Anda di halaman 1dari 17

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI
PERKENALAN DIRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
TALKING STICK PADA PENUTUR BIPA DI UNISMA

Diusulkan Oleh:
Meyrita Intan Dwi Lestari
Khikmatul iddiyyah
Lailya Evanda Prameswari

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


MALANG
2023
Daftar Isi

PROPOSAL PENELITIAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA


JUDUL PROGRAM
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Daftar Isi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
2.2 Landasan Teori
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
3.2 Tahap Penelitian
3.3. Objek Penelitian
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.5 Teknik Analisis Data
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
4.2 Jadwal Kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping
Lampran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
Lampiran 3. Sususnan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa tiap manusia, yang dimiliki seseorang berbeda dengan bahasa manusia
yang lainnya. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa adalah suatu jalan atau
penghubung antara manusia satu dengan manusia yang lainnya. Dengan berbahasa
manusia satu dapat menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran, apa yang ada di dalam
hatinya, lalu diungkapkan kepada manusia yang lainnya. Setelah itu dengan
berbahasa, manusia si penerima jadi mengetahui dan mengerti apa yang disampaikan atau
apa yang dikomunikasikan oleh di penutur. Dengan berbahasa itulah kita dapat
menyampaikan tujuan dan maksud dari berkomunikasi. Dengan banyaknya pulau, negara
di dunia ini. Melahirkan banyaknya pula keberagaman bahasa.
Di era perkembangan zaman yang sudah maju dan tekhnologi yang semakin
canggih Indonesia berperan dalam pergaulan antarbangsa sehingga Bahasa Indonesia
sudah menempati posisi sebagai bahasa yang dipandang penting di dunia. Hal ini
disebabkan dari faktor posisi Indonesia dalam percaturan dunia yang telah banyak
dikenal oleh negara lain, serta letak geografis Indonesia yang terletak dalam lintas laut
yang strategis. Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa dengan jumlah penutur terbesar
di dunia. Linguis dari Universitas Hawaii yang bernama Uli Kozok memberi estimasi
atas bahasa Indonesia sebagai bahasa nomor enam yang paling banyak dituturkan oleh
penduduk dunia.
Bahasa Indonesia juga termasuk ke dalam bahasa yang paling berpengaruh di
dunia menurut George Weber dengan menempati posisi sembilan bahasa Inggris berada
di peringkat pertama sedangkan bahasa Indonesia tidak masuk sepuluh besar dunia.
Terlihat bahwa meskipun bahasa Indonesia telah jadi salah satu bahasa penting di dunia,
tetapi kehadiran dan pengaruhnya di dunia Internasional masih perlu ditingkatkan.
Dari sinilah kemudian pembicaraan bisa mengarah pada urgensi program BIPA (Bahasa
Indonesia bagi Penutur Asing) dan peningkatan kualitasnya BIPA (Bahasa Indonesia bagi
Penutur Asing) sudah tidak asing bagi banyak orang yang berkecimpung di dunia
pendidikan bahasa Indonesia. Maraknya minat orang asing dalam mempelajari bahasa
Indonesia saat ini tidak dapat di pungkiri. Menurut Kusmiatun, et. al. (2017) minat dan
antuasias pemelajar BIPA semakin berkembang setiap tahun. Namun, minat dan antusias
pemelajar BIPA ini seharusnya sejalan dengan kebutuhan lainnya, seperti SDM yang
memadai, bahan ajar yang relevan, strategi pembelajaran yang tepat, dan sebagainnya.
Berbicara dalam pembelajaran BIPA menjadi aspek keterampilan berbahasa yang
fundamental. Komunikasi lisan atau kemampuan berbicara merupakan salah satu
keterampilan bahasa yang penting. Hal ini menyangkut keluasan identifikasi persoalan
berbicara. Ketika dalam pengajaran berbicara seseorang yang tidak dapat berkomunikasi
dengan baik atau tidak mampu berbicara dengan baik, maka akan terjadi
kesalahpahaman, salah makna, dan lainnya. Pendapat ini diperkuat dengan ungkapan
Srinivas (2019: 6-18) dalam penelitiannya tentang pentingnya kemampuan berbicara
dalam bahasa asing bahwa komunikasi yang baik tidak terjadi tanpa menggunakan
bahasa, karena orang lain tidak akan bisa memahami tujuan yang disampaikan tanpa
menggunakan bahasa yang baik untuk berkomunikasi.
Bagi pemelajar tingkat pemula, tentunya ada hal dasar mengenai pembelajaran
tentang pengenalan diri. Maka dari itu, perlunya pelajar asing untuk mempelajari
kosakata dasar untuk dapat mengekspresikan dan mengungkapkan pengenalan diri
dengan baik dan tepat. Pemilihan model yang tepat dapat mendukung tercapainya suatu
tujuan pengajaran. Dalam pembelajaran ini diperlukan suatu model yang dapat membantu
siswa dalam mengembangkan aktivitas dan kreativitas berfikir. Salah satu metode yang
efektif yang dapat mengembangkan aktivitas dan kreatif berpikir salah satunya adalah
model pembelajaran Talking Stick. Karena model pembelajaran ini dapat menciptakan
keaktifan siswa dalam memperoleh ketrampilan intelektual, sikap, dan ketrampilan
motorik. Selain itu dapat menimbulkan respon yang positif, dapat menghubungkan
hubungan yang lebih baik sesama teman, selain itu dapat menanamkan sikap percaya diri
dan tanggung jawab. Model pembelajaran Talking Stick memberikan kesempatan pada
siswa untuk melatih mengemukakan pendapat,berbicara, dan kepercayaan diri sehingga
menciptakan suasana menyenangkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah di paprkan, maka perumusan masalah
yang di dapat antara lain:
a.) Bagaimana kemampuan berfikir rasional pada pelajar BIPA 1?
b.) Bagimana hasil penerapan model pembelajaran Talking Stick pada pelajar BIPA 1?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam proposal penelitian yang diajukan, maka tujuan dari penelitian ini antara lain:
a.) Mengetahui bagaimana kemampuan berfikir rasional pada pelajar BIPA 1.
b.) Mengetahui hasil penerapan model pembelajaran Talking Stick pada pelajar BIPA 1.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Manfaat dari penelitian ini untuk mahasiswa adalah dapat mengasah kemampuan
memecahkan masalah dan menambah wawasan informasi.
2. Bagi Guru
Manfaat bagi guru yaitu dapat mengembangkan kualitas pembelajaran menjadi lebih
menarik, dapat menjalankan tugas sebagai pendidik dengan baik yaitu dengan
merencanakan pembelajaran secara matang, dapat mengidentifikasi kesulitan-kesulitan
belajar yang dialami oleh siswa.
3. Bagi Universitas
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk dokumentasi sebagai acuan untuk
pembelajaran selanjutnnya dan memberikan wawasan informasi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Dapat dilihat dari acuan penelitian terdahulu yang diteliti oleh Sari Tamba dengan
judul “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Dengan Menggunakan Model Talking
Stick Pada Siswa Kelas VII-10 SMPN 25 Makassar.” Penelitian ini membahas tentang
meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam kelas, cara peneliti meningkatkan
kemampuan berbicara dengan menggunakan metode Talking Stick dalam upaya
mengkatkan kemampuan berbicara dikatakan meningkat, dengan hasil yang dicapai
pada siklus pertama yaitu 5,8 %, sedangkan siklus kedua meningkat menjadi
94,11%.
2.2. Landasan Teori
1. Talking Stick
Talking stick (tongkat berbicara) adalah model pembelajaran talking stick dilakukan
dengan bantuan tongkat , siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertannyaan dari
guru/dosen setelah siswa/mahasiswa mempelajari materi pokoknnya. Selain untuk melatih
berbicara, model ini juga menuntut siswa dapat bekerjasama dengan teman-temannya agar
dapat mengerti dan siap menjawab pertanyaan dari guru/dosen. Menurut Hengky (2006)
keunggulan talking stick adalah “ pertanyaan yang fokus pada materi pembelajaran ,
menguji kesiapan siswa/mahasiswa, memupuk tanggung jawab dan kerja sama,
mengajarkan mengeluarkan pendapat sendiri, agar siswa berpikir sendiri apa jawaban dari
pertanyaan tersebut dan mengasah kemampuan dan pengalaman siswa”.
Pada pembelajaran talking stick siswa bisa diberi sebuah hukuman seperti menyanyi,
menari, berpuisi atau hukuman lain yang bersifat edukatif apabila tidak bisa menjawab
pertanyaan, hal ini mempunyai tujuan untuk menimbulkan motivasi pada diri siswa
sehingga mereka belajar lebih giat lagi.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
talking stick adalah suatu model pembelajaran dengan bantuan tongkat, siswa yang
memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, setelah mereka
mempelajari materi pokoknya. Demikian seterusnya diulang terus menerus sampai semua
siswa mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Dalam pembelajaran apapun, pasti tidak terlepas dengan yang namannya model
pembelajaran, model pembelajaran diharapkan dapat mempermudah siswa dalam proses
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
model pembelajaran Talking Stick, model ini dirasa mampu untuk meningkatkan
kemampuan berbicara siswa pada pembelajaran BIPA tingkat 1. Karena model ini cukup
efektif dengan role model yang sederhana berupa sebuah permaianan yaitu tongkat berjalan.
2. BIPA(Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing)
Pembelajaran BIPA adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang ditujukan untuk
penutur asing. Pengajaran BIPA tentunya berbeda dengan pengajaran bahasa Indonesia bagi
penutur asli. Salah satu perbedaannya adalah dapat dilihat dari segi pelajar BIPA itu
sendiri. Pelajar BIPA yang telah memiliki bahasa pertama (B1) dan memiliki latar
belakang budaya yang berbeda merupakan salah satu karakteristiknya. Usia pelajar BIPA
yang
beragam juga mendapat perhatian penuh demi kelancaran proses pembelajaran BIPA.
Hal tersebut berhubungan dengan pendekatan, metode, teknik, dan media yang
digunakan (Muliastuti, 2016: 4-5).
Secara umum tujuan pembelajar BIPA yakni ingin menguasai keterampilan komunikasi
antarpersonal dasar, menguasai konsep serta prinsip-prinsip yang bersifat ilmiah, dan
menggali kebudayaan dengan segala aspeknya. Mereka belajar bahasa Indonesia untuk
keperluan praktis, setelah itu belajar yang lebih bersifat ilmiah, dan akhirnya dapat pula
menguasai kebudayaan. Dari berbagai tujuan yang beragam, hal yang terpenting bagi
penutur asing dalam belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing adalah bagaimana sistem
bahasa Indonesia dan pemakainnya di dalam masyarakat untuk berkomunikasi. Jadi,
pemfokusan pengajaran BIPA tidak terlalu menitikberatkan bahasa Indonesia dalam sudut
pandang tata bahasa. Meskipun tata bahasa juga penting dan tidak bisa diabaikan, tetapi tata
bahasa bukan menjadi fokus utama dalam pembelajaran BIPA, terlebih untuk penutur asing
tingkat pemula. Penutur asing tingkat pemula membutuhkan cara untuk berkomunikasi
dengan baik. Setelah paham dengan bahasa Indonesia, baru selanjutnya tata bahasa yang
kompleks bisa diajarkan dan dikembangkan. Penutur asing belajar bahasa Indonesia untuk
proses komunikasi kemudian mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia ke tata
bahasa yang lebih kompleks untuk kepentingan pendidikan maupun pekerjaan. Dengan
demikian, pengajar harus mampu komunikatif dalam mengajarkan bahasa, tetapi penutur
asing tidak bisa menggunakan atau menerapkan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi
dalam kehidupan sehari-hari. Indonesia kepada penutur asing. Selain itu, pembelajaran BIPA
juga harus menitikberatkan pada aspek budaya sebagai sistem sosial bermasyarakat. Jika
tidak, maka hasilnya akan terlahir penutur asing yang hanya mengetahui tentang struktur
bahasa atau tata bahasa.
Pada dasarnya, pembelajaran BIPA dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu tingkat pemula,
tingkat menengah, dan tingkat lanjut. Sementara itu, tingkatan penutur asing menurut
Common European Framework of Reference (CEFR) yang kini mulai menjadi acuan dalam
kurikulum BIPA juga dibagi menjadi tiga, yaitu meliputi: (1) pengguna dasar: pemula A1
dan pemula A2, (2) pengguna menengah: menengah B1 dan menengah B2, dan (3)
pengguna mahir: lanjutan C1 dan mahir C2. Materi ajar yang akan dikembangkan ditujukan
untuk mencapai kompetensi pembelajaran BIPA tingkat pemula A1. Adapun karakteristik
penutur asing tingkat pemula A1 menurut Mulyono (dalam Sulistiyo 2012), yaitu: (1)
ucapannya masih merupakan kata atau frasa yang terpisah-pisah, (2) belum memiliki
kemampuan komunikatif, (3) tuturannya terdiri atas lebih dari dua atau tiga perkataan
dengan disertai jeda panjang dan pengulangan kata yang diucapkan partisipan (pendengar),
(4) pembicara mengalami banyak kesulitan dalam memproduksi tuturan yang sederhana
sekalipun, dan (5) tuturan bisa dipahami partisipan dengan kesulitan tinggi. Sementara itu,
kompetensi BIPA yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada adopsi dari kurikulum
CEFR tingkat pemula A1 yang meliputi: (1) mampu memperkenalkan diri sendiri dan orang
lain, (2) mampu menanyakan dan menjawab pertanyaan tentang informasi seseorang, seperti
tempat tinggal, orang yang dikenalnya, dan sesuatu yang dimilikinya, (3) mampu
memahami dan menggunakan ungkapan sehari-hari yang sering dijumpai, dan (4) mampu
memahami dan menggunakan ungkapan yang sangat dasar yang ditujukan untuk kepuasan
atas kebutuhan konkret.
3. Berkomunikasi
Menurut Deni Darmawan (2007) komunikasi dapat terjadi dalam beberapa bentuk,
diantaranya dalam bentuk komunikasi personal (personal communiaction) dan komunikasi
kelompok(group communication). Selain itu komunikasi juga dapat bersifat tatap muka
(face–to–face) dan melalui perantara media lain (mediated). Menurut Tono Kartono (2008),
dalam prosesnya komunikasi itu terbagai dalam dua macam komunikasi, yaitu komunikasi
aktif dan komunikasi pasif. Komunikasi aktif merupakan suatu proses komunikasi yang
berlangsung dengan aktif antara komunikator dengan komunikan, di manan antara keduanya
sama-sama aktif berkomunikasi, sehingga terjadi timbal balik di antara keduanya.
Sedangkan komunikasi pasif terjadi di mana komunikator menyampaikan informasi atau ide
terhadap halayaknya atau komunikan sebagai penerima informasi, akan tetapi komunikan
tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan respon atau timbal balik dari proses
komunikasi.
Dalam Pembelajaran BIPA komunikasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Hal ini
disebabkan karena dalam pengajaran dan pembelajaran terjadi proses transfer informasi
berupa ilmu pengetahuan dan pengalaman antara pengajar dan pembelajar. Proses
komunikasi dalam pendidikan sebagian besar terjadi secara tatap muka (face–to–face
communication) dan berkelompok (group communication), walaupun juga sangat
memungkinkan terjadi dengan perantara media (mediated communication) ataupun secara
personal (personal communiaction). Selanjutnya sesudah terjadi komunikasi secara lancar
maka komunikasi tersebut diharapkan tidak hanya menjadi komunikasi biasa tetapi aktif
sesuai dengan target yang akan dicapai.
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, penelitian Tindakan
kelas.Karena mempelajari praktik pembelajaran dikelas secara berkelompok maupun
individu dan guru bertindak sebagai peneliti. Penelitian ini bersifat kolaboratif dimana
guru berperan sebagai pelaksana dan peneliti sebagai pengamat pelaksanaan tindakan.
3.2 Tahapan Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto dalam Ayu Prasiska Dewi (2018:39), secara garis
besar penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam empat langkah yang meliputi
perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting)
1) Perencanaan (Planning)
Perencanaan mencakup rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan, atau mengubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari
permasalahan.
2) Tindakan (Action)
Pelaksanaan tindakan menyangkut pada apa yang dilakukan dosen sebagai upaya
perbaikan, peningkatan, dan perubahan yang berpedoman pada rencana tindakan.
3) Pengamatan (Observing)
Dalam kegiatan pengamatan ini dosen mengamati hasil dan dampak dari tindakan yang
dilaksanakan dan dikenakan kepada pelajar BIPA.
4) Refleksi (Reflecting)
Refleksi merupakan bagian terpenting dari PTK, yaitu memahami proses dan dan hasil
yang telah terjadi berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang telah dilakukan.
3.3 Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah mahasiswa BIPA tingkat 1 di UNISMA.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Pada penelitian ini, observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar dengan
menggunakan instrument penelitian yang telah di buat dengan tujuan untuk memperoleh
data tentang bagaimana model pembelajaran Talking Stick berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan berkomunikasi perkenalan diri pada mahasiswa BIPA tingkat 1
di UNISMA.
2. Kuisioner
Kuisioner digunakan untuk mendapatkan data tentang tanggapan siswa terhadap
pemanfaatan metode Talking Stick untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi
perkenalaan diri pada BIPA tingkat 1.
3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang analisis data kurikulum,
analisis proses pembelajaran , tentang materi pembelajaran.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yaitu
instrument lembar observasi, instrument lembar kusioner, dan dokumentasi.
1. Lembar Observasi
2. Lembar Kuisioner
Bentuk kuisioner merupakan kuisioner terbuka. Kisi-kisi kuisioner digunakan
sebagai pegangan bagi peneliti pada saat melaksanakan observasi.

Sumber Indikator
Data
Siswa 1. Suasana proses belajar
2. Berkesan dan bermakna
3. Fokus dan sungguh-sungguh
4. Mudah memahami materi
5. Meningkatkan partisipasi belajar
6. Bertannya
7. Menjawab pertannyan dosen
3. Lembar Observasi
3.6 Analisis Data
Dalam PTK, Analisis data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang
dilakukan guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar peserta didik. Adapun
penggunaan analisis data kualitatif untuk menentukan peningkatan proses belajar,
khususnnya berbagai tindakan yang dilakukan guru.

 Rancangan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BIPA
Program: Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

Tingkat: BIPA level 1

Kompetensi: Menulis dan Berbicara

Materi: Perkenalan

Waktu: 60 Menit

A. STANDAR KOMPETENSI
Pelajar asing mampu mengucapkan kosakata, sapaan maupun ungkapan yang berkaitan
dengan perkenalan diri.

B. KOMPETENSI DASAR
Pelajar asing mamapu menggunakan kata sapaan dan dapat memperkenalkan diri sendiri
kepada teman sebaya.

C. INDIKATOR
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, pelajar diharapkan mampu:

1. Mengidentifikasi informasi yang umum tentang perkenalan diri


2. Mengidentifikasi ungkapan dan kosakata yang berkaitan dengan perkenalan diri
3. Mampu memperkenalkan diri menggunakan kosakata dan ungkapan yang sesuai dan tepat

D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Teks berisi contoh perkenalan diri
2. Video perkenalan diri
3. Latihan berkenalan dengan teman sebaya menggunakan talking stick
E. METODE PEMBELAJARAN
1. Diskusi

F. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

KEGIATAN AWAL

NO KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA

1 Guru memberikan salam dan sapaan Siswa menjawab salam dan sapaan

2 Guru memberikan pengenalan materi Siswa menyimak penjelasan dari guru


secara singkat tentang perkenalan

3 Guru menyampaikan tugas yang akan Siswa menyimak penjelasan dari guru
dilakukan

KEGIATAN INTI

NO KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA

1 Guru menjelaskan tentang penggunaan Siswa menyimak dan mendengarkan


ungkapan selamat pagi, selamat siang, penjelasan guru
selamat sore, dan selamat malam

2 Guru menjelaskan tentang cara Siswa menyimak dan mendengarkan


memperkenalkan diri seperti nama, asal, penjelasan guru
alamat

3 Guru memberikan tayangan video Siswa menyimak dan mendengarkan


perkenalan diri dan teks berisi contoh tayangan video
perkenalan diri

4 Guru memberikan pertanyaan Siswa aktif bertanya


sederhana untuk memancing
pemahaman siswa

5 Guru meminta siswa untuk berlatih Siswa mengikuti arahan guru dengan
menanyakan nama kepada teman di betlatih bertanya
sampingnya

6 Guru meminta siswa untuk Siswa mengikuti arahan dari guru


mengkondisikan kelas dengan membuat
lingkaran

7 Guru memberikan arahan tentang tata Siswa menyimak arahan guru


cara bermain talking stick

8 Guru menyerahkan talking stick dan Siswa menyiapkan diri mengikuti


memainkan musik setelah siswa permainan
memosisikan diri dan mengoper talking
stick dari satu siswa ke siswa lain
dengan tujuan memperkenalkan diri
sesuai talking stick tyang berhenti

KEGIATAN PENUTUP

NO KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA

1 Guru menjelaskan tugas rumah dengan Siswa mendengarkan dan mencatat


jelas dan teratur

2 Guru mengajak siswa untuk Siswa aktif memberikan refleksi


memberikan refleksi tentang
pembelajaran

3 Guru menjelaskan secara singkat materi Siswa menyimak dan mendengarkan


yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya

4 Guru mengucapkan salam Siswa menjawab salam


G. MEDIA
1. Buku BIPA Sahabatku Indonesia
2. Video pembelajaran
3. Stick berbentuk emoji
H. SUMBER PEMBELAJARAN
Buku BIPA Sahabatku untuk penutur asing oleh Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaaan Indonesia

I. EVALUASI
1. Tugas
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran biaya

Tabel 4.1 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya


N Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
O
1 Perlengkapan yang diperlukan
2 Bahan habis pakai
3 Perjalanan dalam kota
4 Lain lain
Jumlah

4.2 Jadwal Kegiatan


N Jenis Kegiatan Bulan Person Penanggung
O Jawab
1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal Mey Rita, Khikmatul,
Lailya
2 Tahap Perencanaan Mey Rita Intan Dwi L
3 Tahap Pelaksanaan Khikmatul iddiyah
4 Tahap Pengamatan Lailya Evanda P
5 Tahap Refleksi Lailya Evanda P
6 Penyusunan Laporan Khikmatul Iddiyah
Kemajuan
7 Penyusunan Laporan Akhir Mey Rita, Khikmatul,
Lailya
8 Penyusunan Luaran-Luaran Mey Rita Intan Dwi L
Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

1. Creswell, John & Guetterman, Timothy. (2018). Educational Research: Planning,


Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research, 6th Edition. New
York: Pearson.
2. Creswell, John W. (2016). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
3. Moleong, Lexy J. (2017). Metode Penelitian Kualitatif, cetakan ke-36. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya Offset.
4. Raco, J.R. (2018). Metode Penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik dan Keunggulannya.
Jakarta: Grasindo.
5. Sanjaya, Wina. (2015). Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
6. Satori, Djam’an & Komariah, Aan. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif, ed.1,
Cetakan ke-7. Bandung: Alfabeta.
7. Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
8. Sukmadinata, N.S. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosadakarya.
9. Yendra, S. (2016). Mengenal Ilmu Bahasa (Linguiatik). Yogyakarta: Depublish.
10. Nurgiyantoro, Burhan. (2011). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
11. Alwi, Hasan, dkk. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
12. Keraf, Gorys. (2007). Diksi dan Gaya Bahasa; Komposisi Lanjutan I. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
13. Kridalaksana, Harimurti. (2005). Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
14. Suyatno. (2004). Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra Berdasarkan Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Surabaya: SIC.
15. Parera, Jos Daniel. (1993). Leksikon Istilah Pembelajaran Bahasa. Jakarta: PT. GPU.
16. Tarigan, H.G. (2009). Strategi pengajaran dan pembelajaran bahasa. Bandung: Angkasa
17. Aswan.(2018). Permainan Truth our Dare Berbantuan Spin the Wheel:.Strategi
Pembelajaran Berbicara Untuk Pembelajaran BIPA Korea Selatan. Universitas
Pendidikan Indonesia. Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajarannya.

Anda mungkin juga menyukai