(65-73)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan bina wicara individual untuk
siswa tunarungu di kelas TKLB B-1 Pangudi Luhur Jakarta. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil temuan penelitian ini adalah: 1) Sekolah
memodifikasi kurikulum bina wicara yang disediakan pemerintah untuk SLB khusus tunarungu
tetapi hanya membuat target jumlah fonem yang harus dikuasai siswa pada tiap jenjang tanpa
menentukan jenis fonem. 2) Guru menggunakan pendekatan individual, oral-aural, dan visual,
auditori, kinestetis dan metode yang digunakan sekolah dalam mengajarkan wicara adalah
metode suara. 3) Materi berdasarkan percakapan siswa yang muncul. 4) Proses bina wicara
terangkum dalam ruang lingkup bina wicara, yaitu: pra wicara (latihan suara), membentuk
fonem, membetulkan fonem, menggembleng fonem, mengembangkan fonem, wicara
bersambung dan, latihan mendengar, dalam prosesnya tahapan-tahapan ini tidak harus selalu
berurutan. 5) Guru melakukan beberapa tahapan dalam membentuk sebuah fonem dan tahapan
tersebut bisa dilakukan secara acak tergantung kebutuhan dan tingkat pemahaman siswa. 6)
Evaluasi perkembangan wicara siswa dilakukan tanpa adanya teknik khusus sedangkan evaluasi
per semester dilakukan secara individual dengan bentuk dan pertanyaan yang sama pada tiap
jenjang kelasnya.
Kata kunci: pelaksanaan bina wicara individual, siswa tunarungu
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang digunakan dalam kehidupan. Sedangkan
tidak mampu hidup sendiri dan saling komunikasi nonverbal adalah bentuk
membutuhkan satu sama lain. Salah satu komunikasi dengan cara isyarat bahasa
sifat sosial adalah terjalinnya komunikasi yang bukan menggunakan kata-kata, seperti
antara manusia dalam kehidupan. berisyarat, gerakan anggota tubuh, kontak
Komunikasi merupakan salah satu mata, dan ekspresi wajah.
kebutuhan terpenting bagi manusia karena Komunikasi yang baik harus terjaga agar
dalam kehidupan sehari-hari manusia terjalin kehidupan yang harmonis pada
senantiasa terlibat dalam aktivitas seluruh lapisan masyarakat tak terkecuali
komunikasi. Dengan adanya komunikasi, siswa tunarungu. Siswa yang mengalami
manusia dapat memahami antara satu ketunarunguan sejak lahir, akan berdampak
dengan lainnya. pada gangguan pendengaran sehingga
Manusia bisa berkomunikasi dengan dua perkembangan bahasa tunarungu pun
cara, yaitu verbal dan non verbal. terhambat. Keterbatasan dalam berbahasa
Komunikasi verbal disampaikan dengan mengakibatkan siswa tunarungu cenderung
bahasa verbal berupa kata-kata yang lazim memiliki kesulitan untuk berkomunikasi di
65
Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . . (65-73)
masyarakat khususnya dengan komunikasi mendalam dan gambaran yang lebih jelas,
verbal. Layanan yang harus diberikan pada terperinci pada sebuah tulisan mengenai
siswa tunarungu untuk mengembangkan pelaksanaan bina wicara untuk anak
kemampuan komunikasi verbal sejak dini tunarungu di TKLB B-1 Pangudi Luhur.
adalah dengan bina wicara, karena dengan Peneliti memfokuskan penelitian ini
bina wicara siswa tunarungu mendapatkan pada pelaksanaan latihan bina wicara
pelatihan untuk mengembangkan individual untuk siswa tunarungu kelas
kemampuan artikulasi agar kemampuan TKLB B-1 Pangudi Luhur, Jakarta. Dari
wicara siswa dapat lebih berkembang fokus penelitian tersebut, dapat
secara efektif. diidentifikasi beberapa permasalahan
SLB B Pangudi Luhur adalah salah satu sebagai berikut: (1) Program bina wicara
sekolah khusus tunarungu yang mendidik kelas TKLB B-1 Pangudi Luhur dalam
siswa tunarungu untuk dapat berkomunikasi latihan bina wicara, (2) Pendekatan dan
secara verbal. Salah satu faktor utama metode yang digunakan TKLB B Pangudi
dalam keberhasilan pendidikan komunikasi Luhur dalam latihan bina wicara, (3)
verbal di SLB B Pangudi Luhur adalah Bentuk materi yang digunakan TKLB B
dengan diberikannya layanan bina wicara. Pangudi Luhur dalam latihan bina wicara,
Kemampuan komunikasi verbal tunarungu (4) Media yang digunakan TKLB B
yang baik merupakan hasil dari layanan Pangudi Luhur dalam latihan bina wicara,
bina wicara yang diberikan secara (5) Proses latihan bina wicara individual
terprogram baik secara klasikal maupun kelas TKLB B-1 Pangudi Luhur, (6) Bentuk
individual. Layanan bina wicara individual evaluasi latihan bina wicara TKLB B
baru didapatkan sejak siswa ketika Pangudi Luhur.
memasuki jenjang Taman Kanak-kanak Tujuan penelitian ini adalah untuk
Luar Biasa bagian B-1 Pangudi Luhur mengetahui pelaksanaan bina wicara
(TKLB B-1 Pangudi Luhur). Pada jenjang individual untuk siswa tunarungu di kelas
TKLB B-1 inilah sekolah mulai TKLB B-1 Pangudi Luhur Jakarta.
memberikan layanan bina wicara individual
secara lebih terprogram kepada siswa. KAJIAN TEORI
Berdasarkan latar belakang tersebut Tunarungu berasal dari dua kata, yaitu
peneliti tertarik untuk meneliti seperti “tuna” dan “rungu”. Tuna artinya kurang,
apakah pelaksanaan bina wicara yang dan rungu artinya pendengaran. Orang atau
diberikan untuk siswa tunarungu di TKLB anak dikatakan tunarungu apabila ia tidak
B-1 Pangudi Luhur sehingga siswa mampu mendengar atau kurang mampu
tunarungu dapat berkomunikasi dengan mendengar. Tunarungu dapat diartikan
baik. Melalui penelitian ini, peneliti sebagai keadaan kehilangan pendengaran
berharap memperoleh informasi lebih yang mengakibatkan seseorang dapat
66
Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . . (65-73)
67
Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . . (65-73)
68
Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . . (65-73)
orangtua sehingga orangtua siswa dapat dan kesatuan nasional dan nilai-nilai
memperhatikan perkembangan kemampuan kebangsaan (Zainal Arifin, 2011:. 22-23).
wicara anak. Undang-undang tersebut menjelaskan
Keenam, bentuk evaluasi latihan bina bahwa kurikulum harus disesuaikan dengan
wicara TKLB B Pangudi Luhur. Evaluasi keragaman potensi yang siswa miliki.
perkembangan wicara siswa dilakukan Keragaman kemampuan wicara siswa
dengan menuliskan di buku laporan yang tunarungu menyebabkan sekolah tidak
dimiliki tiap siswa secara langsung tanpa dapat menargetkan suatu program yang
adanya teknik khusus. Pada hari jum’at ditentukan secara baku. Oleh karena itu
guru bina wicara wajib mengumpulkan SLB B Pangudi Luhur tidak menggunakan
buku laporan tersebut kepada guru pembina kurikulum bina wicara yang disediakan
bina wicara yang nantinya akan diperiksa pemerintah. Sekolah membuat program
oleh guru pembina bina wicara tersebut. bina wicara tersendiri dengan mengacu
Evaluasi persemester dilakukan secara pada target minimal jumlah penguasaan
individual dengan bentuk dan pertanyaan fonem siswa tanpa adanya penentuan jenis
yang sama pada tiap jenjang kelasnya. fonem tersebut.
Penilaian tidak berpatokan dengan hasil tes Kedua, pendekatan yang digunakan SLB
ujian akhir semester siswa, melainkan B Pangudi Luhur dalam latihan bina wicara
akumulasi dari hasil evaluasi yang terdapat adalah pendekatan individual, oral-aural,
di buku laporan yang dibandingkan dengan dan visual, auditori, kinestetis, taktil.
hasil ujian akhir semester. Pendekatan individual digunakan karena
Pembahasan dalam penelitian ini sifat siswa tunarungu yang unik dan
diurutkan berdasarkan fokus permasalahan. memiliki kemampuan yang berbeda antara
Pertama, undang-undang sistem pendidikan satu dan lainnya sehingga tidak dapat
nasional Bab X tentang kurikulum pasal 36 disamaratakan seperti yang telah dijelaskan
ayat 3 menyebutkan bahwa “kurikulum sebelumnya. Selain itu dengan pendekatan
disusun sesuai dengan jenjang pendidikan individual ini siswa akan lebih terpegang
dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik dalam segala sikap dan perubahan
Indonesia dengan memperhatikan perilakunya sehingga guru lebih mudah
peningkatan iman dan takwa; peningkatan untuk mengawasi dan menilai keberhasilan
akhlak mulia; peningkatan potensi, program yang akan dicapai. Sesuai dengan
kecerdasan, dan minat peserta didik; perbedaan individual menurut Hamalik
keragaman potensi daerah dan lingkungan; yaitu perbedaan individual dapat dilihat dari
tuntutan pembangunan daerah dan nasional; dua sisi, yakni dari segi horizontal dan
tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu vertikal. Perbedaan dari segi horizontal
pengetahuan, teknologi, dan seni; agama; setiap individu berbeda dengan individu
dinamika perkembangan global; persatuan lainnya dalam aspek mental, seperti :tingkat
69
Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . . (65-73)
70
Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . . (65-73)
71
Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . . (65-73)
tanpa menentukan jenis fonem tersebut bahwa dalam satu kata tersebut merupakan
karena setiap siswa memiliki tingkat suatu kesatuan sehingga pengucapannya
kemampuan yang berbeda-beda. Program pun tidak terputus-putus. Dalam
tersebut dibuat dan dicantumkan dalam pelaksanaan bina wicara berlangsung guru
Rencana Pengembangan Program bina selalu memberikan reinforcement pada
wicara yang dibuat pada tiap awal semester. siswa untuk memberikan motivasi.
Kedua, sekolah menentukan bahwa Reinforcement negatif diberikan jika siswa
pendekatan yang digunakan dalam bina selalu melakukan kesalahan dalam proses
wicara individual adalah pendekatan latihan wicara berlangsung. Reinforcement
individual, oral-aural, dan visual auditori bisa diberikan dalam bentuk pemberian
kinestetik. Sedangkan metode yang kelingking (yang berarti jelek) ataupun
digunakan adalah metode suara yang ekspresi marah guru. Reinforcement positif
merupakan bagian dari metode maternal dalam bentuk jempol atau senyuman selalu
reflektif (MMR). diberikan guru ketika siswa melakukan
Ketiga, materi diambil berdasarkan latihan wicara dengan benar.
percakapan siswa yang keluar pada saat Kelima, guru memberikan pekerjaan
pelaksanaan bina wicara individual rumah untuk dikerjakan pada hari libur
berlangsung sesuai dengan metode yang siswa untuk mempertahankan kemampuan
digunakan sekolah dalam latihan bina wicara yang telah dikuasai agar tidak hilang
wicara. Terkadang guru juga mengambil kembali. Tugas tersebut harus dikerjakan
materi berdasarkan buku laporan yang dengan bantuan orangtua sehingga orangtua
dimiliki tiap siswa jika dalam percakapan siswa dapat memperhatikan perkembangan
tersebut tidak terdapat materi yang diambil. kemampuan wicara anaknya.
Keempat, ruang lingkup bina wicara Keenam, evaluasi perkembangan wicara
individual siswa tunarungu di TKLB B siswa dilakukan dengan menuliskan di buku
Pangudi Luhur adalah 1) pra wicara (latihan laporan yang dimiliki tiap siswa secara
suara), 2) membentuk fonem, 3) langsung tanpa adanya teknik khusus.
membetulkan fonem, 4) menggembleng Sedangkan evaluasi persemester dilakukan
fonem, 5) mengembangkan fonem, 6) secara individual dengan bentuk dan
wicara bersambung dan, 7) latihan pertanyaan yang sama pada tiap jenjang
mendengar. Dalam prosesnya, tahapan- kelasnya. Penilaian tidak berpatokan
tahapan ini tidak harus selalu berurutan. dengan hasil tes ujian akhir semester siswa,
Selain itu guru memiliki teknik tersendiri melainkan akumulasi dari hasil evaluasi
dalam melatih wicara siswa. Selain itu yang terdapat di buku laporan yang
Sekolah mewajibkan seluruh siswa dan dibandingkan dengan hasil ujian akhir
murid untuk menggunakan tulisan tegak semester.
bersambung agar siswa dapat memahami
72
Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . . (65-73)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal, Konsep dan Model
Pengembangan Kurikulum, Bandung
: PT Remaja Rosdakarya, 2011
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain,
Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2006
Hamalik, Oemar, Proses belajar Mengajar,
Jakarta: Bumi Aksara, 2008
_____________, Proses belajsar Mengajar,
Jakarta: Bumi Aksara, 2007
73
Laila, Pelaksanaan Bina Wicara Individual . . . . . . (65-73)
74