulis mendapat sumber data dari berbagai sumber ilmiah yaitu,buku-buku jurnal,
dan laporan penelitian dan yang laiinya yang bersifat online, sumber data ilmiah disesuaikan
dengan topik pembahasan sehingga dapat memberikan dasar teologis dari peran guru PAK
dalam mengubah karakter siswa.
Tunarungu adalah suatu kondisi atau keadaan dari seseorang yang mengalami kekurangan
atau kehilangan indera pendengaran sehingga tidak mampu menangkap rangsangan berupa
bunyi, suara atau rangsangan lain melalui pendengaran. Sebagai akibat dari terhambatnya
perkembangan pendengarannya, sehingga seorang tunarungu juga terhambat kemampuan
bicara dan bahasanya, yang mengakibatkan seorang tunarungu akan mengalami kelambatan
dan kesulitan dalam hal-hal yang berhubungan dengan komunikasi.
Andreas Dwijosumarto dalam seminar ketuna runguan di bandung (19 juni 1988)
mengemukakan bahwa tuna rungu adalah suatu kehilangan pendengaran yang mengakibatkan
seseorang tidak dapat menangkap berbagai perangsang, terutama indra pendengaran.
Menurut batasan dari Sri Moerdiani (1987: 27) dalam buku psikologi anak luar biasa bahwa
anak tuna rungu adalah mereka yang menaglami gangguan pendengaran sedemikian rupa
sehingga tidak mempunyai fungsi praktis dan tujuan komunikasi dengan orang lain dan
lingkungan sekitarnya. Adapun Moh Amin dalam buku Ortopedagogik umum
mengemukakan bahwa anak tuna rungu adalah mereka yang mengalami kekurangan atau
kehilangan kemampuan mendengar yang disebakan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya
sebagian atau seluruh organ pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam
perkembanganya sehingga memerlukan bimbingan pendidikan khusus. (1991: 1).
Ahli lainnya memberikan batasan mengenai tunarungu ditinjau dari segi medis dan
pedagogis sebagai berikut: “Tunarungu berarti kekurangan atau kehilangan kemampuan
mendengar yang disebabkan oleh kerusakan seluruh alat pendengaran yang mengakibatkan
hambatan dalam perkembangan bahasa sehingga memerlukan bimbingan dan pelayanan
khusus”. (Salim,1984: 8). Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa anak
tunarungu adalah anak yang mengalami hambatan dalam mendengar yang di sebabkan karena
tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan alat pendengaran sehingga anak memerlukan
bimbingan dan pendidikan khusus agar dapat mengembangkan bahasa serta potensi yang
dimiliki anak seoptimal mungkin. Atau dengan menggunakan bahasa lain, bahwa anak
tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar
yang diakibatkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya indra pendengaran sehingga
mengalami hambatan dalam perkembanganya. Denagn demikian anak tuna rungu
memerlukan pendidikan secara khusus untuk mencapai kehidupa lahir batin yang layak.
2. METODE PEMBELAJARAN
Berikut metode pengajaran yang umumnya digunakan oleh guru kepada anak tunarungu,
yaitu (Kurnaeni : 2011) :
1.Strategi
A. Strategi individualisasi
B. Strategi kooperatif
Strategi modifikasi perilaku merupakan suatu bentuk strategi pembelajaran yang bertolak
dari pendekatan behavioral (behavioral approach).strategi ini bertujuan untuk mengubah
perilaku siswa ke arah yang lebih positif melalui conditioning (pengondisian) dan
membantunya agar lebih produktif sehingga menjadi individu yang mandiri.
2 Media Pembelajaran
Putranto, Bambang, S.Pd. 2015. Tips Menangani Murid yang Membutuhkan Perhatian
Khusu. Jakarta: Diva Press \
Somantri, Dr. T. Sutjihati, M.Si., psi. 2012. PSIKOLOGI ANAK LUAR BIASA. Bandung :
PT. Refika Aditama.