ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan Keterampilan Pidato Persuasif
Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Simulasi Lomba Berpidato
Berbahasa Indonesia Pada Siswa Kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh Tahun
Ajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan di kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh. Penelitian ini dirancang
dalam dua siklus, tiap siklus terdiri dari :(1) Perencanaan, untuk mengidentifikasi
masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran serta menyusun instrumen
penelitian; (2) Pelaksanaan, yaitu melaksanakan pembelajaran keterampilan pidato
persuasif dengan menerapkan metode simulasi dalam pembelajaran (3) Pengamatan,
yaitu pengambilan data melalui tes dan lembar observasi; (4) Refleksi, yaitu
menganalisis hasil pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
menerapkan metode simulasi lomba pidato berbahasa indonesia dalam pembelajaran
hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada masing-masing siklus. Hal ini dapat
dilihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dari masing-masing siklus.
Kata Kunci : metode simulasi, Pidato persuasif.
PENDAHULUAN
Belajar di sekolah bukan sekadar memorisasi dan recall, bukan sekadar
penekanan pada penguasaan tentang apa yang diajarkan (logos). Akan tetapi, lebih
menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan
berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipratikkan dalam kehidupan oleh
peserta didik (etos).(Depdiknas MPMBS, 2001).
Berbicara di depan publik, suka atau tidak, merupakan keterampilan yang harus
kita kuasai, karena pada suatu saat dalam kehidupan kita, pastilah kita harus berbicara
di hadapan sejumlah orang untuk menyampaikan pesan, pertanyaan, tanggapan atau
pendapat kita tentang sesuatu hal yang kita yakini.
Diakui atau tidak, lebih dari 60% siswa merasa takut bila harus berpidato dalam
forum formal di depan banyak orang (public). Baik pada diskusi, ceramah, presentasi,
maupun pidato perpisahan, bahkan pidato di depan teman sekelasnya.
Fenomena ini sangat memprihatinkan bagi guru bahasa Indonesia. Betapa tidak,
keterampilan berbicara adalah bagian dari empat aspek keterampilan pelajaran bahasa
yang harus diajarkan kepada siswa. Jadi bukan hanya teori yang harus dikuasai, namun
kemampuan praktik berbahasa pun harus dikuasai.
Sering pengajaran pidato, guru menggunakan metode ceramah , siswa kurang
mendapat kesempatan melakukan praktik berbicara di depan orang lain, karena lebih
banyak bersifat teori. Maka dapat diartikan kemampuan berpidato siswa sebatas teori.
Pidato menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu pengungkapan pikiran dalam
bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak. Dalam hal ini pikiran yang akan
disampaikan kepada orang banyak tentu merupakan informasi atau ilmu bagi orang
37
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781
lain, yang dapat berasal dari bidang lain, di luar bahasa Indonesia. Ini artinya seorang
yang berpidato membutuhkan penguasaan materi pidato, di samping itu harus
menguasai teknik berpidato, bagaimana menyampaikan materi yang runtut, jelas,
mudah dimengerti. Ini semata-mata karena mereka akan berhadapan dengan orang
banyak (public).
Pidato merupakan jenis keterampilan yang menuntut keberanian untuk
mencoba, bukan sekadar teori berpidato. Agar siswa benar-benar diberi kesempatan
pidato, minimal di depan teman sekelasnya, maka metode simulasi adalah salah satu
metode yang dapat digunakan. Dengan keseringan mencoba praktik pidato akan
tumbuh keberanian, dan selanjutnya mampu meningkatkan kemampuan diri sehingga
dapat memperbaiki kesalahan sendiri.
Dari fenomena yang terjadi di SMA Negeri 7 Banda Aceh tersebut membuat
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Peningkatan
Keterampilan Pidato Persuasif Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode
Simulasi Lomba Berpidato Berbahasa Indonesia Pada Siswa Kelas X- IA-1 SMA
Negeri 7 Banda Aceh Tahun Ajaran 2016/2017”.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui peningkatan Keterampilan Pidato Persuasif Pada Pelajaran
Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh Tahun Ajaran
2016/2017 dapat ditingkatkan Melalui Metode Simulasi Lomba pidato Berbahasa
Indonesia.
38
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781
Pengertian Berpidato
Pidato ialah kegiatan berbahasa lisan. (Cermat Berbahasa Indonesia, hal 228:
2009). Pidato adalah berucap didepan umum untuk tujuan tertentu. (Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, hal 455 : 2005). Jadi, Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara atau
berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal
yang ditujukan untuk orang banyak. Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang
memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan
patut diperbincangkan. Pidato adalah salah satu teori dari pelajaran bahasa indonesia.
Pidato banyak jenisnya, di antaranya, pidato sambutan yang disampaikan pada awal
sebuah acara atau pidato kenegaraan yang disampaikan oleh presiden. Pidato yang baik
dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato
tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung dari bulan September-Desember tahun ajaran
2016/2017. Penelitian ini berlangsung selama empat bulan. Pelaksanaan penelitian ini
dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan jadwal jam pelajaran.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian yaitu siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh Tahun
Ajaran 2016/2017 Semester ganjil dengan jumlah murid 30 orang.
Analisis Data
Metode analis data dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif dengan
membandingkan kemampuan pidato persuasif siswa sebelum tindakan dengan setelah
tindakan. Adapun variabel yang dianalisis meliputi: nilai rata-rata tiap siklus,
ketuntasan belajar secara individual, ketuntasan belajar secara klasikal. Persentase
kemampuan berpidato siswa secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus
persentase dari Sudijono (2005):
39
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781
P= 100%
Keterangan untuk ketuntasan belajar siswa:
P = Angka persentase
f = Jumlah siswa yang tuntas
N = Jumlah total siswa
40
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781
5) Menentukan waktu pelaksanaan tindakan yaitu 2 kali pertemuan dalam satu siklus.
6) Membuat format penilaian untuk menilai keterampilan berpidato persuasif siswa.
7) Menyiapkan alat perekam untuk mengamati proses pembelajaran keterampilan
pidato persuasif siswa.
8) Membuat format catatan lapangan untuk mengetahui hal-hal yang terjadi dalam
kegiatan pidato persuasif.
b. Pelaksanaan tindakan
a) Pertemuan pertama
Pada pertemuan ini guru memberikan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran berpidato persuasif. Setelah guru
menjelaskan standar kompetensi dan kompetensi dasar kepada siswa, lalu guru
melakukan apresepsi. Adapun rincian kegiatan pada siklus I pertemuan pertama ini
sebagai berikut.
1) Guru mengkondisikan siswa dan melakukan apersepsi terhadap materi pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
2) Guru menjelaskan materi pidato persuasif dan faktor penunjang keefektivannya
3) Guru membagikan materi dalam bentuk draft powerpoint.
4) Guru menjadi model pembicara dalam berpidato persuasif serta mengemukakan
keunggulan-keunggulannya.
5) Guru menginstruksikan pada siswa untuk berlatih pidato persuasif, yang akan
dipresentasikan pada pertemuan berikutnya.
6) Peneliti melakukan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung.
7) Jam pelajaran usai, pembelajaran akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.
8) Guru dan peneliti berdiskusi untuk menyiapkan tema yang akan digunakan siswa
pada pertemuan berikutnya.
b) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua siklus I ini, dimulai dengan menjelaskan kembali materi
pidato persuasif, faktor penunjang keefektivannya dan cara mengidentifikasi
keunggulan barang produk. Guru kolabolator dan peneliti telah menuliskan tema untuk
masing-masing siswa yang akan digunakan untuk berpidato, masing-masing tema di
tulis di secarik kertas yang digulung dan diletakkan dalam sebuah botol yang nantinya
masing-masing siswa dipersilahkan untuk mengambil salah satu gulungan kertas
tersebut seccara acak.
Para siswa diintruksikan guru untuk melihat tema yang diperoleh untuk
dipidatokan. Para siswa mulai menyiapkan diri dengan merangkai kerangka pidato dan
guru membimbingnya. Siswa diberi waktu minimal lima menit untuk berpidato. Guru
menunjuk siswa secara acak untuk maju berpidato persuasif. Selama proses ini
berlangsung, peneliti dan kolabolator melakukan pengamatan terhadap siswa. Waktu
pelajaran usai, kegiatan belajar mengajar diakhiri dengan berdoa.
c. Observasi
Pada pelaksanaan tindakan siklus I ini, peneliti dan kolabolator mengamati
proses pembelajaran dengan seksama. Peneliti mengamati proses pembelajaran dengan
menggunakan instrumen penelitian yang sebelumnya telah disepakati dan didiskusikan
dengan kolabolator. Instrumen yang digunakan peneliti meliputi lembar penilaian
pidato persuasif, catatan lapangan, disertai dengan dokumentasi berupa foto. Hasil
penelitian tindakan siklus I ini dibedakan menjadi dua, yakni pengamatan proses dan
41
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781
Tabel 2. Persentase aktivitas belajar siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh
pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia sedang berlangsung (Siklus 1)
No. Aspek yang Diamati Persentase
1 Lafal 56
2 Daya Pengaruh 55
3 Kosa Kata dan Struktur Kalimat 64
4 Kelancaran 69
5 Penguasaan Materi 60
6 Tekanan 55
7 Sikap 65
8 Gerak-Gerik dan Mimik Wajah 60
Rata-Rata 60,5%
Berdasarkan tabel di atas terlihat jelas bahwa rata- rata keaktifan siswa
mencapai 60,5%. Dimana siswa lafalnya baik mencapai 56%, daya pengaruh pada
siswa berpidato mencapai 55%, kosa kata dan struktur kalimat 64% aspek kelancaran
siswa pada saat melakukan pidato hanya 69%, penguasaan materi mencapai 60%,
tekanan mencapai 55%, aspek sikap mencapai 65%, gerak-gerik dan mimic wajah
mencapai 60%. Berdasarkan data tersebut maka perlu diadakan suatu perbaikan untuk
meningkatkan keterampilan pidato persuasif pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
pada siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh yaitu dengan menerapkan metode
simulasi lomba berpidato berbahasa indonesia. Metode ini diterapkan karena dengan
model pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif secara pribadi masing-masing dan
berani berekspresi dengan percaya diri dan baik di depan kelas. Dengan penerapan
metode simulasi lomba pidato berbahasa Indonesia diharapkan keterampilan pidato
persuasif pada siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh dapat ditingkatkan.
Data hasil observasi aktivitas siswa dengan pembelajaran menggunakan metode
simulasi lomba pidato dalam pembelajaran bahasa indonesia pada siklus I dapat dilihat
pada table 3.
Tabel 3 Keterampilan Pidato Persuasif Siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh
Berdasarkan Ketuntasannya pada Siklus I
Keterangan Keterangan Keterangan
Tunt Tidak Tunt Tidak
Nama Nilai Tidak Nama Nilai Nama Nilai
Tuntas Tuntas Tuntas
Tuntas
1 64 √ 11 68 √ 21 75 √
2 68 √ 12 68 √ 22 68 √
3 68 √ 13 75 √ 23 68 √
4 62 √ 14 64 √ 24 66 √
5 66 √ 15 66 √ 25 68 √
6 68 √ 16 68 √ 26 66 √
7 75 √ 17 75 √ 27 62 √
8 68 √ 18 68 √ 28 66 √
9 66 √ 19 68 √ 29 75 √
10 75 √ 20 66 √ 30 75 √
Skor 680 0 10 Skor 686 0 10 Skor 689 0 10
Jumlah Total Skor : 2020
Rerata Skor siswa : 67,3
43
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781
44
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781
Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucap rasa bangga kepada seluruh siswa
yang mampu melaksanakan keterampilan pidato persuasif dengan baik. Setelah jam
pelajaran usai, peneliti mewancarai guru kolabolator dan beberapa siswa terkait
pembelajaran keterampilan pidato persuasif.
c. Observasi
Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, peneliti dan guru kolabolator
mengamati berlangsungnya pembelajaran dengan seksama. Peneliti mengamati proses
pembelajaran dengan menggunakan instrumen penelitian yang sebelumnya telah
disepakati dan didiskusikan dengan kolabolator. Instrumen yang digunakan peneliti
meliputi lembar penilaian pidato persuasif, catatan lapangan, disertai dengan
dokumentasi berupa foto dan rekaman gambar.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dan guru kolabolator
menunjukkan bahwa proses pelaksanaan tindakan sudah berlangsung lebih baik
dibandingkan dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Proses pelaksanaan tindakan
sudah sesuai dengan rencana. Kondisi yang terjadi pada siklus II ini, siswa tampak
lebih santai dan siap berpidato persuasif.
Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, siswa sudah berani dan percaya diri
untuk berbicara, menanggapi, merespon materi pidato yang disampaikan temannya.
Suasana kelas tampak lebih aktif karena komunikasi antarpembicara dan pendengar
terjalin kuat. Pada siklus II ini siswa lebih dapat mengapresiasi penampilan siswa lain
dengan menyimak pidato, memberikan tepuk tangan dan merespon dengan pertanyaan
serta candaan. Sehingga siswa yang bertugas menyampaikan pidato merasa dihargai
karena dianggap keberadaanya. Guru pun memberikan apresiasi luar biasa untuk setiap
siswa dan ungkapan kekaguman selalu diutarakan oleh guru selepas pidato usai. Secara
keseluruhan, semua aspek pada pengamatan proses pembelajaran ini mengalami
peningkatan.
Dalam penguatan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan, beberapa siswa masih
bertanya kepada guru tentang bagaimana caranya agar tidak grogi dan tampil maksimal.
Guru menjawab setiap pertanyaan dengan baik, tidak jarang guru memberikan contoh
secara langsung. Siswa terlihat menikmati suasana kelas, yang cenderung bersahabat
karena guru pandai membuat siswa tertawa atas contoh-contoh yang beliau berikan.
Sebagian siswa ingin segera praktik pidato persuasif, mereka terlihat antusias dan
semangat. Tahap selanjutnya, guru menugasi siswa untuk berpidato persuasif di kelas.
Guru menawarkan kepada siswa, praktik pidato dipanggil sesuai urutan presensi
ataukah diacak Siswa memilih untuk tampil dahulu bagi yang sudah siap. Karena
sebagian siswa berebut ingin presentasi.
Pembelajaran praktik pidato persuasif pada siklus II ini, bisa disimpulkan
bahwa keterampilan berpidato persuasif siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari skor
yang didapatkan. Selain peningkatan berupa skor, siswa mengaku menikmati dan
senang pada pembelajaran pidato persuasif. Peneliti dan kolabolator kembali berdiskusi
tentang penampilan para siswa dalam berpidato persuasi dengan media barang produk
yang mereka pilih sendiri. Guru kolaborator menyimpulkan barang produk yang
dibawa oleh siswa lebih efektif digunakan karena ada tenggang persiapan. Guru
kolabolator terlihat puas dengan hasil siswa. Guru bertanya kepada siswa, apakah
pidato persuasif memudahkan dalam menyampaikan dan mengembangkan gagasan
serta menambah rasa percaya diri? Para siswa menyatakan mudah menemukan dan
mengembangkan gagasan serta tidak canggung dan lebih percaya diri ketika berpidato.
Selain itu, mereka mengaku berpidato persuasif terasa lebih mudah dilakukan dan
menyenangkan.
46
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781
5 76 √ 15 66 √ 25 78 √
6 68 √ 16 68 √ 26 66 √
7 75 √ 17 75 √ 27 62 √
8 78 √ 18 78 √ 28 66 √
9 66 √ 19 68 √ 29 65 √
10 75 √ 20 76 √ 30 75 √
70 71 0 10 Skor 69 0 10
Skor 0 10 Skor
0 6 9
Jumlah Total Skor : 2115
Rerata Skor siswa : 70,5
Jumlah Total Siswa yang Tuntas: 12 siswa
Persentase Ketuntasan Siswa : 40%
Jumlah Total Siswa yang Tidak Tuntas :18 Siswa
Persentase Siswa yang Tidak Tuntas: 60%
Dari Tabel 5 dapat kita lihat bahwa rerata persentase Keterampilan Pidato
Persuasif Siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh sudah mengalami
peningkatan dimana ada 12 siswa dari total 30 siswa yang berhasil mencapai batas
ketuntasan minimal yaitu 75. Rata-rata skor siswa hanya mencapai 70,5. Hal ini
dipengaruhi oleh aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Persentase
aktivitas siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh.
d. Analisis dan Refleksi Siklus II
Tahap akhir dari tindakan di siklus II ini ialah refleksi. Refleksi dilakukan
peneliti dengan kolabolator setelah pengamatan selesai. Peneliti dan kolabolator
berdiskusi tentang apa yang telah dilaksanakan pada siklus II. Kegiatan refleksi
didasarkan pada pencapaian indikator keberhasilan penelitian. Secara proses, pada
siklus II ini siswa sudah berani dan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Pada
siklus II ini siswa sudah berani berbicara menyampaikan gagasan pidatonya dan
meyakinkan pendengar. Sikap siswa saat di kelas sudah tenang dan terkondisi dengan
baik. Proses pembelajaran di kelas terlihat lebih hidup. Hal ini terlihat dari antusias
siswa dalam berpidato persuasive. Siswa terlihat bersemangat mendapatkan tugas
berpidato, menawarkan barang dan membujuk para pendengar. Tidak hanya itu, siswa
pun saling berinteraksi untuk membuat suasana kelas lebih hidup. Sementara itu, siswa
yang tinggal di tempat tampak semangat menyimak dan membagikan informasi pada
siswa yang menjadi pembicara. Mereka pun tidak segan untuk menanyakan informasi
barang produk yang sedang ditawarkan. Pada saat proses pidato persuasif berlangsung,
siswa sudah mampu memotivasi siswa lain untuk menjadi yang terbaik, peningkatan
keterampilan berpidato persuasive dapat dilihat dari tes pidato persuasif. Peningkatan
skor dapat dilihat dari rata-rata skor siklus I ke siklus II yang dapat dilihat pada tiap-
tiap aspeknya.
Secara keseluruhan, seluruh aspek penilaian keterampilan pidato persuasive
siswa pada siklus II sudah meningkat lebih baik dibandingkan dengan tahap
pratindakan. Pada siklus II ini telah melebihi target yang telah ditentukan,
Pembahasan
Dari Penjelasan diatas dapat dilihat bahwa penerapan Motode Simulasi Lomba
Pidato Berbahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam melakukan
pidato persuasif sehingga siswa akan lebih berani dan percaya diri dalam melakukan
pidato dan tampil didepan kelas.
48
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781
Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa keterampilan berpidato persuasif siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda
Aceh dapat ditingkatkan melalui Metode Simulasi Lomba pidato Berbahasa Indonesia.
Peningkatan terjadi pada kualitas proses dan produk pembelajaran. Kualitas proses
pembelajaran siswa menunjukkan peningkatan yang ditandai dengan siswa semakin
aktif dan kreatif dalam berpidato persuasi yang ditunjukkan oleh kondisi pratindakan
hingga siklus II. Siswa tidak lagi merasa terbebani dengan tugas berpidato persuasif,
karena pada awalnya siswa terlihat malas dan antipati untuk praktik berpidato. Pada
saat siklus I dan IIsiswa sudah aktif berpidato, kreatif mengembangkan dan
menyampaikan materi, dan saling memotivasi. Dengan adanya siswa yang bertanya,
menjadikan suasana pembelajaran lebih hidup dan antusias. Peningkatan hasil/produk
dapat diketahui dari kemampuan berpidato persuasif siswa sebelum dikenai tindakan
dan sesudah dikenai tindakan. Pada saat tes pratindakan, skor siswa masih tergolong
kurang. Siswa masih nampak diam, malu, dan kurang aktif mempresentasikan pidato
persuasif. Siswa Nampak kurang berani menyampaikan ide dan kurang lancar dalam
berbicara. Setelah dikenai tindakan (siklus II), kemampuan siswa mengalami
peningkatan yang baik. Peningkatan keterampilan pidato persuasif siswa dapat dilihat
dari 8 aspek, yaitu (1) aspek lafal, (2) aspek daya pengaruh, (3) aspek ketepatan kosa
49
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781
kata dan struktur kalimat, (4) aspek kelancaran, (5) aspek penguasaan materi, (6) aspek
tekanan, (7) asoek sikap, dan (8) aspek gerak-gerik dan mimik wajah siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Maidar dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga
Anderson, RH. Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran.Jakarta: Universitas
Terbuka dan pusat Antar Universitas di Universitas Terbuka.
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hendrikus, Dori Wuwur. 2000. Retorika. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Keraf, Gorys. 1988. Komposisi. Flores: Nusa Indah.
Nancy and Ernes G. Bormann. 1981. Speech Communication A Basic Approach/Thrid
Edition. Newyork.
Madya, Suwarsih. 2009. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research).
Bandung: Alfabeta.
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Retorika Modern (Pendekatan Praktis). Bandung: Penerbit
PT Remaja Rosdakarya.
Susilana, Rudi. 2007. Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan
Penilaian. Bandung: CV Wacana Prima.
Suyata, Pujiati. 1995. Metodologi Penelitian Pengajaran Bahasa: Suatu Pendekatan
Kuantitatif. Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.
Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru
Algesindo.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara (sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa).
Bandung: Angkasa
Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2002. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
50