Anda di halaman 1dari 11

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR

MENYUSUN KALIMAT MATERI UNGKAPAN KEHARUSAN


(EXPRESSING OF NECESSITY) DENGAN MENGGUNAKAN
METODE KOOPERATIF LEARNING TIPE GROUP
INVESTIGATION PADA PELAJARAN BAHASA INGGRIS
KELAS XII TEKNIK KENDARAAN RINGAN OTOMOTIF 4 (XII TKRO 4)
SMK N 1 TENGARAN SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
Arif Yuliyanto, S.Pd
SMK Negeri 1 Tengaran
Yuliyantoarif33@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Meningkatkan keaktifan belajar Bahasa
Inggris Kompetensi Umgkapan Keharusan (Expressing of Necessity) melalui
metode Group Investigation bagi peserta didik kelas XII TKRO 4 SMK
Negeri 1 Tengaran semester genap tahun pelajaran 2022/2023. 2)
Meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris Kompetensi Umgkapan Keharusan
(Expressing of Necessity) melalui metode Group Investigation bagi peserta
didik kelas XII TKRO 4 SMK Negeri 1 Tengaran semester genap tahun
pelajaran 2022/2023. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas XII TKRO 4 yang berjumlah
33 peserta didik terdiri dari 33 peserta didik laki-laki dan 0 peserta didik
perempuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik
dokumentasi, observasi, dan tes. Alat pengumpulan data menggunakan tes
ulangan harian dan lembar observasi. Tes ulangan harian digunakan untuk
memperoleh data primer berupa hasil belajar. Lembar observasi digunakan
untuk memperoleh data sekunder berupa keaktifan belajar peserta didik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: 1) Penerapan metode Group Investigation
meningkatkan keaktifan belajar yaitu peserta didik yang mencapai kualifikasi
tinggi dan sangat tinggi pada siklus 1 sebesar 52,91% dan pada siklus 2
menjadi 80,28%. 2) Penerapan metode Group Investigation meningkatkan
hasil belajar Bahasa Inggris yaitu ketuntasan belajar pada siklus 1 sebesar 40
% dan pada siklus 2 sebesar 90%.
Kata Kunci: Ungkapan Keharusan, Group Investigation
ABSTRACT
This research aims to: 1) Increase the activeness of learning English
Competency and Necessity (Expressing of Necessity) through the Group
Investigation method for class 2) Improving English language learning
outcomes, Expressing of Necessity Competency (Expressing of Necessity)
through the Group Investigation method for class This type of research is
Classroom Action Research. The subjects of this research were class XII
TKRO 4 students, totaling 33 students consisting of 33 male students and 0
female students. Data collection techniques in this research are
documentation, observation and test techniques. Data collection tools use
daily repeat tests and observation sheets. Daily repeat tests are used to
obtain primary data in the form of learning outcomes. Observation sheets
are used to obtain secondary data in the form of students' learning activity.
The research results showed that: 1) The application of the Group
Investigation method increased learning activity, namely students who
achieved high and very high qualifications in cycle 1 amounted to 52.91%
and in cycle 2 it became 80.28%. 2) The application of the Group
Investigation method improves English learning outcomes, namely learning
completeness in cycle 1 by 40% and in cycle 2 by 90%.
Keywords: Expressions of Necessity, Group Investigation
PENDAHULUAN
Bahasa sebagai alat komunikasi memegang peranan sangat penting dalam
berbagai bidang. Bahasa Inggris merupakan bahasa asing pertama di Indonesia,
penting di miliki oleh bangsa Indonesia agar bersaing di era global sekarang ini.
Untuk itu usaha-usaha peningkatan pembelajaran Bahasa Inggris telah dan akan terus
di lakukan. Upaya-upaya yang telah di lakukan diantaranya adalah pemberlakuan
kurikulum 2004, dilanjutkan dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan),
Kurikulum 2013, Kurikulum 2013 revisi serta penerapan kurikulum merdeka.
Proses pembelajaran Bahasa Inggris di banyak sekolah masih bersifat
tradisional. Cirri-ciri tersebut dapat dilihat dalam proses pembelajaran yang masih
terpusat pada guru. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan metode ceramah
dan murid mendengarkan dengan seksama apa yang di terangkan oleh guru. Guru
jarang menggunakan alat peraga dan kurang dapat memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar. Para siswa duduk manis mengerjakan soal yang diberikan guru dan
harus menghafal rumus atau kosa kata. Guru merupakan satu-satunya sumber belajar
sehingga guru menjadi orang yang paling pintar di kelas itu, serta berperan sebagai
actor utama yang harus menyelesaikan segala urusan yang ada di kelas.
Kurikulum 2013 memberikan target kompetensi atau kemampuan yang harus
siswa kuasai dalam kurun waktu tertentu. Guru sudah tidak lagi terbebani oleh
seberapa banyak materi yang harus di sampaikan kepada siswa akan tetapi siswa
sebagai center (student center) pada pembelajaran.
Secara umum menyusun kalimat Bahasa inggris bagi siswa SMK N 1
Tengaran dirasa masih sulit. Unsur-unsur menulis seperti kosa kata, pelafalan, dan
tata bahasa tidak dikuasai dengan baik oleh para siswa. Hal ini dapat membuat
suasana menjadi kaku dan tidak menyenangkan. Akibatnya siswa menjadi kurang
senang atau bahkan takut dengan pelajaran Bahasa Inggris, khususnya berbicara.
Ketuntasan belajar minimalpun akhirnya tidak tercapai.
Melihat permasalahan tersebut perlu metode pembelajaran yang dapat
membantu siswa. Dari pengamatan dan perenungan peneliti, tercetuslah ide
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Menurut
hemat penulis, model pembelajaran ini selain berfungsi membantu mengungkapkan
kebiasaan juga dapat menciptakan suasana yang lebih menyenangkan karena dapat di
gunakan sebagai permainan (game). Permainan yang akan kita terapkan di kelas
harus di sukai oleh siswa “ Apabila para siswa menyukai permainan tersebut, mereka
seterusnya akan saling mencocokkan pekerjaannya dan saling mencontoh seperti
ketika mereka bermain dengan menggunakan bahasa ibunya ” (Toth, Maria, 1995:8 ).
Maksudnya, jika mereka suka dengan permainan, teknik atau alat peraga yang
disajikanoleh guru, maka mereka akan bermain dengan gembira.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, secara rinci dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut 1.) Seberapa besar penggunaan metode Group
Investigation berpengaruh terhadap keaktifan belajar siswa pada pelajaran Bahasa
Inggris. 2.)Seberapa besar penggunaan metode Group Investigation memberi dampak
terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran Bahasa Inggris.
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyusun kalimat pada materi ungkapan keharusan (expressing of necessity )
LANDASAN TEORI
Metode Kooperatif Learning
Cooperative learning adalah model pembelajaran dengan memberikan tugas
kepada siswa yang lebih pandai dalam sebuah kelompok kecil yang hasilnya akan
dipresentasikan kepada kelompok lain di dalam kelas. Hasil kelompok tersebut
kemudian didalami dan ditanggapi sehingga terjadi proses belajar yang aktif dan
dinamis. Falsafah model pembelajaran ini adalah pembelajaran gotong royong.
Robert Slavin mengatakan cooperative learning adalah salah satu bentuk paham
pembelajaran konstruktivis. Pembelajaran konstruktivisme adalah suatu teknik
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk membina sendiri secara aktif
pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah siswa miliki sebelumnya.
Model ini sangat bagus karena komunikasi antarsiswa secara informal
membuat siswa cepat memahami suatu materi yang sedang dibahas. Siswa yang agak
terlambat menerima materi pelajaran, dengan penjelasan temannya yang lebih
pandai, akan lebih mudah menerima dan memahami materi yang sedang
didiskusikan, di samping mereka juga terlatih untuk belajar mendengarkan pendapat
orang lain.
Bagi siswa yang pandai, cara ini menjadi sarana untuk menanamkan karakter peduli,
tenggang rasa, sifat berbagi, bertanggungjawab kepada teman sejawat, dan melatih
kemampuan berkomunikasi. Secara tidak langsung, melalui aktivitas ini, siswa yang
pandai akan memperdalam dan memperluas pengetahuannya, dia akan belajar lebih
keras agar bisa lebih baik menjelaskan kepada teman di kelompoknya.
Model pembelajaran ini sangat menunjang kebijakan zonasi karena siswa
pandai tidak menumpuk pada satu sekolah, akan tetapi menyebar ke berbagai sekolah
di mana siswa tersebut bertempat tinggal. Tentu ini akan mempermudah bagi sekolah
untuk menerapkan model cooperative learning (pembelajaran kooperatif).
lajaran KooperatMetode STAD (student achievement divisions)
Metode yang dikembangkan oleh Robert Slavin ini bisa digunakan oleh guru
dalam memberikan tugas mingguan pada peserta didiknya. Adapun langkah-langkah
penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD ini adalah sebagai berikut.
 Guru membagi peserta didik dengan berbagai kemampuan dalam
kelompok kecil yang berisi 4-5 anggota. Artinya, peserta didik dalam satu
kelompok harus beragam tingkat kemampuannya.
 Setiap peserta didik dalam satu kelompok harus memahami serta
mempelajari materi dengan cara saling membantu satu sama lainnya.
 Setiap peserta didik harus melakukan evaluasi terhadap kawannya.
 Guru memberikan penilaian berdasarkan tingkat pemahaman setiap peserta
didik terhadap materi yang ditugaskan.
Metode Jigsaw
Sebenarnya, penerapan metode ini hampir sama dengan metode STAD.
Adapun langkah penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode Jigsaw adalah
sebagai berikut.
 Guru membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 peserta didik.
 Setiap kelompok kecil diberi penugasan berupa analisis materi pada bagian
tertentu.
 Hasil analisis kelompok kecil didiskusikan lebih lanjut dalam kelompok
besar yang cakupan materinya berbeda-beda.
 Di akhir pembelajaran, guru melakukan evaluasi terkait hasil diskusi.
Metode Group Investigation
Group Investigation (GI) merupakan salah satu bentuk model pembelajaran
kooperatif yang fokus pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri
materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia,
misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa
dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi. Model ini menuntut para siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses
kelompok. Group Investigation (GI) dapat melatih siswa untuk menumbuhkan
kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari
tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Metode Picture and Picture
Metode ini menekankan pada penggunaan gambar agar peserta didik semakin
tertarik dengan materi yang sedang dibahas. Lebih optimalnya lagi jika metode ini
digunakan untuk mata pelajaran sains.
Metode TPS (think pair share)
Langkah penerapan metode pembelajaran TPS ini adalah guru memberikan
sebuah permasalahan pada setiap kelompok. Lalu, anggota kelompok diminta untuk
mendiskusikannya. Di akhir, pembelajaran setiap kelompok mengumpulkan hasil
diskusinya pada guru untuk dilakukan penilaian.
Metode Group Investigation
Group Investigation (GI) merupakan salah satu bentuk model pembelajaran
kooperatif yang fokus pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri
materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia,
misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa
dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi. Model ini menuntut para siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses
kelompok. Group Investigation (GI) dapat melatih siswa untuk menumbuhkan
kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari
tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Slavin (1995) dalam Nela Veristika (2012:28), mengemukakan hal penting
untuk melakukan Group Investigation (GI) adalah:
a. Membutuhkan Kemampuan Kelompok.
Mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan
memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari
berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas. Kemudian siswa mengumpulkan
informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.
b. Rencana Kooperatif.
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka
butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan
mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.
c. Peran Guru.
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-
kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur
pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi
kelompok.
Guru yang menggunakan model kooperatif group investigation (GI) umumnya
membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa
dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat
juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik
tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan
yang mendalam atas topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya di depan kelas.
Setelah siswa mempresentasikan hasil olah masing-masing kelompok. Pada
tahap ini diharapkan terjadi intersubjektif dan objektivitas pengetahuan yang telah
dibangun oleh suatu kelompok. Berbagai prespektif diharapkan dapat dikembangkan
oleh seluruh kelas atau hasil yang dipresentasikan oleh suatu kelompok. Seyogianya
diakhir pembelajaran dilakukan evaluasi dapat memasukkan assesment individual
atau kelompok. Dengan model pembelajaran Group Investigation, penulis mencoba
menerapkannya pada materi Expressing of Necessity. Kenapa penulis memilih model
Group Invetigation pada materi tersebut karena model tersebut memiliki beberapa
keunggulan diantaranya:
1. Peningkatan belajar terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran, dan
aktivitas belajar.
2. Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa
menjadi terangsang dan lebih aktif. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa
kebersamaan dalam kelompok, sehingga mereka dengan mudah dapat
berkomunikasi dengan bahasa yang lebih sederhana.
3. Pada saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif, lebih
bersemangat dan berani mengemukakan pendapat.
4. Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat
dan lebih termotivasi.
5. Penerapan pembelajaran kooperatif dapa membantu siswa mengaktifkan
kemampuan latar belakang mereka dan belajar dari pengetahuan latar belakang
teman sekelas mereka (Nur, 1998:9)
6. Siswa dapat belajar dalam kelompok dan menerapkannya dalam menyelesaikan
tugas-tugas kompleks, serta dapat meningkatkan kecakapan individu maupun
kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen, dapat
menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya dan siswa yang
berprestasi dalam pembelajaran kooperatif ternyata lebih mementingkan orang
lain, tidak bersifat kompetitif, dan tidak memiliki rasa dendam (Davidson dalam
Noornia, 1997:24)
7. Dapat menimbulkan motivasi siswa karena adanya tuntutan untuk
menyelesaikan tugas.
Selain itu penulis memilih menggunakan metode Group Investigation pada
materi ungkapan keharusan (Expressing of Necessity) karena materi tersebut
dianggap agak susah dibandingkan materi-materi lain pada kompetensi dasar kelas
XII semester 2 dan kenapa diterapkan pada kelas XII TKRO 4 karena kelas tersebut
memiliki ke ketuntasan minimal yang rendah dibandingkan kelas-kelas lain yang
diampu oleh peneliti.
Ungkapan Keharusan (Expressing of Necessity)
Ungkapan keharusan adalah ungkapan seseorang untuk mengambil
tindakan, baik legal maupun moral. Ada juga keharusan dalam konteks normative
lainya, seperti keharusan etiket, keharusan social dan mungkin dari segi poltik.
Contoh expressing necessity (mengekspresikan keharusan)
 All applicants must take an entrance exam.
 All applicants have to take an entrance exam.
(Makna: sangat diharuskan untuk semua pelamar untuk mengikuti ujian masuk. Tidak
ada pilihan lain. Ujian masuk tersebut diperlukan).
Pada penggunaan Must dan Have to, keduanya untuk mengekspresikan
kebutuhan atau keperluan. Dalam pernyataan kebutuhan sehari hari, Have to lebih
sering/ umum digunakan daripada must. Must biasanya memiliki makna yang lebih
kuat daripada have to dan dapat mengindikasikan suatu keadaan yang darurat atau
kepentingan yang sangat mendesak.
 Where's Nicole ? I must talk to her right away. I have an urgent message for
her.
(Pada Kalimat di atas, si pembicara dengan benar-benar mengatakan bahwa, "Ini
sangat penting!") Sedangkan have to or has to, bisa digunakan baik dalam
pembicaraan yang formal atau tidak formal.
 I have to go now. I have a class in ten minutes.
Sekarang kita bahas penggunaan to be supposed to dalam membuat kalimat.
Sebelumnya kita bahas dulu penggunaan to be terlebih dahulu, To be merupakan
linking verb atau kata kerja penghubung. Sebagamaina kita tahu to be terdiri dari
 am, is, dan are (to be present).
 Was dan were (to be past)
Penggunaan to be tergantung pada subject kalimat.
 am subject I
 is subject he, she, it
 are subject you,we dan they
 was subject I, she, he, it
 were subject you, we, they
 You are supposed to sleep early.
 Sania is supposed to come to school on time.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK).dengan menerapkan skema Kemmis dan McTaggart dimana
proses penelitian tindakan merupakan proses daur ulang atau siklus. Kegiatan ini
dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan
(acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian ini dilaksanakan
pada dua siklus. Apabila pada siklus I belum mencapai ketuntasan, maka dilanjutkan
pada siklus II.

Siklus 1

Perencanaan Tindakan Observasi Siklus 2


Refleksi

Kemampuan Observasi Tindakan Perencanaan


Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
siswa Refleksi
meningkat
Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Jenis
penelitian deskriptif kualitatif menampilkan data apa adanya tanpa proses manipulasi
atau perlakuan-perlakuan lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan
gambaran secara lengkap mengenai suatu kejadian atau dimaksudkan untuk
mengekspos dan mengklarifikasi suatu fenomena yang terjadi.
Fokus dan tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa dalam menyusun kalimat pada materi ungkapan keharusan (expressing
of necessity ) pada siswa kelas XII Teknik Kendaraan Ringan Otomotif Semester 2
SMK Negeri 1 Tengaran Tahun Pelajaran 2022/2023.
Teknik Pengambilan Data
Sebagai langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data. Dalam
mengumpulkan data diperlukan teknik dan alat pengumpulan data yang
memungkinkan diperolehnya data yang obyektif. Berikut ini teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian antara lain:
Metode Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan secara langsung terhadap suatu
obyek yang diteliti. Observasi yang digunakan adalah observasi partisipan, yaitu
peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. Kegiatan
observasi ini digunakan sebagai alat pengumpul data yang utama, karena peneliti
dapat melihat secara langsung perubahan-perubahan yang terjadi di lapangan.
Penelitian ini juga menggunakan observasi langsung yaitu dengan mengadakan
pengamatan terhadap siswa selama proses pembelajaran dengan mencatat dan
mengamati sikap siswa selama pembelajaran berlangsung
Observasi pada siswa dilakukan dengan mencatat aktivitas siswa secara murni
pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi yang dilakukan pada siswa meliputi
keseriusan, perhatian, dan keaktifan siswa dalam belajar kelompok.
Untuk mempermudah dalam pengambilan data yang diperoleh melalui
observasi, maka peneliti menggunakan instrumen observasi check list (daftar cek),
merupakan alat observasi yang berbentuk tabel dengan ditandai pada kolom selalu,
serimg, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah untuk mengecek ada tidaknya item
atau faktor-faktor yang diamati. Dalam tahap observasi ini yang bertindak sebagai
orang yang mengobservasi aktifitas siswa adalah peneliti sendiri yang dibantu oleh
teman sejawat. Data observasi digunakan untuk mengetahui keaktifan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Tujuan dari observasi ini adalah untuk
mengamati kegiatan selama berlangsungnya proses pembelajaran.
Metode Tes
Salah satu cara untuk mengukur kemampuan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar adalah tes.Tes pada siklus 1 dan 2 berupa tes tertulis berbentuk uriian Tes
dilakukan sebanyak dua kali secara tertulis dalam setiap siklus yang akan dilakukan
oleh peneliti untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas XII TKRO 4
SMK N 1 Tengaran pada mata pelajaran bahasa inggris materi expressing necessity
tahun pelajaran 2022/2023.
Pendekatan Penelitian
Pendekatan Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Jenis
penelitian deskriptif kualitatif menampilkan data apa adanya tanpa proses manipulasi
atau perlakuan-perlakuan lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan
gambaran secara lengkap mengenai suatu kejadian atau dimaksudkan untuk
mengekspos dan mengklarifikasi suatu fenomena yang terjadi.
HASIL PENELITIAN
1. Hasil Penelitian Siklus I
Pada proses pengamatan kegiatan guru, pada pembelajaran expressing of
necessity menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan, pada kegiatan
pembelajaran ini guru belum menerapkan aspek-aspek metode pembelajaran group
investigation secara menyeluruh karena siswa masih dibimbing. Seta pembagian
siswa dalam kelompok masih heterogen dengan pemilihan secara acak. Dengan
pembagian kelompok secara heterogen tersebut didapat hasil sebagai berikut :
A. Hasil Observasi keaktifan Siklus I
Hasil observasi keaktifan kelas menunjukan bahwa terdapat beberapa
kekurangan dalam pembelajaran dikelas yang ditunjukan dengan 1) siswa mulai
bosan untuk belajar sehingga dikelas banyak bermain, 2) siswa pasif dan tidak
bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, bila diberi
kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi atau hasil pelaksanaan latihan
siswa tidak antusias ,3) siswa tidak berani tampil di depan kelas, dan 4) banyak siswa
dikelas XII TKRO 4 belum mencapai nilai KKM yang telah ditentukan. Hal tersebut
dapat dijelaskan dari tabel keaktifan siswa dibawah ini :

Tabel 1. Jumlah skor per siklus


Keaktifan
Belajar Siswa Siklus I

Jumlah siswa
NO Aktivitas
Siklus 1 Kelas
XII TKRO 4 Skor Prosentase
Semester 2 perolehan (%)
Pelajaran
1 Bertanya 33 13 39,40 %
Bahasa Inggris
Materi 2 Berpendapat 33 16 48, 40 %
Expressing of
Necessity Tahun 3 Memperhatikan Guru 33 19 57, 50 %
Pelajaran
2022/2023 4 Merangkum/Mencatat 33 22 66,60 %

5 Diskusi Kelompok 33 17 51, 50 %

6 Presentasi 33 14 42,40 %

7 Menyimpulkan 33 19 57, 50 %

Mengumpulkan tugas
8 33 20 60 %
tepat waktu

Rata-Rata 52, 91 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa, pada siklus I siswa yang bertanya pada
proses pembelajaran berjumlah 13 orang, berpendapat berjumlah 16 0rang,
memperhatikan guru berjumlah 19 orang, merangkum/mencatat berjumlah 22 diskusi
kelompok berjumlah 17 orang, presentasi berjumlah 14 orang, menyimpulkan 19
orang dan mengumpulkan tugas tepat waktu berjumlah 20 orang. Dari tabel data
keaktifan di atas, dapat dilihat bahwa prosentase keaktifan siswa pada siklus I masih
rendah yaitu 52,91. Agar lebih mudahnya data ditampilkan dalam bentuk gambar
dibawah ini:

Data Keaktifan Siswa Siklus I


25

20

15

10

0
Dari 33 Siswa

Bertanya Berpendapat
Memperhatikan Guru Merangkum/Mencatat
Diskusi Kelompok Presentasi
Menyimpulkan Mengumpulkan tugas tepat waktu

Gambar 2. Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus 1 Kelas XII TKRO 4


Semester 2 Pelajaran Bahasa Inggris Materi Expressing of Necessity Tahun Pelajaran
2022/2023
Dilihat dari data keaktifan belajar siswa pada tabel diatas, terlihat bahwa pada
siklus I dapat diketahui bahwa jumlah prosentase keaktifan belajar siswa belum
mencapai angka yang ditargetkan yaitu 75% dari jumlah siswa di kelas.
B. Hasil Belajar Siklus I
Sedangkan untuk hasil belajar pada siklus I didapat hasil sebagai berikut:

NO KETERANGAN SIKLUS 1

1 NILAI TERENDAH 30

2 NILAI TERTINGGI 80

3 RATA-RATA NILAI 59,17

4 SISWA TUNTAS 13

5 SISWA TIDAK TUNTAS 20

6 PROSENTASE KETUNTASAN BELAJAR 40 %

Tabel 2. Hasil Belajar Siswa Siklus 1 Kelas XII TKRO 4 Semester 2


Pelajaran Bahasa Inggris Materi Expressing of Necessity Tahun Pelajaran
2022/2023
Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa nilai terendah yang dicapai siswa
dalah 30, nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 80, rata-rata nilai dalam 1 kelas
adalah 59,17, siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 40 % dan siswa tidak tuntas 20
siswa atau mencapai 60 %
Sedangkan untuk Ketuntasan Kriteria Minimum (KKM) didapat hasil sebagai
berikut:

Nilai Jumlah % KKM Nilai Rata- Keterangan


Siswa rata
<70 20 60% 70 Tidak Lulus
>70 13 40% 70 Lulus
Jumlah 33 Siswa 100% 70 59,67
Tabel 3. Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I Kelas XII TKRO 4 Materi
Expressing of Necessity Semester Genap Tahun Pelajaran 2022/2023
Pada hasil belajar tersebut dapat dilihat siswa yang tuntas sebanyak 13 siswa
sebesar 40% dan yang belum tuntas sebanyak 20 siswa atau sebesar 60% dengan
rata-rata sebesar 59,67. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar materi expressing of necessity semester genap kelas XII TKRO 4 SMK
Negeri 1 Tengaran pada siklus I masih rendah dan belum mencapai kriteria
keberhasilan yakni 75%. Karena masih belum memenuhi indikator ketercapaian yang
diimginkan maka penulis melanjutkan penelitian pada siklus II dengan perbedaan
perlakuan yaitu apabila pada siklus sebelumnya penentuan kelompok secara acak
heterogen, maka pada siklus II siswa yang mampu pada materi ungkapan keharusan
di siklus sebelumnya disebar pada tiap-tiap kelompok sehingga diharapkan adanya
tutor sebaya pada siklus II.
2. Hasil Penelitian Siklus II
Pada proses pengamatan kegiatan guru, pada pembelajaran expressing of
necessity menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan, pada kegiatan
pembelajaran ini guru sudah menerapkan aspek-aspek metode pembelajaran group
investigation secara menyeluruh. Yaitu dengan pembagian kelompok yang sudah
ditentukan. Jika pada siklus 1 pembagian kelompok masih secara acak, untuk kali ini
pada siklus 2 pembagian kelompok adalah berdasarkan pada kemampuan siswa,
siswa yang dirasa lebih menguasai materi Expressing of Necessity diacak untuk
membuat kelompok yang berposisi sebagai Team Leader pada kelompoknya
sehingga dapat membantu teman-temanya yang dirasa belum menguasai materi
tersebut. Dari perlakuan yang berbeda pada siklus 1 dan siklus 2 didapat hasil
sebagai berikut:
A. Hasil Observasi Keaktifan Kelas
Hasil Observasi Keaktifan Kelas pada siklus II menunjukan bahwa terdapat
beberapa kemajuan dalam keaktifan pembelajaran dikelas yang ditunjukan dengan 1)
siswa mulai antusias dalam mengikuti pembelajaran di kelas, 2) keaktifan siswa
sudah mulai muncul terutama saat mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
mereka Nampak antusias 3) kepercayaan diri siswa mulai muncul dengan berani
tampil di depan kelas, dan 4) beberapa siswa dikelas XII TKRO 4 sudah mencapai
nilai KKM yang telah ditentukan. Hal tersebut dapat dijelaskan dari tabel keaktifan
siswa dibawah ini

Jumlah skor per siklus


Tabel 4.
Keaktifan Siklus II

Jumlah siswa
Belajar Siswa NO Aktivitas
Siklus 1I Kelas Skor Prosentase
XII TKRO 4 perolehan (%)
Semester 2
Pelajaran 1 Bertanya 33 30 90,90 %
Bahasa Inggris
Materi 2 Berpendapat 33 25 75,70 %
Expressing of
Necessity Tahun 3 Memperhatikan Guru 33 33 100 %
Pelajaran
2022/2023 4 Merangkum/Mencatat 33 33 100 %

5 Diskusi Kelompok 33 33 100 %

6 Presentasi 33 33 100 %

7 Menyimpulkan 33 25 75,70 %

Mengumpulkan tugas
8 33 25 75,70 %
tepat waktu

Rata-Rata 80,28 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa, pada siklus II siswa yang bertanya pada
proses pembelajaran berjumlah 30 orang, berpendapat berjumlah 25 0rang,
memperhatikan guru berjumlah 33 orang, merangkum/mencatat berjumlah 33 diskusi
kelompok berjumlah 33 orang, presentasi berjumlah 33 orang, menyimpulkan 25
orang dan mengumpulkan tugas tepat waktu berjumlah 25 orang. Dari tabel data
keaktifan di atas, dapat dilihat bahwa prosentase keaktifan siswa pada siklus I
pertemuan 2 masih rendah yaitu mencapai 80,28 % . Agar lebih mudahnya data
ditampilkan dalam bentuk gambar dibawah ini:

Data Keaktifan Siswa Siklus II

35
30
25
20
15
10
5
0
Dari 33 Siswa

Bertanya Berpendapat
Memperhatikan Guru Merangkum/Mencatat
Diskusi Kelompok Presentasi
Menyimpulkan Mengumpulkan Tugas Tepat Waktu

Gambar 3. Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus I1 Kelas XII TKRO 4


Semester 2 Pelajaran Bahasa Inggris Materi Expressing of Necessity Tahun Pelajaran
2022/2023
Dilihat dari data aktivitas belajar siswa pada tabel diatas, terlihat bahwa pada
siklus II dapat diketahui bahwa jumlah prosentase keaktifan belajar siswa sudah
mencapai angka yang ditargetkan yaitu 80,28% dari jumlah siswa di kelas.
B. Hasil Belajar Siklus II
Sedangkan untuk hasil belajar pada siklus II didapat hasil sebagai berikut:

NO KETERANGAN SIKLUS 2

1 NILAI TERENDAH 40

2 NILAI TERTINGGI 80

3 RATA-RATA NILAI 70,42

4 SISWA TUNTAS 30

5 SISWA TIDAK TUNTAS 3

6 PROSENTASE KETUNTASAN BELAJAR 90 %

Tabel 5. Hasil Belajar Siswa Siklus 2 Kelas XII TKRO 4 Semester 2


Pelajaran Bahasa Inggris Materi Expressing of Necessity Tahun Pelajaran
2022/2023
Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa nilai terendah yang dicapai siswa
adalah 40, nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 80, rata-rata nilai dalam 1 kelas
adalah 70,42, siswa yang tuntas hanya 30 siswa atau 90 % dan siswa tidak tuntas
hanya 3 siswa atau mencapai 10 %. Sedangkan untuk Ketuntasan Kriteria Minimum
(KKM) didapat hasil sebagai berikut:

Nilai Jumlah % KKM Nilai Keterangan


Siswa Rata-
rata
<70 3 10 % 70 Tidak Lulus
>70 30 90% 70 Lulus
Jumlah 33 Siswa 100% 70 70, 42
Tabel 6. Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus 2 Kelas XII TKRO 4 Materi
Expressing of Necessity Semester Genap Tahun Pelajaran 2022/2023

Pada hasil belajar tersebut dapat dilihat siswa yang tuntas sebanyak 30 siswa
sebesar 90%, dan yang belum tuntas sebanyak 3 siswa atau sebesar 10% dengan rata-
rata sebesar 70,42. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
materi expressing of necessity semester genap kelas XII TKRO 4 SMK Negeri 1
Tengaran pada siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan yakni 75%.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan keaktifan
siswa dan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Inggris materi expressing of necessity
siswa kelas XII TKRO 4 SMK Negeri 1 Tengaran semester genap. Hal ini dapat
dilihat dari rata-rata keaktifan belajar siswa mengalami kenaikan dari rata-rata
52,91% pada Siklus I menjadi 80,28% pada siklus II dan hasil belajar meningkat dari
nilai rata-rata siswa 59,17 atau 40% siswa yang tuntas pada Siklus I menjadi 70,42
atau 90% siswa yang tuntas pada Siklus II.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan saran-saran yaitu :
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dalam menemukan dan
memecahkan masalah dan dapat diimplementasikan dalam mata pelajaran lain
yang sejenis.
2. Rekan-rekan guru yang lain dapat berkolaborasi dalam penelitian tindakan kelas
untuk mengembangkan strategi dan metode yang bervariasi sehingga siswa
merasa lebih bermakna dalam belajarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2018.. Bahasa Inggris
SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Ksemendikbud.
Sugiani, S.Pd 2022. Group Investigation Pembelajaran Masa Kini. Lombok: Penerbit Pusat
Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia
Indrawati 2012. Pembelajaran Group Investigation Meningkatkan Hasi Belajar Siswa.
Kusumawati, Dhany 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Akuntansi
1 SMK Muhammadiyah Wonosari Tahun Ajaran 2012/2013.
Sarwono, Wirawan, Sarlito 1998. Teori-Teori Psikologi Sosial/ Sarlito Wirawan Sarwono.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,., 1998
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Penerbit Angkasa.
Laba, I Nengah & Ni Made Rinayanthi. 2018. Buku Ajar Bahasa Indonesia Berbasis Karya
Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Deepublish
Agus Suriamiharja, dkk. 1996. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah bagian Proyek
Penataran Guru SLTP Setara D-III.
Suparno. 2008. Ketrampilan Dasar Menulis. Jakarta : Universitas Terbuka Referensi Web
http://www.erllang.ga/teknik-informatika/makalah-keterampilan-menulis.html
Akhadiah, Sabarti dkk. 1996. Menulis I. Jakarta: Karunia Jakarta Universitas Terbuka.
Aziez, Furqanul dan A. Chaedar Alwasiah. 2000. Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan
Praktik .Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Gie, The liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: ANDI.
Hastuti, Sri. 1982. Tulis Menulis. Yogyakarta: Lukman.
Lestari, Wahyu. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Karya Ilmiah. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai