Anda di halaman 1dari 36

Meningkatakan Keterampilan Berbicara Siswa dalam Praktik

Berceramah (KD Mengontruksi Teks Ceramah) Melalui Penggunaan


Media Pembelajaran Prompter Berbasis Power Point Pada
Pembelajaran Daring Siswa Kelas XI MIPA 4 SMAN 7 Kediri

Oleh

DEKKI PRIYATAMA NOVIAN AGNI, S.Pd

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada era Abad 21, pendidikan dituntut untuk bisa mencetak generasi Z yang
berkualitas. Terlebih lagi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran
Bahasa Indonesia dituntut untuk bisa menghasilkan siswa-siswa yang berkualitas,
baik dalam bidang kebahasaan maupun dalam bidang kesastraan. Pembelajaran
Bahasa Indonesia menjadi salah satu pionir pendidikan guna menjawab tantangan
Abad 21.
Pada pembelajaran Bahasa Indonesia, terdapat empat keterampilan berbahasa
yang diajarkan. Empat keterampilan berbahasa tersebut ialah keterampilan menyimak,
keterampilan membaca, keterampilan berbicara dan keterampilan menulis. Empat
komponen keterampilan ini digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Pada tahap penyusunan IPK, empat keterampilan ini harus bisa terukur dan
terfokus sehingga bisa menjadikan siswa yang mampu dalam kebahasaan dan
kesastraan.
Salah satu keterampilan berbahasa yang bisa menjawab kebutuhan Abad 21
ialah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara mengisyaratkan siswa untuk
bisa menjadi public speaker. Keterampilan ini sangat bermanfaat bagi siswa, terlebih
lagi untuk memenuhi kebutuhan Abad 21. Menjadi public speaker sedang banyak
digemari kalangan remaja saat ini. Hal ini terlihat dari banyaknya figur, vloger,
youtuber dari kalangan remaja. Tidak hanya itu, banyak pula penceramah-penceramah
dari kalangan remaja.
Pada kurikulum K13, terutama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, arah
pembelajaran banyak yang ditujukan untuk menganalisis teks atau berbasis teks.
Banyak KD yang mengisyaratkan untuk menganalisis teks, baik secara struktur,
maupun kaidah kebahasaan. Bila hanya mengacu pada hal ini, berarti pembelajaran
Bahasa Indonesia dirasa masih kurang tepat sasaran. Hal ini dikarenakan keterampilan
berbahasa yang lain banyak diabaikan. Oleh karena itu, peran guru harus bisa
mengakomodasi keterampilan-keterampilan berbahasa yang lain.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
berbicara siswa dalam berceramah menggunakan media pembelajaran berbasis
prompter. Propmter ialah alat yang biasanya digunakan news anchor atau pembaca
berita ketika sedang bertugas membaca berita. Alat ini berisi teks/tulisan yang
berjalan sehingga memudahkan pembaca berita dalam menyajikan berita. Penggunaan
alat ini bisa digunakan pula dalam membaca teks ceramah. Penceramah tidak perlu
lagi menggunakan teks atau catatan kecil ketika sedang berceramah. Selain itu,
penggunaan alat ini bisa pula dimodifikasi dari power point, sehingga bisa digunakan
secara efektif dan efisien.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH


1. Keterampilan berbicara siswa dalam praktik berceramah (KD mengontruksi teks
ceramah) masih rendah
2. Penguasaan metode berceramah beserta variasinya masih tergolong rendah bagi
siswa
3. Belum adanya media pembelajaran yang bisa meningkatkan keterampilan
berbicara siswa dalam KD teks ceramah

1.3 ANALISIS MASALAH


Berdasarkan analisis masalah, minat siswa untuk praktik berceramah masih
tergolong minim. Hal ini dikarenakan siswa masih terlalu berat praktik berceramah
menggunakan metode konvensional. Selain itu, faktor psikologis siswa menjadi
faktor yang harus diperhatikan berikutnya. Siswa cenderung kurang percaya diri
ketika praktik berceramah.
1.4 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam praktik
berceramah (KD mengontruksi teks ceramah) melalui penggunaan media
pembelajaran (berbasis prompter) siswa kelas XI MIPA 4 SMAN 7 KEDIRI

1.5 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan penelitian tindakan kelas ini ialah untuk meningkatkan meningkatkan
keterampilan berbicara siswa dalam praktik berceramah (KD mengontruksi teks
ceramah) melalui penggunaan media pembelajaran (berbasis prompter) siswa kelas
XI MIPA 4 SMAN 7 KEDIRI

1.6 MANFAAT PENELITIAN


1. Bagi pihak sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan dan masukan bagi sekolah
sebagai pedoman dalam mengambil kebijakan untuk menggunakan media
pembelajaran yang sesuai yakni media pembelajaran berbasis prompter dalam
rangka meningkatkan keterampila siswa dalam berceramah pada pelajaran belajar
bahasa Indonesia sebagai salah satu media alternatif masa pandemi.
2. Bagi guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang media pembelajaran
khususnya materi teks ceramah
3. Bagi siswa
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan minat siswa dalam praktik berceramah.
Selain itu, manfaat penelitian ini untuk meningkatkan kualitas hasil berceramah
siswa, sehingga siswa bisa memproduksi atau mempraktikan berceramah siswa kelas
XI MIPA 4 SMAN 7 Kediri
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Tindakan Kelas


2.1.1 Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian praktis yang dilakukan
oleh guru maupun calon guru untuk mengevaluasi dan memperbaiki
pembelajaran. Menurut Suyanto dalam Sukajati (2008:8) secara singkat PTK
dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu, untuk memperbaiki dan atau meningkatkan
praktekpraktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Oleh karena itu
PTK terkait erat dengan persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dialami
guru.
Dalam PTK guru dapat meneliti secara mandiri atau bersama dengan tenaga
kependidikan yang lain (secara kolaboratif) terhadap proses dan produk
pembelajaran secara reflektif di kelas. Dengan PTK, guru dapat memperbaiki
praktek-praktek pembelajaran agar lebih efektif. PTK juga dapat menjembatani
kesenjangan antara teori dan praktek. Alasannya, setelah PTK guru akan
memperoleh umpan balik yang sistematik mengenai pembelajaran yang selama ini
dilakukan apakah cocok dengan teori belajar mengajar dan dapat diterapkan
dengan baik di kelasnya. Melalui PTK guru dapat mengadaptasi teori yang ada
untuk kepentingan proses dan produk pembelajaran agar lebih efektif dan optimal.
Menurut Suharsimi dalam Sukajati (2008:7) ada tiga kata yang membentuk
pengertian PTK, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan
mencermati suatu obyek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu
suatu hal, serta menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan
yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Sedangkan kelas adalah
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama
dari seorang guru. Dalam hal ini kelas bukan wujud ruangan tetapi diartikan
sebagai sekelompok siswa yang sedang belajar. Hal ini sejalan dengan Arikunto,
dkk (2006:12 ), bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. 

Berdasarkan paparan di atas, bisa disimpulan bahwa PTK adalah bentuk


penelitian yang terjadi di dalam kelas berupa tindakan tertentu yang dilakukan
untuk memperbaiki proses belajar mengajar guna meningkatkan hasil belajar yang
lebih baik dari sebelumnya. Penelitian tindakan kelas dapat dipakai sebagai
implementasi berbagai program yang ada di sekolah, dengan mengkaji berbagai
indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa atau
keberhasilan proses dan hasil implementasi berbagai program sekolah.

2.1.2 Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


Karakteristik utama penelitian tindakan kelas adalah adanya partisipasi dan
kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan
kelas harus menunjukkan adanya perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan
secara positif. Apabila dengan tindakan justru membawa kelemahan, penurunan
atau perubahan negatif, berarti hal tersebut menyalahi karakter penelitian tindakan
kelas. Adapun karakteristik yang menunjukkan ciri dari penelitian tindakan kelas
adalah sebagai berikut:

1. inkuiri reflektif. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan


pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi oleh guru dan siswa. Jadi,
kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tugas (practise driven) dan
pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action
driven). 
2. Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat
dilakukan sendiri oleh peneliti di luar kelas, tetapi ia harus berkolaborasi
dengan siswa. Penelitian tindak kelas merupakan upaya bersama dari
berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan.
3. Reflektif. Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khas khusus, yaitu sikap
reflektif yang berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal,
yang sering mengutamakan pendekatan empiris eksperimental, penelitian
tindakan kelas lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan
hasil penelitian.

Menurut Hopkins dalam Mulyatiningsih (2011:34) Penelitian tindakan kelas


dapat berjalan dengan baik apabila dalam perencanaan dan pelaksanaannya
menerapkan enam prinsip, yaitu sebagai berikut:

1. Tugas pertama dan utama guru di sekolah adalah mengajar siswa sehingga
apapun metode penelitian tindakan kelas yang akan diterapkan tidak akan
mengganggu komitmen sebagai pengajar. 
2. Metode pengumpulan data yang di gunakan tidak menuntut waktu yang
berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses
pembelajaran. 
3. Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga memungkinkan
guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup
meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi
kelasnya dan memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab
hipotesis yang di kemukakannya. 
4. Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan
masalah yang merisaukannya. Bertolak dari tanggung jawab profesionalnya,
guru sendiri memiliki komitmen yang diperlukan sebagai motivator intrinsik
bagi guru untuk bertahan dalam pelaksanaan kegiatan yang jelas-jelas
menuntut lebih dari yang sebelumnya diperlukan dalam rangka pelaksanaan
tugas-tugas pengajarnya. 
5. Dalam menyelenggarakan penelitian tindakan kelas, guru harus selalu
bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang
berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain
melibatkan anak-anak, penelitian tindakan kelas juga hadir dalam suatu
konteks organisasional sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan
tata krama kehidupan berorganisasi. 
6. Kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam
pelaksanaan penelitian tindakan kelas sejauh mungkin digunakan classroom
excedding perspektive, artinya permasalahan tidak dilihat terbatas dalam
konteks dalam kelas atau mata pelajaran tertentu,melainkan dalam
perspektif yang lebih luas ini akan berlebih-lebih lagi terasa urgensinya
apabila dalam suatu penelitian tindakan kelas terlibat dari seorang pelaku.

2.1.3 Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas


Menurut Hopkins (1993), penelitian tindakan kelas diawali dengan
perencanaan tindakan (Planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan
mengevaluasi proses dan hasil tindakan (Observation and evaluation). Sedangkan
prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas terdiri atas empat komponen, yaitu
perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang
diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Gambar dan penjelasan langkah-
langkah penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning), yaitu persiapan yang dilakukan untuk


pelaksanaan Penellitian Tindakan Kelas, seperti: menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran dan pembuatan media pembelajaran. 
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting), yaitu deskripsi tindakan yang akan
dilakukan, skenario kerja tindakan perbaikan yang akan dikerjakan serta
prosedur tindakan yang akan diterapkan. 
3. Observasi (Observe), Observasi ini dilakukan untuk melihat pelaksanaan
semua rencana yang telah dibuat dengan baik, tidak ada penyimpangan-
penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang kurang maksimal dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Kegiatan observasi dapat dilakukan
dengan cara memberikan lembar observasi atau dengan cara lain yang sesuai
dengan data yang dibutuhkan. 
4. Refleksi (Reflecting), yaitu kegiatan evaluasi tentang perubahan yang
terjadi atau hasil yang diperoleh atas yang terhimpun sebagai bentuk
dampak tindakan yang telah dirancang. Berdasarkan langkah ini akan
diketahui perubahan yang terjadi. Bagaimana dan sejauh mana tindakan
yang ditetapkan mampu mencapai perubahan atau mengatasi masalah secara
signifikan. Bertolak dari refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan dalam
bentuk replanning dapat dilakukan.

Bila dibuat dalam peta konsep, langkah-langkah menyusun PTK sebagai berikut

2.2 Keterampilan Berbicara


Keterampilan berbahasa dapat juga disebut kemahiran berbahasa. Keterampilan
Berbahasa merupakan gabungan antara keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut merupakan catur tunggal
karena masing – masing saling berhubungan serta tidak terpisahkan
Berbicara secara umum dapat dimaksudkan sebagai sebuah keterampilan guna
menyampaikan ide, gagasan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa lisan. Menurut Tarigan (1990: 15), berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi – bunyi artikulasi atau kata – kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Nurgiyantoro
(2016:34) menambahkan bahwa berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang
dilakukan manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan. Untuk dapat
berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus menguasaai lafal,
struktur, dan kosakata yang bersangkutan. Selain itu, diperlukan juga penguasaan
masalah atau gagasan yang akan disampaikan serta kemampuan memahami bahasa
lawan bicara. Sedangkan wujud dari berbicara sendiri dipandang sebagai sebuah alat
berkomunikasi dengan kebutuhan – kebutuhan penyimak penerimaan pesan yang
telah disusun dalam pikiran pembicara. Pada intinya berbicara adalah sebuah
kemampuan diri dalam mengekspresikan pikiran atau ide melalui lambang –
lambang bunyi.

2.3 Kemampuan Berceramah


Berbicara di muka umum merupakan salah satu seni berkomunikasi. Salah satu
contoh berbicara di depan umum adalah berceramah. Salah satu hal yang paling
ditakuti sebagian orang adalah ketika diminta harus berbicara di depan banyak orang,
baik untuk acara sosial, seminar, kuliah, presentasi bisnis, pidato perpisahan, reuni
sekolah, bahkan dalam acara perkumpulan keluarga besar yang sebagian besar
hadirin telah dikenal dengan baik. Berceramah di muka umum bagi sebagian besar
orang adalah sesuatu yang menegangkan dan menakutkan, seakan seluruh mata
hadirin sedang menghakimi penceramah. Penceramah seakan – akan menjadi
terdakwa yang sedang diadili dan dinilai bagus atau tidak apa yang disampaikan.
Berceramah merupakan keterampilan yang sangat berguna.
Berceramah merupakan keterampilan yang harus dikuasai dalam kehidupan,
pastilah semua orang pernah berbicara di hadapan sejumlah orang untuk
menyampaikan pesan, pertanyaan, tanggapan atau pendapat tentang sesuatu hal yang
diyakini, misalnya berbicara di disaat presentasi menentukan karier, seperti
mempresentasikan proposal proyek atau tentang produk di hadapan sejumlah mitra
bisnis atau calon pembeli.
Ada unsur penting dalam komunikasi yang harus diperhatikan. Kelima unsur
tersebut terdiri dari; pengirim pesan (sender), pesan yang dikirimkan (message),
bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau medium), penerima
pesan (receiver), dan umpan balik (feedback). Hal yang paling penting dalam
persiapan untuk berbicara di depan umum adalah membangun rasa percaya diri,
mengendalikan rasa takut dan emosi. Kesiapan mental yang positif merupakan syarat
mutlak bagi pembicara di depan umum.

2.4 Media Pembelajaran Berbasis Prompter


Pengial baca atau yang disebut juga teleprompter adalah alat bantu baca
khususnya bagi seseorang yang ingin berbicara di depan umum. Dengan alat ini,
orang tersebut akan terlihat seperti berbicara lisan tanpa menggunakan teks. Awalnya
alat ini digunakan oleh penyiar berita televisi agar dalam
menyampaikan berita kepada penonton televisi terlihat seperti berbicara tanpa
membaca. Oleh karena itu, tulisan yang ditampilkan dalam teleprompter disusun
menyerupai bahasa lisan, sehingga para penonton tidak merasa terganggu dengan
aktivitas penyiar yang harus menundukkan kepalanya untuk membalikkan teks berita
yang bersangkutan.
Dalam perkembangannya, teleprompter juga dijadikan sebagai alat bantu
berpidato atau berceramah. Teleprompter jenis ini lazim disebut sebagai Conference
Teleprompter System. Kaca yang digunakan dalam perangkat ini menggunakan
lapisan transparan agar tidak mengahalangi pandangan pembicara oleh penonton atau
kamera ketika membaca teks pidatonya. Biasanya, teleprompter jenis ini
menggunakan dua jenis kaca transparan yang diletakkan di sisi kiri dan kanan
pembicara. Kaca-kaca tersebut berfungsi sebagai reflektor dari naskah pidato yang
ditayangkan dari layar komputer. Dengan demikian, pembicara dapat berpidato
sembari melihat ke arah penonton yang berada di sisi kiri dan kanannya.
Dalam pembelajaran, guru bisa menggunakan media pembelajaran berbasis
prompter untuk meningkatkan kemampuan berceramah siswanya. Propmter yang
sederhana bisa dihasilkan dengan menggunakan Power Point, tentunya perlu adanya
modifikasi sehingga penggunaannya bisa sama seperti prompter. Power point dibuat
dulu dan diisi dengan teks, kemudian dimodifikasi dengan menerapkan transisi dan
waktu transisi.
Pada kompetensi dasar mengontruksi teks ceramah, salah satu keterampilan
berbahasa yang akan dituju guru adalah keterampilan berbicara. Hal ini
mengisyaratkan bahwa tujuan pembelajaran ialah siswa dapat mengontruksi teks
ceramah dan juga berceramah. Penggunaan media pembelajaran berbasis propmter
dengan menggunakan power point ini diharapkan bisa meningkatkan kemampuan
berbicara siswa. Selain itu, penggunaan media ini diharapkan bisa menarik minat
siswa.
Pada dasarnya, prinsip kerja media pembelajaran berbasis prompter sama dengan
dengan membuat power point itu sendiri. Selanjutnya dikembangkan dan
dimodifikasi. Oleh karena itu, penggunaan media ini diharapkan memiliki aksesbilitas
yang baik sehingga bisa diakses oleh siswa dan bisa dirancang oleh siswa sendiri.

2.5 Langkah-Langkah Dalam Berceramah


Ada beberapa prinsip dalam mempersiapkan mental sebelum berceramah, antara lain,
a. Berusahalah untuk tetap tenang saat berbicara di depan umum, tanamkan di
hati bahwa tidak akan ada hal yang buruk yang akan terjadi setelah presentasi
atau penyampaian gagasan. Jadi tenang dan santai saja.
b. Siapkan inti – inti pembicaraan atau pertanyaan, karena pendengar akan sulit
untuk mengingat atau memperhatikan lebih dari tiga hal dalam satu waktu.
c. Memiliki tujuan atau sasaran yang jelas dan terarah.
d. Jangan menganggap diri adalah seorang pembicara publik tapi anggaplah
sebagai menyampaikan pesan kepada hadirin.
e. Tidak perlu harus sepenuhya menguasai seluruh hadirin. Biarkan saja kalau ada
beberapa yang tidak menaruh perhatian. Fokuskan perhatian pada mereka yang
tertarik dan mendengarkan ceramah yang telah disampaikan.
f. Tanamkan pada diri bahwa sebagian besar hadirin menginginkan penyampaian
ceramah berhasil.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan pesan di depan
umum, diantaranya adalah kualitas suara. Penceramah perlu memastikan bahwa
suara penceramah cukup keras dan jelas terdengar bahkan oleh hadirin yang duduk
paling jauh. Jika tersedia, penceramah bisa menggunakan pengeras suara.. Suara
merupakan aset yang paling berharga dalam berkomunikasi secara lisan. Oleh karena
itu memelihara kualitas suara dan berlatih secara berkesinambungan merupakan
keharusan bagi penceramah.

Bahasa dan kata-kata yang digunakan merupakan faktor yang tidak kalah penting
guna menentukan kemampuan komunikasi. Bahasa yang baik dan tepat dapat
membantu memperjelas dan meningkatkan kualitas berceramah. Oleh karena itu
perlu bagi penceramah untuk memperhatikan kata – kata dan bahasa yang dipilih.

Penampilan yang baik juga menjadi perhatian karena saat penceramah maju atau
berdiri untuk berbicara, hadirin akan memperoleh kesan yang baik terhadap
penceramah. Pastikan bahwa penampilan penceramah membawa pesan yang positif
dan penceramah kelihatan lebih baik dan merasa lebih baik. Penceramah bisa
menggunakan pakaian yang sesuai jenis pertemuan dan sesuai dengan jenis pakaian
yang digunakan oleh para hadirin lainnya

Berbicara pada hakikatnya tidak hanya dilakukan dengan bersuara semata tetapi
untuk didengar orang lain, oleh karena itu setiap ujaran yang disampaikan harus
dengan metode yang benar dan sistematis agar apa yang disampaikan tertuju maksud
maknanya. Metode dalam berceramah antara lain,

a. Penyampaian mendadak (metode impromptu)


Penyampaian secara mendadak seseorang tanpa direncanakan harus
berceramah di depan umum dikarenakan situasi yang tiba – tiba
diserahkan kepada penceramah tersebut. Contohnya saat pembicara utama
berhalangan hadir, akhirnya diserahkan mendadak kepada pihak yang
mewakili pembicara utama, biasanya adalah orang kepercayaan dari
pembicara utama.
b. Penyampaian dengan membawa catatan kecil (metode ekstemporan)
Penyampaian dengan membawa catatan kecil adalah berceramah dengan
membawa catatan kecil yang berisi inti-inti teks ceramah. Umumnya
catatan kecil ini telah disiapkan sebelumnya dan dibaca ketika sedang
berceramah. Misalnya saat seorang berceramah dalam upacara atau dalam
acara formal.
c. Penyampaian dari naskah (metode membaca)
Berceramah melalui penyampaian dari naskah merupakan berceramah
yang lebih siap dilakukan dari penceramah dengan menyiapkan teks atau
naskah yang dipersiapkan terlebih dahulu. Naskah yang dipersiapkan
biasanya sudah mengandung konsep materi yang berhubungan dengan apa
yang akan disampaikan penceramah dalam acara tersebut. Semisal sebuah
acara perpisahan sekolah yang meminta kepala sekolah sebagai tamu
kehormatan untuk memberikan sambutan, kesan pesan dan nasehat bagi
para lulusan sekolah tersebut yang baru saja mendapatkan kelulusan.
Sebelum berbicara di depan siswa – siswanya, kepala sekolah telah
menuliskan dalam teks berupa apa saja yang akan disampaikan di depan
siswa dan para undangan.
d. Penyampaian dari ingatan (metode menghafal)
Penyampaian dari ingatan adalah berceramah secara langsung tanpa
menggunakan persiapan teks terlebih dahulu namun menggunakan materi
yang sebelumnya telah dikuasai penceramah dalam ingatannya. Fakta dan
bukti materi yang akan disampaiakan sebelumnya sudah dikuasai karena
telah banyak mengikuti hingga menguasai materi – materi yang akan
dibicarakan, namun kelemahan dari berbicara ini adalah penyampaiannya
biasanya tidak sistematis karena tergantung dari respon pemikiran
penceramah tersebut mengeluarkan ingatannya.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data penelitiannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data
yang dikumpulkan bisa saja kuantitatif, dimana uraiannya bersifat deskriptif dalam
bentuk kata-kata, peneliti merupakan instrument pertama dalam pengumpulan data,
proses sama pentingnya dengan produk

Penelitian Tindakan Kelas merupakan ragam penelitian pembelajaran yang


berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah – masalah
pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan
mencoba hal-hal baru dalam pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil
pembelajaran. PTK mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakan dengan
penelitian yang lain, diantaranya yaitu : masalah yang diangkat adalah masalah yang
diahadapi oleh guru dikelas dan adanya tertentu untuk memperbaiki proses belajar
mengajar dikelas.

3.1 Subjek Penelitian


Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIPA 4 SMAN 7 Kota Kediri, yang
berjumlah 34 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki – laki dan 22 siswa perempuan.
Mata pelajaran yang menjadi sasaran penelitian adalah mata pelajaran Bahasa
Indonesia kelas XI khususnya pada materi teks ceramah dengan Kompetensi Dasar
4.6 yaitu mengonstruksi ceramah tentang permasalahan aktual dengan memerhatikan aspek
kebahasaan dan menggunakan struktur yang tepat

3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Tempat penelitian : SMAN 7 Kota Kediri
Waktu pelaksanaan : pelajaran Bahasa Indonesia semester ganjil
3.3 Deskripsi Per Siklus
a. Pra Siklus
1) Perencanaan Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan meliputi:
a. menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
b. menyusun pedoman observasi
c. menyusun alat evaluasi siswa

2) Tindakan
a. Kegiatan Awal
Guru membuka pembelajaran dengan berdoa dan mempresensi siswa.
Kemudian guru menyampaikan KD, IPK, dan tujuan pembelajaran.

b. Kegiatan Inti
 Guru menjelaskan tentang materi mengontruksi teks ceramah
 Guru menjelaskan bahwa mengontruksi bisa dengan lisan atau tulis
 Guru mengarahkan siswa untuk mengontruksi teks ceramah secara lisan
 Guru menjelaskan metode berceramah
 Guru memberi tugas siswa untuk praktik berceramah berbasis video
 Tugas siswa yang berupa video dikirimkan ke guru melalui link google
drive

c. Kegiatan Akhir
Guru menutup pembelajaran dengan melakukan refleksi bersama.

3) Pengamatan
Berdasarkan pengamatan dari lapangan dan observasi, dapat disimpulkan
bahwa keterampilan berbicara siswa kelas XI MIPA 4 masih tergolong rendah.
Dari sini dapat dibuktikan bahwa dari 32 siswa, hanya 8 siswa yang sudah
memiliki keterampilan siswa secara baik. Jadi, siswa yang sudah memiliki
keterampilan berbicara yang baik hanya 25% dari jumlah seluruh siswa kelas
XI MIPA 4
b. Siklus I
1) Perencanaan Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan meliputi:
a. menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
media pembelajaran berbasis prompter sebagai tindakan perbaikan pada
pembelajaran mengontruksi teks ceramah dengan keterampilan berbicara
yakni berceramah;
b. menyiapkan media pembelajaran berbasis prompter dengan power point
c. menyusun pedoman observasi
d. menyusun alat evaluasi siswa

2) Tindakan
a. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, guru menstimulasi siswa untuk menganalisis struktur
teks ceramah dan kaidah kebahasaan teks ceramah. Selanjutnya guru
mengajak siswa mencermati teks ceramah yang sudah dibuat siswa pada
pertemuan sebelumnya (kegiatan asinkron)

b. Kegiatan Inti
Hal-hal yang dilakukan guru pada kegiatan inti yaitu:
 Guru menjelaskan metode dalam berceramah disertai dengan contoh-
contohnya.
 Guru menunjukkan contoh video pembacaan ceramah di Youtube
sebagai contoh pelaksanaan kegiatan berceramah.
 Guru menunjukkan media pembelajaran berbasis prompter dengan
menggunakan power point
 Guru mempraktikan menggunakan media pembelajaran ketika
berceramah dan cara mengunggah video praktik di Youtube.
 Siswa mempraktikan menggunakan media pembelajaran berbasis
prompter untuk membaca teks ceramah
c. Kegiatan Akhir
 Pada kegiatan akhir pembelajaran guru menyimpulkan hasil
pembelajaran dan menjelaskan menggunakan media prompter
sebagai metode berceramah
 Guru menjelaskan manfaat berceramah dalam kehidupan di masa
depan.

3) Pengamatan (Observasi)
Pelaksanaan pengamatan melibatkan beberapa pihak diantaranya guru,
peneliti, dan teman sejawat. Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung dengan berpedoman pada lembar observasi yang
telah dibuat oleh peneliti. Hal yang harus diamati oleh observer adalah
aktivitas siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran, dan proses
pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Selanjutnya dilakukan analisis hasil observasi untuk
mengetahui keaktifan siswa, guru dan jalannya pembelajaran.

4) Refleksi
Seluruh hasil observasi, evaluasi siswa, dan catatan lapangan dianalisis,
dijelaskan, dan disimpulkan pada tahap refleksi. Tujuan dari refleksi adalah
untuk mengetahui keberhasilan dari proses pembelajaran menulis puisi dengan
menggunakan media gambar. Peneliti bersama observer menganalisis hasil
tindakan pada siklus I dan II untuk mempertimbangkan apakah perlu
dilakukan siklus lanjutan.

c. Siklus II

Siklus II merupakan tindakan perbaikan dari siklus I yang masih belum berhasil.
Secara umum, penerapan pembelajaran pada siklus II sama dengan penerapan
pembelajaran pada siklus I, hanya saja dilakukan lebih cermat dan memperhatikan
hal-hal yang masih belum tercapai pada saat siklus I. Hal ini dilakukan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Selain itu, siklus pengamatan II bertujuan
untuk menguji efektivitas media pembelajaran, dan menganalisis keterampilan
berbicara siswa dalam berceramah
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bagian ini, akan dibahas mengenai proses dan analisis hasil penelitian
tindakan kelas yang telah dilakukan oleh guru peneliti pada siswa kelas XI Mipa 4
SMAN 7 Kota Kediri. Adapun pembahasan dilakukan dengan menggunakan analisis data
hasil penilaian dan juga lembar observasi.

4.1 Proses Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh guru peneliti diawali dengan kegiatan pra siklus
dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran awal terkait penilaian siswa. Selanjutnya,
guru peneliti melakukan siklus 1 sebagai upaya perbaikan pada pra siklus. Hasil
pengamatan dan penilaian kegiatan siklus 1, selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan
acuan pelaksanaan siklus 2. Untuk kegiatan siklus 2, dilaksanakan sebagai upaya
perbaikan pada siklus 1. Hasil dari pengamatan dan penilian siklus 2 kemudian dianalisis
dan ditarik kesimpulan, apakah penelitian sudah mendapatkan hasil maksimal.

Sebagai gambaran proses penelitian tindakan kelas, pada tahap pra siklus guru
peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk membuat video praktik berceramah.
Selanjutnya hasil video siswa dianalisis untuk mengetahui tingkat ketercapaian KD. Hasil
penilaian kegiatan pra siklus menjadi acuan pelaksanaan kegiatan siklus 1. Pada tahap
siklus 1, guru peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk membuat video praktik
berceramah dengan menggunakan media pembelajaran prompter berbasis power point.
Hasil kegiatan siklus 1 dianalisis dan dijadikan acuan pada kegiatan siklus 2. Sebagai
bentuk kegiatan perbaikan, pada siklus 1 diketahui kekurangan ada pada aspek intonasi,
gesture, dan ekspresi siswa. Maka pada kegiatan siklus 2, guru peneliti memberikan
penguatan pada ketiga aspek tersebut dan memberikan tugas kepada siswa untuk
membuat video praktik berceramah.
4.2 Analisis Hasil Penelitian

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, siswa kelas XI Mipa 4 SMAN 7


Kota Kediri telah melaksanakan praktik berceramah sebanyak 2 kali. Praktik yang
pertama dalam tahap pra siklus dan praktik yang kedua pada tahap siklus 1. Ada
sebanyak 31 siswa yang mengikuti praktik berceramah.
Praktik berceramah yang dilakukan siswa dengan membuat video praktik
kemudian dikirimkan kepada guru melalui tautan Google Drive. Selanjutnya, guru
menilai hasil praktik dan menganalisis ketercapaian KD. Salah satu kendala guru peneliti
ketika masa pandemi ialah minimnya akses bertemu secara langsung dengan siswa,
terlebih lagi dalam kegiatan praktik. Oleh karena itu, guru menggunakan metode tersebut
sebagai upaya kegiatan praktik berceramah

4.2.1 Analisis Hasil Penelitian Tahap Pra Siklus


Pada tahap pra siklus, guru peneliti melakukan pembelajaran seperti biasanya,
tanpa menyebutkan atau memerintah siswa untuk berceramah dengan menggunakan
media prompter berbasis Power Point. Pada tahap ini, siswa melakukan praktik
berceramah menggunakan teknik secara konvensional dan dengan menggunakan metode
seperti yang ada dalam materi.. Berikut data hasil nilai siswa kelas XI Mipa 4 SMAN 7
Kota Kediri dalam praktik berceramah dalam tahap pra siklus,

No Nama Skor Total

1 ABELIA RIZA PUTRI WIDIONO 74

2 AISYA AYU DEWANI 70

3 AJENG TRI HAPSARI 73

5 AMANDA NABILA NATASYA PUTRI 71

6 ANNISA ZULFA PUSPITASARI 75

7 ASHFIDA ROSYADA 75

9 DEA NISFUHA ANINDYA 73

10 DESTAMA FAIRUZ PUTRANTO 74

11 DHANI PUTRA MAULANA 72


12 DHEA MELANI PUTRI 73

13 DHINI PRASETIYA NINGRUM 73

14 DICKY SETIAWAN 74

16 EVAN RADITYA PUTRA ARDANA 75

17 FAIRUZ REICHAN HARUN 72

18 FIRZYAWAN DWI KUSUMA 74

19 KINAYUNG 76

20 MOHAMMAD FAHRUL GIBRAN 72

21 NADIA PUTRI ANDIVA 76

22 NONIK ANGELICA PRIASTANTI 73

23 RAFLI ADHI SUSILO 73

24 RAHMATUN NUZULLA FIRDAUSY 73

25 RIZQON MAKFIYA 72

26 SADDAM BINTANG HERMAWAN 72

27 SERLY FORTUNA DEWI 79

28 STEFANNY PRITA MAULIDYA 75

29 SULISETIANING AMANAH 74

30 TABHITA CHAERUNISSA AT THARIQ 76

31 TANTRI SEKARWANGI 76

32 WIDYA EKA PUTRI ANGGRAINI 76

33 WIEKE REZA ANJANI 74

34 YENI PUSPITA DEWI 73

Nilai rata-rata 72
Berdasarkan analisis KKM, untuk siswa kelas XI ditetapkan bahwa nilai KKM
kelas XI yakni 75. Hal ini menjadi dasar guru untuk menilai ketercapaian KD pada
kompetensi keterampilan yakni keterampilan berceramah. Pada pelaksanaan praktik
berceramah, jumlah siswa yang mengikuti praktik berceramah sebanyak 31 siswa, karena
sebanyak 3 siswa telah bergabung pada kelas percepatan (dua tahun)
Berdasarkan rubrik penilaian pra siklus, dapat dianalisis bahwa sebanyak 31 siswa
yang mengikuti praktik berceramah, hanya ada 10 siswa yang berhasil mendapatkan nilai
sama bahkan di atas KKM. Sedangkan nilai rerata kelas XI Mipa 4 SMAN dalam praktik
berceramah yakni 72. Nilai tertinggi yang bisa diraih sebesar 79 dan nilai terendah
sebesar 70. Persentase pencapain KD pada tahap pra siklus sebesar 32%.
Pada lembar rubrik penilaian pra siklus, dapat diidentifikasi bahwa nilai terendah
ada pada nilai praktik berceramah. Artinya, siswa mengalami kesulitan dalam hal
intonasi, gesture, dan ekspresi. Berdasarkan pengamatan, kesulitan siswa didasari dari
penggunaan metode yang masih konvensional dan juga kurangnya siswa dalam berlatih
berceramah. Oleh karena itu, hal tersebut yang menjadikan dasar dalam melakukan
perbaikan dalam siklus 1. Guru peneliti berusaha melakukan perbaikan dengan
menerapkan penggunaan media prompter berbasis power point.

4.2.2. Analisis Hasil Penelitian Tahap Siklus 1


Siklus 1 dilaksanakan sebagai upaya dalam perbaikan dalam kegiatan pra siklus.
Pada siklus 1, guru memberikan stimulus berupa penggunaan media prompter berbasis
power point. Pada tahapan ini, guru menugaskan siswa untuk membuat secara mandiri
media prompter berbasis power point. Tujuannya ialah untuk mempermudah siswa dalam
praktik berceramah sehingga siswa bisa lebih fokus dalam berceramah, lebih fokus pada
intonasi, gesture, dan ekspresi sehingga hasil berceramah bisa lebih baik dari
sebelumnya.
Pada pelaksanaan siklus 1 ini, selain yang menjadi acuan ialah KKM kurikulum
K13 Revisi 2016 secara nasional sebesar 75, atas saran Wakil Kepala Sekolah Urusan
Kurikulum, maka guru peneliti juga menetapkan standar nilai sebesar 82. Penentuan
standar nilai oleh guru peneliti ini berdasarkan asumsi bahwa dengan menggunakan
media prompter ini bisa meningkatkan nilai secara maksimal. Selain itu, guru peneliti
juga menentukan naskah ceramah berdasarkan kondisi saat ini. Harapannya, bisa
mempermudah siswa dalam berceramah.
Berikut data hasil rubrik penilaian praktik berceramah pada tahap siklus 1,
No Nama Skor Total

1 ABELIA RIZA PUTRI WIDIONO 81

2 AISYA AYU DEWANI 78

3 AJENG TRI HAPSARI 80

5 AMANDA NABILA NATASYA PUTRI 79

6 ANNISA ZULFA PUSPITASARI 81

7 ASHFIDA ROSYADA 82

9 DEA NISFUHA ANINDYA 80

10 DESTAMA FAIRUZ PUTRANTO 82

11 DHANI PUTRA MAULANA 73

12 DHEA MELANI PUTRI 81

13 DHINI PRASETIYA NINGRUM 79

14 DICKY SETIAWAN 81

16 EVAN RADITYA PUTRA ARDANA 82

17 FAIRUZ REICHAN HARUN 79

18 FIRZYAWAN DWI KUSUMA 81

19 KINAYUNG 83

20 MOHAMMAD FAHRUL GIBRAN 79

21 NADIA PUTRI ANDIVA 83

22 NONIK ANGELICA PRIASTANTI 79

23 RAFLI ADHI SUSILO 80

24 RAHMATUN NUZULLA FIRDAUSY 80

25 RIZQON MAKFIYA 74
26 SADDAM BINTANG HERMAWAN 74

27 SERLY FORTUNA DEWI 86

28 STEFANNY PRITA MAULIDYA 84

29 SULISETIANING AMANAH 81

30 TABHITA CHAERUNISSA AT THARIQ 83

31 TANTRI SEKARWANGI 84

32 WIDYA EKA PUTRI ANGGRAINI 85

33 WIEKE REZA ANJANI 81

34 YENI PUSPITA DEWI 80

Nilai rata-rata 80

Berdasarkan penilaian dari guru, nilai tertinggi yang bisa diraih siswa ialah 86 dan
nilai terendah siswa yang dapat diraih ialah 73. Setelah dirata-rata, maka nilai rata-rata
siswa dalam praktik berceramah ialah 80. Mengacu pada nilai KKM, maka sebagian
besar siswa kelas XI Mipa 4 sudah memenuhi nilai KKM, meskipun ada 3 siswa yang
belum memenuhi KKM. Bila dipindah dalam persentase, maka hanya kurang dari 1%
siswa yang belum memenuhi KKM
Rata-rata nilai kelas XI Mipa 4 ialah 80. Hal ini bisa disimpulkan bahwa kelas XI
Mipa 4 sudah tuntas dalam praktik berceramah. Meskipun demikian, nilai yang diraih ini
masih bisa dikatakan belum maksimal. Target dalam penelitian ini, nilai yang bisa diraih
siswa mencapai 82. Berikut merupakan tabel perbandingan dan analisis kegiatan pra
siklus dengan siklus 1, yakni

Tahap Jumlah Nilai Nilai Rerata Jumlah Jumlah


Penelitian Siswa Tertinggi Terendah siswa siswa tidak
memenuhi memenuhi
KKM KKM

Pra Siklus 31 79 70 72 10 (31%) 31


Siklus 1 31 86 73 80 29 (93%) 3

Kesimpulan dan hasil analisis

Kenaikan nilai berdasarkan Rerata Nilai = 11%


Kenaikan jumlah siswa yang memenuhi KKM = 62%

Berdasarkan analisis dalam tabel, diketahui bahwa dari tahap pra siklus dan siklus
1 mengalami kenaikan nilai rerata yakni sebesar 11%. Selain itu, untuk jumlah siswa
yang memenuhi KKM juga mengalami kenaikan sebesar 62%. Meskipun demikian,
untuk bahan pertimbangan guru juga melakukan survey dalam kuesioner sebagai bahan
evaluasi pelaksanaan penelitian dalam siklus 1.

Berdasarkan analisis nilai hasil praktik berceramah, dapat disimpulkan bahwa


guru harus melakukan siklus 2 sebagai perbaikan pada siklus 1. Oleh karena itu, guru
juga membuat form wawancara siswa menggunakan Google Form sebagai bahan
pertimbangan dan masukan kepada guru dalam melaksanakan siklus 2. Adapun pada
siklus 2, diharapkan siswa bisa mencapai nilai target yang ditetapkan oleh guru sebesar
82.
Guru peneliti juga menggunakan dua macam rubrik penilaian, yakni penilaian
seluruh siswa dan penilaian siswa secara berpasangan. Hal ini dilakukan untuk
menambah objektivitas dalam menilai. Selain itu, rubrik penilaian secara berpasangan
juga mengajarkan siswa untuk belajar menilai, mengkritisi, dan mengevaluasi. Adapun
nilai dari rubrik penilaian berpasangan, bisa dijadikan pertimbangan guru dalam menilai.

4.2.2.1 Analisis Lembar Observasi Siswa

Berdasarkan lembar observasi kegiatan siswa, siswa kelas XI Mipa 4 sudah


menerapkan poin-poin pengamatan yang sudah ditetapkan guru. Hanya ada 1 poin yang
belum diterapkan siswa yakni menyampaikan hasil ceramah di depan kelas. Meskipun
demikian, secara hakikat, siswa sudah melaksanakan praktik berceramah melalui video.
Pada pelaksanaan penelitian ini, di tugas akhir, siswa bisa mengunggah video
pada Youtube sehingga hasil praktik berceramah bisa dipirsa oleh pengguna Youtube.
Sebagai pertimbangan atas kelayakan praktik berceramah, maka sebelum mengunggah
pada Youtube, guru memeriksa terlebih dahulu.

4.2.2.2. Analsis Lembar Observasi Guru


Berdasarkan lembar observasi guru yang dilakukan pengamatan dari observer,
dapat disimpulkan bahwa guru peneliti sudah menerapkan seluruh poin yang ditetapkan
dalam lembar observasi. Pengamatan yang dilakukan, dengan cara guru observer
mengikuti serangkaian pembelajaran dalam kegiatan sinkronus menggunakan Google
Meet, sedangkan identitas guru yang melaksanakan observasi yaitu Ganes Tegar Derana,
M.Pd.
Secara keseluruhan, dalam praktik pembelajaran pada siklus 1, guru peneliti sudah
menerapkan poin-poin pengamatan dalam lembar observasi. Selanjutnya, karena adanya
gangguan jaringan, maka siswa yang bisa bergabung dalam temu web sebanyak 25 siswa.
Hal ini berarti ada 6 siswa yang belum bisa bergabung. Meskipun demikian, guru peneliti
sudah menginstruksikan ketua kelas untuk mengonfirmasi temannya yang belum bisa
bergabung. Oleh karena itu, pada siklus 2, guru peneliti akan berusaha untuk
menanggulangi permasalahan yang ada pada siklus 1.

4.2.2.3. Analisis Formulir Kuesioner Siswa


Berdasarkan formulir yang dibagikan kepada siswa melalui platform Google
Form, dapat dianalisis bahwa secara umum, siswa sudah mengikuti pembelajaran pada
siklus 1 dengan baik. Ada 5 poin yang menjadi bahan wawancara kepada siswa terkait
pelaksanaan pembelajaran siklus 1. Secara umum, seluruh pertanyaan dijawab siswa
dengan baik dan objektif. Siswa menjawab mengikuti pembelajaran dengan baik, dan
memahami materi dengan baik pula.

Berdasarkan formulir yang dibagikan kepada siswa, dapat diketahui juga bahwa
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam praktik berceramah yang disebabkan
terlalu panjangnya naskah teks ceramah. Hal ini mempersulit siswa karena teks yang
terlalu panjang menjadikan fokus dan perhatian siswa menjadi kurang. Hal ini akan
menjadi masukan yang berarti pada pelaksanaan siklus 2.

4.2.2.4 . Kesimpulan Hasil Analisis


Berdasarkan hasil analisis dari keseluruhan poin, dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 sudah berjalan baik, meskipun untuk nilai target
yang ditetapkan guru peneliti belum terpenuhi semua. Selain itu, pelaksanaan
pembelajaran siklus 1 masih terdapat gangguan, yaitu gangguan jaringan yang
menyebabkan ada sebanyak 6 siswa belum bisa mengikuti pembelajaran secara daring.

Mengacu pada hal tersebut, maka guru peneliti perlu untuk melaksanakan
pembelajaran siklus 2. Pembelajaran pada siklus 2 ini merupakan bentuk perbaikan pada
pembelajaran pada siklus 1. Seluruh hasil pembelajaran pada siklus 1 akan dievaluasi dan
diperbaiki pada pembelajaran siklus 2. Harapannya, pada pembelajaran siklus 2, target
pembelajaran bisa dicapai.

4.2.3. Analsisi Kegiatan Tahap Siklus 2

Pada kegiatan penelitian pembelajaran siklus 2, siswa kelas XI Mipa 4 SMAN 7


Kota Kediri melaksanakan praktik berceramah sebagai bentuk kegiatan perbaikan pada
tahap siklus 1. Sebanyak 31 siswa melaksanakan praktik berceramah. Secara keseluruhan,
siswa kelas XI Mipa 4 SMAN 7 Kota Kediri telah melaksanakan 3 kali praktik
berceramah, yakni pada tahap pra siklus, siklus 1, dan siklus 2.
Secara metode, pelaksanaan siklus 2 sama dengan penerapan metode pada siklus
1. Pada tahap siklus 2 ini, siswa praktik berceramah menggunakan media prompter
berbasis power point. Hal menonjol yang membedakan siklus 1 dan siklus 2 ialah upaya
guru peneliti yang ingin meningkatkan keterampilan siswa pada kemampuan public
speaking-nya. Guru peneliti menekankan pada kemampuan berbicara, terutama pada
aspek intonasi, gesture, dan ekspresi. Hal ini didasarkan pada hasil siklus 1 yang
menunjukkan bahwa pada ketiga aspek ini, nilai siswa masih belum maksimal.

Pada tahap siklus 2 ini, guru peneliti lebih menekankan untuk meningkatkan pada
aspek intonasi, gesture, dan ekspresi dalam berceramah. Guru peneliti juga membuat
media pembelajaran guna memberi stimulus siswa terhadap materi. Selanjutnya, guru
peneliti membuat naskah teks ceramah, dan siswa berupaya untuk mengontruksi naskah
ceramah tersebut dengan kegiatan praktik berceramah. Adapun hasil penilian siswa pada
siklus 2 ini yakni,
No Nama Skor Total

1 ABELIA RIZA PUTRI WIDIONO 83

2 AISYA AYU DEWANI 82

3 AJENG TRI HAPSARI 84

5 AMANDA NABILA NATASYA PUTRI 83

6 ANNISA ZULFA PUSPITASARI 85

7 ASHFIDA ROSYADA 84

9 DEA NISFUHA ANINDYA 84

10 DESTAMA FAIRUZ PUTRANTO 84

11 DHANI PUTRA MAULANA 82

12 DHEA MELANI PUTRI 83

13 DHINI PRASETIYA NINGRUM 83

14 DICKY SETIAWAN 83

16 EVAN RADITYA PUTRA ARDANA 86

17 FAIRUZ REICHAN HARUN 83

18 FIRZYAWAN DWI KUSUMA 83


19 KINAYUNG 85

20 MOHAMMAD FAHRUL GIBRAN 83

21 NADIA PUTRI ANDIVA 87

22 NONIK ANGELICA PRIASTANTI 81

23 RAFLI ADHI SUSILO 84

24 RAHMATUN NUZULLA FIRDAUSY 84

25 RIZQON MAKFIYA 77

26 SADDAM BINTANG HERMAWAN 80

27 SERLY FORTUNA DEWI 88

28 STEFANNY PRITA MAULIDYA 86

29 SULISETIANING AMANAH 85

30 TABHITA CHAERUNISSA AT THARIQ 85

31 TANTRI SEKARWANGI 85

32 WIDYA EKA PUTRI ANGGRAINI 87

33 WIEKE REZA ANJANI 85

34 YENI PUSPITA DEWI 84

Nilai rata-rata 84

Berdasarkan rubrik penilaian siklus 2, bila mengacu pada nilai KKM nasional,
maka seluruh siswa kelas XI Mipa 4 SMAN 7 Kota Kediri telah memenuhi nilai KKM
yakni 75. Nilai tertinggi yang berhasil diraih siswa ialah 88, sedangkan nilai terendah
siswa ialah 77. Nilai rata-rata dari seluruh siswa ialah 84. Berarti, dapat disimpulkan
bahwa seluruh siswa kelas XI Mupa 4 SMAN 7 Kota Kediri telah tuntas dalam praktik
berceramah karena telah memenuhi nilai KKM nasional.
Seperti yang telah disebutkan pada analsisi siklus 1, pada penelitian ini, atas
saran wakil kepala sekolah urusan kurikulum, maka guru peneliti juga menetapkan pula
strandar nilai praktik bercermah yakni sebesar 82. Penentuan standar nilai oleh guru
peneliti ini berdasarkan asumsi bahwa dengan menggunakan media prompter ini bisa
meningkatkan nilai secara maksimal. Selain itu, guru peneliti juga menentukan naskah
ceramah berdasarkan kondisi saat ini. Harapannya, bisa mempermudah siswa dalam
berceramah.
Berdasarkan analisis rubrik penilaian yang mengacu pada standar nilai oleh guru
peneliti yakni sebesar 82, maka terdapat 2 siswa yang memperoleh nilai dibawah 82.
Berarti, secara keseluruhan sebanyak 29 siswa sudah memenuhi standar nilai dari guru
peneliti. Bila diubah pada persentase, berarti tingkat ketuntasan berdasarkan standar nilai
guru peneliti sebanyak 93%.
Berdasarkan analisis rubrik penilaian dari tahap pra siklus, siklus 1, dan siklus 2,
siswa kelas XI Mipa 4 SMAN 7 Kota Kediri mengalami kenaikan nilai secara signifikan.
Berikut merupakan tabel perbandingan dari analisis kegiatan pra siklus, siklus 1, dan
siklus 2.
Tahap Jumlah Nilai Nilai Rerata Jumlah Jumlah Jumlah siswa
Penelitian Siswa Tertinggi Terendah siswa siswa tidak memenuhi
memenuhi memenuhi standar nilai
KKM KKM peneliti (82)

Pra Siklus 31 79 70 72 10 (31%) 31 0 siswa (0%)

Siklus 1 31 86 73 80 29 (93%) 3 10 siswa (32%)

Siklus 2 31 88 77 84 31 (100%) 0 29 siswa (93%)

Kesimpulan dan hasil analisis

Kenaikan nilai berdasarkan Rerata Nilai siklus 1 dan siklus 2 = 5%


Kenaikan nilai berdasarkan standar nilai dari peneliti (siklus 1-siklus 2) = 62%

Analisis rubrik penilaian dengan menggunakan grafik


Grafik jumlah siswa memenuhi KKM
35

30

25
Jumlah Siswa Memenuhi
KKM
20 Column1

15

10

0
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Grafik rerata nilai siswa


86

84

82

80

78
Rerata Nilai
76

74

72

70

68

66
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Berdasarkan analisis rubrik penilaian, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan


siklus 2 sudah menggambarkan perbaikan nilai keterampilan siswa dalam berceramah.
Perbaikan ini difokuskan pada aspek intonasi, gesture, dan ekspresi dalam berceramah.
Pada siklus 2 ini, berdasarkan KKM nasional, seluruh siswa sudah memenuhi nilai
keterampilan berceramah. Sedangkan berdasarkan standar nilai dari peneliti (82),
sebanyak 29 siswa (93%) sudah memenuhi standar nilai peneliti.

4.2.3.1. Analisis Lembar Observasi Siswa

Berdasarkan lembar observasi kegiatan siswa, siswa kelas XI Mipa 4 sudah


menerapkan poin-poin pengamatan yang sudah ditetapkan guru. Hanya ada 1 poin yang
belum diterapkan siswa yakni menyampaikan hasil ceramah di depan kelas. Meskipun
demikian, secara hakikat, siswa sudah melaksanakan praktik berceramah menggunakan
video kemudian diunggah di Youtube.
Pada pelaksanaan penelitian ini, di tugas akhir, siswa bisa mengunggah video
pada Youtube sehingga hasil praktik berceramah bisa dipirsa oleh pengguna Youtube.
Sebagai pertimbangan atas kelayakan praktik berceramah, maka sebelum mengunggah
pada Youtube, guru memeriksa terlebih dahulu.

4.2.3.2. Analsis Lembar Observasi Guru


Berdasarkan lembar observasi guru dari observer, dapat disimpulkan bahwa guru
peneliti sudah menerapkan seluruh poin yang ditetapkan dalam lembar observasi.
Pengamatan dilakukan oleh 2 orang guru observer. Guru observer I ialah Ganes Tegar
Derana, M.Pd sedangkan guru observer 2 ialah Ressa Ellyana Safitri,M.Pd. Guru
observer mengikuti serangkaian pembelajaran dalam kegiatan sinkronus menggunakan
Google Meet.
Secara keseluruhan, dalam praktik pembelajaran pada siklus 2, guru peneliti sudah
menerapkan poin-poin pengamatan dalam lembar observasi. Selanjutnya, karena adanya
gangguan jaringan, maka siswa yang bisa bergabung dalam temu web sebanyak 17 siswa.
Hal ini berarti ada 14 siswa yang belum bisa bergabung. Meskipun demikian, guru
peneliti sudah menginstruksikan ketua kelas untuk mengonfirmasi temannya yang belum
bisa bergabung. Sebagai langkah antisipasi, guru peneliti juga sudah merekam
pembelajaran dengan aplikasi Appower Rec, untuk selanjutnya video rekaman dibagikan
kepada siswa yang belum bisa mengikuti pembelajaran dikarenakan gangguan jaringan.
4.2.3.3. Formulir Kuesioner Siswa

Berdasarkan formulir yang dibagikan kepada siswa melalui platform Google


Form, dapat dianalisis bahwa secara umum, siswa sudah mengikuti pembelajaran pada
siklus 2 dengan baik. Ada 5 poin yang menjadi bahan wawancara kepada siswa terkait
pelaksanaan pembelajaran siklus 2. Secara umum, seluruh pertanyaan dijawab siswa
dengan baik dan objektif. Siswa menjawab mengikuti pembelajaran dengan baik, dan
memahami materi dengan baik pula.
Berdasarkan formulir yang dibagikan kepada siswa, dapat diketahui juga bahwa
siswa sudah memahami materi dan manfaat materi dengan baik. Khususnya materi
tentang aspek intonasi, gesture, dan ekspresi yang tepat dalam berceramah. Untuk
selanjutnya, siswa juga terlihat lebih antusias mengerjakan tugas proyek, membuat video
praktik berceramah, karena materi yang diberikan mudah dipahami.

4.2.3.4. Kesimpulan Hasil Analisis

Berdasarkan hasil analisis dari keseluruhan poin, dapat disimpulkan bahwa


pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 sudah berjalan baik. Hasil penelitian juga
menunjukkan hal yang positif, dikarenakan upaya perbaikan sudah berhasil meskipun
untuk nilai target yang ditetapkan guru peneliti belum terpenuhi semua dan persentasenya
cenderung kecil. Selain itu, pelaksanaan pembelajaran siklus 2 masih terdapat gangguan,
yaitu gangguan jaringan yang menyebabkan ada sebanyak 14 siswa belum bisa mengikuti
pembelajaran secara daring. Hal ini diantisipasi oleh guru peneliti dengan membagikan
tautan rekaman pembelajaran.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan

Pada penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru peneliti, menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan disebabkan penggunaan media belajar
prompter berbasis power point. Media belajar prompter digunakan sebagai upaya untuk
meningkatkan keterampilan siswa dalam berceramah. Hasil penelitian menunjukkan
peningkatan secara signifikan dengan menggunakan media tersebut.

Bagi siswa, berceramah merupakan keterampilan yang sangat bermanfaat di masa


depannya. Umumnya, siswa merasa kesulitan pada aspek intonasi, gesture, dan ekspresi
dalam berceramah. Siswa cenderung hanya fokus pada teks naskah ceramah sehingga
mengabaikan ketiga aspek tersebut. Oleh sebab itu, penggunaan media prompter ini
bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berceramah.

5.2. Saran

Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, diharapkan peneliti lain untuk bisa
menggembangkan penelitian lanjutan berdasarkan penelitan ini. Penggunaan media
prompter membuktikan bisa membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan
berceramah. Adanya penelitian ini, diharapkan bisa memotivasi munculnya penelitian-
penelitian lain.

Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, keterampilan berbicara diharapkan


tidak diabaikan. Keterampilan ini sangat bermanfaat bagi siswa karena keterampilan ini
pasti digunakan siswa dalam kehidupannya. Adanya penelitian ini membuktikan pula
bahwa minat siswa dalam berceramah meningkat dengan menggunakan media prompter.
Adanya penelitian ini, diharapkan bisa memotivasi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
untuk bisa berkreasi dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara

Nurgiyantoro, Burhan. 2016. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.


Yogyakarta : Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

Sukajati. 2008. Penelitian Tindakan Kelas di SD. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika

Tarigan, Henry Guntur. 1981 Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung
: Angkasa

https://www.kajianpustaka.com/2019/03/penelitian-tindakan-kelas-ptk.html diakses pada


07 Oktober 2020 pukul 21.43 WIB

Anda mungkin juga menyukai