Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pena Sains Vol. 3, No.

1, April 2016 p-ISSN: 2407-2311


e-ISSN: 2527-7634

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK-TALK-


WRITE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN DISKUSI
PADA POKOK BAHASAN EVOLUSI

Aynin Mashfufah dan Candra Utama

Program Studi Pendidikan Biologi, IKIP PGRI Jember


Jember, 68121 Indonesia
E-mail: ayninn@gmail.com

Program Studi Pendidikan Biologi,IKIP PGRI Jember


Jember, 68121, Indonesia
E-mail: amaacandraa@gmail.com

Abstrak

Penelitian pada pembelajaran Biologi dengan menggunakan strategi pembelajaran Think-Talk-Write


(TTW) telah dilaksanakan dan diujicobakan pada 30 siswa kelas XII IPA-1 SMA Negeri 1 Tanggul
dengan menggunakan one group pretest-posttest design. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan
kemampuan diskusi dan hasil belajar siswa.Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan hasilnya
adalah sebagai berikut: pembelajaran yang terlaksana dengan baik, kemampuan diskusisiswa
menunjukkan adanya perkembangan, hasil belajar siswa meningkatdan sebagian besar siswa
memberikan respon yang baik terhadap strategi pembelajaran TTW.Simpulan penelitian ini adalah
pembelajaran biologi dengan dengan menggunakan strategi pembelajaran TTW dapat meningkatkan
kemampuan diskusi dan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: strategi think-talk-write, kemampuan diskusi

Abstract

The study of the Biology through learning strategy of Think-Talk-Write (TTW) has been
implemented and tested on 30 students of XII Science-1 SMAN 1 Tanggul using one-group pretest-
posttest design. The purpose of this study is developing discussion skill and learning outcomes of
students. Data were analyzed by descriptive and qualitative, the results are as follows: well
performed learning, the student’s learning outcome is increase, good discussion skills and most
students give good response to Think-Talk-Write strategy. The conclusions of this study is that
Think-Talk-Write strategy can increase discussion skill and learning outcome.

Key words: think-talk-write strategy, discussion skill


bentuk pendidikan partisipatif dengan
menerapkan metode belajar aktif (active
Pendahuluan learning) dan belajar bersama
Partisipasi aktif siswa saat proses (cooperative learning) sangat diperlukan
pembelajaran atau lebih dikenal dengan (BSNP, 2010). Siswa sebagai pelaku
student centered learning sangat utama dalam kegiatan pembelajaran,
diutamakan dalam perkembangan sedangkan guru bertindak sebagai
kurikulum saat ini, sehingga bentuk- fasilitator dan motivator.

1
Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 1, April 2016 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634
Dalam kehidupan sehari-hari siswa bisa disampaikan atau diterima dengan
perlu bersosialisasi dan diskusi dapat baik, akan menyebabkan ketidakefektifan
membantu siswa memperbaiki prestasi jalannya diskusi. Masalah pembelajaran
dalam bidang akademik, sedangkan untuk yang demikian menyebabkan masih
kepentingan jangka panjang, keterampilan terdapat siswa yang belum mencapai
komunikasi dapat meningkatkan besarnya KKM yang ditentukan oleh sekolah.
peluang pekerjaan, menguatkan Kemampuan berdiskusi dapat
kompetensi dalam profesi tertentu dan dilatihkan dengan berbagai cara, salah
memperbaiki kualitas diri. Dengan satunya adalah dengan menggunakan
demikian, para pendidik memiliki strategi pembelajaran Think-Talk-Write
tantangan yang sangat besar dalam (TTW). Strategi TTW memberi
mempersiapkan generasi muda untuk kesempatan kepada siswa untuk
mencapai potensi tertentu dan mengemukakan ide-ide sebelum
mengembangkan keunggulan yang telah menuliskannya. Diskusi dapat melatih
dimiliki lebih lanjut agar mampu berkarya siswa menggunakan bahasa yang tepat
dalam persaingan secara global (NEA, dan menguji berbagai pendapat. Ketika
2013). siswa diberi kesempatan berbicara,
Proses berpikir terjadi secara konsep yang dikonstruksi dapat
individu dan kolaboratif, sehingga dituangkan dalam bentuk tulisan dan
menguji berbagai pendapat perlu tulisan tersebut lebih bermanfaat untuk
dilakukan agar hasil pemikiran individu siswa dalam memahami konsep yang
bisa lebih berkembang dengan baik.Hal telah diuji kebenarannya (Huinker and
ini tentu sangat mendukung dalam Laughlin, 1996).
kemampuan diskusi yang meliputi Penelitian strategi TTW telah
berpendapat, bertanya, menanggapi dan dilakukan oleh Novita Yuanari (2011)
menjadi pendengar yang baik (Dixon, penerapan strategi TTW (Think-Talk-
2013). Kemampuan diskusi yang baik Write) dapat meningkatkan kemampuan
dapat membantu siswa dalam menemukan pemecahan masalah dan disposisi
sumber informasi baru, mengekspresikan matematis siswa kelas VIII B SMP Negeri
ide dan pendapat untuk menanggapi dan 5 Wates sebanyak 34 siswa. Jumlah siswa
mengklarifikasi (Griffith, 2004). yang mempunyai skor kemampuan
pemecahan masalah dalam kategori
Berdasarkan hasil wawancara dengan
kurang dan sangat kurang sebelum
guru kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1
penelitian adalah 32 siswa (91,17%),
Tanggul, tidak semua siswa memiliki
setelah akhir siklus I jumlahnya menurun
keberanian dan kemauan untuk
menjadi 10 siswa (29,88%). Pada akhir
menyampaikan pendapat, tetapi siswa
siklus II, jumlah siswa yang kemampuan
cenderung malas dan hanya
pemecahan masalahnya kurang turun
mendengarkan saja. Hal ini
menjadi 3 siswa (15,62%). Jumlah siswa
mengakibatkan kurangnya kemampuan
yang mengalami peningkatan kategori
siswa berpikir secara kolaboratif. Dengan
skor tes kemampuan pemecahan masalah
demikian, sekalipun belajar berkelompok,
dari akhir siklus I sampai akhir siklus II
tidak semua siswa memberi kontribusi
sebanyak 31 siswa (90,32 %).
untuk menyelesaikan tugas dan mencapai
Berdasarkan penelitian yang telah
tujuan pembelajaran bersama.
dilakukan oleh Novita Yuanari
Menyampaikan pendapat bukanlah suatu
diharapkan kemampuan diskusi juga
hal yang sederhana. Pesan yang tidak
dapat ditingkatkan. Dengan demikian,

2
Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 1, April 2016 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634
peneliti melakukan penelitian dengan mengetahui respon siswa terhadap strategi
judul: "Penerapan Strategi Pembelajaran pembelajaran TTW selama pembelajaran.
Think-Talk-Write untuk Meningkatkan Data hasil penelitian dianalisis
Kemampuan Diskusi Pada Pokok secara deskriptif kualitatif. Data-data
Bahasan Evolusi”. tersebut meliputi: pengamatan
keterlaksanaan RPP, pengamatan
Metode Penelitian kemampuan diskusi siswa serta hasil
Subjek penelitian ini adalah 30 siswa belajar kognitif siswa yang dinyatakan
kelas XII-IPA 1 SMA Negeri 1 Tanggul, tuntas atau tidak tuntas berdasarkan
sedangkan objeknya adalah strategi kriteria ketuntasan minimal 0,75 (75%).
pembelajaran TTW. Butir-butir soal dianalisis dengan
Penelitian ini menggunakan sensitivitas untuk mengetahui sensitivitas
rancangan One Group Pretest-Postest butir soal atau butir soal memiliki
Design, O1 X O2 (Arikunto, 2010). kepekaan terhadap efek pembelajaran.
Keterangan:
O1 = Uji awal (Pre Test)
Hasil Penelitian dan Pembahasan
X = Perlakuan yang diberikan
O2 = Uji akhir (Post Test) Bedasarkan hasil implementasi
strategi Think-Talk-Write di SMA Negeri
Pada penelitian ini, dilakukan
1 Tanggul berupa keterlaksaanaan
berdasarkan langkah-langkah sebagai
pembelajaran, kemampuan diskusi, hasil
berikut:
belajar kognitif, dan respon siswa
1) Persiapan.
terhadap strategi pembelajaran TTW akan
Pada tahap ini peneliti mengembangkan
diuraikan sebagai berikut.
perangkat pembelajaran yang meliputi
Berdasarkan hasil pengamatan,
silabus, RPP, LKS, buku siswa, dan tes
keterlaksanaan pembelajaran berkategori
hasil belajar.
baik. Secara ringkas dapat dilihat pada
2) Implementasi.
Gambar 1.
Pada tahap implementasi dilakukan dalam
Berdasarkan hasil pengamatan yang
tiga kali tatap muka. Tes hasil belajar
dilakukan oleh dua pengamat
kognitif diberikan sebelum dan sesudah
menunjukkan bahwa keterlaksanaan
perlakuan. Selain itu, hasil belajar afektif
kegiatan pembelajaran pada
yaitu kemampuan diskusi diamati selama
pertemuanpertama sudah baik akan tetapi
proses pembelajaran oleh dua pengamat.
Demikian juga untuk mengetahui ketika memotivasi dan apersepsi
keterlaksanaan pembelajaran di kelas sedikit terlalu cepat. Ketidakberanian
dengan menggunakan perangkat yang dalam berpendapat oleh sebagian siswa
ada. mengakibatkan kurangnya pemahaman
Penelitian ini menggunakan atau kesalahan pemahaman baik bagi
beberapa teknik pengumpulan data. siswa yang bersangkutan ataupun siswa
Pertama dengan pengamatan lainnya. Hal ini diketahui dari jawaban
menggunakan lembar-lembar hasil diskusi yang dituliskan (write).
pengamatan, seperti lembar Tulisan siswa dapat digunakan untuk
keterlaksanaan pembelajaran dan lembar memantau sejauh mana pemahaman siswa
kemampuan diskusi. Kedua pemberian terhadap materi evolusi (Winayawati,
tes hasil belajar kognitif siswa. Ketiga 2012).
dengan memberikan angket untuk

3
Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 1, April 2016 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634

4,1
4
3,9
3,8
3,7
3,6
3,5
3,4
3,3
3,2
Pendahuluan Kegiatan Inti Penutup Ketepatan Waktu

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Gambar 1. Grafik Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajara

Ketika terdapat siswa yang kurang tentang cara berperilaku (Ormrod, 2009).
memahami suatu konsep, saat diskusi itu Waktu yang digunakan selama
pula guru harus secepatnya memberikan pembelajaran tidak boleh terlalu singkat,
pemantapan jawaban dan umpan balik karena siswa akan bekerja lebih keras dan
kepada siswa. Guru memiliki peran meningkatkan kecenderungan untuk
penting sebagai pembimbing untuk siswa mengabaikan, sehingga siswa tidak ingin
dalam menyelesaikan tugasnya. Jika guru belajar lebih mendalam (Karjalainen, et
berhasil memberikan bimbingan, al., 2006). Keberanian dalam berbicara
makasiswa tidak hanya aktif mendengar atau berpendapat tidak dapat terbentuk
tetapi juga aktif berbicara (Hardjito, 2010; seketika. Dengan demikian, guru harus
Slavin, 2011). betul-betul mengalokasikan waktu dengan
Guru memberikan panduan secara tepat. Guru mewajibkan siswa menjawab
lisan tentang cara berdiskusi dengan baik seluruh pertanyaan secara mandiri terlebih
yaitu dengan memberi kesempatan yang dahulu sebagai bahan untuk didiskusikan
sama kepada setiap siswa untuk dan menyampaikan jawaban tersebut
berpartisipasi, menyampaikan alasan jika kepada anggota kelompok lainnya ketika
diperlukan, mendengarkan dengan sabar diskusi.
dan terbuka, mengajukan pertanyaan jika Pada pertemuan kedua,
belum paham, menanggapi dengan sopan, keterlakasanaan pembelajaran sudah
saling memberikan bantuan dan dorongan lebih baik daripada pertemuan
serta memastikan bahwa setiap anggota sebelumnya. Guru mengingatkan kembali
kelompok memahami materi yang sedang tentang langkah-langkah strategi TTW
dibahas.Informasi mengenai pentingnya agar pembelajaran dapat berjalan efektif.
melatihkan kemampuan diskusi dan Siswa sudah memahami strategi TTW dan
indikator apa saja yang akan dinilai sangat bagaimana seharusnya berdiskusi.
penting untuk disampaikan kepada siswa, Sebagian besar tahapan pembelajaran
agar siswa dapat melaksanakan terlaksana dengan baik, sehingga
pembelajaran secara terarah dan sesuai bimbingan dapat dikurangi secara
dengan tujuan yang akan perlahan ketika siswa sudah
dicapai.Melatihkan kemampuan diskusi menguasaidan dapat menyelesaikan
harus disertai bimbingan dan panduan, tugasnya tanpa bantuan orang lain
agar siswa memiliki pandangan yang jelas (Belland, et al., 2008). Hal ini sesuai

4
Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 1, April 2016 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634
dengan teori scaffolding dan pemagangan sudah ada (write) (Bell dan Kahrhoff,
kognitif yang diungkapkan oleh 2006).
Vygotsky, karena pada tahap berpikir Kriteria Ketuntasan Minimal
mandiri dan diskusi di dalam kelas siswa (KKM) untuk mata pelajaran Biologi di
dilatih tahap demi tahap dan dibimbing SMA Negeri 1 Tanggul adalah 75. Pada
oleh guru untuk mengembangkan hasil pre-test masih belum mencapai
kemampuan diskusi yang meliputi KKM. Hal ini disebabkan siswa belum
berpendapat, bertanya, menanggapi dan mendapatkan pembelajaran tentang sistem
menjadi pendengar yang baik. Selain itu, pencernaan, sehingga siswa mengerjakan
siswa saling berinteraksi dengan teman soal dengan pengetahuan seadanya dan
sebaya dan berperan sebagai guru satu bahkan ada soal yang tidak dijawab.
sama lain, sehingga saling membantu Dari hasil jawaban siswwa di
dalam memahami konsep dan melatih tunjukkan pada Gambar 2 menunjukkan
kecakapan dalam berdiskusi (Hardjito, adanya peningkatan kemampuan kognitif
2010; Slavin, 2011). siswa. Hal ini terlihat dari proporsi dari
Pada pertemuan ketiga, kegiatan pre-test dan post-test. Berdasarkan
pembelajaran berlangsung baik, namun Gambar 2, terjadi peningkatan pada hasil
ketepatan waktu masih perlu diperhatikan. post-test. Sekalipun demikian, masih
Molornya waktu dikarenakan ketika terdapat beberapa indikator yang belum
berdiskusi, siswa yang sudah berani tuntas pada siswa tertentu dan
berpendapat terlalu bersemangat dalam kebanyakan tidak tuntas pada indikator
menyampaikan idenya, sehingga terus ke-7 yaitu membandingkan teori evolusi
mengejar alasan jawaban dari teman- dari beberapa ahli, tetapi persentase
temannya. mengenai Sebagian besar ketuntasan indikator tersebut telah
siswa sudah benar-benar memahami mencapai > 75%. Terdapat dua orang
strategi pembelajaran TTW dan siswa nilainya belum mencapai KKM (<
keberanian berpendapat sudah baik. Dari 75) yaitu siswa nomor 15dan 25.
pengamatan tersebut, maka guru harus Dilihat dari hasil pre-test dan post-
betul-betul mempertimbangkan test menunjukkan adanya peningkatan
kesesuaian waktu dengan materi yang kemampuan kognitif siswa. Peningkatan
dipelajari. ini merupakan pengaruh dari
Dalam pembelajaran evolusi ini pembelajaran yang diberikan, terbukti
juga mengedepankan teori belajar dari butir soal yang dikembangkan
konstruktivisme. Siswa didorong agar memiliki indeks sensitivitas > 0,3.
mengemukakan pengetahuan awalnya Dengan demikian, butir tes yang dibuat
tentang konsep yang akan dibahas ketika sensitif dan dapat mengukur efek
berpikir mandiri (think), selanjutnya siswa pembelajaran dengan kata lain butir soal
diberi kesempatan untuk tersebut memiliki kepekaan yang cukup
mengkomunikasikan pemahamannya terhadap efek pembelajaran.
tentang konsep tersebut (talk). Hasil dari
diskusi, informasi baru yang tidak
konsisten dengan pengalaman dan
pemahaman terdahulu dibenahi menjadi
pengetahuan baru. Pengetahuan baru
dibangun ketika siswa menggabungkan
informasi baru dengan pengetahuan yang

5
Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 1, April 2016 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634

1,20

1,00

Proporsi Jawaban
0,80

0,60

0,40

0,20

0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Siswa
Pretest Posttest

Gambar 2. Grafik Hasil Belajar Siswa

Siswa yang masih belum tuntas menunjukkan pentingnya peran guru


pada beberapa indikator diberikan sebagai pembimbing ketika siswa belum
pembelajaran remidial agar pembelajaran mencapai keahliannya yaitu
tuntas. Perangkat pembelajaran yang berkomunikasi dengan baik (Belland, et
digunakan sama dengan pembelajaran al., 2008).
sebelumnya, tetapi metode yang Siswa yang nilainya belum
digunakan adalah ceramah dan tanya mencapai KKM (nomor urut 15 dan 25),
jawab. Hal ini dilakukan agar guru dapat kemampuannya dalam berdiskusi belum
mengetahui bagian mana yang masih sulit cukup bahkan menurun pada pertemuan
dipahami oleh siswa. Pembelajaran ketiga, kemampuannya dalam
remidial difokuskan untuk membahas berpendapat terkadang kurang relevan dan
indikator pembelajaran kognitif yang pertanyaan yang disampaikan cenderung
belum tuntas. Selanjutnya, siswa sederhana. Siswa tersebut cenderung
diberikan post-test sesuai dengan hanya menerima jawaban temannya.
indikator kognitif yang belum tuntas Dixon (2013) menjelaskan bahwa diskusi
Kemampuan diskusi siswa selama tidak dapat berjalan secara efektif apabila
proses pembelajaran dengan strategi pesan yang disampaikan tidak dapat
TTW ditunjukkan pada gambar 3. Pada diterima dan dipahami oleh penerima
pertemuan pertama, kemampuan diskusi pesan. Individu yang terlibat di dalamnya
siswa sangat bervariasi dan telah dinilai harus aktif mendengarkan dan bertanya.
baik oleh pengamat. Sebagian besar siswa Hal ini bertujuan agar konten dalam
sudah berani berbicaradan berpendapat informasi tersampaikan seluruhnya dan
meskipun menggunakan bahasanya apabila terdapat sesuatu yang kurang
sendiri yang sederhana agar mudah jelas, penerima pesan dapat bertanya.
dimengerti oleh temannya (Mberia, 2011). Dengan demikian, mendengarkan dan
Kemampuan bertanya masih bertanya merupakan respon yang
sederhana. Sekalipun demikian, terbentuk dalam komunikasi dan
keberanian siswa patut dihargai karena merupakan penghargaan kepada lawan
dengan begitu siswa akan lebih mudah bicara.
mengembangkan keterampilannya,
dengan kata lain siswa memiliki kemauan
untuk belajar (Schulz, 2008). Hal ini juga

6
Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 1, April 2016 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634

4,5
4,0
3,5
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
Siswa 1
Siswa 2
Siswa 3
Siswa 4
Siswa 5
Siswa 6
Siswa 7
Siswa 8
Siswa 9
Siswa 10
Siswa 11
Siswa 12
Siswa 13
Siswa 14
Siswa 15
Siswa 16
Siswa 17
Siswa 18
Siswa 19
Siswa 20
Siswa 21
Siswa 22
Siswa 23
Siswa 24
Siswa 25
Siswa 26
Siswa 27
Siswa 28
Siswa 29
Siswa 30
P1 P2 P3

Gambar 3. Grafik Kemampuan Diskusi Siswa

Panduan secara lisan harus untuk berpartisipasi secara aktif (Ormrod,


diberikan oleh guru tentang cara 2009). Hal ini menjadi perhatian khusus
berdiskusi yang baik yaitu dengan bagi guru untuk mengingatkan kepada
memberi kesempatan yang sama kepada kelompok bahwa setiap siswa memiliki
setiap siswa untuk berpartisipasi tanggungjawab dan saling membantu,
menyampaikan alasan jika diperlukan, sehingga keberhasilan kelompok menjadi
mendengarkan dengan sabar dan terbuka, keberhasilan individu. Dengan demikian,
mengajukan pertanyaan apabila belum keterampilan komunikasi dapat diperbaiki
paham, menanggapi dengan sopan, saling dan topik yang sedang dibahas dapat
memberikan bantuan dan dorongan serta dipahami.
memastikan bahwa setiap anggota Kurangnya rasa percaya diri yang
kelompok memahami materi yang sedang dialami siswa dapat mempengaruhi usaha
dibahas. Dalam penelitian ini, rubrik dan aktivitas siswa dalam pembelajaran di
penilaian indikator kemampuan kelas, terlebih lagi akan mempengaruhi
diskusidiberikan kepada setiap siswa. prestasinya (Ihmeideh, 2010; Ormrod,
Dengan demikian, siswa mengetahui apa 2009). Terdapat berbagai cara yang bisa
yang harus dilakukan, bagaimana cara dilakukan oleh guru untuk mengatasinya,
mencapai tujuannya, apa yang akan yaitu dengan cara menganjurkan
dinilai dan bagaimana penilaian tersebut kelompok untuk memastikan bahwa
dilakukan oleh guru (Johnson & Johnson, semua anggotanya paham mengenai apa
2002). yang telah didiskusikan. Jika siswa masih
Selama pembelajaran tidak berarti enggan bertanya, bimbingan harus
kelompok kooperatif dapat meningkatkan diberikanoleh gurudengan pertanyaan
kepercayaan diri siswa dalam bertahap atau mengidentifikasi hal-hal
berinteraksi, jika anggota dalam yang berhubungan.
kelompok kurang memiliki kesadaran

7
Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 1, April 2016 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634
Pada pertemuan kedua dan ketiga,
secara garis besar memperlihatkan adanya Daftar Pustaka
perkembangan pada kemampuan diskusi
siswa. Sesuai dengan teori Vygotsky yang Arikunto, S. 2010. Dasar-dasar Evaluasi
menekankan bahwa interaksi sosial Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta:
dengan orang lain memacu pembangunan Bumi Aksara.
ide-ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual siswa (Fello Bell, D. and Kahrhoff, J. 2006. Active
dan Paquette, 2009). Berdasarkan hasil Learing Handbook. Webster
pengamatan, masih terdapat seorang University.
siswa yang keterampilannya tidak cukup (http://www.cgspitt.org/medialibrar
maksimal. Hal ini terjadi karena siswa y) diakses 23 November 2015.
tersebut mungkin membutuhkan waktu
yang lebih lama dibandingkan siswa Belland, B., Glazewski, K., &
lainnya untuk berlatih diskusi (Cepni, et Richardson, J. 2008. A Scaffolding
al., 2006). Usaha yang dilakukan guru Framework to Support The
adalah terus memberikan pembimbingan Construction of Evidence-Based
dan motivasi kepada siswa tersebut agar Arguments Among Middle School
terus berlatih. Students. Educational Technology
Berdasarkan hasil angket, diketahui Research & Development, 56(4),
bahwa 80% siswa memberikan respon 401(422) diakses 4 Desember 2015.
baik terhadap strategi pembelajaran TTW,
tetapi 20% siswa berpendapat bahwa BSNP. 2010. Paradigma Pendidikan
strategi TTW masih sulit untuk Nasional Abad XXI.
dilaksanakan dan kurang menarik. (http://akhmadsudrajat.files.wordpr
Terbukti selama proses pembelajaran ess.com/2013/06/paradigma-
masih ada siswa yang kesulitan pendidikan-nasional-abad-xxi.pdf)
berpendapat, sehingga guru harus diakses 18 Januari 2015.
membimbing siswa tersebut. Hal ini
mengakibatkankurang tepatnya waktu Cepni, S., Tas, E., and Kose, S. 2006. The
yang digunakan untuk diskusi kelompok Effect of Computer-Assisted
dan waktu untuk tahap pembelajaran Material on Students’ Cognitive
berikutnya. Siswa yang belum memiliki Levels, Misconceptions and
kemampuan diskusi cukup maksimal Attitudes Towards Science.
memerlukan waktu yang lebih agar Computers and Education 46
terbiasa. Dengan demikian, keterbatasan (2006) 192–205.
waktu yang digunakan menjadi suatu (http://www.elsevier.com/locate/co
kekurangan dalam penelitian ini. mpedu) diakses 29 Januari 2016.

Kesimpulan Choo, S. S., Rotgans, J. I., Yew, E. H. dan


Berdasarkan paparan pada hasil Schmidt, H. G. 2011. Effect of
Worksheet Scaffolds on Student
penelitian dan pembahasan, maka
Learning in Problem-Based
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran Learning. Advances in Health
Think-Talk-Writedapat meningkatkan Science Education (2011) 16:517–
kemampuan diskusi siswa maupun hasil 528 diakses 4 Desember 2015.
belajarnya pada materi evolusi.

8
Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 1, April 2016 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634
Dixon, T. and O’Hara, M. 2013. Australian Journal of Teacher
Communication Skills. Educational Education, 35(4).
Development Project. (htttp://ro.ecu.edu.au) diakses 5
(http://cw.routledge.com) diakses Desember 2015.
pada 3 Desember 2015.
Karjalainen, A., Alha, K. and Jutila, S.
Dolmans, D. H. J. M., & Schmidt, H. G. 2006. Give Me Time to Think.
2006. What do we know about Oulu: Oulu University Press.
cognitive and motivational effects (http://www.oulu.fi) diakses 5
of small group tutorials in problem- Desember 2015.
based learning?.Advances in Health
Sciences Education, 11(4),321– Mberia, H. K. 2011. Communication
336. Diakses 5 Desember 2015. Training Module. International
Journal of Humanities and Social
Fello, S. E. and Paquette, K. R. 2009. Science Vol. 1 No. 20, p. 231-255.
Talking and Writing in the (http://www.ijhssnet.com/journals/
Classroom. InMathematics Vol_1_No_20_December_2011/23.
theaching in the Middle School Vol. pdf) diakses pada 8 Februari 2016.
14, No. 7. Diakses pada 22
September 2015. National Education Association. 2013. An
Educator’s Guide to the “Four
Cs”.
Griffith University. 2004. Oral (http://www.nea.org/assets/docs/A-
Communication Toolkit. Guide-to-Four-Cs.pdf) diakses pada
(http://www.griffith.edu.au) diakses 17 Januari 2016.
17 Januari 2015.
Ormord, J. E. 2009. Psikologi
Hardjito, D. 2010. The Use of Scaffolding Pendidikan.Edisi Keenam Jilid 1.
Approach to Enhance Students’ Jakarta: Erlangga
Engagement in Learning Structural
Analysis. International Education Ormord, J. E. 2009. Psikologi
StudiesVol. 3, No. 1, p.130-133. Pendidikan.Edisi Keenam Jilid 2.
(http://www.ccsenet.org) diakses 5 Jakarta: Erlangga
Desember 2015.
Schulz, B. 2008. The Importance of Soft
Huinker, D. and Laughlin, C. 1996. Talk Skills: Education Beyond
Your Way Into Writing dalam Academic Knowledge. Journal of
Communication in Mathematics, K- Language and Communication.
12 and Beyond Yearbook of the (http://ir.polytechnic.edu.na.pdf)
NCTM Diedit oleh Potria C. Elliot, diakses 3 Desember 2015.
p. 81-88. Reston, VA: NCTM.
Slavin, R. E. 2011. Psikologi Pendidikan
Ihmeideh, F. M., Al-Omari, A. A., and Teori dan Praktik.Edisi Sembilan
Al-Dababneh, K. A. 2010. Jilid 1. Jakarta: PT Indeks.
Attitudes toward Communication
Skills among Students’-Teachers’
in Jordanian Public Universities.

9
Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 1, April 2016 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634
Slavin, R. E. 2011. Psikologi Pendidikan
Teori dan Praktik.Edisi Sembilan
Jilid 2. Jakarta: PT Indeks.

Winayawati, L., Waluya, S. B., dan


Junaedi, I. 2012. Implementasi
Model Pembelajaran Kooperatif
dengan Strategi pembelajaran
Think-Talk-Write Terhadap
Kemampuan Menulis rangkuman
dan Pemahaman Matematis Materi
Integral. Unnes Journal of
Research Mathematics Education
Vol. 1, No. 1. ISSN 2252-6455.
(http://journal.unnes.ac.id/sju/index
.php/ujrme) daikses pada 18
Oktober 2012.

Yuanari, N. 2001. Penerapan Strategi


TTW (Think-Talk-Write) Sebagai
Upaya Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Disposisi
Matematis Siswa Kelas VIII SMPN
5 Wates Kulonprogo (Implementasi
pada Materi Bangun Ruang Kubus
dan Balok). Skripsi tidak
diterbitkan. Universitas Negeri
Yogyakarta.
(http://eprints.uny.ac.id) diakses
pada 2 Januari 2016.

10

Anda mungkin juga menyukai