Anda di halaman 1dari 12

Ahmad Nafiq | 1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI


MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER
KELAS 4 SDN 2 TRUKO

Oleh
Ahmad Nafiq
29201323@sudent.uksw.edu

Wahyu Purwiyastuti, S.S., M.Hum.


purwi_astuti@yahoo.com
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan nilai siswa kelas 4 di SDN 2
Truko pada mata pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT). Jenis penelitian ini Penelitian Tindakan Kelas.
Penelitian dilaksanakan dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pos
tes dilaksanakan pada pertemuan kedua pada setiap siklus yang menggunakan soal
pilihan ganda sebanyak 25 soal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model
pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
Kata kunci: Peningkatan Hasil Belajar Melalui NHT (Numbered Head Together) IPS
SD

PENDAHULUAN
Sejak manusia dilahirkan di bumi ini kita tidaklah bias lepas dari orang lain,
walau manusia dinobatkan sebagai mahluk individu tetapi manusia tidak bias lepas
sebagai mahluk sosial, oleh karena itu sejak manusia lahir di bumi ini diajarkan untuk
bersosialisasi dengan semua yang ada di bumi, baik lingkungan fisik maupun non fisik.
Menginngat sangat pentingnya sosial sehingga pengetahuan sosial harus diajarkan
sejak dini.
Adapun muatan mata pelajaran disekolah mulai jenjang Sekolah Dasar sampai
perguruan tinggi yang memuat sosial manusia adalah pelajaran IPS. Pengertian IPS
menurut ahli sebagai berikut, Ilmu Pengetahuan Sosial atau (IPS) adalah ilmu yang
dihubungkan dengan manusia dan iteraksinya dengan ligkungan fisik dan sosial yang
menyangkut hubungan kemanusiaan, Michaelis, 1957 (dalam Suwarso, dkk 2007: 1).
Mengingat betapa pentingya mata pelajaran IPS ini maka guru dituntut untuk
mengemas materi pembelajaran dengan menarik minat belajar siswa khususnya mata
pelajaran IPS.
Berdasarkan hasil observasi di SDN 02 Truko kelas 4 menyatakan bahwa
prestasi belajar siswa masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil observasi siswa
secara keseluruhan berjumlah 16 siswa, pada kondisi awal, siswa yang dinyatakan
tuntas KKM berjumlah 5 siswa yang dinyatakan tuntas, sedangkan siswa yang tidak
2 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017

tuntas berjumlah 11 orang. Kriteria Ketuntasan Minimal atau KKM di SDN 2 Truko
adalah 70.
Berdasarkan kondisi awal dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa di SDN
2 Truko dapat digolongkan kurang memuaskan, dikarenakan guru selalu menggunakan
metode mengajar yang sam, siswa merasa bosan dengan proses pembelajaran, siswa
kurang di ikut sertakan dalam proses pembelajaran, oleh karena itu hasil belajar nilsi
siswa menjadi kurang. Atas dasar nilai siswa yang kurang memuaskan peneliti
melaksanakan observasi pengamatan pada proses pembelajaran di kelas 4.
Dalam proses pengamatan peneliti menemukanpermasalahan yang muncul
dalam proses pembelajaran pada kondisi awal, antara lain minat belajar siswa yang
kurang, siswa sering ribut sendiri dan tidak memperhatikan proses pembelajaran, siswa
kurang proaktif didalam proses pembelajaran. Tehnik ceramah memiliki beberapa
kelemahan antara lain sulit bagi siswa yang mempunyai kemampuan menyimak lemah,
peran guru lebih banyak dibandingkan sumber belajar, proses pembelajaran dalam
otoritas guru oleh karena itu peran serta siswa dalam kegiata pembelajaran kurang.
Berdasarkan prngamatan, peneliti ingin mencoba model pembelajaran Numbered Head
Together yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 di SDN 2
Truko.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti menetapkan rumusan
madalah sebagai berikut:
a. Apakah penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 4 SDN 2 Truko?
b. Apakah penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together tingkat
ketuntasan siswa dapat mencapai 80% secara klasikal?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang berjenis Penelitian Tindakan Kelas ini adalah
a. Meningkatkan hasil belajar IPS kelas 4 di SDN 2 Truko dengan menggunakan
model pembelajaran Numbered Head Together.
b. Peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model
pembelajaran Numbered Head Together guna meningkakatkan ketuntasan hasil
belajar IPS siswa SDN 2 Truko dengan batas ketuntasan minimal 80% secara
klasikal.

KAJIAN PUSTAKA
Pengertian IPS
Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang diajarkan dari tingkat
pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggipun masih diajarkan. Adapun
pengertian IPS menurut ahli antara lain diutarakan oleh Rudy Gunawan (2011)
menyatakan bahwa mata pelajaran IPS pada dasarnya akan membentuk pribadi
manusia menjadi pribadi yang baik dan bertanggung jawab.
Pendapat ahli selanjutnya dikemukakan oleh Wesley (dalam Suwasono, dkk,
2007), menyatakan bahwa pelajaran IPS sebagai bagian dari nilai- ilai sosial yang
Ahmad Nafiq | 3

dipilih untuk tujuan pendidikan.IPS adalah mengkaji manusia dalam hubungan dengan
lingkungan sosial, dikemukakan oleh Jean Jarolimek , 1967 ( Suasono, dkk 2007).
Berdasarkan pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran IPS
membentuk pribadi individu manusia menjadi pribadi yang bertanggung jawab kepada
diri sendiri dan orang lain dalam lingkungan sosial baik dijenjang pendidikan maupun
dalam masyarakat untuk menjadi pribadi yang baik.

Pengertian Numbered Head Together (NHT)


Dalam peneltian ini peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT). Model pembelajaran Numbered Head Together merupakan model
pembelajaran yang menekankan kepada aspek keaktifan siswa didalam proses
pembelajaran, selain itu model pembelajaran NHT ini menekankan kepada pola belajar
bekerja sama dengan teman sejawat atau menggunakan tutor sebaya untuk belajar.
Adapun pengertian Numbered Head Together yang diemukakan oleh Spenser
Kagen (dalam Trianto 2009:82) model pembelajara NHT adalah untuk melibatkan
lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam sautu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Selanjutnya pengertian NHT diutarakan oleh Isjoni (2010) menyatakan bahwa
model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan idea tau gagasan dan pertimbangan jawaban yang paling tepat
Model pembelajaran NHT melibatkan siswa dalam membahas bahan pelajaran
dan mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran yang dipelajari Ibrahim
(2000:28)
Berdasarkan pengertian Numbered Head Together dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran Numbered Head Together merupakan model pembelajaran yang
melibatkan siswa kedalam penelaahan materi pembelajaran dengan cara berkelompok
untuk membahas materi pembelajaran ataupun jawaban sebuah soal untuk mencari
jawaban yang paling tepat.
Adapun sintaks model pembelajaran Numbered Head Together menurut
Trianto (2007) langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
antara lain 1) Penomoran, membagi siswa sesuai kedalam beberapa kelompok. 2)
Mengajukan pertanyaan, guru menyampaikan pertanyaan dengan diambil dari materi.
3) Berfikir bersama, siswa bekerja kelompok sesuai dengan kelompok masing-masing
guna mencari jawaban dari pertanyaan guru. 4) Menjawab, siswa menjawab
pertanyaan dari guru dengan jawaban kelompok.
Sintak model pembelajaran Numbered Head Togetherdapat dicermati dalam
Tabel 1 implementasi model pembelajaran Numbered Head Togetherpada kegiatan
guru dan siswa sebagai berikut.
4 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017

Tabel 1 : Implementasi Kegiatan Guru dan Siswa dengan Menggunakan Sintaks


Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
No Langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pembelajaran
1 Penomoran, membagi Guru membagi siswa Siswa menempatkan diri
siswa sesuai kedalam kedalam kelompok kecil sesuai dengan kelompok
beberapa kelompok sesuai dengan jumlah yang masing-masing.
sejumlah 3-5 siswa ditentukan oleh guru
Guru memberikan
pengarahan kepada siswa
untuk berkelompok
2 Mengajukan Guru mengajukan Siswa menelaah pertanyaan
pertanyaan, guru pertanyaan dengan mengacu dari guru.
memberikan kepada materi pembelajaran.
pertanyaan kepada
seluruh kelompok
dengan diambil dari
materi pembelajaran.
Guru mengajak siswa untuk
berdiskusi di dalam
kelompok masing-masing.
3 Berfikir bersama, Guru mengarahkan siswa Siswa berdiskusi untuk
semua anggota untuk berdiskusi sesuai mengidentifikasi masalah
berdiskusi dan setiap dengan materi yang dan merencanakan apa yang
anggota berhak disajikan oleh guru . akan mereka lakukan untuk
mengeluarkan menyelesaikan masalah
pendapatnya untuk mengenai materi yang
memajukan dipelajarai
kelompoknya.
Guru tetap di dalam kelas Siswa berdiskusi dan
dan mengawasi serta menarik kesimpulan dari
mengarahkan dan beberapa informasiyang
membimbing siswa di dalam telah didapat. Setiap siswa
pembelajaran. harus memahami jawaban
akhir dari kelompok.
4 Menjawab, siswa Guru memanggil nomor Siswa yang dipanggil oleh
harus menjawab tertentu dan siswa yang guru menjawab pertanyaan
pertanyaan yang telah dipanggil nomornya akan sesuai dengan jawaban akhir
diberikan dari guru. menjawab pertanyaan untuk dari kelompok, atau
seluruhkelas. menjawab dengan hasil
diskusi dari kelompok.

Sumber : Trianto (2007)


Ahmad Nafiq | 5

METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan merupakan proses yang memberikan kepercayaan kepada
pengembangan kekuatan berfikir reflektif, diskusi, penentuan keutusan dan kolektif
dalam mengatasi kesulitan yang mereka hadapi dalam kegatan, (Nana Syaodih
Sukmadinata (2010: 145).
Langkah-langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas diutarakan oleh Arikunto
(2006:19) Lngkah-langkah dalam proses Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari
beberapa langkah antara lain perencanaan, setelah dilaksanakan perencanaan maka
dilaksanakan pelaksanaan, setelah dilaksanakan maka dilaksanakan refleksi, yang
kemudian kembali ke proses perencanaan sampai pada saatnya tercapai apa yang ingin
dicapai didalam penelitian guna memperbaiki kualitas proses pembelajaran guru dan
siswa dan dilaksanakan secara berkesinambungan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Pada kondisi awal peneliti melaksanakan observasi dengan mengamati siswa
kelas 4 SDN 2 Truko dengan jumlah siswa 16 siswa, dalam proses ini peneliti
mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dan siswa. Observasi ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui proses pembelajaran dan kondisi nilai
awal siswa sebelum dilaksanaknnya Penelitian Tindakan Kelas.
Pada kondisi awal peneliti menyimpulkan bahwa 1) Proses pembelajaran
berpusat pada guru, dikarenakan guru menggunakan tehnik ceramah. 2) Dalam proses
pembelajaran terdapat siswa yang sibuk sendiri seperti mengobrol dengan teman. 3)
Aktifitas siswa hanya memperhatikan penjelasan dari guru. 4) Prestasi belajar siswa
yang rendah.
Pada kondisi awal, siswa yang dinyatakan tuntas KKM terdapat 5 siswa atau
(31,25%) dan 11 atau (68,75%) siswa yang tidak tuntas KKM. Rata-rata nilai siswa
60,34 dan nilai tertinggi 80 seta nilai terendah siswa adalah 40. Berdasarkan
permasalahan tersebut peneliti mengadakan Penelitian Tindakan Kelas di SDN 2
Truko diharapkan tingkat ketuntasan siswa mencapai 80% dari jumlah siswa 16 siswa,
dari pembahasan diatas dapat di sajikan dalam bentuk Tabel 2 sebagai berikut

Tabel 2 : Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 4 SD 2 Truko Tahun Ajaran 2017/2018


Kondisi Awal
No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 70 5 31,25%
2. Belum Tuntas ˂ 70 11 68,75%
Jumlah 16 100%
Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017
6 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017

Siklus I
Dalam pelaksanaan siklus terdapat dua kali pertemuan, pada pertemuan
pertama pada siklus I materi yang disajikan adalah mengenal raja-raja dari kerajaan
Hindu, Budha, dan Islam yang pernah memerintah di Indonesia. Pada proses
pembelajaran pertama siklus I peneliti bekerja sama dengan teman sejawat guna
membantu untuk mendokumentasikan dan guru kelas sebagai observer dan peneliti
sebagai praktikan, pada pertemuan pertama siklus I praktikan melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan RPP yang sudah didiskusikan dengan dosen pembimbing
dan guru kelas beserta praktikan. Secara garis besar proses pembelajaran berjalan
secara lancar dan sesuai dengan RPP, akan tetapi ada beberapa catatan penting yang
dituliskan oleh observer antara lain, 1) Praktikan terlihat kurang menguasai kelas,
dikarenakan praktikan sibuk dengan mengamati RPP dikarenakan tidak hafal langkah-
langkah dalam proses implementasi RPP. 2) Praktikan tidak menguasai RPP. 3) Secara
keseluruhan RPP telah dilaksanakan tetapi perlu diadakan perbaikan guna
memperlancar proses pembelajaran. Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru
tingkat keberhasilan mencapai 74% dari total keseluruhan kegiatan guru.
Sedangkan kegiatan siswa terdapat catatan penting dari observer antara lain
siswa kurang terkoordinasi dalam proses pembelajaran, selain itu terdapat beberapa
langkah siswa yang tidak dilaksanakan oleh siswa antara lain adalah siswa aktif
didalam proses pembelajaran, dan siswa masih terkesan gaduh didalam proses
pembagian kelompok dan penomoran karena siswa kurang faham jalannya proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran NHT. Secara keseluruhan
presentase keberhasilan mencapai (83%) dari jumlah keseluruhan kegiatan.Pada
pertemuan I peneliti melaksanakan evaluasi kegiatan, hasil dari evaluasi dilaksanakan
pada siklus I pertemuan II.
Pelaksanaan siklus I pertemuan II dengan materi sejarah kerajaan Hindu,
Budha dan Islam di Indonesia dalam proses pembelajaran menunjukkan kegiatan guru
dan siswa terdapat beberapa hal yang terabaikan antara lain, kegiatan guru masih ada
yang terlewatkan antara lain menyampaikan salam pembukaan, menyampaikan tujuan
pembelajaran. Secara keseluruhan proses pembelajaran berjalan dengan lancar.
Sedangkan kegiatan siswa yang tidak terlaksana adalah membalasa salam dari guru,
selain itu siswa berperan aktif didalam proses pembelajaran, karena peran aktif siswa
belum terlihat menonjol, siswa belum menanggapi jawaban siswa lain. Persentase
secara keseluruhan kegiatan guru mencapai 92% dari total keseluruhan dapat dikatakan
sangat baik. Sedangkan kegiatan siswa mencapai 88% dari total keseluruhan dari
persentase tersebut dapat dikatakan sangat baik.
Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I dapat disajikan dalam bentuk Table
3 sebagai berikut.
Ahmad Nafiq | 7

Tabel 3 : Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 4 SDN 2 Truko Tahun Ajaran


2017/2018 Siklus I
No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 70 9 56,25%
2. Belum Tuntas ˂ 70 7 37,5 %
Jumlah 16 100%
Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 3 dapat diuraikan bahwa tingkat ketuntasan siswa pada
siklus I adalah 9 siswa atau 56,25% dan siswa yang tidak tuntas KKM berjumlah 7
siswa atau 37,5% dari jumlah siswa secara keseluruhan. Berdasarkan nilai belajar
siswa siklus I nilai tertinggi adalah 88 dan nilai terendah adalah 40 serta nilai rata-rata
pada siklus I ini adalah 72,06.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I sudah terlihat kenaikan hasil belajar
siswa pada kondisi awal tingkat ketuntasan hasil belajar siswa hanya mencapai 5 siswa
atau 31,25% dari jumlah keseluruhan siswa, dan siswa yang tidak tuntas mencapai 11
siswa atau 68,75% .
Berdasarkan pembahasan diatas dapat dilihat perbandingan hasil belajar siswa
konsidi awal siswa dan hasil tindakan siklus I dalam Tabel 4.

Tabel 4 : Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 4 SDN 2 TrukoTahun


Ajaran 2017/2018 Siklus I dan Siklus II
No Nilai Kondisi Awal Siklus I
Jumlah Persentase Jumlah
Siswa % Siswa Persentase %
1 Tuntas 5 31,25% 9 56,25%
2 Belum Tuntas 11 68,75% 7 37,5%
Jumlah 16 100% 16 100%
Rata rata 64 72,06
Nilai Tertinggi 85 88
Nilai Terendah 40 40
Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 4 dapat disajikan dalam bentuk Diagram 1 sebagai berikut.
8 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017

12
10
8
6
4
2
0

Belum
Tuntas
Tuntas
Kondisi Awal Jumlah
5 11
Siswa
Kondisi Awal Persentase
0 0
%
Siklus I Jumlah Siswa 9 7
Siklus I Persentase % 0 0 0

Gambar 1 : Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 4 SDN 2 Truko


Tahun Ajaran 2017/2018 Siklus I dan Siklus II
Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 3 dan Diagram 1 dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
tindakan siklus I telah mengalami kenaikan, akan tetapi belum mencapai target
ketuntasan siswa secara klasikal dengan kriterian keberhasilan penelitian sebesar 80%,
sementara pada tindakan siklus I baru mencapai 56,25% dengan demikian penelitian
pada siklus I belum berhasil, sehingga peneliti melanjutkan ke siklus II.

Siklus II
Dalam pelaksanaan siklus II terdiri dari dua pertemuan, pada pertemuan I siklus
II dengan materi Kerajaan Islam di Indonesia membahas mengenai Sultan Iskandar
Muda dan Sultan Hasanudin. Pada proses pembelajaran peneliti selaku praktikan
didampingi dengan teman sejawat guna mendokumentasikan kegiatan pembelajaran
dan guru kelas sebagai observer.
Berdasarkan hasil pengamatan observer langkah-langkah kegiatan guru sudah
terlaksana dengan baik, sesuai dengan langkah-langkah dalam RPP, akan tetapi guru
masih terlihat membuka RPP karena lupa langkah-langkahnya. Berdasarkan penilaian
observer praktikan telah mencapai ketuntasan sebesar 96% dari jumlah kegiatan secara
keseluruhan hal ini dapat dikategorikan mendekati sempurna. Sedangkan kegiatan
siswa masih terdapat kegiatan siswa yang tidak terlaksama amtara lain, masih terdapat
siswa kurang aktif didalam proses berfikir bersama, selain itu masih terdapat siswa
tidak mau menanggapi jawaban dari kelompok lain. Secara keseluruhan kegiatan siswa
tercapai sebesar 92% dari total keseluruhan kegiatan siswa.
Pertemuan II pada siklus II, pada pertemuan kedua kegiatan berjalan semakin
baik daripada pertemuan yang lalu, dari total keseluruhan kegiatan guru mencapai
persentase 96% dikarenakan praktikan melompati dan mengulang proses pembelajaran
dan kegiatan siswa mencapai 96% karena terdapat beberapa siswa yang tidak mau
Ahmad Nafiq | 9

memberikan pendapat dan sanggahan kepada kelompok lain, selain itu terdapat siswa
yang tidak berperan aktif didalam proses berfikir bersama.
Hasil belajar siswa pada siklus II dapat disajikan dalam Tabel 5sebagai berikut
Tabel 5 : Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 4 SDN 2 Troko Tahun Ajaran
2017/2018 Siklus II
No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 70 14 87,5%
2. Belum Tuntas ˂ 70 2 12,5%
Jumlah 16 100%
Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017
Bersumber dari Tabel 5 dapat dicermati bahwa tingkat ketuntasan siswa pada
siklus II mencapai 14 siswa dari jumlah keseluruhan siswa 16 atau dalam bentuk
persen (87,5%) dan siswa yang tidak tuntas mencaoai KKM adalah 2 siswa atau
(12,5%). Berdasarkan nilai dari siklus II nilai rata-rata yang diperoleh secara klasikal
adalah 76,37 dan nilai tertinggi siswa adalah 90 dan nilai terendah adalah 65
Berdasarkan hasil belajar siswa siklus II kembali mengalami kenaikan hasil
belajar siswa.Perbandingan hasil belajar siswa siklus I dan siklus II dapat disajikan
dalam Tabel 6 dan Diagram 2.

Tabel 6 : Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 4 SDN 2 Truko Tahun


Ajaran 2017/2018 Siklus I dan Siklus II
No Nilai Siklus I Siklus II
Jumlah Persentase % Jumlah Siswa Persentase
Siswa %
1 Tuntas 9 56,25% 14 87,5%

2 Belum 7 37,5% 2 12,5%


Tuntas
Jumlah 16 100% 16 100%
Rata rata 72,06 76,37
Nilai Tertinggi 88 90
Nilai Terendah 40 65
Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 6 perbandingan hasil belajar siswa siklus I dan siklus II
dapat digambarkan pada Diagram 2 sebagai berikut.
10 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017

16
14
12
10
8
6
4
2
0
Tuntas Belum Tuntas
Siklus I Jumlah Siswa 9 7
Siklus I Persentase % 0 0 0
Siklus II Jumlah Siswa 14 2
Siklus II Persentase % 0 0

Gambar 2 : PerbandinganKetuntasan Belajar Siswa Kelas 4 SDN 2 Truko Tahun


Ajaran 2017/2018 Siklus I dan Siklus II
Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017
Berdasarkan tabel perbandingan hasil belajar siklus I dan II terus mengalami
kenaikan tingkat hasil belajar siswa.Pada tindakan siklus II penelitian dapat
disimpulkan bahwa tindakan siklus II telah tuntas, karena telah mencapai target lebih
dari standar ketuntasan siswa secara klasikal sebesar 80%. Penelitian pada siklus II
ketuntasan belajar siswa mencapai 87,5% dari jumlah siswa secara klasikal.
Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa kondisi awal, siklus I, dan siklus II
dapat disajikan dalam bentuk Tabel 7 dan Diagram 3.

Tabel 7 : Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas 4 SDN 2 Truko


Tahun Ajaran 2017/2018 Kondisi Awal Siklus I dan Siklus II
No Nilai Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Siswa % Siswa % Siswa %
1 Tuntas 5 31,25% 9 56,25% 14 87,5%

2 Belum 11 68,75% 7 37,5% 2 12,5%


Tuntas
Jumlah 16 100% 16 100% 16 100%
Rata rata 64 72,06 76,37
Nilai 85 88 90
Tertinggi
Nilai 40 40 65
Terendah
Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017
Ahmad Nafiq | 11

16
14
12
10
8
6
4
2
0 JumlahPersentasJumlahPersentasJumlahPersentas
Siswae %Siswae %Siswae %
Kondisi AwalSiklus ISiklus II
Tuntas 5 0 9 0 14 0
0
Belum Tuntas 11 0 7 0 2 0

Gambar 3 : Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 4 SDN 2 Truko


Tahun Ajaran 2017/2018 Siklus I dan Siklus II
Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 7 dan Diagram 3 dapat diuraikan bahwa dari kondisi awal
dan dilaksanakan siklus I terdapat kenaikan ketuntasan sebanyak 4 anak atau 25%,
sedangkan tindakan siklus II mengalami kenaikan sebanyak 5 anak atau 31,25%.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil belajar siswa siklus I dan II menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran NHT pada mata pelajaran IPS dikelas 4 di SDN
2 Truko menunjukkan hasil pembelajaran siswa yang signifikan dengan bukti hasil
belajar siswa dari kondisi pra siklus ke siklus I mengalami kenaikan sebanyak 4 siswa
atau 25% sedangkan tindakan siklus II mengalami kenaikan kembali sebesar 5 anak
atau 31,25%. Berdasarkan penelitian siklus II penelitian ini dikatakan tuntas karena
telah mencapai standar ketuntasan siswa secara klasikal lebih dari 80%, penelitian
siklus II ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 87,5% dari jumlah siswa secara
klasikal.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sriwinda Mana’a,
dkk (2014:1-12) yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran
IPS Dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Kelas IV SDN Lolong
Banggai Kepulauan yang menyatakan bahwa model pembelajaran pembelajaran
kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada tindakan siklus I
memperoleh rata-rata 66,29 dan pada siklus II memperoleh rata-rata 85,87.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Bijanti (2016 1-6) dengan judul Peningkatan
Kemampuan Menghargai Keragaman Suku Budaya Indonesia Melalui Pembelajaran
NHT, dalam penelitian ini menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together scukup efektif untuk diterapkan dalam mata pelajaran IPS.
12 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017

Saran
Berdasarkan penelitian idealnya terdapat beberapa hal yang harus di perhatikan
antara lain, 1) Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
pada mata pelajaran IPS maupun pada proses pembelajaran yang lain. 2) Hendaknya
guru menggunakan model-model pembelajaran sesuai dengan materi yang akan
disampikan, dengan kata lain lakukanlah analisis materi dan model pembelajaran
terlebih dahulu agar tidak salah memilih model yang tepat untuk menyampaikan materi
ajar.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Bijanti.2016. Peningkatan Kemampuan Menghargai Keragaman Suku Budaya
Indonesia Melalui Pembelajaran NHT.Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 17 (4)
1-6
Gunawan, Rudy.2011. Pendidikan IPS: Filosofi,Kkonsep dan Aplikasi. Bandung
Alfabeta
Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif . Surabaya, Universitas Negeri
Surabaya.
Isjoni.(2008). Cooperative Learning.Bandung: Alfabeta.
Mana’a, Sriwinda, dkk (2014) Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran IPS
Dengan Menggunakan Pembelajarn Kooperatif Tipe NHT di Kelas IV SDN
Lolong Kecamatan Tingankung Utara Kabupaten Baggai Kepulauan. Jurnal
Kreatif Tadulako Online, 3(3) 1-12
Suarsono, dkk. 2007. Pendidikan IPS (Pembelajaran IPS), Salatiga, Wisya Sari Pree
Salatiga.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung; PT.
Remaja Rosdakarya.
Trianto, (2009).Mendesain Pembelajaran Inovatif-Progresif.Jakarta: Kencana Prenada
Media Group

Anda mungkin juga menyukai