Anda di halaman 1dari 10

Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . .

(65-73)

PELAKSANAAN BINA WICARA INDIVIDUAL UNTUK SISWA TUNARUNGU


(STUDI DESKRIPTIF DI TKLB B-1 PANGUDI LUHUR, JAKARTA BARAT)
Laila Mar’atus Solihah
(Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas negeri Jakarta)
Layla.ms08@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan bina wicara individual untuk
siswa tunarungu di kelas TKLB B-1 Pangudi Luhur Jakarta. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil temuan penelitian ini adalah: 1) Sekolah
memodifikasi kurikulum bina wicara yang disediakan pemerintah untuk SLB khusus tunarungu
tetapi hanya membuat target jumlah fonem yang harus dikuasai siswa pada tiap jenjang tanpa
menentukan jenis fonem. 2) Guru menggunakan pendekatan individual, oral-aural, dan visual,
auditori, kinestetis dan metode yang digunakan sekolah dalam mengajarkan wicara adalah
metode suara. 3) Materi berdasarkan percakapan siswa yang muncul. 4) Proses bina wicara
terangkum dalam ruang lingkup bina wicara, yaitu: pra wicara (latihan suara), membentuk
fonem, membetulkan fonem, menggembleng fonem, mengembangkan fonem, wicara
bersambung dan, latihan mendengar, dalam prosesnya tahapan-tahapan ini tidak harus selalu
berurutan. 5) Guru melakukan beberapa tahapan dalam membentuk sebuah fonem dan tahapan
tersebut bisa dilakukan secara acak tergantung kebutuhan dan tingkat pemahaman siswa. 6)
Evaluasi perkembangan wicara siswa dilakukan tanpa adanya teknik khusus sedangkan evaluasi
per semester dilakukan secara individual dengan bentuk dan pertanyaan yang sama pada tiap
jenjang kelasnya.
Kata kunci: pelaksanaan bina wicara individual, siswa tunarungu

PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang digunakan dalam kehidupan. Sedangkan
tidak mampu hidup sendiri dan saling komunikasi nonverbal adalah bentuk
membutuhkan satu sama lain. Salah satu komunikasi dengan cara isyarat bahasa
sifat sosial adalah terjalinnya komunikasi yang bukan menggunakan kata-kata, seperti
antara manusia dalam kehidupan. berisyarat, gerakan anggota tubuh, kontak
Komunikasi merupakan salah satu mata, dan ekspresi wajah.
kebutuhan terpenting bagi manusia karena Komunikasi yang baik harus terjaga agar
dalam kehidupan sehari-hari manusia terjalin kehidupan yang harmonis pada
senantiasa terlibat dalam aktivitas seluruh lapisan masyarakat tak terkecuali
komunikasi. Dengan adanya komunikasi, siswa tunarungu. Siswa yang mengalami
manusia dapat memahami antara satu ketunarunguan sejak lahir, akan berdampak
dengan lainnya. pada gangguan pendengaran sehingga
Manusia bisa berkomunikasi dengan dua perkembangan bahasa tunarungu pun
cara, yaitu verbal dan non verbal. terhambat. Keterbatasan dalam berbahasa
Komunikasi verbal disampaikan dengan mengakibatkan siswa tunarungu cenderung
bahasa verbal berupa kata-kata yang lazim memiliki kesulitan untuk berkomunikasi di

65
Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . . (65-73)

masyarakat khususnya dengan komunikasi mendalam dan gambaran yang lebih jelas,
verbal. Layanan yang harus diberikan pada terperinci pada sebuah tulisan mengenai
siswa tunarungu untuk mengembangkan pelaksanaan bina wicara untuk anak
kemampuan komunikasi verbal sejak dini tunarungu di TKLB B-1 Pangudi Luhur.
adalah dengan bina wicara, karena dengan Peneliti memfokuskan penelitian ini
bina wicara siswa tunarungu mendapatkan pada pelaksanaan latihan bina wicara
pelatihan untuk mengembangkan individual untuk siswa tunarungu kelas
kemampuan artikulasi agar kemampuan TKLB B-1 Pangudi Luhur, Jakarta. Dari
wicara siswa dapat lebih berkembang fokus penelitian tersebut, dapat
secara efektif. diidentifikasi beberapa permasalahan
SLB B Pangudi Luhur adalah salah satu sebagai berikut: (1) Program bina wicara
sekolah khusus tunarungu yang mendidik kelas TKLB B-1 Pangudi Luhur dalam
siswa tunarungu untuk dapat berkomunikasi latihan bina wicara, (2) Pendekatan dan
secara verbal. Salah satu faktor utama metode yang digunakan TKLB B Pangudi
dalam keberhasilan pendidikan komunikasi Luhur dalam latihan bina wicara, (3)
verbal di SLB B Pangudi Luhur adalah Bentuk materi yang digunakan TKLB B
dengan diberikannya layanan bina wicara. Pangudi Luhur dalam latihan bina wicara,
Kemampuan komunikasi verbal tunarungu (4) Media yang digunakan TKLB B
yang baik merupakan hasil dari layanan Pangudi Luhur dalam latihan bina wicara,
bina wicara yang diberikan secara (5) Proses latihan bina wicara individual
terprogram baik secara klasikal maupun kelas TKLB B-1 Pangudi Luhur, (6) Bentuk
individual. Layanan bina wicara individual evaluasi latihan bina wicara TKLB B
baru didapatkan sejak siswa ketika Pangudi Luhur.
memasuki jenjang Taman Kanak-kanak Tujuan penelitian ini adalah untuk
Luar Biasa bagian B-1 Pangudi Luhur mengetahui pelaksanaan bina wicara
(TKLB B-1 Pangudi Luhur). Pada jenjang individual untuk siswa tunarungu di kelas
TKLB B-1 inilah sekolah mulai TKLB B-1 Pangudi Luhur Jakarta.
memberikan layanan bina wicara individual
secara lebih terprogram kepada siswa. KAJIAN TEORI
Berdasarkan latar belakang tersebut Tunarungu berasal dari dua kata, yaitu
peneliti tertarik untuk meneliti seperti “tuna” dan “rungu”. Tuna artinya kurang,
apakah pelaksanaan bina wicara yang dan rungu artinya pendengaran. Orang atau
diberikan untuk siswa tunarungu di TKLB anak dikatakan tunarungu apabila ia tidak
B-1 Pangudi Luhur sehingga siswa mampu mendengar atau kurang mampu
tunarungu dapat berkomunikasi dengan mendengar. Tunarungu dapat diartikan
baik. Melalui penelitian ini, peneliti sebagai keadaan kehilangan pendengaran
berharap memperoleh informasi lebih yang mengakibatkan seseorang dapat

66
Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . . (65-73)

menangkap berbagai rangsangan, terutama Miles and Huberman, yang mencakup


melalui indera pendengarannya (Sutjihati reduksi data, penyajian data, kesimpulan
Somantri T, 2006: 93). dan verifikasi.
Menurut Eisenson yang dikutip oleh
Sadjaah dan Sukarja yaitu pemeriksaan dan HASIL DAN PEMBAHASAN
pengobatan secara khusus terhadap Ada beberapa penemuan yang dapat
penderita gangguan bahasa dan gangguan diungkapkan dalam penelitian ini, yaitu:
suara “Speech Teraphy is a therappheutic of pertama, program bina wicara kelas 1
speech voice and language” (Edja Sadjaah TKLB B Pangudi Luhur dalam latihan bina
dan Darjo Sukarja, 1995: 140). wicara. Bina wicara memiliki standar
kompetensi tersendiri yang telah disediakan
METODE PENELITIAN pemerintah, akan tetapi sekolah
Metode penelitian yang digunakan memodifikasi standar kompetensi bina
dalam penelitian ini adalah metode wicara yang disediakan pemerintah untuk
deskriptif. Pendekatan yang digunakan SLB khusus tunarungu tersebut. Sekolah
dalam penelitian ini adalah pendekatan membuat target jumlah fonem yang harus
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah dikuasai siswa pada tiap jenjangnya, yaitu
penelitian yang menghasilkan prosedur 12 fonem pada tiap jenjang tanpa
analisis yang tidak menggunakan prosedur menentukan jenis fonem. Program tersebut
analisis statistik atau cara kuantifikasi dibuat dan dicantumkan dalam Rencana
lainnya (Lexy J Moleong, 2008: 6) Pengembangan Program bina wicara yang
Subjek yang digunakan dalam penelitian dibuat pada tiap awal semester. Guru tidak
ini adalah guru bina wicara TKLB B-1 diwajibkan untuk membuat Rencana
Pangudi Luhur sebagai sumber data primer Pelaksanaan Pembelajaran setiap sebelum
dan kepala sekolah TLO dan TKLB B melaksanakan bina wicara individual siswa
Pangudi Luhur sebagai sumber data tunarungu sehingga latihan bina wicara
sekunder. terjadi dengan sangat situasional individual.
Penelitian dilaksanakan selama kurang Sebagai gantinya, guru wajib membuat
lebih 12 bulan, yaitu mulai dari bulan laporan harian tiap siswa di buku bina
Agustus 2011 sampai Juli 2012 dan wicara yang dimiliki tiap-tiap siswa
dilakukan di TKLB B-1 Pangudi Luhur, tunarungu. Sekolah memprogramkan bina
Jalan Pesanggrahan 125, Kembangan, wicara 3 kali pertemuan dalam seminggu
Jakarta Barat. dengan alokasi waktu 20 menit per
Teknik pengumpulan data dalam pertemuan.
penelitian ini adalah observasi, wawancara, Kedua, pendekatan dan metode yang
dan dokumentasi, kemudian dianalisis digunakan TKLB B Pangudi Luhur dalam
dengan menggunakan teknik analisis data latihan bina wicara. Guru menggunakan

67
Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . . (65-73)

pendekatan individual, oral-aural, dan lengkap sehingga menunjang keberhasilan


visual, auditori, kinestetis taktil (VAKT). dalam melatih wicara siswa. media tersebut
Maksud dari pendekatan invidual adalah seperti : nasalitet, sounder /s/, spatel, pias
penanganan layanan bina wicara secara kertas dan plosif, alat getar (vibrator),
individu di ruang bina wicara, pendekatan speech trainer set (yang terdiri dari
oral aural yaitu pemanfaatan sisa-sisa amplifier, 2 buah mikrophone, 1 buah
pendengaran siswa tunarungu seperti lampu aksen, 1 buah cermin, 2 buah lampu,
penggunaan alat bantu dengar dalam proses 1 buah headphone). Selain alat tersebut
kegiatan belajar mengajar klasikal maupun guru juga menggunakan kamus, kertas
speech trainer yang difasilitasi sekolah kosa-kata, dan kertas visualisasi percakapan
untuk layanan bina wicara dan kelas sebagai media untuk bahan referensi
mengoptimalkan kemampuan wicara siswa dalam bina wicara siswa.
tunarungu, sedangkan maksud dari Kelima, proses latihan bina wicara
pendekatan visual auditori kinestetik taktil individual kelas 1 TKLB B Pangudi Luhur.
(VAKT) adalah visual memaksimalkan Proses atau langkah-langkah dalam bina
indera pengelihatan dengan bantuan media wicara ini terangkum dalam ruang lingkup
cermin, auditori memaksimalkan indera bina wicara, yaitu: Pra wicara (latihan
pendengaran dengan bantuan speech suara), membentuk fonem, membetulkan
trainer, kinestetik dan taktil fonem, menggembleng fonem,
memaksimalkan indera perasa dan peraba mengembangkan fonem, wicara
untuk merasakan perbedaan bentuk bersambung, dan latihan mendengar. Dalam
artikulasi dalam proses latihan bina wicara. prosesnya tahapan-tahapan ini tidak harus
Metode yang digunakan sekolah dalam selalu berurutan. Sekolah mewajibkan
mengajarkan wicara adalah metode suara, seluruh siswa untuk menggunakan tulisan
yaitu siswa dituntut untuk selalu tegak bersambung. Siswa tunarungu
menyuarakan perasaannya agar terbiasa diwajibkan untuk menulis tegak
untuk berbicara. bersambung agar siswa dapat memahami
Ketiga, bentuk materi yang digunakan bahwa dalam satu kata tersebut merupakan
TKLB B Pangudi Luhur dalam latihan bina suatu kesatuan sehingga pengucapannya
wicara. Penentuan materi dilakukan saat pun tidak terputus-putus.
latihan wicara berlangsung karena materi Guru selalu memberikan reinforcement
tersebut diambil berdasarkan percakapan pada siswa sebagai penguatan baik
siswa yang muncul sesuai dengan prinsip reinforcement negatif maupun
metode yang digunakan sekolah. reinforcement positif. Guru juga
Keempat, Media yang digunakan TKLB memberikan pekerjaan rumah untuk
B Pangudi Luhur dalam latihan bina wicara. dikerjakan pada hari libur siswa. Tugas
Sekolah menyediakan media yang sangat tersebut harus dikerjakan dengan bantuan

68
Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . . (65-73)

orangtua sehingga orangtua siswa dapat dan kesatuan nasional dan nilai-nilai
memperhatikan perkembangan kemampuan kebangsaan (Zainal Arifin, 2011:. 22-23).
wicara anak. Undang-undang tersebut menjelaskan
Keenam, bentuk evaluasi latihan bina bahwa kurikulum harus disesuaikan dengan
wicara TKLB B Pangudi Luhur. Evaluasi keragaman potensi yang siswa miliki.
perkembangan wicara siswa dilakukan Keragaman kemampuan wicara siswa
dengan menuliskan di buku laporan yang tunarungu menyebabkan sekolah tidak
dimiliki tiap siswa secara langsung tanpa dapat menargetkan suatu program yang
adanya teknik khusus. Pada hari jum’at ditentukan secara baku. Oleh karena itu
guru bina wicara wajib mengumpulkan SLB B Pangudi Luhur tidak menggunakan
buku laporan tersebut kepada guru pembina kurikulum bina wicara yang disediakan
bina wicara yang nantinya akan diperiksa pemerintah. Sekolah membuat program
oleh guru pembina bina wicara tersebut. bina wicara tersendiri dengan mengacu
Evaluasi persemester dilakukan secara pada target minimal jumlah penguasaan
individual dengan bentuk dan pertanyaan fonem siswa tanpa adanya penentuan jenis
yang sama pada tiap jenjang kelasnya. fonem tersebut.
Penilaian tidak berpatokan dengan hasil tes Kedua, pendekatan yang digunakan SLB
ujian akhir semester siswa, melainkan B Pangudi Luhur dalam latihan bina wicara
akumulasi dari hasil evaluasi yang terdapat adalah pendekatan individual, oral-aural,
di buku laporan yang dibandingkan dengan dan visual, auditori, kinestetis, taktil.
hasil ujian akhir semester. Pendekatan individual digunakan karena
Pembahasan dalam penelitian ini sifat siswa tunarungu yang unik dan
diurutkan berdasarkan fokus permasalahan. memiliki kemampuan yang berbeda antara
Pertama, undang-undang sistem pendidikan satu dan lainnya sehingga tidak dapat
nasional Bab X tentang kurikulum pasal 36 disamaratakan seperti yang telah dijelaskan
ayat 3 menyebutkan bahwa “kurikulum sebelumnya. Selain itu dengan pendekatan
disusun sesuai dengan jenjang pendidikan individual ini siswa akan lebih terpegang
dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik dalam segala sikap dan perubahan
Indonesia dengan memperhatikan perilakunya sehingga guru lebih mudah
peningkatan iman dan takwa; peningkatan untuk mengawasi dan menilai keberhasilan
akhlak mulia; peningkatan potensi, program yang akan dicapai. Sesuai dengan
kecerdasan, dan minat peserta didik; perbedaan individual menurut Hamalik
keragaman potensi daerah dan lingkungan; yaitu perbedaan individual dapat dilihat dari
tuntutan pembangunan daerah dan nasional; dua sisi, yakni dari segi horizontal dan
tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu vertikal. Perbedaan dari segi horizontal
pengetahuan, teknologi, dan seni; agama; setiap individu berbeda dengan individu
dinamika perkembangan global; persatuan lainnya dalam aspek mental, seperti :tingkat

69
Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . . (65-73)

kecerdasan, abilitas, minat, ingatan, emosi, dengan/menunjang tercapainya tujuan


kemauan, dan sebagainya dan perbedaan instruksional, 2) materi pelajaran
dari segi horizontal yaitu tidak ada dua hendaknya sesuai dengan tingkat
individu yang sama dalam aspek jasmaniah, pendidikan/perkembangan siswa pada
seperti bentuk tubuh, ukuran, kekuatan, dan umumnya, 3) materi pelajaran hendaknya
daya tahan tubuh (Oemar Hamalik, 2007: terorganisasi secara sistematik dan
180). berkesinambungan, 4) materi pelajaran
Metode sangat berperan penting dalam hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat
pengajaran tak terkecuali dalam bina faktual maupun konseptual (Ibrahim dan
wicara. Menurut Sujana dalam buku Nana Syaodih, 2010: 100). Berdasarkan
Syarifudin dkk menjelaskan bahwa metode teori yang telah diungkapkan maka materi
mengajar ialah cara yang digunakan guru bina wicara yang ditentukan oleh guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa wicara sudah sangat sesuai. Walaupun guru
pada saat berlangsungnya pengajaran menentukan materi berdasarkan percakapan
(Syarifudin dkk, 2010: 123). Bina wicara yang berasal dari siswa, tetapi guru
individual untuk siswa tunarungu di TKLB mengambil materi tersebut disesuaikan
B ini menggunakan metode suara, yaitu dengan tujuan instruksional dan
siswa dituntut untuk selalu menyuarakan perkembangan kemampuan siswa
perasaannya agar terbiasa untuk berbicara, tunarungu itu sendiri. Hal ini juga sesuai
jika hal tersebut dibandingkan dengan dengan Hamalik yang mengungkapkan
tujuan penggunaan metode tersebut maka bahwa bahan pengajaran bukan semata-
metode yang digunakan TKLB B Pangudi mata berarti semua uraian yang tertera
Luhur dalam bina wicara sudah sangat dalam buku sumber atau sumber cetak
sesuai. Seperti yang diungkapkan oleh lainnya, melainkan memiliki klasifikasi
Syarifudin dkk tentang metode sebagai alat tertentu. Berdasarkan klasifikasi itulah
mencapai tujuan yaitu tujuan berfungsi kemudian guru memilih bahan yang mana
sebagai pedoman yang dapat menentukan yang akan disajikan dalam perencanaan
kemana kegiatan pembelajaran akan dibawa untuk mencapai tujuan pengajaran yang
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. telah dirumuskan sebelumnya (Oemar
Ketiga, materi pelajaran merupakan Hamalik, 2005: 139).
suatu yang disajikan guru untuk diolah dan Keempat, media merupakan salah satu
kemudian dipahami oleh siswa, dalam aspek terpenting dalam menunjang
rangka pencapaian tujuan-tujuan keberhasilan siswa dalam bina wicara.
instruksional yang telah ditetapkan. Ada Djamarah dan Zain mengungkapkan bahwa
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam media adalah sumber belajar, maka secara
menetapkan materi pelajaran, yaitu: 1) luas media diartikan dengan manusia,
materi pelajaran hendaknya sesuai benda, ataupun peristiwa yang

70
Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . . (65-73)

memungkinkan anak didik memperoleh berlangsung, guru wicara melakukan


pengetahuan dan keterampilan (Syaiful penilaian atau evaluasi hasil wicara siswa
Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: secara langsung dengan menuliskannya di
136). Penyediaan sekolah akan media untuk buku laporan yang dimiliki oleh tiap siswa.
bina wicara sudah terbilang lengkap. Hal Sedangkan secara garis besar dalam proses
tersebutlah yang menjadi salah satu faktor belajar mengajar, evaluasi memiliki fungsi
keberhasilan guru dalam meningkatkan atau pokok sebagai berikut : 1) untuk mengukur
mengembangkan kemampuan wicara siswa kemajuan dan perkembangan peserta didik
tunarungu. setelah melakukan kegiatan belajar
Kelima, Proses latihan bina wicara mengajar selama jangka waktu tertentu, 2)
individual kelas TKLB B-1 Pangudi Luhur. untuk mengukur sampai di mana
Ketika proses latihan bina wicara keberhasilan sistem pengajaran yang
berlangsung, guru wicara selalu digunakan, 3) sebagai bahan pertimbangan
memberikan reinforcement kepada siswa dalam rangka melakukan perbaikan proses
untuk memotivasi siswa agar belajar mengajar (Harjanto, 2008: .277-
mengembangkan kemampuan wicara 278). Berdasarkan teori fungsi pokok
mereka lebih baik lagi. Menurut Donald evaluasi seperti yang telah diungkapkan
yang dikutip oleh Hamalik motovasi adalah tersebut maka fungsi pokok evaluasi bina
perubahan energi dalam diri (pribadi) wicara individual untuk siswa tunarungu
seseorang yang ditandai dengan timbulnya telah sesuai dengan tujuan guru dalam
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan mengevaluasi hasil kemampuan wicara
(Oemar Hamalik, 2008: 158). Jika merujuk siswa.
pada teori tersebut maka guru wicara cukup
berhasil karena siswa memiliki perubahan
kearah yang lebih positif setelah diberikan SIMPULAN DAN SARAN
reinforcement tersebut. Siswa lebih Berdasarkan hasil yang telah diperoleh,
bersemangat dalam bina wicara ketika guru maka peneliti dapat menyimpulkan
memberikan reinforcement positif beberapa hal. Pertama, pemerintah
walaupun hanya dalam bentuk pemberian menyediakan standar kompetensi bina
jempol dan senyuman dan siswa juga wicara yang disediakan untuk sekolah
terpacu untuk berusaha agar lebih baik khusus tunarungu, akan tetapi sekolah
ketika mendapatka reinforcement negatif. memodifikasi standar kompetensi karena
Keenam, evaluasi adalah proses untuk sesuai dengan pendekatan yang digunakan
menentukan nilai belajar siswa melalui sekolah yaitu pendekatan individual maka
kegiatan penilaian dan/atau pengukuran guru hanya membuat program bina wicara
hasil belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: individual berdasarkan target jumlah fonem
200). Pada pelaksanaan bina wicara yang harus dikuasai siswa pada tiap jenjang

71
Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . . (65-73)

tanpa menentukan jenis fonem tersebut bahwa dalam satu kata tersebut merupakan
karena setiap siswa memiliki tingkat suatu kesatuan sehingga pengucapannya
kemampuan yang berbeda-beda. Program pun tidak terputus-putus. Dalam
tersebut dibuat dan dicantumkan dalam pelaksanaan bina wicara berlangsung guru
Rencana Pengembangan Program bina selalu memberikan reinforcement pada
wicara yang dibuat pada tiap awal semester. siswa untuk memberikan motivasi.
Kedua, sekolah menentukan bahwa Reinforcement negatif diberikan jika siswa
pendekatan yang digunakan dalam bina selalu melakukan kesalahan dalam proses
wicara individual adalah pendekatan latihan wicara berlangsung. Reinforcement
individual, oral-aural, dan visual auditori bisa diberikan dalam bentuk pemberian
kinestetik. Sedangkan metode yang kelingking (yang berarti jelek) ataupun
digunakan adalah metode suara yang ekspresi marah guru. Reinforcement positif
merupakan bagian dari metode maternal dalam bentuk jempol atau senyuman selalu
reflektif (MMR). diberikan guru ketika siswa melakukan
Ketiga, materi diambil berdasarkan latihan wicara dengan benar.
percakapan siswa yang keluar pada saat Kelima, guru memberikan pekerjaan
pelaksanaan bina wicara individual rumah untuk dikerjakan pada hari libur
berlangsung sesuai dengan metode yang siswa untuk mempertahankan kemampuan
digunakan sekolah dalam latihan bina wicara yang telah dikuasai agar tidak hilang
wicara. Terkadang guru juga mengambil kembali. Tugas tersebut harus dikerjakan
materi berdasarkan buku laporan yang dengan bantuan orangtua sehingga orangtua
dimiliki tiap siswa jika dalam percakapan siswa dapat memperhatikan perkembangan
tersebut tidak terdapat materi yang diambil. kemampuan wicara anaknya.
Keempat, ruang lingkup bina wicara Keenam, evaluasi perkembangan wicara
individual siswa tunarungu di TKLB B siswa dilakukan dengan menuliskan di buku
Pangudi Luhur adalah 1) pra wicara (latihan laporan yang dimiliki tiap siswa secara
suara), 2) membentuk fonem, 3) langsung tanpa adanya teknik khusus.
membetulkan fonem, 4) menggembleng Sedangkan evaluasi persemester dilakukan
fonem, 5) mengembangkan fonem, 6) secara individual dengan bentuk dan
wicara bersambung dan, 7) latihan pertanyaan yang sama pada tiap jenjang
mendengar. Dalam prosesnya, tahapan- kelasnya. Penilaian tidak berpatokan
tahapan ini tidak harus selalu berurutan. dengan hasil tes ujian akhir semester siswa,
Selain itu guru memiliki teknik tersendiri melainkan akumulasi dari hasil evaluasi
dalam melatih wicara siswa. Selain itu yang terdapat di buku laporan yang
Sekolah mewajibkan seluruh siswa dan dibandingkan dengan hasil ujian akhir
murid untuk menggunakan tulisan tegak semester.
bersambung agar siswa dapat memahami

72
Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . . (65-73)

Adapun saran-saran penelitian ini _____________, Perencanaan Pengajaran


muncul dari kesimpulan penelitian yang Berdasarkan Pendekatan Sistem,
ditujukan kepada berbagai pihak sebagai Jakarta: Bumi Aksara, 2005
berikut : 1) bagi guru, melihat pentingnya Harjanto, Perencanaan Pengajaran,
kemampuan wicara bagi siswa tunarungu Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008
maka guru harus selalu mengembangkan Ibrahim dan Nana Syaodih, Perencanaan
diri dalam melatih bina wicara siswa. 2) Pengajaran, Jakarta :PT Rineka
bagi sekolah, pihak sekolah hendaknya Cipta, 2010
mendukung bina wicara ini dengan Somantri, Sutjihati, Psikologi Anak Luar
menyediakan sarana dan prasarana yang Biasa, Bandung: Refika Aditama,
lengkap untuk menunjang dalam 2006
mengembangkan kemampuan wicara siswa. Syarifudin dkk, Strategi Belajar Mengajar,
3) bagi mahasiswa, penelitian mengenai Jakarta: Diadit Media, 2010
pelaksanaan bina wicara individual untuk
siswa tunarungu diharapkan dapat menjadi
bahan masukan bagi penelitian lanjutan
yang akan dilakukan di jurusan Pendidikan
Luar Biasa. Selain hal tersebut dengan
penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan informasi bagi mahasiswa yang akan
melakukan praktek lapangan di TKLB B
Pangudi Luhur mengenai pelaksanaan bina
wicara individual.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal, Konsep dan Model
Pengembangan Kurikulum, Bandung
: PT Remaja Rosdakarya, 2011
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain,
Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2006
Hamalik, Oemar, Proses belajar Mengajar,
Jakarta: Bumi Aksara, 2008
_____________, Proses belajsar Mengajar,
Jakarta: Bumi Aksara, 2007

73
Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . . (65-73)

74

Anda mungkin juga menyukai