Disusun Oleh :
Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT, berkat
rahmat, nikmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
sebagaimana mestinya. Makalah ini merupakan salah satu tugas untuk memenuhi
tugas Mata kuliah PDGK 4407/Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Makalah ini disusun bertujuan, supaya para pembaca dapat mempelajari
tentang kebutuhan khusus dan profil pendidikan anak tunarungu dan anak dengan
gangguan komunikasi, serta dapat memberikan layanan pendidikan khusus yang
sesuia untuk kebutuhannya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
memerlukan penyempurnaan baik dari segi isi maupun pengetikan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan
makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua, Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB II PEMBAHASAN..................................................................... 3
A. Kesimpulan ...................................................................... 8
B. Saran................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kehilangan fungsi
pendengaran, baik sebagian maupun seluruhnya yang berdampak kompleks dalam
kehidupannya. Anak tunarungu secara fisik terlihat seperti anak normal, tetapi bila
diajak berkomunikasi barulah terlihat bahwa anak mengalami gangguan
pendengaran. Anak tunarungu tidak berarti anak itu tunawicara, akan tetapi pada
umumnya anak tunarungu mengalami ketunaan sekunder yaitu tunawicara.
Penyebabnya adalah anak sangat sedikit memiliki kosakata dalam sistem otak dan
anak tidak terbiasa berbicara.
Di Indonesia, perkembangan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dan
pendidikan khusus lainnya, mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dengan
lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989 yang
kemudian disempurnakan menjadi UU No.20/2003, pendidikan luar biasa tidak saja
diselenggarakan melalui sistem persekolahan khusus (SLB), namun juga dapat
diselenggarakan secara inklusif di sekolah reguler pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
Anak tunarungu merupakan salah satu klasifikasi dari anak yang
dikategorikan berkebutuhan khusus yang mempunyai kelainan dalam
pendengarannya sehingga memberikan dampak negatif bagi perkembangnnya,
terutama dalam kemampuan berbicara dan berbahasa. Namun demikian, mereka
mempunyai hak yang sama sebagaimana warga negara lainnya dalam memperoleh
layanan pendidikan. Untuk menjamin bahwa anak tunarungu maupun anak dengan
gangguan komunikasi yang berada di sekolah reguler, termasuk SD mendapat
layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan khususnya maka para pendidik
seyogianya mempunyai wawasan tentang layanan pendidikan bagi anaktunarungu
maupun anak dengan gangguan komunikasi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka makalah ini berjudul “Modul 5:
Pendidikan Anak Tunarungu dan Anak dengan Gangguan Komunikasi,
Kegiatan Belajar 3: Kebutuhan Khusus dan Profil Pendidikan Anak
Tunarungu dan Anak dengan Gangguan Komunikasi” .
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan judul makalah, maka rumusan
permasalahannya antara lain:
1. Apa saja kebutuhan khusus anak tunarungu dan anak dengan gangguan
komunikasi?
2. Bagaimana profil pendidikan khusus bagi anak tunarungu?
3. Bagaimana profil pendidikan anak dengan gangguan komunkasi?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penulisan makalah ini
antara lain:
5. Untuk mengetahui kebutuhan khusus anak tunarungu dan anak dengan
gangguan komunikasi.
6. Untuk memahami dan menganalisis profil pendidikan khusus bagi
anak tunarungu.
7. Untuk memahami dan menganalisis profil pendidikan anak dengan
gangguan komunkasi.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini antara lain:
1. Dapat digunakan sebagai bahan pengajaran di bidang Pengantar Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus
2. Menerapkan ilmu yang telah dipelajari tentang layanan pendidikan kebutuhan
khusus anak tunarungu dan anak dengan gangguan komunikasi untuk
diimplementasikan di lapangan (sekolah)
3. Memahami cara-cara penulisan makalah dengan benar
2
BAB II
PEMBAHASAN
KEGIATAN BELAJAR 3
Kebutuhan Khusus dan Profil Pendidikan Anak Tunarungu dan Anak dengan
Gangguan Komunikasi
3
b. Layanan Bina Persepsi dan Irama (BPBI), progarm latihan BPBI
sebagaimana dikemukakan oleh Depdiknas (2007) dan Sadjaah, E &
Sukardja (1996:234-239) mencakup berbagai latihan sebagai berikut:
1) Latihan Deteksi/Kesadaran terhadap bunyi
2) Latihan Mengidentifikasi Bunyi
3) Latihan Membedakan/Diskriminasi Bunyi
4) Latihan Memahami Bunyi Latar Belakang dan Bunyi bahasa
4
2. Metode Komunikasi
Metode yang digunakan dalam berkomunikasi dengan anak tunarungu,
antara lain:
a. Metode oral-aural (melalui bahasa lisan)
b. Metode manual (metode isyarat), meliputi :
1) Abjad Jari (Finger Spelling)
2) Ungkapan Badaniah/Bahasa Tubuh
3) Bahasa Isyarat asli, dikelompokan menjadi 2 yaitu:
a) Bahasa Isyarat Alamiah
b) Bahasa Isyarat Konseptual
4) Bahasa isyarat Formal
c. Komunikasi Total, menerapkan berbagai metode dan media komunikasi
seperti sistem isyarat, ejaan jari, bicara, membaca ujaran, amplifikasi
(pengerasan suara dengan menggunakan alat bantu dengar), gesti, mimik,
pantomimik, menggambar, menulis, serta pemanfaatan sisa pendengaran
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan tunarungu secara perorangan.
4. Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran meliputi:
a. Strategi individualisasi, disesuaikan dengan perbedaan individu baik
karakteristik, kebutuhan maupun kemampuannya.
b. Strategi kooperatif, menekankan unsur gotong royong atau saling
membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran.
5
c. Strategi modifikasi perilaku, bertujuan untuk mengubah perilaku siswa ke
arah yang lebh positif melalui conditioning (pengondisian) dan
membantunya agar lebih produktif sehingga menjadi individu yang mandiri.
5. Media Pembelajaran
Media pembelajaran dikelompokkan menjadi:
a. Media visual seperti gambar, grafis (diagaram, bagan), realita/objek nyata
dari suatu benda (mata uang, tumbuhan), model/tiruan dari objek benda.
b. Media audio seperti program kaset suara untuk membeda-bedakan suara
binatang
c. Media audio-visual seperti program televisi/televisi instruksional.
Media yang sangat penting untuk meminimalisasi dampak negatif dari
kehilangan pendengarannya, yaitu alat bantu dengar (hearing aid).
6. Fasilitas Pendukung
Ruang sumber yang dilengkapi dengan berbagai media untuk
memfasilitasi pemberian layanan kekhususan, seperti layanan untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi oral.
7. Penilaian (Asessment)
Prinsip yang harus diperhatikan antara lain:
a. Berkesinambungan
b. Menyeluruh
c. Obyektif dan adaptif
d. Pedagogis.
6
Menurut Smith Smith, J.D. (2006: 215-217) guru perlu mengadakan kerja
sama, yaitu sebagai berikut:
1. Kerja Sama dengan Tenaga Ahli (Profesional Collaboration)
Model kolaborasi dengan tenaga ahli atau therapist antara lain:
a. Therapist as Teacher, terapis bekerja sebagai guru di kelas sumber
b. Therapist and Team Teacher, terapis menjadi pengajar, dalam bekerja sama
dengan guru kelas
c. Therapist as Classroom-based Interventionist, terapis memberikan terapi
individidual tradisional atau kelompk kecil.
d. Therapist as Classroom Consultant, terapis berfungsi sebagai konsultan bagi
guru-guru.
e. Therapist as Staff and Program Developer, terapis memberikan pelatihan
kepada guru dan staf sekolah lainnya, sehingga keahlian terapis dapat
terserap.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
8
DAFTAR PUSTAKA
Sadjaah, Edja & Dardjo Sukardjo. (1996). Bina Bicara, Persepsi Bunyi, dan Irama.
Jakarta: Depdikbud Republik Indonesia.
Smith, j. David (Sugiarmin & Baihaqi, MIF, Editor ahli). (2006). Inklusi, Sekolah
Ramah untuk Semua. Bandung: Nuansa.