Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MODUL 5: PENDIDIKAN ANAK TUNARUNGU DAN ANAK DENGAN


GANGGUAN KOMUNIKASI

KEGIATAN BELAJAR 3: KEBUTUHAN KHUSUS DAN PROFIL


PENDIDIKAN ANAK TUNARUNGU DAN ANAK DENGAN GANGGUAN
KOMUNIKASI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


PDGK 4407/Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Tutor : Lasih, M.Pd.

Disusun Oleh :

Endah Puspito Rini


856703675

KEMENTRIAN RISET-TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ-PALEMBANG
POKJAR LUBUKLINGGAU SELATAN II
TAHUN 2020.1
Kata Pengantar

Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT, berkat
rahmat, nikmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
sebagaimana mestinya. Makalah ini merupakan salah satu tugas untuk memenuhi
tugas Mata kuliah PDGK 4407/Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Makalah ini disusun bertujuan, supaya para pembaca dapat mempelajari
tentang kebutuhan khusus dan profil pendidikan anak tunarungu dan anak dengan
gangguan komunikasi, serta dapat memberikan layanan pendidikan khusus yang
sesuia untuk kebutuhannya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
memerlukan penyempurnaan baik dari segi isi maupun pengetikan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan
makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua, Aamiin.

Musi Rawas, April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................ 1


B. Rumusan Masalah............................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................. 2
D. Manfaat Penulisan............................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................... 3

A. Kebutuhan Khusus Anak Tunarungu dan Anak dengan


Gangguan Komunikasi..................................................... 3
1. Kebutuhan Khusus Anak Tunarungu......................... 3
2. Kebutuhan Khusus Anak dengan Gangguan
Komunikasi................................................................ 4
B. Profil Pendidikan Khusus bagi Anak Tunarungu.............. 4
1. Sistem Pendidikan bagi Anak Tunarungu.................. 4
2. Metode Komunikasi................................................... 5
3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Siswa Tunarungu......... 5
4. Strategi Pembelajaran................................................ 5
5. Media Pembelajaran................................................... 6
6. Fasiltas Pendukung.................................................... 6
7. Penilaian (Asessment)................................................ 6
C. Profil Pendidikan Anak dengan Gangguan Komunikasi... 6
1. Kerja Sama dengan Tenaga Ahli................................ 7
2. Kerja Sama dengan Orang Tua.................................. 7
3. Kerja Sama dengan Teman Sebaya............................ 7
4. Intervensi Gangguan Artikulasi................................. 7

BAB III PENUTUP ............................................................................. 8

A. Kesimpulan ...................................................................... 8
B. Saran................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kehilangan fungsi
pendengaran, baik sebagian maupun seluruhnya yang berdampak kompleks dalam
kehidupannya. Anak tunarungu secara fisik terlihat seperti anak normal, tetapi bila
diajak berkomunikasi barulah terlihat bahwa anak mengalami gangguan
pendengaran. Anak tunarungu tidak berarti anak itu tunawicara, akan tetapi pada
umumnya anak tunarungu mengalami ketunaan sekunder yaitu tunawicara.
Penyebabnya adalah anak sangat sedikit memiliki kosakata dalam sistem otak dan
anak tidak terbiasa berbicara.
Di Indonesia, perkembangan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dan
pendidikan khusus lainnya, mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dengan
lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989 yang
kemudian disempurnakan menjadi UU No.20/2003, pendidikan luar biasa tidak saja
diselenggarakan melalui sistem persekolahan khusus (SLB), namun juga dapat
diselenggarakan secara inklusif di sekolah reguler pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
Anak tunarungu merupakan salah satu klasifikasi dari anak yang
dikategorikan berkebutuhan khusus yang mempunyai kelainan dalam
pendengarannya sehingga memberikan dampak negatif bagi perkembangnnya,
terutama dalam kemampuan berbicara dan berbahasa. Namun demikian, mereka
mempunyai hak yang sama sebagaimana warga negara lainnya dalam memperoleh
layanan pendidikan. Untuk menjamin bahwa anak tunarungu maupun anak dengan
gangguan komunikasi yang berada di sekolah reguler, termasuk SD mendapat
layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan khususnya maka para pendidik
seyogianya mempunyai wawasan tentang layanan pendidikan bagi anaktunarungu
maupun anak dengan gangguan komunikasi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka makalah ini berjudul “Modul 5:
Pendidikan Anak Tunarungu dan Anak dengan Gangguan Komunikasi,
Kegiatan Belajar 3: Kebutuhan Khusus dan Profil Pendidikan Anak
Tunarungu dan Anak dengan Gangguan Komunikasi” .

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan judul makalah, maka rumusan
permasalahannya antara lain:
1. Apa saja kebutuhan khusus anak tunarungu dan anak dengan gangguan
komunikasi?
2. Bagaimana profil pendidikan khusus bagi anak tunarungu?
3. Bagaimana profil pendidikan anak dengan gangguan komunkasi?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penulisan makalah ini
antara lain:
5. Untuk mengetahui kebutuhan khusus anak tunarungu dan anak dengan
gangguan komunikasi.
6. Untuk memahami dan menganalisis profil pendidikan khusus bagi
anak tunarungu.
7. Untuk memahami dan menganalisis profil pendidikan anak dengan
gangguan komunkasi.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini antara lain:
1. Dapat digunakan sebagai bahan pengajaran di bidang Pengantar Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus
2. Menerapkan ilmu yang telah dipelajari tentang layanan pendidikan kebutuhan
khusus anak tunarungu dan anak dengan gangguan komunikasi untuk
diimplementasikan di lapangan (sekolah)
3. Memahami cara-cara penulisan makalah dengan benar

2
BAB II
PEMBAHASAN

KEGIATAN BELAJAR 3
Kebutuhan Khusus dan Profil Pendidikan Anak Tunarungu dan Anak dengan
Gangguan Komunikasi

Dalam kegiatan belajar 3 ini membahas bagaimana agar dapat memberikan


layanan pendidikan khusus bagi anak berkebutuhan khusus yang ada disekolah sesuai
dengan kebutuhan.

A. KEBUTUHAN KHUSUS ANAK TUNARUNGU DAN ANAK DENGAN


GANGGUAN KOMUNIKASI
1. Kebutuhan Khusus Anak Tunarungu
Kemampuan berbahasa merupakan dasar untuk mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki anak. Oleh karena itu, anak tunarungu
membutuhkan layanan untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya,
melalui layanan Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI).
Layanan BKPBI adalah layanan kekhususan yang merupakan suatu
kesatuan antara pembinaan komunikasi dan optimalisasi sisa pendengaran untuk
memersepsikan bunyi dan irama. Layanan dari BKPBI antara lain:
a. Layanan Bina Komunikasi (Pengembangan Kemampuan berbahasa dan
berbicara), meliputi:
1) Pengembangan kemampuan berbahasa
2) Layanan Bina Bicara, meliputi:
a) Latihan prabicara
b) Latihan pernafasan
c) Latihan pembentukan suara
d) Pembentukan fonem
e) Penggemblengan, pembetulan
3) Layanan Membaca Ujaran, kemampuan membaca ujaran dapat dilatih
melalui membaca ujaran. Melalui latihan pramembaca ujaran meliputi
latihan meniru gerakan-gerakan yang besar terlebih dahulu seperti
gerakan tangan, kemudian gerakan yang kecil seperti meniru gerakan
lidah dan bibir.

3
b. Layanan Bina Persepsi dan Irama (BPBI), progarm latihan BPBI
sebagaimana dikemukakan oleh Depdiknas (2007) dan Sadjaah, E &
Sukardja (1996:234-239) mencakup berbagai latihan sebagai berikut:
1) Latihan Deteksi/Kesadaran terhadap bunyi
2) Latihan Mengidentifikasi Bunyi
3) Latihan Membedakan/Diskriminasi Bunyi
4) Latihan Memahami Bunyi Latar Belakang dan Bunyi bahasa

2. Kebutuhan Khusus Anak dengan Gangguan Komunikasi


Kebutuhan khusus anak dengan gangguan komunikasi antara lain:
a. Kebutuhan anak dengan gangguan artikulasi.
b. Kebutuhan khusus anak yang gagap.
c. Kebutuhan khusus bagi anak yang mengalami keterlambatan dalam
komunikasi verbal.
d. Kebutuhan anak dengan gangguan komunikasi karena autis.
Untuk mengetahui kebutuhan khusus anak dengan gangguan komunikasi
kita harus melakukan asesmen terlebih dahulu. Dengan menganalisis hasil
asesmen, kita dapat mengetahui kebutuhan khusus mereka.

B. PROFIL PENDIDIKAN KHUSUS BAGI ANAK TUNARUNGU


1. Sistem Pendidikan bagi Anak Tunarungu
a. Sistem pendidikan segresi, sistem pendidikan yang terpisah dari sistem
pendidikan anak normal, meliputi:
1) Sekolah Khusus
2) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
3) Kelas Jauh/kelas Kunjung.
b. Sistem integresi, sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
siswa tunarungu untuk belajar bersama-sama dengan siswa
mendengar/normal di sekolah biasa/reguler. Dalam sistem integrasi, siswa
tunarungu dituntut untuk meneyesuaikan diri dengan program yang ada.
c. Sistem pendidikan inklusif, sistem pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi siswa tunarungu untuk belajar bersama-sama dengan siswa
mendengar/normal di sekolah biasa/reguler. Dalam sistem inklusif, sekolah
dituntut untuk menyediakan program pembelajaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan khusus anak tunarungu.

4
2. Metode Komunikasi
Metode yang digunakan dalam berkomunikasi dengan anak tunarungu,
antara lain:
a. Metode oral-aural (melalui bahasa lisan)
b. Metode manual (metode isyarat), meliputi :
1) Abjad Jari (Finger Spelling)
2) Ungkapan Badaniah/Bahasa Tubuh
3) Bahasa Isyarat asli, dikelompokan menjadi 2 yaitu:
a) Bahasa Isyarat Alamiah
b) Bahasa Isyarat Konseptual
4) Bahasa isyarat Formal
c. Komunikasi Total, menerapkan berbagai metode dan media komunikasi
seperti sistem isyarat, ejaan jari, bicara, membaca ujaran, amplifikasi
(pengerasan suara dengan menggunakan alat bantu dengar), gesti, mimik,
pantomimik, menggambar, menulis, serta pemanfaatan sisa pendengaran
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan tunarungu secara perorangan.

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tunarungu


Prinsip-prinsip umum pembelajaran tunarungu antara lain:
a. Prinsip motivasi
b. Prinsip individualisasi
c. Prinsip hubungan sosial
Prinsip-prinsip khusus pembelajaran tunarungu antara lain:
a. Hendaknya posisi pendidik selalu berhadapan dengan siswa (face to face)
b. Siswa tunarungu hendaknya ditempatkan di bagian depan dan di sebelah
siswa yang mendengar.
c. Pendidik harus berbicara dengan tenang, pelafalan huruf jelas, kalimat yang
diucapkan simpel, dan di tulis dipapan tulis.

4. Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran meliputi:
a. Strategi individualisasi, disesuaikan dengan perbedaan individu baik
karakteristik, kebutuhan maupun kemampuannya.
b. Strategi kooperatif, menekankan unsur gotong royong atau saling
membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran.

5
c. Strategi modifikasi perilaku, bertujuan untuk mengubah perilaku siswa ke
arah yang lebh positif melalui conditioning (pengondisian) dan
membantunya agar lebih produktif sehingga menjadi individu yang mandiri.

5. Media Pembelajaran
Media pembelajaran dikelompokkan menjadi:
a. Media visual seperti gambar, grafis (diagaram, bagan), realita/objek nyata
dari suatu benda (mata uang, tumbuhan), model/tiruan dari objek benda.
b. Media audio seperti program kaset suara untuk membeda-bedakan suara
binatang
c. Media audio-visual seperti program televisi/televisi instruksional.
Media yang sangat penting untuk meminimalisasi dampak negatif dari
kehilangan pendengarannya, yaitu alat bantu dengar (hearing aid).

6. Fasilitas Pendukung
Ruang sumber yang dilengkapi dengan berbagai media untuk
memfasilitasi pemberian layanan kekhususan, seperti layanan untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi oral.

7. Penilaian (Asessment)
Prinsip yang harus diperhatikan antara lain:
a. Berkesinambungan
b. Menyeluruh
c. Obyektif dan adaptif
d. Pedagogis.

C. PROFIL PENDIDIKAN ANAK DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI


LaBlance (Smith, J.D., 2006:214) mengemukakan tiga prinsip bagi guru kelas
dalam membatu siswa mengalami hambatan dalam berbahasa dan berbicara yaitu
sebagai berikut:
1. Berikan suatu contoh berbicara yang baik
2. Tingkatkan self-esteem (harga diri) siswa
3. Ciptakan lingkungan berbicara yang baik

6
Menurut Smith Smith, J.D. (2006: 215-217) guru perlu mengadakan kerja
sama, yaitu sebagai berikut:
1. Kerja Sama dengan Tenaga Ahli (Profesional Collaboration)
Model kolaborasi dengan tenaga ahli atau therapist antara lain:
a. Therapist as Teacher, terapis bekerja sebagai guru di kelas sumber
b. Therapist and Team Teacher, terapis menjadi pengajar, dalam bekerja sama
dengan guru kelas
c. Therapist as Classroom-based Interventionist, terapis memberikan terapi
individidual tradisional atau kelompk kecil.
d. Therapist as Classroom Consultant, terapis berfungsi sebagai konsultan bagi
guru-guru.
e. Therapist as Staff and Program Developer, terapis memberikan pelatihan
kepada guru dan staf sekolah lainnya, sehingga keahlian terapis dapat
terserap.

2. Kerja Sama dengan Oang Tua (Collaboration with Parent)


Dalam pertemuan dengan orang tua, pihak sekolah dapat memberikan
informasi mengenai kemampuan awal siswa, program yang dilaksanakan, serta
kemajuan yang dicapai siswa.

3. Kerja Sama dengan Teman Sebaya (Peer Collaboration)


Guru perlu memberikan pemahaman dan mempengaruhi siswa pada
umumnya sehingga timbul sikap positif pada diri mereka dalam bergaul dengan
temannya yang memiliki kebutuhan khusus.

4. Intervensi Ganguan Artikulasi


Intervensi ganguan artikulasi meliputi:
a. Pelaksanaan asesmen
b. Analisis hasil asesmen
c. Pembuatan program intervensi
d. Pelaksanaan program intervensi.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagaimana anak lainnya yang mendengar, anak tunarngu membutuhkan


pendidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Layanan khusus anak
tunarungu, yaitu Layanan Bina Komunikasi dan Layanan Bina Persepsi dan Irama
(BPBI). Sedangkan kebutuhan khusus anak dengan gangguan komunikasi dibedakan
menjadi beberapa jenis, yaitu kebutuhan anak dengan gangguan artikulasi, kebutuhan
khusus anak yang gagap, kebutuhan khusus bagi anak yang mengalami
keterlambatan dalam komunikasi verbal dan kebutuhan anak dengan gangguan
komunikasi karena autis.
Layanan bagi anak tunarungu ditinjau dari sistem pendidikannya,
dikelompokkan menjadi sistem segresi, sistem integrasi/terpadu, serta sistem
pendidikan inklusif. Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu pada dasarnya sama
dengan strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajarn bagi anak normal,
akan tetapi dalam pelaksanaanya harus bersifat visual, artinya lebih banyak
memanfaatkan indera penglihatan siswa tunarungu.
Pendidikan untuk anak dengan gangguan komunikasi tergantung jenis
gangguan komunikasi dan hambatan lain yang dialami anak. Prosedur dalam layanan
intevensi gangguan komunikasi meliputi asesmen, menganalisis hasil asesmen,
membuat program intervensi, melaksanakan program intervensi, penilaian serta
tindak lanjut.

B. Saran

1. Hendaknya seorang pendidik yang baik harus memahami karakteristik dari


masing-masing peseta didiknya.
2. Sebagai seorang pendidik seyogiannya mempunyai wawasan tentang layananan
pendidikan bagi anak tunarungu maupun anak dengan gangguan komunikasi.
3. Seorang pendidik yang baik harus mampu memilih dan menggunakan metode
serta media yang tepat sesuai dengan karakter peserta didiknya. Sehingga bisa
memberikan pelayanan kebutuhan khusus yang sesuai dengan apa yang siswa
butuhkan. Baik itu siswa dengan gangguan tuna rungu maupun pada siswa
gangguan komunikasi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Sadjaah, Edja & Dardjo Sukardjo. (1996). Bina Bicara, Persepsi Bunyi, dan Irama.
Jakarta: Depdikbud Republik Indonesia.

Smith, j. David (Sugiarmin & Baihaqi, MIF, Editor ahli). (2006). Inklusi, Sekolah
Ramah untuk Semua. Bandung: Nuansa.

Wardani, IGAK, dkk (2017). Pengantar Anak Berkebutuhan Khusus. Tangerang


Selatan: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai