Anda di halaman 1dari 7

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal Internasional Pendidikan STEM untuk Keberlanjutan, Vol.1, No.1, 2021, hlm. 53-59 e-
ISSN 2798-5091. DOI. 10.53889/ijses.v1i1.8

Penerapan Metode Talking Stick Konsep Asam Basa Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa
Kemampuan berpikir kritis

Dikirim 4 Juni 2021, Direvisi 25 Juli 2021, Diterima 25 Juli 2021


St Fatimah Azzahra1*, Nova Irawati Simatupang2
1,2Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Indonesia

Email yang sesuai: * siti@uki.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA pada materi asam basa tahun pelajaran
2018/2019 dengan menggunakan metode tongkat bicara. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam
dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi sehingga penelitian ini mendeskripsikan
perencanaan, kegiatan dan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI
di salah satu SMA Negeri Tangerang Selatan di Indonesia yang berjumlah 33 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan tes esai, lembar observasi, aktivitas guru, aktivitas siswa, catatan lapangan dan wawancara. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa meningkat dengan menggunakan metode speaking stick dilihat dari kemampuan
siswa dalam menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, menanggapi pendapat teman dan mempertimbangkan sumber.
Kemampuan berpikir kritis mengalami peningkatan, pada siklus I yaitu sebesar 21,20% sedangkan pada siklus II sebesar 90,90%. Dapat
disimpulkan bahwa penggunaan metode tongkat bicara dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IX SMA pada materi
asam basa.

Kata kunci: penelitian tindakan, keterampilan berpikir kritis, tongkat bicara

PENGANTAR
Belajar merupakan proses menemukan pengalaman yang membutuhkan proses yang kompleks

(Satrianawati, 2018). Sehingga dalam kegiatan pembelajaran di kelas siswa harus berperan aktif dalam

proses pembelajaran. Keaktifan siswa di dalam kelas dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa.

Anwar dan Yanti (2014) menyatakan bahwa pada kenyataannya masih banyak siswa yang tidak aktif di

dalam kelas selama proses pembelajaran. Kegiatan kemahasiswaan merupakan suatu kegiatan atau

kegiatan yang dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik karena adanya interaksi satu sama lain

(Megawati, 2012). Selain membawa perubahan ke arah yang lebih baik, aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa baik keterampilan berpikir kritis

maupun keterampilan berpikir kreatif.

Keterampilan berpikir kritis diperlukan untuk meningkatkan pemahaman konsep


kimia khususnya pada materi asam basa (Muchtar dan Harizal, 2012). Konsep larutan asam
basa merupakan konsep dasar kimia. Karena pembelajaran kimia tidak hanya dengan
aktivitas memecahkan masalah sesuai dengan contoh soal yang diberikan oleh guru di
kelas, tetapi perlu melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Lathifa, Suhadi, dan Endang (2015) masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami konsep asam basa. Masalah tersebut antara lain pemahaman konsep siswa,
kesalahan penggunaan simbol, rumus matematika, pengabaian konsep, konsep awal tidak
sesuai dengan ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17% siswa

53
Jurnal Internasional Pendidikan STEM untuk Keberlanjutan, Vol.1, No.1, 2021, hlm. 53-59 e-
ISSN 2798-5091. DOI. 10.53889/ijses.v1i1.8

memahami konsep, 61% siswa miskonsepsi dan 22% siswa tidak memahami
konsep.
Muchtar dan Harizal (2012) menyatakan bahwa penyebab rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep asam basa disebabkan oleh kurangnya kemampuan memecahkan

masalah, mengabaikan konteks, dan menggeneralisasi masalah tanpa memahami teori yang melatarbelakanginya. Selain itu permasalahan juga muncul dari konsep awal siswa yang tidak

sesuai dengan temuan ilmiah dan rendahnya tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran diharapkan dapat

mengembangkan sikap ilmiah siswa yang menghasilkan hasil belajar yang baik dan kemampuan berpikir kritis siswa. Salah satu pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk aktif dalam

proses pembelajaran di kelas adalah pembelajaran dengan menggunakan metode talk stick. Pembelajaran talking stick merupakan pembelajaran yang dapat menguji kesiapan siswa dalam

belajar, melatih siswa untuk memahami materi dengan cepat dan mendorong siswa untuk aktif dalam belajar (Shoimin, 2014). Pembelajaran menggunakan metode talk stick merupakan

pembelajaran yang melatih siswa dalam berbicara, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, membuat siswa aktif saat pembelajaran berlangsung sehingga secara tidak langsung

juga melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran talking stick sebaiknya juga menggunakan musik pengiring apabila pembelajaran dimaksudkan untuk menghilangkan ketegangan

pada siswa, memberikan semangat kepada siswa dan siswa termotivasi selama proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat

peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan metode speaking stick. Pembelajaran menggunakan metode talk stick merupakan pembelajaran yang melatih siswa dalam

berbicara, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, membuat siswa aktif saat pembelajaran berlangsung sehingga secara tidak langsung juga melatih kemampuan berpikir kritis

siswa. Pembelajaran talking stick sebaiknya juga menggunakan musik pengiring apabila pembelajaran dimaksudkan untuk menghilangkan ketegangan pada siswa, memberikan semangat

kepada siswa dan siswa termotivasi selama proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir

kritis dengan menggunakan metode speaking stick. Pembelajaran menggunakan metode talk stick merupakan pembelajaran yang melatih siswa dalam berbicara, menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan, membuat siswa aktif saat pembelajaran berlangsung sehingga secara tidak langsung juga melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran talking stick sebaiknya

juga menggunakan musik pengiring apabila pembelajaran dimaksudkan untuk menghilangkan ketegangan pada siswa, memberikan semangat kepada siswa dan siswa termotivasi selama

proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan metode speaking stick. Pembelajaran talking st

METODE
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian siklik yang mengacu pada

penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang mengacu pada empat tahap. Tahap pertama

adalah tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, observasi dan tahap keempat adalah

tahap refleksi (Arifin, 2012). Penelitian siklis ini dilaksanakan di salah satu SMA di Kota

Tangerang Selatan dengan sampel penelitian 33 siswa kelas XI IPA yang terdiri dari 18 siswa

perempuan dan 15 siswa laki-laki pada tahun ajaran 2018/2019. Kegiatan penelitian pada tahap

perencanaan dimana peneliti mengamati keadaan siswa kelas XI saat mengikuti proses

pembelajaran kimia di kelas. Dengan ini peneliti akan menemukan kekurangan dari kelas

tersebut.

Tahap perencanaan, peneliti melakukan persiapan yaitu membuat rencana pelaksanaan dengan

menggunakan metode talk stick dan menyusun soal-soal yang berkaitan dengan materi asam basa. Pada

tahap perencanaan peneliti juga membuat lembar observasi pelaksanaan proses pembelajaran berbicara

tongkat dengan tujuan untuk melihat aktivitas guru dan siswa menggunakan proses pembelajaran

menggunakan metode tongkat bicara serta melihat berpikir kritis siswa.

54
Jurnal Internasional Pendidikan STEM untuk Keberlanjutan, Vol.1, No.1, 2021, hlm. 53-59 e-
ISSN 2798-5091. DOI. 10.53889/ijses.v1i1.8

keterampilan saat menggunakan pembelajaran tongkat bicara. Sedangkan untuk pembelajaran menggunakan

metode tongkat bicara, guru harus menyiapkan tongkat, pertama guru menyiapkan materi asam basa kemudian

guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi asam basa, kemudian

guru memberikan tabungan kepada siswa untuk membaca. dan mempelajari materi asam basa. Setelah siswa

mempelajari materi asam basa, guru memberikan pertanyaan berupa soal-soal dasar yang telah guru siapkan

sebelum pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan sampai semua siswa atau 70% siswa mendapatkan bagian untuk

menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, kemudian guru memberikan kesimpulan setelah itu guru

mengevaluasi kemampuan berpikir kritis siswa di akhir pembelajaran.

Setelah perangkat pembelajaran selesai dibuat peneliti membuat perangkat evaluasi, evaluasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah instrumen keterampilan berpikir kritis dengan lima butir soal tes esai materi asam basa pada

setiap siklus pembelajaran dengan maksud untuk melihat peningkatan kemampuan belajar siswa. keterampilan berpikir

kritis materi basa asam. Indikator berpikir kritis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi atau

memfokuskan pada kemungkinan kriteria respons, mengidentifikasi kesimpulan, mengidentifikasi alasan yang

dikemukakan untuk mencari struktur suatu pendapat atau argumen, keterampilan berpikir kritis bertanya dan

menjawab.

Tahap pelaksanaan yaitu peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan

metode talk stick sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah peneliti rancang

pada tahap perencanaan. Dalam pembelajaran menggunakan metode talk stick yang perlu dilakukan

guru adalah mempelajari tujuan pembelajaran, guru menjelaskan secara singkat kepada siswa

sebelum kegiatan pembelajaran speaking stick dilakukan. Setelah penjelasan selesai, guru meminta

siswa untuk membaca materi asam basa secara individu atau kelompok dengan menambah

referensi. Kemudian guru meminta siswa untuk menutup semua referensi yang dibaca oleh siswa

dan menyiapkan bantuan dan lagu yang akan digunakan sebagai media dalam pembelajaran

berbicara stik yaitu memberikan pertanyaan kepada siswa yang mendapatkan stik ketika lagu

berhenti.

Tahap observasi pada setiap siklusnya dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran

dengan menggunakan metode tongkat bicara materi asam basa. Observasi yang peneliti lakukan

adalah mengamati kegiatan guru sesuai atau tidak dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat

dan kesimpulan terkait materi yang diberikan guru pada guru di akhir pembelajaran. Observasi

dalam penelitian ini juga melihat aktivitas siswa dalam memahami materi asam basa, referensi yang

dipelajari siswa, antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan metode

tongkat bicara, cara menggerakkan tongkat, cara menjawab pertanyaan dari guru dan cara siswa

mengeluarkan pendapat.

55
Jurnal Internasional Pendidikan STEM untuk Keberlanjutan, Vol.1, No.1, 2021, hlm. 53-59 e-
ISSN 2798-5091. DOI. 10.53889/ijses.v1i1.8

Tahap refleksi dalam penelitian ini adalah menganalisis proses-proses yang telah berlangsung

dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode talk stick atau pengamatan yang diperoleh

pada tahap observasi. Tahap refleksi bertujuan untuk mengetahui permasalahan permasalahan yang

muncul selama pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode tongkat bicara dengan materi asam

basa, selain itu juga untuk melihat kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses pelaksanaan. Hasil

refleksi peneliti selanjutnya dijadikan acuan untuk perencanaan siklus penelitian selanjutnya.

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes kemampuan

berpikir kritis siswa. Tes kemampuan berpikir kritis yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur

kemampuan berpikir kritis menggunakan metode tongkat bicara pada materi asam basa. Tes kemampuan

berpikir kritis dalam pembelajaran digunakan sebagai keberhasilan setiap siklus tindakan. Data yang diperoleh

diperoleh dari pengumpulan data tes keterampilan berpikir kritis individu siswa pada akhir proses pembelajaran

pada setiap siklus untuk memperoleh data tentang peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi

asam basa yang diperoleh siswa sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yang

diperoleh dari hasil setiap siklus adalah mereduksi data, menyajikan data dan menarik kesimpulan.

HASIL DAN DISKUSI


Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti sebanyak dua

siklus pada materi asam basa dengan pembelajaran menggunakan metode tongkat bicara di salah

satu SMA Kota Tangerang Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI. Peneliti

mempersiapkan perangkat pembelajaran mulai dari pembuatan silabus yang berkaitan dengan

materi asam basa, rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode tongkat bicara pada

materi asam basa, membuat soal atau soal yang sesuai dengan materi asam basa, membuat

instrumen keterampilan berpikir kritis. Instrumen keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini

adalah instrumen berbentuk esai lima butir yang sesuai dengan indikator keterampilan berpikir kritis

Ennis. Instrumen penelitian ini, peneliti gunakan sebagai ukuran untuk mengetahui peningkatan

kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI materi asam basa. Sebelum alat instrumen, peneliti terlebih

dahulu melakukan uji validasi konstruk terlebih dahulu.

Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode talk stick pada materi asam basa

pada setiap siklusnya dilakukan dalam dua kali pertemuan yaitu dilaksanakan dalam waktu 4x45

menit. Dari hasil yang diperoleh, keterampilan berpikir kritis siswa pada siklus I dengan lima butir

soal tes keterampilan berpikir kritis tentang teori asam basa melalui pembelajaran speaking stick.

Pada siklus I rata-rata kemampuan berpikir kritis yaitu sebesar 21,20%, dilihat dari rata-rata siklus I

dapat disimpulkan bahwa siklus I masih belum berhasil karena persentase nilai rata-rata

56
Jurnal Internasional Pendidikan STEM untuk Keberlanjutan, Vol.1, No.1, 2021, hlm. 53-59 e-
ISSN 2798-5091. DOI. 10.53889/ijses.v1i1.8

masih rendah dan belum mencapai 80% yang memiliki kemampuan berpikir kritis di atas atau sama dengan 75.

Sehingga penelitian ini diputuskan untuk diproses ke siklus II.

Temuan-temuan selama proses pembelajaran berlangsung atau hasil


observasi pada pelaksanaan siklus I digunakan sebagai refleksi untuk perbaikan
pembelajaran pada siklus II. Pada siklus I aktivitas siswa dalam memahami materi
asam basa masih rendah, masih banyak siswa yang mempelajari materi secara
individu. Pada siklus I terlihat siswa masih belum memahami metode speaking stick
sehingga masih banyak siswa yang tidak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
guru dan lebih banyak siswa yang memberikan pendapat terkait pertanyaan yang
diajukan oleh guru. Pada pelaksanaan siklus I siswa terlihat tidak mengikuti lagu
yang digunakan guru saat pembelajaran berlangsung dan pemilihan lagu oleh guru
bukanlah lagu yang disukai siswa.

Dari hasil yang diperoleh pada siklus I kemampuan berpikir kritis siswa masih kurang lengkap,

sehingga penelitian ini dilanjutkan pada siklus II. Siklus kedua dilakukan penelitian lanjutan pada

materi asam basa. Rata-rata data kemampuan berpikir kritis siswa adalah 90,90% dan dapat

dikatakan siklus II sudah berhasil dan pembelajaran tidak dilanjutkan ke siklus III. Pada siklus II siswa

sudah mulai memahami cara belajar dengan menggunakan metode tongkat bicara, siswa sudah

lebih memahami materi secara berkelompok, siswa sudah mulai rutin memberikan tongkat kepada

teman, siswa memilih sendiri lagu yang akan digunakan dan 80% dari siswa menjawab pertanyaan

yang diberikan saat kegiatan pembelajaran dengan metode tongkat bicara. Kemampuan

keterampilan berpikir kritis siswa akan semakin berkembang jika guru semakin melatih keterampilan

berpikir siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa akan berbeda-beda tergantung pada latihan yang

sering diberikan oleh guru (Fakhriyah, 2014).

Pada siklus II materi yang diajarkan berlanjut pada asam basa kuat, asam basa lemah dan

konsep penentuan pH dan pOH. Pada siklus II ini siswa sudah mulai terampil dalam

menentukan referensi yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari, siswa sudah terampil

bekerja sama dalam memahami materi dan siswa sudah mulai mengeluarkan stopper sesuai

dengan materi yang sedang dibahas di kelas. . Pembelajaran menggunakan metode tongkat

bicara ini dapat membuat siswa aktif di dalam kelas, mulai dari pemantapan materi yang akan

dibahas, menggerakkan tongkat saat lagu diputar, ikut bernyanyi, menjawab pertanyaan yang

diberikan guru dan siswa sudah mulai terbiasa. mampu menarik kesimpulan saat pembelajaran

berakhir.

57
Jurnal Internasional Pendidikan STEM untuk Keberlanjutan, Vol.1, No.1, 2021, hlm. 53-59 e-
ISSN 2798-5091. DOI. 10.53889/ijses.v1i1.8

Dari hasil siklus I dan siklus II diperoleh rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode talk stick dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan menggunakan metode talk stick melibatkan siswa

secara aktif pada saat proses pembelajaran di kelas berlangsung. Dalam pembelajaran berbicara tongkat siswa

diberi kesempatan untuk memahami materi secara mendalam secara kelompok dan individu dengan berbagai

referensi. Siswa diberi kesempatan untuk memilih lagu sendiri sesuai dengan keinginan siswa agar semua siswa

dapat mengikuti irama dan ikut menyanyikan lagu. Dengan menggunakan metode tongkat bicara ini semua

siswa memiliki hak berbicara yang sama yang diberikan secara bergiliran atau bergiliran. Sehingga pembelajaran

ini menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode talk stick dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI materi asam basa tahun ajaran 2018/2019 dan dapat

meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada siklus I rata-rata

persentase kemampuan berpikir kritis siswa dengan pembelajaran menggunakan metode tongkat

bicara sebesar 21,20%, sedangkan pada siklus II rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa.

meningkat menjadi 90,90% dan dapat dikatakan tuntas pada siklus II.

REFERENSI
Anwar, K., dan Yanti, N. (2014). peningkatan kreativitas belajar siswa menggunakan model
cooperative scipt dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD N. Citra Rakyat: 2

Arifin, Z. (2012). Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya

Fakhriyah, F. (2014). Penerapan pembelajaran berbasis masalah dalam upaya pengembangan


kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Jil.3. No.1

Lathifa, U., Suhadi, I., dan Endang, B. (2015). Identifikasi konsep konsep dari asam basa
dengan menggunakan teknik termodifikasi Certainty of Response Index (CRI). Seminar
Nasional Pendidikan Sains UKSW

Megawati, S. (2012). Model pembelajaran kooperatif tipe team assited individualization (TAI)
dalam meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar akutansi siswa kelas XI. Jurnal
Pendidikan Akutansi Indonesia 10 (1): 163

Muchtar, Z., dan Harizal. (2012).Menganalisis miskonsepsi siswa tentang asam basa
kimia di SMA di medan. Jurnal pendidikan dan praktek. Vol.3:65

Satrianawati. (2018).Media dan sumber belajar. Yogyakarta: Deepublish

58
Jurnal Internasional Pendidikan STEM untuk Keberlanjutan, Vol.1, No.1, 2021, hlm. 53-59 e-
ISSN 2798-5091. DOI. 10.53889/ijses.v1i1.8

Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media

59

Anda mungkin juga menyukai