Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MODUL 5: PENDIDIKAN ANAK TUNARUNGU DAN ANAK DENGAN


GANGGUAN KOMUNIKASI

KEGIATAN BELAJAR 3: KEBUTUHAN KHUSUS DAN PROFIL


PENDIDIKAN ANAK TUNARUNGU DAN ANAK DENGAN GANGGUAN
KOMUNIKASI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


PDGK 4407/Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Tutor : Lasih, M.Pd.

Disusun Oleh :

Endah Puspito Rini


856703675

KEMENTRIAN RISET-TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ-PALEMBANG
POKJAR LUBUKLINGGAU SELATAN II
TAHUN 2020.1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kehilangan fungsi
pendengaran, baik sebagian maupun seluruhnya yang berdampak kompleks dalam
kehidupannya. Anak tunarungu secara fisik terlihat seperti anak normal, tetapi bila
diajak berkomunikasi barulah terlihat bahwa anak mengalami gangguan
pendengaran. Anak tunarungu tidak berarti anak itu tunawicara, akan tetapi pada
umumnya anak tunarungu mengalami ketunaan sekunder yaitu tunawicara.
Penyebabnya adalah anak sangat sedikit memiliki kosakata dalam sistem otak dan
anak tidak terbiasa berbicara.
Di Indonesia, perkembangan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dan
pendidikan khusus lainnya, mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dengan
lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989 yang
kemudian disempurnakan menjadi UU No.20/2003, pendidikan luar biasa tidak saja
diselenggarakan melalui sistem persekolahan khusus (SLB), namun juga dapat
diselenggarakan secara inklusif di sekolah reguler pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
Anak tunarungu merupakan salah satu klasifikasi dari anak yang
dikategorikan berkebutuhan khusus yang mempunyai kelainan dalam
pendengarannya sehingga memberikan dampak negatif bagi perkembangnnya,
terutama dalam kemampuan berbicara dan berbahasa. Namun demikian, mereka
mempunyai hak yang sama sebagaimana warga negara lainnya dalam memperoleh
layanan pendidikan. Untuk menjamin bahwa anak tunarungu maupun anak dengan
gangguan komunikasi yang berada di sekolah reguler, termasuk SD mendapat
layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan khususnya maka para pendidik
seyogianya mempunyai wawasan tentang layanan pendidikan bagi anaktunarungu
maupun anak dengan gangguan komunikasi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka makalah ini berjudul “Kebutuhan
Khusus dan Profil Pendidikan Anak Tunarungu dan Anak dengan Gangguan
Komunikasi” .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan judul makalah, maka rumusan
permasalahannya antara lain:
1.

BAB II
PEMBAHASAN

KEGIATAN BELAJAR 3
Kebutuhan Khusus dan Profil Pendidikan Anak Tunarungu dan Anak dengan
Gangguan Komunikasi

Pada kegiatan Modul 2 sudah dijelaskan bahwa dampak dari tunarungi dalam
kehidupannya secara kompleks, baik sebagai individu maupun sebagai insan sosial.
Dalam kegiatan belajar 3 ini membahas bagaimana agar dapat memberikan layanan
pendidikan khusus bagi anak berkebutuhan khusus yang ada disekolah anda sesuai
dengan kebutuhan.

A. KEBUTUHAN KHUSUS ANAK TUNARUNGU DAN ANAK DENGAN


GANGGUAN KOMUNIKASI
1. Kebutuhan Khusus Anak Tunarungu
Kemampuan berbahasa merupakan dasar untuk mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki anak.oleh karena itu, anak tunarungu
membutuhkan layanan untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya.
Melalui Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI). Layanan
BKPBI adalah layanan khusus yang merupakan suatu kesatuan antara
pembinaan komunikasi dan optimalisasi sisa pendengaran untuk
memersepsikan buni dan irama.
Berikut layanan dari BKPBI antara lain:
a. Layanan Bina Komunikasi (Pengembangan Kemampuan berbahasa dan
berbicara), meliputi:
1. Pengembangan kemampuan berbahasa, layanan ini
2. Layanan Bina Bicara, meliputi
- Latihan prabicara
- Latihan pernafasan
- Latihan pembentukan suarapembentukan fonem
- Penggemblengan, pembetulan
3. Layanan Membaca Ujaran, kemampuan membaca ujaran dapat dilatih
melalui membaca ujaran. Melalui latihan pramembaca ujaran meliputi
latihan meniru gerakan-gerakan yang besar terlebih dahulu seperti
gerakan tangan, kemudian gerakan yang kecil seperti meniru gerakan
lidah dan bibir.
4. Layanan Bina Persepsi dan Irama (BPBI), progarm latihan BPBI
sebagaimana dikemukakan oleh Depdiknas (2007) dan sadjaah, E &
Sukardja (1996:234-239) mencakup berbagai latihan sebagai berikut:
- Latihan Deteksi/Kesadaran terhadap bunyi
- Latihan mendeteksi Bunyi
- Latihan membedakan/Diskriminasi Bunyi
- Latihan membedakan Bunyi Latar Belakang dan Bunyi bahasa
2. Kebutuhan Khusus Anak dengan Gangguan Komunikasi, antara lain:
a. Kebutuhan anak dengan gangguan artikulasi.
b. Kebutuhan khusus anak yang gagap.
c. Kebutuhan khusus bagi anak yang mengalami keterlambatan dalam
komunikasi verbal.
d. Kebutuhan anak dengan gangguan komunikasi karena autis.

B. PROFIL PENDIDIKAN KHUSUS BAGI ANAK TUNARUNGU


1. Sistem Pendidikan bagi Anak Tunarungu
a. Sistem pendidikan segresi, tempat pendidikannya sistem pendidikan segresi
meliputi, Sekolah Khusus, Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Kelas
Jauh/kelas Kunjung.
b. Sistem Integresi.
c. Sistem Pendidikan inklusif.
2. Metode Komunikasi, meliputi
a. Metode oral-aural,
b. Metode manual (metode isyarat), meliputi :
1. Abjad Jari
2. Ungkapan Badaniah/Bahasa Tubuh
3. Bahasa Isyarat asli, dikelompokan menjadi 2 yaitu:
- bahasa Alamiah
- Bahasa Isyarat Konseptual
4. Bahasa isyarat Formal
3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tunarungu
4. Strategi Pembelajaran, meliputi: Strategi Individualisasi, Kooperatif dan
Modifikasi Perilaku.
5. Media Pembelajaran, berupa media visual seperti gambar, grafis
(diagaram,bagan), realita/objek nyata dari suatu benda (mata uang,
tumbuhan), model/tiruan dari objek benda.
6. Fasilitas Pendukung
7. Penilaian (asessment) Prinsip yang harus diperhatikan yaitu:
berkesinambungan, Menyeluruh, obyektif dan adaptif, pedagogis.

C. PROFIL PENDIDIKAN ANAK DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI


LaBlance (Smith, J.D., 2006:214) mengemukakan tiga prinsip bagi guru kelas
dalam membatu siswa mengalami hambatan dalam berbahasa dan berbicara yaitu
sebagai berikut:
- Berikan suatu contoh yang baik
- Tingkatkan Self-esteem (harga diri) siswa
- Ciptakan lingkungan bicara yang baik

Menurut Smith Smith, J.D. (2006: 215-217) guru perlu mengadakan kerja
sama, yaitu sebagai berikut:

1. Kerja Sama dengan Tenaga Ahli (Profesional Collaboration)


2. Kerja Sama dengan Oang Tua (Collaboration with Parent)
3. Kerja Sama dengan Teman Sebaya (Peer Collaboration)
4. Intervensi Ganguan Artikulasi, meliputi pelaksanaan asesmen, analisis hasil
asesmen, pembuatan program intervensi, pelaksanaan program intervensi.

BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Anak tunarungu merupakan salah satu klasifikasi dari anak yang
dikategorikan berkebutuhan khusus yang mempunyai kelainan dalam
pendengarannya sehingga memberikan dampak negative bagi
perkembangnnya, terutama dalam kemampuan berbicara dan berbahasa. Oleh
karena itu perlu mendapatkan layanan pendidikan khusus pada sekolah
khusus, sekolah regular, maupun pendidikan inklusi.
Strategi pembelajaran anak tunarungu pada dasarnya sama dengan
strategi pembelajaran anak normal, akan tetapi dalam pelaksanaannya harus
bersifat visual, artinya lebih banyak memanfaatkan indra penglihatan siswa
tunarungu. Sedangkan alat evaluasi dalam pembelajaran anak tunarungu
dibagi atas dua macam, yaitu alat evaluasi umum yang digunakan dalam
pembelajaran dikelas biasa dan alat evaluasi khusus yang digunakan dalam
pembelajaran di kelas khusus dan ruang bimbingan khusus.
Pendidikan untuk anak dengan gangguan komunikasi tergantung jenis
gangguan komunikasi dan hambatan lain yang dialami anak tersebut.
Gangguan komunikasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya:
faktor kehilangan pendengaran, kelainan organ bicara, gangguan emosi,
keterlambatan perkembangan, mental retardasi, kerusakan otak, serta faktor
lingkungan. Pencegahan terjadinya gangguan komunikasi sama seperti
pencegahan terjadinya berbagai kelainan pada anak,karena banyak gangguan
komunikasi merupakan danpak dari adanya kelainan tersebut. Disamping itu,
orang tua harus memonitor tumbuh kembang anak, melakukan intervensi dini
terhadao kelainan yang ditemukan, memberikan dukungan dengan banyak
memberikan stimulasi bunyi-bunyi bahasa serta menghindari menggunakan
dwi bahasa pada awal masa perkembangan bahasa.
Prosedur dalam layanan intevensi gangguan komunikasi meliputi
asesmen, menganalisis hasil asesmen, membuat program intervensi,
melaksanakan program intervensi, penilaian serta tindak lanjut.

b. Saran

1. Sebagai seorang guru seyogyannya mempunyai wawasan tentang


layananan pendidikan bagi anak tunarungu maupun anak dengan
gangguan komunikasi.
2. Hendaknya seorang guru yang baik harus memahami karakteristik dari masing-
masing peseta didiknya.
3. Seorang guru yang baik harus mampu memilih dan menggunakan metode
serta media yang tepat sesuai dengan karakter peserta didiknya. Sehingga
bisa memberikan pelayanan kebutuhan khusus yang sesuai dengan apa
yang siswa butuhkan. Baik itu siswa dengan gangguan tuna rungu
maupun pada siswa gangguan komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono . (1995). Strategi Belajar Mengajar dalam pendidikan
Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud Republik Indonesia.

Bunawan, Lanny. (1983). Psikologi Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi


Rama.

Efendy, O. (2006). Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Wardani, IGAK, dkk (2017). Pengantar Anak Berkebutuhan Khusus. Tangerang


Selatan: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai