Anda di halaman 1dari 8

SP-005-010

Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 299-306
Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
serta Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri 5
Kelas XI Kota Samarinda Tahun Ajaran 2015

Rita Magdalena
Magister Pendidikan dan Ilmu Keguruan Biologi Universitas Mulawarman
Corresponding author: rita.biologi@yahoo.com

Abstrak: Salah satu permasalahan pembelajaran yang terjadi di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah minimnya
variasi stategi pembelajaran dalam hal ini model pembelajaran yang digunakan guru untuk memfasilitasi hasil
belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif tingkat tinggi yakni kemampuan pemecahan masalah.
Berdasarkan kondisi ini maka tujuan penelitian ini ingin mengetahui pengaruh penerapana model
pembelajaran problem based learning terhadap hasil belajar kognitif tingkat tinggi.Metode penelitian yang
digunakan untuk mencapai tujuan penelitian adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan disain
pre tes postet control group. Analisis data menggunakan uji t. Hasil penelitian diperoleh bahwa model
pembelajaran problem based learning berpengaruh terhadap hasil belajar biologi pada siswa SMA Negeri 5
kelas XI semester 1 materi sistem pencernaan pada manusia dengan nilai t hitung 2,60 lebih besar dari t tabel
dengan nilai 1,84. Adapun hasil belajar yang diukur adalah kemampuan pemecahan masalah terkait masalah
mengatasi gangguan sistem pencernaan pada manusia. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bahwa
sudah saatnya guru biologi di SMA 5 menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning), karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa-siswa dapat mengikuti pembeajaran dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).

Kata kunci: Model pembelajaran, Problem based learning, hasil belajar.

1. PENDAHULUAN kognitif, pemecahan masalah seharusnya menjadi


target perolehan hasil belajar karena pemecahan
Era globalisasi yang merupakan ajang persaingan masalah merupakan salah satu bentuk kreativitas
bebas, menuntut kesiapan siswa agar memiliki dalam berpikir yang termasuk dalam kategori
ketangguhan dalam persaingan global tersebut. kemampuan berpikir tingkat tinggi (Gagne, 1988).
Ketangguhan dalam hal ini ditentukan oleh Anderson and Krathwohl (2001) merevisi hasil
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, yang belajar kognitif taksonomi Bloom menjadi 6 dimensi
merupakan inti pengatur tindakan siswa. proses kognitif yakni; pengetahuan, pemahaman,
Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki penerapan, analisis, evaluasi, dan kreativitas.
siswa, akan menentukan kemampuannya dalam Menurut Costa, et al (1985), kemampuan berpikir
menyusun strategi dan taktik untuk meraih peluang tingkat tinggi meliputi penyelesaian masalah,
memenangkan persaingan global (Liliasari, 2001). pembuatan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir
Pendapat atau pandangan tersebut mengisyaratkan kreatif.
bahwa saat ini (abad XXI) merupakan abad yang Kemampuan berpikir dihubungkan dengan
menuntut guru untuk mengelola kegiatan berpikir proses perilaku dan memerlukan keterlibatan aktif
agar siswa memperoleh kemampuan berpikir tingkat pemikir. Hubungan kompleks dikembangkan melalui
tinggi, sehingga tangguh menghadapi persaingan di berpikir. Hubungan ini dapat saling terkait dengan
abad ini. simultan yang mampu dan dapat diekspresikan oleh
Ada kaitan antara pengetahuan dan berpikir. pemikir dengan bermacam-macam cara (Costa, et al,
Keduanya saling mengisi, tambahan pengetahuan 1985). Jadi, berpikir dapat merupakan upaya yang
diperlukan untuk dapat meningkatkan kemampuan kompleks dan reflektif bahkan suatu pengalaman
berpikir, dan sebaliknya kemampuan berpikir dapat yang kreatif. Kemampuan berpikir selalu
menambah koleksi pengetahuan yang dimiliki siswa. berkembang dan dapat dipelajari (Nickerson, et al,
Siswa tidak dapat berpikir tanpa isi. Isi berkenaan 1985). Kemampuan berpikir berhubungan dengan
dengan pengetahuan. Senada dengan pendapat prestasi belajar termasuk keterampilan laboratorium
tersebut Gagne (Arnone, 1998), menjelaskan bahwa dan keterampilan berpikir kreatif (Lawson, 1992).
pengetahuan mempengaruhi perkembangan berpikir Para ahli tersebut menyatakan bahwa kemampuan
siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Piaget (1981), siswa ditentukan oleh aktivitas yang terjadi di dalam
bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa, pembelajaran. Aktivitas dalam pembelajaran atau
dan hasil kegiatan bepikir, menambah pengetahuan dalam pembelajaran sangat ditentukan oleh strategi
yang ada (subsumer) pembelajaran yang digunakan guru. Salah satu
Berpikir secara umum dianggap sebagai suatu bentuk strategi adalah model pembelajaran.
proses kognitif (Fudyrtanto, 2002). Menurut para ahli Kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan
hasil belajar kognitif sangat berkaitan erat dengan
Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS 299
Magdalena. Penerapan Model PBL serta Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Biologi

kemampuan awal siswa. Menurut Gagne (1988), dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal
kemampuan berpikir tingkat tinggi membutuhkan dalam bekerja kelompok
aturan-aturan yang telah dimiliki siswa yang tidak Proses pembelajaran selama ini khususnya
lain merupakan kemampuan awal. Menurut Lee materi pencernaan manusiaguru mengelola
(1999) melalui pembelajaran kontekstual memiliki pembelajaran dengan cara memberikan penjelasan di
kesempatan untuk mencapai kemampuan berpikir dalam pembelajaran, yang didominansi pembelajaran
tingkat tinggi karena pembelajaran dikontekskan adalah guru dengan acuan materi yang sudah
dengan kehidupan siswa sehari-hari. disiapkan guru. Tugas pembelajaran biasanya
Salah satu model pembelajaran yang diberikan di akhir pembelajaran yakni berupa tugas
memfasilitasi terjadinya pembelaran kontekstual baik individual, misalnya mengumpulkan makalah terkait
di sekolah maupun di pembelajaran adalah model materi sistem pencernaan. Jadi proses interaksi di
pembelajaran PBL (problem based learning). dalam pembelajaran tidak terjadi atau jarang terjadi
Menurut pendapat ahli, jika dalam pembelajaran secara multi arah, karena yang terjadi hanya dari guru
menerapkan sedangkan pembelajaran kontekstual kepada siswa kepada guru. Interaksi antara siswa
berarti memberikan kesempatan bagi siswa untuk dengan siswa tidak pernah terjadi.
menerapkan konsep yang dimilikinya ke dalam Hasil analisis guru khususnya pada
situasi nyata, sehingga hasil belajar dapat lebih pembelajaran sistem pencernaan dari hasil tugas dan
diterima dan berguna bagi siswa bilamana mereka capaian yang lainnya misalnya melalui tes, ternyata
meninggalkan sekolah ( Lee, 1999; Ardhana, 2000; siswa mengalami permasalahan pada hasil belajar
Clifford, 2000). Hal ini menyebabkan hasil kognitif pada kemampuan memecahkan masalah
belajar kognitif siswa meningkat dari dimensi yang masuk dalam hasil belajar kognitif tingkat
bawah (pengetahuan, pemahaman, penerapan) tinggi yakni analisis (C4), evaluasi (5) dan
sampai dimensi atas analisis, evaluasi, dan kreatif kreativitas (C6). Siswa akan sampai pada
(kemampuan berpikir tingkat tinggi) (Ausubel, 1968; kemampuan pemecahan masalah jika memiliki
Novak, 1985; Gunter, et al, 1990 ; Sanchez, 1991, kemampuan analisis, evaluasi, dan kreativitas.
Brown, 2003). Bertolak dari permasalahan ini sehingga guru dalam
Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaransistem pencernaan, ingin mencobakan
pendekatan yang efektif untuk mengajarkan proses- model pembelajaran problem based learning (PBL)
proses berpikir tingkat tinggi dengan situasi yang merupakan salah satu model pembelajaran agar
berorientasi pada masalah, termasuk didalamnya terjadi pembelajaran kontekstual, melalui prosedur
belajar bagaimana belajar. Menurut Santyasa (dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Ghofur: 2013), Problem Based Learning (PBL)
merupakan suatu strategi atau pendekatan yang 2. METODE PENELITIAN
dirancang untuk membantu proses belajar sesuai
dengan langkah-langkah yang terdapat pada pola 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian
pemecahan masalah yakni mulai dari analisis,
rencana, pemecahan, dan penilaian yang melekat Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan atau 1
pada setiap tahap. problem based learning (PBL)
semester, mulai dari bulan Mei sampai bulan
tidak disusun untuk membantu guru dalam
Oktober tahun 2015. Tempat pelaksanaan penelitian
menyampaikan banyak informasi tetapi guru sebagai adalah Sekolah SMAN 5 kota Samarinda kelas XI
penyaji masalah, pengaju pertanyaan, dan fasilitator.
yang dijadikan obyek penelitian dengan penerapan
Menurut Dasna (2007), problem based learning
model pmbelajaran problem based learning (PBL)
(PBL) sebaiknya digunakan dalam pembelajaran
karena: (1) Dengan problem based learning (PBL)
akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang 2.2.Variabel dan Definisi Operasional
belajar memecahkan suatu masalah maka mereka
akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau a. Pada penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu
berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi bebas adalah model pembelajaran problem based
konsep. Belajar dapat semak in bermakna dan dapat learning (PBL) dengan media lingkungan dan
diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi di power poin, sedangkan variabel terikat adalah
mana konsep diterapkan; (2) Dalam situasi problem hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran
based learning (PBL), siswa mengintegrasikan menggunakan dan tidak menggunakan model
pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan pembelajaran problem based learning (PBL).
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. b. Definisi Operasional
Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan Untuk menggambarkan yang lebih jelas tentang
keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah- permasalahan yang akan diteliti, maka penulis
masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori perlu merumuskan definisi operasional, yaitu
mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran sebagai berikut :
berlangsung; dan (3) PBL dapat meningkatkan 1) Menurut Arends (Tritanto, 2007), probelm
kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif based learning merupakan suatu pendekatan
siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, pembelajaran dimana siswa dihadapakan
pada masalah autentik (nyata) sehingga

300 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya


Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 299-306

diharapkan merekadapat menyusun perlakuan. Penentuan kelas perlakuan dan kelas


pengetahuannya sendiri, menumbuh kontrol dilaksanakan dengan undian. Hasilnya
kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan adalah kelas perlakukan (kelas eksperimen)
inkuiri, memandirikan siiswa dan kelas IPA1 sedangkan kelas kontrol adalah
meningkatkan kepercayaan dirinya. kelas IPA2
Berdasarkan definisi konsepsiobal tersebut,
maka definisi operasional dalam penelitian 2.5.Rancangan Penelitian
ini adalah model problem based learning
(PBL), adalah pelaksanaan pembelajaran Penelitian dirancang dengan menggunakan quasi
dengan mengacu pada sintaks model experimental model Pretest-Postest Control Group.
pembelajaran problem based learning Pengukuran dilakukan setelah diberi perlakuan untuk
(PBL), yang diawali dengan observasi kelas perlakukan dan tidak diberi perlakukan untuk
permasalahan nyata di lapangan terkait kelas kontrol.
sistem pencernaan, selanjutnya siswa Kelas perlakuan dengan menggunakan model
merumuskan permasahalan, menentukan pembelajaran problem based learning (PBL) dengan
prosedur kerja penylesaian masalah, hasil bantuan media power point dalam proses
penyelesaian masalah, kesimpulan. Tahapan pembelajaran, sedangkan kelas kontrol menggunakan
ini dikerjakan mahasinswa dalam kelompok model pembelajaran langsung (diarec learning) yang
dan dipresentasikan. Di akhir pembelajaran didominasi oleh guru dengan bantuan media power
siswa mengumpulkan tugas secara mandiri. point. Kemudian mengadakan pengamatan untuk
2) Hasil belajar adalah capaian kemampuan pengukuran tahap variabel terikat.
siswa, setelah proses pembelajaran dengan
dan tanpa menerapkan model pembelajaran Tabel 2. Desain Penelitian Pretest dan postest control
prolem based learning (PBL), untuk group.
menentukan capaian siswa berupa nilai
menggunakan pengukuran skor 10 sampai Kelas Pretest Perlakuan Postest
100, berdasarkan hasil tugas mandiri C Y1 X Y2
problem based, dan tes akhir setelah A Y3 - Y4
kegiatan pembelajaran selesai. Bentuk soal Keterangan :
tes adalah essay. O1 adalah pre test untuk kelas perlakuan dalam
proses pembelajaran menggunakan model
2.3. Populasi dan Sampel pembelajaran problem based learning (PBL) dengan
media power point
2.3.1 Populasi O2 post test untuk kelas perlakuan proses
pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN5 problem based learning (PBL) dengan media power
Kelas XI dimana terdiri dari 6 (kelas) IPA yaitu point
(IPA1, IPA2, IPA3, IPA4, IPA5, IPA6). O3 pre test untuk kelas kontrol dalam proses
pembelajaran menggunakan model pembelajaran
2.3.2 Sampel langsung (diarec learning) dengan media power
poin.
Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XI 04 post test untuk kelas kontrol dalam proses
IPA1 dan IPA2masing-masing terdiri dari 30 siswa. pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah langsung (diarec learning) dengan media power
Purposive Sampling dengan memperhatikan point.
perolehan nilai rata-rata siswa, pada mata pelajaran
biologisebelum menggunakan atau tanpa 2.6.Teknik Pengumpulan Data
menggunakan model pembelajaran problem based
learning (PBL).. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui:
a. Observasi, dilakukan dengan cara mengamati
2.4. Prosedur Penelitian lasung jalannya proses pembelajaran baik untuk
kelas perlakuan yakni penerapan model
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran problem based learning (PBL)
penelitian adalah sebagai berikut : dengan media power poin dan untuk kelas
a. Melakukan Pre-test pada siswa kelas XI yang kontrol yakni penerapan model pembelajaran
berjumlah 6 kelas. Kegiatan ini bertujuan untuk langsung (diarec learning) dengan media power
mendapatkan dua kelas dengan rata-rata nilai poin
awal tidak memiliki perbedaan rentang yang b. Tes dilakukan untuk mengukur hasil belajar.
jauh. Kriteria tersebut dipenuhi oleh kelas IPA1 Tes terdiri dari dua jenis yaitu test awal (pre
dan IPA2 test) untuk mengetahui hasil belajar siswa
b. Menentukan kelas perlakukan dan kelas kontrol. sebelum diterapkan perlakuan, dan tes akhir
Kegiatan ini dilakukan pada awal sebelum (post test) untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah diterapkan perlakuan.
Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS 301
Magdalena. Penerapan Model PBL serta Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Biologi

c. Tugas berupa laporan hasil pemecahan masalah juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
terkait materi sistem pencernaan yang dibuat terhadap hasil belajar siswa terkait pembuatan
secara mandiri oleh siswa. laporan pemecahan masalah gangguan sistem
pencernaan yang dalam pembelajaran menggunakan
2.7.Teknis Analisis Data model pembelajaran problem based learning (PBL)
dengan bantuan media power point dibandingkan
Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah dengan hasil belajar siswa yang dalam pembelajaran
data hasil post test dari kedua kelas yakni kelas menggunakan pembelajaran langsung (diarec
perlakuan dalam proses pembelajaran menggunakan learning) dengan bantuan media power point dengan
model pembelajaran problem based learning (PBL) hasil 65.
dengan media power point (O2) dengan kelas kontrol Pelaksanaan pembelajaran pada kelas perlakuan
dalam proses pembelajaran menggunakan model dengan model pembelajaran problem based learning
pembelajaran langsung (diarec learning) dengan (PBL) dengan media power poin berjalan melalui
media power point (O4). Teknik analisis skenario pembelajaran dimana kegiatan awal guru
menggunakan teknik pengujian statistik deskriptif memberikan apersepsi dan motivasi, dilanjutkan
terutama untuk permasalahan penelitian no 1 dan 2 dengan menyampaikan dan menayangkan topik
dan pengujian hipotesis menggunakan uji-t (test) pembelajaran serta menyampaikan dan menayangkan
untuk permasalahan penelitian no 3. Uji Hipotesis tujuan atau kompetensi capaian setelah pembelajaran
Uji hipotesis merupakan langkah untuk selama 10 menit. Kegiatan inti pembelajaran guru
memberikan jawaban terhadap rumusan masalah memberikan pembelajaran singkat selama 10 menit
dalam penelitian. Adapun uji hipotesis yang akan yang terkait dengan hal-hal yang perlu diperhatikan
dilakukan pada penelitian ini adalah uji t-test. dalam pemecahan masalah sistem pencernaan yakni
Hipotesis yang akan di uji kebenarannya adalah: berupa tahapan pemecahan masalahan yang mengacu
a. Ha: Ada pengaruh penerapan model pada model pembelajaran problem based learning
pembelajaran problem based learning (PBL) (PBL), yakni observasi pada lingkungan tercemar,
terhadap hasil belajar Biologi materi sistem merumuskan permasalahan, merumukan hipotesis,
pencernaan manusia siswa kelas XI SMA menyusun prosedur kerja, merumuskan hasil
b. Adapun rumus yang digunakan untuk pemecahan masalahan dan pembuktian hipotesis,
melakukan uji beda adalah t-test yang ditujukan merumuskan kesimpulan, selanjutnya memberikan
pada rumus berikut. kesempatan kepada kelompok yang kena giliran
presentasi untuk mempresentasikan hasil pembuatan
𝑥1 − ̅̅̅
̅̅̅ 𝑥2 laporan pemecahan masalah yang dikerjakan oleh
𝑡ℎ𝑖𝑡 = kelompok dalam diskusi klasikal pembelajaran
1 1
𝑠√ + dengan bantuan media power poin, dilanjutkan
𝑛1 𝑛2
dengan diskusi yang berisi pertanyaan serta
tanggapan dari siswa yang ada pada kelompok yang
tidak mendapat giliran presentasi. Pada kegiatan inti
(𝑛1 − 1)𝑠12 − (𝑛2 − 1)𝑠22 pembelajaran guru sebagai fasilitator, motifator, baik
𝑠= √ pada kegiatan diskusi maupun pada kegiatan
𝑛1 + 𝑛2 − 2
memberian kesempatan bertanya pada siswa di sesi
akhir kegiatan inti yang berjalan selama 70 menit.
Keterangan: Kegiatan penutuppembelajaran berjalan selam 10
𝑥1 nilai rata-rata kelas 1
̅̅̅= meit diisi dengan siswa membuat kesimpulan dan
𝑥2 nilai rata-rata kelas 2
̅̅̅= guru memberikan reword serta mengingatkan tugas
𝑠1 = simpangan baku kelas 1 individual kepada siswa berupa pembuatan laporan
𝑠2 = simpangan baku kelas 2 pemecahan masalah secara mandiri dimana masalah
S = simpangan baku gabungan sistem pencernaan manusia telah diperoleh siswa saat
Ho diterima apabila : melaksanakan kegiatan observasi secara
−𝑡(1−1/2𝛼)(𝑛1+𝑛2−2) ≤ 𝑡ℎ𝑖𝑡 ≤ 𝑡(1−1/2𝛼)(𝑛1+𝑛2−2)
berkelompok, untuk dikerjakan di luar pembelajaran.
Atau Diakhir pembelajaran guru memberikan test. Jadi
hasil belajar dalam penelitian ini diukur melalui hasil
test dan penilaian kinerja berupa tugas individual
3. HASIL DAN PEMBAHASAN hasil pembuatan laporan pemecahan masalah terkait
gangguan pencernaan secara mandiri oleh siswa.
Rata-rata kelas perlakuan dengan rata-rata kelas Pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol
kontrol terjadi perbedaan dimana rata-rata kelas berjalan melalui skenario pembelajaran pembelajaran
perlakuan lebih tinggi dari rata-rata kelas kontrol, langsung (diarec learning) dengan media power
hasil ini penelitian ini, dapat diiterpretasikan bahwa point sebagai berikut kegiatan awal selama 5 menit
pencapaian hasil belajar kelas perlakuan terkait diisi oleh guru dengan melaksanakan apersepsi
pembuatan laporan kegiatan pemecahan masalah motivasi dan menayangkan serta menyampaikan
materi sistem pencernaan, dalam pembelajaran topik dan tujuan atau kompetensi capaian setelah
biologi siswakelas XI, lebih tinggi dari pada kelas proses pembelajaran. Kegiatan inti terlaksana melalui
kontrol. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t kegiatan penjelasan guru terkait hal-hal yang harus

302 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya


Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 299-306

diperhatikan yakni tahapan pemecahan masalah, pintar menjadi lebih baik (Slavin, 1995). Hal ini
yakni penjelasan-penjelasan terkait dengan didukung oleh Ellis dan Fouts (1993), Ibrahim, dkk
observasi, perumusan masalah, perumusan hipotesis, (2000), dan Johnson dan Johnson (1991) yang
penyusunan prosedur kerja, hasil pemecahan masalah mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
dan pembuktian hipotesis, serta penyusunan memberikan keuntungan baik pada siswa atau siswa
kesimpulan. Setiap akhir penjelasan satu indikator pintar maupun kurang pintar. Kelompok kurang
hal yang perlu diperhatikan dalam pemecahan pintar memperoleh penjelasan dari teman sebaya
masalah sistem pencernaan, siswa diberi kesempatan yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.
untuk bertanya.Kegiatan inti terjadi selama 80 menit. Akibatnya pemahaman siswa yang kurang pintar ini
Kegiatan penutup dilaksanakan selama 5 menit menjadi lebih baik. Sementara siswa atau mahasiwa
dengan guru menyimpulkan dan memberikan tugas pintar pemahamannya akan meningkat, karena
kepada siswa secara individu untuk membuat laporan memberikan pelayanan sebagai tutor membutuhkan
pemecahan masalah lingkungan secara mandiri yang pemikiran yang lebih mendalam tentang hubungan
dikerjakan oleh setiap siswa , untuk dikerjakan di ide-ide yang terdapat dalam materi yang dibahasnya.
luar jam pembelajaran, dan memberikan tes diakhir Lord (2001) mengemukakan pembelajaran
pembelajaran. kooperatif dapat meningkatkan pemahaman materi
Hasil belajar siswa yang didasarkan pada hasil biologi siswa. pembelajaran kooperatif menjadikan
tes dan hasil kinerja berupa hasil pembuatan laporan siswa lebih banyak bertanya, berbicara, dan
pemecahan masalah ....sistem pencernaan, menjawab pertanyaan, sehingga pemahaman mereka
menunjukkan hasil belajar siswa yang dalam proses akan materi pelajaran menjadi lebih baik Lawrence
pembelajaran menggunakan model pembelajaran and Harvey (1998), dan Tejada (2002)
problem based learning (PBL) dengan media power mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
poin (kelas perlakuan), lebih tinggi dari pada hasil dapat meningkatkan hasil belajar akademik siswa.
belajar siswa yang dalam proses pembelajaran Pembelajaran kooperatif, menjadikan motivasi
menggunakan model pembelajaran langsung (diarec belajar semua anggota kelompok meningkat berkat
learning) dengan media power poin (kelas kontrol), adanya dorongan belajar dari setiap anggota
hal ini terjadi karena dalam pembelajaran kelas kelompok. Siswa atau siswa yang lemah akan
perlakuan siswa telah membuat terlebih dahulu termotivasi untuk belajar karena semua tertantang
laporan pemecahan masalah sistem pencernaan untuk saling mengemukakan ide-idenya.
bersama kelompok, dimana dalam kelompok Menurut teori Vigotsky (dalam Ibrahim dan
terrsebut terjadi proses diskusi internal antar siswa Nur, 2000) bekerja secara kooperatif menyediakan
dalam kelompoknya, sehingga memungkinkan peluang pada para peserta didik untuk lebih mungkin
terjadinya peningkatan pemahaman siswa melalui dapat memecahkan masalah kompleks yang
penjelasan yang diperolehnya dalam tutor teman barangkali tidak akan mereka capai bila bekerja
sebaya sesama anggota kelompok. sendirian. Saling memberikan bimbingan dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan pustaka- balikan dari teman sebaya sangat diperlukan. Bekerja
pustaka berikut yang menyatakan bahwa Hasil dalam kelompok teman sebaya membantu peserta
penelitian ini menunjang hasil penelitian Roth didik mengembangkan pengetahuan mereka melalui
(1994), dan Brown (2003) bahwa tugas yang argumentasi, kontroversi berstruktur, dan pengajaran
dikerjakan secara berkelompok akan meningkatkan timbal balik. Menurut Johnson dan Johnson (1991)
hasil belajar kognitif siswa atau siswa yang pembelajaran kooperatif mengarahkan aktivitas kelas
berkemampuan awal rendah dan tinggi, karena berpusat pada peserta didik. Pembelajaran berpusat
melalui tugas kelompok siswa memperoleh pada peserta didik menyediakan peluang kepada guru
pemahaman yang komprehensif dari hasil diskusi atau guru menggunakan lebih banyak waktu untuk
dengan teman sebaya. Hasil belajar kognitif dimensi melakukan diagnosis dan koreksi terhadap masalah-
bahwah yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan masalah yang dialami para peserta didik. Guru dapat
erat kaitannya dengan kemampuan berpikir tingkat melayani peserta didik melakukan konsultasi secara
tinggi yakni analisis, evaluasi, dan kreatif (hasil individual dan menyediakan kesempatan
belajar kognitif dimensi atas) (Gashen, 1996). berlangsungnya pengajaran one – on – one dan dalam
Kemampuan berpikir tingkat tinggi (hasil belajar kelompok kecil.
kognitif dimensi atas) diperoleh siswa atau siswa Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
melalui model pembelajaran problem based yang secara sadar dan sistematis mengembangkan
learning (PBL) karena melalui pembelajaran ini interaksi yang silih asah (saling mencerdaskan), silih
siswa memiliki kesempatan untuk memecahkan asih (saling menyayangi), dan silih asuh (saling
permasalahan nyata yang ada di sekitar siswa tenggang rasa) antara sesama siswa, latihan hidup
atausiswa, sehingga menjadi pelaku berpikir (Lee, dalam masyarakat nyata (Jamhir, 2001). Interaksi
1999; Lawson, 2000; Clifford, 2000). kooperatif akan memungkinkan siswa menjadi
Menurut teori elaborasi kognitif, pada sumber belajar bagi sesamanya. Penataan lingkungan
pembelajaran kooperatif yakni dalam ini terjadi pembelajaran dan jumlah anggota dalam kelompok
melalui kerja kelompok , siswa atau siswa yang kooperatif terdiri dari 4 – 5 orang, heterogenitas
lebih pintar memberikan penjelasan pada siswa atau anggota kelompok, bekerja sama face–to–face untuk
siswa yang kurang pintar. Akibatnya penguasaan mencapai tujuan bersama berdasarkan tanggung
materi pelajaran pada siswa pintar maupun kurang jawab secara individual dan rasa saling

Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS 303


Magdalena. Penerapan Model PBL serta Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Biologi

ketergantungan secara positif antar anggota.Melalui yang lebih mampu sehingga terjadi perbaikan
komponen masyarakat belajar (learning community) konsep dan pada akhir diskusi akan muncul
dalam pembelajaran kontekstual. pemahaman yang lebih baik. Kelompok kurang
Menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh pintar memperoleh penjelasan dari teman sebaya
dari hasil kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama
diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, sehingga memotivasi belajar pada anggota kelompok.
dan antara yang tahu ke pada yang belum tahu. Akibatnya pemahaman siswa yang kurang pintar ini
Dalam kelas kontekstual guru disarankan selalu menjadi lebih baik. Sementara siswa pintar
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok- pemahamannya akan meningkat, karena memberikan
kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok- pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran
kelompok yang anggotanya heterogen. Siswa yang yang lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang
pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi terdapat dalam materi yang dibahasnya (Slavin,
tahu kepada yang tidak tahu, yang cepat menangkap 1995; Lord, 2001)
mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai Pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran
gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. diterapkan melalui model pembelajaran problem
Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat based learning (PBL) bertujuan membekali siswa
belajar memberi informasi yang diperlukan oleh dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat
teman bicaranya dan sekaligus juga meminta diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan ke
informasi yang diperlukan dari teman belajarnya permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks
(Nurhadi, 2002; Depdiknas, 2003) lainnya (Depdiknas, 2002). Lee (1999)
Kegiatan saling belajar bisa terjadi apabila tidak mendefinisikan transfer adalah kemampuan untuk
ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak berpikir dan berargumentasi tentang situasi baru
ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak melalui penggunaan pengetahuan awal. Pembelajaran
ada pihak yang menganggap paling tahu, semua kontekstual merupakan suatu konsep yang didukung
pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus oleh berbagai penelitian aktual di dalam ilmu kognitif
merasa bahwa setiap orang lain memiliki (cognitive science). Pembelajaran kontekstual
pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang menempatkan siswa dalam konteks belajar bermakna
berbeda yang perlu dipelajari. Kalau setiap orang yang menghubungkan pengetahuan awal siswa
mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus
bisa menjadi sumber belajar. Ini berarti setiap orang memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa
akan sangat kaya dengan pengetahuan dan dan peran guru (Depdiknas, 2002).
pengalaman (Lawrence and Harvey, 1998; Tejada, Center for Occupational Research and
2002). Development (CORD) menyampaikan 5 strategi bagi
Praktik learning community dalam pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran
pembelajaran ini terwujud dalam pembentukan kontekstual yang disingkat dengan REACT, yaitu,
kelompok kecil atau besar, kelompok berkesempatan (1) relating belajar dikaitkan dengan konteks
berdiskusi dengan ahli terkait masalah sistem pengalaman kehidupan nyata, (2) experiencing
pencernaan, bekerja dengan teman sederajat, bekerja belajar ditekankan kepada penggalian (exploration),
kelompok dengan kelas di atasnya, bekerja dengan penemuan (discovery), dan penciptaan(invention), (3)
masyarakat. Kerja kelompok me kegiatan pemecahan applying belajar bilamana pengetahuan
masalah sistem pencernaan yang diterapkan dalam dipresentasikan di dalam konteks pemanfaatannya,
penelitian ini merujuk pada ketentuan-ketentuan (4) cooperating belajar melalui konteks komunikasi
pembelajaran kooperatif, learning community, yang interpersonal, pemakaian bersama, dan (5)
dipersyaratkan oleh para ahli yang telah disebutkan transferring belajar melalui pemanfaatan
pada alinea di atas. Pencapaian hasil belajar kognitif pengetahuan di dalam situasi atau konteks baru
lebih baik oleh siswa pada pembelajaran dalam (Depdiknas, 2002).
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Menurut Nurhadi (2002), pembelajaran
problem based learning (PBL) dan kerja kelompok kontekstual adalah konsep belajar yang membantu
telah menunjang teori tentang keberhasilan guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
pembelajaran kooperatif dan/atau learning dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
community (Nurhadi, 2002; Lawrence and Harvey, siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
1998; Tejada, 2002). dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
Teori lain yang dibuktikan adalah teori mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
perkembangan kognitif, teori elaborasi kognitif, dan komponen utama pembelajaran efektif, yakni
teori motivasi. Pembelajaran kooperatif merupakan konstruktivis, bertanya, menemukan, masyarakat
pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelompok belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian
kecil yang bekerja bersama-sama untuk sebenarnya. Sebuah kelas dikatakan menggunakan
memaksimalkan penguasaan materi yang dipelajari. pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL)
Di dalam pembelajaran ini terjadi proses saling jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam
membantu di antara anggota kelompok agar semua pembelajaran.
anggota kelompok menguasai materi yang sedang Menurut Ardana (2000) dan Gilbert, et al
dipelajari. Pada saat diskusi kelompok akan muncul (2002) pembelajaran kontekstual memungkinkan
konflik kognitif dan rasional yang lemah dibantu penggunaan prinsip-prinsip belajar yang berorientasi

304 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya


Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 299-306

belajar secara kolaboratif, belajar kontekstual yang 4. KESIMPULAN


didasarkan pada dunia nyata dan belajar yang
berdasarkan pada motivasi intrinsik diharapkan akan Mengacu pada mmasalah, hasil penelitian dan
memberikan hasil yang lebih baik. Melalui belajar pembahasan, maka terdapat beberapa hal yang dapat
secara kooperatif memungkinkan terjadi kolaborasi dijadikan kesimpulan sebagai berikut:
pengetahuan di antara siswa (Slavin, 1995; Ibrahim, a. Hasil belajar (rata-rata postest) mata pelajaran
2000; Lie, 2002). Pembelajaran kontekstual adalah Biologi SMAN 5 kota samarinda kelas XI
perpaduan dari berbagai praktik pengajaran yang setelah proses pembelajaran tidak menerapkan
baik yang berupaya mengadakan pendekatan model pembelajaran problem based learing
pembaharuan pendidikan, sehingga diharapkan adalah sebesar 65
pembelajaran makin relevan dan berguna secara b. Hasil belajar (rata-rata postest) mata pelajaran
fungsional bagi seluruh siswa (Nur, 2001; Sears, et IPA biologi SMAN 5 kota Samarinda kelas XI
al, 2001; Johnson, 2002) Hasil penelitian ini tahun ajaran 2015 setelah proses pembelajaran
menunjang hasil penelitian Roth (1994), dan Brown menerapkan model pembelajaran problem
(2003) bahwa peta konsep kelompok akan based learing adalah sebesar 2,60
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang c. Penerapan model pembelajaran problem based
berkemampuan awal rendah dan tinggi, karena learning (PBL) dalam pembelajaranBiologi
melalui peta konsep kelompok siswa memperoleh berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa
pemahaman yang komprehensif dari hasil diskusi SMAn 5 kota samarinda kelas XI tahun ajaran
dengan teman sebaya. Hasil belajar kognitif dimensi 2015. Hasil ini dibuktikan melalui hasil uji
bahwah yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan statistik dengan menggunakan uji t diperoleh
erat kaitannya dengan kemampuan berpikir tingkat 2,60.
tinggi yakni analisis, evaluasi, dan kreatif (hasil
belajar kognitif dimensi atas) (Gashen, 1996). 5. SARAN
Kemampuan berpikir tingkat tinggi (hasil belajar
kognitif dimensi atas) diperoleh siswa melalui
Mengacu pada kesimpulan maka ada beberapa hal
pembelajaran kontekstual karena melalui
yang menjadi saran agar pihak yang tertarik
pembelajaran ini siswa memiliki kesempatan untuk menggunakan hasil penelitian ini dapat memperoleh
memecahkan permasalahan nyata yang ada di sekitar
hasil yang maksimal sebagai berikut:
siswa, sehingga menjadi pelaku berpikir (Lee, 1999;
a. Sebelum pembelajaran guru telah
Lawson, 2000; Clifford, 2000). mempersiapkan tugas pemecahan masalah
Pembelajaran kontekstual dalam hal ini melalui
gangguan sistem pencernaan yang akan di
penerapan model pembelajaran problem based
kerjakan secara berkelompok dengan secara
learning (PBL) memberikan pengaruh lebih baik mandiri misalnya tugas kelompok terkait sistem
terhadap hasil belajar kognitif. Ini berarti bahwa
pencernaan (gangguan pencernaan) sedangkan
siswa belajar lebih efisien pada saat mereka
tugas individual terkait ganguan pencernaan..
diperkenankan untuk bekerja secara bersama-sama b. Pastikan bahwa siswa tidak mengalami lagi
(cooperative) dengan siswa lainnya dalam satu
kebingungan sebelum mereka melaksanakan
kelompok atau tim (Fouts, 1993; Harvey, 1998; Lord,
pemecahan masalah sistem pencernaan baik
2001). Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya secara berkelompok maupun secara mandiri,
bahwa pembagian kelompok dalam penelitian ini
dan guru tetap menjadi fasilitator sewaktu-
mengacu pada prinsip pembelajaran kooperatif
waktu siswa butuh konsultasi.
merupakan pembelajaran yang memiliki kadar CBSA c. Pembagian waktu saat kelompok pemaparan
yang tinggi. Salah satu kemasan pembelajaran yang
secara klasikal dalam pembelajaran harus
memiliki aspek kolaborasi adalah kemasan
dipatuhi demikian juga dengan pembagian
pembelajaran kooperatif (Slavin,1995). Menurut teori peran dalam presentasi misalnya presenter,
motivasi, setiap kelompok kooperatif akan
moderator, penjawab, penulis pertanyaan, dan
berusaha memperoleh skor/nilai yang tinggi
sebagainya.
dengan harapan memperoleh reinforcement/rewards.
Motivasi pada setiap anggota kelompok akan saling
membantu antar sesamanya untuk menguasai materi
pelajaran dengan baik. 6. DAFTAR PUSTAKA
Slavin (1995) mengemukakan bahwa menurut
teori perkembangan kognitif, interaksi yang terjadi Agung, A.A. Gede. (2005). Metodologi Penelitian
antar anggota kelompok kooperatif akan dapat Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu
meningkatkan penguasaan dan pemahaman konsep- Pendidikan.
konsep yang dipelajari. Pasangan yang lebih mampu Ahmadi, Abu (1991). Psikologi Belajar. Jakarta :
akan membantu pasangan yang lemah. Pada saat Rineka Cipta.
diskusi kelompok akan muncul konflik kognitif dan Ali, Mohhamad. (2009). Ilmu dan Aplikasi
rasional yang lemah dibantu yang lebih mampu Pendidikan. Bandung : PT Imperial Bhakti
sehingga terjadi perbaikan konsep dan pada akhir Utama.
diskusi akan muncul pemahaman yang lebih baik.

Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS 305


Magdalena. Penerapan Model PBL serta Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Biologi

Amir, M. Taufiq. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Nurhadi. (2004). Pembelajaran Kontekstual
Problem Based learning. Jakarta: Kencana (Contextual teaching and Learning/CTL).
Prenada Media Group. Malang : Universitas Malang.
Budhayanti, Clara Ika Sari. (2008). Pemecahan Poerwadarminta, W.J.S. (1984). Kamus Umum
Masalah Matematika. Direktorat Jendral Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka.
Pendidikan tinggi. Riedesel, C. A..Scchwart, J.E., & Clement, D.H.
Hudojo, Herman. (1988). Strategi Pembelajaran (1996). Teaching Elementry School mathematic.
Matematika. Malang: Balai Pustaka. Boston: Allyn and Bacon.
McNiff, J. (1992). Action Reaseach Principles. Tan, Oon-seng. (2003). Problem Based Learning
London: Routledge. Innovation: Using Problem to Power Learning.
in 21st Century, thompson Learning.
Wee Keng & Megan A. Kek. (2002). Authentic
Problem Based learning: Rewriting Business
Education. Prenti

306 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya

Anda mungkin juga menyukai