Anda di halaman 1dari 12

Serambi Konstruktivis , Volume 4, No.

1, Maret 2022 ISSN : 2656 – 5781

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS dalam Upaya Meningkatkan


Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris pada Siswa Kelas XI IPA-1 SMA Negeri 12
Banda Aceh Tahun Ajaran 2019/2020

Dahlinar, S.Pd.M.Pd
Guru SMA Negeri 12 Banda Aceh

ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan untuk meningkatkan: keterampilan berbicara bahasa Inggris
siswa kelas XI IPA-1 SMA Negeri 12Banda Aceh tahun ajaran 2019/2020 melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share (TPS). Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi
yang terlaksana sebanyak 2 siklus. Metode pengumpulan data pada penelitian ini meliputi
metode observasi dan metode tes.Berdasarkan analisis pada hasil yang diperoleh penelitian
tindakan kelas ini dapat disimpulkan sebagai berikut: model pembelajaran kooperatif teknik
Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran berbicara. Hal
tersebut terlihat dari indikator-indikator: a) Perhatian; b) keberanian mengemukakan gagasan;
c) kerja sama; dan d) kemampuan menggunakan bahasa Inggris yang runtut, baik, dan benar.
Pada tahap pra siklus persentase keberhasilan sebanyak 41%, pada siklus I meningkat menjadi
57,81%, dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 76,87%.Model pembelajaran
kooperatif teknik Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan hasil pembelajaran
keterampilan berbicara siswa kelas XI IPA-1 SMA Negeri 12 Banda Aceh. Hal tersebut
terlihat dari persentase ketuntasan siswa tahap pra siklus persentase keberhasilan sebanyak
30% (6 siswa), pada siklus I meningkat menjadi 65% (13 siswa), dan pada siklus II kembali
meningkat menjadi 95% (19 siswa) dari total 20 siswa.
Kata Kunci: TPS, Berbicara Bahasa Inggris.

PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan kegiatan mengungkapkan isi hati kepada orang lain. Isi hati
tersebut dapat berupa gagasan, pikiran, perasaan, pertanyaan dan sebagainya. Komunikasi
sebagai kegiatan berbahasa secara lisan disebut berbicara. Kegiatan berbicara tersebut
dilakukan setiap orang untuk berkomunikasi sehari-hari. Menurut Henry Guntur Tarigan
(2008: 16) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah selalu digunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar, terutama mata pelajaran Bahasa khususnya bahasa Inggris. Setidaknya hal ini
dapat dijadikan contoh bagi para siswa dalam kegiatan berbicara. Namun, para siswa masih
saja mengalami kesulitan untuk menyampaikan ide, pikiran, gagasan, perasaan, dan lain
sebagainya dengan baik dan benar.
Pembelajaran yang didominasi oleh guru merupakan satu faktor penyebab siswa
kurang aktif terlibat dalam pembelajaran. Pembelajaran keterampilan berbicara yang
menyebabkan siswa kurang aktif dapat terjadi karena guru menggunakan model pembelajaran
yang kurang sesuai dengan materi berbicara, selain itu siswa juga tidak dilibatkan secara
langsung dalam aktivitas berbicara di kelas. Pembelajaran di kelas masih banyak didominasi
oleh guru sehingga kurang mampu membangun persepsi, minat, dan sikap siswa yang lebih
baik. Kebanyakan anak didik mengalami kebosanan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas,
91
Serambi Konstruktivis, Volume 4, No.1, Maret 2022 ISSN : 2656 – 5781

sebagian besar disebabkan oleh faktor didaktik, termasuk model pengajaran yang berpusat
pada guru, akhirnya hal tersebut berdampak terhadap prestasi belajar yang secara umum
kurang memuaskan.
Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang
sangat penting untuk dikuasai oleh siswa. Keterampilan berbicara dibelajarkan kepada siswa
mulai dari SD hingga SMA. Akan tetapi, pada kenyataannya secara umum siswa SMA masih
mengalami kesulitan untuk menyampaikan gagasan, pikiran, pertanyaan, dan sebagainya
dengan menggunakan ragam bahasa lisan dengan baik dan benar. Hal ini juga dialami oleh
sebagian besar siswa SMA Negeri 12 Banda Aceh khususnya siswa kelas XI IPA yang
menjadi subjek penelitian ini.
Berdasarkan latar belakang di atas maka guru sebagai peneliti akan melakuakan
penelitian tindak kelas dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik
TPS dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris pada Siswa Kelas
XI IPA-1 SMA Negeri 12 Banda Aceh Tahun Ajaran 2019/2020”.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk
meningkatkan keterampilan berbicara bahasa inggris pada siswa kelas XI IPA-1 SMA Negeri
12 Banda Aceh dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik TPS.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN


Pengertian Pembelajaran
Dewi Salma Prawiradilaga (2008: 19) menyatakan bahwa pembelajaran diartikan
sebagai kegiatan belajar mengajar konvensional di mana guru dan peserta didik langsung
berinteraksi. Selanjutnya menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2008: 18) menyebutkan bahwa
tujuan pembelajaran selalu dikembangkan berdasarkan kompetensi atau kinerja yang harus
dimiliki oleh peserta didik jika ia selesai belajar.
Sudarsono (dalam Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, 2007:4)
pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran
dapat dipermudah (facilitated) pencapaiannya. Kegitaan pembelajaran perlu dipilih strategi
yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.

Pengertian Teknik Think- Pair-Share (TPS)


Teknik TPS ini merupakan suatu teknik yang sederhana untuk dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam semua aspek keterampilan berbahasa baik menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Namun pada penelitian ini dibatasi pada penelitian berbicara. Cara ini
memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir terlebih dahulu tentang sebuah jawaban dan
pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya.
”Think-Pair-Share is a cooperative learning strategy that deepens the level of thinking
for all students and promotes participation in a low affective filter environment. The strategy
also gives the students an apportunity to speak to another student. The teacher poses a
question. The students think of a response. Than with a partner, each student shares his/her
ideas. The students may also share the ideas wich another pair or whole class. Ideally the
pairs are a mix of language learners and models” (Spillet, 2008: 1).
Menurut Trianto (2007: 61) menyebutkan beberapa langkah dalam menggunakan
model pembelajaran kooperatif teknik TPS sebagai berikut.
92
Serambi Konstruktivis, Volume 4, No.1, Maret 2022 ISSN : 2656 – 5781

1) Langkah 1: Berpikir (Thinking)


2) Langkah 2: Berpasangan (Pair)
3) Langkah 3: Berbagi (Sharing)
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam langkah-
langkah pembelajaran keterampilan berbicara dengan teknik TPS adalah (a) memikirkan
(think), setiap siswa diberi tema kemudian memikirkan pokok-pokok tentang tema; (b)
berpasangan (pair), setelah siswa menyelesaikan tugas untuk menuliskan pokok-pokok
berdasarkan tema kemudian berpasangan untuk kembali diskusi mengenai pokok-pokok yang
sudah ditulis; dan (c) berbagi (share), siswa berdiskusi berbagi jawaban dengan teman satu
kelas.

METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan strategi
pembelajaran TPS. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun akademik
2019/2020 di SMA Negeri 12 Banda Aceh. Tindakan yang dibuat dalam penelitian ini
sebanyak dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan utama. Menurut Arikunto
(2002) mengatakan bahwa dalam satu siklus penelitian tindakan terdiri dari 4 tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pengamatan (observasi) dan refleksi. Setiap akhir
kegiatan siklus diadakan refleksi, sehingga kelemahan-kelemahan setiap siklus dapat
disempurnakan pada siklus berikutnya.

Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian tindakan ini adalah siswa di kelas XI IPA-1
SMA Negeri 12 Banda Aceh yang berjumlah 20 siswa.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui metode observasi, metode
tes.

Analisis Data
Data aktivitas siswa kelas XI IPA-1 SMA Negeri 12 Banda Aceh dalam pembelajaran
menggunakan rumus dari Sudjana (2002):
ΣX
X=
𝑁
Keterangan :
X = nilai rata-rata
Σ X = jumlah nilai seluruh kelas
N = banyaknya siswa yang mengikuti tes

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Deskripsi Hasil Penelitian Tahap Awal
Kondisi awal (pra siklus) keterampilan berbicara bahasa inggris pada siswa kelas XI
IPA-1 SMA Negeri 12 Banda Aceh diperoleh dengan cara memberikan tes kemampuan awal.
Hasil tes keterampilan berbicara bahasa inggris siswa kelas XI IPA-1 SMA Negeri 12 Banda
93
Serambi Konstruktivis, Volume 4, No.1, Maret 2022 ISSN : 2656 – 5781

Aceh sebelum tindakan diberikan (pra siklus).


Berdasarkan hasil penelitian dapat kita lihat bahwa rerata persentase keterampilan
berbicara bahasa inggris siswa kelas XI IPA-1 SMA Negeri 12 Banda Aceh masih berada
dalam kategori sangat rendah, dimana hanya 6 siswa dari total 20 siswa yang berhasil
mencapai batas ketuntasan minimal yaitu 65. Rata-rata skor siswa hanya mencapai 57. Pada
tahap ini persentase pada aspek lafal mencapai 58,75%, pada aspek ketepatan kosakata 60%,
aspek kelancaran dalam berbicara 52%, aspek kualitas gagasan yang dikemukakan oleh siswa
52% dan persentase keberanian berpendapat dan mempertahankan pendapat mencapai 61%.
Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Persentase aktivitas siswa kelas XI IPA-1 SMA Negeri 12 Banda Aceh sebelum diterapkan
tindakan disajikan dalam tabel berikut.
Tabel Pesentase aktivitas belajar siswa kelas kelas XI IPA-1 SMA Negeri 12 Banda
Aceh pada saat pembelajaran bahasa inggris sedang berlangsung (Pra Siklus)
No. Aspek yang Diamati Persentase
1 Perhatian 46
2 Keberanian Mengemukakan Gagasan 35
3 Kerja Sama 44
4 Berbicara dengan Bahasa Inggris yang runtut, 39
baik dan benar
Rata-Rata 41%
Berdasarkan tabel di atas terlihat jelas bahwa rata- rata keaktifan siswa mencapai
41%. Dimana siswa yang mau memperhatikan penjelasan guru hanya mencapai 46%,
keberanian siswa mengemukakan pendapat hanya 35%, kerja sama siswa hanya 44% dan
tatacara siswa dalam berbicara bahasa inggris hanya 39%. Berdasarkan data tersebut maka
perlu diadakan suatu perbaikan untuk meningkatkan aktivitas dan keterampilan berbicara
bahasa inggris pada siswa XI IPA-1 SMA Negeri 12 Banda Aceh yaitu dengan menerapkan
suatu model pembelajaran yang inovatif yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa
sehingga siswa mampu berbicara dengan menggunakan bahasa inggris dengan baik dan benar.
Model pembelajaran yang akan diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif teknik TPS,
karena dengan model pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif mengemukakan pendapat
terhadap suatu permasalahan yang diberikan oleh guru dengan menggunakan bahasa inggris.
Dengan penerapan model pembelajaran TPS diharapkan keterampilan berbicara dalam bahasa
inggris pada siswa kelas XI IPA-1 SMA Negeri 12 Banda Aceh dapat ditingkatkan.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I


Penerapan pembelajaran berbicara pada siklus I dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share.
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Adapun tahap perencanaan siklus I secara ringkas meliputi kegiatan sebagai berikut.
1) Peneliti bersama teman sejawat sesama guru merancang skenario pembelajaran berbicara
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik TPS.
2) Peneliti bersama teman sejawat sesama guru mendiskusikan tema penelitian yang akan
diberikan pada siklus I. Tema penelitian dibuat berbeda-beda setiap kelompok, hal ini
berdasarkan pertimbangan dari survei awal bahwa siswa saat diberi tema yang sama
mereka mengerjakan tugas kelompok dengan bekerja sama dengan semua kelompok
sehingga hasil diskusi setiap kelompok dalam satu kelas hampir sama.
94
Serambi Konstruktivis, Volume 4, No.1, Maret 2022 ISSN : 2656 – 5781

3) Peneliti bersama teman sejawat sesama guru menyamakan persepsi dengan pemahaman
konsep Penelitian Tindakan Kelas, pelaksanaan pembelajaran berbicara dalam berbahasa
Inggris dengan model pembelajaran kooperatif teknik TPS, dan pelaksanaan pembelajaran
berbicara yang kondusif.
4) Peneliti menyusun instrumen penelitian berupa tes diskusi. Instrumen tes dinilai dari unjuk
kerja atau penampilan siswa berbicara (presentasi) di depan kelas. Aspek yang dinilai
berupa lafal, ketepatan kosa kata, kelancaran, kualitas gagasan yang dikemukakan, dan
keberanian berpendapat dan mempertahankan pendapat.
5) Pelaksanaan siklus I direncanakan berlangsung selama dua kali pertemuan sesuai dengan
kesepakatan antara peneliti dan guru kolaboran.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan siklus I, pembelajaran dilaksanakan berdasarkan skenario dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajran (RPP) yang telah disepakati antara peneliti dengan guru kolaboran
mata pelajaran Bahasa Inggris pada tahap perencanaan. Pada saat pembelajaran berlangsung
peneliti sebagai guru melakukan proses pembelajaran sebagaimana biasanya, yakni dengan
memberi salam dan mengabsen kehadiran siswa, sedangkan guru sejawat yang membantu
jalannya penelitian mengambil posisi di kursi paling belakang untuk melakukan observasi
terhadap jalannya proses pembelajaran keterampilan berbicara pada siklus I.
1) Pertemuan Pertama
Materi pada pelaksanaan siklus I pertemuan pertama adalah mengenai
mengungkapkan secara lisan informasi hasil membaca dan wawancara. Selain materi pokok
tersebut, guru menjelaskan secara umum mengenai model pembelajaran kooperatif teknik
Think-Pair-Share. Materi ini dibahas dalam satu kali pertemuan. Pertemuan pertama guru
menjelaskan mengenai materi pada satu jam pelajaran yang pertama, kemudian pada jam
pelajaran kedua siswa disuruh mencari kelompok sendiri yang setiap kelompok
beranggotakan empat (4) siswa. Pertimbangan pemilihan kelompok sendiri oleh siswa
tersebut berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan guru sebagai bentuk langkah awal
menumbuhkan minat dalam pembelajaran berbicara. Ketika siswa memilih sendiri kelompok
diskusi, siswa akan merasa lebih mudah berdiskusi apabila dengan teman yang biasa diajak
berbicara atau teman yang dianggap nyaman untuk diajak berbicara. Dengan pemilihan
kelompok sendiri oleh siswa tersebut diharapkan siswa akan lebih berani mengungkapkan
gagasan saat melakukan diskusi dengan kelompoknya.
Selain itu, pada pertemuan pertama kelompok diskusi belum sempat
mempresentasikan hasil diskusi karena waktu pelajaran Bahasa Inggris sudah usai, kemudian
dilanjutkan pada pertemuan kedua.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua difokuskan untuk mempresentasikan hasil diskusi pada pertemuan
sebelumnya. Sebelum siswa mempresentasikan hasil diskusi, guru kembali mengulang materi
dengan metode tanya jawab. Pertemuan kedua masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya di depan kelas secara bergantian. Saat setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi, siswa masih terlihat kaku saat berdiskusi. Diskusi juga
berjalan kurang lancar, masih banyak siswa yang duduk di belakang sibuk beraktivitas sendiri
atau kembali berdiskusi dengan kelompoknya. Rata-rata setiap kelompok yang
mempresentasikan hasil diskusi mendapatkan dua pertanyaan dari kelompok lain. Dari
pertanyaan kelompok lain tersebut, tampak bahwa siswa masih kesulitan dalam
mengemukakan gagasan di depan teman-temannya, dan kurang kritis menanggapi jawaban,
95
Serambi Konstruktivis, Volume 4, No.1, Maret 2022 ISSN : 2656 – 5781

bahkan terkadang kelompok yang sedang presentasi tidak jarang mereka juga tidak bisa
mempertahankan pendapat kelompoknya sendiri. Selain itu, juga masih terlihat siswa masih
kurang lancar berbicara dan pemakaian kosakata yang digunakan masih sering
mencampurkan ragam Bahasa Indonesia. Setiap setelah salah satu kelompok diskusi
mempresentasikan hasil diskusi, kemudian guru membahas beberapa pertanyaan yang
diberikan kelompok lain dan memberi masukan.
c. Observasi
Sebagian besar siswa mempresentasikan hasil penelitian dengan nada yang datar
seperti membaca. Lafal masih kurang jelas, terkadang siswa membaca terlalu cepat sehingga
kosakatanya kurang terdengar secara jelas. Siswa kurang lancar saat mengajukan pertanyaan
atau menjawab pertanyaan. Siswa juga masih sering tidak bisa mempertahankan pendapat
kelompoknya. Hasil pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran TPS disajikan dalam tabel berikut.
Tabel Pesentase aktivitas belajar siswa kelas kelas XI IPA-1 SMA Negeri 12 Banda Aceh
pada saat pembelajaran bahasa inggris sedang berlangsung (Siklus 1)
No. Aspek yang Diamati Persentase
1 Perhatian 57
2 Keberanian Mengemukakan Gagasan 60
3 Kerja Sama 61
4 Berbicara dengan Bahasa Inggris yang runtut, 52
baik dan benar
Rata-Rata 57,81%
Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus I, proses pembelajaran keterampilan
berbicara mengalami peningkatan dibandingkan pada survei awal. Aktivitas proses
pembelajaran dinilai dari perhatian, keberanian mengungkapkan gagasan, kerja sama, dan
kemampuan siswa berbicara dengan Bahasa Inggris yang runtut, baik, dan benar. Berdasarkan
seluruh aspek penilaian tersebut diperoleh data yaitu berupa rata-rata persentase keberhasilan
sebesar 57,81%. Sedangkan untuk peningkatan keterampilan berbicara dalam bahasa inggris
setelah diterapkan model pembelajara TPS juga mengalami peningkatan dimana jumlah siswa
yang tuntas meningkat menjadi 13 siswa dengan persentase ketuntasan mencapai 65%,
persentase tersebut masih berada dalam kategori Cukup. Nilai persentase pada setiap aspek
yang dinilai juga mengalami kemajuan yaitu pada aspek lafal 72,5%; pada aspek ketepatan
kosakata dalam berbicara 67,5%; aspek kelancaran meningkat menjadi 68,75%; pada aspek
kualitas gagasan yang dikemukakan meningkat menjadi 60%; dan pada aspek keberanian
berpendapat dan empertahankan pendapat meningkat menjadi 63,75%. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel keterampilan Berbicara Bahasa Inggris siswa kelas XI IPA-1 SMA Negeri 12 Banda
Aceh Berdasarkan Ketuntasannya pada Siklus I.
Keterangan Keterangan
Nama Siswa Nilai Tidak Nama Siswa Nilai Tidak
Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas
1 60 √ 11 70 √
2 60 √ 12 60 √
3 60 √ 13 65 √
4 65 √ 14 75 √
96
Serambi Konstruktivis, Volume 4, No.1, Maret 2022 ISSN : 2656 – 5781

5 70 √ 15 60 √
6 75 √ 16 75 √
7 70 √ 17 75 √
8 70 √ 18 75 √
9 50 √ 19 65 √
10 70 √ 20 60 √
Jumlah Skor 650 6 4 Jumlah Skor 680 7 3
Jumlah Total Skor : 1330
Rerata Skor siswa : 66,5
Jumlah Total Siswa yang Tuntas: 13 siswa
Persentase Ketuntasan Siswa : 65%
Jumlah Total Siswa yang Tidak Tuntas :7 Siswa
Persentase Siswa yang Tidak Tuntas: 35%
Persentase Aspek yang dinilai :
I : Lafal : 72,5%
II : Ketepatan kosakata : 67,5%
III : Kelancaran : 68,75%
IV : Kualitas gagasan yang dikemukakan : 60%
V : Keberanian berpendapat dan mempertahankan pendapat : 63,75%

d. Analisis dan Refleksi Siklus I


Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru sebagai peneliti dan teman sejawat yang
membantu penelitian melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut.
1) Guru perlu memberikan penjelasan yang mendalam kepada siswa mengenai cara
berdiskusi yang baik, serta pemakaian bahasa yang baik dan benar saat presentasi.
2) Guru harus dapat memanfaatkan model pembelajaran kooperatif teknik TPS yang
diterapkan sebagai model pembelajaran yang benar-benar membuat siswa belajar diskusi
dengan efektif. Guru juga harus memantau kinerja setiap individu dalam melaksanakan
tugas diskusi.
3) Guru harus berupaya untuk bersikap komunikatif kepada siswa yaitu dengan membimbing
tiap-tiap kelompok dengan selalu memantau dan membimbing kelompok tersebut agar
tercipta komunikasi dua arah antara guru dengan siswa.
4) Guru perlu menganalisis apakah tema yang berbeda diperoleh setiap kelompok membuat
siswa dapat fokus pada beberapa tema tersebut sekaligus.
5) Guru perlu menganalisis apakah kelompok yang dibentuk efektif membuat siswa belajar,
khususnya dapat menunjang pembelajaran berbicara dalam hal ini adalah keterampilan
berdiskusi.
6) Guru perlu membenahi beberapa kelemahan teknik presentasi pada pelaksanaan siklus I
seperti kelancaran dan pemilihan kosakata, tidak terkecuali teknik-teknik yang lain.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II


Penerapan pembelajaran keterampilan berbicara pada siklus II dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share.
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Tahap perencanaan siklus II secara singkat meliputi kegiatan sebagai berikut.
97
Serambi Konstruktivis, Volume 4, No.1, Maret 2022 ISSN : 2656 – 5781

1) Peneliti bersama guru merencang skenario pembelajaran keterampilan berbicara dan


persiapan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik TPS pada pelaksanaan
pembelajaran siklus II.
2) Peneliti bersama guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
pelaksanaan siklus II.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pada saat pembelajaran berlangsung peneliti mengambil posisi di kursi paling
belakang untuk melakukan observasi terhadap jalannya proses pembelajaran berbicara pada
siklus II.
1) Pertemuan Pertama
Dalam pelaksanaan siklus II ini, guru mengaplikasikan solusi yang telah disepakati
dengan peneliti untuk mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran diskusi pada siklus I,
sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.
Urutan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut.
a) Guru mengulang kembali materi pada siklus I, guru melakukan tanya jawab seputar materi
mengenai contoh laporan penelitian, langkah-langkah penelitian, merangkum hasil
penelitian, dan teknik-teknik mempresentasikan hasil penelitian serta menjelaskan
mengenai model diskusi dengan TPS.
b) Guru membagikan kartu yang berisikan nomor 1 sampai 5, nomor tersebut sebagai
penentuan kelompok yang setiap kelompok beranggotakan empat (4) siswa.
c) Setelah semua siswa duduk sesuai kelompok, guru memberitahukan bahwa tema untuk
penelitian pada pertemuan siklus II.
d) Guru membagikan teks yang berisi penelitian yang relevan dengan tema sebagai referensi
bahan penelitian.
e) Guru menugasi masing-masing siswa untuk memikirkan pokok-pokok yang berkaitan
dengan tema tersebut selama sepuluh menit.
f) Guru menugasi siswa untuk berpasangan dengan salah satu teman dalam kelompoknya
untuk berdiskusi atau berbagi ide yang berkaitan dengan tema yang diberikan
g) Guru kembali menugasi siswa untuk berdiskusi dengan kelompok semula, yaitu kelompok
asal.
h) Guru menugasi siswa merangkum hasil diskusi kelompok.
Pada saat siswa sudah selesai berdiskusi, sayangnya waktu pelajaran Bahasa Inggris
sudah usai sehingga pelaksanaan presentasi hasil diskusi dilaksanakan pada pertemuan kedua.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua difokuskan untuk mempresentasikan hasil diskusi pada pertemuan
sebelumnya. Pertemuan kedua masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas secara bergantian. Saat setiap kelompok mempresentasikan hasil
diskusi, siswa sudah terlihat lebih tenang daripada siklus I. Siswa lebih percaya diri dalam
mengungkapkan pendapat. Diskusi juga berjalan lebih lancar, namun masih ada beberapa
siswa yang duduk di belakang sibuk beraktivitas sendiri atau kembali berdiskusi dengan
kelompoknya. Rata-rata setiap kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi mendapatkan
dua sampai tiga pertanyaan dari kelompok lain. Dari pertanyaan kelompok lain tersebut,
tampak bahwa siswa lebih berani dalam mengemukakan gagasan di depan teman-temannya.
Beberapa hal yang berkaitan dengan kekurangan pada siklus I sudah disampaikan pada
pertemuan pertama, siswa selalu memperhatikan setiap lafal dan kosakata agar tidak terjadi
kesalahan lagi, sayangnya siswa masih kurang lancar berbicara saat harus dituntut
98
Serambi Konstruktivis, Volume 4, No.1, Maret 2022 ISSN : 2656 – 5781

menggunakan Bahasa Inggris yang baik dan benar. Setiap setelah salah satu kelompok
presentasi kemudian guru membahas beberapa pertanyaan yang diberikan kelompok lain dan
memberi masukan.
c. Observasi
Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus II, proses pembelajaran keterampilan
berbicara mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Aktivitas proses pembelajaran
dinilai dari perhatian, keberanian mengungkapkan gagasan, kerja sama, dan kemampuan
siswa berbicara dengan Bahasa Inggris yang runtut, baik, dan benar. Berdasarkan seluruh
aspek penilaian tersebut diperoleh data aktivitas siswa sebagai berikut
Tabel Pesentase aktivitas belajar siswa kelas kelas XI IPA-1 SMA Negeri 12 Banda Aceh
pada saat pembelajaran bahasa inggris sedang berlangsung (Siklus 1I)
No. Aspek yang Diamati Persentase
1 Perhatian 75
2 Keberanian Mengemukakan Gagasan 84
3 Kerja Sama 81
4 Berbicara dengan Bahasa Inggris yang runtut, 68
baik dan benar
Rata-Rata 76,87%
Berdasarkan tabel di atas dapat kita ketahui rata-rata persentase keaktifan siswa pada
tahap ini sebesar 76,87%. Dibandingkan dengan nilai siklus I, nilai rata-rata kelas pada siklus
II meningkat 4,8 poin dari 66,8 menjadi 71,6. Pada tahap ini 75% siswa sudah memperhatikan
penjelasan guru, 84% siswa sudah berani mengemukakan gagasannya, 81% siswa sudah
bekerja sama pada saat diskusi berlangsung, 68% siswa telah dapat berbicara dengan bahasa
inggris yang runtut, baik dan benar. Peningkatan proses dan hasil pembelajaran keterampilan
berbicara siswa kelas XI IPA-1 SMA Negeri 12 Banda Aceh tercermin pada pemerolehan
data siklus II berikut ini.
Tabel keterampilan Berbicara Bahasa Inggris siswa kelas XI IPA-1 SMA Negeri 12 Banda
Aceh Berdasarkan Ketuntasannya pada Siklus II.
Keterangan Keterangan
Nama Siswa Nilai Tidak Nama Siswa Nilai Tidak
Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas
1 80 √ 11 75 √
2 60 √ 12 80 √
3 70 √ 13 65 √
4 65 √ 14 80 √
5 75 √ 15 65 √
6 75 √ 16 75 √
7 80 √ 17 80 √
8 70 √ 18 80 √
9 75 √ 19 80 √
10 70 √ 20 85 √
Jumlah Skor 720 9 1 Jumlah Skor 765 10 0
Jumlah Total Skor : 1485
Rerata Skor siswa : 74,25
99
Serambi Konstruktivis, Volume 4, No.1, Maret 2022 ISSN : 2656 – 5781

Jumlah Total Siswa yang Tuntas: 19 siswa


Persentase Ketuntasan Siswa : 95%
Jumlah Total Siswa yang Tidak Tuntas :1 Siswa
Persentase Siswa yang Tidak Tuntas: 5%
Persentase Aspek yang dinilai :
I : Lafal : 81,25%
II : Ketepatan kosakata : 76,25%
III : Kelancaran : 72,5%
IV : Kualitas gagasan yang dikemukakan : 71,25%
V : Keberanian berpendapat dan mempertahankan pendapat : 70%
Data tersebut menunnjukkan bahwa persentase ketuntasan siswa pada siklus II
mencapai 95% dengan kategori sangat tinggi. Dengan nilai rata-rata siswa 74,25. Pada tahap
ini setiap aspek yang dinilai telah mengalami peningkatan yang lebih baik dari siklus
sebelumnya, yakni: pada aspek lafal meningkat menjadi 81,25%; pada aspek ketepatan
kosakata dalam berbicara bahasa inggris meningkat menjadi 76,25%; aspek kelancaran
meningkat menjadi 72,5%; aspek kualitas gagasan yang dikemukakan meningkat menjadi
71,25% dan pada aspek keberanian berpendapat dan mempertahankan pendapat meningkata
menjadi 70%.
d. Analisis dan Refleksi Siklus II
Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus II, proses pembelajaran keterampilan
berbicara mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Aktivitas proses pembelajaran
dinilai dari perhatian, keberanian mengungkapkan gagasan, kerja sama, dan kemampuan
siswa berbicara dengan Bahasa Inggris yang runtut, baik, dan benar mengalami peningkatan
dari awal mulanya rata-rata keaktivan siswa hanya 41%, meningkat menjadi 57,81% pada
siklus I dan menjadi 76,87% pada siklus II.
Dibandingkan dengan nilai siklus I, siswa yang mencapai batas ketuntasan dari siklus I
yang berjumlah 13 siswa juga meningkat sehingga menjadi 19 siswa yang mencapai batas
ketuntasan atau 95% dari jumlah keseluruhan siswa (20). Sedangkan siswa yang belum
mencapai batas ketuntasan minimal sebanyak 1 siswa atau 5% dari jumlah keseluruhan siswa
(20). Peningkatan proses dan hasil keterampilan berbicara (diskusi) siswa kelas XI IPA-1
SMA Negeri 12 Banda Aceh tercermin pada pemerolehan data siklus II (Terlampir).
Dari hasil observasi pada siklus II ini dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
proses maupun hasil pembelajaran keterampilan berbicara. Pada siklus II batas ketuntasan
siswa sudah terpenuhi walaupun masih ada beberapa siswa yang masih belum mencapai batas
ketuntasan. Peneliti mengakhiri penelitian karena semua indikator telah tercapai. Kualitas
proses dan hasil pembelajaran telah banyak meningkat memenuhi target batas ketuntasan
yang telah ditentukan. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa kemampuan berbicara dapat
meningkat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share
sebagai alat bantu untuk menuangkan dan menggali ide siswa. Siswa sudah dapat
mengungkapkan gagasannya setelah melakukan diskusi dengan kelompok-kelompok kecil,
selanjutnya mereka lebih terarah dan fokus dalam membahas suatu tema yang diberikan guru.

Pembahasan Hasil Penelitian


Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui
kondisi yang ada di lapangan. Dari kegiatan survei awal, peneliti menemukan bahwa proses
maupun hasil pembelajaran keterampilan berbicara di kelas XI IPA-1 SMA Negeri 12 Banda
100
Serambi Konstruktivis, Volume 4, No.1, Maret 2022 ISSN : 2656 – 5781

Aceh masih tergolong rendah. Kemudian peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran
Bahasa Inggris di sekolah tersebut untuk mengatasi masalah keterampilan berbicara dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share dalam proses
pembelajaran berbicara khususnya berdiskusi dengan pertimbangan hal tersebut akan
memudahkan dalam mengembangkan gagasan dalam kelompok-kelompok kecil sebelum
akhirnya ke kelompok yang lebih besar. Sehingga gagasan yang dikemukakan lebih
berkembang karena sebelum diskusi dalam kelompok besar mereka sudah berdiskusi dengan
kelompok kecil yang dibentuk.
Pelaksanaan siklus I masih dijumpai beberapa kekurangan diantaranya siswa masih
sangat kurang percaya diri saat berbicara serta masih sangat terlihat sekali kurang lancar
berbicara, selain itu pemilihan kosakata juga masih banyak yang kurang tepat. Selain masalah
tersebut, masih terlihat sekali siswa belum dapat bekerja sama dalam diskusi, hal tersebut
terlihat saat siswa menjawab pertanyaan dari kelompok lain yang menjawab hanya salah satu
dari anggota kelompok tersebut sedangkan anggota kelompok yang lain tidak ikut membantu.
Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I untuk memperbaiki kekurangan yang
terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus II peneliti bersama guru
berdiskusi untuk menentukan kelompok diskusi berdasarkan kemampuan berbicara siswa,
kelompok dibuat heterogen antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah. Setiap kelompok rata-rata terdapat satu atau dua anggota kelompok yang
berkemampuan sedang atau tinggi.
Dasar penentuan kelompok ini sesuai dengan pendapat Anita Lie (2008: 44) bahwa
pembagian kelompok yang heterogen akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
saling belajar dan mendukung serta meningkatkan interaksi siswa. Pada siklus II, peneliti dan
guru berusaha memperbaiki kekurangan pada siklus I dengan mengubah kelompok diskusi
dengan berpasangan. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan agar kerja sama dalam kelompok
bisa lebih terlihat dan keberanian berbicara lebih tampak. Selain itu, tema penelitian sebagai
bahan diskusi juga sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya, sehingga siswa dapat
mempersiapkan bahan diskusi lebih matang. Pada siklus II berbagai indikator keberhasilan
siswa mulai menunjukkan arah perbaikan yang signifikan, baik indikator proses maupun hasil
pembelajaran keterampilan berbicara. Berdasarkan peningkatan pembelajaran yang terjadi
pada siklus II ini, menguatkan hasil bahwa pembelajaran keterampilan berbicara dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share dapat meningkatkan
kualitas proses maupun hasil pembelajaran berbicara siswa kelas XI IPA-1 SMA Negeri 12
Banda Aceh.
Berdasarkan analisis pelaksanaan tindakan dari pra siklus, siklus I, dan siklus II di atas
dapat diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran kooperati teknik TPS dapat
meningkatakan keterampilan dberbicara dalam bahasa inggris pada siswa kelas XI IPA-1
SMA Negeri 12 Banda Aceh.

Kesimpulan
Berdasarkan analisis pada hasil yang diperoleh penelitian tindakan kelas ini dapat
disimpulkan yaitu model pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share (TPS) dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran berbicara. Hal tersebut terlihat dari peningkatan
persentase pada setiap indikator aktivitas siswa: a) Perhatian; b) keberanian mengemukakan
gagasan; c) kerja sama; dan d) kemampuan menggunakan bahasa Indonesia yang runtut, baik,
dan benar. Pada tahap pra siklus persentase keberhasilan sebanyak 41%, pada siklus I
101
Serambi Konstruktivis, Volume 4, No.1, Maret 2022 ISSN : 2656 – 5781

meningkat menjadi 57,81%, dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 76,87%. Model
pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan hasil
pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas XI IPA-1 SMA Negeri 12 Banda Aceh. Hal
tersebut terlihat dari persentase ketuntasan siswa tahap pra siklus persentase keberhasilan
sebanyak 30% (6 siswa), pada siklus I meningkat menjadi 65% (13 siswa), dan pada siklus II
kembali meningkat menjadi 95% (19 siswa) dari total 20 siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi Salma Prawiradilaga. 2008. Prinsip Disain Pembelajaran (Instructional Design
Principal). Jakarta: Kencana Prenada Media group.
Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Henry Guntur Tarigan. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Nana Sudjana. (2002). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suharsimi Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:


Prestasi Pustaka.

102

Anda mungkin juga menyukai