Anda di halaman 1dari 14

Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.

4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

Peningkatan Keterampilan Pidato Persuasif Pada Pelajaran Bahasa Indonesia


Melalui Metode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia
Pada Siswa Kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Acehtahun Ajaran 206/2017

Marlinda Yanti, S.Pd


SMA Negeri 7 Banda Aceh

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan Keterampilan Pidato Persuasif
Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Simulasi Lomba Berpidato
Berbahasa Indonesia Pada Siswa Kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh Tahun
Ajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan di kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh. Penelitian ini dirancang
dalam dua siklus, tiap siklus terdiri dari :(1) Perencanaan, untuk mengidentifikasi
masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran serta menyusun instrumen
penelitian; (2) Pelaksanaan, yaitu melaksanakan pembelajaran keterampilan pidato
persuasif dengan menerapkan metode simulasi dalam pembelajaran (3) Pengamatan,
yaitu pengambilan data melalui tes dan lembar observasi; (4) Refleksi, yaitu
menganalisis hasil pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
menerapkan metode simulasi lomba pidato berbahasa indonesia dalam pembelajaran
hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada masing-masing siklus. Hal ini dapat
dilihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dari masing-masing siklus.
Kata Kunci : metode simulasi, Pidato persuasif.

PENDAHULUAN
Belajar di sekolah bukan sekadar memorisasi dan recall, bukan sekadar
penekanan pada penguasaan tentang apa yang diajarkan (logos). Akan tetapi, lebih
menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan
berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipratikkan dalam kehidupan oleh
peserta didik (etos).(Depdiknas MPMBS, 2001).
Berbicara di depan publik, suka atau tidak, merupakan keterampilan yang harus
kita kuasai, karena pada suatu saat dalam kehidupan kita, pastilah kita harus berbicara
di hadapan sejumlah orang untuk menyampaikan pesan, pertanyaan, tanggapan atau
pendapat kita tentang sesuatu hal yang kita yakini.
Diakui atau tidak, lebih dari 60% siswa merasa takut bila harus berpidato dalam
forum formal di depan banyak orang (public). Baik pada diskusi, ceramah, presentasi,
maupun pidato perpisahan, bahkan pidato di depan teman sekelasnya.
Fenomena ini sangat memprihatinkan bagi guru bahasa Indonesia. Betapa tidak,
keterampilan berbicara adalah bagian dari empat aspek keterampilan pelajaran bahasa
yang harus diajarkan kepada siswa. Jadi bukan hanya teori yang harus dikuasai, namun
kemampuan praktik berbahasa pun harus dikuasai.
Sering pengajaran pidato, guru menggunakan metode ceramah , siswa kurang
mendapat kesempatan melakukan praktik berbicara di depan orang lain, karena lebih
banyak bersifat teori. Maka dapat diartikan kemampuan berpidato siswa sebatas teori.
Pidato menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu pengungkapan pikiran dalam
bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak. Dalam hal ini pikiran yang akan
disampaikan kepada orang banyak tentu merupakan informasi atau ilmu bagi orang
37
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

lain, yang dapat berasal dari bidang lain, di luar bahasa Indonesia. Ini artinya seorang
yang berpidato membutuhkan penguasaan materi pidato, di samping itu harus
menguasai teknik berpidato, bagaimana menyampaikan materi yang runtut, jelas,
mudah dimengerti. Ini semata-mata karena mereka akan berhadapan dengan orang
banyak (public).
Pidato merupakan jenis keterampilan yang menuntut keberanian untuk
mencoba, bukan sekadar teori berpidato. Agar siswa benar-benar diberi kesempatan
pidato, minimal di depan teman sekelasnya, maka metode simulasi adalah salah satu
metode yang dapat digunakan. Dengan keseringan mencoba praktik pidato akan
tumbuh keberanian, dan selanjutnya mampu meningkatkan kemampuan diri sehingga
dapat memperbaiki kesalahan sendiri.
Dari fenomena yang terjadi di SMA Negeri 7 Banda Aceh tersebut membuat
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Peningkatan
Keterampilan Pidato Persuasif Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode
Simulasi Lomba Berpidato Berbahasa Indonesia Pada Siswa Kelas X- IA-1 SMA
Negeri 7 Banda Aceh Tahun Ajaran 2016/2017”.

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui peningkatan Keterampilan Pidato Persuasif Pada Pelajaran
Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh Tahun Ajaran
2016/2017 dapat ditingkatkan Melalui Metode Simulasi Lomba pidato Berbahasa
Indonesia.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN


Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Belajar merupakan suatu
proses yang berlangsung seumur hidup, dalam belajar terjadi perubahan baik tingkah
laku, sikap dan cara berpikir. Pendapat Hamalik (2002) menyatakan bahwa “belajar
adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan
dalam cara-cara bertingkah laku berkat pengetahuan dan latihan. Disini guru harus
mengantarkan siswanya untuk memperoleh dan menghasilkan perubahan tingkah laku
tersebut. Good dan Brophy dalam Uno (2008: 15) menyatakan bahwa “belajar
merupakan suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh
sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu
sendiri.
Pembelajaran sebagai suatu sistem ditinjau dari pendekatan sistem, maka dalam
proses pembelajaran akan melibatkan berbagai komponen yang saling berinteraksi satu
sama lain membentuk satu system yang utuh untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Sugandi (2004: 28-30), komponen-komponen pembelajaran tersebut sebagai
berikut.
1. Tujuan, secara eksplisit diupayakan pencapainya melalui kegiatan pembelajaran,
berupa pengetahuan, dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit
dalam PTK.
2. Subyek belajar, merupakan komponen utama karena berperan sebagai subyek
sekaligus obyek. Sebagai subyek karena siswa adalah individu yang melakukan
proses belajar-mengajar. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan
dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar.

38
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

3. Materi pelajaran, merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, karena


materi pembelajaran akan memberi warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran.
4. Strategi pembelajaran, merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran
yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Media pembelajaran, adalah alat atau wahana yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran.
6. Penunjang, berfungsi memperlancar, melengkapi dan mempermudah terjadinya
proses pembelajaran.

Pengertian Berpidato
Pidato ialah kegiatan berbahasa lisan. (Cermat Berbahasa Indonesia, hal 228:
2009). Pidato adalah berucap didepan umum untuk tujuan tertentu. (Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, hal 455 : 2005). Jadi, Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara atau
berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal
yang ditujukan untuk orang banyak. Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang
memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan
patut diperbincangkan. Pidato adalah salah satu teori dari pelajaran bahasa indonesia.
Pidato banyak jenisnya, di antaranya, pidato sambutan yang disampaikan pada awal
sebuah acara atau pidato kenegaraan yang disampaikan oleh presiden. Pidato yang baik
dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato
tersebut.

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung dari bulan September-Desember tahun ajaran
2016/2017. Penelitian ini berlangsung selama empat bulan. Pelaksanaan penelitian ini
dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan jadwal jam pelajaran.

Subjek Penelitian
Subjek penelitian yaitu siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh Tahun
Ajaran 2016/2017 Semester ganjil dengan jumlah murid 30 orang.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data


Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam
pembelajaran bahasa indonesia dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar
yang dihasilkan dari aktivitas siswa. Pembelajaran dirancang dalam 2 (dua) siklus,
setiap siklus dilakukan selama 2 kali pertemuan. Hal ini dilakukan agar guru dan siswa
beradaptasi dengan metod pembelajaran yang diteliti. Secara garis besar terdapat 4
(empat) langkah dalam pengumpulan data, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi atau pengamatan, dan refleksi.

Analisis Data
Metode analis data dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif dengan
membandingkan kemampuan pidato persuasif siswa sebelum tindakan dengan setelah
tindakan. Adapun variabel yang dianalisis meliputi: nilai rata-rata tiap siklus,
ketuntasan belajar secara individual, ketuntasan belajar secara klasikal. Persentase
kemampuan berpidato siswa secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus
persentase dari Sudijono (2005):

39
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

P= 100%
Keterangan untuk ketuntasan belajar siswa:
P = Angka persentase
f = Jumlah siswa yang tuntas
N = Jumlah total siswa

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal dapat diketahui dengan melakukan observasi selama pembelajaran
Bahasa Indonesia berlangsung, dari hasil observasi selama guru sebagai peneliti
mengajar diketahui bahwa mayoritas siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh
cenderung ramai, mereka tidak memperhatikan materi saat pembelajaran berlangsung,
ada sebagian siswa yang mengobrol dengan temannya sendiri dan ada siswa yang
mengantuk saat pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. Hal ini disebabkan karena
siswa yang mulai bosan dengan pengajaran yang diberikan oleh guru, yang cenderung
menggunakan metode ceramah. Dalam kondisi seperti ini, metode ceramah sering
dipakai guru karena di anggap mudah dan praktis. Padahal pada kenyataannnya metode
ceramah membuat siswa cepat bosan sehingga siswa tidak mampu menyerap apa yang
sedang dipelajari. Selain itu, hasil belajar siswa pada nilai ulangan harian siswa pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia masih banyak yang belum mencapai batas minimal
nilai KKM yaitu 70. Hanya 7 orang siswa yang tuntas.

Deskripsi Hasil Penelitian


Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMA Negeri 7 Banda Aceh yang
dilaksanakan dalam dua siklus. Dalam setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, penagamatan, dan refleksi. Dari kegiatan penelitian baik siklus I
maupun siklus II diperoleh berbagai data antara lain data hasil tes, data hasil penilaian
hasil belajar afektif, data aktivitas siswa, data kinerja guru dalam pembelajaran. Pada
setiap akhir siklus diperoleh data tentang tanggapan siswa terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan metode simulasi lomba pidato berbahasa indonesia.

Hasil Penelitian Siklus I


a. Perencanaan
Tahap ini berupa penyusunan rancangan tindakan, yang meliputi:
1) Sebelum diadakan pembelajaran keterampilan pidato persuasif, terlebih dahulu
peneliti dan guru kolaborator mengadakan tes pratindakan untuk mengetahui
kemampuan awal berpidato siswa.
2) Guru menjelaskan pengertian pidato persuasif. Selain itu, guru juga menjelaskan
materi penunjang keefektivan berpidato persuasif meliputi aspek kebahasaan dan
nonkebahasaan.
3) Peneliti dan kolaborator menentukan media yang tepat untuk meningkatkan
keterampilan berpidato siswa yaitu dengan media barang produk. Setelah itu, guru
kolaborator berpidato persuasi untuk memberikan contoh dan memantapkan media
tersebut.
4) Penentuan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran keterampilan pidato persuasi
dengan media barang produk.

40
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

5) Menentukan waktu pelaksanaan tindakan yaitu 2 kali pertemuan dalam satu siklus.
6) Membuat format penilaian untuk menilai keterampilan berpidato persuasif siswa.
7) Menyiapkan alat perekam untuk mengamati proses pembelajaran keterampilan
pidato persuasif siswa.
8) Membuat format catatan lapangan untuk mengetahui hal-hal yang terjadi dalam
kegiatan pidato persuasif.
b. Pelaksanaan tindakan
a) Pertemuan pertama
Pada pertemuan ini guru memberikan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran berpidato persuasif. Setelah guru
menjelaskan standar kompetensi dan kompetensi dasar kepada siswa, lalu guru
melakukan apresepsi. Adapun rincian kegiatan pada siklus I pertemuan pertama ini
sebagai berikut.
1) Guru mengkondisikan siswa dan melakukan apersepsi terhadap materi pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
2) Guru menjelaskan materi pidato persuasif dan faktor penunjang keefektivannya
3) Guru membagikan materi dalam bentuk draft powerpoint.
4) Guru menjadi model pembicara dalam berpidato persuasif serta mengemukakan
keunggulan-keunggulannya.
5) Guru menginstruksikan pada siswa untuk berlatih pidato persuasif, yang akan
dipresentasikan pada pertemuan berikutnya.
6) Peneliti melakukan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung.
7) Jam pelajaran usai, pembelajaran akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.
8) Guru dan peneliti berdiskusi untuk menyiapkan tema yang akan digunakan siswa
pada pertemuan berikutnya.
b) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua siklus I ini, dimulai dengan menjelaskan kembali materi
pidato persuasif, faktor penunjang keefektivannya dan cara mengidentifikasi
keunggulan barang produk. Guru kolabolator dan peneliti telah menuliskan tema untuk
masing-masing siswa yang akan digunakan untuk berpidato, masing-masing tema di
tulis di secarik kertas yang digulung dan diletakkan dalam sebuah botol yang nantinya
masing-masing siswa dipersilahkan untuk mengambil salah satu gulungan kertas
tersebut seccara acak.
Para siswa diintruksikan guru untuk melihat tema yang diperoleh untuk
dipidatokan. Para siswa mulai menyiapkan diri dengan merangkai kerangka pidato dan
guru membimbingnya. Siswa diberi waktu minimal lima menit untuk berpidato. Guru
menunjuk siswa secara acak untuk maju berpidato persuasif. Selama proses ini
berlangsung, peneliti dan kolabolator melakukan pengamatan terhadap siswa. Waktu
pelajaran usai, kegiatan belajar mengajar diakhiri dengan berdoa.
c. Observasi
Pada pelaksanaan tindakan siklus I ini, peneliti dan kolabolator mengamati
proses pembelajaran dengan seksama. Peneliti mengamati proses pembelajaran dengan
menggunakan instrumen penelitian yang sebelumnya telah disepakati dan didiskusikan
dengan kolabolator. Instrumen yang digunakan peneliti meliputi lembar penilaian
pidato persuasif, catatan lapangan, disertai dengan dokumentasi berupa foto. Hasil
penelitian tindakan siklus I ini dibedakan menjadi dua, yakni pengamatan proses dan
41
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

pengamatan produk. Pengamatan proses meliputi aktivitas siswa selama pelaksanaan


pidato persuasi dengan media barang produk Pengamatan produk berupa skor siswa
berdasarkan hasil praktik pidato persuasif di dalam kelas.
Suasana kelas pada tes siklus I, siswa tampak riuh- ramai karena tidak sedikit
siswa yang bersorak dan menggoda temannya yang sedang berpidato. Siswa yang
grogi semakin lupa dengan gagasan yang akan ia sampaikan. Sementara siswa yang
bermental berani makin bersemangat, karena apa yang ia sampaikan ditanggapi oleh
siswa-siswa lain. Proses berpidato persuasi siswa, dilakukan oleh guru dengan
memanggil nama siswa secara acak dan mengingatkan siswa lain untuk mendengarkan
pidato dan menanggapinya melalui pertanyaan-pertanyaan untuk membangun sebuah
komunikasi. Beberapa siswa berpidato dengan baik, mampu menghidupkan suasana
dan menguasai medan. Alur penyampaiannya runtut, namun sikap keseriusan belum
tampak.
Proses pembelajaran siklus I ini, dilalui siswa dengan semangat dan antusias.
Siswa tidak segan bertanya kepada pembicara, bahkan siswa tertawa terbahak ketika
temannya menyampaikan pidato persuasif. Suasana kelas mejadi lebih hidup, dan siswa
terlihat menikmati kegiatan pembelajaran
Pada pertemuan terakhir siklus I, guru berdialog dengan siswa dalam rangka
evaluasi. Siswa mengeluhkan masih merasa takut, grogi, kurang persiapan, dan
bagaimana dapat mengembangkan materi lebih menarik. Guru menjawab setiap
keluhan siswa dengan bijak, lalu guru memberikan reward kepada 2 pembicara terbaik.
Reward tersebut berupa buku notes kecil, siswa pun senang menerimanya. Hasil
pengamatan menunjukkan adanya perubahan dalam perilaku. Hal ini ditandai dengan
perilaku siswa yang awalnya pendiam dan cenderung bingung serta malu dalam
mengungkapkan gagasannya.
Pada tindakan siklus I, mereka berpidato persuasif dengan menerapkan metode
simulasi. Dalam pidato persuasif ini para siswa mulai menemukan kemudahan dalam
menentukan gagasan dan pilihan katanya lebih variatif. Dampak yang diperoleh dari
langkah menginstruksikan siswa berpidato tanpa persiapan yang matang adalah
sebagian kecil siswa merasa tidak siap jika berpidato secara spontan tanpa latihan lebih
dalam. Namun banyak siswa yang merasa nyaman dan antusias mendapatkan tugas
pidato secara spontan. Karena pada pertemuan sebelumnya, guru memberikan
penjelasan bahwa pada pertemuan selanjutnya adalah praktik pidato persuasif dengan
media barang produk. Hal ini dibuktikan dengan pemerolehan skor tiap aspek yang
cenderung meningkat.
Guru selalu memberi motivasi pada saat siswa takut untuk berpidato. Guru
pandai mengelola situasi kelas dan selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang dirasa sulit dalam berpidato persuasi. Pada siklus ini
sebagian siswa mengeluhkan praktik pidato persuasi terlalu mendadak, sehingga kurang
persiapan. Guru tetap memberi motivasi dan kepercayaan kepada siswa bahwa
berpidato adalah hal yang mudah. Para siswa mendengarkan nasehat guru dengan baik,
lalu guru menugasi siswa untuk membawa barang produk yang disukai sebagai media
pembelajaran pidato persuasi pada pertemuan selanjutnya.
Peneliti bersama kolaborator mengamati kegiatan siswa dalam berpidato
persuasif, dapat diketahui bahwa beberapa siswa kurang percaya diri karena kurangnya
persiapan. Hal tersebut menyebabkan beberapa siswa kesulitan dalam menyampaikan
gagasanya. Akibatnya, siswa kurang responsif pada pembelajaran. Karena sebagian
besar siswa mengaku kurang siap jika berpidato secara spontan. Hal ini dirasakan oleh
siswa yang cenderung apatis, pendiam, dan pengeluh terhadap keterampilan berpidato.
42
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

Tabel 2. Persentase aktivitas belajar siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh
pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia sedang berlangsung (Siklus 1)
No. Aspek yang Diamati Persentase
1 Lafal 56
2 Daya Pengaruh 55
3 Kosa Kata dan Struktur Kalimat 64
4 Kelancaran 69
5 Penguasaan Materi 60
6 Tekanan 55
7 Sikap 65
8 Gerak-Gerik dan Mimik Wajah 60
Rata-Rata 60,5%
Berdasarkan tabel di atas terlihat jelas bahwa rata- rata keaktifan siswa
mencapai 60,5%. Dimana siswa lafalnya baik mencapai 56%, daya pengaruh pada
siswa berpidato mencapai 55%, kosa kata dan struktur kalimat 64% aspek kelancaran
siswa pada saat melakukan pidato hanya 69%, penguasaan materi mencapai 60%,
tekanan mencapai 55%, aspek sikap mencapai 65%, gerak-gerik dan mimic wajah
mencapai 60%. Berdasarkan data tersebut maka perlu diadakan suatu perbaikan untuk
meningkatkan keterampilan pidato persuasif pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
pada siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh yaitu dengan menerapkan metode
simulasi lomba berpidato berbahasa indonesia. Metode ini diterapkan karena dengan
model pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif secara pribadi masing-masing dan
berani berekspresi dengan percaya diri dan baik di depan kelas. Dengan penerapan
metode simulasi lomba pidato berbahasa Indonesia diharapkan keterampilan pidato
persuasif pada siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh dapat ditingkatkan.
Data hasil observasi aktivitas siswa dengan pembelajaran menggunakan metode
simulasi lomba pidato dalam pembelajaran bahasa indonesia pada siklus I dapat dilihat
pada table 3.
Tabel 3 Keterampilan Pidato Persuasif Siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh
Berdasarkan Ketuntasannya pada Siklus I
Keterangan Keterangan Keterangan
Tunt Tidak Tunt Tidak
Nama Nilai Tidak Nama Nilai Nama Nilai
Tuntas Tuntas Tuntas
Tuntas
1 64 √ 11 68 √ 21 75 √
2 68 √ 12 68 √ 22 68 √
3 68 √ 13 75 √ 23 68 √
4 62 √ 14 64 √ 24 66 √
5 66 √ 15 66 √ 25 68 √
6 68 √ 16 68 √ 26 66 √
7 75 √ 17 75 √ 27 62 √
8 68 √ 18 68 √ 28 66 √
9 66 √ 19 68 √ 29 75 √
10 75 √ 20 66 √ 30 75 √
Skor 680 0 10 Skor 686 0 10 Skor 689 0 10
Jumlah Total Skor : 2020
Rerata Skor siswa : 67,3
43
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

Jumlah Total Siswa yang Tuntas: 7 siswa


Persentase Ketuntasan Siswa : 23,3%
Jumlah Total Siswa yang Tidak Tuntas :23 Siswa
Persentase Siswa yang Tidak Tuntas: 76,7%
Dari Tabel 3 dapat kita lihat bahwa rerata persentase keterampilan pidato
persuasive pada siswa kelas X IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh sudah mengalami
peningkatan dimana ada 7 siswa dari total 30 siswa yang berhasil mencapai batas
ketuntasan minimal yaitu 75. Rata-rata skor siswa hanya mencapai 67,3. Hal ini
dipengaruhi oleh aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Persentase
aktivitas siswa kelas X IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh.
d. Analisis dan Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru sebagai peneliti dan teman sejawat
yang membantu penelitian melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut.
1) Guru perlu memberikan penjelasan yang mendalam kepada siswa mengenai cara
berpidato yang baik, serta pemakaian bahasa yang baik dan benar saat berpidato.
2) Guru harus dapat memanfaatkan metode simulasi yang diterapkan sebagai model
pembelajaran yang benar-benar membuat siswa belajar berpidato dengan efektif.
Guru juga harus memantau kinerja setiap individu dalam melaksanakan tugas
berpidato.
3) Guru harus berupaya untuk bersikap komunikatif kepada siswa yaitu dengan
membimbing tiap-tiap siswa dengan selalu memantau dan membimbing siswa
tersebut pada saat melakukan pidato agar tercipta komunikasi dua arah antara guru
dengan siswa.
4) Guru perlu menganalisis apakah tema yang berbeda diperoleh setiap siswa membuat
siswa dapat fokus pada beberapa tema tersebut sekaligus.
5) Guru perlu membenahi beberapa kelemahan teknik berpidato pada pelaksanaan
siklus I seperti kelancaran dan pemilihan kosakata, tidak terkecuali teknik-teknik
yang lain.

Hasil Penelitian Siklus II


a. Perencanaan
Perencanaan tindakan siklus II ini bertujuan untuk meningkatkan aspek-aspek
yang belum tercapai pada siklus I. Adapun aspek-aspek yang masih perlu ditingkatkan,
yakni aspek pemilihan kosa kata dan struktur kalimat,tekanan dalam beratikulasi, daya
persuasi, penguasaan materi, gerak-gerik dan mimik wajah dalam berpidato. Aspek-
aspek tersebut masih perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai hasil yang lebih maksimal.
Rancangan pelaksanaan tindakan kelas siklus II ini adalah sebagai berikut.
1) Guru menjelaskan kembali hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berpidato yaitu
aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan. Khususnya aspek pemilihan kosa kata
dan struktur kalimat, gerak-gerik dan mimik wajah, daya persuasi dan tekanan dalam
beratikulasi.
2) Peneliti menyarankan kepada guru kolaborator untuk memperbaiki gerak- gerik,
mimik wajah dan tekanan artikulasi dengan melatih siswa melalui keterampilan olah
wajah, gerak, dan suara. Dengan pelatihan tersebut siswa diharapkan dapat lebih
percaya diri untuk bebas berekspresi.

44
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

3) Dalam mengatasi kurangnya penguasaan materi berpidato persuasif, guru


kolabolator menyarankan agar siswa membawa barang produk yang disiapkan di
rumah serta berlatih lebih matang pada aspek kebahasaan dan non kebahasaan.
4) Peneliti bersama guru kolaborator menyusun langkah praktik pidato persuasif siswa
dengan media barang produk
5) Guru kembali menjelaskan kepada siswa, tentang bagaimana cara menarik minat
pendengar dengan menfungsikan media brang produk secara maksimal.
6) Peneliti dan kolaborator menentukan waktu pelaksanaan, yaitu dua kali pertemuan
(4 X 45 menit) dalam satu siklus.
7) Peneliti membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
8) Peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa catatan lapangan dan alat perekam
untuk mendokumentasikan tindakan.
9) Guru menjadi pengelola situasi kelas dan memantau siswa selama kegiatan
10) pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pada siklus II ini diharapkan dapat meningkatkan aspek-aspek
yang masih kurang pada siklus I baik secara proses maupun produk. Prosedur
penelitian tindakan kelas siklus II ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni
sebagai berikut.
a) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama siklus II, guru memulai pembelajaran dengan
melakukan apersepsi mengenai pembelajaran yang dilaksanakan pada hari itu. Guru
menjelaskan kembali mengenai materi tentang pidato persuasi. Adapun rincian kegiatan
pada siklus I pertemuan pertama ini sebagai berikut.
1) Guru mengkondisikan siswa dan melakukan apersepsi terhadap materi pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
2) Guru menjelaskan materi penunjang keefektivan pidato persuasi (kebahasaan dan
nonkebahasaan).
3) Guru mengajarkan seni olah suara, gerak, dan mimik wajah. Aspek pelafalan pun
kembali diajarkan, agar artikulasi siswa dalam penekanan menjadi lebih baik.
4) Guru menginstruksikan siswa untuk menyiapkan diri sebelum berpidato persuasif.
5) Guru dan peneliti mengamati persiapan siswa.
6) Siswa praktik pidato persuasif secara mandiri, tanpa dikomando oleh guru.
7) Peneliti melakukan pengamatan dengan mengamati siswa yang menjadi pembicara
dan pendengar.
8) Jam pelajaran usai, pembelajaran akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya
b) Pertemuan Kedua
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua,siklus II adalah melanjutkan
praktik pidato persuasif siswa dengan media barang produk. Guru kolabolator menyapa
peneliti dengan semangat dan siap menilai keterampilan berpidato persuasif siswa.
Pelajaran dimulai dengan berdoa, sejumlah 16 siswa terlihat bersiap-siap dan tidak
sabar ingin berpidato persuasif. Keberanian dan keaktifan siswa untuk berpidato
semakin meningkat. Sebanyak 24 siswa berpidato persuasif. Sejumlah 2 siswa tidak
berpidato persuasif pada pertemuan ini, disebabkan mereka tidak masuk karena sakit.
Jam pelajaran berakhir ditutup dengan pemberian reward pada tiga pembicara terbaik.
45
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucap rasa bangga kepada seluruh siswa
yang mampu melaksanakan keterampilan pidato persuasif dengan baik. Setelah jam
pelajaran usai, peneliti mewancarai guru kolabolator dan beberapa siswa terkait
pembelajaran keterampilan pidato persuasif.
c. Observasi
Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, peneliti dan guru kolabolator
mengamati berlangsungnya pembelajaran dengan seksama. Peneliti mengamati proses
pembelajaran dengan menggunakan instrumen penelitian yang sebelumnya telah
disepakati dan didiskusikan dengan kolabolator. Instrumen yang digunakan peneliti
meliputi lembar penilaian pidato persuasif, catatan lapangan, disertai dengan
dokumentasi berupa foto dan rekaman gambar.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dan guru kolabolator
menunjukkan bahwa proses pelaksanaan tindakan sudah berlangsung lebih baik
dibandingkan dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Proses pelaksanaan tindakan
sudah sesuai dengan rencana. Kondisi yang terjadi pada siklus II ini, siswa tampak
lebih santai dan siap berpidato persuasif.
Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, siswa sudah berani dan percaya diri
untuk berbicara, menanggapi, merespon materi pidato yang disampaikan temannya.
Suasana kelas tampak lebih aktif karena komunikasi antarpembicara dan pendengar
terjalin kuat. Pada siklus II ini siswa lebih dapat mengapresiasi penampilan siswa lain
dengan menyimak pidato, memberikan tepuk tangan dan merespon dengan pertanyaan
serta candaan. Sehingga siswa yang bertugas menyampaikan pidato merasa dihargai
karena dianggap keberadaanya. Guru pun memberikan apresiasi luar biasa untuk setiap
siswa dan ungkapan kekaguman selalu diutarakan oleh guru selepas pidato usai. Secara
keseluruhan, semua aspek pada pengamatan proses pembelajaran ini mengalami
peningkatan.
Dalam penguatan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan, beberapa siswa masih
bertanya kepada guru tentang bagaimana caranya agar tidak grogi dan tampil maksimal.
Guru menjawab setiap pertanyaan dengan baik, tidak jarang guru memberikan contoh
secara langsung. Siswa terlihat menikmati suasana kelas, yang cenderung bersahabat
karena guru pandai membuat siswa tertawa atas contoh-contoh yang beliau berikan.
Sebagian siswa ingin segera praktik pidato persuasif, mereka terlihat antusias dan
semangat. Tahap selanjutnya, guru menugasi siswa untuk berpidato persuasif di kelas.
Guru menawarkan kepada siswa, praktik pidato dipanggil sesuai urutan presensi
ataukah diacak Siswa memilih untuk tampil dahulu bagi yang sudah siap. Karena
sebagian siswa berebut ingin presentasi.
Pembelajaran praktik pidato persuasif pada siklus II ini, bisa disimpulkan
bahwa keterampilan berpidato persuasif siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari skor
yang didapatkan. Selain peningkatan berupa skor, siswa mengaku menikmati dan
senang pada pembelajaran pidato persuasif. Peneliti dan kolabolator kembali berdiskusi
tentang penampilan para siswa dalam berpidato persuasi dengan media barang produk
yang mereka pilih sendiri. Guru kolaborator menyimpulkan barang produk yang
dibawa oleh siswa lebih efektif digunakan karena ada tenggang persiapan. Guru
kolabolator terlihat puas dengan hasil siswa. Guru bertanya kepada siswa, apakah
pidato persuasif memudahkan dalam menyampaikan dan mengembangkan gagasan
serta menambah rasa percaya diri? Para siswa menyatakan mudah menemukan dan
mengembangkan gagasan serta tidak canggung dan lebih percaya diri ketika berpidato.
Selain itu, mereka mengaku berpidato persuasif terasa lebih mudah dilakukan dan
menyenangkan.
46
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

Sejumlah empat siswa yang diwawancara mengaku tertolong, selain mudah


didapat juga mudah dikembangkan. Mereka terkesan pada pembelajaran pidato
persuasif kali ini. Siswa sudah mampu menyampaikan pidato persuasive dengan lancar,
karena persiapan lebih maksimal dibanding siklus I. Siswa sudah berani
mengeksperesikan aspek nonkebahasaan dan tampak bersemangat. Siswa juga terlihat
sudah menguasai materi pidato dan mampu mengembangkan bahan disertai cara
penyampaian yang menarik. Guru melakukan refleksi dan memberikan reward kepada
tiga pembicara terbaik. Reward yang diberikan guru berupa buku biografi pahlawan.
Tabel 4. Persentase aktivitas belajar siswa kelas X IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh
pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia sedang berlangsung (Siklus II)
No. Aspek yang Diamati Persentase
1 Lafal 60
2 Daya Pengaruh 65
3 Kosa Kata dan Struktur Kalimat 74
4 Kelancaran 75
5 Penguasaan Materi 70
6 Tekanan 65
7 Sikap 75
8 Gerak-Gerik dan Mimik Wajah 70
Rata-Rata 69,25%
Berdasarkan tabel di atas terlihat jelas bahwa rata- rata keaktifan siswa
mencapai 69,25%. Dimana siswa lafalnya baik mencapai 60%, daya pengaruh pada
siswa berpidato mencapai 65%, kosa kata dan struktur kalimat 74% aspek kelancaran
siswa pada saat melakukan pidato hanya 75%, penguasaan materi mencapai 70%,
tekanan mencapai 65%, aspek sikap mencapai 75%, gerak-gerik dan mimic wajah
mencapai 70%. Berdasarkan data tersebut maka perlu diadakan suatu perbaikan untuk
meningkatkan keterampilan pidato persuasif pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
pada siswa kelas X IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh yaitu dengan menerapkan metode
simulasi lomba berpidato berbahasa indonesia. Metode ini diterapkan karena dengan
model pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif secara pribadi masing-masing dan
berani berekspresi dengan percaya diri dan baik di depan kelas. Dengan penerapan
metode simulasi lomba pidato berbahasa Indonesia diharapkan keterampilan pidato
persuasif pada siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh dapat ditingkatkan.
Data hasil observasi aktivitas siswa dengan pembelajaran menggunakan metode
simulasi lomba pidato dalam pembelajaran bahasa indonesia pada siklus II dapat dilihat
pada tabel 5.
Tabel 5 Keterampilan Pidato Persuasif Siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh
Berdasarkan Ketuntasannya pada Siklus II
Keteranga Keteranga Keteranga
n n n
Na Nil Tida Na Nil Tun Tida Na Nil Tun Tida
ma ai Tun k ma ai k ma ai k
tas Tun Tun Tun
tas tas tas
1 64 √ 11 68 √ 21 75 √
2 68 √ 12 68 √ 22 78 √ √
3 68 √ 13 75 √ 23 68 √
4 62 √ 14 74 √ 24 66 √
47
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

5 76 √ 15 66 √ 25 78 √
6 68 √ 16 68 √ 26 66 √
7 75 √ 17 75 √ 27 62 √
8 78 √ 18 78 √ 28 66 √
9 66 √ 19 68 √ 29 65 √
10 75 √ 20 76 √ 30 75 √
70 71 0 10 Skor 69 0 10
Skor 0 10 Skor
0 6 9
Jumlah Total Skor : 2115
Rerata Skor siswa : 70,5
Jumlah Total Siswa yang Tuntas: 12 siswa
Persentase Ketuntasan Siswa : 40%
Jumlah Total Siswa yang Tidak Tuntas :18 Siswa
Persentase Siswa yang Tidak Tuntas: 60%
Dari Tabel 5 dapat kita lihat bahwa rerata persentase Keterampilan Pidato
Persuasif Siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh sudah mengalami
peningkatan dimana ada 12 siswa dari total 30 siswa yang berhasil mencapai batas
ketuntasan minimal yaitu 75. Rata-rata skor siswa hanya mencapai 70,5. Hal ini
dipengaruhi oleh aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Persentase
aktivitas siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh.
d. Analisis dan Refleksi Siklus II
Tahap akhir dari tindakan di siklus II ini ialah refleksi. Refleksi dilakukan
peneliti dengan kolabolator setelah pengamatan selesai. Peneliti dan kolabolator
berdiskusi tentang apa yang telah dilaksanakan pada siklus II. Kegiatan refleksi
didasarkan pada pencapaian indikator keberhasilan penelitian. Secara proses, pada
siklus II ini siswa sudah berani dan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Pada
siklus II ini siswa sudah berani berbicara menyampaikan gagasan pidatonya dan
meyakinkan pendengar. Sikap siswa saat di kelas sudah tenang dan terkondisi dengan
baik. Proses pembelajaran di kelas terlihat lebih hidup. Hal ini terlihat dari antusias
siswa dalam berpidato persuasive. Siswa terlihat bersemangat mendapatkan tugas
berpidato, menawarkan barang dan membujuk para pendengar. Tidak hanya itu, siswa
pun saling berinteraksi untuk membuat suasana kelas lebih hidup. Sementara itu, siswa
yang tinggal di tempat tampak semangat menyimak dan membagikan informasi pada
siswa yang menjadi pembicara. Mereka pun tidak segan untuk menanyakan informasi
barang produk yang sedang ditawarkan. Pada saat proses pidato persuasif berlangsung,
siswa sudah mampu memotivasi siswa lain untuk menjadi yang terbaik, peningkatan
keterampilan berpidato persuasive dapat dilihat dari tes pidato persuasif. Peningkatan
skor dapat dilihat dari rata-rata skor siklus I ke siklus II yang dapat dilihat pada tiap-
tiap aspeknya.
Secara keseluruhan, seluruh aspek penilaian keterampilan pidato persuasive
siswa pada siklus II sudah meningkat lebih baik dibandingkan dengan tahap
pratindakan. Pada siklus II ini telah melebihi target yang telah ditentukan,

Pembahasan
Dari Penjelasan diatas dapat dilihat bahwa penerapan Motode Simulasi Lomba
Pidato Berbahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam melakukan
pidato persuasif sehingga siswa akan lebih berani dan percaya diri dalam melakukan
pidato dan tampil didepan kelas.
48
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

Meskipun hasil penelitian ini secara keseluruhan belum menggambarkan hasil


nilai kognitif yang optimal dan belum dapat dikatakan sangat memuaskan. Teknik guru
menggunakan metode dan menggunakan media pembelajaran sudah ada peningkatan,
mampu menarik perhatian siswa. Motivasi belajar siswa pun ada peningkatan.
Pembelajaran dengan Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia
pada salah satu kegiatannya dilaksanakan di luar kelas. Siswa tampak senang dan dapat
menikmati belajar di luar kelas. Suasana lebih santai, namun tetap sungguh-sungguh
melaksanakannya. Dapat menghilangkan rasa takut, yang biasa dirasakan siswa, saat
maju berpidato di depan teman-temannya di kelas.
Metode ini lebih memberi kesempatan siswa untuk mencoba sendiri atau
mengalami sendiri, yaitu berpidato di depan teman-temannya (eksperimen). Waktu
untuk kegiatan belajar mengajar relatif lebih singkat, meskipun semua siswa harus
melakukan pidato secara individual.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa keterampilan pidato persuasif
pada siswa Kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh Tahun 2016/2017 dapat
ditingkatkan dengan penerapan metode simulasi lomba pidato berbahasa Indonesia.
Sehubungan dengan penelitian yng telah dilakukan dari siklus ke siklus, maka
peneliti sebagai guru Bahasa Indonesia di kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh
merasakan terjadinya beberapa perubahan. Perubahan-perubahan tersebut adalah:
1. Perubahan pada peneliti sendiri, dimana peneliti telah dapat menggunakan waktu
dengan sangat efisien.
2. Perubahan pada siswa, dimana para siswa telah dapat menunjukkan partisipasi aktif
dalam pembelajaran di siklus pertama hingga akhir. Akibatnya hasil tes yang
diperoleh pun dapat meningkat.
3. Perubahan pada kelas, dimana suasana pembelajaran sudah mulai berubah dari
sebelumnya, suasana pembelajaran sudah lebih hidup.
Demikian perubahan-perubahan yang terjadi dengan diadakan penelitian tindakan
kelas dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa keterampilan berpidato persuasif siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda
Aceh dapat ditingkatkan melalui Metode Simulasi Lomba pidato Berbahasa Indonesia.
Peningkatan terjadi pada kualitas proses dan produk pembelajaran. Kualitas proses
pembelajaran siswa menunjukkan peningkatan yang ditandai dengan siswa semakin
aktif dan kreatif dalam berpidato persuasi yang ditunjukkan oleh kondisi pratindakan
hingga siklus II. Siswa tidak lagi merasa terbebani dengan tugas berpidato persuasif,
karena pada awalnya siswa terlihat malas dan antipati untuk praktik berpidato. Pada
saat siklus I dan IIsiswa sudah aktif berpidato, kreatif mengembangkan dan
menyampaikan materi, dan saling memotivasi. Dengan adanya siswa yang bertanya,
menjadikan suasana pembelajaran lebih hidup dan antusias. Peningkatan hasil/produk
dapat diketahui dari kemampuan berpidato persuasif siswa sebelum dikenai tindakan
dan sesudah dikenai tindakan. Pada saat tes pratindakan, skor siswa masih tergolong
kurang. Siswa masih nampak diam, malu, dan kurang aktif mempresentasikan pidato
persuasif. Siswa Nampak kurang berani menyampaikan ide dan kurang lancar dalam
berbicara. Setelah dikenai tindakan (siklus II), kemampuan siswa mengalami
peningkatan yang baik. Peningkatan keterampilan pidato persuasif siswa dapat dilihat
dari 8 aspek, yaitu (1) aspek lafal, (2) aspek daya pengaruh, (3) aspek ketepatan kosa

49
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

kata dan struktur kalimat, (4) aspek kelancaran, (5) aspek penguasaan materi, (6) aspek
tekanan, (7) asoek sikap, dan (8) aspek gerak-gerik dan mimik wajah siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Maidar dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga
Anderson, RH. Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran.Jakarta: Universitas
Terbuka dan pusat Antar Universitas di Universitas Terbuka.
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hendrikus, Dori Wuwur. 2000. Retorika. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Keraf, Gorys. 1988. Komposisi. Flores: Nusa Indah.
Nancy and Ernes G. Bormann. 1981. Speech Communication A Basic Approach/Thrid
Edition. Newyork.
Madya, Suwarsih. 2009. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research).
Bandung: Alfabeta.
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Retorika Modern (Pendekatan Praktis). Bandung: Penerbit
PT Remaja Rosdakarya.
Susilana, Rudi. 2007. Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan
Penilaian. Bandung: CV Wacana Prima.
Suyata, Pujiati. 1995. Metodologi Penelitian Pengajaran Bahasa: Suatu Pendekatan
Kuantitatif. Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.
Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru
Algesindo.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara (sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa).
Bandung: Angkasa
Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2002. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

50

Anda mungkin juga menyukai